Anda di halaman 1dari 27

LANDASAN TEORI MEDIS

STRUMA NODUSA NON TOKSIK


(Post ops Strumektomy)
A. Pengertian struma nodosa non toksik
Struma nodosa non toksik adalah pembesaran kelenjar tyroid yang secara klinik teraba nodul satu
atau lebih tanpa disertai tanda-tanda hypertiroidisme. (Sri Hartini, Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, hal.
461, FKUI, 1987).
Anatomi kelenjar tyroid
Kelenjar tyroid mempunyai dua lobus, struktur yang kaya vaskularisasi, lobus terletak di
sebelah lateral trakea tepat dibawah laring dan dihubungkan dengan jembatan jaringan tiroid, yang
disebut isthmus, yang terlentang pada permukaan anterior trakea. Secara mikroskopik, tiroid
terutama terdiri atas folikel steroid, yang masing masing menyimpan materi koloid dibagian
pusatnya. Folikel memproduksi, menyimpan dan mensekresi kedua hormon utama T 3
(triodotironin) dan T4 (tiroksin). Jika kelenjar secara aktif mengandung folikel yang besar, yang
masing masing mempunyai jumlah koloid yang disimpan dalam jumlah besar sel selnya, sel
sel parafolikular mensekresi hormon kalsitonin. Hormon ini dan dua hormon lainnya
mempengaruhi metabolisme kalsium. Hormon hormon ini akan dibicarakan kemudian.
B. Etiologi
Adanya gangguan fungsional dalam pembentukan hormon tyroid merupakan faktor penyebab
pembesaran kelenjar tyroid antara lain :
Defisiensi iodium
Pada umumnya, penderita penyakit struma sering terdapat di daerah yang kondisi air minum
dan tanahnya kurang mengandung iodium, misalnya daerah pegunungan.

Kelainan metabolik kongenital yang menghambat sintesa hormon tyroid.


Penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia (seperti substansi dalam kol, lobak, kacang
kedelai).
Penghambatan sintesa hormon oleh obat-obatan (misalnya : thiocarbamide, sulfonylurea
dan litium).

C. Patofisiologi

Iodium merupakan semua bahan utama yang dibutuhkan tubuh untuk pembentukan hormon
tyroid. Bahan yang mengandung iodium diserap usus, masuk ke dalam sirkulasi darah dan
ditangkap paling banyak oleh kelenjar tyroid. Dalam kelenjar, iodium dioksida menjadi bentuk
yang aktif yang distimuler oleh Tiroid Stimulating Hormon kemudian disatukan menjadi molekul
tiroksin yang terjadi pada fase sel koloid. Senyawa yang terbentuk dalam molekul diyodotironin
membentuk tiroksin (T4) dan molekul yoditironin (T3). Tiroksin (T4) menunjukkan pengaturan
umpan balik negatif dari sekresi Tiroid Stimulating Hormon dan bekerja langsung pada
tirotropihypofisis, sedang tyrodotironin (T3) merupakan hormon metabolik tidak aktif. Beberapa
obat dan keadaan dapat mempengaruhi sintesis, pelepasan dan metabolisme tyroid sekaligus
menghambat sintesis tiroksin (T4) dan melalui rangsangan umpan balik negatif meningkatkan
pelepasan TSH oleh kelenjar hypofisis. Keadaan ini menyebabkan pembesaran kelenjar tyroid.
D. Manifestasi Klinis
Pada penyakit struma nodosa nontoksik tyroid membesar dengan lambat. Awalnya kelenjar ini
membesar secara difus dan permukaan licin. Jika struma cukup besar, akan menekan area trakea
yang dapat mengakibatkan gangguan pada respirasi dan juga esofhagus tertekan sehingga terjadi
gangguan menelan.
E. Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan atas dasar adanya struma yang bernodul dan tidak toksik, melalui :

Pada palpasi teraba batas yang jelas, bernodul satu atau lebih, konsistensinya kenyal.
Pada pemeriksaan laboratorium, ditemukan serum T4 (troksin) dan T3 (triyodotironin) dalam
batas normal.
Pada pemeriksaan USG (ultrasonografi) dapat dibedakan padat atau tidaknya nodul.
Kepastian histologi dapat ditegakkan melalui biopsi yang hanya dapat dilakukan oleh
seorang tenaga ahli yang berpengalaman.

F. Penatalaksanaan
Tindakan operasi
Pada struma nodosa non toksik yang besar dapat dilakukan tindakan operasi bila pengobatan
tidak berhasil, terjadi gangguan misalnya : penekanan pada organ sekitarnya, indikasi,
kosmetik, indikasi keganasan yang pasti akan dicurigai.
G. Pencegahan
Dengan pemberian kapsul minyak beriodium terutama bagi penduduk di daerah endemik
sedang dan berat.

