Anda di halaman 1dari 6

DR. James J.

Spillane SJ ⇒ Ia menyatakan bahwa etika adalah


mempertimbangkan atau memperhatikan suatu tingkah laku manusia di dalam
mengambil keputusan yang berhubungan dengan moral. Etika lebih mengarah
ke penggunaan akal budi dengan objektivitas guna menentukan benar atau
salahnya serta tingkah laku seseorang terhadap lainnya.
Drs. H. Burhanudin Salam ⇒ Etika ialah sebuah cabang ilmu filsafat yang
membicarakan perihal suatu nilai-nilai serta norma yang dapat menentukan
suatu perilaku manusia ke dalam kehidupannya.
Aristoteles ⇒ Berbeda dari yang lain, ia mendefinisikan etika menjadi 2
pengertian yaitu: Terminius Technicus dan Manner and Cutom. Terminius
Technicus ialah sebuah etika yang dipelajari sebagai suatu ilmu pengetahuan
yang mempelajari suatu problema tindakan manusia.
Sedangkan Manner and Cutom adalah sebuah pembahasan etika yang
berhubungan dengan tata cara dan adat kebiasaan yang melekat dalam diri
manusia. Sangat terkait dengan “baik & buruknya” suatu perilaku, tingkah, atau
perbuatan manusia.

Pengertian etika secara umum adalah suatu peraturan atau norma yang bisa
digunakan sebagai acuan bagi perilaku seseorang yang berkaitan dengan
tindakan yang baik dan buruk yang dilakukan oleh seorang serta merupakan
suatu kewajiban dan tanggungan jawab moral.
Pengertian Etiket adalah sesuatu yang dikenal, diketahui, diulang, dan menjadi
kebiasaan dalam sebuah masyarakat, baik berwujud kata-kata maupun suatu
bentuk perbuatan nyata.

Perbedaan Etika dan Etiket


© emaze .com
 Dilihat dari segi asala kata Etika “ethos” ⇔ etiket “etiquette”
 Etika berlaku ada maupun tidak ada saksi ⇔ etiket berlaku sebab adanya
saksi mata
 Etika bersifat absolut ⇔ etiket relatif
 Cara pandang etika ke batiniah ⇔etiket lebih ke lahiriah
 Secara makna etika norma tentang perbuatan ⇔ etiket aturan yang
dijalankan
Dalam rangka menjernihkan istilah, maka kita harus perhatikan lagi apa
perbedaan antara “etika” dan “etiket”. Sering kali dua istilah ini dicampuradukkan
begitu saja, padahal perbedaan di antaranya sangat hakiki.
“Etika” di sini berarti “moral” sedangkan “etiket” berarti “sopan santun” (tentu saja
di samping arti lain “secarik kertas yang ditempelkan pada botol atau kemasan
barang”).

Apabila kita melihat dari asal usulnya, sebetulnya tidak ada kaitannya antara du
aistilah tersebut. Hal inilah yang menjadi lebih jelas, jika dibandingkan bentuk
kata bahasa Inggris, yaitu ethics dan etiqiette.

Etika Filosofis

Secara harfiah etika filosofis itu bisa dikatakan sebagai etika yang berasal dari
kegiatan berfilsafat atau berpikir, yang dikerjakan manusia. Oleh karena itu
sebenarnya etika termasuk bagian dari filsafat.

Karena termasuk filsafat maka ketika berbicara etika tidak bisa dilepaskan dari
filsafat, dari sini diambil kesimpulan bahwa jika seseorang ingin mengetahui
unsur-unsur etika maka ia harus bertanya juga perihal unsur-unsur filsafat. Di
bawah ini akan dijelaskan 2 sifat etika.

1. Non Empiris

Ilmu empiris adalah sebuah ilmu yang didasarkan pada fakta atau yang konkret.
Namun berbeda dengan filsafat (tidak demikian), filsafat berusaha melampaui
yang konkret yang seakan-akan menanyakan apa di balik gejala-gejala konkret.

Begitupun dengan etika yang tidak berhenti terhadap apa yang konkret secara
faktual dilakukan, tapi bertanya perihal apa yang mesti dikerjakan dan apa yang
tidak boleh dikerjakan.

2. Praktis

Berbagai cabang filsafat membicarakan tentang sesuatu “yang ada”. Seperti


contoh filsafat hukum mempelajari apa itu hukum. Namun tak demikian, etika
tidak terbatas hanya itu saja melainkan bertanya seputar “apa yang harus
dilakukan”.
Dengan demikian etika sebagai cabang filsafat yang sifatnya praktis, sebab
langsung berhubungan dengan apa yang boleh dan tidak boleh dikerjakan. Akan
tetapi perlu diingat bahwa bukanlah praktis dalam artian menyajikan resep-resep
siap pakai.

