Anda di halaman 1dari 44

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Masa remaja adalah masa pertumbuhan (tumbuh menjadi dewasa). Pada

tahap ini remaja akan mengalami suatu perubahan fisik, emosional, dan

sosial sebagai ciri dalam masa pubertas. Pubertas adalah periode di awal

masa remaja yang ditandai dengan pertumbuhan fisik yang pesat dan

kematangan seksual. Kematangan seksual ini dapat berupa perubahan pada

fisik seperti payudara membesar, berkembangnya panggul, terdapat bulu

ketiak dan pubis, mengalami menstruasi (Amalia dkk, 2018).

Setiap perempuan mengalami menstruasi pada usia yang bervariasi. Fase

ini terjadi saat lapisan dalam dinding rahim luruh dan keluar dalam bentuk

yang dikenal dengan istilah darah menstruasi. Dalam keadaan normal, setiap

bulan seorang wanita yang telah memasuki usia subur akan melepaskan satu

sel telur (ovum) dan ovum akan dihasilkan dan dilepaskan oleh indung telur

(ovarium). Pada saat menstruasi, masalah yang dialami oleh hampir sebagian

besar wanita adalah rasa tidak nyaman atau rasa nyeri yang hebat. Hal ini

biasa disebut dengan nyeri haid atau dismenore (Indrawati & Desni, 2019).

Dismenore banyak dialami oleh wanita yang menstruasi, tetapi banyak

pula dari mereka yang sering mengabaikan disminorea tanpa melakukan

upaya penanganan yang tepat. Kondisi seperti ini bisa saja membahayakan

kesehatan wanita apabila dibiarkan tanpa penanganan. Disminore dapat


2

menjadi salah satu gejala endometriosis atau penyakit dismenore sekunder

lainnya, oleh karena itu diperlukan upaya penanganan yang tepat dan benar

pada wanita yang mengalami disminore terutama usia remajaatau masih

dalam masa pubertas (Nida dan Defie, 2016). Dismenorea (nyeri haid) adalah

kekakuan atau kekejangan dibagian bawah perut yang terjadi pada waktu

menjelang atau selama menstruasi, yang memaksa wanita untuk beristirahat

atau berakibat pada menurunnya kinerja dan kurangnya aktifitas sehari-hari

(Lastri dkk, 2016).

Angka kejadian dismenorea di dunia sangat besar. Rata-rata hampir lebih

dari 50% wanita mengalaminya. Di Inggris sebuah penelitian bahwa 10%

dari remaja sekolah lanjut tampak absen 1-3 hari setiap bulanya karena

menderita dismenorea. Sedangkan hasil penelitian di Amerika presentase

kejadian dismenorea lebih besar sekitar 60%, Swedia 72% dan Indonesia

55% (Riani, 2017).

Menurut World Health Organization (WHO), didapatkan kejadian sebesar

1.769,425 jiwa (90%) wanita mengalami dismenorea dan 10%-15%

diantaranya mengalami dismenorea berat, sehingga mengakibatkan

timbulnya keterbatasan aktivitas yang dikeluhkan oleh 15% remaja

perempuan yang mengalami dismenorea. Di Indonesia angka kejadian

dismenorea sebesar 107.673 jiwa (64,25%), yang terdiri dari 59.671 jiwa

(54,89%) mengalami dismenorea primer dan 9.496 jiwa (9,36%) mengalami

dismenorea sekunder. Sedangkan di Aceh di dapatkan 1,07% sampai 1,31%

dari jumlah penderita dismenorea datang ke bagian kebidanan (Dhira dan


3

Aris, 2019). Belum ada jumlah pasti wanita yang mengalami disminorea di

Provinsi Bengkulu khususnya Kabupaten Kepahiang, dikarenakan sedikitnya

yang melapor dan melakukan pengobatan pada pelayanan kesehatan.

Nyeri disminore juga dapat timbul bersamaan dengan rasa mual, sakit

kepala, perasaan mau pingsan, lekas marah. Masalah yang sering muncul

dalam disminore adalah tingkat penurunan nyerinya. Ketika nyeri itu timbul

maka beberapa efek akan muncul seperti sakit kepala mual, sembelit atau

diare dan sering berkemih. Dampak yang muncul apabila mengalami nyeri

disminore akan menurunkan kecakapan dan keterampilan serta akan

menurunkan konsentrasi mahasiswi yang akan sangat mempengaruhi

terhadap penurunan aktifitas perkuliahan dan prestasinya. Selain itu bila

nyeri berlangsung dalam waktu yang lama maka akan mengakibatkan

keadaan patologi seperti terjadinya endometriosis, radang panggul dan

kelainan lainya yang mengarah pada dismenore sekunder (Riani, 2017).

Penanganan dismenore dapat dilakukan dengan cara farmakologi (dengan

menggunakan obat-obatan analgetik, terapi hormonal, obat nesteroid

prostaglandin) dan juga non farmakologi (dengan cara akupuntur, kompres

hangat, massae atau pijat terapi mozart dan relaksasi (Prawirohardjo, 2010).

Selain itu terapi non farmakologi juga dapat dilakukan dengan relaksasi,

hipnoterapi, kompres air hangat, olahraga teratur, meningkatkan konsumsi

kalsium, serat, makanan dari kedelai, buah-buahan dan sayur-sayuran, serta

mengonsumsi suplemen, seperti magnesium, vitamin E dan vitamin B6

sehingga dapat membantu mengurangi dismenorea (Noviati dkk, 2014). Ada


4

beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi nyeri secara non

farmakologis antara lain terapi massage, posisi kaki ditinggikan dari badan,

olahraga, pengaturan diet dan pemberian kompres hangat.

Kompres hangat juga terapi sederhana yang bisa dilakukan secara mandiri

untuk mengurangi nyeri saat haid. Kompres hangat merupakan suatu teknik

perpindahan panas yang dapat disalurkan melalui konduksi (botol, air panas,

buli-buli panas, bantalan pemanas listrik, lampu kompres panas kering atau

lembab) atau konversi (ultrasonografi, diartemi). Nyeri akibat spasme otot

berespon baik terhadap panas, karena panas melebarkan pembuluh darah dan

meningkatkan aliran darah local. Panas meredakan nyeri dengan

menyingkirkan produk-produk inflamasi, seperti bradikinin, histamine dan

prostaglandin yang akan menimbulkan nyeri local. Panas juga merangsang

serat saraf yang menutup gerbang nyeri sehingga transmisi impuls nyeri ke

medulla spinalis dan otak dapat dihambat. Panas yang diberikan pada perut

bawah wanita akan mengurangi nyeri, panas akan meningkatkan sirkulasi

kearea tersebut sehingga memperbaiki anoksia jaringan yang disebabkan

oleh tekanan (Riani Dwi, 2017). Efek hangat dari kompres dapat

menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah yang nantinya akan

meningkatkan aliran darah ke jaringan penyaluran zat asam dan makanan ke

sel-sel diperbesar dan pembuangan dari zaat-zat di perbaiki yang dapat

mengurangi rasa nyeri haid primer yang di sebabkan suplai darah ke

endometrium kurang (Wati, Restiyana Saras, 2017).


5

Kompres hangat sudah sering diterapkan turun temurun untuk mengatasi

masalah nyeri, dengan suhu hangat yang diberikan pada kulit dapat

melancarkan peredaran darah, dan merilekskan otot-otot perut, serta

memberikan rasa nyaman dari kehangatan tersebut. kompres hangat sendiri

bisa dilakukan secara mandiri sembari beristirahat. Seperti penelitian yang

dilakukan oleh Nida dan Defie (2016) tentang pengaruh kompres hangat

terhadap intensitas nyeri haid, dari penelitian tersebut menemukan bahwa ada

penurunan tingkat nyeri haid pada responden setelah dilakukan pemberian

terapi kompres hangat pada perut saat haid. Penelitian serupa juga dilakukan

oleh Riani Dwi (2017) Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di

Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta didapatkan hasil uji wilcoxon dengan nilai

signifikan 0,002 yang menunjukkan adanya pengaruh kompres hangat

terhadap penurunan nyeri Idismeorea dan rata-rata perubahannya adalah

3,162 Hal ini menunjukkan bahwa kompres hangat memiliki pengaru

terhadap penurunan nyeri dismenorea.