Edukasi
Program ini bertujuan merubah prilaku masyarakat, dalam hal pola makan dan
memasyarakatkan pemakaian garam beriodium.
Penyuntikan lipidol
Sasaran penyuntikan lipidol adalah penduduk yang tinggal di daerah endemik diberi suntikan
40 % tiga tahun sekali dengan dosis untuk orang dewasa dan anak di atas enam tahun 1 cc,
sedang kurang dari enam tahun diberi 0,2 cc 0,8 cc.

LANDASAN TEORI KEPERAWATAN


STUMA NODOSA NON TOKSIK
(Post-ops Strumektomy)
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan, penulis menggunakan pedoman asuhan keperawatan
sebagai dasar pemecahan masalah pasien secara ilmiah dan sistematis yang meliputi tahap
pengkajian, perencanaan keperawatan, tindakan keperawatan dan evaluasi keperawatan.
Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dari dasar dalam proses keperawatan secara keseluruhan guna
mendapat data atau informasi yang dibutuhkan untuk menentukan masalah kesehatan yang
dihadapi pasien melalui wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik meliputi :

Aktivitas/istirahat ; insomnia, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan berat, atrofi otot.

Eliminasi ; urine dalam jumlah banyak, perubahan dalam faeces, diare.

Integritas ego ; mengalami stres yang berat baik emosional maupun fisik, emosi labil,
depresi.

Makanan/cairan ; kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan meningkat, makan
banyak, makannya sering, kehausan, mual dan muntah, pembesaran tyroid, goiter.

Rasa nyeri/kenyamanan ; nyeri orbital, fotofobia.

Pernafasan ; frekuensi pernafasan meningkat, takipnea, dispnea, edema paru (pada krisis
tirotoksikosis).

Keamanan ; tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan, alergi terhadap
iodium (mungkin digunakan pada pemeriksaan), suhu meningkat di atas 37,4 0C, diaforesis,
kulit halus, hangat dan kemerahan, rambut tipis, mengkilat dan lurus, eksoptamus :
retraksi, iritasi pada konjungtiva dan berair, pruritus, lesi eritema (sering terjadi pada
pretibial) yang menjadi sangat parah.

Seksualitas ; libido menurun, perdarahan sedikit atau tidak sama sekali, impotens

Langkah selanjutnya adalah penentuan diagnosa keperawatan yang merupakan suatu pernyataan
dan masalah pasien secara nyata maupun potensial berdasarkan data yang terkumpul.

Diagnosa keperawatan pada pasien dengan struma nodosa nontoksis khususnya post operasi dapat
dirumuskan sebagai berikut ;
1) Pola napas infektif berhubungan obtruksi jsln napas
2) Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan cedera pita suara/kerusakan laring, edema
jaringan, nyeri, ketidaknyamanan.
3) Resiko tinggi terhadap cedera/tetani berhubungan dengan proses pembedahan, rangsangan
pada sistem saraf pusat.
4) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan dengan tindakan bedah terhadap
jaringan/otot dan edema pasca operasi.
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan yang akan dilaksanakan untuk
menanggulangi masalah pasien sesuai diagnosa keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan
utama memenuhi kebutuhan pasien. Berdasarkan diagnosa keperawatan yang diuraikan di atas,
maka disusunlah rencana keperawatan/intervensi sebagai berikut :
1)

Pola napas infektif berhubungan dengan Obtruksi jalan napas

Tujuan yang ingin dicpai sesuai kriteria hasil :


Mempertahankan jalan nafas paten dengan mencegah aspirasi.
INTERVENSI

RASIONAL

Mandiri
1) Pertahankan jalan napas pasien dengan
memiringkan kepala,hyperekstensi
rahang,aliran udara faringeal
2) Auskultasi suara nafas, catat adanya
suara ronchi.
3) Kaji adanya dispnea, stridor, dan
sianosis. Perhatikan kualitas suara.
4) Waspadakan pasien untuk menghindari
ikatan pada leher, menyokong kepala
dengan bantal
5) Pantau Tanda-tanda vital
6) Lakukan pengisapan lendir pada mulut
dan trakea sesuai indikasi, catat warna
dan karakteristik sputum
7) Berikan tambahan
kebutuhan

oksigen

sesuai

1) Mencegah obtruksi jalan napas


2) Ronchi merupakan indikasi adanya
obstruksi.spasme
laringeal
yang
membutuhkan evaluasi dan intervensi
yang cepat.
3) Indikator
obstruksi
trakea/spasme
laring yang membutuhkan evaluasi dan
intervensi segera.
4) Menurunkan kemungkinan tegangan
pada daerah luka karena pembedahan
5) Meningkatkan pernapasan takikardia
menunjukan terjadinya hipoksia
6) Edema atau nyeri dapat mengganggu
kemampuan
pasien
untuk
mengeluarkan dan membersihkan jalan
nafas sendiri.
7) Dilakukan untuk meningkatkan atau

memaksimalkan pengambilan oksigen.


