DISUSUN OLEH:
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga
makalah ini yang berjudul “PRAKTEK EVIDANCE BASED” dapat tersusun sampai
dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
Bermanfaat bagi pembaca.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk
itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................1
1.3 Tujuan.....................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................3
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................................13
3.2 Saran.....................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
memberikan asuhan kebidanan kepada klien. Profesional seorang bidan akan
memberikan keuntungan bagi pasien. Bidan harus menerapkan konsep EBP di dalam
praktik kebidanan karena EBP akan memberikan kefektivitasan dalam menangani segala
permasalahan yang ada berdasarkan bukti – bukti hasil riset penelitian yang telah
dilakukan berdasarkan penelitian.
Pengaplikasian EBP dalam praktik kebidanan tentunya akan menjadi dasar
scientific dalam pengambilan keputusan terutama dalam hal pemberian intervensi kepada
pasien sehingga intervensi yang telah diberikan dapat dipertanggungjawabkan dengan
bijak. Perlunya pengaplikasian EBP diterapkan di semua profesi kesehatan baik dokter,
apoteker maupun ners. Dengan pengaplikasian EBP di dalam pelayanan kesehatan akan
memberikan dampak positif bagi pasien, bidan, dan institusi kesehatan.
1.3 Tujuan
1. untuk mengetahui Pengertian Evidence-Based Practice
2. untuk mengetahui Tujuan Evidence-Based Practice
3. untuk mengetahui Manfaat Evidence-Based Practice
4. untuk mengetahui Model Evidence-Based Practice
5. untuk mengetahui Tahap- Tahap Praktik Evidence-Based Practice
6. untuk mengetahui Role Play Evidence-Based Practice Kebidanan
7. untuk mengetahui Pentingnya Evidence based dalam pelayanan kebidana
2
BAB II
PEMBAHASAN
Arti kata evidence dalam Bahasa Indonesia adalah bukti. Bukti dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia berarti sesuatu yang menyatakan kebenaran suatu peristiwa. Arti
based dalam Bahasa Indonesia adalah dasar atau berdasarkan. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia berdasarkan memiliki arti memakai sebagai dasar; beralaskan;
bersendikan. Sedangkan practice dalam Bahasa Indonesia mempunyai arti praktek atau
proses, dimana dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki makna pelaksanaan
secara nyata apa yang disebut dalam teori.
Menurut Carlon (2010) Evidence Based Practice merupakan suatu kerangka kerja
yang menguji, mengevaluasi dan menerapkan temuan-temuan penelitian dengan tujuan
untuk memperbaiki pelayanan keperawatan kepada pasien. Majid et al (2011)
mengatakan bahwa EBP merupakan salah satu teknik yang cepat untuk perkembangan
dalam praktik kebidanan karena EBP mampu memberikan penanganan masalah –
masalah klinis secara efektif yang mungkin terjadi disaat pemberian pelayanan kesehatan
3
serta pemberian perawatan berdasarkan hasil – hasil penelitian yang tertera. Sedangkan
menurut Muhal (1998) EBP adalah penggabungan dari seorang bidan mengenai hasil
penelitian yang didapatkannya dengan menerapkannya di praktik klinis kepada pasien
serta ditambah dengan pilihan dari pasien dalam keputusan klinis.
EBP pada masa ini sangat perlu dikembangkan dan diaplikasikan dalam
praktiknya untuk mendukung semua profesi dalam kesehatan baik dokter, bidan ataupun
farmasi untuk menuntun pengambilan keputusan atau tindakan yang harus diberikan
kepada klien dengan kualitas yang terjamin dan profesinal.
Dalam Evidence-Based Nursing Position Statement (2005), dinyatakan bahwa EBP telah
menjadi isu menonjol dalam keperawatan kesehatan internasional, biaya kesehatan
meningkat, prinsip manajemen dalam melakukan praktik keperawatan yang tepat dan
keinginan perbaikan kualitas EBP. Untuk itu keperawatan menjadi terlibat dalam gerakan
untuk mendefinisikan EBP dalam setiap praktik keperawatan, yang jelas adalah tanggung
jawab bidan untuk melaksanakan EBP dalam tindakan keperawatan, dan mengevaluasi,
mengintegrasikan dan menggunakan bukti terbaik yang telah tersedia untuk
meningkatkan praktik keperawatan (Rycroft-Malone, Bucknall, Melnyk, 2004) dikutip
oleh Tarihoran (2015) dalam jurnalnya.
Grinspun, Vinari & Bajnok dalam Hapsari (2011) menyatakan tujuan EBP
memberikan data pada bidan praktisi berdasarkan bukti ilmiah agar dapat memberikan
bidan secara efektif dengan menggunakan hasil penelitian yang terbaik, menyelesaikan
masalah yang ada di tempat pemberian pelayanan terhadap pasien, mencapai
kesempurnaan dalam pemberian asuhan keperawatan dan jaminan standar kualitas dan
memicu inovasi.
