Anda di halaman 1dari 15

MAKALA H

PEMERIKSAAN TAMBAHAN UNTUK FERTILISASI

MK : ASUHAN PRANIKAH DAN PRAKONSEPSI


Desen Pengampuh : IBU Nurqalby SR, S.ST., M, Keb

DI SUSUN
OLEH

KELOMPOK II
NAMA
1. FATIMA FATMONA
2. DIAN LESTARI
3. MUSTIKA RATI
4. ST . MEGFIRA
5. SRI WAHYUNI

UNIVERSITAS MEGA REZKY MAKASSAR


JURUSA S1 KEBIDANAN
TAHUN 2023
BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang Masalah


Investasi fisiologi yang terjadi pada wanita, termasuk semua organisme betina dalam
mencapai kehamilan, merupakan kejadian yang luar biasa menakjubkan. Kehamilan terjadi
bersamaan dengan ovulasi pada masa remaja dini; dan setelah kelahiran, anovulasi dan
amenorrhoe menetap selama laktasi, dan menyusui dilanjutkan sampai dengan 2-3 tahun.
Kemudian kehamilan terjadi lagi dan begitu seterusnya. Ketika sudah 10 atau 11 episode
kehamilan-laktasi tersebut selesai, fungsi ovarium dan ovulasi berhenti yaitu menopause. Sebuah
analisis yang merangsang pemikiran tentang ”evolution of human reproduction”telah disajikan
oleh Roger Short (1976). Menstruasi dipandang dalam arti fisiologi, sebagai hasil akhir dari
kegagalan fertilitas. Tidak diragukan lagi bahwa animus fisiologi siklus ovarium, dan
akomodasi-akomodasi saluran reproduktif morfologis yang menyertainya adalah ovulasi,
fertilisasi, dan implantasi. Ada sistem gagalaman yang bekerja kalau ada kegagalan fertilisasi
ovum atau kegagalan implantasi blastokista, dan peristiwa ini berpuncak pada menstruasi.
Fertilisasi merupakan suatu proses awal terbentuknya suatu kehamilan. Proses ini
berlanjut dengan pembelahan sampai terjadinya implantasi. Sesorang dapat dinyatakan hamil
apabila hasil konsepsi tertanam di dalam rahim ibu, yang biasa disebut dengan kehamilan intra
uterin. Jika hasil konsepsi tertanam di luar rahim, hal itu disebut kehamilan ekstra uterin. Apabila
fertilisasi, proses pembelahan dan implantasi tidak berlangsung baik, hal tersebut dapat
menyebabkan terjadinya abortus ataupun kelainan pada bayi. Sehingga fertilisasi merupakan
tonggak awal penciptaan seorang manusia.
Untuk lebih mempermudah pemahaman akan materi ini, materi yang harus dikuasai
adalah pemahaman tentang menstruasi, dan anatomi fisiologi. Materi ini bermanfaat selain
sebagai pengetahuan lebih mendalam tentang konsepsi, dan implantasi, juga untuk mengetahui
metode-metode dalam manghindari adanya kehamilan, baik secara alami maupun
intervensi.makalah ini, mengupas pengertian fertilisasi, proses fertilisasi hingga implantasinya.

B.  Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas di dalam  proses penyusunan  makalah
ini adalah Konsepsi Fertilisasi dan Implantasi. Untuk memberikan kejelasan makna serta
menghindari meluasnya pembahasan, maka dalam makalah ini masalahnya dibatasi pada bagian :
1.      Fertilisasi
2.      Proses fertilisasi
3.      Proses pembelahan
4.      Implantasi dan proses terjadinya

C. Tujuan Penulisan
       Pada dasarnya tujuan penulisan makalah ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu
tujuan umum dan khusus. Tujuan umum dalam penyusunan makalah ini adalah untuk
memenuhi salah satu tugas PAI (Pendidikan Agama Islam).
Adapun tujuan khusus dari penyusunan makalah ini adalah :

1.      Untuk mengetahui tentang fertilisasi


2.      Untuk mengetahui proses fertilisasi
3.      Untuk mengetahui proses pembelahannya
4.      Untunk mengetahui tentang implantasi dan proses terjadinya
BAB II
PEMBAHASAN