2)

Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan cedera pita suara/kerusakan saraf laring,
edema jaringan, nyeri, ketidaknyamanan.

Tujuan yang ingin dicapai sesuai kriteria hasil :


Mampu menciptakan metode komunikasi dimana kebutuhan dapat dipahami.
INTERVENSI
Mandiri
1) Kaji fungsi bicara secara periodik.
2) Pertahankan komunikasi yang sederhana,
beri pertanyaan yang hanya memerlukan
jawaban ya atau tidak.
3) Memberikan metode komunikasi alternatif
yang sesuai, seperti papan tulis, kertas
tulis/papan gambar.
4) Antisipasi kebutuhan sebaik mungkin.
Kunjungan pasien secara teratur.
5) Beritahu pasien untuk terus menerus
membatasi bicara dan jawablah bel
panggilan dengan segera.
6) Pertahankan lingkungan yang tenang.

RASIONAL
1) Suara serak dan sakit tenggorok akibat
edema jaringan atau kerusakan karena
pembedahan pada saraf laringeal yang
berakhir dalam beberapa hari kerusakan
saraf menetap dapat terjadi kelumpuhan
pita suara atau penekanan pada trakea.
2) Menurunkan
kebutuhan
berespon,
mengurangi bicara.
3) Memfasilitasi eksprsi yang dibutuhkan.
4) Menurunnya ansietas dan kebutuhan pasien
untuk berkomunias.
5) Mencegah pasien bicara yang dipaksakan
untuk menciptakan kebutuhan yang
diketahui/memerlukan bantuan.
6) Meningkatkan kemampuan mendengarkan
komunikasi perlahan dan menurunkan
kerasnya suara yang harus diucapkan
pasien untuk dapat didengarkan.

3) Resiko tinggi terhadap cedera/tetani berhubungan dengan proses pembedahan, rangsangan


pada sistem saraf pusat.
Tujuan yang ingin dicapai sesuai kriteria hasil :
Menunjukkan tidak ada cedera dengan komplikasi terpenuhi/terkontrol.
INTERVENSI

RASIONAL

Mandiri
1) Pantau tanda-tanda vital dan catat
adanya peningkatan suhu tubuh,
takikardi (140 200/menit), disrtrimia,
syanosis, sakit waktu bernafas
(pembengkakan paru).
2) Evaluasi reflesi secara periodik.
Observasi adanya peka rangsang,
misalnya gerakan tersentak, adanya
kejang, prestesia.
3) Pertahankan
penghalang
tempat
tidur/diberi bantalan, tempat tidur pada
posisi yang rendah.
4) Memantau kadar kalsium dalam serum

1) Manipulasi
kelenjar
selama
pembedahan dapat mengakibatkan
peningkatan pengeluaran hormon yang
menyebabkan krisis tyroid.
2) Hypokasemia dengan tetani (biasanya
sementara) dapat terjadi 1 7 hari
pasca operasi dan merupakan indikasi
hypoparatiroid yang dapat terjadi
sebagai akibat dari trauma yang tidak
disengaja pada pengangkatan parsial
atau total kelenjar paratiroid selama
pembedahan.
3) Menurunkan kemungkinan adanya
trauma jika terjadi kejang.
4) Kalsium kurang dari 7,5/100 ml secara
umum membutuhkan terapi pengganti.

Kolaborasi
5) Berikan pengobatan sesuai indikasi
(kalsium/glukonat, laktat).

5) Memperbaiki kekurangan kalsium


yang biasanya sementara tetapi
mungkin juga menjadi permanen.

4) Nyeri berhubungan dengan tindakan bedah terhadap jaringan/otot dan pasca operasi.Tujuan
yang ingin dicapai sesuai kriteria hasil :Melaporkan nyeri hilang atau terkontrol. Menunjukkan
kemampuan mengadakan relaksasi dan mengalihkan perhatian dengan aktif sesuai situasi.
INTERVENSI

RASIONAL

Mandiri
1) Kaji tanda-tanda adanya nyeri baik
verbal maupun non verbal, catat lokasi,
intensitas (skala 0 10) dan lamanya.
2) Letakkan pasien dalam posisi semi
fowler dan sokong kepala/leher dengan
bantal pasir/bantal kecil.
3) Pertahankan leher/kepala dalam posisi
netral dan sokong selama perubahan
posisi.
Instruksikan
pasien
menggunakan
tangannya
untuk
menyokong leher selama pergerakan
dan untuk menghindari hiperekstensi
leher.
4) Letakkan bel dan barang yang sering
digunakan dalam jangkauan yang
mudah.
5) Berikan minuman yang sejuk/makanan
yang lunak ditoleransi jika pasien
mengalami kesulitan menelan.
6) Anjurkan pasien untuk menggunakan
teknik relaksasi, seperti imajinasi,
musik
yang
lembut,
relaksasi
progresif.
Kolaborasi
7) Beri obat analgetik dan/atau analgetik
spres tenggorok sesuai kebutuhannya.

