Anda di halaman 1dari 62

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anemia merupakan masalah kesehatan yang tersebar luas di beberapa

negara berkembang yang terkait dengan peningkatan risiko morbiditas dan

mortalitas terutama pada wanita hamil. Anemia termasuk salah satu risiko

kematian ibu, kejadian bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), infeksi

terhadap janin dan ibu, keguguran dan kelahiran prematur


(Kemenkes RI, 2019)
. Anemia kehamilan disebut “potentional danger to mother and child”

(potensi membahayakan ibu dan anak), karena itulah anemia memerlukan

perhatian serius dari semua pihak terkait dalam pelayanan Kesehatan


(Wibowo et al., 2021)
.

Anemia merupakan penyebab kematian secara tidak langsung yang

terus mengintai ibu-ibu yang sedang menghadapi masa kehamilan. Anemia

pada kehamilan berbahaya karena darah yang membawa oksigen yang akan

disalurkan ke seluruh tubuh, apabila hemoglobin yang bertugas mengikat

oksigen berkurang maka asupan oksigen ke jantung juga berkurang. Dengan

menetapkan Hb 11 g% (g/dl) sebagai dasarnya. Angka anemia kehamilan di

Indonesia menunjukkan nilai yang cukup tinggi. (Rishel, 2023).

Anemia yang paling sering di jumpai dalam kehamilan adalah anemia

akibat kekurangan zat besi (anemia defisiensi besi). Selama kehamilan

dibutuhkan 1040 mg zat besi, sehingga kebutuhan zat besi akan meningkat

PAGE \* MERGEFORMAT49
PAGE \* MERGEFORMAT59

200-300 mg (Dept.Obgyn UI, 2021). Zat besi merupakan mineral yang

dibutuhkan tubuh untuk membentuk sel darah merah (hemoglobin). Selain

digunakan untuk pembentukan sel darah merah, zat besi juga berperan

sebagai salah satu komponen dalam membentuk mioglobin (protein yang

membawa oksigen ke otot), kolagen (protein yang terdapat pada tulang,

tulang rawan, dan jaringan penyambung), serta enzim. Anemia defisiensi besi

pada ibu dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin/bayi


(Kemenkes RI, 2019)
saat kehamilan maupun setelah melahirkan .

Berdasarkan WHO (World Health oragnisation), prevalensi anemia

pada ibu hamil di seluruh dunia telah mengalami penurunan sebanyak 4,5%

selama 19 tahun terakhir, dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2019,

sedangkan di Indonesia pada tahun 2019 angka kejadian anemia pada ibu

hamil meningkat 44,2% dari tahun 2015 sebesar 42,1%. Sedangkan dari hasil

Riskesdas tahun 2018 menunjukkan presentase ibu hamil yang mengalami

anemia di Indonesia telah terjadi peningkatan dari tahun 2013 sebesar 37,1%

menjadi 48,9% pada tahun 2018, dengan jumlah ibu hamil yang mengalami

anemia paling banyak pada usia 15-24 tahun sebesar 84,6%, usia 25-34 tahun

sebesar 33,7%, usia 35-44 tahun sebesar 33,6%, dan usia 45-44 tahun sebesar
(Kemenkes RI, 2019)
24% .

Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan,

dari 23.839 ibu hamil yang di periksa kadar hemoglobinnya, terdapat ibu

hamil dengan kadar hemoglobin 8-11 mg/dl terdapat 23.478 orang (98,49%)
PAGE \* MERGEFORMAT59

dan ibu hamil dengan kadar hemoglobin <8 mg/dl terdapat 361 orang (1,15%)
(Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan, 2020)
.

Menurut data Kemenkes RI, (2019) salah satu upaya yang dilakukan

untuk mencegah anemia pada ibu hamil adalah dengan pemberian tablet

tambah darah (TTD) minimal 90 tablet selama kehamilan. Pada tahun 2018

cakupan pemberian TTD pada ibu hamil di Indonesia adalah 81,16%. Namun,

angka ini belum mencapai target Restra tahun 2018 yaitu 95%. Sementara

cakupan pemberian TTD provinsi Sulawesi Selatan tahun 2018 berada

disposisi ke 12 sebesar 86,66%. Sehingga perlu dilakukan upaya tambahan

yaitu dengan mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi

seperti pada daging merah, ikan, kerang, unggas, sereal, kacang-kacangan dan

salah satunya daun kelor (Dept.Obgyn UI, 2021).

Daun kelor merupakan salah satu sayuran dengan kandungan zat besi

yang tinggi. Kandungan nutrisi daun kelor bermanfaat bagi ibu hamil dalam

pembentukan sel darah merah dan mencegah anemia karena kandungan zat

besi sebanyak 28,29 mg/100 gram daun kelor. Zat besi terdapat di dalam sel

eritrosit, sehingga dengan mengkonsumsi daun kelor dapat meningkatkan

kadar haemoglobin dalam darah yang baik bagi ibu hamil (Sulastri dkk ,

2023).

Berdasarkan hasil penelitian Sulastri (2023) pemberian Tablet FE dan

ditambah sayur daun kelor terhadap kadar hemoglobin ibu hamil

menunjukkan kelompok pemberian sayur daun kelor terjadi kenaikan kadar

hemoglobin lebih tinggi dibandingkan pada kelompok yang memberikan


PAGE \* MERGEFORMAT59

hanya tablet FE saja. Sedangkan pada hasil penelitian Yulian Dwi Hastuti

(2022) menunjukkan bahwa pemberian sayur daun kelor (Morianga

Aloevera) dikenal mempunya berbagai macam kandungan gizi, di antaranya

zat besi, vitamin C, protein, Vitamin A, Kalsium, dan Kalium sehingga daun

kelor dapat digunakan sebagai alternatif untuk mengatasi kondisi Anemia.

Knadungan zat besi yang terkandung dalam daun kelor sebesar 28,2 mg.

Jumlah ibu hamil di Puskesmas Tamalanrea pada Tahun 2023

sebanyak 310 ibu hamil dengan 22 (7,2%) ibu hamil mengalami anemia.

Data Pendahuluan yang diambil dari register pemeriksaan ibu hamil

menunjukkan dari 10 ibu hamil dengan 5 ibu hamil mengalami anemia

ringan dan 5 ibu hamil mengalami anemia sedang mengatakan bahwa

selama ini ibu hanya mengkonsumsi tablet Fe sesuai anjuran dari bidan,

sedangkan pada makan selama ini hanya mengkonsumsi makanan berupa

sayuran dan lauk yang sudah dimasak, sedangkan pemanfaatan daun kelor

banyak ibu yang tidak mengetahuinya dan tidak rutin memakannya.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti merasa tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Efektifitas suplementasi tablet FE

kombinasi sayur daun kelor terhadap peningkatan kadar hemoglobin pada

ibu hamil anemia”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka

rumusan masalah dari penelitian ini adalah apakah efektifitas pemberian

tablet FE kombinasi sayur daun kelor dan pemberian tablet FE terhadap


PAGE \* MERGEFORMAT59

peningkatan kadar hemoglobin pada ibu hamil dengan anemia di Puskesmas

Tamalanrea Makassar

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui efektifitas pemberian tablet FE kombinasi sayur

daun kelor terhadap peningkatan kadar hemoglobin pada ibu hamil

anemia di Puskesmas Tamalanrea Makassar.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui kadar Hb sebelum pemberian tablet FE kombinasi

sayur daun kelor pada ibu hamil anemia di Puskesmas Tamalanrea

Makassar.

b. Untuk mengetahui kadar Hb sesudah pemberian tablet FE kombinasi

sayur daun kelor pada ibu hamil anemia di Puskesmas Tamalanrea

Makassar.

c. Untuk mengetahui pengaruh pemberian tablet FE kombinasi sayur

daun kelor terhadap peningkatan kadar hemoglobin pada ibu hamil

anemia di Puskesmas Tamalanrea Makassar.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Ilmiah

Sebagai bahan referensi dalam meningkatkan program pelayanan

asuhan kebidanan khususnya mengenai pentingnya penanganan anemia

dalam kehamilan salah satunya dengan pemberian Tablet FE kombinasi


PAGE \* MERGEFORMAT59

sayur daun kelor dan tablet FE untuk meningkatkan kadar hemoglobin ibu

hamil.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan dan

sumbangan pemikiran bagi bidan di Puskesmas Tamalanrea dalam

memberikan pelayanan kepada masyarakat khususnya pada ibu hamil yang

mengalami anemia.

3. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini di harapkan dapat dimanfaatkan untuk

menambah informasi, wawasan dan dijadikan bahan pustaka bagi

mahasiswa S1 Kebidanan serta dapat menambah pengetahuan bidan dalam

memberikan asuhan kebidanan pada pasien dengan menerapkan teori yang

ada.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Kehamilan

1. Pengertian kehamilan

Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan

didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum

dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat

fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam

waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender

internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester

kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu

ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28

hingga ke-40) (Hedriana, 2019).

Kehamilan merupakan penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan

dilanjutkan dengan nidasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya

bayi kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 9

bulan menurut kalender internasional. Maka, dapat disimpulkan bahwa

kehamilan merupakan bertemunya sel telur dan sperma di dalam atau

diluar rahim dan berakhir dengan keluarnya bayi dan plasenta melalui

jalan lahir (Yulaikha, 2019).

Kehamilan secara normal dikategorikan berdasarkan umur

kehamilan yaitu kehamilan trimester I dengan umur kehamilan 0 sampai

PAGE \* MERGEFORMAT49
PAGE \* MERGEFORMAT59

12 minggu, kehamilan trimester II dengan umur kehamilan 12 sampai 28

Minggu dan kehamilan trimester III dengan umur kehamilan 29 sampai 40

Minggu (Titi Astuti, 2023).

1) Trimester I (0 - 14 minggu)

Trimester pertama sering dianggap sebagai periode penyesuaian.

Penyesuaian yang dilakukan wanita adalah terhadap kenyataan bahwa

ia sedang hamil. Sebagian besar wanita merasa sedih dan ambivalen

mengenai kenyataan bahwa ia hamil. Sekitar 80% wanita mengalami

kekecewaan, penolakan, kecemasan, depresi dan kesedihan. Perasaan

ambivalen ini biasanya berakhir dengan sendirinya seiring dengan

penerimaan kehamilannya.

