Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
karunia-Nya, sehingga tugas pembuatan makalah mata kuliah Manajemen keperawatan tentang
“Evidance-Based Practice in Nursing” dapat terselesaikan sesuai batas waktu yang telah
ditetapkan.
Pembuatan makalah ini disusun sebagai salah satu wujud tugas terstruktur kami dalam
menempuh pembelajaran di semester 5 ini. Dalam penyusunan makalah ini kami mengucapkan
banyak terimakasih atas dukungan moral maupun materi kepada pihak-pihak yang terlibat
terutama kepada :
1. Ns. Ahmad Rifai, S.Kep., M.S., selaku Dosen Pembina Mata Kuliah Konsep Dasar
Keperawatan
2. Ns. Nurfika Asmaningrum, M.Kep., Ph.D., selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Konsep
Dasar Keperawatan
3. Semua pihak yang berperan aktif dalam penyusunan makalah ini
Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca dan penulis khususnya. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna karena dalam penyusunan kami
masih memiliki banyak kekurangan dan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Oleh sebab
itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk bisa memperbaiki
kekurangan di makalah ini.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Kebanyakan perawat belum bisa melakukan hal itu dengan baik. Mereka
memberikan pelayanan terutama dalam asuhan keperawatan kepada klien tidak
didasarkan bukti – bukti atau mengikuti budaya saja yang diketahuinya tanpa ada sumber
– sumber bukti yang kuat dalam membuktikan pelayanannya yang ia berikan. Hal ini
mungkin akan beresiko terhadap pasien. Intervensi yang tidak didasarkan pada
pengalaman atau bukti – bukti yang mendukung dan relevan dengan pasien akan
membahayakan jiwa pasien karena perawat sendiri kurang aspek pengetahuan serta
keterampilan dalam menyelesaikan kondisi klinis pasien. Oleh sebab itu, pengumpulan
bukti – bukti, pengalaman dalam tindakan keperawatan, keterampilan serta pengetahuan
sangat penting dalam memberikan pelayanan yang bermutu dan berkualitas bagi seorang
pasien.
1.3 Tujuan
1.3.1 Menjelaskan pengertian, tujuan serta keuntungan penerapan EBP;
1.3.2 Menjelaskan model EBP;
1.3.3 Menjelaskan komponen – komponen pendukung EBP;
1.3.4 Menjelaskan perbedaan antara EBP dan Non-EBP;
1.3.5 Menjelaskan tahapan – tahapan praktik berbasis bukti;
1.3.6 Menjelaskan tahapan penelitian keperawatan dalam EBP;
1.3.7 Menjelaskan program peningkatan kualitas performa dalam EBP;
1.3.8 Menjelaskan bentuk implementasi EBP dalam praktik keperawatan.
1.3.9 Menjelaskan faktor penghambat pengaplikasian EBP.
1.3.10 Menjelaskan Pengimplementasian BEP dalam praktik keperawatan
BAB II
PEMBAHASAN
Arti kata evidence dalam Bahasa Indonesia adalah bukti. Bukti dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia berarti sesuatu yang menyatakan kebenaran suatu peristiwa. Arti
based dalam Bahasa Indonesia adalah dasar atau berdasarkan. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia berdasarkan memiliki arti memakai sebagai dasar; beralaskan;
bersendikan. Sedangkan practice dalam Bahasa Indonesia mempunyai arti praktek atau
proses, dimana dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki makna pelaksanaan
secara nyata apa yang disebut dalam teori.
Menurut Carlon (2010) Evidence Based Practice merupakan suatu kerangka kerja
yang menguji, mengevaluasi dan menerapkan temuan-temuan penelitian dengan tujuan
untuk memperbaiki pelayanan keperawatan kepada pasien. Majid et al (2011)
mengatakan bahwa EBP merupakan salah satu teknik yang cepat untuk perkembangan
dalam praktik keperawatan karena EBP mampu memberikan penanganan masalah –
masalah klinis secara efektif yang mungkin terjadi disaat pemberian pelayanan kesehatan
serta pemberian perawatan berdasarkan hasil – hasil penelitian yang tertera. Sedangkan
menurut Muhal (1998) EBP adalah penggabungan dari seorang perawat mengenai hasil
penelitian yang didapatkannya dengan menerapkannya di praktik klinis kepada pasien
serta ditambah dengan pilihan dari pasien dalam keputusan klinis.
EBP pada masa ini sangat perlu dikembangkan dan diaplikasikan dalam
praktiknya untuk mendukung semua profesi dalam kesehatan baik dokter, perawat
ataupun farmasi untuk menuntun pengambilan keputusan atau tindakan yang harus
diberikan kepada klien dengan kualitas yang terjamin dan profesinal.
Tujuan
Grinspun, Vinari & Bajnok dalam Hapsari (2011) menyatakan tujuan EBP
memberikan data pada perawat praktisi berdasarkan bukti ilmiah agar dapat memberikan
perawatan secara efektif dengan menggunakan hasil penelitian yang terbaik,
menyelesaikan masalah yang ada di tempat pemberian pelayanan terhadap pasien,
mencapai kesempurnaan dalam pemberian asuhan keperawatan dan jaminan standar
kualitas dan memicu inovasi.