1) Bermanfaat dalam mengevaluasi nyeri,


menentukan pilihan intervensi,
menentukan efektivitas terapi.
2) Mencegah hiperekstensi leher dan
melindungi integritas gari jahitan.
3) Mencegah stress pada garis jahitan dan
menurunkan tegangan otot.
4) Membatasi ketegangan, nyeri otot pada
daerah operasi.
5) Menurunkan nyeri tenggorok tetapi
makanan lunak ditoleransi jika pasien
mengalami kesulitan menelan.
6) Membantu
untuk
memfokuskan
kembali perhatian dan membantu
pasien untuk mengatasi nyeri/rasa tidak
nyaman secara lebih efektif.
7) Menurunnya edema jaringan dan
menurunkan persepsi terhadap nyeri.

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PASIEN


GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN
STRUMA NODOSA NON TOKSIK
( Post Ops Strumektomy)

1. Pengkajian
I.

Identitas Pasien :
Nama

: Nn. N.I.R

Umur

: 24 Tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Alamat

: STAIN

Pekerjaan

: Mahasiswa

Pendidikan terakhir

: SMA

Tanggal Masuk RS

: 04 Oktober 2010 Pukul 12.30 WIT

Tanggal Pengkajian

: 04 Oktober 2010 Pukul 14.00 WIT

Diagnosa medis

: Post-ops Strumektomy

Rumah Sakit

:RUMKIT TK.III Ambon

Ruang

: Kartika

Identitas Penanggung Jawab

Nama

: Tn. W

Umur

: 41 Tahun

Pekerjaan

: Wiraswasta

Hub. Dengan klien

: Kakak Kandung

Alamat

: STAIN

II.

Riwayat Keperawatan
o Riwayat kesehatan sekarang
1. Keluhan utama masuk RS

Adanya benjolan pada leher yang sangat


mengganggu

2. Keluhan Utama Saat pengkajian :

Nyeri pada area operasi

3. Riwayat kesehatan
Keluhan saat pengkajian

Pasien mengatakan Nyeri pada area operasi


yang menyebar sampai kebelakang leher nyeri
dirasakan terus menerus sepert tertusuk -tusuk
,skala nyeri sedang (4) dengan durasi 20
menit,perasaan berat pada leher ,
kerongkongan kering, aktivitas dibantu oleh
keluarga dan perawat,badan lemas

o Riwayat kesehatan Masa Lalu


a)
b)
c)
d)

Pasien belum pernah mengalami penyakit sama


Pasien tidak pernah masuk RS
Pasien tidak pernah mengalami pembedahan
Pasien tidak ada riwayat Alergi

Catatan kronologis :
o Riwayat kesehatan keluarga
Genogram 3 generasi
X

41

30

7
0

2
5

Ket :

: meninggal

: laki laki
: perempuan
=

: hubungan perkawinan

: hungan saudara
: pasien

III. Pola Aktivitas Sehari-Hari


Aktivitas
1. Pola makan :
Frekwensi makan
Jumlah makanan
Jenis makanan
Keluhan saat makan
2. Pola minum
Frekwensi minum
Jenis minuman
Jumlah minuman
Keluhan saat minum
3. Pola Elminasi
BAB
a. Frekwensi
b. Konsistensi
c. Warna
d. Keluhan
BAK
a. Frekwensi
b. Warna
c. Keluhan
4.

Pola istirahat dan tidur


Tidur siang
lamanya tidur
Tidur malam
lamanya tidur
keluhan

Sebelum sakit

Saat Pengkajian

3x per hari
1 porsi
Nasi, lauk,buah,sayur
Tidak ada

Pasien dipuasakan

7-8 gelas/hari
Air putih, teh gula
1500 Cc
Tidak ada

2x1 hari
Lembek
Coklat kekuningan
Tidak ada

Belum BAB
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada keluhan

3-4 x/hari
Kuning jernih
Tidak ada

Belum BAK
Kuning jernih
Tidak ada

2 jam

2 jam

7-8 jam
Tidak ada

6-7 jam
Tidak ada

5.

Personal Hygine
Frekwensi Mandi
Frekwensi sikat Gigi
Ganti Pakaian
Masalah saat mandi

IV.

