C. Patofisiologi
Iodium merupakan semua bahan utama yang dibutuhkan tubuh untuk pembentukan hormon
tyroid. Bahan yang mengandung iodium diserap usus, masuk ke dalam sirkulasi darah dan
ditangkap paling banyak oleh kelenjar tyroid. Dalam kelenjar, iodium dioksida menjadi bentuk
yang aktif yang distimuler oleh Tiroid Stimulating Hormon kemudian disatukan menjadi molekul
tiroksin yang terjadi pada fase sel koloid. Senyawa yang terbentuk dalam molekul diyodotironin
membentuk tiroksin (T4) dan molekul yoditironin (T3). Tiroksin (T4) menunjukkan pengaturan
umpan balik negatif dari sekresi Tiroid Stimulating Hormon dan bekerja langsung pada
tirotropihypofisis, sedang tyrodotironin (T3) merupakan hormon metabolik tidak aktif. Beberapa
obat dan keadaan dapat mempengaruhi sintesis, pelepasan dan metabolisme tyroid sekaligus
menghambat sintesis tiroksin (T4) dan melalui rangsangan umpan balik negatif meningkatkan
pelepasan TSH oleh kelenjar hypofisis. Keadaan ini menyebabkan pembesaran kelenjar tyroid.
D. Manifestasi Klinis
Pada penyakit struma nodosa nontoksik tyroid membesar dengan lambat. Awalnya kelenjar ini
membesar secara difus dan permukaan licin. Jika struma cukup besar, akan menekan area trakea
yang dapat mengakibatkan gangguan pada respirasi dan juga esofhagus tertekan sehingga terjadi
gangguan menelan.
E. Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan atas dasar adanya struma yang bernodul dan tidak toksik, melalui :
Pada palpasi teraba batas yang jelas, bernodul satu atau lebih, konsistensinya kenyal.
Pada pemeriksaan laboratorium, ditemukan serum T4 (troksin) dan T3 (triyodotironin) dalam
batas normal.
Pada pemeriksaan USG (ultrasonografi) dapat dibedakan padat atau tidaknya nodul.
Kepastian histologi dapat ditegakkan melalui biopsi yang hanya dapat dilakukan oleh
seorang tenaga ahli yang berpengalaman.
F. Penatalaksanaan
Tindakan operasi
Pada struma nodosa non toksik yang besar dapat dilakukan tindakan operasi bila pengobatan
tidak berhasil, terjadi gangguan misalnya : penekanan pada organ sekitarnya, indikasi,
kosmetik, indikasi keganasan yang pasti akan dicurigai.
G. Pencegahan
Dengan pemberian kapsul minyak beriodium terutama bagi penduduk di daerah endemik
sedang dan berat.
Edukasi
Program ini bertujuan merubah prilaku masyarakat, dalam hal pola makan dan
memasyarakatkan pemakaian garam beriodium.
Penyuntikan lipidol
Sasaran penyuntikan lipidol adalah penduduk yang tinggal di daerah endemik diberi suntikan
40 % tiga tahun sekali dengan dosis untuk orang dewasa dan anak di atas enam tahun 1 cc,
sedang kurang dari enam tahun diberi 0,2 cc 0,8 cc.
Aktivitas/istirahat ; insomnia, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan berat, atrofi otot.
Integritas ego ; mengalami stres yang berat baik emosional maupun fisik, emosi labil,
depresi.
Makanan/cairan ; kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan meningkat, makan
banyak, makannya sering, kehausan, mual dan muntah, pembesaran tyroid, goiter.
Pernafasan ; frekuensi pernafasan meningkat, takipnea, dispnea, edema paru (pada krisis
tirotoksikosis).
Keamanan ; tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan, alergi terhadap
iodium (mungkin digunakan pada pemeriksaan), suhu meningkat di atas 37,4 0C, diaforesis,
kulit halus, hangat dan kemerahan, rambut tipis, mengkilat dan lurus, eksoptamus :
retraksi, iritasi pada konjungtiva dan berair, pruritus, lesi eritema (sering terjadi pada
pretibial) yang menjadi sangat parah.
Seksualitas ; libido menurun, perdarahan sedikit atau tidak sama sekali, impotens
Langkah selanjutnya adalah penentuan diagnosa keperawatan yang merupakan suatu pernyataan
dan masalah pasien secara nyata maupun potensial berdasarkan data yang terkumpul.