Etika juga tidak mempunyai sifat teknis melainkan reflektif, maksudnya adalah
etika hanya menganalisa tema-tema pokok seperti hati nurani, kebebasan, serta
hak dan kewajiban dll.

Etika Teologis

Dalam hal ini terdapat 2 hal yang mesti diingat, pertama etka teologis bukan
hanya milik agama tertentu melainkan setiap agama dapat memiliki etika ini
secara masing-masing.

Contoh dalam etika Kristen misalnya, etika teologis adalah etika yang bertitik
tolak dari presuposis-presuposis mengenai Allah atau yang Illah, juga
memandang kesusilaan bersumber dari dalam kepercayaan terhadap Allah.

Sebab itulah Jongeneel menyebut “etika teologis” sebagai “etika transenden dan
etika teosentris”. Etika teologis Kristen mempunyai objek sama dengan etika
secara umum yaitu tingkah laku manusia.

Setiap agama dapat memiliki etika teologisnya berdasarkan apa yang diyakini
dan menjadi sistem nilai yang dianut.

Relasi Etika Filosofis dan Etika Teologis

Sepanjang sejarah pertemuan antara kedua etika diatasa terdapat 3 jawaban


menonjol yang dikemukakan atas pertanyaan di atas yaitu :

1. Revisionisme

Tanggapan ini berasal dari Augustinus (354 – 430) ia menyatakan bahwa etika
teologis bertugas untuk merevisi yaitu mengoreksi dan memperbaiki etika
filosofis.
2. Sintetis

Jawaban kedua ini dikemukakan oleh Thomas Aquinas (1225 – 1274) yang
menyintesiskan etika filosofis dan teologis sedemikian rupa, sampai kedua jenis
etika ini mempertahankan identitas masing-masing, menjadi satu hal baru.

Akhirnya akan diperoleh hasil berupa etika filosofis menjadi lapisan bawah yang
sifatnya umum, sedangkan etika teologis menjadi lapisan atas yang bersifat
khusus.

3. Diaparalelisme

Jawaban terakhir ini kemukakan oleh F.E.D. Schleiermacher tahun (1768 –


1834) yang menganggap kedua etika tersebut sebagai gejala-gejala yang
sejajar. Hal ini bisa diumpamakan seperti sepasang rel kereta api yang sejajar.

Mengenai pendapat-pendapat di atas ada beberapa yang keberatan, pendapat


Augustinus dapat dilihat jelas bahwa etika filosofi tidak dihormati setingkat
dengan etika teologis.

Sedangkan pandangan Thomas Aquinas dikomentari sama seperti pendapat


Augustinus.

Kemudian ada pendapat menyatakan perlunya suatu hubungan yang dioalogis


antara keduanya. Dengan hubungan dialogis ini maka relasi keduanya akan
terjalin, bukan hanya saling menatap dari dua horizon yang pararel saja.

Sehingga diharapkan dengan adanya hubungan ini bisa mencapai suatu tujuan
bersama yang mulia, yaitu membantu manusia dalam bagaimana seharusnya
menjalani hidup.

Contoh Etika dan Etiket


© rosyarachmania.wordpress .com

Contoh Etika

 “Di hari senin santri dilarang mencuci” Seorang yang mempunyai etika ia
tidak akan mencuci ketika hari senin, meskipun ada kesempatan dan tidak
ada saksi yang mengawasinya
 Mencuri atau merugikan orang lain
 Terlambat ngampus, ngantor, atau lainnya
Contoh Etiket

 Adab ngupil, kentut, meludah, dan sebagainya, berbagai macam tindakan


tersebut akan dinilai kurang sopan jika ada orang lain yang
menyaksikannya, sementara jika tidak ada orang hal ini bukanlah suatu
masalah
 Makan tanpa sendok, etiket makan tanpa sendok hanya berlaku pada
kalangan borjuis saja, sementara dalam agama Islam tindakan ini
merupakan sunnah
Makna etiket sendiri lebih sempit yaitu terkait dengan cara perbuatan yang mesti
dikerjakan contohnya memberi sesuatu menggunakan tangan kanan, menutup
mulut saat menguap, dan sebagainya.