2 x sehari
2x sehari
2xsehari
Tidak ada

Pemeriksaan Fisik

a. Penampilan Umum Status Umum:


Keadaan umum

: Lemah

Kesadaran

: Compos Mentis

Status Gizi

: Baik

Sebelum sakit

Saat Pengkajian

TB : 167 Cm

TB : 167 Cm

BB : 56 Kg

BB: 56 Kg

b. Tanda- Tanda Vital


Suhu

: 37c

Nadi

: 88x/menit

TD

: 130/90 mm/hg

Respirasi

: 24x/menit

c. Kepala

Rambut

: Lurus

Warna
Tekstur

: Hitam
: Kasar

Struktur

: Tipis

Penampilan

: Rapi

d. Kulit
Warna
Tekstur

: Pucat
: Kasar

Kelembaban

: Kering

Lesi dan bentuknya

: Tidak

Turgor (elastisitas)

: Baik

1x sehari
1xsehari
1xsehari
Tidak ada

Lemak sub cutan hilang

: Tidak

Suhu

: 37c

e. Mata
Pupil

: Simetris

Konjungtiva

: Pucat

Kornea

: Tidak ada Vaskularisasi

Pengeluaran air mata

: Ada

Odema

: Tidak ada

Penglihatan

: Kabur

Penggunaan alat bantu

: Tidak ada

f. Mulut/Bibir
Membrane mukosa
Tekstur

: Kering
: Kasar

Peradangan

: Tidak ada

Lesi

: Tidak ada

Pernapasan Bibir

: Tidak ada

g. Lidah
Warna

: Pucat

Tekstur

: Kasar

Peradangan

: Tidak ada

h. Gigi
Jumlah

: 30 buah

Masalah gigi

: Karang gigi

Struktur

: Tidak lengkap kurang 2 buah

Peradangan

: Tidak ada

Penampilan

: Cukup baik

Peradangan Tonsil

: Tidak ada

i. Leher
Distensi Leher

: Tidak ada

Pembesaran kelenjar

: Tidak ada

Keluhan

: Nyeri pada bekas operasi

j. Dada
Retraksi

: Tidak ada

Simetris

: Simetris

Frekwensi Pernapasan

: Cepat

Tipe Pernapasan

: Bronkovesikuler

Taktil premitus

: Padat

Taktil Fokal

: Keras

Massa abnormal

: Tidak ada

Resonan

: Bunyi bergaung

Dulnesst

: Tidak ada

Timpani

: Tidak ada

Bunyi napas tambahan

: Tidak ada

Bunyi napas

: Lemah

Bunyi Jantung

: Tidak di kaji

Bunyi jantung tambahan

: Tidak di kaji

Tekanan Darah

: 140/90 mm/hg

k. Abdomen
Pembesaran Abdomen

: Tidak ada

Tekstur

: Halus

Peradangan

: Tidak ada

Distensi

: Tidak ada

Nyeri Tekan

: Tidak ada

Turgor Kulit

: Baik

l. Kulit
Sianosis perifer

: Tidak ada sianosis perifer

Sianosis sentral

: Tidak ada sianosir Sentral

Pucat

: Tidak pucat

Odema

: Tidak ada

m. Ekstermitas

Warna jari dan Kuku

: Merah muda

Clubbing

: Tidak ada Clubbing

Odem perifer

: Tidak ada Odema Perifer

Trombo plubitis

: Tidak ada Trombo flebitis

Ada defomitas

: Tidak ada deformitas

Kekuatan otot

: Kurang

Tonus otot

: Kurang

Ukuran otot

: Kecil

Rom

: Pasif

Tidak mampu berjalan

: Ya

Keseimbangan

: Baik

Amputasi

: Tidak ada

n. Urogenetal
Apakah terpasang kateter

: Tidak ada

Apakah ada massa

: Tidak ada

Keluhan lain

: Tidak ada

V. PENGOBATAN: Tanggal 05 Oktober 2010


Intruksi Post Ops dari dokter bedah

IVFD RL 25 tetes / menit


Inj.Goforan 1 gr/12 jam/IV Skin-tes hasil Neg (-)
Inj. Transamin 30 mg/8jam/IV 1amp/8 jam
Inj.Teranol 25 mg / IV/8jam
Kontrol KU/Tanda-tanda Vital Tiap 30 menit
Bedres total Tampa Bantal
Monitor Pristaltik Usus
Diet Bertahap Pasien dipiuasakan

VI. Pemeriksaan Diagnostik :


Hasil pemeriksaan darah : Tanggal 04 Oktober 2010

HB

: 11,8 gr %

Leucosit

: 9200 mm3

Gol darah

: A

LED

: 15-30 mm/jam

Ureum

: 27 mg/dl

Creatinin

:0,2 mg/dl

CT/BT

:7/3

VII. Klasifikasi Data


Data Subjektif
Pasien mengatakan

Nyeri pada area operasi


Menyebar kebelakang leher
Leher terasa berat
Nyeri dirasakan terus menerus
Nyeri seperti tertusuk-tusuk
Tenggorokan terasa kering
Badan lemas
Data objektif :
KU. Lemah
Skala nyeri sedang (6)
Durasi 20 menit
Pasien Bedres Total tampa bantal
Aktivitas dibantu oleh keluarga dan perawat
Tonus otot kurang
Kekuatan otot kurang
VIII. Analisa Data
No
Data Menyimpang
1.
DS :
Pasien mengatakan:
Nyeri pada area operasi