A. FERTILISASI
Fertilisasi adalah suatu peristiwa penyatuan antara sel mani/sperma dengan sel telur di
tuba falopii. Pada saat kopulasi antara pria dan wanita (sanggama/coitus),dengan ejakulasi
sperma dari saluran reproduksi pria di dalam vagina wanita,akan dilepaskan cairan mani yang
berisi sel–sel sperma ke dalam saluran reproduksi wanita.
Jika sanggama terjadi dalam sekitar masa ovulasi (disebut ”masa subur” wanita), maka ada
kemungkinan sel sperma dalam saluran reproduksi wanita akan bertemu dengan sel telur wanita
yang baru dikeluarkan pada saat ovulasi.
Untuk menentukan masa subur, dipakai 3 patokan, yaitu :
a.  Ovulasi terjadi 14 ± 2 hari sebelum haid yang akan datang
b.  Sperma dapat hidup & membuahi dalam 2-3 hari setelah ejakulasi
c.  Ovum dapat hidup 24 jam setelah ovulasi
Pertemuan / penyatuan sel sperma dengan sel telur inilah yang disebut sebagai
pembuahan atau fertilisasi. Dalam keadaan normal in vivo, pembuahan terjadi di daerah tuba
falopii umumnya di daerah ampula / infundibulum. Perkembangan teknologi kini memungkinkan
penatalaksanaan kasus infertilitas (tidak bisa mempunyai anak ) dengan cara mengambil oosit
wanita dan dibuahi dengan sperma pria di luar tubuh, kemudian setelah terbentuk embrio, embrio
tersebut dimasukkan kembali ke dalam rahim untuk pertumbuhan selanjutnya. Teknik ini disebut
sebagai pembuahan in vitro (in vitro fertilization – IVF) – dalam istilah awam” bayi tabung”.

1. PROSES FERTILISASI
Spermatozoa bergerak cepat dari vagina ke dalam rahim, masuk ke dalam tuba. Gerakan
ini mungkin dipengaruhi juga oleh peranan kontraksi miometrium dan dinding tuba yang juga
terjadi saat sanggama. Ovum yang dikeluarkan oleh ovarium, ditangkap oleh fimbrae dengan
umbai pada ujung proksimalnya dan dibawa ke dalam tuba falopii. Ovum yang dikelilingi oleh
perivitelina, diselubungi oleh bahan opak setebal 5–10 μm, yang disebut zona pelusida. Sekali
ovum sudah dikeluarkan, folikel akan mengempis dan berubah menjadi kuning, membentuk
korpus luteum. Sekarang ovum siap dibuahi apabila sperma mencapainya.Dari 60 – 100 juta
sperma yang diejakulasikan ke dalam vagina pada saat ovulasi, beberapa juta berhasil menerobos
saluran heliks di dalam mukus serviks dan mencapai rongga uterus beberapa ratus sperma dapat
melewati pintu masuk tuba falopii yang sempit dan beberapa diantaranya dapat bertahan hidup
sampai mencapai ovum di ujung fimbrae tuba fallopii.
Hal ini disebabkan karena selama beberapa jam, protein plasma dan likoprotein yang
berada dalam cairan mani diluruhkan. Reaksi ini disebut reaksi kapasitasi.Setelah reaksi
kapasitasi, sperma mengalami reaksi akrosom, terjadi setelah sperma dekat dengan oosit. Sel
sperma yang telah menjalani kapasitasi akan terpengaruh oleh zat – zat dari korona radiata ovum,
sehingga isi akrosom dari daerah kepala sperma akan terlepas dan berkontak dengan lapisan
korona radiata. Pada saat ini dilepaskan hialuronidase yang dapat melarutkan korona radiata,
trypsine – like agent dan lysine zone yang dapat melarutkan dan membantu sperma melewati
zona pelusida untuk mencapai ovum. Hanya satu sperma yang memiliki kemampuan untuk
membuahi, karena sperma tersebut memiliki konsentrasi DNA yang tinggi di nukleusnya, dan
kaputnya lebih mudah menembus karena diduga dapat melepaskan hialuronidase. Sekali sebuah
spermatozoa menyentuh zona pelusida, terjadi perlekatan yang kuat dan penembusan yang
sangat cepat. Setelah itu terjadi reaksi khusus di zona pelusida (zone reaction) yang bertujuan
mencegah terjadinya penembusan lagi oleh sperma lainnya. Dengan demikian, sangat jarang
sekali terjadi penembusan zona oleh lebih dari satu sperma.