Kompres hangat dapat dilakukan dengan menempelkan kantong karet

yang diisi air hangat atau handuk yang telah direndam di dalam air hangat, ke

bagian tubuh yang nyeri, dengan diikuti latihan pergerakan atau pemijatan.

Dampak fisiologis dari kompres hangat adalah pelunakan jaringan fibrosa,

membuat otot tubuh lebih rileks, menurunkan atau menghilangkan rasa nyeri,

dan memperlancar aliran darah (Nida dan Defie, 2016).

Berdasarkan pengumpulan data awal yang dilakukan di SMAN I

Kepahiang pada tanggal 20 Oktober 2020, jumlah seluruh siswi kelas X ada
6

232, kemudian hasil wawancara awal pada beberapa siswi, dari 21 siswi 4

orang (19,04 %) tidak mengalami disminore, yang mengalami nyeri ringan 5

orang (24 %), nyeri sedang sebanyak 10 orang (47 %), 2 orang mengalami

nyeri berat (4,7 %). Pada siswi yang mengalami nyeri berat mereka

memerlukan istirahat dirumah sehingga terkadang memintah izin belajar,

biasanya pada hari 1-2 menstruasi saja. Sebanyak 6 orang dari siswi tersebut

mengaku mengatasi disminorea dengan meminum obat analgetik saat haid,

seperti ibuprofen, Asam mefenamat, dan kiranti. Sebagian lainnya

melakukan hanya berbaring dengan meninggikan kaki, kompres hangat dan

istrahat. Sebanyak 19 dari 21 siswi belum ada yang mencoba kompres hangat

secara bersamaan saat haid.

Berdasarkan hal tersebut saya tertarik untuk melakukan penelitian

Pengaruh Konsumsi Susu Kedelai dan Kompres Hangat Terhadap Penurunan

Nyeri Disminorea Pada Remaja Putri kelas X di SMAN 1 Kepahiang.

B. Rumusan Masalah

Dismenorea (nyeri haid) adalah kekakuan atau kekejangan dibagian bawah

perut yang terjadi pada waktu menjelang atau selama menstruasi, yang

memaksa wanita untuk beristirahat atau berakibat pada menurunnya kinerja

dan kurangnya aktifitas sehari-hari (Lastri dkk, 2016). Di Indonesia angka

kejadian dismenorea sebesar 107.673 jiwa (64,25%), yang terdiri dari 59.671

jiwa (54,89%) mengalami dismenorea primer dan 9.496 jiwa (9,36%)

mengalami dismenorea sekunder (Dhira dan Ulfa, 2019). Nyeri disminore


7

juga dapat timbul bersamaan dengan rasa mual, sakit kepala, perasaan mau

pingsan, lekas marah. Masalah yang sering muncul dalam disminore adalah

tingkat penurunan nyerinya. Penanganan dismenore dapat dilakukan dengan

cara farmakologi dan non farmakologi. Terapi yang paling sedrhana dan

mudah dilakukan adalah kompres hangat dengan menggunakan buli-buli

panas. Banyak perempuan terutama siswa putri kelas X di SMAN 1

Kepahiang 19 dari 21 orang belum pernah mencoba kompres hangat saat

mengalami nyeri haid. Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis

merumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu ”Pengaruh Kompres Hangat

Terhadap Nyeri Diminorea pada Remaja Putri Kelas X di SMAN 1

Kepahiang.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Mengetahui pengaruh Kompres Hangat Terhadap Nyeri Diminorea

Pada Remaja Putri Kelas X di SMAN 1 Kepahiang.

2. Tujuan khusus

a. Mengidetifikasi tingkat nyeri disminorea sebelum dilakukan

intervensi pemberian kompres hangat pada remaja putri kelas X di

SMAN 1 kepahiang.

b. Mengidetifikasi tingkat nyeri disminorea setelah dilakukan

intervensi pemberian kompres hangat pada remaja putri kelas X di

SMAN 1 kepahiang.
8

c. Menganalisa pengaruh kompres hangat terhadap nyeri diminorea

pada remaja putri kelas X di SMAN 1 kepahiang.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Untuk menjadi sarana penerapan ilmu kebidanan yaitu mengenai

penalaksanaan nyeri diminorea secara non farmakologi.

2. Bagi Akademik

Dapat dijadikan sebagai kontribusi ilmu pengetahuan dan referensi

untuk pendidikan.

3. Bagi Lahan Praktek

Mengetahui perkembangan pengetahuan dan aplikasinya secara

nyata dilapangan dan sesuai teori yang ada, dan dapat dijadikankan

sebagai bahan bacaan dan refrensi untuk lahan praktek.

4. Bagi Responden

Memberi pengetahuan penanganan nyeri disminorea secara non

farmakologi, dengan harapan siswa dapat menerapkan sendiri secara

mandiri saat mengalami nyeri disminorea.

5. Bagi Mahasiswa

Menerapkan secara langsung ilmu yang didapat selama perkuliahan

mengenai penanganan nyeri disminorea secara mandiri. Serta dapat

memberi manfaat bagi mahasiswa untuk menambah pengetahuan,

wawasan dan pengalaman.


9

E. Keaslian Penelitian

N Penulis Judul Metode penelitian Hasil penelitian


o & Tahun
1 Inut dkk, Pengaruh Desain penelitian Hasil yang
2016 Kompres mengunakan desain pre ditemukan dari
Hangat experimental design penelitian ini
Terhadap dengan rancangan one adalah ada
Penurunan group Pre-Post Test pengaruh sesudah
Dismenorea Design. Sampel diberikan kompres
Pada penelitian hangat, sebagian
Mahasiswi menggunakan besar sebanyak
D3 accidental Sampling. 80,0% merasakan
Kebidanan Metode analisi data tidak nyeri,
Angkatan yang digunakan yaitu dibandingkan
2014 Di Wilcoxon signed rank dengan jumlah
WHN test dengan awal sebanyak
Malang menggunakan SPSS. 75%.
Variable bedasnya
adalah pemberian
kompres hangat.
Variable terikat adalah
disminorea
2 Utami Pengaruh Metode yang digunakan Hasil penelitian ini
. dan Kompres dalam penelitian ini menemukan ada
Syahria, Hangat adalah rancangan One pengaruh
2016. Terhadap Group Pre Test – Post pemberian kompres
Penurunan Test Design hangat untuk
Nyeri menurunkan nyeri
Dismenore dismenore pada
Pada mahasiswa tingkat
Mahasiswa akhir D IV Bidan
Tingkat Pendidik. Hal ini
Akhir D IV berdasarkan
Bidan perubahan
Pendidik Di intensitas nyeri
Universitas sebelum dan
‘Aisyiyah sesudah diberikan
Yogyakarta kompres hangat
mengalami
penurunan yang
cukup berarti.
10

F. Perbedaan Penelitian Ini Dengan Penelitian Terdahulu

a. Variable bebas : kompres hangat menggunakan buli-buli panas yang

dberikan selama 30 menit

b. Jumlah sample : 49 orang

c. Sampel : Siswi kelas X

d. Lokasi : SMAN 1 Kepahiang

e. Metode pengambil sampel : Purposive sampling


11

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Masa Remaja

1. Pengertian

Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa,

bukan hanya dalam arti psikologis, tetapi juga fisik. Bahkan, perubahan-

perubahan fisik yang terjadi itulah yang merupakan gejala primer dalam

pertumbuhan remaja. Sementara itu, perubahan-perubahan psikologis

muncul antara lain sebagai akibat dari perubahan-perubahan fisik itu

tumbuh (Dahlan dan Tri, 2017).

