Anda di halaman 1dari 9

STOKIOMETRI PERUBAHAN BILOKS

TUGAS KIMIA 1

Dimas Theo Prabowo


072001500027

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI
UNIVERSITAS TRISAKTI
2019
BAB 1
TEORI DASAR
Suatu reaksi kimia adalah proses dimana ikatan atom di dalam molekul-molekul zat-zat yang
bereaksi dipecahkan, diikuti oleh penyusunan kembali dari atom-atom tersebut dalam kombinasi
molekul baru. Dengan perkataan lain, timbul zat kimia baru dan yang lama hilang, tetapi atom
atomnya tetap sama. (Harijono.1987:103)
Reaksi kimia secara umum dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu reaksi asam-basa dan
reaksi redoks. Secara garis besar, terdapat perbedaan yang mendasar antara kedua jenis reaksi
tersebut, yaitu pada reaksi redoks terjadi perubahan bilangan oksidasi (biloks), sedangkan pada
reaksi asam-basa tidak ada perubahan biloks. Kedua kelompok reaksi kimia ini dapat
dikelompokkan ke dalam 4 tipe reaksi: Sintesis, Dekomposisi, Penggantian Tunggal, dan
Penggantian Ganda.(Yusuf.2011)
Stoikiometri berasal dari kata yunani, stoicheion (unsure) dan mettrein (mengukur), berarti
mengukur unsur. Pengertian unsur-unsur dalam hal ini adalah partikel-partikel atom, ion, molekul
atau electron yang terdapat dalam unsur atau senyawa yang terlibat dalam reaksi kimia.
Stoikiometri yang menyangkut cara untuk menimbang dan menghitung spesi-spesi kimia atau
dengan kata lain, stoikiometri adalah kajian tentang hubungan-hubungan kuantitatif dalam reaksi
kimia. (Achmad.1996:2)
Stoikiometri beberapa reaksi dapat dipelajari dengan mudah, salah satunya dengan metode JOB
atau metode Variasi Kontinu, yang mekanismenya yaitu dengan dilakukan pengamatan terhadap
kuantitas molar pereaksi yang berubah-ubah, namun molar totalnya sama. Sifat fisika tertentunya
(massa, volume, suhu, daya serap) diperiksa, dan perubahannya digunakan untuk meramal
stoikiometri sistem. Dari grafik aluran sifat fisik terhadap kuantitas pereaksi, akan diperoleh titik
maksimal atau minimal yang sesuai titik stoikiometri sistem, yang menyatakan perbandingan
pereaksi-pereaksi dalam senyawa.
Perubahan kalor pada reaksi kimia bergantung jumlah pereaksinya. Jika mol yang bereaksi diubah
dengan volume tetap, stoikiometri dapat ditentukan dari titik perubahan kalor maksimal, yakni
dengan mengalurkan kenaikan temperatur terhadap komposisi campuran. ( Sutrisno.1986:247)
Ilmu kimia merupakan salah satu cabang dari sains. Sasaran utama ialah mempelajari setiap
persoalan di alam dengan eksperimen dan menemukan fisika biasanya diperoleh melalui
eksperimen. Oleh karena itu ilmu kimia adalah ilmu yang berlandaskan eksperimen. Jika dari
sejumlah eksperimen diperoleh hasil yang sama maka ktentuan ini dapat diungkapkan dalam
pernyataan yang singkat disebut hukum. Jadi hokum adalah ketentuan yang diperoleh dari hasil
eksperimen. Pernyataan yang umum digunakan untuk menyatakan hukum kekekalan massa adalah
massa dapat berubah bentuktetapi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan. Untuk suatu proses
kimiawi di dalam suatusistem tertutup, massa dari reaktan harus sama dengan massa produk.
Berdasarkan ilmu relativitas spesial, kekekalanmassa adalah pernyataan dari kekekalan energi.
Massa partikel yang tetap dalam suatusistem ekuivalen dengan energi momentum pusatnya. Pada
beberapa peristiwa radiasi,dikatakan bahwa terlihat adanya perubahan massa menjadi energi. Hal
ini terjadi ketikasuatu benda berubah menjadi energi kinetik/energi potensial dan sebaliknya.
Karena massadan energi berhubungan, dalam suatu sistem yang mendapat/mengeluarkan energi,
massadalam jumlah yang sangat sedikit akan tercipta/hilang dari sistem. Namun demikian,
dalamhampir seluruh peristiwa yang melibatkan perubahan energi, hukum kekekalan massadapat
digunakan karena massa yang berubah sangatlah sedikit.
Hukum perbandingan tetap (hukum proust) berbunyi:” perbandingan massa unsur-unsur dalam
suatu senyawa adalah tertentu dan tetap” sehingga segala jenis senyawa pasti terdiri dari
perbandingan massa yang pasti.
Hukum perbandingan berganda (hukum Dalton) berbunyi: ”jika dua unsur dapat membentuk satu
atau lebih senyawa, maka perbandingan massa dari unsure lain yang tertentu massanya akan
merupakan bilangan mudah dan tetap.” (Tresna.1985.37-41)
Hukum Perbandingan Volume (Gay Lusssac) berbunyi “Volume gas-gas yang bereaksi dan
volume gas-gas hasil reaksi berbanding sebagai bilangan bulat yang sederhana bila diukur pada
suhu dan tekanan yang sama “ (dody.2009)
Hukum Avogrado berbunyi "Pada suhu dan tekanan yang sama, gas-gas yang volumenya sama
mengandung jumlah mol yang sama.
Hukum Gas Ideal
PV = nRT
Persamaan ini dikenal dengan julukan hukum gas ideal alias persamaan keadaan gas ideal.
Keterangan :
P = tekanan gas (N/m2)
V = volume gas (m3)
n = jumlah mol (mol)
R = konstanta gas universal (R = 8,315 J/mol.K)
T = suhu mutlak gas (K)
Penyetaraan reaksi redoks dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
 Cara Bilangan Oksidasi
 Cara Setengah Reaksi ( Cara Ion-Elektron )
2. CARA PERUBAHAN BILANGAN OKSIDASI
Penyetaraan persamaan reaksi redoks dengan cara perubahan bilangan oksidasi, dilakukan dengan
melihat kecenderungan perubahan bilangan oksidasinya. Penyetaraan dilakukan dengan
menyamakan perubahan bilangan oksidasi. PADA CARA INI SUASANA REAKSI UMUMNYA BELUM
DIKETAHUI (AKAN DIKETAHUI DARI PERBEDAAN MUATAN PEREAKSI DAN HASIL REAKSI)
Langkah-langkah penyetaraan :
Contoh : Fe2+ + Cr2O72- –> Fe3+ + Cr3+
1. Menyetarakan unsur yang mengalami perubahan biloks
Fe2+ + Cr2O72- –> Fe3+ + 2Cr3+
1. Menentukan biloks masing-masing unsur /senyawa
Fe2+ + Cr2O72- –> Fe3+ + 2Cr3+
2+ +12 3+ +6