Etiologi
Tindakan bedah
terhadap jaringan/otot
dan paska operasi

Masalah
Nyeri

Nyeri menyebar
kebelakang leher
Nyeri terus-menerus
Nyeri spt Tertusuk-tusuk
Leher terasa berat
DO :

Skala nyeri sedang


(6)

Durasi20 menit

2.

Kelemahan umum

Intoleransi Aktivitas

DS: Pasien mengatakan


Badan lemas
DO:
KU Lemah
Tonus otot kurang
Kekuatan otot kurang
Aktivitas dibantu oleh
keluarga dan perawat
Pasien Bedres total
tanpa bantal

IX.

Rumusan Masalah dan Prioritas masalah

1. Nyeri B/d Tindakan bedah terhadap jaringan/otot dan paska operasi ditandai dengan:
DS :
Pasien mengatakan:
Nyeri pada area operasi
Nyeri menyebar kebelakang leher
Nyeri terus-menerus
Nyeri seperti tertusuk-tusuk
Leher terasa berat
DO :
Skala nyeri sedang (6)
Durasi20 menit
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum ditandai dengan :
DS: Pasien mengatakan

Badan lemas
DO:
KU Lemah
Tonus otot kurang
Kekuatan otot kurang
Aktivitas dibantu oleh keluarga dan perawat
Pasien Bedres total tanpa bantal

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


Nama
: Nn.N.I.R
Umur
: 25Tahun
Jenis Kelamin:Wanita
No
Diagnosa keperawatan
1. Nyeri B/d Tindakan bedah terhadap
jaringan/otot dan paska operasi ditandai
dengan:
DS :
Pasien mengatakan:
Nyeri pada area operasi
Nyeri menyebar kebelakang leher
Nyeri terus-menerus
Nyeri spt Tertusuk-tusuk
Leher terasa berat
DO :
Skala nyeri sedang (6)
Durasi20 menit

Hari/Tanggal : Selasa / 05-10-10


Ruang
: Kartika
No.Reg
: --------Tujuan
Nyeri berkurang dalam
waktu 5 jam dari jam
08.00 s/d 13.00 wit
dengan criteria:
Nyeri berkurang
Leher tidak terasa
berat
Skala nyeri ringan
(1-3)

Intervensi
1. Kaji tanda-tanda
adanya nyeri baik
verbal maupun non
verbal, catat lokasi,
intensitas (skala 0
10) dan lamanya.
2. Pertahankan
leher/kepala dalam
posisi netral dan
sokong selama
perubahan posisi.
Instruksikan pasien
menggunakan
tangannya untuk
menyokong leher
selama pergerakan dan
untuk menghindari
hiperekstensi leher.
3. Letakkan bel dan
barang yang sering
digunakan dalam
jangkauan yang
mudah.

1.

2.

3.

4.

5.

Rasional
Bermanfaat dalam
mengevaluasi nyeri,
menentukan pilihan
intervensi,
menentukan
efektivitas terapi.
Mencegah stress
pada garis jahitan
dan menurunkan
tegangan otot.
Membatasi
ketegangan, nyeri
otot pada daerah
operasi.
Menurunkan nyeri
tenggorok tetapi
makanan lunak
ditoleransi jika
pasien mengalami
kesulitan menelan.
Membantu untuk
memfokuskan
kembali perhatian

4. Berikan minuman
yang sejuk/makanan
yang lunak ditoleransi
jika pasien mengalami
kesulitan menelan.
5. Anjurkan pasien untuk
menggunakan teknik
relaksasi, seperti
imajinasi, musik yang
lembut, relaksasi
progresif.
6. Beri obat analgetik
dan/atau analgetik
sesuai kebutuhannya.

dan membantu
pasien untuk
mengatasi nyeri/rasa
tidak nyaman secara
lebih efektif.
6. Menurunnya edema
jaringan dan
menurunkan
persepsi terhadap
nyeri.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


Nama
: Nn.N.I.R
Umur
: 25Tahun
Jenis Kelamin:Wanita
No
Diagnosa keperawatan
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan umum ditandai dengan :
DS: Pasien mengatakan

Badan lemas
DO:

KU Lemah

Tonus otot kurang

Kekuatan otot kurang

Aktivitas dibantu oleh keluarga


dan perawat

Pasien Bedres total tanpa


bantal

Hari/Tanggal : Selasa / 05-10-10


Ruang
: Kartika
No.Reg
: --------Tujuan
Toleran terhadap aktivitas
dengan criteria:
Badan tidak lemas
KU BaiK
Aktivitas dapat
dilakukan secara
mandiri