Masa remaja merupakan masa perkembangan pada diri remaja

yang sangat penting, diawali dengan matangnya organ-organ fisik

(seksual) sehingga nantinya mampu bereproduksi. Pada masa remaja

terdapat perubahan-perubahan yang terjadi seperti perubahan hormonal,

fisik, psikologis maupun sosial, dimana kondisi tersebut dinamakan

dengan masa pubertas. Salah satu tanda pubertas pada remaja putri yaitu

terjadinya menstruasi (Indrawati dan Desni, 2019).

Tumbuh kembang reemaja adalah masa pertumbuhan dimana sel

kelamin sudah mulai mature (matang), yang ditandai dengan terjadi

menstruasi pada anak wanita, dan ternyata mimpi basah pada kaum pria,

dimana sel telur (ovum) dan sel spermatozoa sudah matang, dan bila

keadaan normal, maka sel-sel tersebut seduah siap dibuahi dan

membuahi (Rohan dan Sandu, 2013).


12

2. Pubertas

Masa pubertas adalah salah satu tahap perkembangan yang ditandai

dengan kematangan organ seksual dan tercapainya kemampuan untuk

bereproduksi, dimana salah satu ciri dari tanda pubertas seorang wanita

yaitu dengan terjadinya menstruasi pertama (Nida dan Defie, 2016).

Pubertas merupakan salah satu tahap perkembangan (fisik, mental,

emosional, dan sosial) menjadi dewasa. Pubertas terjadi secara alami,

bertahap dan dialami oleh setiap orang. Maka, pubertas merupakan hal

yang normal pada remaja perempuan, pubertas biasanya terjadi lebih

awal daripada remaja lakilaki, yakni antara usia 8-13 tahun, masa

pubertas berlangsung hingga 4-5 tahun.masa ini akan berakhir pada

remaja perempuan sekitar 17 tahun (Harzif dkk, 2018).

Perubahan yang terjadi selama pubertas meliputi :

- Perkembangan payudara

- Pertumbuhan rambut pada kemaluan dan ketiak

- Percepatan pertumbuhan (growth spurt)

- Pinggul yang membesar

- Menstruasi pertama (menars)

3. Menarch (pertama kali menstruasi)

Menstruasi atau haid merupakan proses keluarnya darah dan

jaringan yang sehat dari rahim yang kemudian mengalir keluar dari tubuh

melalui vagina. Menstruasi merupakan perubahan yang normal dalam

tubuh perempuan yang terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh


13

hormon. Menstruasi menandakan bahwa seorang remaja sudah dapat

bereproduksi. Perempuan berhenti menstruasi selama kehamilan namun

dapat menstruasi kembali setelah melahirkan (Harzif dkk, 2018).

4. Menstruasi

a. Pengertian

Menstruasi adalah perdarahan periodik dari rahim yang dimulai

sekitar 14 hari setelah ovulasi secara berkala akibat terlepasnya

lapisan endometrium uterus. Kondisi ini terjadi karena tidak ada

pembuahan sel telur oleh sperma, sehingga lapisan dinding rahim

(endometrium) yang sudah menebal untuk persiapan kehamilan

menjadi luruh. Jika seorang wanita tidak mengalami kehamilan, maka

siklus menstruasi akan terjadi setiap bulannya. Umumnya siklus

menstruasi pada wanita yang normal adalah 28-35 hari dan lama haid

antara 3-7 hari. Siklus menstruasi pada wanita dikatakan tidak normal

jika siklus haidnya kurang dari 21 hari atau lebih dari 40 hari (Sinaga

dkk, 2017).

Hormon reproduksi dalam tubuh perempuan akan meningkat pada

tiap siklus menstruasi untuk bersiap menghadapi kemungkinan

terjadinya kehamilan. Selanjutnya pelepasan sel telur dari ovarium

akan terjadi dan dinding rahim akan menebal. Jika hamil, lapisan ini

akan terus memelihara sel telur yang dibuahi. Jika sel telur tidak

dibuahi, maka sel telur akan diserap tubuh dan dinding rahim yang

sudah menebal akan luruh, kemudian mengalir keluar dari tubuh


14

bercampur dengan darah. Proses keluarnya darah dari vagina inilah

yang disebut menstruasi (Sinaga dkk, 2017).

b. Siklus menstruasi

Siklus haid menurut Rohan dan Sandu (2013) :

- Satu kali perbulan, indung telur melepas satu sel telur ke saluran

indung telur, lalu bergerak maju menuju Rahim.

- Siklus biasanya terjadi 28 hari sekali (dengan kisaran 21-35 hari).

c. Tanda-tanda menstruasi

Menurut Harzif, dkk (2018) ada beberapa tanda sebelum

menstruasi sebagai berikut :

- Tanda sebelum menstruasi

a) Tepat sebelum mulai menstruasi, kamu mungkin merasa tidak

nyaman di daerah perut atau daerah panggul. Hal ini bisa

berlangsung selama 12 jam pertama atau lebih lama. Beberapa

remaja mengatakan bahwa mereka juga merasa kembung,

mengalami diare ringan atau pun konstipasi sebelum

mengalami menstruasi. Selain itu, kamu mungkin juga merasa

lebih emosional, atau murung di beberapa hari sebelum

menstruasi. Gejala fisik dan emosional ini bersama-sama

disebut sebagai Sindrom Pra-Menstruasi (PMS). PMS

biasanya terjadi seminggu sebelum menstruasi dan segera

menghilang setelah kamu mengalami menstruasi.


15

b) Keluarnya darah dari vagina merupakan tanda utama

menstruasi. Seorang remaja perempuan mengetahui bahwa

menstruasinya dimulai ketika sedikit darah keluar dari

vaginanya, dimana darah tersebut tidak mengalir deras seperti

air keran, melainkan keluar secara perlahan

d. Perubahan tubuh selama menstruasi

Menurut Harzif dkk (2018), Remaja perempuan dapat mengalami

perubahan fisik atau emosional selama menstruasi, antara lain :

- Gejala fisik : kram atau nyeri pada perut, kembung, peningkatan

berat badan, peningkatan napsu makan, nyeri atau bengkak pada

payudara, masalah kulit (jerawat), dan sakit kepala

- Gejala emosional : sensitif, agresif, mudah marah, cemas, panik,

kebingungan, kurang konsentrasi, kelelahan, atau depresi. Ketika

kadar hormon naik dan turun selama siklus menstruasi, maka dapat

mempengaruhi perasaan kamu baik secara fisik maupun emosional.

e. Fase-fase pada siklus menstruasi

Beberapa fase menstruasi menurut Sinaga, dkk (2017) menjelaskan

sebgai berikut :

1) Siklus Endomentrium

- Fase menstruasi

Fase ini adalah fase yang harus dialami oleh seorang wanita

dewasa setiap bulannya. Sebab melalui fase ini wanita baru

dikatakan produktif. Oleh karena itu fase menstruasi selalu


16

dinanti oleh para wanita, walaupun kedatangannya membuat

para wanita merasa tidak nyaman untuk beraktifitas. Biasanya

ketidaknyamanan ini terjadi hanya 1-2 hari, dimana pada awal

haid pendarahan yang keluar lebih banyak dan gumpalan darah

lebih sering keluar. Pada fase menstruasi, endometrium

terlepas dari dinding uterus dengan disertai pendarahan. Rata-

rata fase ini berlangsung selama lima hari (rentang 3-6 hari).

Pada awal fase menstruasi kadar estrogen, progesteron, LH

(Lutenizing Hormon) menurun atau pada kadar terendahnya,

sedangkan siklus dan kadar FSH (Folikel Stimulating Hormon)

baru mulai meningkat.