2) Trimester II (14 – 26 minggu)

Trimester kedua sering dikenal sebagai periode kesehatan yang baik,

di mana wanita merasa nyaman dan bebas dari segala

ketidaknyamanan yang normal dialami saat hamil. Trimester kedua

dibagi menjadi dua fase yaitu pra - quickening dan pasca - queckening

yang menunjukkan kenyataan adanya kehidupan yang terpisah, yang

menjadi dorongan bagi wanita dalam melaksanakan tugas

psikologisnya yaitu dengan mengembangkan identitasnya sebagai ibu

pada dirinya sendiri.


PAGE \* MERGEFORMAT59

3) Trimester III

Trimester ketiga sering disebut periode Ppenantian dengan penuh

kewaspadaan. Rasa takut mulai muncul pada trimester ketiga. Wanita

hamil mulai merasa cemas dengan kehidupan bayi dan kehidupannya

sendiri, seperti apakah bayinya akan lahir abnormal, terkait persalinan

dan kelahiran (nyeri, kehilangan kendali, serta hal-hal lain yang tidak

diketahui), dia akan menyadari bahwa akan bersalin atau baiknya

tidak mampu keluar, atau organ vitalnya akan mengalami cedera

(Kasmiati dkk, 2023).

2. Perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi pada ibu hamil

a. Sistem reproduksi

1) Vagina-vulva

Peningkatan hormon estrogen hypervaskularisasi sehingga

vagina dan vulva tampak lebih merah, agak kebiru-biruan (livide).

Tanda ini disebut sebagai tanda Chadwick. Kekenyalan (daya

regang) vagina bertambah sebagai persiapan persalinan.

2) Serviks uteri

Serviks uteri berperan dalam mempertahankan kehamilan dan

mencegah infeksi. Dibawah pengaruh dari hormon estrogen,

jaringan ikat pada serviks semakin banyak dan hypervaskularisasi

sehingga portio yang pada sebelum hamil diraba seperti cuping

akan semakin lunak seperti daun telinga (tanda goodle).


PAGE \* MERGEFORMAT59

3) Uterus

Uterus akan membesar dibawah pengaruh estrogen dan

progesteron yang meningkat. Pembesaran ini disebabkan oleh

hipertropi otot polos uterus sehingga uterus dapat mengikuti

pertumbuhan janin.

4) Ovarium

Pada awal Terjadinya kehamilan corpus luteum masih tetao

dipertahankan di bawah pengaruh HCG (Hormon Corionoc

Gonadotropin) yang dihasilkan oleh trofoblas sampai terbentuknya

plasenta, kira-kira kehamilan 16 minggu, sehingga perannya

menghasilkan hormon estrogen dan progesteron digantikan oleh

plasenta. Setelah plasenta terbentuk, korpus leteum graviditas yang

berdiameter 3 cm mengecil.

b. Sistem perkemihan

Perubahan pada system perkemihan terjadi karena adanya faktor

hormon dan mekanis. Pada trimester I dan III terjadi peningkatan

frekuensi BAK karena penekanan uterus yang membesar terhadap

vesika urinaria sehingga kapasitasnya menurun. Terjadinya hemodilusi

menyebabkan metabolisme air meningkat sehingga pembentukan urin

meningkat.
PAGE \* MERGEFORMAT59

c. Sistem pencernaan

Selama awal kehamilan, rasa mual dan ingin muntah (emesis

gravidarum) sering terjadi (7-14mg) karena peningkatan kadar Estrogen

dan HCG.

d. Sistem muskuloskeletal

Dengan peningkatan hormon progesteron dan relaxin

menyebabkan jaringan ikat dan otot mengalami pengenduran.

Sehingga symphisis pubis dan articulasio sacro cocsigeal melunak dan

bergesar menyebabkan nyeri pinggang dan persendian.

e. Sistem kardiovaskular

1) Jantung

Ukuran jantung dapat membesar karena peningkatan beban

kerja. Jantung dapat bergeser ke atas dan ke arah kiri. Hasil kerja

jantung meningkat 5-7 l/i. Volume darah semakin meningkat,

jumlah plasma lebih besar dari jumlah sel darah merah sehingga

terjadi pengeceran darah (hemodilusi), puncaknya terjadi pada

kehamilan 32 Minggu. Hemodilusi disertai dengan anemia

fisiologis.

2) Tekanan darah

Peningkatan hormon progesteron yang mengakibatkan

relaksasi otot polos menyebabkan penurunan tahanan vaskuler

perifer selama kehamilan sehingga terjadi penurunan tekanan


PAGE \* MERGEFORMAT59

darah: Sistolik menurun 5-19 mmHg, Diastolik menurun 10-15

mmHg

3) Metabolisme zat besi

Suplemen zat besi selama kehamilan digunakan untuk

mencegah kekurangan zat besi pada ibu. Kebutuhan zat besi janin

paling besar besar pada usia 4 minggu kehamilan.

4) Volume plasma dan sel darah merah

Volume plasma dan sel darah merah ibu mulai meningkat

pada usia kehamilan 10 minggu dan terus meningkat sampai aterm.

Karena volume plasma meningkat lebih besar (40-50%) dari pada

peningkatan massa sel darah merah (30%) sehingga terjadi

heatolrit selama kehamilan normal, hal ini disebut anemia fisiologi.

f. Sistem integumen

Pada kulit terdapat deposit pigmen dan hyperpigmentasi alat-alat

tertentu. Pigmentasi ini disebabkan oleh peningkatan hormon

Melanophore Stimulating Hormone (MSH) yang diproduksi oleh lobus

anterior hipofise. Pembesaran rahim menimbulkan peregangan dan

menyebabkan robeknya serabut elastis dibawah kulit sehingga

menimbulkan striae gravidarum/striae lividae. Bila terjadi peregangan

yang hebat, misalnya pada hydramnion dan gemelli, dapat terjadi

diastasis rekti bahkan hernia.

g. Payudara
PAGE \* MERGEFORMAT59

Selama kehamilan payudara akan membesar dan tegang akibat

hormon Estrogen, Progesteron dan Somatomammotropin. Fungsi

hormon mempersiapkan payudara untuk proses laktasi.

h. Sistem pernapasan

1) Trimester Pertama

Perubahan pada Trimester pertama belum terjadi sepenuhnya

karena ibu masih menglami peningkatan hormon sehingga terjadi

mual-mual dan pertumbuhan janin belum sempurna sehingga

diafragma belum terdorong keatas oleh karena itu pernafasan

masih normal.

2) Trimester Kedua

Kapasitas paru terhadap udara inspirasinya tetap sama seperti

sebelum hamil tetapi kecepatan pernafasan kapasitas vital tidak

berubah melainkan yang berubah volume tidal, volume ventilator

dan pengambilan oksigen meningkat karena bentuk dari rongga

torak berubah yang mengakibatkan bernafas lebih cepat sehingga

60% wanita hamil mengalami sesak nafas.

3) Trimester Ketiga

Ibu hamil mengalami kesulitan bernafas karena pertumbuhan

janin yang semakin membesar mendorong diafragma keatas hingga

bentuk dan ukuran dada berubah menjadi lebih kecil (Kasmiati

dkk, 2023).

3. Perubahan Psikologis pada ibu hamil


PAGE \* MERGEFORMAT59

a. Perubahan pada Trimester I

1) Respons Emosional

Beberapa contoh respon emosional terhadap perubahan psikologis

pada Trimester I :

a) Ambivalen.

b) Kekecewaan.

c) Penolakan.

d) Kecemasan.

e) Depresi.

f) Kesedihan.

g) Perubahan mood.

h) Khawatir jika keguguran.

i) Penurunan libido.

2) Penyambutan sukacita

Adapun yang di maksud dalam penyambutan sukacita, antara lain :

a) Rasa tidak percaya bahwa dirinya hamil.

b) Mencari bukti kehamilan.

c) Waktu yang menyenangkan untuk melihat kehamilannya.

b. Perubahan pada Trimester II

1) Sebelum gerakan janin dirasakan

a) Perubahan identitas (dari penerimaan menjadi pemberi kasih

sayang).

b) Mengevaluasi hubungan interpersonal dengan ibunya.


PAGE \* MERGEFORMAT59

c) Belajar dan menyiapkan diri berperan sebagai ibu.

2) Setelah gerakan janin dirasakan

a) Menyadari bahwa janin merupakan individu yang terpisah dan

perlu dirawat.

b) Fokus pada kehamilan dan kesejahteraan janin.

c) Merasa lebih sehat.

d) Dapat timbul perasaan sedih karena akan meninggalkan peran

lamanya dan takut suaminya tidak senang dengan bentuk

tubuhnya.

e) Peningkatan libido.

c. Perubahan pada Trimester III

1) Kekhawatiran/kecemasan dan waspada

a) Kekhawatiran bayi lahir sebelum waktunya dan kondisinya

tidak normal.

b) Waspada munculnya tanda persalinan.

c) Lebih protektif.

d) Khawatir dan takut pada proses persalinan.

e) Mimpi tentang perhatian dan ketakutannya.

f) Merasa dirinya buruk dan aneh.

g) Penurunan libido.

h) Khawatir kehilangan perhatian.

2) Persiapan menunggu kelahiran

a) Aktif mempersiapkan diri.


PAGE \* MERGEFORMAT59

b) Mencari informasi, nasihat, arahan, dan dukungan.

c) Memilih nama.

d) Mempersiapkan kebutuhan bayi.

e) Menduga-duga tentang jenis kelamin dan bayi mirip siapa.

f) Tidak sabar menunggu kelahiran dengan rasa suka cita dan

takut (Astuti dkk, 2020).

4. Kebutuhan Nutrisi pada Ibu Hamil

Selama kehamilan, secara fisiologi ibu hamil akan mengalami

beberapa perubahan fisiologi yang akan mempengaruhi perubahan

kebutuhan gizi ibu hamil. Seorang ibu yang sedang hamil mengalami

kenaikan berat badan sebanyak 10-12 kg. Pada trimester I kenaikan berat

badan mencapai 1 kg, namun setelah mencapai trimester II penambahan

berat badan mencapai 3 kg dan pada trimester III mencapai 6 kg. Kenaikan

tersebut disebabkan adanya pertumbuhan janin, plasenta dan air ketuban.

Adanya pertumbuhan janin, plasenta dan air ketuban, maka ibu hamil

mengalami perubahan kebutuhan gizi.