Intervensi
1. Kaji penyebab dari pada
kelemahan

Rasional

3. Libatkan keluarga dalam


memenuhi kebutuhan
pasien

1. kelemahan dapat terjadi dan


efek samping beberapa obat
nyeri dan program penuh
stress juga menyebabkan
kelelahan dan memerlukan
energi.
2. dengan mengkaji tingkat
kemampuan pasien, dapat
mengetahui sejauh mana
pasien dapat memenuhi
kebutuhannya sendiri
3. untuk membantu pasien
dalam memenuhi
kebutuhannya

4. Control KU dan Tanda


Tanda Vital pasien

4. untuk mengetahui kondisi


pasien

2. Kaji tingkat kemampuan


pasien

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


Nama
: Nn.N.I.R
Umur
: 25Tahun
Jenis Kelamin:Wanita
DIAGNOSA
IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN
Nyeri B/d Tindakan Hari/Tanggal : Selasa/05-10-2010
bedah terhadap
Pukul
: 11.00 Wit
jaringan/otot dan
paska operasi
1. Mengkaji ulang tanda-tanda
adanya nyeri baik verbal maupun
non verbal, catat lokasi, intensitas
(skala 0 10) dan lamanya.dengan
cara menilai raut wajah
dan
menanyakan langsung kepada pasien
Hasil :
Nyeri pada area bekas
operasi
Nyeri terus-menerus
seperti tertusuk-tusuk
Skala sedang (6)
Durasi 20 menit
Ekspresi wajah meringis
Pukul
: 12.00 Wit
2. Melanjutkan hasil kolaborasi
dengan memberikan inj.Teranol
1ampul
Hasil : Obat sudah diberikan

Hari/Tanggal: Selasa / 05-10-10


Ruang: Kartika
No.Reg:--------EVALUASI
Hari/Tanggal : Selasa/05-10-2010
Pukul

: 13.00 Wit

S : Pasien mengatakan:
Nyeri pada area bekas
operasi
Nyeri terus menerus seperti
tertusuk-tusuk
O:
Skala Sedang (6)
Durasi 20 menit
Ekspresi wajah meringis
A: Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
1. Kaji tanda-tanda adanya nyeri baik
verbal maupun non verbal, catat
lokasi, intensitas (skala 0 10) dan
lamanya.
2. Pertahankan leher/kepala dalam
posisi netral dan sokong selama
perubahan posisi. Instruksikan pasien
menggunakan tangannya untuk
menyokong leher selama pergerakan
dan untuk menghindari hiperekstensi
leher.
3. Letakkan bel dan barang yang sering
digunakan dalam jangkauan yang
mudah.
4. Berikan minuman yang
sejuk/makanan yang lunak
ditoleransi jika pasien mengalami
kesulitan menelan.
5. Anjurkan pasien untuk menggunakan
teknik relaksasi, seperti imajinasi,
musik yang lembut, relaksasi
progresif.

6. Beri obat analgetik dan/atau


analgetik sesuai kebutuhannya.

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


Nama
: Nn. N.I.R
Umur
: 24Tahun
Jenis Kelamin:Wanita
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Intoleransi
aktivitas
berhubungan
dengan kelemahan
umum.

Hari/Tanggal: Jumat / 05-10-10


Ruang: Kartika
No.Reg:-----------IMPLEMENTASI

EVALUASI

Hari/Tanggal : Selasa/05-10-2010

Hari/Tanggal : Selasa/05-10-

Pukul

2010

: 10.30 Wit

Pukul
1. Memantau Tanda-tanda vital (Folow
Op post ops) dan mengobservasi
keadaan umum pasien
Hasil:
TD : 130/90 mm/hg
S : 37c
N : 88x/menit
R : 20x/menit
Pasien sudah sadar
Tingkat kesadran Compos
mentis
KU masih lemah

: 14.00 Wit

S : Pasien mengatakan:
Badan lemas
O:

TD : 130/90 mm/hg
S : 37c
N : 88x/menit
R : 20x/menit
Pasien sudah sadar
Tingkat kesadran
Compos mentis
KU masih lemah

A: Masalah belum teratasi


sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
1. Kaji penyebab dari pada
kelemahan
2. Kaji tingkat kemampuan
pasien
3. Libatkan keluarga dalam
memenuhi kebutuhan
pasien

4. Control KU dan Tanda


Tanda Vital pasien

CATATAN PERKEMBANGAN
Diagnosa
Keperawatan
Nyeri B/d
Tindakan bedah
terhadap
jaringan/otot dan
paska operasi

Hari/Tanggal
Rabu,
06/10/2010

Catatan
Sobyektif,obyektif,analisa,perencanaan
S : Pasien mengatakan:
Nyeri pada area bekas operasi
Nyeri terus menerus seperti
tertusuk-tusuk
O:
Skala Sedang (6)
Durasi 20 menit
Ekspresi wajah meringis
A: Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
1.
2.