Keuntungan EBP :
1 Metode untuk mengevaluasi sistem kerja perawat dalam melakukan praktik
keperawatan;
2 Mengintegrasikan komponen – komponen pendukung EBP dalam pelayanan
kesehatan;
3 Melakukan intervensi kepada pasien berdasarkan bukti – bukti hasil penelitian;
4 Meminimalisir resiko yang mungkin terjadi dalam proses pelayanan kesehatan;
5 Bersikap profesional dalam memberikan layanan kesehatan kepada pasien;
6 Menguntungkan perawat, pasien, serta institusi kesehatan.
2 Pengalaman
Praktik keperawatan merupakan salah satu kegiatan secara rutin yang dilakukan
oleh seorang perawat di dalam pelayanan kesehatan. Dalam hal ini, perawat akan
bertugas sesuai dengan topoksinya masing – masing dalam memenuhi kebutuhan seorang
pasien atau klien. Pemenuhan kebutuhan seorang pasien atau klien yang menjadi salah
satu tugas pokok bagi seorang perawat dalam menjalankan tugasnya. Hal tersebut
dilakukan oleh setiap perawat berdasarkan tingkatan masalah – masalah yang dialami
oleh seorang pasien. Seperti yang kita ketahui bahwa pasien adalah individu yang unik
dan berbeda sehingga perawat harus mengerti akan hal ini.
Dengan masalah yang ditimbulkan dan pemecahan akan masalah tersebut sudah
menjadi kebiasaan yang melekat dari seorang perawat sehingga terciptanya banyak
pengalaman di dalam pelayanan kesehatan. Pengalaman seorang perawat dapat
menunjukan kualitas EBP nya dalam memberikan suatu asuhan keperawatan atau
pelayanan yang lainnya kepada klien. Ketika seorang perawat diberikan sebuah
pertanyaan yang berkaitan dengan suatu masalah yang terjadi, perawat akan menjawab
permasalahan tersebut dengan menggunakan bukti – bukti penelitiannya yang pernah dia
lakukan sesuai dengan kajian ilmiah. Jelas demikian bahwa penelitian juga berkaitan
terhadap pengalaman seorang perawat dalam memecahkan suatu permasalahan yang ada.
Pengalaman yang dimiliki oleh seorang perawat dapat memberikan suatu keputusan yang
jelas dan terarah. Selain itu, perawat yang berpengalaman banyak dalam hal intervensi
kepada klien atau pasien dapat memberikan suatu pengajaran kepada perawat – perawat
yang lain dalam menindaklanjuti seorang pasien dengan diagnosis yang berbeda. Jadi,
peran perawat terhadap teman sejawatnya adalah sebagai fasilitator mengenai
pengalaman yang dimilikinya. Dengan demikian, pengalaman seorang perawat sangat
diperlukan untuk mendukung pratik berdasarkan EBP kepada seorang klien.
3 Pendidikan
4 Pengetahuan
5 Pelatihan / Seminar
Pelatihan atau seminar sangat diperlukan bagi perawat dalam melakukan kegiatannya di
praktik keperawatan untuk memenuhi kebutuhan pasien. Perawat akan memiliki banyak
pengetahuan mengenai cara memenuhi kebutuhan pasien dalam pelayanan kesehatan.
Pelatihan ini diadakan bertujuan melatih dan mengembangkan keterampilan,
kreativitasan, serta pengetahuan perawat dalam menjalankan tugasnya serta mengatasi
segala kerumitan atau masalah yang didapat disaat praktik keperawatan berlangsung.
Selain itu, perawat akan memiliki banyak ilmu – ilmu terbaru di dunia keperawatan yang
diberikan oleh pemateri atau motivator lainnya. Ilmu- ilmu tersebut tentunya berdasarkan
ilmu – ilmu keperawatan yang terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman.
Dengan adanya hal ini, perawat akan memberikan pelayanan yang terbaik dan bermutu
bagi pasien serta dapat meningkatkan kualitas perawat terutama dalam pengaplikasian
EBP. Pelatihan ini juga akan membuat perawat bersikap profesional terhadap tugasnya.
Dengan demikian, pelatihan ini juga sangat diperlukan oleh perawat dalam
mengembangkan kompetensinya di pelayanan kesehatan terutama mengenai ilmu – ilmu
terbaru seiring perkembangan zaman. Hal tersebut berpengaruh terhadap pemberian
asuhan keperawatan kepada pasien.