Kebutuhan gizi pada ibu hamil yang terpenuhi dalam makanan

sehari-hari akan berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan bayi,

janin dalam kandungan dapat tumbuh dengan baik serta tidak mengalami

gangguan dan masalah. Asupan makanan yang dikomsumsi oleh ibu hamil

berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, mengganti sel-sel

tubuh yang rusak atau mati, sumber tenaga, mengatur suhu tubuh,

cadangan makanan.
PAGE \* MERGEFORMAT59

Kebutuhan zat gizi pada ibu hamil secara garis besar adalah sebagai

berikut :

a. Kalori/energi

Penambahan energi selain untuk ibu, janin juga perlu

untuk tumbuh kembangnya. Banyaknya energi yang dibutuhkan

sejak kehamilan hingga melahirkan sekitar 80.000 kkal atau

membutuhkan tambahan 300 kkal sehari. Kebutuhan kalori tiap

semister antara lain:

1) Trimester I, kebutuhan kalori meningkat minimal 2.000 kilo

kalori/hari.

2) Trimester II, kebutuhan kalori akan meningkat untuk

kebutuhan ibu yang meliputi penambahan volume darah,

pertumbuhan uterus, payudara dan lemak.

3) Trimester III, kebutuhan kalori akan meningkat untuk

pertumbuhan janin dan plasenta.

b. Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber utama untuk tambahan

kalori yang dibutuhkan selama kehamilan untuk pertumbuhan

dan perkembangan janin. Jenis karbohidrat yang dianjurkan

adalah karbohidrat kompleks seperti roti, sereal, nasi dan pasta.

Karbohidrat kompleks mengandung vitamin dan mineral serta

meningkatkan asupan serat untuk mencegah terjadinya konstipasi

payudara dan lemak.


PAGE \* MERGEFORMAT59

c. Lemak

Lemak dibutuhkan untuk perkembangan dan pertumbuhan

janin selama dalam kandungan sebagai kalori utama. Lemak

merupakan sumber tenaga dan untuk pertumbuhan jaringan

plasenta. Selain itu, lemak disimpan untuk persiapan ibu sewaktu

menyusui. Kadar lemak akan meningkat pada kehamilan

trimester III.

d. Protein

Penambahan protein selama kehamilan tergantung

kecepatan pertumbuhan janinnya.

1) Kebutuhan protein pada trimester I hingga trimester II kurang

dari 6 gram tiap harinya.

2) Kebutuhan protein pada trimester III sekitar 10 gram tiap

harinya.

Kebutuhan protein bisa didapat dari nabati maupun

hewani. Sumber hewani seperti daging tak berlemak, ikan, telur,

susu. Sedangkan sumber nabati seperti tahu, tempe dan kacang-

kacangan. Protein digunakan untuk pembentukan jaringan baru

baik plasenta dan janin, pertumbuhan dan diferensiasi sel,

pembentukan cadangan darah dan persiapan masa menyusui.

e. Vitamin
PAGE \* MERGEFORMAT59

Kebutuhan vitamin pada ibu hamil untuk mendukung

pertumbuhan dan perkembangan janin serta proses diferensiasi

sel.

1) Asam folat

Merupakan vitamin B berfungsi untuk perkembangan

embrio, mencegah cacat pada otak dan tulang belakang.

Kekurangan menyebabkan kehamilan prematur, anemia,

cacat bawaan, BBLR, dan pertumbuhan janin terganggu.

Kebutuhan sekitar 600-800 mg. Sumber asam folat dari

suplemen asam folat, sayuran hijau, jeruk, buncis, kacang-

kacangan dan roti gandum.

2) Vitamin A

Berfungsi untuk pengelihatan, imunitas, pertumbuhan

dan perkembangan embrio. Kekurangan menyebabkan

kelahiran prematur dan BBLR. Sumber vitamin A dari buah-

buahan, sayuran hijau atau kuning, mentega, susu, kuning

telur dan lainnya.

3) Vitamin B1, vitamin B2, niasin dan asam pantotenat

Vitamin B6 dan B12 diperlukan untuk membantu

proses metabolisme, membentuk DNA dan sel-sel darah

merah. Vitamin B6 berperan dalam metabolisme asam

amino.

4) Vitamin C
PAGE \* MERGEFORMAT59

Merupakan antioksidan yang melindungi jaringan dari

kerusakan, dibutuhkan untuk membentuk kolagen,

menghantar sinyal ke otak, membantu penyerapan zat besi di

dalam tubuh. Ibu hamil disarankan mengkomsumsi 85

mg/hari. Sumber vitamin C dari tomat, jeruk, strawberry,

jambu biji dan brokoli.

5) Vitamin D

Berfungsi mencegah hipokalsemia, membantu

penyerapan kalsium dan fosfor, mineralisasi tulang dan gigi

serta mencegah osteimalacia pada ibu. Sumber vitamin D

terdapat pada susu, kuning telur dan dibuat sendiri oleh tubuh

dengan bantuan sinar matahari.

6) Vitamin E

Berfungsi untuk pertumbuhan sel dan jaringan serta

integrasi sel darah merah. Selama kehamilan dianjurkan

mengkomsumsi 2 mg/hari.

7) Vitamin K

Kekurangan menyebabkan gangguan perdarahan pada

bayi.

f. Mineral

1) Zat besi

Selama kehamilan dibutuhkan 1040 mg zat besi,

sehingga kebutuhan zat besi akan meningkat 200-300 mg.


PAGE \* MERGEFORMAT59

Zat besi untuk memproduksi hemoglobin, pertumbuhan dan

metabolisme energi dan mencegah anemia. Kekurangan zat

besi mengakibatkan ibu hamil mudah lelah dan rentan

infeksi, risiko persalinan prematur dan BBLR. Ibu hamil

dianjurkan mengkomsumsi 30 mg tiap hari. Zat besi baik

dikomsumsi dengan vitamin C. Tidak dianjurkan

mengkomsumsi bersama kopi, teh, dan susu. Sumber zat besi

dapat ditemukan pada daging merah, ikan, kerang, unggas,

sereal, dan kacang-kacangan.

2) Zat seng

Digunakan untuk pembentukan tulang. Kekurangan

seng menyebabkan kelahiran prematur dan berat bayi lahir

rendah. Kebutuhan seng pada ibu hamil sekitar 20 miligram

per hari. Sumber makanan yang mengandung seng antara

lain: kerang, daging, kacang-kacangan, sereal.

3) Kalsium

Berfungsi untuk pembentukan tulang dan gigi,

membantu pembuluh darah berkontraksi dan berdilatasi, serta

mengantarkan sinyal syaraf, kontraksi otot dan sekresi

hormon. Kebutuhan kalsium ibu hamil sekitar 1000 mg per

hari. Sumber kalsium dari ikan teri, susu, keju, udang, sarden,

sayuran hijau dan yoghurt.

4) Yodium
PAGE \* MERGEFORMAT59

Ibu hamil dianjurkan mengkomsumsi yodium sekitar

200 mg dalam bentuk garam beryodium. Kekurangan yodium

menyebabkan hipotirodisme yang berkelanjutan menjadi

kretinise.

5) Fosfot

Berperan dalam pembentukan tulang dan gigi janin

serta kenaikan metabolisme kalsium ibu. Kekurangan fosfor

menyebabkan kram pada tungkai.

6) Fluor

Untuk pertumbuhan tulang dan gigi. Fluor terdapat

dalam air minum.

7) Natrium

Berperan dalam metabolisme air dan bersifat mengikat

cairan dalam jaringan sehingga mempengaruhi keseimbangan

cairan tubuh. Kebutuhan natrium mengikat dengan

meningkatnya kerja ginjal. Kebutuhan natrium ibu hamil

sekitar 3,3 gram per minggu (Dept.Obgyn UI, 2021).


PAGE \* MERGEFORMAT59

Tabel 2.1
Angka kecukupan gizi sebelum dan selama hamil

Kebutuhan Ibu Tambahan Kebutuhan


Jenis Zat Gizi Sebelum Hamil Selama Hamil
19-29th 30-49th TM I TM II TM III
Energi (kkal) 2250 2150 180 300 300
Protein (g) 56 57 20 20 20
Lemak Total (g) 75 60 6 10 10
Lemak n-6 (g) 12 12 2 2 2
Lemak n-3 (g) 1,1 1,1 0,3 0,3 0,3
Karbohidrat (g) 309 323 25 40 40
Serat (g) 32 30 3 4 4
Air (ml) 2300 2300 300 300 300
Vitamin A (mcg) 500 500 300 300 350
Vitamin D (mcg) 15 15 0 0 0
Vitamin E (mg) 15 15 0 0 0
Vitamin K (mcg) 55 55 0 0 0
Vitamin B1 (mg) 1,1 1,1 0,3 0,3 0,3
Vitamin B2 (mg) 1,4 1,3 0,3 0,3 0,3
Vitamin B3 (mg) 12 12 4 4 4
Vitamin B5/
5 5 1 1 1
Pantotenal (mg)
Vitamin B6 (mg) 1,3 1,3 0,4 0,4 0,4
Folat (mcg) 400 400 200 200 200
Vitamin B12 (mg) 2,4 2,4 0,2 0,2 0,2
Blotin (mcg) 30 30 0 0 0
Kolin (mg) 425 425 25 25 25
Vitamin C (mg) 75 75 10 10 10
Kalsium (mg) 1100 1000 200 200 200
Fosfor (mg) 700 700 0 0 0
Magnesium (mg) 310 320 40 40 40
Natrium (mg) 1500 1500 0 0 0
Kalium (mg) 4700 4700 0 0 0
Mangan (mg) 1,8 1,8 0,2 0,2 0,2
Tembaga (mcg) 900 900 100 100 100
Kromium (mcg) 25 25 5 5 5
PAGE \* MERGEFORMAT59

Besi (mg) 26 26 0 9 13
Iodium (mcg) 150 150 70 70 70
Seng (mg) 10 10 2 4 10
Selenium (mcg) 30 30 5 5 5
Fluor (mg) 2,5 2,7 0 0 0
Sumber : PerMenKes No. 75 Th 2019 Tentang angka kecukupan gizi
yang dianjurkan bagi bangsa Indonesia
5. Anemia dalam kehamilan

a. Pengertian Anemia

Anemia merupakan suatu kondisi dimana jumlah sel darah

merah atau hemoglobin kurang dari normal. Kadar hemoglobin normal

pada laki-laki dan perempuan berbeda. Kadar normal hemoglobin (Hb)

pada laki-laki adalah 13 gr/dL sedangkan kadar normal hemoglobin

pada perempuan adalah 11 gr/dL. Anemia merupakan salah satu

kelainan darah yang umum terjadi ketika kadar sel darah merah

(eritrosit) dalam tubuh terlalu rendah. Hal ini akhirnya menyebabkan

masalah kesehatan karena kurangnya hemoglobin pada darah akan

menyebabkan terganggunya oksigen yang masuk ke dalam tubuh

(Rahayu, 2019).