2. Menentukan selisih perubahan biloks


Fe2+ –> Fe3+ [biloks naik (oksidasi) –> selisih +2 ke +3 adalah 1
Cr2O72- –> 2Cr3+ [biloks turun (reduksi) –> selisih +12 ke +6 adalah 6
3. Menyamakan perubahan biloks dengan perkalian silang
Fe x 6 –> setiap anda menemukan unsur Fe kalikan dengan 6
Cr x 1 –> setiap anda menemukan unsur Cr kalikan dengan 1
Sehingga reaksi diatas menjadi

6Fe2+ + Cr2O72- –> 6Fe3+ + 2Cr3+


4. Menentukan muatan pereaksi dan hasil reaksi ( Jika muatan pereaksi lebih negatif/rendah maka
ditambah H+ berarti suasana Asam. Jika muatan pereaksi lebih positif/tinggi, maka ditambah
OH– berarti suasana basa.
6Fe2+ + Cr2O72- –> 6Fe3+ + 2Cr3+
+12 – 2 = +10 18+ 6 = +24
Artinya : muatan pereaksi lebih rendah, maka tambahkan H+ sebanyak selisih muatannya yaitu 24-
10 = 14 dan diletakkan di tempat yang muatannya kurang. Sehingga reaksi menjadi
6Fe2+ + Cr2O72- + 14H+ –> 6Fe3+ + 2Cr3+
5. Menyetarakan Hidrogen dengan menambah H2O pada tempat yang belum ada oksigennya.
6Fe2+ + Cr2O72- + 14H+ –> 6Fe3+ + 2Cr3+ + 7H2O
metode ion elektron. Ikuti langkah-langkah berikut:

1. Reaksi dipecah menjadi dua persamaan setengah reaksi, lalu masing-masing disetarakan melalui urutan
sebagai berikut:
(a) Setarakan jumlah atom selain atom O dan H, dengan menambahkan koefisien.
(b) Setarakan jumlah atom O dengan menambahkan H2O secukupnya di ruas yang kekurangan O.
(c) Setarakan jumlah atom H, dengan menambahkan H+ secukupnya di ruas yang berlawanan
(d) setarakan jumlah muatan dengan menambahkan elektron seruas dengan H+
Jika suasana asam penyetaraan selesai. Jika suasana basa H+ harus diganti dengan OH–dengan cara
sebagai berikut:
(e) Tambahkan OH– pada kedua ruas sebanyak H+
(f) gabungkan H+ dan OH– menjadi H2O
(g) kurangilah kelebihan H2O
2. Setarakan jumlah elektron pada dua buah setengah reaksi dengan menambahkan koefisien
3. Akhirnya, jumlahkanlah kedua buah setengah reaksi tersebut
BAB II
SOAL DAN JAWABAN

Contoh 1:

