Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS REKAHAN MIKRO PADA BATUAN GRANITIK DAN

KAITANNYA DENGAN STRUKTUR CEKUNGAN OMBILIN

Muhamad Hafidh A*, M Burhannudinnur1, Wildan Tri K2


Teknik Geologi, Universitas Trisakti, Jakarta

Abstrak
Struktur geologi merupakan salah satu gejala umum yang mengakibatkan suatu batuan terdeformasi. Kajian geologi untuk
mempelajari struktur geologi seperti orientasi dilakukan dengan melihat singkapan sesar yang ada di lokasi suatu daerah.
Metode alternatif yang dapat digunakan yaitu dengan analisis rekahan mikro pada sayatan tipis. Penelitian dilakukan pada
singkapan batuan dasar granitik pada sungai Indragiri di daerah Muaro Silokek, Sumatera Barat yang berada pada
Cekungan Ombilin. Cekungan Ombilin dibentuk oleh dua terban yang memanjang dengan arah baratlaut-tenggara searah
dengan struktur besar Sesar Sumatera berumur Paleogen dan Neogen, dibatasi oleh Sesar Tanjung Ampalu berarah utara-
selatan. Pada daerah ini tersingkap batuan dasar (basement) dari Cekungan Ombilin yang berumur Triassic-Jurrasic
dimana batuan dasar ini berwarna abu-abu kemerahan, euhedral-subhedral, fanerik, mineral feldspar, kuarsa, biotit,
plagioklas, mika. Terdapat dua pola rekahan yaitu tenggara-baratlaut dan timurlaut-baratdaya yang saling berpasangan
(konjugasi). Pada batuan dasar granitik ini didominasi oleh shear fracture.

Kata-kata kunci: rekahan mikro, granitik, rekahan, Silokek, Cekungan Ombilin. shear fracture.

Abstract
Geological structure is one of the general facts found in a deformed framework. Geological studies to study geological
structures such as moving by looking at fault outcrops in any area. An alternative method that can be used is by analyzing
micro fractures in thin incisions. The study was carried out on the basic outcrops of granitic rocks on the Indragiri river in the
Muaro Silokek area, West Sumatra which is in the Ombilin Basin. The Ombilin Basin is made by two beds extending
northwest-southeast in the direction of the large structure of the Sumatran Fault and Paleogene and Neogen, understood by
the north-south trending Tanjung Ampalu Fault. In this area the basement of the Ombilin Basin is descended from Triassic-
Jurrasic descendants where the base is reddish gray, subuhedral euhedral, faneric, mineral feldspar, quartz, biotite,
plagioclase, mica. There are two fracture patterns namely southeast-northwest and northeast-southwest that are mutually
conjugated. On this basis the granitic is designed by shear fractures.

Keywords: fracture micro, granitic, fracture, Silokek, Ombilin Basin, shear fracture.

*Penulis untuk korespondensi (corresponding author):


E-mail: hafidzdahni@yahoo.co.id
Tel: +62-82299913881

I. PENDAHULUAN dibandingkan dengan orientasi struktur regional


Struktur geologi merupakan salah satu gejala umum Cekungan Ombilin.
yang mengakibatkan suatu batuan terdeformasi (L.O. Lokasi penelitian berada pada Daerah Muaro Silokek,
Ngkoimani 2011). Pada umumnya, kajian geologi Kabupaten Sijunjung, Provinsi Sumatera Barat yang
untuk mempelajari struktur geologi dilakukan berada pada Cekungan Ombilin. Dimana objek yang
dengan melihat singkapan sesar yang ada di lokasi diamati yaitu batuan dasar granitik yang berada pada
suatu daerah. Sesar tersebut diindikasikan dengan sungai Indragiri. Cekungan Ombilin memanjang
adanya sungai, air terjun. Metode alternative yang dengan arah barat laut - tenggara searah dengan
dapat digunakan yaitu dengan analisis rekahan mikro struktur besar Sesar Sumeatra. Berada dalam busur
pada sayatan. Pada lokasi yang tidak menunjukkan magmatik dan kompleks tinggian Sumatera maka
indikasi sesar, tidak menjamin bahwa pada lokasi itu cekungan ini merupakan cekungan yang sempit yang
tidak terdapat sesar meskipun patahannya memiliki dibatasi langsung oleh singkapan batuan dasar dan
ukuran kecil (L.O. Ngkoimani 2011). kompleks volkanik yang tersingkap di permukaan.
Sebuah patahan besar selalu diawali dari patahan Pada daerah ini tersingkap batuan granitik (basement)
kecil, tidak akan ada sebuah patahan besar jika tidak dari Cekungan Ombilin. Terdapat pola dari rekahan
dimulai dari patahan kecil (L.O. Ngkoimani 2011). di basement ini ada dua yaitu NW-SE dan NE-SW
Dalam penelitian ini akan dilakukan analisis rekahan yang saling berpasangan (konjugasi).
mikro batuan melalui analisis rekahan pada sayatan
tipis batuan granitik. Analisis dilakukan dengan
menggunakan Software Dips, dan hasilnya
Gambar 1. Peta lokasi penelitian berdasarkan Google Earth
dan data DOM.