- Fase proliferasi

Pada fase ini ovarium sedang melakukan proses

pembentukan dan pematangan ovum. Fase proliferasi

merupakan periode pertumbuhan cepat yang berlangsung sejak

sekitar hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid. Permukaan

endometriumsecara lengkap kembali normal sekitar empat hari

atau menjelang perdarahan berhenti. Dalam fase ini

endometrium tumbuh menjadi tebal ± 3,5 mm atau sekitar 8-10

kali lipat dari semula, yang akan berakhir saat ovulasi. Pada

fase proliferasi terjadi peningkatan kadar hormon estrogen,

karena fase ini tergantung pada stimulasi estrogenyang berasal

dari folikel ovarium.


17

- Fase sekresi/luteal

Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasisampai sekitar

tiga hari sebelum periode menstruasi berikutnya. Pada akhir

fase sekresi, endometrium sekretorius yang matang dengan

sempurna mencapai ketebalan seperti beludru yang tebal dan

halus. Endometrium menjadi kaya dengan darah dan sekresi

kelenjar. Umumnya pada fase pasca ovulasi wanita akan lebih

sensitif. Sebab pada fase ini hormon reproduksi (FSH, LH,

estrogen dan progesteron)mengalami peningkatan. Jadi pada

fase ini wanita mengalami yang namanya Pre Menstrual

Syndrome (PMS). Beberapa hari kemudian setelah gejala PMS

maka lapisan dinding rahim akan luruh kembali.

- Fase iskemi/premenstrual

Apabila tidak terjadi pembuahan dan implantasi, korpus

Luteum yang mensekresi estrogen dan progesterone menyusut.

Seiring penyusutan kadar estrogen dan progesterone yang

cepat, arteri spiral menjadi spasme, sehingga suplai darah ke

endometrium fungsional terhenti dan terjadi nekrosis. Lapisan

fungsional terpisah dari lapisan basal dan perdarahan

menstruasi dimulai.

2) Siklus Ovarium

Ovulasi merupakan peningkatan kadar estrogen yang

menghambat pengeluaran FSH, kemudian kelenjar hipofisis


18

mengeluarkan LH (lutenizing hormon).Peningkatan kadar LH

merangsang pelepasan oosit sekunder dari folikel. Sebelum

ovulasi, satu sampai 30 folikel mulai matur didalam ovarium

dibawah pengaruh FSH dan estrogen. Lonjakan LH sebelum

terjadi ovulasi. mempengaruhi folikel yang terpilih. Di dalam

folikel yang terpilih, oosit matur (folikel de Graaf) terjadi ovulasi,

sisa folikel yang kosong di dalam ovarium berformasi menjadi

korpus luteum. Korpus luteum mencapai puncak aktivitas

fungsional pada 8 hari setelah ovulasi, dan mensekresi hormon

estrogen dan progesteron. Apabila tidak terjadi implantasi, korpus

luteum berkurang dan kadar hormon progesteron menurun.

Sehingga lapisan fungsional endometrium tidak dapat bertahan

dan akhirnya luruh

B. Disminorea

1. Pengertian

Dismenorea (nyeri haid) adalah kekakuan atau kekejangan

dibagian bawah perut yang terjadi pada waktu menjelang atau selama

menstruasi, yang memaksa wanita untuk beristirahat atau berakibat pada

menurunnya kinerja dan kurangnya aktifitas sehari-hari (Inut dkk, 2016).

Disminorea adalah nyeri saat haid, biasanya dengan rasa kram dan

terpusat di abdomen bawah. Keluhan nyeri haid dapat terjadi bervariasi

mulai dari yang ringan sampai berat (Prawirohardjo dan Hanifa, 2014).
19

Dismenorea disebut juga kram menstruasi atau nyeri menstruasi.

Dalam bahasa Inggeris, dismenorea sering disebut sebagai “Painful

period” atau menstruasi yang menyakitkan (American College of

Obstetritians and Gynecologists, 2015). Nyeri menstruasi terjadi terutama

di perut bagian bawah, tetapi dapat menyebar hingga ke punggung bagian

bawah, pinggang, panggul, paha atas, hingga betis. Nyeri juga bisa

disertai kram perut yang parah. Kram tersebut berasal dari kontraksi otot

rahim yang sangat intens saat mengeluarkan darah menstruasi dari dalam

rahim. Kontraksi otot yang sangat intens ini kemudian menyebabkan otot-

otot menegang dan menimbulkan kram atau rasa sakit atau nyeri.

Ketegangan otot ini tidak hanya terjadi pada bagian perut, tetapi juga pada

otot-otot penunjang yang terdapat di bagian punggung bawah, pinggang,

panggul, paha hingga betis (Sinaga dkk, 2017).

Proses ini sebenarnya merupakan bagian normal proses menstruasi,

dan biasanya mulai dirasakan ketika mulai perdarahan dan terus

berlangsung hingga 32-48 jam. Sebagian besar perempuan yang

menstruasi pernah mengalami dismenorea dalam derajat keparahan yang

berbeda-beda. Dismenorea yang dialami remaja umumnya bukan karena

penyakit, dan disebut dismenorea primer. Dismenorea primer pada

perempuan yang lebih dewasa akan makin berkurang rasa sakit dan

nyerinya. Dismenorea primer juga makin berkurang pada perempuan yang

sudah melahirkan (Sinaga dkk, 2017).


20

Nyeri saat menstruasi atau dismenorea dalam istilah medis

digunakan untuk menggambarkan kondisi yang ditandai dengan kram

yang berat dan sering serta rasa nyeri yang mungkin dialami remaja

sebelum atau selama periode menstruasi mereka. Kejadian dismenorea

pada remaja berkisar antara 43-93%. Beberapa remaja, merasa malu jika

membicarakan keluhan dismerorea ini dengan orang tua, guru, dan

bahkan dokter/perawat. Sehingga membuat mereka cenderung tidak

meminta bantuan terkait keluhannya (Harzif dkk, 2018).

2. Jenis disminorea

Disminorea dibagi menjadi 2 macam, yaitu disminorea primer dan

sekunder.

- Dismenorea primer

Disminorea primer adalah adalah nyeri menstruasi yang normal,

yang tidak ada hubungannya dengan kelainan ginekologi (Purwoastuti

dan Elisabeth, 2015).

Dismenorea primer dimulai segera setelah seorang remaja

mengalami menstruasi pertamanya, biasanya terjadi pada pada 6–24

bulan setelah menarch dan berlangsung seumur hidup. Namun akan

membaik seiring berjalannya waktu (Harzif dkk, 2018).

- Dismenorea sekunder

Adalah nyeri menstruasi yang tidak normal, dimana disertai

dengan nyeri pada panggul terkait dengan kondisi penyakit yang

menyertainya. Dismenorea sekunder dapat terjadi kapan saja, biasanya


21

terjadi lebih dari 2 tahun setelah menars dan dapat timbul sebagai

gejala baru pada usia dekade keempat dan kelima pada perempuan,

setelah timbulnya penyakit yang mendasarinya (Harzif dkk, 2018).

3. Etiologi

Perbedaan beratnya nyeri tergantung kepada kadar prostaglandin.

Wanita yang mengalami disminorea memiliki kadar prostaglandin yang 5-

13 kali lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang tidak mengalami

disminore. Disminore sangat mirip dengan nyeri yang dirasakn oleh

wanita hamil yang mendapatkan suntikan prostaglandin untuk

merangsang persalinan (Nugroho dan Bobby, 2014).

a. Disminorea primer

Sebagaimana yang sudah disampaikan, dismenorea primer adalah

proses normal yang dialami ketika menstruasi. Kram menstruasi

primer disebabkan oleh kontraksi otot rahim yang sangat intens, yang

dimaksudkan untuk melepaskan lapisan dinding rahim yang tidak

diperlukan lagi (Sinaga dkk, 2017).