Anemia adalah suatu keadaan tidak cukupnya sel darah merah

yang sehat untuk membawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh.

Anemia dalam kehamilan di Indonesia ditetapkan dengan kadar Hb

<11 g% pada trimester I dan III atau Hb <10,5g% pada trimester II.

Hal ini disebabkan karena pada sekitar trimester kedua (usia kehamilan

24-30 minggu) terjadi hemodilusi, yaitu suatu perubahan

hemodinamika selama kehamilan (Dept.Obgyn UI, 2021).


PAGE \* MERGEFORMAT59

Berikut adalah kategori anemia berdasarkan ukuran sel darah

merah :

1. Anemia Mikrositik (penurunan ukuran sel darah merah)

Disebabkan oleh : kekurangan zat besi, talasemia, gangguan

haemoglobin, keracunan timah, penyakit kronis (infeksi tumor).

2. Anemia Normositik (ukuran sel darah merah normal) Disebabkan

oleh : sel darah merah yang hilang atau rusak meningkat

(kehilangan sel darah merah akut), gangguan hemolisis darah,

sterositosis, kekurangan G6PD (Glukosa-6-Phosphate

Dehidrogenase), anemia hemolitik (efek samping obat), anemia 14

hemolisis autoimun, penurunan produksi sel darah merah/anemia

aplastik (gagal sumsum tulang belakang yang mengancam jiwa)

penyakit kronis (penyakit hati, ginjal, infeksi, tumor) ekspansi

(berlebihan volume plasma pada kehamilan dan dehidrasi

berlebihan).

3. Anemia Makrositik (peningkatan ukuran sel darah merah)

Disebabkan oleh : kekurangan vitamin B12, kekurangan asam folat,

hipotiroid, kecanduan alkohol, penyakit hati dan ginjal kronis

(Suheti, 2020)

b. Tanda dan Gejala Anemia

a. Gejala umum
PAGE \* MERGEFORMAT59

Gejala umum anemia berupa badan lemah, lesu, cepat lelah,

mata berkunang-kunang, serta telinga berdenging. Anemia

bersifat simtomatik jika hemoglobin telah turun dibawah 7 g/dl.

Pada pemeriksaan fisik dijumpai pasien yang pucat, terutama

pada konjungtiva dan jaringan dibawah kuku.

b. Gejala khas defisiensi besi

Gejala yang khas yang dijumpai pada anemia zat besi, tetapi

tidak dijumpai pada anemia jenis lain adalah koilonychia, atropi

papil lidah, stomatitis angularis, disfagia, atrofi mukosa gaster

sehingga menimbulkan akhloridia, pica.

c. Gejala penyakit dasar

Pada anemia defisiensi zat besi dapat dijumpai gejala-gejala

penyakit yang menjadi penyebab anemia defisiensi zat besi

tersebut. Misalnya pada anemia akibat cacing tambang dijumpai

dispepsia, parotis membengkak, dan kulit telapak tangan

berwarna kuning seperti jerami (Dept.Obgyn UI, 2021).

Bahaya dan Dampak Anemia

a. Kehamilan

a) Dapat terjadi abortus.

b) Persalinan prematuritas.

c) Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim.

d) Mudah terjadi infeksi dekompensasi kordis (Hb <6 gr%).

e) Mola hidatidosa.
PAGE \* MERGEFORMAT59

f) Hiperemesis gravidarum.

g) Perdarahan antepartum.

h) Ketuban Pecah Dini (KPD).

b. Persalinan

a) Gangguan his, kekuatan mengedan.

b) Kala satu dapat berlangsung lama, dan terjadi partus terlantar.

c) Kala dua berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan

sering memerlukan tindakan operasi kebidanan.

d) Kala uri diikuti retensi plasenta, dan perdaraahan postpartum

karena atonia uteri.

e) Kala empat dapat terjadi perdarahan postpartum sekunder dan

atonia uteri.

c. Nifas

a) Terjadi subinvolusi uteri menimbulkan perdarahan

postpartum.

b) Memudahkan infeksi puerperium.

c) Pengeluaran ASI berkurang.

d) Terjadi dekompensasi koris mendadak setelah persalinan.

e) Anemia pada nifas.

f) Mudah terjadi infeksi mamae.

d. Janin

a) Abortus.

b) Terjadi kematian intrauteri.


PAGE \* MERGEFORMAT59

c) Persalinan prematuritas tinggi.

d) Berat badan lahir rendah.

e) Kelahiran dengan anemia.

f) Dapat terjadi cacat bawaan.

g) Bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal

(Suheti, 2020).

d. Pencegahan anemia pada kehamilan

1) Anemia pada ibu hamil dapat dicegah dengan mudah, wanita

hamil dianjurkan mengonsumsi 30 mg zat besi (setidaknya tiga

porsi) setiap hari. Contoh makanan kaya zat besi: daging merah

dan unggas, telur, sayuran hijau (seperti brokoli dan bayam),

kacang-kacangan dan biji-bijian, tahu dan tempe.

2) Mengkomsumsi suplemen zat besi dianjurkan juga selain

mengkomsumsi makanan ini.

a) Bila kadar Hb ≥8 - <12 gr/dl, dianjurkan untuk mengomsumsi

bahan makanan sumber zat besi dan pemberian TTD 1x1

tablet/hari dan dilakukan pemeriksaan Hb setelah 1 bulan.

Bila tidak ada perubahan dalam waktu 1 bulan segera dirujuk.

b) Bila kadar Hb <8 gr/dl (anemia moderat), segera rujuk.

3) Makanan tinggi vitamin C dapat membantu tubuh menyerap zat

besi yang lebih banyak, sehingga sangat bermanfaat.

4) Makanan kaya vitamin C seperti jeruk dan jus, stroberi, kiwi, dan

tomat.
PAGE \* MERGEFORMAT59

e. Standar pelayanan kebidanan pengelolaan anemia pada kehamilan

1) Memeriksa kadar Hb semua ibu hamil pada kunjungan pertama

dan pada minggu ke-28. Hb di bawah 11 gr% pada kehamilan

termasuk anemia; di bawah 8 gr% adalah anemia berat. Bila alat

pemeriksaan tidak tersedia, periksa kelopak mata dan perkiraan

ada/tidaknya anemia.

2) Beri tablet zat besi pada semua ibu hamil sedikitnya 1 tablet

selama 90 hari berturut-turut. Bila Hb kurang dari 11 gr%,

teruskan pemberian tablet zat besi.

3) Beri penyuluhan gizi pada setiap kunjungan antenatal, tentang

perlunya zat besi, makanan yang mengandung zat besi dan kaya

vitamin C, serta menghindari minum teh/kopi atau susu 1 jam

sebelum/ sesudah makan (teh/kopi atau susu mengganggu

penyerapan zat besi). Beri contoh makanan setempat yang kaya

zat besi.

4) Jika prevalensi malaria tinggi, selalu ingatkan ibu hamil untuk

berhati-hati agar tidak tertular penyakit malaria. Beri tablet

klorokuin 10 mg/kg BB peroral, sehari satu kali selama 2 hari.

Kemudian dianjurkan 5 mg/kg BB pada hari ke-3 (Klorokuin

aman dalam 2 trimester kehamilan).


PAGE \* MERGEFORMAT59

5) Jika ditemukan/ diduga anemia, berikan 2-3 kali tablet besi per

hari.

6) Rujuk ibu hamil dengan anemia untuk pemeriksaan terhadap

penyakit cacing/ parasit atau penyakit lainnya dan sekaligus untuk

pengobatannya.

7) Jika diduga ada anemia berat, segera rujuk ibu hamil untuk

pemeriksaan dan perawatan selanjutnya.

8) Rujuk ibu hamil dengan anemia berat dan rencanakan untuk

bersalin di rumah sakit (Simbolon dkk, 2018).

B. Tinjauan Tentang Kadar HB (Hemoglobin) Pada Ibu Hamil

1. Pengertian Kadar HB (Hemoglobin)

Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi. Memiliki daya

gabung terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk

exihemoglobin didalam sel darah merah. Sel darah merah yang berfungsi

menyalurkan oksigen ke seluruh tubuh, jika Hb berkurang, jaringan

tubuh kekurangan oksigen. Oksigen diperlukan tubuh untuk bahan bakar

proses metabolisme. Fungsi hemoglobin merupakan komponen utama

eritrosit yang berfungsi membawa oksigen dan karbondioksida ke

seluruh tubuh (Suheti et al., 2020).

Hemoglobin (Hb) merupakan zat warna yang terdapat dalam sel

darah merah, berguna untuk mengangkut oksigen dan karbon dioksida

dalam tubuh. Hemoglobin adalah ikatan protein, garam besi, zat warna.