Reaksi redoks pada suasana asam


Cr2O72- + SO2 → Cr3+ + HSO4–
Cr2O72- → Cr3+
Cr2O72- + 14H + 6e– → 2Cr3+ + 7H2O …………………..(1)
SO2 → HSO4–
SO2 + 2H2O → HSO4– + 3H+ + 2e– ………………(2)
Reaksi (1) tetap sementara reaksi (2) dikalikan 3
Cr2O72- + 14H + 6e– → 2Cr3+ + 7H2O
3SO2 + 6H2O → 3HSO4– + 9H+ + 6e–
_______________________________________ +
Cr2O72- + 3SO2 + 5H+ → 2Cr3+ + HSO4– + H2O
Contoh 2:
Reaksi redoks pada suasana basa
Al + NO3– → AlO2– + NH3
Al + 2H2O → AlO2– + 4H+ + 3e–
Al + 2H2O + 4OH- → AlO2– + 4H+ + 4OH– + 3e–
Al + 2H2O + 4OH- → AlO2– + 4H2O + 3e–
Al + 4OH– → AlO2– + 2H2O + 3e–……………………….(1)
NO3– → NH3
NO3– + 9H+ + 8e– → NH3 + 3H2O
NO3– + 9H+ + 9OH– + 8e– → NH3 + 3H2O + 9OH–
NO3– + 9H2O + 8e– → NH3 + 3H2O + 9OH–
NO3– + 6H2O + 8e– → NH3 + 9OH–………………………(2)
Reaksi (1) dikali 8, dan reaksi (2) dikalikan 3:
8Al + 32OH– → 8AlO2– + 16H2O + 24e–……………………….(1)
3NO3– + 18H2O + 24e– → 3NH3 + 27OH–………………………(2)
___________________________________________________ +
8Al + 3NO3– + 5OH– + 2H2O → 8AlO2– + 3NH3
Contoh 3:
Setarakan reaksi : Al + NO3- → AlO2- + NH3 (basa)

Contoh 4
Sebanyak 6,4 gram gas metana dibakar sempurna dengan 32 gram gas oksigen, berapakah jumlah
molekul CO2 yang dihasilkan dari reaksi pembakaran tersebut? (Diketahui bilangan Avogadro : 6,02 x
10 23 dan Ar C = 12 ; H = 1 ; O =16)

Jawaban : 2,408 x 1023 molekul

Pembahasan :

Massa CH4 = 6,4 gram


Massa O2 = 32 gram

Mol CH4 = Massa CH4 / Mr CH4 = 6,4/16 = 0,4 mol


Mol O2 = Massa O2 / Mr O2 = 32/32 = 1 mol

Jumlah mol CO2 = Jumlah molekul CO2 / 6,02 x 10>23 molekul/mol

Jumlah molekul CO2 = 0,4 mol x 6,02 x 10>23 molekul/mol = 2,408 x 10>23 molekul
Contoh 5
Sebanyak 97,6 gram senyawa hidrat BaCl2.nH2O dipanaskan sehingga menghasilkan 83,2 gram
BaCl2 anhidrat . Tentukanlah rumus kimia senyawa hidrat tersebut ! (Diketahui Ar Ba = 137 ; Cl = 35,5 ; O
= 16 ; H = 1)

Jawaban : BaCl2.2H2O

Pembahasan :

Massa BaCl2.nH2O = 97,6 gram


Massa BaCl2 = 83,2 gram
Massa H2O = 97,6 gram -83,2 gram = 14,4 gram

Mol BaCl2 = Massa / Mr = 83,2 / 208 = 0,4 mol


Mol H2O = Massa / Mr = 14,4 / 18 = 0,8 mol

BaCl2.xH2O → BaCl2 + x.H2O

Rumus senyawa hidrat BaCl2.2H2O


BAB III
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Hiskia. 1985. Kimia Dasar (modul 1-5). Jakarta : UT

Brady, J.E dan Humiston. 1986. General Chemistry. New York: John Willey and Sons.
Hiskia, A dan Tupamahu. 1991. Stoikiometri Energi Kimia. Bandung: ITB Press.

Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). 2003. Standar kompetensi matapelajaran


kimia SMA dan MA. Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas: Jakarta

Eilks, I. 2005. Experiences and reflections about teaching atomic structure in jigsaw classroo
m in lower secondary school chemistry lessons. Journalof ChemicalEducation(JCE) 8
2 (2): 313–319

Fishtik, I & L.H. Berka. 2005. Procedure for decomposing a redox reaction into half-reactio
ns Journalof Chemical Education(JCE)82 (4) :552– 557

Ludwig, O.G. 1996. On balancing “Redox Challenges”. Journal of Chemical Education(JCE


) 73 (6): 507

Muhrudin, Udin. 2011. Praktikum Stoikiometri Reaksi. http://chemistapolban.blogspot.com/


2011/06/praktikum-stoikiometri-reaksi.html. diakses tanggal 12 maret 2019

Syabatini, Annisa. 2008. Hukum-hukum Stoikiometri. http://usupress.usu.ac.id/files/


Kimia%20Dasar%20-%20Final_bab%201.pdf. diakses tanggal 12 maret 2019

Tegart, W.J. Elements of Materials Science and Engineering, The Macmillan Co. New
York. 1986

Anda mungkin juga menyukai