Dismenorea primer biasanya disebabkan oleh hormon alami di

dalam tubuh yang disebut prostaglandin. Prostaglandin dibuat di

dinding rahim dan berfungsi mengontrol kontraksi rahim. Nyeri

biasanya terjadi tepat sebelum menstruasi dimulai, karena tingkat

prostaglandin meningkat di dinding rahim. Pada hari pertama

menstruasi, kadar prostaglandin meningkat. Saat menstruasi berlanjut

dan lapisan rahim luruh, kadar prostaglandin akan turun. Nyeri


22

biasanya menurun sejalan dengan turunnya kadar prostaglandin. Nyeri

ini merupakan akibat dari kontraksi otot perut ketika mengeluarkan

darah dari dalam rahim. Sebagaimana kontraksi otot pada bagian

tubuh yang lain, otot rahim yang telah bekerja sangat intens ini pun

akan mengalami ketegangan (kram) dan kondisi ini menyebabkan

nyeri (Harzif dkk, 2018).

Disminorea primer sering terjadi, kemungkinan lebih dari 50 %

wanita mengalaminya dan 15 % diantaranya mengalami nyeri yang

hebat (Nugroho dan Bobby, 2014).

b. Disminorea sekunder

Dismenorea sekunder umumnya disebabkan oleh kelainan atau

gangguan pada sistem reproduksi, misalnya fibroid uterus, radang

panggul, endometriosis atau kehamilan ektopik. Dismenorea sekunder

dapat diatasi hanya dengan mengobati atau menangani penyakit atau

kelainan yang menyebabkannya, berikut kelainan yang dapat

menyebabkan disminorea (Sinaga, dkk, 2017).

Menurut Nugroho dan Bobby, (2014) menyebutkan bahwa

disminorea sekunder sering kali timbul pada usia 20 tahun. Disminore

sekunder lebih jarang ditemukan dan terjadi pada 25% wanita yang

mengalami disminore. Berikut beberapa penyebab dari disminorea

sekunder adalah :

- Endometritis

- Fibroid
23

- Adenomiosis

- Peradangan tuba falopi

- Perlngketan abnormal antara prgan didalam perut

- Pemakaian IUD

4. Faktor resiko disminorea

Seorang remaja lebih berisiko mengalami dismenorea, berikut

kategori remaja yang berisiko mengalami nyeri haid menurut Harzif, dkk

(2018). :

- menars di usia dini (sebelum usia 11 tahun)

- memiliki siklus menstruasi yang panjang atau berat

- memiliki riwayat keluarga dismenorea

- merokok

- mengkonsumsi alcohol

Faktor resiko yang menyebabkan terjadinya dismenorea

diantaranya yaitu usia menarche yang cepat yaitu <12 tahun, riwayat

ibu atau saudara kandung yang mengalami dismenorea, overweight,

atupun obese (Lail, Nurul Husnul, 2017).

5. Tanda dan gejala disminorea

Berikut tanda dan gejala mengalami disminore (Harzif, dkk

(2018) :

a. Disminorea primer

- Gejala awal dismenorea primer dapat diprediksi, sebelum dan

awal siklus menstruasi. Nyeri yang dirasakan seperti diremas-


24

remas sebelum dan selama siklus menstruasi pada perut bagian

bawah dan dapat menjalar ke pinggang sampai paha. Nyeri

berlangsung selama 48-72 jam, dirasakan lebih nyeri pada hari

pertama dan kedua menstruasi.

- Biasanya disertai gejala lainnya seperti mual, muntah, diare, lelah,

dan insomnia.

b. Disminorea sekunder

- Gejala dismenorea sekunder dapat mulai beberapa hari sebelum

pendarahan menstruasi dimulai. Nyeri yang dirasakan dapat

bertambah parah dan berlangsung selama berhari-hari,

berminggu-minggu, atau lebih lama. Pola nyeri pada dismenorea

sekunder tidak terbatas pada saat menstruasi, seringkali

berhubungan dengan rasa penuh di perut, rasa berat di panggul,

dan nyeri punggung bagian bawah. Biasanya nyeri memuncak

pada saat mulai menstruasi.

- Dapat disertai juga dengan gejala mual, muntah, diare, lelah,

pingsan, dan sakit kepala

6. Dampak akibat disminorea

Kondisi seperti ini bisa saja membahayakan kesehatan wanita

apabila dibiarkan tanpa penanganan. Disminore dapat menjadi salah satu

gejala endometriosis atau penyakit dismenore sekunder lainnya, oleh

karena itu diperlukan upaya penanganan yang tepat dan benar pada wanita
25

yang mengalami disminore terutama usia remajaatau masih dalam masa

pubertas (Nida dan Defie, 2016).

Dampak dari dismenorea bagi remaja antara lain (Harzif, 2018) :

a. Rasa nyeri yang cukup berat dapat mengganggu kehidupan sehari-

hari, misalnya, tidak masuk sekolah karena nyeri berat yang

menyebabkan remaja dapat tertinggal dalam pelajarannya

b. Dismenorea dapat disebabkan oleh kondisi seperti endometriosis. Jika

tidak ditangani, dapat berdampak pada kesuburan di masa depan

7. Fatofisiologi nyeri disminorea

Nyeri Dismenorea terutama disminorea primer disebabkan oleh zat

kimia alami yang diproduksi oleh sel-sel lapisan dinding rahim yang

disebut prostaglandin. Prostaglandin akan merangsang otot otot halus

dinding rahim berkontraksi. Makin tinggi kadar prostaglandin, kontraksi

akan makin kuat, sehingga rasa nyeri yang dirasakan juga makin kuat.

Biasanya, pada hari pertama menstruasi kadar prostaglandin sangat tinggi.

Pada hari kedua dan selanjutnya, lapisan dinding rahim akan mulai

terlepas, dan kadar prostaglandin akan menurun. Rasa sakit dan nyeri haid

pun akan berkurang seiring dengan makin menurunnya kadar

prostaglandin (Sinaga dkk,2017).

Molekul yang berperan pada disminorea adalah prostaglandin F200

yang selalu menstimulasi kontraksi uterus, sedangkan prostaglandin E

menghambat kontraksi uterus. Terdapat peningkatan kadar prostaglandin

di endometrium saat perubahan dari fase proliferasi ke fase sekresi.


26

Perempuan dengan disminorea primer didapatkan kadar prostaglandin

tertinggi saat haid terjadi pada 48 jam pertama.keluhan mual, muntah,

nyeri kepala, atau diare sering menyertai disminorea yang diduga karena

masuknya prostaglandin ke sirkulasi sistemik (Prawirohardjo & Hanifa,

2014).

8. Skala nyeri

Rasa nyeri pada saat menstruasi tentu saja sangat menyiksa bagi

perempuan. Sakit menusuk, nyeri yang hebat di sekitar bagian bawah dan

bahkan kadang mengalami kesulitan berjalan sering dialami ketika haid

menyerang. Nyeri ini dapat berlangsung setengah hari sampai lima hari

dan sering kali tampak seperti nyeri berkepanjangan. Banyak perempuan

terpaksa harus berbaring karena terlalu menderita sehingga tidak dapat

mengerjakan sesuatu apapun. Ada yang pingsan, ada yang merasa mual,

dan ada juga yang benar-benar muntah. Dismenorea yang dialami saat

terjadi menstruasi bisa sangat menyiksa. Kadang-kadang

perempuanmembungkukkan tubuh atau merangkak lantaran tidak mampu

menahan rasa nyeri bahkan ada yang sampai berguling-guling di tempat

tidur (Rokhma & Yuli, 2011)..

Skala nyeri disminore yang dialami wanita beragaman, mulai dari

nyeri ringan hinga nyeri berat. Menentukan nyeri disminorea, skala

penilaian numeric yang sering digunakan adalah (Numerical Rating Scale,

NRS) yang digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata, dengan

menggunakan skala 0-10 (Nida & Defie, 2016).


27

Gambar 2.1 Skala Nyeri NRS

Keterangan:

0 : Tidak ada nyeri

1-3 : Nyeri ringan

4-6 : Nyeri sedang

7-9 : Nyeri berat

10 : Nyeri sangat berat

9. Diagnosis

Disminorea prminer sering terjadi pada usia muda/remaja dengan

keluhan nyeri seperti kram dan lokasinya ditengah bawah Rahim.