Saat kehamilan, anemia dapat di cegah dan di obati dengan menggunakan


PAGE \* MERGEFORMAT59

zat besi dan suplemen asam folat. Vitamin C salah satu kombinasi yang
(Evayanti & Isnaini, 2020)
baik untuk membantu penyerapan zat besi

Hemoglobin merupakan pigmen merah pembawa oksigen dalam

darah, terkandung dalam sel darah merah (Eritrosit). Ini terdiri dari empat

sub unit, dua rantai polipeptida α dan dua β, yang masing-masing

mengandung gugus heme dengan besi (Fe) yang merupakan tempat


(Winslow, 2021)
pengikatan oksigen

Fungsi hemoglobin merupakan komponen utama eritrosit yang

berfungsi membawa oksigen dan karbondioksida. Warna merah pada

darah disebabkan oleh kandungan hemoglobin yang merupakan susunan

protein yang komplek yang terdiri dari protein, globulin dan satu

senyawa yang bukan protein yang sebut hem. Heme tersusun sari suatu

senyawa lingkar yang bernama profirin yang bagian pusatnya

ditenmmpati oleh logam besi (Fe). Jadi heme adalah senyawa-senyawa

porfirin-besi, sedangkan hemoglobin adalah senyawa komplek antara

globin dengan heme.

a. Struktur hemoglobin

Hemoglobin adalah metalo protein pengangkut oksigen dari paru-

paru je jaringan di seluruh tubuh dan mengambil karbondioksida dari

jaringan tersebut dibawah ke paru-paru untuk di buang ke udara

bebas. Molekul hemoglobin terdiri dari globin, apoprotein dan empat

gugus heme suatu molekul organik dengan satu golongan penyakit

menurun yang disebut hemoglobinopati, diantaranya yang paling


PAGE \* MERGEFORMAT59

sering ditemui adalah anemia sel sabit dan talasemia (Hasanan,

2018).

b. Kadar Hemoglobin

Kadar hemoglobin rendah menyebabkan anemia dalam kehamilan.

Faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin adalah zat besi,

vitamin c sebagai enhancer besi dan kalsium sebagai inhibitor besi


(Rieny et al., 2021)
.

Kadar hemoglobin pada ibu hamil yang mengkonsumsi tablet

tambah darah akan normal, hal ini disebabkan oleh karena kebutuhan

zat besi pada kehamilan tidak dapat dipenuhi hanya dari makanan saja.

Pengaruh suplemen besi pada ibu hamil tidak hanya untuk memenuhi

kebutuhan ibu, tetapi juga dapat membantu memaksimalkan

pertumbuhan otak dan berat badan bayi. Pertambahan berat badan

janin menunjukkan hasil yang lebih rendah pada kelompok ibu hamil.

Suplemen zat besi pada ibu hamil dapat menurunkan 73% insiden

anemia pada kehamilan aterm. Hal ini bisa dijelaskan bahwa dengan

suplemen zat besi dapat meningkatkan antara lain retikulosit sel darah
(Ratih, 2018)
merah dan hemoglobin .

Kadar hemoglobin pada ibu hamil merupakan sebagai parameter

yang menandakan keadaan anemia zat besi. Anemia zat besi ditandai

dengan kadar hemoglobin di bawah nilai normal 11 g/dl pada ibu


PAGE \* MERGEFORMAT59

hamil. Penurunan kadar hb disebabkan oleh kurangnya asupan gizi


(Hayati, 2019)
terutama pada zat besi

Berdasarkan klasifikasi dari WHO kadar hemoglobin pada ibu

hamil dapat dibagi menjadi 4 kategori yaitu ;

1) Hb > 11 gr/dl tidak anemia (normal)

2) Hb 9-10 gr/dl anemia ringan

3) Hb 7-8 gr/dl anemia sedang

4) Hb < 7 gr/dl anemia berat

Adapun kadar Hb normal pada ibu hamil sesuai usia kehamilan

yaitu :

1) Wanita dewasa (tidak hamil) : 12-15,8 gr/dl

2) Hamil trimester pertama : 11,6-13,9 gr/dl

3) Hamil trimester kedua : 9,7-14,8 gr/dl

4) Hamil trimester ketiga : 9,5-15,0 gr/dl

Kadar hemoglobin (HB) dalam tubuh dapat menjadi indikator bagi


(Luciana et al., 2019)
penyakit anemia , berikut adalah nilai normal dari

kadar hemoglobin (HB) untuk berbagai klasifikasi.

Tabel 2.2
Kadar Hemoglobin Normal Berdasarkan Kelompok Usia
Kelompok Umur Nilai (gr/dl)
Anak 6 bulan - 5 tahun 11,0
Anak 5 – 11 tahun 11,5
Anak 12 – 13 tahun 12,0
Wanita Dewasa 12,0
Wanita Hamil 11,0
Laki – laki 13,0
PAGE \* MERGEFORMAT59

2. Faktor Yang Mempengaruhi Kadar Hemoglobin

Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin

a. Kecukupan Besi dalam Tubuh Cakupan besi dalam tubuh dibutuhkan

untuk produksi hemoglobin, sehingga anemia gizi besi akan

menyebabkan terbentuknya sel darah merah 20 yang lebih kecil dan

kandungan hemoglobin yang rendah. Besi juga merupakan

mikronutrien essensil dalam memproduksi hemoglobin yang berfungsi

mengantar oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, untuk

dieksresikan ke dalam udara pernafasan, sitokrom, dan komponen lain

pada sistem enzim pernafasan seperti sitokrom oksidase, katalase, dan

peroksidase. Besi berperan dalam sintesis hemoglobin dalam sel darah

merah dan mioglobin dalam sel otot. Kandungan ± 0,004 % berat

tubuh (60-70%) terdapat dalam hemoglobin yang disimpan sebagai

ferritin di dalam hati, hemosiderin di dalam limpa dan sumsum tulang.

Menurut Kartono J dan Soekatri M, Kecukupan besi yang

direkomendasikan adalah jumlah minimum besi yang berasal dari

makanan yang dapat menyediakan cukup besi untuk setiap individu

yang sehat pada 95% populasi, sehingga dapat terhindar kemungkinan

anemia kekurangan besi.

b. Metabolisme Besi dalam tubuh Menurut Wirakusumah, Besi yang

terdapat di dalam tubuh orang dewasa sehat berjumlah lebih dari 4


PAGE \* MERGEFORMAT59

gram. Besi tersebut berada di dalam selsel darah merah atau

hemoglobin (lebih dari 2,5 g), myoglobin (150 mg), phorphyrin

cytochrome, hati, limpa sumsum tulang (> 200-1500 mg). Ada dua

bagian besi dalam tubuh, yaitu bagian fungsional yang dipakai untuk

keperluan metabolik dan bagian yang merupakan cadangan.

Hemoglobin, mioglobin, sitokrom, serta enzim hem dan nonhem

adalah bentuk besi fungsional dan berjumlah antara 25-55 mg/kg berat

badan. Sedangkan besi cadangan apabila dibutuhkan untuk fungsi-

fungsi fisiologis dan jumlahnya 5- 25 mg/kg berat badan. Ferritin dan

hemosiderin adalah bentuk besi cadangan yang biasanya terdapat

dalam hati, 21 limpa dan sumsum tulang. Metabolisme besi dalam

tubuh terdiri dari proses absorpsi, pengangkutan, pemanfaatan,

penyimpanan dan pengeluaran.

3. Faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin

1. Kecukupan Besi dalam Tubuh

Besi dibutuhkan untuk produksi hemoglobin sehingga aemia

gizi besi akan menyebabkan terbentuknya sel darah merah yang

lebih kecil dan kandungan hemoglobin yang rendah. Besi juga

merupakan mikronutrien essensial dalam produksi hemoglobin yang

berfungsi menghantar oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh,

untuk dieksresikan udara pernafasan, sitokrom, dan komponen lain

pada sistem enim pernafasan seperti sitokrom oksidase, katalase, dan

peroksidase besi berperan dalam sintesis hemoglobin dalam sel


PAGE \* MERGEFORMAT59

darah merah dan mioglobin dalam sel otot. Kandungan 004% berat

tubuh (60-70%) terdapat dalam hemoglobin yang disimpan sebagai

ferritin di dalam hati, hemosiderin di dalam limpa dan sumsum

tulang (Wa Ode Masna Ningsi, 2019).

2. Metabolisme Besi dalam Tubuh

Besi yang terdapat di dalam tubuh orang dewasa sehat

berjumlah lebih dari 4 gram. Besi tersebut berada di dalam sel-sel

darah merah atau hemoglobin (lebih dari 2,5 g), myoglobin 150 mg),

phorphyrin cytochrome, hati, limpa dan sumsum tulang (> 200- 1500

gram). Ada dua bagian besi dalam tubuh, yaitu bagian fungsional

yang dipakai untuk keperluan metabolik dan bagian yang merupakan

cadangan. Metabolisme besi dalam tubuh terdiri dari proses absorpsi,

pengangkutan, pemanfaatan, penyimpanan dan pengeluaran (Nur

Hida Yati, 2020).

3. Asupan makanan

Apabila asupan makan yang banyak mengandung zat besi

maka akan meningkatkan kadar hemoglobin dalam darah Namun

apabila disertai dengan konsumsi makanan yang dapat menghambat

penyerapan zat besi maka kadar hemoglobin tidak akan meningkat

(teh, kopi, dll).

4. Metode Pemeriksaan Hemoglobin

Metode pemeriksaan hemoglobin menurut Nugraha (2019) :


PAGE \* MERGEFORMAT59

a) Metode Tallquist, pemeriksaan ini didasarkan pada warna darah

karena Hb berperan dalam memberikan warna dalam eritrisot,

konsentrasi Hb dalam darah sebanding dengan warna darah

sehingga pemeriksaan ini dilakukan dengan cara memandingkan

warna darah terhadap warna standart yang telah diketahui

konsentrasi hemoglobin dalam satuan persen (%). Metode ini tidak

digunakan lagi karena tingkat kesalahan pemeriksaan mencapai 30-

50%, salah satu faktor kesalahan adalah standart warna yang tidak

stabil (tidak dapat mempertahakan warna asalnya) dan mudah

memudar karena standar berupa warna dalam kertas.

b) Metode Cyanmethemoglobin, merupakan pemeriksaan berdasarkan

kolometri dengan menggunakan alat spektrofotometer atau

forometer, sama dengan pemeriksaan Hb menggunakan

oksihemoglobin dan alkalihematin. Metode ini menjadi

rekomendasi dalam penetapan kadar Hb karena kesalahannya

hanya mencapai 2%. Reagen yang digunakan disebut drabkins

yang mengandung berbagai macam senyawa kimia sehingga tidak

direaksikan dengan darah dapat menghasilkan warna yang

berbanding dengan kadar Hb didalam darah. Faktor kesalahan

pemeriksaan metode ini pada umumnya bersumber dari alat

pengukuran, reagen dan teknik analisis.

c) Metode sahli,merupakan pemeriksaan Hb yang didasarkan atas

pembentukan warna (visualisasi atau kolarimetri). Darah yang


PAGE \* MERGEFORMAT59

direaksikan dengan HCl akan membentuk asam hematin dengan

warna coklat, warna yang terbentuk disesuaikan pada standart

dengan cara diencerkan menggunakan aquadest. Pemeriksaan ini

masih sering dilakukan pada beberapa laboratorium klinik kecil dan

puskesmas karena memerlukan alat sederhana, namun pemeriksaan

ini memiliki kesalahan tersebut terjadi karena pada metode ini tidak

semua hemoglobin dirubah menjadi asam hematin seperti

methemoglobin, sulfhemoglobin dan karboksihemoglobin. Selain

faktor metode, alat yang digunkan juga menjadi faktor kesalahan,

warna standart yang sudahlama, kotor atau dibuat oleh banyak

pabrik.

d) Metode strip, cara strip hemoglobin merupakan cara paling cepat,

akurat, mudah dan praktis dilakukan. Prinsip pemeriksaan strip tes

hemoglobin yang diletakkan pada alat, ketika darah diteteskan pada

zna reaksi tes strip, katalisator hemoglobin dalam darah. Intensitas

dari elektron yang terbentuk dalam strip setara dengan kosentrasi

hemoglobin dalam darah.