Ada 3 fase fertilisasi, yaitu :


1.    Penembusan korona radiata
-       Dari 300-500 juta sperma yang ditumpahkan, hanya 300-500 yang mencapai tempat
pembuahan,
-       Dan (umumnya) hanya 1 sperma yang dapat menenbus korona radiata (dengan bantuan CEP),
dan membuahi ovum, sedangkan sperma yang lain diduga membantunya

2.    Penembusan zona pellusida


-       Zona pellusida adalah perisai glikoprotein  di sekeliling oosit yang mempermudah dan
mempertahankan pengikatan sperma dan menginduksi reaksi akrosom.
-       Hanya spermatozoa yang mengalami kapasitasi yang dapat melewati korona radiata dan
selanjutnya mengalami reaksi akrosom (diinduksi oleh protein zona, pada puncak reaksi terjadi
pelepasan akrosin dan tripsin yang membantu menembus zona pellusida) → sperma dapat
menembus zona pellusida sehingga dapat bertemu membran plasma oosit.
-       Ketika kepala spermatozoa menyentuh permukaan oosit, permeabilitas zona pellusida
berubah → pelepasan enzim lisosom dari granule korteks pelapis membran plasma → reaksi
zona → menghambat penetrasi spermatozoa lain.
3.      Penyatuan oosit dan membran sel sperma
-       Segera setelah spermatozoa menyentuh membran sel oosit, kedua selaput plasma menyatu
( penyatuan selaput oosit dengan selaput yang meliputi bagian belakang kepala sperma )
Setelah oosit dan spermatozoa menyatu, terjadi 3 peristiwa :
1.      Reaksi kortikal & zona
Pelepasan granula korteks oosit, mengakibatkan :
a.       Oosit tidak dapt ditembus oleh sperma lain.
b.      Zona pellusida mengubah struktur dan komposisinya untuk mencegah penambatan dan
penetrasi sperma, sehingga polispermia dapat dicegah.
2.      Oosit melanjutkan meiosis II
Oosit menghasilkan 2 sel anak
a.       Sel oosit definitif
b.      Badan kutub kedua ( sel yang hampir tidak mendapat sitoplasma )
Aktivasi metabolik sel telur.
3.      Aktivasi metabolik diduga untuk mengulangi kembali peristiwa permulaan seluler dan
molekuler

Hasil fertilisasi :
1.      Kembalinya sel dalam jumlah kromosom diploid (2n).
2.      Penurunan atau pewarisan sifat-sifat spesies.
3.      Penentuan jenis kelamin.
4.      Permulaan pembelahan segmentasi ( cleavage ).
Pada saat sperma mencapai oosit, terjadi :
a.       Reaksi zona / reaksi kortikal pada selaput zona pelusida
b.      Oosit menyelesaikan pembelahan miosis keduanya, menghasilkan oosit definitif yang
kemudian menjadi pronukleus wanita
c.       Inti sperma membesar membentuk pronukleus pria.
d.      Ekor sel sperma terlepas dan berdegenerasi.
e.       Pronukleus pria dan wanita. Masing – masing haploid,bersatu dan membentuk zygot yang
memiliki jumlah DNA genap / diploid.

Hasil utama pembuahan :


a.       Penggenapan kembali jumlah kromosom dari penggabungan dua paruh haploid dari ayah dan
dari ibu menjadi suatu bakal baru dengan jumlah kromosom diploid.
b.      Penentuan jenis kelamin bakal individu baru, tergantung dari kromosom X atau Y yang
dikandung sperma yang membuahi ovum tersebut.
c.       Permulaan pembelahan dan stadium–stadium pembentukan dan perkembangan embrio
(embriogenesis)
2.  PEMBELAHAN
Zigot mulai menjalani pembelahan awal mitosis sampai beberapa kali. Sel–sel yang
dihasilkan dari setiap pembelahan berukuran lebih kecil dari ukuran induknya yang disebut
blastomer. Sesudah 3 – 4 kali pembelahan : zigot memasuki tingkat 16 sel, disebut stadium
morula (kira – kira pada hari ke 3 sampai ke 4 pasca fertilisasi). Morula terdiri dari inner cell
mass (kumpulan sel – sel di sebelah dalam, yang akan tumbuh menjadi jaringan – jaringan
embrio sampai janin) dan outer cell mass (lapisan sel di sebelah luar, yang akan tumbuh menjadi
trofoblast sampai plasenta).
Kira – kira pada hari ke 5 sampai ke 6, di rongga sela – sela inner cell mass merembes
cairan menembus zona pelusida, membentuk ruang antar sel. Ruang antar sel ini kemudian
bersatu dan memenuhi sebagian besar massa zigot membentuk rongga blastokista. Inner cell
mass tetap berkumpul di salah satu sisi, tetap berbatasan dengan lapisan sel luar. Pada stadium
ini disebut embrioblas dan outer cell mass disebut trofoblas