Diagnosa keperawatan pada pasien dengan struma nodosa nontoksis khususnya post operasi dapat
dirumuskan sebagai berikut ;
1) Pola napas infektif berhubungan obtruksi jsln napas
2) Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan cedera pita suara/kerusakan laring, edema
jaringan, nyeri, ketidaknyamanan.
3) Resiko tinggi terhadap cedera/tetani berhubungan dengan proses pembedahan, rangsangan
pada sistem saraf pusat.
4) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan dengan tindakan bedah terhadap
jaringan/otot dan edema pasca operasi.
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan yang akan dilaksanakan untuk
menanggulangi masalah pasien sesuai diagnosa keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan
utama memenuhi kebutuhan pasien. Berdasarkan diagnosa keperawatan yang diuraikan di atas,
maka disusunlah rencana keperawatan/intervensi sebagai berikut :
1)
RASIONAL
Mandiri
1) Pertahankan jalan napas pasien dengan
memiringkan kepala,hyperekstensi
rahang,aliran udara faringeal
2) Auskultasi suara nafas, catat adanya
suara ronchi.
3) Kaji adanya dispnea, stridor, dan
sianosis. Perhatikan kualitas suara.
4) Waspadakan pasien untuk menghindari
ikatan pada leher, menyokong kepala
dengan bantal
5) Pantau Tanda-tanda vital
6) Lakukan pengisapan lendir pada mulut
dan trakea sesuai indikasi, catat warna
dan karakteristik sputum
7) Berikan tambahan
kebutuhan
oksigen
sesuai
Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan cedera pita suara/kerusakan saraf laring,
edema jaringan, nyeri, ketidaknyamanan.
RASIONAL
1) Suara serak dan sakit tenggorok akibat
edema jaringan atau kerusakan karena
pembedahan pada saraf laringeal yang
berakhir dalam beberapa hari kerusakan
saraf menetap dapat terjadi kelumpuhan
pita suara atau penekanan pada trakea.
2) Menurunkan
kebutuhan
berespon,
mengurangi bicara.
3) Memfasilitasi eksprsi yang dibutuhkan.
4) Menurunnya ansietas dan kebutuhan pasien
untuk berkomunias.
5) Mencegah pasien bicara yang dipaksakan
untuk menciptakan kebutuhan yang
diketahui/memerlukan bantuan.
6) Meningkatkan kemampuan mendengarkan
komunikasi perlahan dan menurunkan
kerasnya suara yang harus diucapkan
pasien untuk dapat didengarkan.
RASIONAL
Mandiri
1) Pantau tanda-tanda vital dan catat
adanya peningkatan suhu tubuh,
takikardi (140 200/menit), disrtrimia,
syanosis, sakit waktu bernafas
(pembengkakan paru).
2) Evaluasi reflesi secara periodik.
Observasi adanya peka rangsang,
misalnya gerakan tersentak, adanya
kejang, prestesia.
3) Pertahankan
penghalang
tempat
tidur/diberi bantalan, tempat tidur pada
posisi yang rendah.
4) Memantau kadar kalsium dalam serum
1) Manipulasi
kelenjar
selama
pembedahan dapat mengakibatkan
peningkatan pengeluaran hormon yang
menyebabkan krisis tyroid.
2) Hypokasemia dengan tetani (biasanya
sementara) dapat terjadi 1 7 hari
pasca operasi dan merupakan indikasi
hypoparatiroid yang dapat terjadi
sebagai akibat dari trauma yang tidak
disengaja pada pengangkatan parsial
atau total kelenjar paratiroid selama
pembedahan.
3) Menurunkan kemungkinan adanya
trauma jika terjadi kejang.
4) Kalsium kurang dari 7,5/100 ml secara
umum membutuhkan terapi pengganti.
Kolaborasi
5) Berikan pengobatan sesuai indikasi
(kalsium/glukonat, laktat).
4) Nyeri berhubungan dengan tindakan bedah terhadap jaringan/otot dan pasca operasi.Tujuan
yang ingin dicapai sesuai kriteria hasil :Melaporkan nyeri hilang atau terkontrol. Menunjukkan
kemampuan mengadakan relaksasi dan mengalihkan perhatian dengan aktif sesuai situasi.
INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri
1) Kaji tanda-tanda adanya nyeri baik
verbal maupun non verbal, catat lokasi,
intensitas (skala 0 10) dan lamanya.
2) Letakkan pasien dalam posisi semi
fowler dan sokong kepala/leher dengan
bantal pasir/bantal kecil.
3) Pertahankan leher/kepala dalam posisi
netral dan sokong selama perubahan
posisi.
Instruksikan
pasien
menggunakan
tangannya
untuk
menyokong leher selama pergerakan
dan untuk menghindari hiperekstensi
leher.
4) Letakkan bel dan barang yang sering
digunakan dalam jangkauan yang
mudah.
5) Berikan minuman yang sejuk/makanan
yang lunak ditoleransi jika pasien
mengalami kesulitan menelan.
6) Anjurkan pasien untuk menggunakan
teknik relaksasi, seperti imajinasi,
musik
yang
lembut,
relaksasi
progresif.
Kolaborasi
7) Beri obat analgetik dan/atau analgetik
spres tenggorok sesuai kebutuhannya.
1. Pengkajian
I.
Identitas Pasien :
Nama
: Nn. N.I.R
Umur
: 24 Tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: STAIN
Pekerjaan
: Mahasiswa
Pendidikan terakhir
: SMA
Tanggal Masuk RS
Tanggal Pengkajian
Diagnosa medis
: Post-ops Strumektomy
Rumah Sakit
Ruang
: Kartika
Nama
: Tn. W
Umur
: 41 Tahun
Pekerjaan
: Wiraswasta
: Kakak Kandung
Alamat
: STAIN
II.
Riwayat Keperawatan
o Riwayat kesehatan sekarang
1. Keluhan utama masuk RS
3. Riwayat kesehatan
Keluhan saat pengkajian
Catatan kronologis :
o Riwayat kesehatan keluarga
Genogram 3 generasi
X
41
30
7
0
2
5
Ket :
: meninggal
: laki laki
: perempuan
=
: hubungan perkawinan
: hungan saudara
: pasien
Sebelum sakit
Saat Pengkajian
3x per hari
1 porsi
Nasi, lauk,buah,sayur
Tidak ada
Pasien dipuasakan
7-8 gelas/hari
Air putih, teh gula
1500 Cc
Tidak ada
2x1 hari
Lembek
Coklat kekuningan
Tidak ada
Belum BAB
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada keluhan
3-4 x/hari
Kuning jernih
Tidak ada
Belum BAK
Kuning jernih
Tidak ada
2 jam
2 jam
7-8 jam
Tidak ada
6-7 jam
Tidak ada
5.
Personal Hygine
Frekwensi Mandi
Frekwensi sikat Gigi
Ganti Pakaian
Masalah saat mandi
IV.
2 x sehari
2x sehari
2xsehari
Tidak ada
Pemeriksaan Fisik
: Lemah
Kesadaran
: Compos Mentis
Status Gizi
: Baik
Sebelum sakit
Saat Pengkajian
TB : 167 Cm
TB : 167 Cm
BB : 56 Kg
BB: 56 Kg
: 37c
Nadi
: 88x/menit
TD
: 130/90 mm/hg
Respirasi
: 24x/menit
c. Kepala
Rambut
: Lurus
Warna
Tekstur
: Hitam
: Kasar
Struktur
: Tipis
Penampilan
: Rapi
d. Kulit
Warna
Tekstur
: Pucat
: Kasar
Kelembaban
: Kering
: Tidak
Turgor (elastisitas)
: Baik
1x sehari
1xsehari
1xsehari
Tidak ada
: Tidak
Suhu
: 37c
e. Mata
Pupil
: Simetris
Konjungtiva
: Pucat
Kornea
: Ada
Odema
: Tidak ada
Penglihatan
: Kabur
: Tidak ada
f. Mulut/Bibir
Membrane mukosa
Tekstur
: Kering
: Kasar
Peradangan
: Tidak ada
Lesi
: Tidak ada
Pernapasan Bibir
: Tidak ada
g. Lidah
Warna
: Pucat
Tekstur
: Kasar
Peradangan
: Tidak ada
h. Gigi
Jumlah
: 30 buah
Masalah gigi