C. Tinjauan Tentang Daun kelor

1. Pengertian Daun kelor

Kelor atau yang dalam bahasa latin dikenal dengan nama Moringa

Oleifera merupakan jenis tanaman tropis yang sangat mudah dikenali dari

ukuran daunnya yang kecil. Tidak hanya itu, pohon kelor juga sangat

mudah bertumbuh pada tanah yang bisa dikatakan tidak terlalu


PAGE \* MERGEFORMAT59

subur. Sejak dahulu kelor sudah digunakan baik untuk pengobatan

tradisional, jamu maupun dalam ritual yang berbau mistis. Faktanya daun

kelor memang banyak mengandung zat yang sangat baik untuk tubuh. Tak

heran organisasi WHO menobatkan pohon kelor sebagai Miracle Tree,

setelah menemukan manfaat penting daun kelor. Lebih dari 1.300 studi,

artikel dan laporan telah menjelaskan tentang manfaat kelor dan

kemampuan dalam penyembuhan penyakit yang penting dalam

menghadapi permasalahan wabah penyakit dan masalah kekurangan gizi.

Penelitian menunjukkan bahwa hampir setiap bagian dari tanaman kelor

memiliki khasiat penting, yang dapat dimanfaatkan dengan baik.


PAGE \* MERGEFORMAT59

 Klasifikasi tanaman kelor ( Moringa Oleifera )

Kingdom : Plantae

Sub kingdom : Tracheobionta (vascular plants)

Superdivisi : Spermatophyta ( seed plants)

Kelas : Magnoliophyta ( flowering plants)

Subkelas : Dillenidae

Famili : Morigaceae

Genus : Moringa

Species : Moringa oleifera lam

(USDA, 2023)

2. Kandungan Daun kelor

Tabel 2.3
Kandungan Gizi dalam 100 gr Daun kelor
Kandungan Gizi per 100
Gizi
gr dalam Porsi Segar
Protein 6,80 g
Lemak 1,70 g
Beta Cerotene(vit.A) 6,78 mg
Tiamin (B1) 0;06mg
Riboflavin(B2) 0,05 mg
Niacin(B3)) 0,8 mg
Vitamin C 220 mg
Kalsium 440 mg
Kalori 92 kal
Karbohidrat 12,5 g
Tembaga 0,07 g
Serat 0,90 mg
Zat Besi 0,85 mg
Magnesium 42 mg
PAGE \* MERGEFORMAT59

Fosfor 70 mg
Sumber: Buku Panduan untuk Masyarakat Keanekaragaman Hayati
Lokal untuk Gizi dan Kesehatan Masyarakat. 2020

3. Manfaat Daun kelor bagi ibu hamil

a. Memperkuat daya tahan tubuh

Ibu hamil rentang mengalami infeksi karena daya tahan tubuhnya

cenderung melemah selama masa kehamilan. Untuk mencegah hal ini,

bimil perlu mengkonsumsi makanan yang kaya akan vitamin C dan

anti oksidan, seperti yang terdapat pada daun kelor. Dengan demikian,

bumil akan terhindar dari rafikal bebas yang dapat memicu berbagai

penyakit.

b. Mencegah anemia

Anemia merupakan kondisi berbahaya bagi ibu hamil, karena

dapat meningkatkan resiko janin mengalami kelainan bawaan , bayi

lahir prematur dan berat badan lahir rendah. Daun kelor ini

mengandung zat besi dan vitamin A tinggi, sehingga diyakini mampu

meningkatkan produksi sel darah merah sehingga ibu hamil dapat

terhindari dari anemia.

c. Mendukung perkembangan organ janin

Tidak hannya meningkatka produksi darah, kandungan zat

besiitamin A pada daun kelor juga penting untuk mendukung

perkembangan organ janin, seperti mata, jantung, paru-paru, dag

ginjal. Kandungan vitamin B6 pada daun kelor juga di ketahui


PAGE \* MERGEFORMAT59

berperan penting untuk mendukung pertumbuhan serta perkembangan

fungsi otak dan sistem saraf janin.

d. Mengatasi morning sickness

Mengkonsusmsi daun kelor juga bisa menjadi salah satu

alternatif untuk mengatasi morning sickness. Manfaat ini berasal dari

kandungan vitamin B6 di dalamnya yang dapat mengurangi rasa mual

pada ibu hamil.

e. Mengurangi resiko terjadinya preeklampsia

Preeklampsia merupakan komplikasi kehamilan yang berbahaya

dan perlu segera di tangani. Kondisi ini ditandai dengan tekanan darah

tinggi, pembekakan di kaki dan di tanagn, serta dapat memicu kejang

pada ibu hamil. Bahkan, kondisi ini jika tidak segera ditangani.

Beberpa studi menunukkan bahwa kandungan senyawa fenolik

di dalam daun kelor berpotensi untuk mebgurangi resiko terjadinya

preeclampsia.( Sienny Agustin, 2021).

4. Cara pengolahan sayur bening daun kelor

a. Bahan

1) 1 ikat daun kelor, petik daunnya

2) 2 buah jagung mais, disisir

b. Bumbu

2 ruas kencur

4 butir bawang merah


PAGE \* MERGEFORMAT59

2 siung bawang putih

1 sdt garam

1 sdt gula pasir

3 lembar daun salam

c. Cara membuat

1) Ulek semua bahan bumbu(bisa juga cukup diiris/digeprek)

2) Panaskan air sampai mendidih, masukkan bumbu dan jagung

muda. Masak hingga jagung cukup empuk.

3) Masukkan daun kelor, tambahkan garam dan gula

4) Koreksi rasa dan sajikan (Anugrah Ayu Sendari, 2020)

D. Mekanisme Daun Kelor dalam meningkatkan Kadar Hb Pada Ibu Hamil

dengan Anemia

zat besi dalam makanan ada dalam 2 bentuk, yaitu besi heme dan besi

non heme. Besi heme adalah senyawa besi yang berikatan dengan protein dan

berasal dari hemoglobin dan mioglobin yang terdapat dalam darah bahan

makanan hewani. Sedangkan besi non heme adalah besi yang ada dalam

bentuk besi anorganik dan umumnya terdapat dalam bahan makanan dari

tumbuh-tumbuhan seperti sayuran daun kelor dan kacang-kacangan. Zat besi

non heme terdapat dalam bentuk kompleks. Absorbsi besi non heme sangat

dipengaruhi oleh faktor yang mempermudah dan faktor yang menghambat

yang terdapat dalam bahan makanan yang dikonsumsi. Sementara itu, zat besi

heme tidak dipengaruhi oleh faktor penghambat. Karena itu, jumlah zat besi

heme yang diabsorbsi lebih banyak daripada zat besi dalam bentuk non heme.
PAGE \* MERGEFORMAT59

Selanjutnya Raspati (2010) menyatakan bahwa penyerapan zat besi oleh

tubuh berlangsung melalui mukosa usus halus, terutama di duodenum sampai

pertengahan jejunum, makin kearah distal usus penyerapannya semakin

berkurang. Zat besi dalam makanan terbanyak ditemukan dalam bentuk

senyawa 26 besi non heme berupa kompleks senyawa besi inorganic

(Feri/Fe3+) yang oleh pengaruh asam lambung, vitamin C, dan asam amino

mengalami reduksi menjadi bentuk fero (Fe2+). Bentuk fero ini kemudian di

absropsi oleh sel mukosa usus dan di dalam sel usus bentuk fero ini

mengalami oksidasi menjadi bentuk feri yang selanjutnya berikatan dengan

aporferitin menjadi feritin (Saleh, 2019).

Daun kelor merupakan salah satu bahan makanan yang mengandung

zat-zat yang diperlukan untuk pembentukkan sel darah sehingga dapat

mengatasi efek penurunan Hb. Daun kelor dapat berperan dalam

pembentukan sel darah merah dan mencegah anemia karena kandungan

fitokimia dalam kacang hijau sangat lengkap sehingga dapat membantu

proses hematopoiesis. Daun kelor juga memiliki kandungan vitamin dan

mineral. Mineral seperti kalsium, fosfor, besi, natrium dan kalium banyak

terdapat pada daun kelor.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Evi susianty tentang “Daun kelor,

Ubu hamil dan anemia” pada tahun 2021 menunjukkan bahwa daun kelor

mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap peningkatan kadar

hemoglobin pada ibu hamil setelah diberikan sayur daun kelor sebanyak 2

kali sehari pada makan siang dan makan malam selama 7 hari. Rata rata
PAGE \* MERGEFORMAT59

peningkatan kadar hemoglobin, eritrosit, leukosit, dan trombosit secara

berurutan adalah 1,12 gr/dl, 0,5 juta/ul, 112 ribu/ul dan 97,43 ribu/ul6.

Berdasarkan hasil penelitian Miftahul Jannah dan Millatin

Puspaningtyas (2018) tentang peningkatan kadar hb ibu hamil dengan Daun

kelor dan Tablet FE ini dapat disimpulkan bahwa hasil perlakuan

didapatkan rata-rata kenaikan Hemoglobin pada kelompok yang

mengkonsumsi Daun kelor dan tablet FE ada kenaikan signifikan sebesar

2,15 gr/dl sedangkan untuk kelompok daun kelor ada kenaikan didapatkan

hasil 0,14 gr/dl.