Pengertian etika ialah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk, etika juga merupakan ilmu tentang hak dan
kewajiban moral atau akhlak. Sedangkan, profesi atau bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian tertentu.
Sehingga pengertian etika profesi adalah suatu ilmu mengenai hak dan kewajiaban yang diladasi dengan pendidikan
keahlian tertentu salahnya dalam bidang keteknikan. Bidang keteknikan merupakan suatu bidang yang berorientasi
dalam menyelesaikan masalah. Sehingga pada aplikasinya etika profesi bidang keteknikan ini merupakan suatu ilmu
tentang hak dan kewajiban untuk menyelesaikan masalah dalam suatu pekerjaan. Dasar ini merupakan hal yang
diperlukan dalam bidang keteknikan. Sehingga tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan yang menyebabkan
ketidaksesuain dengan bidang tersebut. Profesionalisme sangat penting dalam suatu pekerjaan, bukan hanya
loyalitas. Sehingga, etika profesilah yang sangat penting. Bidang keteknikan tergabung atas berbagai bidang, dimana
dalam bidang pekerjaan disini akan ada banyak orang yang tergabung, tidak menutup kemungkinan terdapat teman,
saudara ataupun orang yang dicinta. Sehingga ketika hendak mengambil keputusan tidak terjadi penyimpangan, oleh
sebab itu etika disini sangat dibutuhkan, sehingga tidak terjadi ketidakadilan. Salah tetap salah dan benar tetap
benar.

Etika sangat penting dalam menyelesaikan suatu masalah dalam bidang keteknikan, sehingga bila suatu
profesi keteknikan tanpa etika akan terjadi penyimpangan-penyimpangan yang mengakibatkan terjadinya
ketidakadilan. Ketidakadilan yang dirasakan oleh orang lain akan mengakibatkan kehilangan kepercayaan.
Kehilangan kepercayaan berdampak sangat buruk, karena kepercayaan merupakan suatu dasar atau landasan yang
dipakai dalam suatu pekerjaan.

Pengertian Profesi
Profesi adalah suatu pekerjaan yang melaksanakan tugasnya memerlukan atau
menuntut keahlian (expertise), menggunakan teknik-teknik ilmiah, serta dedikasi yang
tinggi. Keahlian yang diperoleh dari lembaga pendidikan khusus diperuntukkan untuk
itu dengan kurikulum yang dapat dipertanggung jawabkan. Seseorang yang menekuni
suatu profesi tertentu disebut professional, sedangkan professional sendiri mempunyai
makna yang mengacu kepada sebutan orang yang menyandang suatu profesi dan sebutan
tentang penampilan seseorang dalam mewujudkan unjuk kerja sesuai dengn profesinya.
Etika Deskriptif
Etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan perilaku manusia serta apa
yang dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya sebagai sesuatu yang bernilai. Artinya etika
deskriptif tersebut berbicara mengenai fakta secara apa adanya, yakni mengenai nilai dan
perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas yang
membudaya. Dapat disimpulkan bahwa tentang kenyataan dalam penghayatan nilai atau
tanpa nilai dalam suatu masyarakat yang dikaitkan dengan kondisi tertentu memungkinkan
manusia dapat bertindak secara etis.

Etika deskriptif menurut pendapat Katt Soff bahwa etika bersangkutan dengan nilai dan ilmu
pengetahuan yang membicarakan masalah baik dan buruknya tingkah laku manusia dalam
kehidupan bermasyarakat. Etika bersangkutan dengan pencatatan terhadap corak-corak
predikat serta tanggapan-tanggapan kesusilaan yang dapat ditemukan dalam masyarakat.
Sehingga ilmu ini hanya bersifat pemaparan atau penggambaran saja.

Etika deskriptif dapat disimpulkan sebagai bentuk implementasi perbuatan serta perilaku yang
diterapkan setiap manusia merupakan landasan pergaulan kehidupan antar manusia dalam
ruang lingkup lingkungan masyarakat.

Etika normatif
Etika sering dipandang sebagai suatu ilmu yang mengadakan ukuran-ukuran atau norma-norma
yang dapat dipakai untuk menanggapi atau menilai perbuatan dan tingkah laku seseorang dalam
bermasyarakat. Etika normatif ini berusaha mencari ukuran umum bagi baik dan buruknya
tingkah laku.

Etika kefilsafatan
Analisis tentang apa yang orang maksudkan bilamana mempergunakan predikat-predikat
kesusilaan. Apa yang disebut perbuatan etis, tidak etis dan sebagainya. Analisis ini diperoleh
dengan mengadakan penyelidikan tentang penggunaan yang sesungguhnya dari predikat-
predikat yang terdapat dalam pernyataan. Secara lebih jelas kefilsafatan mempersoalkan
tentang arti-arti yang dikandung oleh istilah-istilah kesusilaan yang dipergunakan oleh orang
dalam membuat tanggapan-tanggapan kesusilaan.

Etika normatif
Etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya dimiliki oleh
manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan tindakan apa yang bernilai
dalam hidup ini jadi etika normatif merupakan norma-norma yang dapat menuntun agar
manusia bertindak secara baik dan menghindarkan hal-hal yang buruk, sesuai dengan kaidah
atau norma yang disepakati dan berlaku di masyarakat (Ruslan, 2002 : 38).

Anda mungkin juga menyukai