Disminorea primer sering diikuti dengan keluhan mual, muntah, diare,

nyeri kepala, dan pada pemeriksaan ginekologi tidak ditemukan klainan.

Biasanya nyeri muncul sebelum keluarnya haid dan meningkat pada hari

pertama dan kedua. Pada wanita yang sering ditemukan adalah

disminorea primer.

Disminorea sekunder dicurigai bila pada anamnesiss dan

pemeriksaan ada patologi panggul atau kelainan bawaan atau tidak

respons dengan obat untuk aminorea primer. Pemeriksaan lanjutan yang

dapat dilakukan misalnya USG, infus salin sonografi, atau laparaskopi


28

dapat dipertimbangkan bila dicurigai endometritis (Prawirohardjo &

Hanifa, 2014).

10. Penanganan

Dalam penanganan disminorea dapat dilakukan dengan terapi

farmakologi dan non farmakologi.

a. Farmakologi

Dismenorea primer dapat diperingan gejalanya dengan obat

penghilang nyeri/anti-inflamasi seperti ibuprofen, ketoprofen,

naproxen, dan obat obat analgesik-antiinflamasi lainnya. Obat-obat

analgesik ini akan mengurangi produksi prostaglandin. Berolah raga

dan banyak bergerak akan memperlancar aliran darah dan tubuh akan

terangsang untuk memproduksi endorfin yang bekerja mengurangi

rasa sakit dan menimbulkan rasa gembira (Sinaga dkk, 2017). Hal ini

juga serupa dengan yang dituliskan oleh Nugroho dan Bobby (2014)

bahwa untuk mengurangi rasa sakit bisa diberikan obat anti

peradangan non-steroid (seperti ibuprofen, naproxen, dan asam

mefenamat).

Sedangkan cara farmakologis dengan obat golongan nonsteroid

antiinflammatory drugs (NSAIDs) diantaranya ada ibu profen,

naproxen, diclofenac, hydrocsodone dan acetaminophen, ketoprofen,

meclofenamate sodium tetapiobat-obat tersebut menyebabkan

ketergantungan dan memiliki kontraindikasi yaitu hipersensitifitas,

ulkus peptic (tukak lambung), perdarahan atau perforasi


29

gastrointestinal, insufisiensi ginjal, dan resiko tinggi perdarahan (Inut

dkk, 2016).

b. Non Farmakologi

Saat ini banyak sekali metode pengobatan tradisional yang

ditawarkan. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya produk herbal yang

dijual di pasaran. Namun, belum ada keterangan yang menyebutkan

bahwa angka dismenorea bisa mengalami penurunan tingkat nyeri

secara signifikan. Secara ilmiah bisa dijelaskan bahwasanya proses

terjadinya dismenorea dikaitkan dengan gangguan sistem hormonal,

yaitu rendahnya kadar hormon estrogen dalam darah. Hal ini yang

menekan fungsi sistem hormon progesteron, sehingga pada kasus ini

terjadi peluruhan endometrium yang menyakitkan. Faktor rendahnya

estrogen yang menyebabkan stimulus untuk peluruhan menjadi

terhambat. Faktor predisposisi yang dapat menyebabkan terjadinya

dismenoreaantara lain adalah tingkat stressor yang tinggi, faktor

nutrisi, kurang lancarnya sistem peredaran darah dan kurang

berolahraga.

Pada penanganan secara non farmakolgi dapat dilakukan dengan

(Nugroho dan Bobby, 2014):

- Istirahat yang cukup

- Olah raga yang teratur (terutama berjalan)

- Pemijatan

- Yoga
30

- Kompres hangat didaerah perut

Penanganan dismenore dapat dilakukan dengan cara farmakologi

(dengan menggunakan obat-obatan analgetik, terapi hormonal, obat

nestcara eroid prostaglandin) dan juga non farmakologi (dengan cara

akupuntur, kompres hangat, massae atau pijat terapi mozart dan

relaksasi (Prawirohardjo dan Hanifa, 2014). Selain itu terapi non

farmakologi juga dapat dilakukan dengan relaksasi, hipnoterapi,

kompres air hangat, olahraga teratur, meningkatkan konsumsi

kalsium, serat, makanan dari kedelai, buah-buahan dan sayur-sayuran,

serta mengonsumsi suplemen, seperti magnesium, vitamin E dan

vitamin B6 sehingga dapat membantu mengurangi dismenorea

(Noviati dkk, 2014).

C. Kompres Hangat

Kompres hangat adalah terapi atau metode yang paling sering digunakan

dalam meredakan nyeri saat haid. Salah satu bentuk terapi hangat atau dingin

yang sering dilakukan yaitu, dengan pemberian kompres hangat di perut pada

penderita dismenorea. Penggunaan kompres hangat di area perut bertujuan

untuk melebarkan pembuluh darah sehingga meningkatkan sirkulasi darah ke

bagian yang nyeri, menurunkan ketegangan otot sehingga mengurangi nyeri

akibat spasme otot atau kekakuan otot (Dhira dan Aris, 2019).

Pemberian kompres hangat merupakan salah satu tindakan mandiri. Efek

hangat dari kompres dapat menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah

yang nantinya akan meningkatkan aliran darah ke jaringan Penyaluran zat


31

asam dan makanan ke sel-sel diperbesar dan pembuangan dari zat-zat

diperbaiki yang dapat mengurangi rasa nyeri haid primer yang disebabkan

suplai darah ke endometrium kurang. Pemberian kompres hangat memakai

prinsip pengantaran panas melalui cara konduksi yaitu dengan menempelkan

bulibuli panas pada perut sehingga akan terjadi perpindahan panas dari buli-

buli panas ke dalam perut, sehingga akan menurunkan nyeri pada wanita

dengan dismenore primer, karena pada wanita dengan dismenore ini

mengalami kontraksi uterus dan kontraksi otot polos (Nida dan Defie, 2016).

Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi disminore (nyeri

haid) yaitu dengan melakukan kompres hangat. Kompres hangat dilakukan

untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman, mengurangi atau membebaskan

nyeri, mengurangi atau mencegah spasme otot dan memberikan rasa hangat

pada daerah tertentu (perut). Kompres hangat dapat dilakukan dengan

menempelkan kantong karet yang diisi air hangat atau handuk yang telah

direndam di dalam air hangat, ke bagian tubuh yang nyeri, dengan diikuti

latihan pergerakan atau pemijatan. Dampak fisiologis dari kompres hangat

adalah pelunakan jaringan fibrosa, membuat otot tubuh lebih rileks,

menurunkan atau menghilangkan rasa nyeri, dan memperlancar aliran darah

(Nida dan Defie, 2016).

Dalam melakukan kompres hangat yang berisi air hangat dengan dilapisi

kain/handuk atau menggunakan buli-buli panas dengan suhu 40º-50º pada

bagian perut bawah untuk menilai skala nyeri, kemudian amati responden
32

yang diperiksa setelah diberikan terapi kompres hangat (Wati, Restiyana

Saras, 2017).

D. Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Penurunan Nyeri Disminorea

Secara nonfarmakologis dapat dilakukan kompres dengan menggunakan

botol minuman yang dari kaca yang diisi air hangat,kemudian diletakkan pada

bagian yang terasa kram (biasanya diperut atau pinggang bagian belakang),

Mandi air hangat, boleh juga menggunakan aroma terapi untuk menenangkan

diri, Minum-minuman hangat yang mengandung kalsium tinggi, Menggosok

perut atau pinggang yang sakit, Ambil posisi menungging, sehingga rahim

tergantung kebawah. Hal tersebut dapat membantu relaksasi Penggunaan

kompres hangat diharapkan dapat meningkatkan relaksasi otot-otot dan

mengurangi nyeri akibat spasme atau kekakuan serta memberikan rasa hangat

lokal. Umumnya panas cukup bergauna untuk pengobatan. Dismenoea terjadi

karena reaksi kontraksi otot miometrium yang mengakibatkan kontraksi

berlebih yang membuat perut terasa mulas/nyeri, dan nyeri ini dapat

diturunkan dengan kompres air hangat. Suhu yang hangat dapat membuat

sirkulasi darah lancar, vaskularisasi lancer dan terjadinya vasodilatasi yang

membuat relaksasi pada otot karena otot mendapat nutrisi berlebih yang

dibawa oleh darah sehingga kontraksi otot menurun (Inut dkk, 2016).