E. Kerangka Konsep dan kerangka teori

1. Berdasarkan pandangan diatas, maka model kerangka Konsep penelitian

ini dapat digambarkan :

Daun kelor + Kadar


Tablet FE Hemoglobin

Keterangan :
: Variabel Independen
: Variabel Dependen
: Variabel yang di teliti
PAGE \* MERGEFORMAT59

2. Kerangka teori penelitian ini di gambarkan sbebagai berikut:

Faktor langsung: Faktor tidak langsung:


-usia ibu hamil ANEMIA IBU - Pendidikan
-usia kehamilan HAMIL -Pekerjaan
-Paritas -Tingkat pengetahuan
-jarak kehamilan -Gaya Hidup

Menurunnya
kadar HB
hemogloni

Meningkatnya
kebutuhan Fe

Kehamilan

Kekurangan Rendahnya Kekurangan


konsumsi vitamin C adsorbsi FE konsumsi Fe

Asupan Nutrisi
(Mengkonsumsi
sayuran hijau)

Mengkonsumsi sayur
daun kelor
PAGE \* MERGEFORMAT59

F. Defenisi Operasional

N Variable Definisi Instrumen Kriteria Skala


O Operasional /alat Objektif Data
1. Variabel Memberikan Mangkok, a Ya : Jika Nominal
Independen: sayur daun kelor lembar diberikan sayur
Pemberian 2 kali sehari observasi daun kelor 2 kali
sayur daun sebanyak 100 gr sehari
kelor selama 7 hari b.Tidak : jika
tidak diberikan
atau tidak rutin
mengkonsums
i sayur daun
kelor
2. Variabel Ibu hamil yang SOP dan 1. Anemia ringan Rasio
Dependen mengalami alat (HB 9-10
anemia adalah ibu pemeriksaa gr/dl)
hamil dengan n HB 2. Anemia
kadar HB< 11 digital sedang (HB 7-
gr/dl yang 8 gr/dl)
dilakukan melalui 3. Anemia Berat
pemeriksaaan HB (HB<7 gr/dl)
digital

G. Hipotesis Penelitian

1. Hipotesis Nol (H0) :

Apakan ada perbedaan pemberian tablet Fe kombinasi sayur daun kelor

terhadap peningkatan kadar hemoglobin Ibu hamil anemia.

2. Hipotesis Alternatif (Ha) :

Tidak ada perbedaan pemberian tablet Fe kombinasi sayur daun kelor

terhadap peningkatan kadar hemoglobin ibu hamil anemia.


PAGE \* MERGEFORMAT59
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Pre Experimental

dengan pendekatan one group pretest posttest design. Penelitian ini

merupakan desain penelitian yang tidak memiliki kelompok pembanding

(kontrol) hanya dilakukan observasi pertama (pretest) yang memungkinkan

peneliti dapat menguji perubahan yang terjadi setelah adanya eksperimen

(posttest). Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 3.1
Desain PenelitianOne Group Pretest-Postest Design
Pretest Treatment Posttest

T1 X T2
(Sumber: Suryabrata, 2019)

Keterangan:

T1 : Pretest, untuk mengukurkadar Hemoglobin responden sebelum

diberi perlakuan.

X : Perlakuan yang diberikan, yaitu sayur daun kelor.

T2 : Posttest, untuk mengukurkadar Hemoglobin responden setelah

diberi perlakuan.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kuantitatif yang diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk

mencari pengaruh perlakuan (variabel independen) tertentu terhadap variabel

lain (variabel dependen) dalam kondisi yang terkendali (Sugiono, 2019).

PAGE \* MERGEFORMAT49
PAGE \* MERGEFORMAT59

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Tamalanrea

Makassar

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Februari – April tahun 2024.

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan jumlah yang terdiri atas obyek atau

subyek yang mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk diteliti dan kemudian ditarik kesimpulannya

Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu hamil yang

memeriksakan kehamilannya pada bulan September–November tahun

2023 di wilayah kerja Puskesmas Tamalanrea Makassar yang berjumlah

43 ibu hamil.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari sejumlah karakteristik yang dimiliki oleh

populasi yang digunakan untuk penelitian. Bila populasi besar, peneliti

tidak mungkin mengambil semua untuk penelitian misal karena

terbatasnya dana, tenaga, dan waktu. Maka peneliti dapat menggunakan

sampel yang diambil dari populasi itu. Untuk itu sampel yang diambil dari

populasi harus betul-betul mewakili dan harus valid, yaitu bisa mengukur

sesuatu yang seharusnya diukur (Sujarweni, 2019).


PAGE \* MERGEFORMAT59

Sampel dalm penelitian ini yaitu sebagian dari populasi ibu hamil

mengalami Anemia di wilayah kerja puskesmas Tamalanrea Makassar.

Untuk menentukan besaran sampel dalam penelitian ini menggunakan

rumus slovin.

N
n=
1+ N (e)2

43
n=
1+ 43 ( 0 ,1 ) 2

43
¿
1+ 43(0 ,01)

43
¿
1+ 0 , 43

43
¿
1, 43

¿ 3 0,0699301=3 0 Sampel

Keterangan =

N = Besar Populasi

n = Jumlah Sampel

e = Batas Toleransi Kesalahan (10%)

3. Teknik Penarikan Sampel

Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan

purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel penelitian

berdasarkan karakteristik yang sudah ditentukan atau diinginkan oleh


PAGE \* MERGEFORMAT59

peneliti (Sani, 2020). Teknik pengambilan sampel ini didasarkan pada

kriteria insklusi dan kriteria ekslusi:

a. Kriteria Insklusi

1) Ibu hamil yang bersedia menjadi sampel

2) Ibu hamil trimester III (32-36 minggu)

3) Ibu hamil Anemia (Hb : 9-10 gr/dl)

4) Ibu hamil yang mengkomsumsi tablet Fe dari Puskesmas

5) Ibu hamil yang bersedia tidak mengkonsumsi teh, kopi, merokok

dan mengkonsumsi alkohol

6) Bersedia mengkonsumsi tablet fe kombinasi dengan daun kelor

7) Responden berdomisili di wilayah kerja Tamalanrea Makassar

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :

1) Ibu hamil trimester III yang menolak menjadi responden

2) Ibu hamil yang menderita penyakit kronis (jantung, asma,

hipertensi, diabetes, TBC, HIV) dan kehamilan beresiko tinggi.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan untuk

memperoleh data-data yang mendukung pencapaian penelitian. Pengumpulan

data dilakukan dengan cara berikut:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden

yang dikumpulkan melalui lembar observasi untuk mendapatkan data ibu


PAGE \* MERGEFORMAT59

hamil anemia dan dilakukan pemeriksaan sel darah merah untuk

mengetahui kadar Hb.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak

langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitinya. Pengumpulan data

sekunder diperoleh melalui hasil perhitungan dari Laporan LB3 di

Puskesmas Tamalanrea Makassar.

E. Instrumen Penelitian

1. Hb digital digunakan untuk mengukur kadar Hb responden sebelum dan

sesudah pemberian sayur daun kelor kombinasi tablet Fe dan pemberian

tablet Fe

2. Lembar observasi digunakan untuk mencatat pemeriksaan kadar Hb

sebelum dan setelah pemberian sayur daun kelor kombinasi Tablet FE

serta observasi konsumsi tablet Fe responden selama 7 hari hari proses

pengambilan data penelitian.

3. Daun kelor merupakan salah satu tumbuhan yang mengandung zat besi

dan vitamin C yang berperan penting dalam pembentukan Hemoglobin

dalam tubuh. daun adalah bahan utama dalam pembuatan sayur daun

kelor

4. Tablet Fe digunakan sebagai suplementasi penambah hemoglobim.

F. Prosedur Penelitian

1. Peneliti mengajukan permohonan izin melakukan penelitian dari institusi

Universitas Megarezky Makassar.


PAGE \* MERGEFORMAT59

2. Peneliti mengajukan surat permohonan melakukan penelitian kepada

Kepala Puskesmas Tamalanrea Makassar.

3. Peneliti memilih responden sesuai dengan kriteria inklusi.

4. Peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan penelitian yang akan

dilakukan terhadap responden.

5. Peneliti memberikan informasi tentang penelitian dan meminta kesediaan

responden terlibat dalam penelitian.

6. Setelah klien bersedia menjadi responden, peneliti memberikan lembar

informed concent sebagai bentuk persetujuan kepada keluarga responden.

7. Kemudian peneliti melakukan wawancara selama 15 menit untuk

mendapatkan informasi tentang karakteristik responden yang akan

dilakukan pemberian sayur daun keloar dan tablet FE selama 10 hari.

8. Peneliti melakukan pemeriksaan kadar Hemoglobin responden sebelum

diberikan sayur daun kelor dan tablet FE.

9. Peneliti memberikan sayur daun keloar kepada responden di pagi hari

untuk di konsumsi setiap makan siang dan malam selama selama 7 hari.

10. Setelah pemberian sayur daun kelor dan tablet FE selama 7 hari, peneliti

melakukan pemeriksaan kadar Hemoglobin responden.

G. Pengelolaan Data

Pengelolaan data dilakukan menggunakan komputer dengan Statistik

Product and Servise Solution (SPSS) yang telah dahulu melalui tahapan

sebagai berikut :
PAGE \* MERGEFORMAT59

1. Memeriksa (Editing)

Proses editing dilakukan setelah data terkumpul, melakukan

koreksi dan melengkapi data yang tidak lengkap.

2. Memberikan Kode (Coding)

Proses coding dilakukan untuk memudahkan pengelolaan data,

semua jawaban atau data disederhanakan dengan simbol tertentu.

3. Menyusun Data (Tabulasi)

Menyusun data dilakukan untuk memudahkan dalam pengelolaan

data ke dalam suatu table. Pengelolaanya dilakukan dengan sistem

komputerisasi dengan menggunakan SPSS.

H. Teknik Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk memperoleh gambaran umum

dengan cara mendeskripisikan tiap – tiap variabel dalam penelitian yaitu

membuat tabel distribusi frekuensi dan narasi menggunakan rumus :

f
P= xk
n

Keterangan :

P = persentase

f = frekuensi

n = jumlah populasi

k = konstanta (100%)
PAGE \* MERGEFORMAT59

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua

variabel yang berhubungan atau berkorelasi yaitu variabel independen dan

variabel dependen. Dalam penelitian ini jenis sampel berpasangan karena

pengukuran dilakukan dua kali sebelum dan sesudah pada subjek yang

sama. Sebelum data diolah berdasarkan uji yang akan digunakan,

sebaiknya dilakukan uji normalitas data untuk mengetahui apakah data

berdistribusi normal atau tidak (Sujarweni, 2019).