B. IMPLANTASI
Implantasi atau nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke dalam
endometrium. Sel telur yang telah dibuahi (zigot) akan membelah diri membentuk blastomer
(bola padat yang terdiri atas sel-sel anakan yang lebih kecil). Pada hari ke-3, bola tersebut terdiri
atas 16 sel blastomer (morula), pada hari ke-4 di dalam bola tersebut mulai terbentuk rongga
(blastula).
Dua struktur penting dalam blastula, adalah
1.      Lapisan luar (trofoblast), yang akan menjadi plasenta.
2.      Embrioblast (inner cell mass), yang akan menjadi janin.

Pada akhir minggu pertama ( hari ke 5 sampai ke 7 ) zygot mencapai cavum uteri. Pada
saat itu uterus sedang berada dalam fase sekresi lendir dibawah pengaruh progesteron dari
korpus luteum yang masih aktif. Sehingga lapisan endometrium dinding rahim menjadi kaya
pembuluh darah dan banyak muara kelenjar selaput lendir rahim yang terbuka dan aktif. Kontak
antara zigot stadium blastokista dengan dinding rahim pada keadaan tersebut akan mencetuskan
berbagai reaksi seluler, sehingga sel – sel trofoblast zigot tersebut akan menempel dan
mengadakan infiltrasi pada lapisan epitel endometrium uterus    (terjadi implantasi).
Setelah implantasi, sel– sel trofoblas yang tertanam di dalam endometrium terus
berkembang membentuk jaringan bersama dengan sistem pembuluh darah maternal untuk
menjadi plasenta, yang kemudian berfungsi sebagai sumber nutrisi dan oksigenasi bagi jaringan
embrioblas yang akan tumbuh menjadi janin.
Di bawah ini terdapat gambar proses perkembangan dan perjalanan ovum dari ovarium sampai
kavum uteri.
BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Fertilisasi adalah suatu proses penyatuan antara sel mani / sperma dengan sel telur di
tuba falopii. Fertilisasi dapat terjadi pada rentang masa subur dari seorang wanita.Proses
fertilisasi dimulai dengan masuknya sperma yang diejakulasikan ke dalam vagina. Sperma
tersebut bergerak masuk ke dalam kavum uteri dan tuba sampai akhirnya bertemu dengan ovum
di ampula / infundibulum tuba. Selama perjalanan menuju ovum, sperma mengalami reaksi
kapasitasi dan reaksi akrosom.

Pada saat sperma mencapai oosit, terjadi :


a.       Reaksi zona / reaksi kortikal
b.      Oosit menjadi pronukleus wanita
c.       Inti sperma membentuk pronukleus pria.
d.      Ekor sel sperma terlepas dan berdegenerasi.
e.       Pronukleus pria dan wanita bersatu dan membentuk zygot yang memiliki jumlah DNA genap /
diploid.

Hasil utama pembuahan :


a.       Penggenapan kembali jumlah kromosom
b.      Penentuan jenis kelamin
c.       Permulaan embriogenesis
Zygot mengalami proses pembelahan mitosis beberapa kali, sampai terbentuk 16 sel yang akan
menjadi morula pada hari ke 3 – 4 setelah fertilisasi dan berlanjut terus sampai terbentuk
trofoblast. Kira – kira pada hari ke 5 sampai ke 6, terjadi implantasi zigot dalam cavum uteri.

B.  Saran
Kami menyadari bahwa kami banyak kekurangan dalam merancang makalah ini, maka
dari itu kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan
makalah ini.
SOAP