Batasan masalah pada penelitian ini adalah analisis


rekahan mikro pada sayatan tipis batuan dasar granit
untuk mengetahuin pola serta distribusi rekahan
alami pada sayatan tipis batuan granitik daerah
Silokek, Kabupaten Sijunjung, Provinsi Sumatra Gambar 2. Fisiografi Sumatera Tengah (van Bemmelen,
Barat dimana sayatan didapatkan dari pengambilan 1949)
sampel terarah disetiap lokasi pengamatan. Dalam
penelitian ini tidak membahas tentang tatanan Pada daerah penelitian berada pada Cekungan
stratigrafi. Ombilin termasuk ke dalam Zona Pegunungan
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini Barisan bagian muka dengan massa yang naik.
dapat menghasilkan arah orientasi rekahan pada Cekungan Ombilin merupakan cekungan Tersier
daerah penelitian dengan melakukan analisis rekahan yang memiliki batas berupa batuan Pra-tersier yang
mikro pada sayatan batuan, memberikan gambaran biasa disebut intramontane basin. Batuan dasar
mengenai litologi batuan secara detail dengan Cekungan Ombilin adalah batuan Pra-Tersier, dan
deskripsi secara mikroskopis, dan diharapkan bahwa tersingkap di sekeliling sedimen Tersier. Silitonga
pada Daerah Muaro Silokek kita dapat melakukan dan Kastowo (1975) mengklasifikasikan batuan Pra-
karakterisasi rekahan pada skala mikro dan dapat Tersier menjadi tiga formasi yaitu Formasi Kuantan,
dijadikan sebagai acuan untuk analisis rekahan mikro Formasi Silungkang, dan Formasi Tuhur, dan batuan
pada daerah yang lain. intrusi granitik.
Cekungan Ombilin terbentuk akibat sesar mendatar
Pulau Sumatera yang ber arah baratlaut – tenggara
II. GEOLOGI LOKASI PENELITIAN yang berada di bagian busur magmatik dari
Secara fisiografis Sumatera Tengah dibagi menjadi Pegunungan Barisan (van Bemmelen, 1949).
tujuh zona, yaitu Dataran Aluvial Pantai Timur,
Cekungan Tersier Sumatra Tengah, Zona Depresi
Tengah dari Daerah Barisan, Pegunungan Barisan
Depan, Sekis Barisan atau Daerah Barisan Timur,
Daerah Dataran Tinggi Barisan, Dataran Aluvial
Pantai Barat (Tobler, 1922 dalam van Bemmelen,
1949). Fisiografi daerah Sumatera Tengah dibagi
menjadi Zona Pegunungan Tiga Puluh, Zona Sesar
Semangko, Zona Pegunungan Bukit Barisan, Zona
Dataran Rendah dan Zona Dataran Bergelombang
(Tobler, 1922 dalam van Bemmelen, 1949).

Gambar 3. Peta sebaran batuan dasar di Cekungan Ombilin


(Koning, 1985).
III. METODE PENELITIAN
Sampel batuan yang digunakan adalah batuan beku
asam yang diambil dari Desa Muaro, Kabupaten
Sijunjung, Provinsi Sumatera Barat. Lokasi
pengambilan sampel dilakukan pada sepuluh lokasi
yaitu : keseluruhan sampel yang diambil dalam
bentuk sampel setangan (hand sample) diperoleh 10
hand sample dan 10 sayatan tipis. Selanjutnya dari
sampel yang dihasilkan, dilakukan hal-hal sebagai
berikut : (1) pembuatan sayatan tipis batuan (thin Gambar 5. Foto sayatan tipis syenogranite SL 2 dengan
section), (2) mengambil gambar foto pada setiap hasil perbesaran 4x (Adzhani, 2019).
sayatan dengan menggunakan mikroskop perbesaran
4x dengan metode Gridding, (3) deskripsi petrografi
pada setiap sayatan, (4) penentuan arah rekahan
mikro pada sayatan batuan (5) pembuatan plot
stereonet orientasi struktur menggunakan software
Dips, interpretasi pola struktur berdasarkan data
sayatan tipis, (7) membandingkan pola struktur
sayatan tipis dengan struktur regional Cekungan
Ombilin.
Gambar 6. Foto sayatan tipis monzogranite SL 3 dengan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN perbesaran 4x (Adzhani, 2019).
Dari setiap rangkaian tahap preparasi 10 sampel
diperoleh hasil sayatan tipis, mikrofoto, dan plot
stereonet berdasarkan orientasi rekahan mikro pada
sayatan batuan dan komposisi mineral yang
terkandung di dalamnya. Batuan granitic ini terbagi
menjadi tiga berdasarkan klasifikasi Streckeisen
(1991), yaitu syenogranite, monzogranite, dan
quartz-rich granitoid.