6 Keterampilan
Definisi EBP menurut analisis, EBP adalah pemecahan suatu masalah yang
melibatkan tenaga medis terutama pada perawat untuk mengajukan pertanyaan klinis
yang relevan guna mengakses bukti dari penelitian dan faktor kontekstual, menafsirkan
bukti (menilai dan mensintesis), manggabungkan bukti dengan pengalaman praktisi
pasien atau kelompok sasaran, dan menerapkan apa yang sudah ada belajar dari bukti
dalam membuat keputusan untuk meningkatkan praktik asuhan keperawatan. Sedangkan
menurut Newhouse dan Dearholt et al. mendefinisikan EBP sebagai "masalah-
pemecahan pendekatan untuk pengambilan keputusan klinis yang menggabungkan bukti
penelitian dengan bukti pengalaman, praktisi dan pengalaman pasien ”. Definisi ini terdiri
dari lima komponen utama: pemecahan masalah; bukti; praktisi pengalaman; pengalaman
pasien dan pengambilan keputusan. Newhouse et al. lebih lanjut mendefinisikan EBP
sebagai "pemecahan masalah pendekatan untuk pengambilan keputusan klinis dalam
perawatan kesehatan organisasi yang mengintegrasikan keilmuan terbaik yang tersedia
bukti dengan pengalaman terbaik yang tersedia (pasien dan praktisi) bukti,
mempertimbangkan internal dan eksternal pengaruh pada praktik, dan mendorong
pemikiran kritis dalam aplikasi yang bijaksana dari bukti tersebut untuk perawatan
individu pasien, populasi pasien, atau sistem”. Hmurovich juga, mendefinisikan EBP
sebagai praktik membuat keputusan tentang tindakan perawatan kesehatan, program,
praktik, intervensi atau kebijakan berdasarkan yang terbaik bukti penelitian, bukti
pengalaman dari praktik klinis dan bukti kontekstual . Definisi ini lebih jauh mengakui
kontributor kontekstual untuk implementasi EBP. Melnyk et al., Memberikan definisi
luas tentang EBP; Itu didefinisikan sebagai "sebuah paradigma dan pendekatan
pemecahan masalah seumur hidup untuk pengambilan keputusan klinis yang melibatkan
penggunaan hati nurani dengan bukti terbaik yang tersedia, termasuk pencarian sistematis
dan penilaian kritis terhadap bukti yang paling relevan untuk dijawab, dengan keahlian
klinis sendiri dan nilai serta preferensi pasien dengan tujuan meningkatkan hasil untuk
individu, kelompok, komunitas dan sistem ”. Selain komponen utama yang diidentifikasi
oleh Newhouse et al., Definisi ini menambahkan tiga elemen penting, seperti: pendekatan
seumur hidup, proses identifikasi bukti (menilai literatur), dan ketersediaan pertanyaan
klinis, juga menawarkan lebih banyak panduan tentang proses.
Konsep EBP dipilih untuk analisis EBP karena EBP adalah berprioritas pada
pemberian asuhan keperawatan serta untuk mempertimbangkan strategi paling efektif
yang dapat mengarah pada peningkatan hasil klinis dan peningkatan kondisi pada pasien
agar lebih membaik. Contohnya metode konsep strategis yang dikembangakan oleh
Walker dan Avant yang digunakan untuk menganalisis konsep. Kerangka kerjanya terdiri
dari delapan langkah: memilih konsep; menentukan maksud atau tujuan
analisis; identifikasi semua kegunaan konsep; menentukan atribut; membangun kasus
model; membangun batas terkait kasus yang bertentangan; mengidentifikasi anteseden
dan konsekuensi; dan mendefinisikan referensi empiris.
Atribut adalah komponen dan fitur utama yang membedakan dan memperjelas arti
dari satu konsep dari konsep serupa lainnya. Terdapat lima atribut yang diidentifikasi
untuk dikarakterisasi yaitu ketersediaan pertanyaan klinis; penggunaan arus terbaik bukti
penelitian; keahlian dan pengalaman praktisi; preferensi, nilai dan masalah pasien serta
penerapan bukti. Perlunya mengintegrasikan lima komponen pendukung EBP guna
meningkatkan keamanan pasien, kualitas hidup serta hasil optimal pasien. Keahlian klinis
mengacu pada integrasi akumulasi pengetahuan, pengalaman perawatan, serta informasi
pendidikan dan keterampilan klinis dalam membuat keputusan keperawatan. Semua ini
akan membantu perawat menghasilkan rencana perawatan yang meminta komitmen dari
praktisi dan hal itu yang terbaik untuk kepentingan pasien dan keluarga. Selain itu, hal ini
memfasilitasi kebutuhan pasien untuk pemulihan optimal
penelitian yang berasal dari berbagai sumber dengan keahlian klinis seorang perawat
serta didukung dengan pengalaman yang telah dilakukannya. Dengan demikian, kinerja
perawat sangat berhubungan dengan kualitas kondisi pasien. Perawat perlu meningkatkan
hubungan interpersonal kepada pasien. Hubungan ini akan menguntungkan seorang
pasien karena dapat memenuhi dalam segi holistic nya.
Anteseden
Anteseden adalah proses atau kejadian sebelum konsep terjadi. Dalam analisis ini,
anteseden itu terjadi sebelum EBP terjadi dan memungkinkan EBP berlangsung adalah:
mengidentifikasi kesenjangan dalam praktik asuhan keperawatan; ketersediaan bukti dan
peralatan yang diperlukan (computer, internet Wi-Fi, alat tulis); kehadiran perawat
dengan kebutuhan pengetahuan, keterampilan, dan kepercayaan diri pada EBP untuk
dapat mengakses, menafsirkan dan menggunakan bukti; ketersediaan pemimpin yang
mendukung dan bimbingan. Ketersediaan anteseden ini akan memungkinkan perawat
untuk melanjutkan dengan langkah-langkah selanjutnya secara efektif Proses EBP:
mengajukan pertanyaan yang relevan; mengumpulkan, menilai dan mensintesis bukti,
mengintegrasikan penyedia dan pasien pengalaman, menerapkan bukti terbaik serta
mengevaluasi proses dan kinerja.
Konsekuensi
Referensi empiris
Contoh kasus
Kasus perbatasan
Kasus batas berisi sebagian besar atribut kritis konsep tetapi tidak semuanya.
Mphatso adalah petugas keperawatan dan penanggung jawab bangsal bedah. Selama
bekerja dia menemukan bahwa ada dokumentasi yang buruk mengenai asuhan
keperawatan yang mengarah pada asuhan yang buruk. Lalu dia melakukan pertemuan
untuk membahas dengan perawat dan cara meningkatkan dokumentasi. Mereka
berdiskusi untuk mengadopsi dokumentasi elektronik dengan mengumpulkan, menilai
dan mensintesis penelitian bukti pada dokumentasi elektronik yang menunjukkan bahwa
itu adalah cara yang efektif untuk meningkatkan dokumentasi. Mereka mengidentifikasi
perawat terdaftar yang memiliki keahlian dan pengalaman yang diperlukan untuk
memimpin proses penerapan apa yang dipelajari bukti untuk memastikan dokumentasi
yang baik. Elektronik perangkat lunak dokumentasi diperkenalkan dengan dukungan dari
personal dan manajemen teknologi informasi dengan disediakan komputer. Perawat
berorientasi pada elektronik dokumentasi. Manajemen memantau proses dan
mengevaluasi apakah dokumentasi dilakukan dengan benar dan telah ditingkatkan.
Setelah tiga bulan mendokumentasikan secara elektronik proses dievaluasi dan
menemukan bahwa dokumentasi itu mudah, dilakukan dengan benar, informasi pasien
disimpan dengan benar dapat ditinjau kapan saja dan mempromosikan kesinambungan
perawatan.
Analisis: Ini adalah kasus batas karena hanya itu menunjukkan tiga atribut EBP:
mengumpulkan bukti dan mengintegrasikan pengalaman penyedia dan menerapkan /
memperkenalkan pendekatan dokumentasi baru.
Kasus sebaliknya adalah contoh dari yang tidak sesuai dengan konsep. Yanjanani
adalah seorang perawat terdaftar dengan Bachelor of Science di Jakarta menyusui dan
telah bekerja sebagai perawat selama lima tahun. Terdapat suatu kunjungan pengawasan
ke lingkungannya menunjukkan bahwa standar asuhan keperawatan di bangsanya telah
turun. Beberapa perawat di lingkungannya menunjukkan kepadanya bahwa mereka dapat
menggunakan EBP untuk meningkatkan standar asuhan keperawatan. Meskipun dia
belajar tentang EBP dalam pendidikan pra layanannya, dia tampaknya tidak tertarik dan
dia menunjukkan kepada mereka bahwa dengan beban kerja di lingkungan mereka,
mereka tidak punya waktu untuk EBP dan itu lama proses. Apa yang bisa mereka
lakukan adalah memastikan bahwa itu benar menerapkan pendekatan pemecahan masalah
secara menyeluruh: mengidentifikasi masalah, menganalisis masalah, mengidentifikasi
kriteria keputusan, mengembangkan berbagai solusi dan memilih solusi optimal
Analisis: Ini adalah kasus yang bertentangan karena tidak mengandung semua atribut
EBP seperti mengumpulkan bukti; mengintegrasikan pengalaman penyedia; preferensi
pasien dan berlaku untuk meningkatkan penyediaan perawatan
Kasus terkait
Kasus terkait memiliki karakteristik yang mirip dengan konsep. Agnes adalah
perawat terdaftar yang menggunakan perawatan proses untuk menilai, mendiagnosis,
merencanakan, dan mengevaluasi asuhan keperawatan ketentuan.
Analisis:
Ini adalah kasus terkait karena meskipun sesuai proses adalah proses pemecahan masalah
yang sistematis, tidak memiliki beberapa langkah penting yang ditemukan di EBP seperti:
mengumpulkan, mengakses, mensintesis literatur; mengintegrasikan penyedia
pengalaman; preferensi pasien dan menerapkan apa yang sudah ada dipelajari dalam
literatur (bukti) ke dalam pengambilan keputusan klinis untuk meningkatkan penyediaan
perawatan
Informasi terbaik adalah suatu bukti yang didapat lewat sebuah penelitian dengan
desain baik dan sistematis. Sumber informasi tersebut salah satunya adalah dari jurnal-
jurnal Ilmiah yang terpercaya, Sayangnya para perawat terkadang enggan untuk
meluaskan literaturnya, para perawat tidak memilik akses literatur untuk selalu
memperbarui pemahaman dan praktiknya Kepada klien berdasarkan pada suara fakta
terbaru yang terdapat pada penelitian. Para perawat biasanya hanya mengandalkan pada
pengalaman, kenyamanan klien, dan kebiasaan yang ada saat ini untuk menangani suatu
masalah atau kasus maupun dalam pelayanan kepada klien.
P : Population
Pertanyaan
Klinis I : Intervention
C : Comparison
O : Outcome
Pengumpulan Tempat
Medline dan
Bukti Relavan penyimpanan
Cinahel
data yang
komperhensif
Vendor yang
OVID familiar karena
memiliki
simpanan data
dasar
National Penyimpanan
Guideline data berpedoman
Clearing klinis
house
Evaluasi
Respons EBP yang sesuai dengan
Keputusan
apa yang diharapkan
Praktik
2.6 Tahapan – Tahapan Praktik Berbasis Bukti
EBP sebagai proses penelitian yang teratur ketika menentukan suatu keputusan
rasional sehingga bisa memberikan hasil parktik yang terbaik (Newhouse, et al., 2005).
Proses penelitian yang teratur dan bertahap akan memberikan kepastian dalam
menerima bukti terbaik sehingga bisa diterapkan ketika memberikan asuhan keperawatan
klien. Ada lima tahapan dalam melakukan EBP (Eizenberg, 2010).
3. Menilai Bukti
Menilai bukti merupakan mengevaluasi EBP untuk menciptakan perubahan
dengan menentukan nilai, prubahan praktikalisasi, dan kebermanfaatan bukti (ONS,
2015). Dalam melakukan penilaian bukti tersebut, evaluasi terlebih dahulu nilai
ilmiahnya dan penerapannya dalam setiap yang ditemukan. Kemudian, diskusikan
dengan orang yang ahli dalam bidangnya dan tentukan hasilnya yang paling sesuai untuk
diterapkan ketika praktik. Ketika sudah melakukan penilaian bukti, maka perawat akan
mampu menjawab pertanyaan, Apakah semu informasi yang telah diperoleh mampu
menjawab pertanyaan PICO perawat? Apakah informasi yang perawat peroleh
menunjukkan bukti yang benar dan terpercaya? Bisakah perawat menerapkan bukti
tersebut ketika praktik? (Nggie, 2010).
Infomasi yang diperoleh dari sumber artikel memiliki unsur-unsur sebagai berikut:
d. Narasi makalah, merupakan bagian inti dan berisi pembahasan dari topik yang
dibuat penulis. Dalam artikel klinis akan dibahas mengenai deskripsi populasi
klien, sifat penyakit klien, perubahan kesehatan, bagaimana klien terpengaruh,
dan terapi keperawatan ynag sesuai. Suatu artikel riset memiliki sub
pembahasan yang terdapat pada bagian narasi, diantaranya:
1. Pernyataan tujuan: menejelaskan maksud dari penelitian. Bagian
ini berisi konsep yang akan diteliti. Pembahasannya terkait pertanyaan
penelitian atau hipotesis. Contoh pertanyaan penelitian, “Karakteristik
seperti apa yang biasa ditemukan pada wanita yang melakukan skrinning
payudara tiap tahun?”
2. Metode atau desain: pada bagian ini menjelaskan penulis dalam
menjawab pertanyaan penelitian. Pada bagian ini, akan diketahui jenis
penelitian apa yang telah digunakan (misalnya RCT, penelitian kasus-
kontrol, kualitatif, dan kuantitatif). Dalam pembahasannya terkadang
penulis menyampaikan hasil penelitiannya dengan bahasa yang sulit
dipahami karena untuk mendapatkan hasil yang akurat.
3. Hasil atau kesimpulan: setiap artikel klinis yang ditulis berisikan
kesimpulan dari topik yang sudah dibahas. Pada bagian artikel riset
penulis akan menjelaskan keterkaitan klinis dari topik yang sudah
disajikan. Pada artikel riset juga dijelaskan apakah hipotesis yang dibuat
bisa diterima atau bahkan ditolak atau bagaimana pertanyaan penelitian
dijawab.
4. Implikasi klinis: artikel riset akan mencakup bagian yang
membahas apakah temuan penelitisn tersebut memiliki keterkaitan klinis.
Setelah mencari sumber dari artikel dan telah dinilai sesuai pertanyaan
PICO, maka integrasikan hasil temuan tersebut dari seluruh artikel yang
telah dibaca guna menemukan status bukti yang ada. Dan menggunakan
pemikiran kritis ketika mempertimbangkan sejauh mana artikel tersebut
bisa menjawab pertanyaan perawat. Selain itu, pertimbangkan pula apakah
butki tersebut bisa diterapkan untuk satu klien saja atau kelompok yang
biasanya memiliki riwayat medis yang kompleks (Melnyk dan Fineout-
Overholt, 2005). Secara etika perawat juga haru memperhatikan bukti
yang ditemukan bisa menguntungkan klien dan tidak berbahaya.
4. Integrasikan Bukti
Setelah menumkan bukti yang dirasa sudah cukup kuat dan tepat ketika
diaplikasikan, perawat kemudian mengintegrasikan ke dalam praktik. Gunakan bukti
yang ditemukan sebagai langkah awal ketika melakukan intervensi pada klien.
Contohnya, perawat mempelajari cara melakukan pendekatan dalam memandikan lansia
yang cemas, maka perawat bisa menggunakan teknik yang sudah didapatkan ketika
memutuskan hasil bukti klinis dari artikel yang sudah dibaca (Melnyk dan Fineout-
Overholt, 2005; Trepepi-Bova, et al., 1997).
2. Metode Ilmiah
Metode ilmiah merupakan cara yang digunakan untuk mendapatkan hasil
pengetahuan yang paling objektif ketika melakukan penelitian. Metode ilmiah
dijadikan acuan penelitian sehingga memiliki dapat terarah dan bisa mengahsilkan
bukti yang valid, reliable, dan dapat digeneralisasi (Nggie, 2010).
Peneliti menggunakan metode ilmiah untuk memahami, menjelaskan,
memperkirakan atau mengendalikan fenomena keperawatan (Polit dan Beck, 2004).
Langkah-langkah yang sistematik mampu menekan opini peneliti yang bisa
mempengaruhi hasil yang diperoleh sehingga kesalahan penelitian bisa diminimalisir
(Nggie, 2010). Polit dan Beck (2004) menjelaskan ada beberapa karakterisitik
penelitian ilmiah sebagai berikut:
a. Masalah yang perlu diidentifikasi.
b. Tahapan perencanaan dan penyelenggaraan penelitian dilakukan secara teratur
dan sitematik.
c. Peneliti mencoba mengendalikan faktor ekdternal yang tidak diteliti namun
bisa memengaruhi hasil penelitian.
d. Data yang diperoleh berdasarkan bukti empiris
e. Ditujukan secara general untuk kelompok klien atas pengetahuan yang telah
didapatkan dari memahami fenomena.
3. Keperawatan dan Pendekatan Ilmiah
Nggie (2010) membahas pendekatan ilmiah, dikaitkan dengan jenis-jenis penelitian
sebagai berikut:
a. Penelitian historis: penelitian untuk menegakkan fakta dan hubungan dengan
masalalu. Contoh: pengamatan pada faktor masayarakat yang membuat
diterimanya perawat praktik ahli oleh klien.
b. Penelitian eksploratoris: penelitian untuk menegakkan hipotesis yang berhubugan
dengan fenomena. Contoh: penelitian pilot yang menguji program olahraga baru
terhadap lansia yang menderita demensia.
c. Penelitian evaluasi: penelitian terkait seberapa jauh program, praktik, atau
kebijakan dapat terlaksana dengan baik. Contoh: penelitian yang mengukur hasil
promosi kepada orangtua dalam meningkatakan kemampuan dalam menaati
jadwal imunisasi anakanya.
d. Penelitian deskriptif: penelitian yang mnegukur karakteristik orang, situasi, atau
kelompok dan frekuensi kejadian suatu peristiwa. Contoh: penelitian yang
menghadapi persimpangan RN saat merawat klien obesitas.
e. Penelitian eksperimental: penelitian yang mengendalikan variable penelitian
secara acak untuk menguji variabel tersebut. Contoh: suatu RCT membandingkan
Chlorhexidine dengan Betadine dalam menurunkan kejadian flebitis IV.
f. Penelitian korelasi: penelitian yang membahas hubungan antar variabel tanpa
intevensi aktif oleh peneliti. Contoh: penelitian yang memperhatikan hubungan
strata pendidikan RN dan kepuasan mereka dalam peran keperawatan.
1. Penelitian kuantitatif
Penlitian ini yang berdasarkan pengukuran dan kuantitatif yang rinci. Contohya
mengukur tingkat keparahan nyeri, tingkat pemulihan luka, dan suhu tubuh.
Penelitian kuantitatif berdasarkan data numerik, analisis statistik, dan kontorl
untuk menghilankan bias (Polit dan Beck, 2004).
Survei merupakan penelitian kuantitatif yang sering dilakukan untuk mendapatkan
informasi dari populasi mengenai frekuensi, distribusi, dan hubungan antar-
variabel dalam subjek penelitian (Polit dan Beck, 2004). Misalnya survei yang
dilakukan untuk mengukur persepsi perawat terkait kesediaan dokter untuk
bekerja sama dalam praktik (Nggie, 2010)
Penelitian evaluasi merupakan pengukuran terhadap hasil penelitian yang
berdasarkan program, parktik, prosedur atau kebijakan yang sedang dijalankan
(Polit dan Beck, 2004). Contohnya penelitian manajemen hasil. Penelitian
evaluasi akan menentukan keberhasilan atau kegagalan dalam melaksanakan
program. Jika terjadi kegagalan maka akan diidentifikasi masalah dalam program
tersebut serta alasan tidak berhasilnya program, atau hambatan yang
mengahalanginya (Nggie, 2010).
2. Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang mendapatkan hasil dari
wawancara atau tidak dalam bentuk nomerik. Penelitian kualitatif didasarkan
analisis induktif untuk mengkontruksi teori dari pengamatan/wawancara spesifik
(Polit dan Beck, 2004).
Terdapat metode untuk penelitian kualitatif. Etongrafi merupakan penelitian yang
melibatkan pendeskripsian dan penafsiran dari tingkah laku kultural (Polit dan
Beck, 2004). Contohnya, peneliti mengamati tingkah laku pada penderita
Alzheimer yang dihubungkan dengan antropologi, yang berfokus pada budaya
suatu populasi (Nggie, 2010).
Fenomena merupakan metode penelitian yang bersumber dari pemikiran atau
filsafat (Polit dan Beck, 2004). Penelitian ini berfokus pada pengalaman manusia
dalam kegiatan sehari-hari dan bagaimana manusia itu bisa
menginterpretasikannya dan peneliti meminta untuk diceritakan kisahnya tentang
fenomena yang diteliti (Nggie, 2010). Contoh, Wongvantuyu dan Poter (2005)
meneliti pengalaman perempuan yang membantu penderita cedar otak traumatik
yang berusia muda. Peneliti mengamati tingkah laku wanita, tindakan, dan tujuan
yang berkesinambungan untuk membantu penderita tersebut.
Grounded theory merupakan metode penelitian kualitatif dengan mengumpulan
dan menganalisis data untuk membuat tori yang berdasarkan fenomena nyata
(Polit dan Beck, 2004). Contoh, ketika melakukan penelitian pada komunitas, sulit
untuk berinteraksi antara perawat dengan klien, Sheldon, et al. (2006) membuat
kelompok untuk membahas kesulitan dalam berkomunikasi sehingga bisa
dibangun teori komunikasi yang bermanfaat.
Sementara itu terdapat peran Komite QI yang dimana tugasnya adalah untuk
meninjau aktivitas pelayanan kesehatan yang dilakukan terhadap klien serta mengenali
berbagai kesempatan terbesar dalam meningkatkan kualitas, komite memperhatikan
aktivitas dengan risiko tinggi ( berpotensi mengakibatkan terjadinya trauman bahkan
kematian), volume tinggi ( aktivitas unit risiko), dan bidang masalah ( bagi klien, staf,
maupun instansi). Terkadang masalah yang ditemukan adalah masalah yang tidak
diperkirakan sebelumnya yang menyebabkan cedera fisik maupun psikologis yang berat
atau bahkan kematian. Setelah masalah teridentifikasi. Badan komite selanjutnya akan
menerapkan model resmi dalam rangka untuk menyelesaikan masalah tersebut. Ada
banyak model PI dan QI, salah satunya. Ada banyak model PI dan QI, salah satunya
adalah model PDSA. Yaitu :
Plan (rencanakan). Peninjauan dilakukan pada data yang didapat untuk dipahami masalah
apa yang sebenarnya terjadi guna mengidentifikasi kebutuhan perubahan.
Do (Lakukan). Penentuan tindakan atau intervensi yang dapat diterapkan dalam masalah
tersebut dan selanjutnya diterapkan perubahan tersebut.
Study (pelajari). Setelah diterapkan, kemudian hasil dari perubahan yang sudah
diterapkan harus dievaluasi kembali tentang bagaimana dampak atau perkembangan dari
penerapan perubahan tersebut.
Act (tindak). Jika perubahan tersebut dinilai efektif dan dapat memecahkan masalah
bahkan meminimalisir peluang terulang kasus tersebut. Maka perubahan tersebut dalam
diterapkan dalam performa untuk keseharian.
Setelah dilakukan perubahan praktik oleh komite QI, selanjutnya hasil perubahan
tersebut harus langsung disampaikan kepada staf di departemen yang berkepentingan
pada organisasi atau instansi tersebut. Penyampaian bisa dilakukan lewat diskusi rutin
yang diadakan dalam rangka membahas tentang peningkatan kualitas mengenai aktivitas
QI. Diskusi tersebut bisa berupa pertemuan staf, buletin, atau yang lainya. Pada intinya
komunikasi yang baik antar staf atau bagian harus terbangun guna meningkatkan kualitas
pelayanan yang baik kepada klien. Banyak hasil diskusi yang membawa tentang QI yang
pada akhirnya dapat menimbulkan perubahan besar pada organisasi terbaru khusus dalam
hal sistem yang berjalan serta standar prosedur yang ditetapkan Dalam pemberian
pelayanan dan peningkatan kualitas. Perubahan praktik yang ditentukan oleh komite QI
tidak akan bertahan lama jika tidak adanya komunikasi dari komiet QI dengan staf
departemen penting yang ada di organisasi tersebut, selain itu organisasi juga
berkewajiban untuk memberikan respon terhadap suatu masalah dengan sumber daya
yang sesuai pada bidangnya. Perubahan sistem atau kebijakan dan prosedur, perubahan
standar pelayanan, serta implementasi pendukung baru merupakan contoh dari respon
yang baik dari suatu organisasi
Peningkatan
Kualitas Performa
QI (quality PI (perfomance
improvement) improvement)
1. Model konsep Evidance-based Practice hanya berfokus di kota-kota besar baik yang
berada di dalam maupun luar negeri sehingga pada daerah-daerah pelosok atau pedesaan
yang terdapat di Indonesia belum berkembang. Hal itu terjadi karena kurangnya
informasi yang masuk antara pihak eksternal dari kota besar menuju pedasaan. Selain itu,
perawat kurang terampil dalam memainkan perannya;
2. Pada perawat sendiri menyatakan tidak setuju bahwa pengetahuan mereka memadai
untuk mengimplementasi Evidance-based Practice tetapi sebaliknya, banyak dari
responden yang sudah memiliki keterampilan yang cukup untuk melaksanakan
Evidance-based Practice serta mereka mengatakan bahwa mereka terbiasa membaca hasil
penelitian akan tetapi dalam melakukan suatu penelitian mereka tidak terbiasa;
4. Faktor penghambat utama yaitu pemahaman bahasa asing yang minim dan
pengetahuan yang terbatas. Hal ini dapat terjadi kepada seorang perawat karena kurang
nya budaya literasi atau kurang keikutsertaannya dalam mengikuti kegiatan pelatihan