4
2 Mengintegrasikan komponen – komponen pendukung EBP dalam pelayanan
kesehatan;
3 Melakukan intervensi kepada pasien berdasarkan bukti – bukti hasil penelitian;
4 Meminimalisir resiko yang mungkin terjadi dalam proses pelayanan kesehatan;
5 Bersikap profesional dalam memberikan layanan kesehatan kepada pasien;
6 Menguntungkan perawat, pasien, serta institusi kesehatan.
5
menentukan evidence dengan penjelasan mengenai setiap level yang jelas dan translation
yang lebih sistematis dengan model lainnya serta memiliki lingkup yang lebih luas.
ACE Star Model merupakan model transformasi pengetahuan berdasarkan
research atau penelitian. Model ini tidak menggunakan evidence non-research.
Sedangkan untuk Stetler’s Model tidak berorientasi pada perubahan formal tetapi pada
perubahan oleh individu perawat. Model ini dilaksanakan dengan menyusun masalah
berdasarkan data internal yang disebut juga quality improvement dan operasional dan
data eksternal yang berasal dari research atau penelitian (Schneider & Whitehead, 2013).
6
5. Mengevaluasi keputusan hasil praktik
7
Bidan : “Oh bagus kalo gitu, kalo boleh saya tau keluhannya apa ya bu...?”
Ibu : “Iya bu bidan, begini bu, hmmm saya ... “
Bapak : (menyela pembicaraan) Jadi begini bu bidan, saya merasa beberapa hari
setelah melahirkan, istri saya jadi sedih, murung, dan suka menyendiri.
Bidan : Bukankah seharusnya ibu senang? Ini kan buah hati yang ibu tunggu-tunggu?
Ibu : Saya senang bu, akhirnya buah hati kami lahir dengan persalinan yang normal
dan selamat, tapi saya juga sedih.
Bidan : Jadi apa yang membuat ibu sedih?
Ibu : Saya takut, kalau – kalau nanti saya tak mampu merawat anak saya, takut
tidak mendidiknya dengan baik.
Mendengar keluhan yang dialami pasangan suami istri tersebut, bidan mulai
menjelaskan perlahan dan melakukan konseling serta memberi masukan bagaimana
cara mengatasi masalah tersebut. Untuk memudahkan konseling, bidan sudah
mempersiapkan media konsul mengenai psikologis masa nifas, yang sesuai dengan
masalah ibu sandra .
Setelah melakukan konseling & klien mengerti serta memahami apa yang harus
dilakukan, kemudian.....
Bidan : “Jadi apakah ada keluhan yang saya bisa bantu lagi?”
Ibu : “emmm..., saya takut bu bidan, saya kawatir.” ( menundukan kepala )
Bidan : “Khawatir kenapa bu? Ibu bisa menceritakan masalah ibu, agar ibu bisa lega.
Saya siap mendengarkan bu...” ( berusaha menyakinkan bu ovilla )
Ibu :” emm...,begini loo bu, beberapa hari ini saya sulit BAB, bukan itu saja bu
saya juga sulit buang air kecil , apa yang harus saya lakukan.” ( bertanya
dengan raut muka sedikit sedih )
Bidan : ( tersenyum, sambil mengusap pundak bu ovilla ).” Tenang ya bu.... ibu tidak
kenapa-kenapa kok, sebagian perempuan yang habis melahirkan itu sering
8
mengalami masalah pada BAK dan BAB nya jadi ibu tidak perlu kawatir.
Hanya saja......”
Ibu : ( menyela penjelasan bidan eriska ) hanya saja kenapa bu bidan....?”
Bidan : “Agar bak dan bab ibu lancar ibu perbanyak konsumsi sayuran dan buah ya
bu, agar masalahnya bisa tertasi. Bagaimana ibu, bisa dimengerti ?”
Ibu : “ ohhh... begitu bu bidan. Jadi saya harus banyak makan makanan yang hijau-
hijau ya bu ?” ( meminta penjelasan )
Bapak: “ maksudnya rumput-rumputan buu ??.” ( berbisik kepada bu ovilla )
Ibu : “ huss pak , bercanda aja... maksudnya itu sayur-sayuran hijau.” ( dengan
muka kesal)
Bapak : “ oo... iya..iya..” ( tertawa pelan )
Bidan : “ jika sudah dimengerti penjelasan saya tadi, apakah masih ada masalah atau
keluhan lain bu ?.”
Bapak : “ ada buu.” ( menyela pembicaraan ).” Berapa lama kami tidak boleh melukan
hubungan bu ?.”