ASUHAN KEBIDANAN
PADA NY AYU USIA 27 TAHUN
DENGAN INFERTILITAS SPERMA

TANGGAL : 13 April 2023

PENGKAJIAN DATA

A. DATA SUBJEKTIF
1. IDENTITAS
Nama Istri : NY ‘’ A ‘’ Nama Suami : Tn ‘’ B ‘’
Umur : 27 Tahun Umur : 31 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan :SMA Pendidikan :SMA
Suku / Bangsa : Makassar/indonesia Suku/Bangsa : Makassar/indonesia
Pekerjaan :Wirasuasta Pekerjaan : karyawan swasta
Alamat :Jl. Antang Alamat :Jl. Antang
2. KELUHAN UTAMA / ALASAN KUNJUNGAN
Pasien mangatakan datang ke BPS untuk pemeriksaan , karena belum memiliki
anak setelah menikah 2 tahun yang lalu dan ingin memiliki anak, padahal
hubungan seks dilakukan secara teratur dan tidak menggunakan kontrasepsi apa
pun.
3. STATUS PERKAWINAN
Perkawinan ke 1
Umur kawin
Istri : 24 tahun
Suami: 29 tahun
Lama kawin : 2 Tahun
4. RIWAYAT KEBIDANAN
A. Riwayat Mestruasi
Menarehe : 12 tahun
Siklus : tidak tratur
Banyaknya: 3x ganti douche/hari
Warna : merah
Keluhan : sebelum menikah ibu mengatakan haid teratur, tapi setelah menikah
hanya mendapat satu kali haid kemudian tidak mendapat haid selama 5 bulan ,
setelah itu ibu mengatakan baru mendapatkan haid kembali tetapi tidak teratur.
B. RIWAYAT KEHAMILAN , PERSALINAN DAN NIFAS YANG LALU
A. Belum pernah memiliki anak

5. RIWAYAT KESEHATAN YANG LALU


Istri.
Hiprtensi : tidak ada riwayar
DM : tidak ada riwayat
Jantung : tidak ada riwayat
Suami.
Hipertensi : tidak ada riwayat
DM : tidak ada riwayat
Jantung : tidak ada riwayar

6. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


Pasien mengatakan tidak ada cerita penyakit menular atau penyakit seperti DM,
Hipertensi , dan tidak cerita tidak subur.

7. POLA KEBIASAAN SEHARI – HARI


Makan : 3x sehari
BAB/BAK : Normal
Kebersihan : mandi 2x sehari
Istirahat siang : -
Malam: 7 selai/hari
Seksual : 3-4 kali / minggu

B. DATA OBJEKTIF
1. PEMERIKSAAN FISIK UMUM
A. Keadaan Umum : Baik
B. Kesadaran : conpenmentis
C. TTV :- TD :110/90 mmHg
- Suhu : 36.5 c
- Nadi : 80x/ menit
D. TB / BB : 160cm / 69 kg

2. PEMERIKSAAN KHUSUS
A. Kepala
Kulit kepala :bersih
Warna rambut : hitam
B. Muka : tidak pucat , terlihat cemas
C. Mata
Konjung tiva : merah muda
Sklera : putih
D. Hidung
Kebersihan : bersih
Polip :tidak ada
E. Telinga : tidak ada kelainan
F. Mulut
Karang gigi : tidak ada
Lidah : bersih
G. Leher
Pembengkakan kelenjer linfe: tidak ada
Besar kelenjarb tiroit : tidak
H. Perut
Bentuk : simetris
Bekas oprasi : tidak ada
I. Ekstremitas : simetris , tidak ada kelainan,refleks palella+

3. PEMERIKSAAN DALAM
- tidak ada vitur vagina
- tidak ada servik
- Bentuk rahim trofleksi

4. PEMERISAAN PENUNJANG
Tidak di lakukan

II. INTERETASI DATA DASAR


a. Diagnosis : Ny ‘’ A’’ Usia 27 tahun
Data sunjektif : pasien mengatakan belum memiliki anak sejak setelah
menikah 2 tahun yang lalu
Data objektif
-Keadaan Umum : baik
-Kesadaran : komposisi
-TTV : TD :110/90 mmHg
- Suhu : 36.5 c
- Nadi : 80x/ menit
-Inpeksi, palpasi , Aukultasi , perkusi : tidak ada fitur

b. Masalah
Data Dasar
Data sunjektif : pasien mengatakan sangat cemas dengan keadaannya
Data objektif
-Keadaan Umum : baik
-Kesadaran : komposisi
-TTV : TD :110/90 mmHg
- Suhu : 36.5 c
- Nadi : 80x/ menit
-Inpeksi : Muka terlihat cemas

c. Kebutuhan
-dukungan spiritual ,emosional , dan sosial
-penkestentang gizi
-konseling tentang tehnik berhubungan
-cara mengatasi cemas

III. ANTISIPASI DIAGNOSIS MASALA POTENSIAL


Gangguan psikologi(srambut/depresi)
Perceraian pada pangan suami istri

IV. IDENTIVIKASI KEBUTUHAN SEGERA


Kolaburasi dengan Dokter Sp.OG

V. PENGEMBANGAN RENCANA
Diagnosis : Ny ‘’ A’’ Usia 27 tahun dengan interfilitas primer
Tujuan :- jarak pendek : setelah di berikan asuhan di
Harapkan pesien mengerti dan paham serta dapa
T mengulang kembali penjelasan dari petugas .
-Jangka panjang: setelah di beri asuhan
diharapkan pasien segerah hamil dan mempunyai
anak.