3.
4.
5.
6.

I:
Pukul

Kaji tanda-tanda adanya nyeri baik


verbal maupun non verbal, catat lokasi,
intensitas (skala 0 10) dan lamanya.
Pertahankan leher/kepala dalam posisi
netral dan sokong selama perubahan
posisi. Instruksikan pasien menggunakan
tangannya untuk menyokong leher
selama pergerakan dan untuk
menghindari hiperekstensi leher.
Letakkan bel dan barang yang sering
digunakan dalam jangkauan yang
mudah.
Berikan minuman yang sejuk/makanan
yang lunak ditoleransi jika pasien
mengalami kesulitan menelan.
Anjurkan pasien untuk menggunakan
teknik relaksasi, seperti imajinasi, musik
yang lembut, relaksasi progresif.
Beri obat analgetik dan/atau analgetik
sesuai kebutuhannya.

: 11.00 Wit

1. Mengkaji ulang tanda-tanda adanya


nyeri baik verbal maupun non verbal,
catat lokasi, intensitas (skala 0 10) dan
lamanya.dengan cara menilai raut wajah

Paraf

dan menanyakan langsung kepada pasien


Hasil :

Nyeri pada area bekas operasi


Nyeri terus-menerus seperti
tertusuk-tusuk
Skala sedang (6)
Durasi 20 menit
Ekspresi wajah meringis

Pukul
: 12.00 Wit
3. Melanjutkan hasil kolaborasi dengan
memberikan inj.Teranol 1ampul
Hasil : Obat sudah diberikan
E:
S : Pasien mengatakan:
Nyeri pada area bekas operasi
Nyeri terus menerus seperti
tertusuk-tusuk
O:
Skala Sedang (6)
Durasi 20 menit
Ekspresi wajah meringis
A: Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
1.
2.

3.
4.
5.
6.

Kaji tanda-tanda adanya nyeri baik


verbal maupun non verbal, catat lokasi,
intensitas (skala 0 10) dan lamanya.
Pertahankan leher/kepala dalam posisi
netral dan sokong selama perubahan
posisi. Instruksikan pasien menggunakan
tangannya untuk menyokong leher
selama pergerakan dan untuk
menghindari hiperekstensi leher.
Letakkan bel dan barang yang sering
digunakan dalam jangkauan yang
mudah.
Berikan minuman yang sejuk/makanan
yang lunak ditoleransi jika pasien
mengalami kesulitan menelan.
Anjurkan pasien untuk menggunakan
teknik relaksasi, seperti imajinasi, musik
yang lembut, relaksasi progresif.
Beri obat analgetik dan/atau analgetik
sesuai kebutuhannya.

R:-------

CATATAN PERKEMBANGAN
Diagnosa
Keperawatan
Intoleransi
aktivitas
berhubungan
dengan
kelemahan
umum.

Hari/Tanggal

Catatan

Rabu,
06/10/2010

Sobyektif,obyektif,analisa,perencanaan
S : Pasien mengatakan:
Badan lemas
O:

TD : 130/90 mm/hg
S : 37c
N : 88x/menit
R : 20x/menit
Pasien sudah sadar
Tingkat kesadran Compos mentis
KU masih lemah

A: Masalah belum teratasi sebagian


P : Intervensi dilanjutkan
1. Kaji penyebab dari pada kelemahan
2. Kaji tingkat kemampuan pasien
3. Libatkan keluarga dalam memenuhi
kebutuhan pasien

4. Control KU dan Tanda Tanda


Vital pasien
I:
Pukul

: 10.30 Wit

1. Memantau Tanda-tanda vital (Folow


Op post ops) dan mengobservasi
keadaan umum pasien
Hasil:
TD : 130/90 mm/hg
S : 37c
N : 88x/menit
R : 20x/menit
Pasien sudah sadar

Paraf

Tingkat kesadran Compos


mentis
KU masih lemah

E:
S : Pasien mengatakan:
Badan lemas
O:

TD : 130/90 mm/hg
S : 37c
N : 88x/menit
R : 20x/menit
Pasien sudah sadar
Tingkat kesadran Compos mentis
KU masih lemah

A: Masalah belum teratasi sebagian


P : Intervensi dilanjutkan
1. Kaji penyebab dari pada kelemahan
2. Kaji tingkat kemampuan pasien
3. Libatkan keluarga dalam memenuhi
kebutuhan pasien

4. Control KU dan Tanda Tanda


Vital pasien
R:-------

Anda mungkin juga menyukai