Bidan : ( tersenyum ).” Sampai masa nifas yang dialami bu ovilla berakir bapak, kira-
kira 6 minggu.”
Bapak : ( menggaruk-garuk kepalanya).” Aduhh.. lama sekali.”
Bidan : “ sabar ya bapak, Cuma 6 minggu saja kok.” ( tertawa tipis )
Ibu : “ bapak ini malu-maluin aja.”
Setelah banyak melakukan pembicaraan mengenai masalah dan keluhan yang dihadapi
ibu sandra dan bapak waris, kemudian....
9
bisa dilakukan.” (sambil tersenyum ramah)
Ibu : “Kalau begitu, kami permisi dulu bu bidan”
Bapak : “Terimakasih loo bu bidan”
Bidan : “Sama-sama bapak.”
Ibu & Bapak : “Permisi bu bidan.. Assalamualaikum .” (berpamitan)
Bidan : “Iya ,, pak bu , Waalaikumsalam.
Hari berganti hari, Seiring berlalunya Sang waktu, ibu Sandra bisa menerima
kondisinya sekarang yaitu berperan sebagai seorang ibu dari anaknya dan istri bagi
suaminya. Ia mulai pandai memenej perasaannya dan mulai menjalani aktivitas seperti
ibu-ibu pada umumnya. Suami dan keluarga pun tak henti-hentinya menberi dukungan
moril kepada ibu Sandra untuk mampu melewati setiap fase perkembangan anaknya.
KESIMPULAN
Baby blues atau postpartum blues adalah keadaan di mana seorang ibu
mengalami perasaan tidak nyaman setelah persalinan, yang berkaitan dengan
hubungannya dengan si bayi, atau pun dengan dirinya sendiri. Ketika plasenta
dikeluarkan pada saat persalinan, terjadi perubahan hormon yang melibatkan
endorphin, progesteron, dan estrogen dalam tubuh Ibu, yang dapat mempengaruhi
kondisi fisik, mental dan emosional Ibu.
Penanganan gangguan mental postpartum pada prinsipnya tidak berbeda
dengan penanganan gangguan mental pada momen-momen lainya. Para ibu ini
membutuhkan dukungan psikologis seperti juga kebutuhan fisik lainnya yang harus
juga dipenuhi. Mereka membutuhkan kesempatan untuk mengekspresikan pikiran dan
perasaan mereka dari situasi yang menakutkan. Mungkin juga mereka membutuhkan
pengobatan dan/atau istirahat, dan seringkali akan merasa gembira mendapat
pertolongan yang praktis.
Inti dari Asuhan yang diberikan mencakup perilaku, emosional, intelektual,
sosial dan psikologis klien secara bersamaan dengan melibatkan lingkungannya, yaitu:
suami, keluarga dan juga teman dekatnya.
10
2.7. Pentingnya Evidence based dalam pelayanan kebidanan
Pada tahun 1864 dia tahun adalah 1846, dan seorang dokter Hungaria bernama
Ignaz Semmelweis, asisten profesor di Johns Hopkins School of Public Health pada
periode ini digambarkan sebagai “awal zaman keemasan ilmuwan dokter,” ketika dokter
diharapkan untuk memiliki pelatihan ilmiah. Jadi dokter seperti Semmelweis tidak lagi
memikirkan penyakit sebagai ketidakseimbangan yang disebabkan oleh cuaca yang buruk
atau rohroh jahat. Mereka melihat lebih dalam dari sisi anatomi. Otopsi menjadi lebih
umum, dan dokter mulai tertarik dalam jumlah dan pengumpulan data. Dr. Semmelweis
ketika dia muncul untuk pekerjaan barunya di klinik bersalin di Rumah Sakit Umum di
Wina, ia mulai mengumpulkan beberapa data sendiri. Semmelweis ingin mencari tahu
mengapa begitu banyak wanita di bangsal bersalin menderita demam nifas. Ia mempelajari
dua bangsal bersalin di rumah sakit.
Satu dikelola oleh semua dokter laki-laki dan mahasiswa kedokteran, dan lainnya
dikelola oleh bidan perempuan. Dan ia menghitung jumlah kematian di kedua tempat
tersebut. Ketika Semmelweis menemukan bahwa perempuan di klinik yang dikelola oleh
dokter dan mahasiswa kedokteran meninggal pada tingkat hampir lima kali lebih tinggi
daripada wanita di klinik bidan. Dia mulai bertanya kenapa. Semmelweis beropini, di
klinik bidan, perempuan melahirkan dengan sisi lateral tubuh. Di klinik dokter, wanita
melahirkan dengan posisi terbaring. Hasilnya, Ia mengatakan, adalah “tidak berpengaruh.”