Intervensi.
1. Yakinkan pasien bahwa semua masala pasti dapat di selesaikan
R : agar pasien merasa lebih tenang
2. Beri dukungan pada pasien dalam menghadapi masala ini
R : Supaya pasien merasa tidak di kecilkan karna tidak memiliki anak

VI. IMPLEMENTASI
Diagnosa/masala Tanggal Jam Implamentasi
Diagnosis : 13 April 10. 00 1. penjelasan hasil pemeriksaan pada pasien
Ny ‘’ A’’ usia 27 2023 Wib agar pasien bahwa bentuk uterusnya
Tahun dengan retrofleksi sehingga sperma yang masuk sulit
interfelitas primer bertemu dengan sel telur dan tidak terjadi
kehamilan
2. penjelasan kepada pasien pentingnya
olahraga dalam memperoleh vitalitas
3. penjelasan pada pasien makanan-makanan
apa yang dapat meningkatkan kesuburannya,
makanan yang banyak menyandung protein
seperti daging . dan vitamin seperti kacang
kacangan
4. penjelasan tehnik berhubungan yang benar
yang sesuai dengan masala yang di hadapi
pasien saat ini yaitu berhubungan bokong ,
istri harus di ganjalkan bantal agar sperma
yang masuk bisa sampai ke multirahim .atau
dengan posisi Doggy Gaya ( dari arah
belakang )sehingga sperma tidakan keluar
lagi . setelah itu jangan langsung tidurt /
namun tetap berada dalam posisi sujud sekitar
20-30 meniyt.
5. menganjurka pasien datang lagi apabila
masi ada keluhan
6. melakukan kolaburasi dengan Dokter
spesialis
Masala:cemas 13 April 10.00 1. Meyakinkan pasien bahwa semua
2023 WIB masala pasti ada solusinya yang
penting kita berdoa.
2. Menganjurkan lebih mendekatkan
diri dan berdoa kepada AllAh agar
bisa hamil
3. Menganjurkan ibu lebih lapangkan
dada dalam menerima tanggapan
yang baik dengan suami ataupun
keluarga lainnya

VII. EVELUASI

Tanggal 13 April 2023


Dianosis : Ny ‘’A’’ usia 27 tahun
S : pasien mengatakan mengrti dan paham dengan penjelasan dari petugas
O - Pasien dapat mengulang kebali apa yang di jelaskan patugas
-keadaan Umum : Baik
-Kesadaran :komposisi
- TTV : TD :110/90 mmHg
- Suhu : 36.5 c
- Nadi : 80x/ menit
A :Ny ‘’ A’’ Usia 27 tahun
P : Kolaborasi dengan Dokter spesialis

Masala : Cemas
S :-Pasien mengatakan duda tidak cemas dengan keadaannya
-Muka pasien nampak lebih tenang
O : Muka pasien nampak lebih tenang
A : Masala teratasi
P : Intervensi dihentikan
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

1.      Benyumov Zorn, 2002, The Ultimate Guide To Pregnancy, Discovery Health


Chanel-31.
2.      Cunningham, et all, Obstetri William, Edisi 18, Jakarta : EGC, hal 99 – 100.
3.      Departemen Kesehatan RI, 2002, Asuhan Persalinan Normal, Depkes RI : Jakarta.
4.      Harun Yahya, Miracle of Man’s Creation, The Indonesian Institute of Science and Society.
5.      Llewellyn, 2002, Dasar – Dasar Obstetri Ginekologi, Jakarta : Hipokrates,
hal 17 – 20.
6.      Prawirohardjo Sarwono, 2009, Ilmu Kebidanan, Jakarta : Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
7.      Saifuddin, AB, dkk, 2004, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal,
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Jakarta.
8.      http://www.geocities.com/Yosemite/Rapids/1744/cklob6.html.

Anda mungkin juga menyukai