Anda di halaman 1dari 3

Evaluasi kegawatdaruratan

Bilamana dibutuhkan perawatan gawat darurat, maka informasi penting harus didapat dengan cepat
(lihat Tabel 1-1) Masalah harus dinilai secara tepat untuk merumuskan rencana tindakan segera. Apabila
seorang wanita tiba di ruang gawat darurat kolaps pada syok dengan perdarahan intraabdominal atau
per vaginam yang jelas, maka tindakan resusitasi (jalan napas, oksigen, cairan intravena, darah) harus
diberikan pada saat yang sama dengan menganamnesis dan persiapan dilakukan untuk operasi darurat.
Jika pasien bingung, disorientasi atau tidak sadar, maka informasi identifikasi dan anamnesis penting
harus diperoleh dari orang-orang yang menemani pasien.

B. Prinsip Dasar Penanganan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal

1. Sebab Kematian Ibu, Janin, dan Bayi Baru Lahir

Kasus kegawatdaruratan obstetri ialah kasus yang apabila tidak segera ditangani akan berakibat
kesakitan yang berat, bahkan kematian ibu dan janinya. Kasus ini menjadi penyebab utama kematian
ibu, janin. dan bayi baru lahir. Secara umum, terdapat 4 penyebab utama kematian ibu, janin, dan bayi
baru lahir dari sisi obstetri, yaitu (1) perdarahan; (2) infeksi sepsis: (3) hiperrensi dan
preeklampsia/eklampsia; dan (4) persalinan macet (distosia).

Persalinan macet hanya terjadi pada saat persalinan berlangsung, sedangkan ketiga penyebab yang lain
dapat terjadi dalam kehamilan, persalinan, dan masa nifas. Kasus perdarahan yang dimaksud di sini
adalah perdarahan yang diakibarkan oleh perlukaan jalan lahir mencakup juga kasus ruptur uteri.

Selain keempat penyebab kematian tersebut, masih banyak jenis kasus kegawardaruratan obstetri baik
yang terkait langsung dengan kehamilan dan persalinan, misalnya emboli air ketuban, kehamilan
ektopik, maupun yang tidak terkait langsung dengan kehamilan dan persalinan, misalnya luka bakar,
syok anafilaktik karena obat dan cidera akbita kecelakaan lalulintas.

2. Manifestasi Klinik

Manifestasi klinik kasus kegawatdaruratan tersebut berbeda-beda

dalam rentang yang cukup luas, sebagaimana berikut.

a. Kasus perdarahan, dapat bermanifestasi mulai dari perdarahan berwujud bercak merembes, profus,
sampai syok.

b. Kasus infeksi dan sepsis, dapat bermanifestasi mulai dari pengeluaran cairan pervagianam yang
berbau, air ketuban hijau, demam, sampai syok.

C. Kasus hipertensi dan preeklampsia/eklampsia, dapatbermanifestasi mulai dari keluhan sakit/pusing


kepala.bengkak, penglihatan kabur, kejang-kejang, sampai koma pingsan/tidak sadar.
d. Kasus persalinan macet, lebih mudah dikenal apabila kemajuan persalinan tidak berlangsung sesuai
dengan batas waktu yang normal, tetapi kasus persalinan macet ini dapat merupakan manifestasi ruptur
uteri

E. Kasus kegawandaruratan lain, bermanifestasi klinik sesuai dengan penyebabnya.

3. Prinsip Dasar

Dalam menangani kasus kegawatdaruratan penentuan permasalahan utama (diagnosis) dan tindakan
pertolongannya harus dilakukan dengan cepat, tepat, dan tenang tidak panik, walaupun suasana
keluarga pasien ataupun pengantarnya mungkin dalam kepanikan. Semuanya dilakukan dengan cepat,
cermat, dan terarah. Walaupun prosedur pemeriksaan dan pertolongan dilakukan dengan cepat, prinsip
komunikasi dan hubungan antara dokter-pasien dalam menerima dan menangani pasien harus tetap
diperhatikan.

Prinsip Umum Penanganan

a. Pastikan jalan napas bebas

b. Pemberian oksigen

c. Pemberian cairan intravena

d. Pemberian tranfusi darah

e.Pasang kateter kandung kemih

F. Pemberian antibiotika

g.Obat pengurang rasa nyeri

h. Penanganan masalah utama

I. Rujukan

A. Konsep Kegawatdaruratan

1. Pengertian

Penderita atau pasien gawat darurat adalah pasien yang perlu pertolongan "tepat, cermat, cepat untuk
mencegah kematian/kecacatan. Ukuran keberhasilan dari pertolongan ini adalah waktu tanggap (respon
time) dari penolong. Pengertian lain dari penderita gawat darurat adalah penderita yang bila tidak
ditolong segera akan meninggal atau menjadi cacat, sehingga diperlukan tindakan diagnosis dan
penanggulangan segera. Karena waktu yang terbatas tersebut, tindakan pertolongan harus dilakukan
secara sistematis dengan menempatkan prioritas pada fungsi vital sesuai dengan urutan ABC, yaitu:

A (Airway): Membersihkan jalan nafas dan menja- min jalan nafas bebas hambatan

B (Breathing):Menjamin ventilasi lancar,

C (Circulation): Melakukan pemantauan peredarandarah

2. Cara Mencegah Kegawatdaruratan

Cara mencegah terjadinya kegawatdaruratan adalah dengan melakukan perencanaan yang baik,
mengikuti panduan yang baik dan melakukan pemantauan yang terus menerus terhadap ibu/klien.

3. Cara Merespon Kegawatdaruratan

Apabila terjadi kegawatdaruratan, anggota tim seha- rusnya mengetahui peran mereka dan bagaimana
tim seharusnya berfungsi untuk berespon terhadap kega- watdaruratan secara paling efektif. Anggota
tim seha rusnya mengetahui situasi klinik dan diagnosa medik, juga tindakan yang harus dilakukannya,
selain itu juga memahami obat-obatan dan penggunaannya, juga cara pemberian dan efek samping obat
tersebut. Anggota tim seharusnya mengetahui peralatan emergensi dan dapat menjalankan atau
memfungsikannya dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai