Oleh:
dr. Endah Irnanda Ulfah Gea
Pendamping Internsip:
dr. Mishermaliyani
PENDAHULUAN
Bahan makanan sumber besi didapatkan dari produk hewani dan nabati. Besi yang
bersumber dari bahan makanan terdiri atas besi heme dan besi non heme. Berdasarkan tabel
diatas dapat dilihat bahwa walaupun kandungan besi dalam sereal dan kacang-kacangan
relatif tinggi, namum oleh karena bahan makanan tersebut mengandung bahan yang dapat
menghambat absorpsi dalam usus, maka sebagian besar besi tidak akan diabsorpsi dan
dibuang bersama feses.
2.4 Kebutuhan Zat Besi dan Suplementasi Zat Besi Pada Kehamilan
Menurut World Health Organization (WHO) wanita hamil direkomendasikan untuk
menonsumsi 30mg-60mg besi elemental atau setara dengan 150-300 mg ferrous sulfate
heptahydrate untuk mencegah anemia saat kehamilan, bayi berat lahir rendah, bayi lahir
prematur dan puerperal sepsis. Sedangkan pada ibu hamil yang didiagnosa anemia pada
kehamilan, dosis besi elemental harus dinaikan hingga 120 mg sampai konsentarsi Hb
normal (11 g/L atau lebih).
2.5 Efek Samping Pemberian Suplementasi Zat Besi
Pemberian zat besi secara oral dapat menimbulkan efek samping pada saluran
gastrointestinal pada sebagian orang, seperti mual muntah, perut begah, nyeri perut, diare,
konstipasi, feses berwarna hitam. Frekuensi efek samping ini berkaitan langsung dengan
dosis zat besi dan tidak tergantung senyawa zat besi yang digunakan (Tolkien et al, 2015).
Efek samping pemberian zat besi lebih sedikit terjadi dengan pemberian dosis 20- 50 mg besi
elemental/hari (Stoffel et al, 2020).
Efek samping zat besi yang dimakan bersamaan dengan makanan akan ditolelir lebih baik
meskipun jumlah zat besi yang diserap akan berkurang apabila dimakan bersamaan dengan
makanan yang mengandung phytic acid seperti beras dan gandum (Lynch et al, 2018).
Pemberian suplementasi zat besi pada sebagian wanita, menyebabkan sembelit. Hal ini
dapat dicegah dengan memperbanyak minum, menambah konsumsi makanan yang kaya akan
serat seperti roti, serealia, dan agar-agar (Lynch et al, 2018).
Ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum dapat merasakan mual yang lebih
parah dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak mengalami keluhan tersebut. Ada beberapa
cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi mual akibat minum zat besi. Salah satu cara yang
dianjurkan adalah dengan mengurangi dosis tablet besi dari 1 x 1 tablet sehari menjadi 2 x ½
tablet sehari. Akan tetapi hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Milman,
Bergholt, dan Erikson (2006) yang menyatakan tidak ada hubungan antara efek samping atau
gejala gastrointestinal seperti mual, muntah, nyeri epigastrik, kolik, konstipasi, dan diare
dengan empat dosis yang diuji cobakan yaitu : 20 mg, 40 mg, 60 mg, dan 80 mg. Konsumsi
tablet besi pada malam hari juga dilakukan para partisipan dalam upaya mencegah mual
setelah minum tablet besi. Dalam penelitian ini tablet besi diminum pada malam hari agar
tidak mengalami mual (Stoffel et al, 2020).
Tingkat keasaman lambung dapat meningkatkan daya larut besi. Kekurangan asam
klorida di dalam lambung atau penggunaan obat-obatan yang bersifat basa seperti antacid
dapat menghalangi absorbsi besi. Faktor intrinsik di dalam lambung membantu penyerapan
besi, diduga karena hem mempunyai struktur yang sama dengan vitamin B12. Kebutuhan
tubuh akan besi berpengaruh terhadap absorbsi besi. Bila tubuh kekurangan besi atau
kebutuhan meningkat pada kondisi tertentu, absorbsi besi-nonhem dapat meningkat sampai
sepuluh kali, sedangkan besi-hem dua kali (Abbaspour et al, 2014).
BAB III
METODE PENELITIAN
Pemberian Fe : Ibu hamil yang mendapat minimal 90 tablet Fe (suplemen zat besi)
selama periode kehamilannya di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
Formula
BAB IV