Kompres dengan botol air panas dan mandi air hangat juga dapat

mengurangi rasa sakit. Jika suka, cobalah diurut atau dipijat dengan tekanan

ringan, jangan terlalu keras, untuk membantu menghilangkan rasa pegal pada

otot otot tubuh Anda. Berbaring pada satu sisi tubuh Anda, lalu tarik lutut
33

sampai ke batas dada, lakukan beberapa kali. Ini akan membantu

meringankan rasa sakit dan pegal pada punggung. Makan makanan bergizi

dan hindari konsumsi garam dan kafein. (Sinaga dkk, 2017).

Sebuah penelitian dilakukan oleh Dahlan dan Tri (2016) penerapan

kompres hangat pada disminorea yang menemukan terjadinya penurunan nilai

rata-rata nyeri sebelum dan setelah dilakukan terapi kompres hangat dan

Setelah dilakukan uji paired t-test didapatkan hasil tingkat nyeri sebelum dan

setelah dilakukan terapi kompres hangat p = 0.000 dengan α < 0,05. Hal ini

menunjukan bahwa terapi kompres hangat berdampak positiv dalam

menurunkan nyeri dismenorea sehingga menjawab hipotesa yaitu Ha

diterima. Hasil penelitian ini didukung oleh teori Lowdermilk, dimana nyeri

dismenorea dapat berkurang dengan terapi non-farmakologi berupa kompres

hangat yaitu memberikan rasa aman pada pasien dengan menggunakan cairan

atau alat yang menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang memerlukan. Hal

ini berakibat terjadi pemindahan panas ke perut sehinga perut yang dikompres

menjadi hangat, terjadi pelebaran pembuluh darah di bagian yang mengalami

nyeri serta meningkatnya aliran darah pada daerah tersebut sehingga nyeri

dismenorea yang dirasakan akan berkurang atau hilang.

Pemberian kompres hangat merupakan salah satu tindakan mandiri. Efek

hangat dari kompres dapat menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah

yang nantinya akan meningkatkan aliran darah ke jaringan Penyaluran zat

asam dan makanan ke sel-sel diperbesar dan pembuangan dari zat-zat

diperbaiki yang dapat mengurangi rasa nyeri haid primer yang disebabkan
34

suplai darah ke endometrium kurang. Pemberian kompres hangat memakai

prinsip pengantaran panas melalui cara konduksi yaitu dengan menempelkan

bulibuli panas pada perut sehingga akan terjadi perpindahan panas dari buli-

buli panas ke dalam perut, sehingga akan menurunkan nyeri pada wanita

dengan dismenore primer, karena pada wanita dengan dismenore ini

mengalami kontraksi uterus dan kontraksi otot polos (Nida dan Defie, 2016).

Kompres hangat mampu mengurangi kemampuan neuron sensori enferens

dalam menstramisikan nyeri menstruasi. Adanya pemberian kompres hangat

dapat dirasakan perbedaan tingkat nyeri sebelum dan sesudah diberikan

kompres hangat. Dismenore timbul karena proses menstruasi merangsang

otot-otot rahim kontraksi. Kontraksi ini menyebabkan otot-otot rahim

disekitar rahim merangsang ujung-ujung syaraf sehingga merasakan nyeri.

Nyeri yang dirasakan tidak hanya terasa di rahim tetapi diraskan pada bagian

tubuh yang lain yang mendapatkan persyarafan yang sma dengan rahim

seperti otot-otot dasar panggul dan daerah disekitar tulanh belakang sebelah

bawah. Kompres hangat dilakukan pada bagian tubuh yang sakit. Pada kasus

disminore kompres hangat dapat dilakukan pada bagian perut bawah selama

20 menit Kompres hangat efektif untuk meningkatkan aliran darah kebagian

yang terinjuri. Pemberian kompres hangat yang berkelanjutan berbahaya

terhadap sel epitel, menyebabkan kemerahan kelemahan lokal dan biasa

terjadi kelupuhan bila kompres hangat diberikan satu jam atau lebih. Maka

dari itu pada penelitian ini hanya diberikan kompres hhangat selama 20-30

menit dengan suhu 40,50C-430C. Karena jika terlalu lama akan terjadi
35

kelumpuhan dan kemerahan serta suhu yang diterima tidak sesuai karena

sudah terjadi penurunan. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa kompres

hangat efektif untuk menurunkan nyeri dismenore. Proses, suhu dan waktu

yang sesuai dalam melakukan pemberian kompres hangat sangat berpengaruh

untuk menurunkan nyeri dismenore (Syahria dan Fitria, 2016)

E. Kerangka Teori

Nyeri perut yang DISMINOREA - Disminorea primer


berasal dari kram Rahim - Disminorea
dan terjadi selama sekunder
menstruasi. Ada yang
disertai dengan mual,
muantah,nyeri kepala. Skala nyeri Etiologi

- Ringan Primer :
- Sedang Kontraksi otot
- Berat Rahim
- Berat tidak terkontrol
Sekunder :
Kelainan atau
gangguan
Kompres hangat
reproduksi
mengurangi kemampuan
neuron sensori enferens,
melancarkan sirkulasi aliran
darah, serta merilekskan otot
Terapi non
perut dalam menstramisikan
farmakologoi
nyeri menstruasi. Kompres
untuk mengurangi
Kompres hangat diberikan hangat
nyeri disminore
dengan menggunakan buli-buli
yang bisa
panas yang diberikan selama
dilakukan secara
30 menit dengan suhu 40-50
mandiri
derajat

Bagan 2.1 kerangka teori

Isnaeni dan Rokhma (2011), Utami dan Syahria (2016), Prawirohardjo dan

Hanifa, 2014).
36

F. Hipotesis

Ha : ada pengaruh kompres hangat terhadap penurunan nyeri disminorea pada

remaja putri kelas X di SMAN 1 Kepahiang.

H0 : tidak ada pengaruh pemberian kompres hangat terhadap penurunan nyeri

disminorea pada remaja putri kelas X di SMAN 1 Kepahiang.


37

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan penelitian

Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan Rancangan penelitian Pra-

Eksperimental dengan menggunakan One group pre dan post test. Rancangan

penelitian ini diawali dengan pre test dan post test intervensi yaitu pemberian

Kompres Hangat pada remaja putri yang mengalami disminorea, kemudian

dilakukan observasi perbedaan nyeri sebelum dan setelah intervensi.

Bentuk design penelitian ini seperti gambar berikut :

A1 01 X 02

Bagan 3.1 Skema Alur Penelitian

Ket :

A1 : Kelompok Responden Intervensi

X : Intervensi Pemberian Kompres Hangat

01 : Observasi Sebelum Perlakuan

02 : Observasi Setelah Perlakuan

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan juli sampai dengan

desember tahun 2020.

2. Tempat penelitian
38

SMAN 1 Kepahiang yang beralamat di Jalan Hutan Wisata Konak

No.3, Pasar Ujung, Kecamatan Kepahiang, Kabupaten Kepahiang,

Bengkulu.

C. Variabel Penelitian

1. Variabel penelitian

Dalam penelitian ini terdapat 2 macam variabel yaitu:

a) Variabel independen

Variabel independen dalam penelitian ini adalah kompres hangat.

b) Variabel dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah disminorea.