Kemudian Semmelweis memperhatikan bahwa setiap kali seseorang di bangsal meninggal
karena demam nifas, seseorang akan berjalan perlahan-lahan melalui klinik dokter,
melewati tempat tidur perempuan dengan petugas dering bel. Kali ini Semmelweis berteori
bahwa imam dan bel berdering sehingga para wanita ketakutan setelah melahirkan dan
berpikir meraka juga akan demam, sakit dan meninggal.
11
Duffin, yang mengajar sejarah kedokteran di Universitas Queen di Kingston, Ontario.
Semmelweis berpendapat bahwa tidak hanya ibu nifas yang meninggal setelah mengalami
demam.
Semmelweis mempelajari gejala patologis dan menyadari ahli patologi meninggal
karena hal yang sama seperti para wanita yang telah diotopsi. “Perbedaan besar antara
bangsal bidan dan bangsal dokter adalah bahwa dokter melakukan otopsi dan bidan
tidak,” katanya. Jadi Semmelweis berhipotesis bahwa ada partikel pucat, potongan-
potongan kecil dari mayat, yang dapat berpindah dari pasien ke dokter. Jika hipotesis
Semmelweis benar, maka tenaga kesehatan harus menyingkirkan partikelpartikel pucat
untuk tingkat kematian demam nifas. Jadi dia memerintahkan staf medis untuk mulai
membersihkan tangan dan instrumen mereka bukan hanya dengan sabun tetapi dengan
larutan klorin. Klorin, seperti yang kita kenal sekarang, adalah disinfektan terbaik yang
ada. Semmelweis tidak tahu apa-apa tentang kuman. Dia memilih klorin karena dia pikir
itu akan menjadi cara terbaik untuk menyingkirkan setiap bau yang ditinggalkan oleh
orangpotongan kecil dari mayat. Dan ketika kejadian ini diterapkan, tingkat kejadian
demam nifas jatuh secara dramatis. Dari kisah ini kita dapat mengambil pelajaran bahwa
untuk mendapatkan praktik pelayanan yang terbaik diperlukan berbagai penelitian dan
analisis untuk mendukung untuk membuktikan praktik terbaik.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
EBP sangat perlu diaplikasikan di dalam praktik kebidanan terutama dalam pemberian
asuhan kebidanan kepada klien. Dengan mengaplikasikan EBP di dalam tindak kebidanan
akan memberikan pelayanan yang terbaik dan berkualitas dalam kondisi klinis pasien.
Keadaan sehat pasien sangat berkaitan dengan tindakan kebidanan yang diberikan oleh
perawat. Dalam pemberian keperawatan yang didasarkan pada EBP menekankan pada bukti
– bukti yang ada sekaligus relevansi terhadap kondisi klinis pasien. Bukti – bukti yang dapat
ditemukan dapat berasal dari sumber – sumber riset hasil penelitian yang telah dilakukan.
Selain itu, bukti – bukti juga dapat ditemukan melalui internet dengan mencari jurnal
penelitian atau artikel ilmiah yang relevan dengan masalah atau kondisi klinis dari paien.
Bidan dalam mengaplikasikan atau mengimplementasikan EBP dalam pelayanan kesehatan
bergantung kepada pengetahuan, keterampilan serta kompetensi nya. Hal tersebut sangat
berpengaruh terhadap pemberian pelayanan kesehatan berdasarkan EBP. Dengan adanya
komponen – komponen pendukung EBP dalam pelayanan kesehatan dapat diberikan secara
professional serta meminimlaisir terjadinya insiden dalam praktik keperawatan sehingga
pasien tidak mengalami kerugian saat proses perawatan di rumah sakit.
Komponen - komponen juga berpengaruh terhadap pengaplikasian EBP karena EBP
terbentuk dari adanya komponen – komponen tersebut yang mendukungnya untuk diterapkan
dalam praktik keperawatan. EBP diberlakukan pada praktik keperawatn khususnya pada
asuhan keperawatan. EBP mempunyai fungsi tersendiri selain ditekankan pada praktik
berbasis bukti. Fungsi – fungsinya yaitu sebagai metode untuk mengevaluasi sistem kerja
bidan dalam melakukan praktik keperawatan serta mengintegrasikan komponen – komponen
pendukung EBP dalam pelayanan kesehatan. Disamping itu, saat melakukan proses
penelitian berdasarkan EBP harus memperhatikan 5 tahapan penting yaitu merumuskan
pertanyaan klinis, mengumpulkan bukti, mengevaluasi bukti, menggabungkan unsure – unsur
dalam penelitian, mengevaluasi keputusan hasil praktek
13
3.2 Saran
Adapun nantinya penulis akan segera melakukan perbaikan susunan makalah itu
dengan menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun
dari para pembaca
14
DAFTAR PUSTAKA
15