Data berdistribusi normal dapat dipakai dalam statistik parametrik

(Uji Paired Sample T test). Identifikasi variabel dependen dengan variabel

yang dibandingkan dengan derajat kemaknaan α=<0,05 sehingga

menggunakan Uji Paired Sample T test karena berdistribusi normal.

Kelompok data yang dibandingkan adalah untuk mengetahui apakah ada

perbedaan rata-rata pada dua kelompok sebelum dan sesudah perlakuan

atau berhubungan.

Rumus Uji Paired T-test sebagai berikut :

X 1−X 2
t=

√ ( )( )
2 2 ❑❑
S1 S 2 S1 S2
+ −2 r
n1 n2 √n 1 n2

Dimana :

X1 : rata - rata sampel 1

X2 : rata - rata sampel 2

S1 : simpangan baku sampel 1

S2 : simpangan baku sampel 2


PAGE \* MERGEFORMAT59

2
S1 : varians sampel 1

2
S2 : varians sampel 2

r : korelasi antara dua sampel

(Sugiyono, 2018)

Jika data tidak berdistribusi normal, dapat dipakai statistik non

parametric atau uji alternative (uji Wilcoxon). Identifikasi variabel

dependen dengan variabel yang dibandingkan dengan derajat kemaknaan

α= <0,05 sehingga menggunakan uji Wilcoxon.

Rumus uji Wilcoxon sebagai berikut:

1
T −⌈ ⌉
4 N (N +1)
Z= Dimana :

√ 1
24 N (N +1)(2 N +1)

N=banyak data yang berubah setelah diberikan perlakuan

T = Jumlah rangking dari nilai selisih yang negative (apabila

banyaknya selisih yang positif lebih banyak dari banyaknya

selisih yang negatif)

= Jumlah rangking dari nilai selisih yang positif (apabila

banyaknya selisih yang negatif> banyaknya selisih yang

positif)

I. Penyajian Data

Penyajian data akan dilakukan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi,

kemudian dinarasikan atau di interprestasikan secara sistematis dan


PAGE \* MERGEFORMAT59

kronologis berdasarkan masalah sehingga diperoleh kesimpulan penelitian

(Hidayat, 2019).

J. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti memandang perlu adanya

rekomenasi dari pihak institusi atas pihak lain dengan mengajukan

permohonan izin kepada instansi tempat penelitian. Setelah mendapat

persetujuan, barulah kemudian dilakukan dengan menekankan pada prinsip

dasar etik penelitian menurut Komisi Nasional Etika Penelitian Kesehatan

(KNEPK), yang meliputi :

1. Respect For Person (Menghormati Hak Asasi Manusia)

a. Hak untuk ikut atau tidak menjadi responden

Subjek memiliki hak untuk memutuskan apakah bersedia atau

tidak untuk menjadi responden tanpa adanya sanksi apapun atau akan

berakibat pada kesembuhannya

b. Informed consent (lembar persetujuan)

Peneliti memberikan lembar persetujuan kepada subjek yang akan

diteliti yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan

manfaat penelitian. Bila subjek menolak, maka peneliti tidak akan

memaksakan kehendak dan tetap menghormati hak – hak subjek.

c. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang akan diberikan

Peneliti memberikan penjelasan secara rinci serta bertanggung

jawab jika ada sesuatu yang terjadi pada subjek.


PAGE \* MERGEFORMAT59

d. Kerahasiaan data informasi dari subjek

Untuk menjaga kerahasiaan subjek, peneliti tidak akan

mencantumkan nama subjek, tetapi lembar tersebut diberikan kode serta

kerahasiaan informasi subjek dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok

data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.

2. Beneficience (manfaat) dan non malaficience (tidak merugikan)

a. Penelitian yang dilakukan bebas dari penderitaan atau tidak

menyebabkan penderitaan terhadap subjek

b. Bebas dari eksploitasi, peneliti meyakinkan kepada subjek bahwa

partisipasinya dalam penelitian ini atau informasi yang telah diberikan

tidak akan dipergunakan dalam hal – hal yang merugikan subjek dalam

bentuk apapun.

3. Justice (keadilan)

Peneliti memberikan perlakuan yang sama pada setiap subjek dengan

moral yang benar dan layak dalam memperoleh haknya.


PAGE \* MERGEFORMAT59

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Sri dkk. 2018. Buku ajar kebidanan Antenatal care Asuhan Ibu dalam
masa kehamilan. Jakarta: Erlangga

Deptemen Obstetri dan gynekologi Kakultas kedokteran Univesitas Indonesia ,


2021”Anemia Defisiensi Besi Pada Kehamilan”

Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan. (2020). Profil Dinas Kesehatan


Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2020. In Sistem Informasi Kesehatan
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan

Evayanti, Y., & Isnaini, N. (2020). PEMBERIAN JUS TOMAT TERHADAP


KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU HAMIL TRIMESTER III TAHUN
2019. In JURNAL KEBIDANAN (Vol. 6, Issue 2).

Fitriany, J., & Saputri, A. I. (2018). Anemia Defisiensi Besi. averros: Jurnal
Kedokteran Dan Kesehatan Malikussaleh, 4(2), 1.
https://doi.org/10.29103/averrous.v4i2.1033

Hayati, I. D. (2019). Pengaruh Pemberian Cookies Tepung Daun Kelor dan


Tepung Mokaf terhadap Kadar Hb (Hemoglobin) Ibu Hamil di Wilayah
Puskesmas Simalingkar Tahun 2019 [Skripsi]. In Universitas Sumatera
Utara.

Hartati, T., & Sunarsih, S. (2021). Konsumsi Ekstrak Daun Kelor Dalam
Meningkatkan Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil. Malahayati Nursing
Journal, 3(1), 101–107. https://doi.org/10.33024/manuju.v3i1.3231.

Hedriana, H. 2019. (2019). Karakteristik Ibu Hamil. In Modul Bahan Ajar Cetak,
53(9),1689–1699.
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1316/4/Chapter2.doc.pdf

Hikmah, N., Nontji, W., & Hadju, V. (2021). Teh daun kelor (moringa oleifera
tea) terhadap kadar hemoglobin dan hepcidin ibu hamil. Jurnal Kebidanan,
10(2), 181. https://doi.org/10.26714/jk.10.2.2021.181-189

Kasmiat, dkk 2023, manfaat dan kandungan gizi dalam daun kelor( Moringa
oleifera) jurnal kesehatan.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2019. Hasil Utama RISKESDAS


Tahun 2018. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
PAGE \* MERGEFORMAT59

Kemenkes RI. (2019). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019. In Kementrian


Kesehatan Repoblik Indonesia (Vol. 42, Issue 4).

Luciana, Hasnidar, & Masikki, M. F. D. (2019). Efektivitas Konsumsi Tablet Fe


Selama Menstruasi Terhadap Penigkatan Kadar Haemoglobin Pada Siswi
SMAN 3 Kota Palu. CHMK Midwifwery Scientific Journal, 2(3).

Marhaeni, L. S. (2021). daun kelor (moringa oleifera) sebagai sumber pangan


fungsional dan antioksidan. Jurnal Agrisia, 13(2), 40–53..

Nuraini, V. N. (2019). Kepatuhan Konsumsi Tablet Tambah Darah pada Ibu


Hamil dengan Anemia di Kabupaten Kulon Progo dan Bantul. Skripsi, 4(2),
2–3. http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/239/

Ratih, R. H. (2018). Pengaruh Pemberian Zat Besi (FE) terhadap Peningkatan


Kadar Hematokrit pada Ibu Hamil yang mengalami Anemia di RSIA X
Pekanbaru Tahun 2015. Jurnal Ners Dan Kebidanan (Journal of Ners and
Midwifery), 5(1). https://doi.org/10.26699/jnk.v5i1.art.p034-038

Rieny, E. G., Nugraheni, S. A., & Kartini, A. (2021). Peran Kalsium dan Vitamin
C dalam Absorpsi Zat Besi dan Kaitannya dengan Kadar Hemoglobin Ibu
Hamil: Sebuah Tinjauan Sistematis. MEDIA KESEHATAN MASYARAKAT
INDONESIA, 20(6). https://doi.org/10.14710/mkmi.20.6.423-432

Richel R.A. 2023. Pengaruh kapsul dauk kelor Moriga oleifera terhadap kadar
hemoglobin ibu hamil dengan anemia. Vol 14 (12): 187-192

Simbolon, Demsa. Jumiyanti dan Antun Rahmadi. 2019. Pencegahan Dan


Penanggulangan Kurang Energi Kronik (KEK) dan Anemia Pada Ibu
Hamil. Yogyakarta: Deepublish.

Sujarweni, V Wiratna. 2019. Statistik Untuk Kesehatan. Yogyakarta: Gava Media.

Sulastri, dkk. 2023, kandungan dan manfaat daun kelor untuk ibu hamil.

Sugiono. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif, Kulaitatif, dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Titi Astuti.2023 Merah Bangsawan. Aplikasi Relaksasi Nafas Dalam terhadap


Nyeri ... Kehamilan dan Pemeriksaan Kehamilan

WHO (World Health oragnisation), “ prevalensi anemia pada ibu hamil di


seluruh dunia” (Journal of Telenursing (JOTING), 2022
PAGE \* MERGEFORMAT59

Wibowo, N., Irwinda, R., & Rabbania, H. (2021). Anemia Defisiensi Besi pada
Kehamilan. In UI Publishing (Vol. 1).

Winslow, R. M. (2021). Oxygen-Hemoglobin Dissociation Curve. In


Encyclopedia of Respiratory Medicine, Second Edition (Vol. 2).
https://doi.org/10.1016/B978-0-08-102723-3.10442-1

Yulaikhah, S. si. . (2019). Buku Ajaran Asuhan Kebidanan Kehamilan (Vol. 53,
Issue 9). Fakultas

Yuliana Dwi Hastuti 2022. Jurnal kesehatan Poltekkes Palembang ( daun kelor
dengan manfaat dan kandungannya bagi ibu hamil dan janin.

Anda mungkin juga menyukai