2. Kerangka konsep

Variable Independen variable dependen

Kompres hangat dengan Skala nyeri


buli-buli panas Disminorea

D. Populasi dan Sample Penelitian

1. Populasi

Populasi sample dalam penelitian ini adalah jumlah seluruh siswi

kelas X di SMAN 1 Kepahiang ada 232 orang.

2. Sample

Rumus sample

NZa 2 P(1−P)
n=
N d2 + Za2 P(1−P)

Keterangan :
39

n : Jumlah sample

N : Jumlah populasi

Za : Deviat baku alfa (5 %= 1,96)

d : Kesalahan absolut yang bisa ditoleransi ( 10%)

P : Proporsi variable yang diteliti = 0,2 (dari penelitian Wati,

Restiana Saras, 2017)

Diketahui jumlah populasi adalah seluruh siswi kelas X yang ada

di SMAN 1 Kepahiang yaitu 232 orang siswi, maka sample yang bisa

diambil dari populasi tesebut dengan tingkat toleransi 10 % dan tingkat

kemaknaan 5% dengan nilai proporsi 0,2 adalah

NZa 2 P(1−P)
n=
N d2 + Za2 P(1−P)

232.1,96 2 .0,2(1−0,2)
=
232.0,12 +1,962 .0,2(1−0,2)

232.3,84.0,2 .0,8
=
232.0,01.3,84 .0,2 .0,8

142,54
=
2,93

= 48,6

= 49 Orang

Sampel dalam penelitian ini adalah adalah 49 orang siswi kelas X

yang mengalami nyeri disminorea di SMAN 1 Kepahiang. Kemudian

dipilih seseuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Teknik pengambilan

sampel dilakukan dengan metode Pruposive Sampling.

a) Kriteria inklusi
40

- Nyeri ringan sampai sedang

- Siswi yang berumur 15-17 tahun

- Siklus haid normal setiap bulan (satu kali setiap bulan)

b) Kriteria ekslusi

- Ada penyakit penyerta seperti kista, endometritis, dll

E. Defenisi Operasional

Definisi Operasional adalah penjelasan tentang bagaimana suatu variable

akan diukur serta alat ukur apa yang digunkan untuk mengikutinya (Oktavia,

Nova, 2015).

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variable Definisi Operasional Alat ukur Hasil Skala


ukur ukur
Kompres Cara sederhana dan Lembar Tingkatan Rasio
hangat tradisional dalam usaha observasi nyeri
mengurangi nyeri. skala nyeri 1-10
Kompres hangat NRS
menggunakan buli-buli
panas dengan suhu 40-50 C
diberikan selama 30 menit

Disminorea Perasaan tidak nyaman pada Lembar Tingkatan Rasio


perut yang sering dirasakan observasi nyeri
pada hari 1-3 selama skala nyeri 1-10
menstruasi NRS

F. Prosedur Penelitian

Menentukan populasi penelitian yaitu melakukan observasi pada suatu

populasi siswi putri kelas X di SMAN 1 Kepahiang. Kemudian menentukan

jumlah sample menggunakan rumus, lalu memilih sampel dengan metode

Purposive Sampling, memilih sampel penelitian yang memenuhi kriteria


41

inklusi dan ekslusi, dan dilakukan observasi dengan menggunakan instrumen

penelitian berupa lembar pengumpulan data dan lembar observasi. Pada

kelompok siswi yang memenuhi kriteria dan diobservasi skala nyeri saat

dismenorea.

Pada saat siswi mengalami dismenorea peneliti langsung memberikan

terapi. Terapi tersebut diberikan sesuai dengan perlakuan pada variable

independen, kemudian diobservasi kembali skala nyerinya setelah dilakukan

kompres hangat secara bersamaan. Kompres hangat yang diberikan yaitu

dengan buli-buli panas yang diberikan saat siswi mengalami dismenorea.

Pada saat siswi mengalami dismenorea jelas di waktu yang berbeda-beda,

sehingga peneliti harus memberikan terapi di waktu yang tidak menentu.

Intervensi kompres hangat bisa dilakukan siswi secara mandiri dirumah.

Data pre-post pemberian terapi akan diolah menggunakan Uji Paired T test

untuk melihat perbedaan perubahan skala nyeri pada sebelum dan sesudah

Dilakukan Intervensi.

G. Teknik Pengumpulan Data

Data adalah bahan mentah yang perluh diolah sehingga menghasilkan

informasi atau keterangan, baik kualitatif atau kuantitatif yang menunjukkan

fakta (Oktavia, 2012). Dalam penelitian ini menggunakan dua data yaitu data

primer dan data sekunder.

1. Data primer
42

Data yang diambil secra langsung dari obyek penelitian. Data

primer dalam penelitian ini adalah survey langsung kelokasi untuk

menetukan jumlah sample penelitian, lembar observasi skala nyeri.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data sudah jadi yang dikumpulkn oleh pihak

lain. Data sekunder dari penelitian ini adalah data nama siswi kelas X

SMAN 1 Kepahiang.

H. Pengelolaan Data

Teknik pengolaan data yang digunankan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Coding

Peneliti memberi kode pada masing- masing data. Kode untuk

pengelompokan siswi yang mengalami disminorea dan yang tidak

mengalami disminorea. Kemuadian kode untuk skal anyeri yang dialami

oleh siswi.

2. Editing

Yaitu diadakan pengecekan data yang diperoleh untuk menghindari

kekeliruan. Peneliti melakukan pengecekan kembali kesesuaian data.

3. Entry data (pemasukan data)

Semua data yang telah diperoleh akan dimasukan dalam tabel

kemudian dihitung secara statistik yaitu dengan menggunakan program

SPSS.
43

4. Cleaning data

Data yang sudah dimasukankan dilakukan pengecekan dan pembersihan

jika ditemukan kesalahan pada saat entry data.

Teknik analisis data dalam penenlitian ini adalah :

a) Analisis univariat

Analisis univariat artinya melihat gambaran distribusi frekuensi di

masing-masing variable penelitian (deskriptif) baik independent

maupun dependent.

Rumus yang digunakan yaitu:

P= (f/n) X 100 %

Keterangan:

P = persentase yang dicari

f = jumlah subjek pada variabel dengan karakteristik tertentu

n = jumlah total subjek pada variable

b) Analisis bivariat

Analisis bivariat untuk menganalisi hubungan atau perbedaan antar

dua variable dengan menggunakan uji stastistik yang digunakan

tergantung jenis data atau variable yang berhubungan. Analisis

bivariat untuk mebandingkan pengaruh sebelum dan sesudah

pemberian kompres hangat pada siswi yang mengalami nyeri

disminorea.

Karena besaran sampel yang didapat < 50 maka dilakukan uji

normalitas dengan menggunakan “shapirowilk”, untuk mengetahui


44

distribusi data. Apabila data berdistribusi normal P value < 0,05 maka

menggunakan uji T-test, sedangkan jika data berdistribusi tidak

normal P value > 0,05 maka menggunakan uji Mann Whitney (V.

Wiratma, 2015).

I. Etika Penelitian

Pada penelitian ini memenuhi prinsi-prinsip etika penelitian dan telah

mendapatkan persetujuan dari komisi etik penelitian. Dalam Retnaningsih

Heni diuraikan prinsip-prinsip dalam penelitian tersebut adalah :

1. Respect for privacy and confidentiality

Nama subjek penelitian hanya diisi nama inisial, peneliti hanya

menggunakan data untuk keperluan penelitian.

2. Respect for justice an inclusiveness

Melakukan prosedur penelitian dan membuat lingkungan penelitian

agar memenuhi kriteria keterbukaan, jujur dan adil.

3. Balancing harm and benefit

Peneliti melakukan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian

untuk mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal mungkin bagi

subjek peneltian dan lingkungan penelitian.

4. Etichal clearance

Setelah mendapatkan surat persetujuan kelayakan etik dari komite

etik Poltekkes Kemenkes Bengkulu, peneliti mulai melakukan penelitian

kelas X di SMAN 1 Kepahiang.

Anda mungkin juga menyukai