Gambar 7. Foto sayatan tipis quartz-rich granitoid SL 8


dengan perbesaran 4x (Adzhani, 2019).

Gambar 4. Diagram QAP untuk klasifikasi batuan beku Gambar 8. Foto sayatan tipis syenogranite SL 6 dengan
plutonik pada batuan dasar di daerah penelitian. Q= perbesaran 4x (Adzhani, 2019).
kuarsa, A= alkali-feldpsar, P= plagioklas, SL 1= kode
sampel. Klasifikasi berdasarkan Streckeisen (1991).

Komposisi mineral utama yang terdapat dalam


sampel di antaranya : kuarsa, feldspar, plagioklas
serta mineral sekunder yaitu : hornblende, biotit,
mika, mineral opak.
Tabel IV.1. Ringkasan hasil analisis petrografi batuan monzogranite dengan koordinat 00037' 01,50" S dan
dasar granitik (Adzhani, 2019). 1010 00'58,86" didapatkan orientasi struktur dari plot
stereonet sebanyak 158 data yang diperoleh bahwa
banyaknya rekahan yang mendominasi adalah pada
arah: 175° (12%), 185° (13%), 195° (5%), 205°
(5%), 215° (20%), 225° (20%), 235° (15%), 245°
(10%). Dari hasil analisis tersebut arah orientasi
yang paling mendominasi pada arah 215° dan 235°
yaitu berada pada orientasi timur laut – barat daya.

Terdapat empat orientasi rekahan mikro yang


didapatkan dari semua sayatan tipis batuan granitik
yaitu orientasi utara – selatan, timur laut – barat
daya, barat – timur, tenggara – barat laut. Gambar 9. Rekahan dengan arah N 225° E pada sayatan
Pada lokasi SL 1 dimana batuan monzogranite tipis granitik dengan orientasi timur laut – barat daya serta
dengan koordinat 00037' 05,43" S dan 1010 plot stereonet orientasi struktur pada lokasi SL 1 (Adzhani,
2019).
00'56,63" E didapatkan orientasi struktur dari plot
stereonet sebanyak 200 data yang diperoleh bahwa
banyaknya rekahan yang mendominasi adalah pada
arah :183° (15%), 190° (10%), 203° (15%), 210°
(10%), 225° (35%), 235° (10%), 326° (5%). Dari
hasil analisis tersebut arah orientasi yang paling
mendominasi yaitu pada arah 225° yaitu berada pada
orientasi timur laut – barat daya.
Pada lokasi SL 2 dimana batuan syenogranite
dengan koordinat 00037' 01,59" S dan 1010
00'59,41" E didapatkan orientasi struktur dari plot
stereonet sebanyak 230 data yang diperoleh bahwa
banyaknya rekahan yang mendominasi adalah pada
arah: 205° (10%), 215°(25%), 225°(10%),
235°(5%), 245°(20%), 255°(25%), 265°(5%). Dari
hasil analisis tersebut arah orientasi yang paling
mendominasi pada arah 215°, 245°, dan 255° yaitu
berada pada orientasi timur laut – barat daya.
Pada lokasi SL 8 dimana batuan quartz – rich Gambar 10. Rekahan dengan arah N 225° E pada sayatan
tipis granit dengan orientasi timur laut – barat daya di
granitoid dengan koordinat 0° 37' 06.1"S dan 101°
lokasi SL 2 serta plot stereonet orientasi struktur (Adzhani,
00' 56.0" E didapatkan orientasi struktur dari plot 2019).
stereonet sebanyak 244 data yang diperoleh bahwa
banyaknya rekahan yang mendominasi adalah pada
arah: 205° (15%), 215° (15%), 225° (30%), 235°
(15%), 245° (5%), 285° (10%), 295° (10%). Dari
hasil analisis tersebut arah orientasi yang paling
mendominasi pada arah 225° yaitu berada pada
orientasi timur laut – barat daya.