untuk pengembangan ilmu dan peningkatan keterampilan yang bisa didapat dengan
kegiatan seperti seminar, pengaplikasian riset hasil penelitian dsb;
5. Waktu dan pengetahuan merupakan hambatan utama yang di temukan dari berbagai
penelitian yang ada mengenai implementasi;
6. Dukungan yang kurang dari organisasi dapat juga menghambat pengembangan
Evidance-based Practice
8. Fasilitas yang kurang memadai apa lagi pada era 4.0 dimana majunya teknologi pada
saat ini sehingga ketersediaan komputer sangat penting. Seharusnya fasilitas harus
dikembangkan baik dalam institusi kesehatan atau pada saat proses penelitian. Dengan
adanya fasilitas seperti komputer yang tersambung internet akan memudahkan profesi
kesehatan untuk mencari sumber – sumber ilmiah yang mendukung dalam pemberian
asuhan keperawatan kepada klien. Sumber – sumber ilmiah yang terdapat di internet
seperti jurnal, artikel ilmiah, dan riset hasil penelitian dapat dijadikan bukti sebagai dasar
pengimplementasian EBP dalam pelayanan kesehatan;
Pendekatan buku resep keperawatan didasarkan pada suatu bukti – bukti yang relevan
terhadapa pasien mengenai suatu permasalah kondisi klinisnya. Dalam hal ini
perawatan tidak bersifat individualitas bergantung pada perawat saja. Akan tetapi,
pasien juga perlu dan berhak mengetahui suatu tindakan yang akan diberikan
kepadanya. Perawat akan menggali semua bukti – bukti yang mendukung pasien
dalam proses pelayanannya dibidang asuhan keperawatan. Kondisi klinis yang
dialami oleh pasien akan memberikan tantangan baru bagi perawat untuk
mengatasinya dengan ilmu, pengetahuan ataupun keahliannya di bidang klinis
tersebut. Penyelesaian ini tentunya didasarkan pada EBP dalam keperawatan. Dengan
diberlakukannya EBP di setiap tindakan keperawatan akan memberikan output yang
terbaik bagi pasien dan tidak merugikan pasien. Penggabungan keahlian klinis harus
seimbang dengan resiko dan manfaat dari tindakan klinis yang diberikan kepada
pasien. Resiko yang mungkin terjadi dapat teratasi dengan keprofesionalitasan serta
keahlian seorang perawat sehingga tidak menimbulkan masalah yang terjadi bagi
pasien di dalam pelayanan kesehatan. Keuntungan akan didapatkan seorang pasien.
Seperti yang kita ketahui bahwa pasien adalah manusia yang unik serta berbeda –
beda sifat dan karakteristiknya. Kita mengetahui bahwa di dalam diri pasien terdapat
banyak faktor pendukung atau sejahtera kondisi pasien, salah satunya adalah
kebudayaan. Kebudayaan sangat penting untuk diperhatikan terutama saat pemberian
asuhan keperawatan, perawat harus mengerti mengenai variasi budaya yang dimiliki
oleh seorang pasien karena bisa jadi kondisi klinis yang dialami pasien berkaitan
dengan variasi kebudayaan. Meskipun EBP mencegah perhatian mengenai masalah
kebudayaan, tetapi asuhan keperawatan perlu mempertimbangkan hal ini dalam
kondisi dan situasi apapun. Keunikan seorang pasien harus diperhitungkan oleh
perawat terutama keadaan klinisnya, kondisinya serta preferensi komorbiditasnya.
Hal tersebut yang telah saya jabarkan merupakan salah satu komponen terpenting
dalam pengaplikasian EBP.
3.1 Kesimpulan
EBP sangat perlu diaplikasikan di dalam praktik keperawatan terutama dalam pemberian
asuhan keperawatan kepada klien. Dengan mengaplikasikan EBP di dalam tindak
keperawatan akan memberikan pelayanan yang terbaik dan berkualitas dalam kondisi klinis
pasien. Keadaan sehat pasien sangat berkaitan dengan tindakan keperawatan yang diberikan
oleh perawat. Dalam pemberian keperawatan yang didasarkan pada EBP menekankan pada
bukti – bukti yang ada sekaligus relevansi terhadap kondisi klinis pasien. Bukti – bukti yang
dapat ditemukan dapat berasal dari sumber – sumber riset hasil penelitian yang telah
dilakukan. Selain itu, bukti – bukti juga dapat ditemukan melalui internet dengan mencari
jurnal penelitian atau artikel ilmiah yang relevan dengan masalah atau kondisi klinis dari
paien. Perawat dalam mengaplikasikan atau mengimplementasikan EBP dalam pelayanan
kesehatan bergantung kepada pengetahuan, keterampilan serta kompetensi nya. Hal tersebut
sangat berpengaruh terhadap pemberian pelayanan kesehatan berdasarkan EBP. Dengan
adanya komponen – komponen pendukung EBP dalam pelayanan kesehatan dapat diberikan
secara professional serta meminimlaisir terjadinya insiden dalam praktik keperawatan
sehingga pasien tidak mengalami kerugian saat proses perawatan di rumah sakit.