: Karang gigi
Struktur
Peradangan
: Tidak ada
Penampilan
: Cukup baik
Peradangan Tonsil
: Tidak ada
i. Leher
Distensi Leher
: Tidak ada
Pembesaran kelenjar
: Tidak ada
Keluhan
j. Dada
Retraksi
: Tidak ada
Simetris
: Simetris
Frekwensi Pernapasan
: Cepat
Tipe Pernapasan
: Bronkovesikuler
Taktil premitus
: Padat
Taktil Fokal
: Keras
Massa abnormal
: Tidak ada
Resonan
: Bunyi bergaung
Dulnesst
: Tidak ada
Timpani
: Tidak ada
: Tidak ada
Bunyi napas
: Lemah
Bunyi Jantung
: Tidak di kaji
: Tidak di kaji
Tekanan Darah
: 140/90 mm/hg
k. Abdomen
Pembesaran Abdomen
: Tidak ada
Tekstur
: Halus
Peradangan
: Tidak ada
Distensi
: Tidak ada
Nyeri Tekan
: Tidak ada
Turgor Kulit
: Baik
l. Kulit
Sianosis perifer
Sianosis sentral
Pucat
: Tidak pucat
Odema
: Tidak ada
m. Ekstermitas
: Merah muda
Clubbing
Odem perifer
Trombo plubitis
Ada defomitas
Kekuatan otot
: Kurang
Tonus otot
: Kurang
Ukuran otot
: Kecil
Rom
: Pasif
: Ya
Keseimbangan
: Baik
Amputasi
: Tidak ada
n. Urogenetal
Apakah terpasang kateter
: Tidak ada
: Tidak ada
Keluhan lain
: Tidak ada
HB
: 11,8 gr %
Leucosit
: 9200 mm3
Gol darah
: A
LED
: 15-30 mm/jam
Ureum
: 27 mg/dl
Creatinin
:0,2 mg/dl
CT/BT
:7/3
Etiologi
Tindakan bedah
terhadap jaringan/otot
dan paska operasi
Masalah
Nyeri
Nyeri menyebar
kebelakang leher
Nyeri terus-menerus
Nyeri spt Tertusuk-tusuk
Leher terasa berat
DO :
Durasi20 menit
2.
Kelemahan umum
Intoleransi Aktivitas
IX.
1. Nyeri B/d Tindakan bedah terhadap jaringan/otot dan paska operasi ditandai dengan:
DS :
Pasien mengatakan:
Nyeri pada area operasi
Nyeri menyebar kebelakang leher
Nyeri terus-menerus
Nyeri seperti tertusuk-tusuk
Leher terasa berat
DO :
Skala nyeri sedang (6)
Durasi20 menit
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum ditandai dengan :
DS: Pasien mengatakan
Badan lemas
DO:
KU Lemah
Tonus otot kurang
Kekuatan otot kurang
Aktivitas dibantu oleh keluarga dan perawat
Pasien Bedres total tanpa bantal
Intervensi
1. Kaji tanda-tanda
adanya nyeri baik
verbal maupun non
verbal, catat lokasi,
intensitas (skala 0
10) dan lamanya.
2. Pertahankan
leher/kepala dalam
posisi netral dan
sokong selama
perubahan posisi.
Instruksikan pasien
menggunakan
tangannya untuk
menyokong leher
selama pergerakan dan
untuk menghindari
hiperekstensi leher.
3. Letakkan bel dan
barang yang sering
digunakan dalam
jangkauan yang
mudah.
1.
2.
3.
4.
5.
Rasional
Bermanfaat dalam
mengevaluasi nyeri,
menentukan pilihan
intervensi,
menentukan
efektivitas terapi.
Mencegah stress
pada garis jahitan
dan menurunkan
tegangan otot.
Membatasi
ketegangan, nyeri
otot pada daerah
operasi.
Menurunkan nyeri
tenggorok tetapi
makanan lunak
ditoleransi jika
pasien mengalami
kesulitan menelan.
Membantu untuk
memfokuskan
kembali perhatian
4. Berikan minuman
yang sejuk/makanan
yang lunak ditoleransi
jika pasien mengalami
kesulitan menelan.