Pada lokasi pengamatan SL 3 dimana batuan


Gambar 13. Orientasi rekahan mikro berdasarkan analisis
di sayatan tipis pada setiap lokasi pengambilan sampel
Gambar 11. Rekahan dengan arah N 215° E pada sayatan pada batuan granitic (Adzhani, 2019).
tipis granit dengan orientasi timur laut – barat daya yang
terisi oleh mineral serisit di lokasi SL 8 serta plot stereonet
orientasi struktur (Adzhani, 2019).

Gambar 12. Rekahan dengan arah N 235° E pada sayatan


Gambar 14. Orientasi rekahan mikro gabungan
tipis granit dengan orientasi timur laut – barat daya di
berdasarkan analisis sayatan tipis dari semua semua data
lokasi SL 3 serta plot stereonet orientasi struktur (Adzhani,
setiap lokasi pengamatan pada sampel batuan granitic
2019).
(Adzhani, 2019).
Tabel 2. Arah orientasi rekahan mikro di setiap lokasi
pengamatan (Adzhani, 2019) Dari hasil gabungan stereonet dari analisis arah
rekahan mikro pada batuan granitik menunjukkan
orientasi rekahan mikro yang di dominasi pada arah
utara - selatan dan utara timur laut – selatan barat
daya.
Jika dibandingkan dengan orientasi struktur pada
Cekungan Ombilin, dimana pola struktur
keseluruhan dari cekungan Ombilin menunjukkan
arah baratlaut-tenggara yang mana sistem sesar yang
berarah utara-selatan dapat berbaur dengan sistem
sesar yang berarah baratlaut-tenggara menurut
Situmorang, dkk.(1991) .

V. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
penamaan batuan granitik pada lokasi penelitian
dibagi menjadi tiga yaitu syenogranite,
monzogranite, dan quartz-rich granitoid.
Kecenderungan arah rekahan mikro pada keseluruhan 2. Bemmelen, R.W. Van., 1949. The Geology of
sayatan batuan granitik berarah utara-selatan dan Indonesia, Vol. 1 A, Government Printing
utara timur laut-selatan barat daya. Hasil ini Office, The Hauge.
3. Kastowo, Leo, G. W., Gafoer, S., dan Amin, T.
mengindikasikan bahwa metode analisis rekahan
C. (1996). Peta Geologi Lembar Padang
mikro pada sayatan batuan menggunakan software Sumatra, Pusat Penelitian dan Pengembangan
Dips dapat digunakan sebagai metode alternative Geologi, Bandung, 0715.
interpretasi tektonik. 4. Koning, T., October 1985. “Petroleum
Geology of the Ombilin Intermontane Basin,
UCAPAN TERIMAKASIH West Sumatra”.
Ucapan terimakasih disampaikan kepada Alwin 5. L.O. Ngkoimani, 2011. Analisa Struktur
Daniel Simanjuntak dan Galang Fahmi Maulana, atas Tektonik Mikro pada Batuan Ultrabasa
keterlibatannya dalam penelitian ini. Terimakasih Menggunakan Software Windrose Pro. 2.3 dan
juga disampaikan kepada bapak Wildan Tri Kaitannya dengan Struktur Tektonik di Pulau
Koesmawardani, ST. MT yang telah mebantu penulis Wawonii, Jurnal Aplikasi Fisika Vol 7 No 2.
mulai dari prose pengambilan data hingga proses 6. Situmorang, B., Yulihanto, B., Guntur,
penyusunan laporan. Terimaksih juga disampaikan A., Himawan, R., Jacob, T.G. (1991)
kepada bapak Dr. Ir. M. Burhannudinnur, Msc selaku Structural Development of the Ombilin
pembimbing utama yang telah memberi masukan dan Basin West Sumatra. Proceedings of the 2th
arahan kepada penulis dalam menyelesaikan Annual Convention Indonesian Petroleum
penelitian ini sampai tahap proses penyusunan Association, 1-15.
laporan. 7. Streckeisen A.L. 1991. The IUGS systematics
of igneous rocks. Journal of the Geological
DAFTAR PUSTAKA Society, London, Vol. 148 pp. 825-833.
1. Adzhani, 2019. Analisis Rekahan Mikro Pada Switzerland
Batuan Granitik Daerah Muaro Silokek
Kabupaten Sijunjung Provinsi Sumatera Barat

Anda mungkin juga menyukai