5. Anjurkan pasien untuk
menggunakan teknik
relaksasi, seperti
imajinasi, musik yang
lembut, relaksasi
progresif.
6. Beri obat analgetik
dan/atau analgetik
sesuai kebutuhannya.
dan membantu
pasien untuk
mengatasi nyeri/rasa
tidak nyaman secara
lebih efektif.
6. Menurunnya edema
jaringan dan
menurunkan
persepsi terhadap
nyeri.
Badan lemas
DO:
KU Lemah
Intervensi
1. Kaji penyebab dari pada
kelemahan
Rasional
: 13.00 Wit
S : Pasien mengatakan:
Nyeri pada area bekas
operasi
Nyeri terus menerus seperti
tertusuk-tusuk
O:
Skala Sedang (6)
Durasi 20 menit
Ekspresi wajah meringis
A: Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
1. Kaji tanda-tanda adanya nyeri baik
verbal maupun non verbal, catat
lokasi, intensitas (skala 0 10) dan
lamanya.
2. Pertahankan leher/kepala dalam
posisi netral dan sokong selama
perubahan posisi. Instruksikan pasien
menggunakan tangannya untuk
menyokong leher selama pergerakan
dan untuk menghindari hiperekstensi
leher.
3. Letakkan bel dan barang yang sering
digunakan dalam jangkauan yang
mudah.
4. Berikan minuman yang
sejuk/makanan yang lunak
ditoleransi jika pasien mengalami
kesulitan menelan.
5. Anjurkan pasien untuk menggunakan
teknik relaksasi, seperti imajinasi,
musik yang lembut, relaksasi
progresif.
EVALUASI
Hari/Tanggal : Selasa/05-10-2010
Hari/Tanggal : Selasa/05-10-
Pukul
2010
: 10.30 Wit
Pukul
1. Memantau Tanda-tanda vital (Folow
Op post ops) dan mengobservasi
keadaan umum pasien
Hasil:
TD : 130/90 mm/hg
S : 37c
N : 88x/menit
R : 20x/menit
Pasien sudah sadar
Tingkat kesadran Compos
mentis
KU masih lemah
: 14.00 Wit
S : Pasien mengatakan:
Badan lemas
O:
TD : 130/90 mm/hg
S : 37c
N : 88x/menit
R : 20x/menit
Pasien sudah sadar
Tingkat kesadran
Compos mentis
KU masih lemah
CATATAN PERKEMBANGAN
Diagnosa
Keperawatan
Nyeri B/d
Tindakan bedah
terhadap
jaringan/otot dan
paska operasi
Hari/Tanggal
Rabu,
06/10/2010
Catatan
Sobyektif,obyektif,analisa,perencanaan
S : Pasien mengatakan:
Nyeri pada area bekas operasi
Nyeri terus menerus seperti
tertusuk-tusuk
O:
Skala Sedang (6)
Durasi 20 menit
Ekspresi wajah meringis
A: Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
I:
Pukul
: 11.00 Wit
Paraf
Pukul
: 12.00 Wit
3. Melanjutkan hasil kolaborasi dengan
memberikan inj.Teranol 1ampul
Hasil : Obat sudah diberikan
E:
S : Pasien mengatakan:
Nyeri pada area bekas operasi
Nyeri terus menerus seperti
tertusuk-tusuk
O:
Skala Sedang (6)
Durasi 20 menit
Ekspresi wajah meringis
A: Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
R:-------
CATATAN PERKEMBANGAN
Diagnosa
Keperawatan
Intoleransi
aktivitas
berhubungan
dengan
kelemahan
umum.
Hari/Tanggal
Catatan
Rabu,
06/10/2010
Sobyektif,obyektif,analisa,perencanaan
S : Pasien mengatakan:
Badan lemas
O:
TD : 130/90 mm/hg
S : 37c
N : 88x/menit
R : 20x/menit
Pasien sudah sadar
Tingkat kesadran Compos mentis
KU masih lemah
: 10.30 Wit
Paraf
E:
S : Pasien mengatakan:
Badan lemas
O:
TD : 130/90 mm/hg
S : 37c
N : 88x/menit
R : 20x/menit
Pasien sudah sadar
Tingkat kesadran Compos mentis
KU masih lemah