Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

Diabetes Melitus
Disusun untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Profesi Ners Departemen
Medical di Ruang 23 Infeksi RSU Dr. Saiful Anwar Malang

Oleh :
RIRI FEBRIA RAMDHANI
150070300011047
KELOMPOK 14

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016
Laporan Pendahuluan

1.1 Anatomi Pankreas


Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yangmemiliki fungsi
utama yaitu untuk menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon
penting seperti insulin dan glukagon. Kelenjar pankreas terletak pada bagian
belakang lambung dan berhubungan erat dengan duodenum (usus dua
belas jari), strukturnya sangat mirip dengan kelenjar ludah. Jaringanpankreas
terdiri atas lobula dari sel sekretori yang tersusun mengitari saluran-saluran
halus. Saluran-saluran ini mulai dari persambungan saluran-saluran kecil dari
lobula yang terletak didalam ekor pankreas dan berjalan melalui badannya dari
kiri kekanan. Panjangnya kira-kira 15 cm dan mengandung sekumpulansel yang
disebut kepulauan Langerhans, dinamakan Langerhans atas penemunya, Paul
Langerhans pada tahun 1869. Pulau Langerhans, terdiri dari dua macam sel
yaitu alfa dan beta. Tiap pankreas mengandung lebih kurang 100.000 pulau Langerhans
dantiap pulau berisi 100 sel beta Sel beta memproduksi insulinsedangkan sel-sel
alfa memproduksi glukagons, Juga ada sel delta yang mengeluarkan somatostatin
dansel polipeptida pankreas yang mensekresi hormon polipeptida pankreas.

Pankreas dibagi menurut bentuknya :

1. Kepala (kaput) yang paling lebar terletak di kanan rongga abdomen,


masuk lekukan sebelah kiri duodenum yang praktis melingkarinya.
2. Badan (korpus) menjadi bagian utama terletak dibelakang lambung
dan didepan vertebra lumbalis pertama.
3. Ekor (kauda) adalah bagian runcing di sebelah kiri sampai menyentuh
pada limpa (lien)
1.2 Fisiologi Pankreas
Pankreas disebut sebagai organ rangkap, mempunyai duafungsi
yaitu sebagai kelenjar eksokrin dan kelenjar endokrin. Kelenjar eksokrin
menghasilkan sekret yang mengandung enzim yang dapat menghidrolisis
protein, lemak, dan karbohidrat, sedangkan endokrin menghasilkan
hormon insulin dan glukagonyang memegang peranan penting pada
metabolisme karbohidrat.Kedua hormon ini langsung masuk dalam
peredaran darah dan digunakan untuk mengatur jumlah gula dalam
darah. Insulin akan mengubah kelebihan glukosa darah menjadi glikogen
untuk kemudian menyimpannya di dalam hati dan otot. Suatu saat ketika
tubuh membutuhkan tambahan energi, glikogen yangtersimpan di dalam
hati akan diubah oleh glukagon menjadi glukosa yang dapat digunakan
sebagai energi tambahan.

Pankreas menghasilkan:

1.Garam NaHCO3 : membuat suasana basa.

2.Karbohidrase : amilase ubah amilummaltosa.

3. Dikarbohidrase :

a. Maltase ubah maltosa2 glukosa.

b. Sukrase ubah sukrosa1 glukosa + 1 fruktosa.

c. Laktase ubah laktosa1 glukosa + 1 galaktosa.

4. Lipase mengubah lipid asam lemak + gliserol.

5.Enzim entrokinase mengubah tripsinogentripsin dan ubah


peptonasam amino

Sistem kendali pada sekresi pancreasSekresi eksokrin pankreas


dipengaruhi oleh aktivitas refleks saraf selama tahap sefalik dan lambung pada
sekresi lambung.

Komposisi cairan pankreas

Cairan pankreas mengandung enzim-enzim untuk mencerna protein, karbohidrat,


dan lemak.
1.Enzim proteolitik pankrease (protease)

a.Tripsinogen yang disekresi pankreas diaktivasi menjadi tripsin


oleh enterokinase yang diproduksi usus halus.Tripsin mencerna protein
dan polipeptida besar untuk membentuk polipeptida besar untuk
membentuk polipeptida dan peptida yang lebih kecil.

b.Kimotripsin teraktivasi dari kimotripsinogen olehtripsin.


Kimotripsin memiliki fungsi yang sama sepertitripsin terhadap rotein.

c.Karboksipeptidase, aminopeptidase, dan dipeptidase adalah


enzim yang melanjutkan proses pencernaan protein untuk menghasilkan
asam amino bebas.

2. Lipase pankreasMenghidrolisis lemak menjadi asam lemak dan


gliserolsetelah lemak diemulsi oleh garam-garam empedu.

3. Amilase pankreas Menghidrolisis zat tepung yang tidak tercerna oleh


amilase saliva menjadi disakarida (maltosa, sukrosa, dan laktosa).

4. Ribonuklease dan Deoksiribonukleus Menghidrolisis RNA dan DNA


menjadi blok-blok pembentuk nukleotidanya.

Kepulauan Langerhans

Membentuk organ endokrin yang menyekresikan insulin, yaitu sebuah


hormon antidiabetika, yang diberikan dalam pengobatan diabetes.Insulin ialah
sebuah protein yang dapat turut dicernakan oleh enzim-enzim pencerna protein
dan karena itu tidak diberikan melalui mulut melainkan dengan suntikan
subkutan. Insulin mengendalikan kadar glukosa dan bila digunakan sebagia
pengobatan dalam hal kekurangan seperti pada diabetes, memperbaiki
kemampuan sel tubuh untuk mengasorpsi dan menggunakan glukosa dan lemak.

Pada pankreas paling sedikit terdapat empat peptida dengan aktivitas


hormonal yang disekresikan oleh pulau-pulau (islets)L angerhans. Dua dari
hormon-hormon tersebut, insulin dan glukagon memiliki fungsi penting dalam
pengaturan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak. Hormon
ketiga,somatostatin berperan dalam pengaturan sekresi sel pulau, dan yang
keempat polipeptida pankreas berperan pada fungsi saluran cerna.
1.1 DEFINISI DIABETES MELITUS

Diabetes mellitus adalah penyakit metabolik yang kebanyakan hereditas


dengan tanda tanda hiperglikemia dan glukosuria , disertai dengan atau tidak
adanya gejala klinik akut maupun kronik, sebagai akibat dari kurangnya insulin
efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat
yang biasanya disertai juga gangguan metabolisme lemak dan protein
(Askandar, 2007)

1.2 KLASIFIKASI

a. DM tipe 1 (tergantung pada Insulin)

- Adanya kerusakan pada pankreas sehingga tidak mampu memproduksi


insulin

- biasanya timbul pada masa kanak kanak dan puncaknya pada masa
akil balig.

- Biasanya kurus karena terjadi lipolisis

b. DM tipe II (tidak tergantung pada insulin)

- Terjadi karena adanya resistensi insulin dan diferensiasi insulin

- Reseptor insulin tidak bekerja dengan baik Pankreas meningkatkan


sekresi insulin agar bekerja defisiensi insulin

c. DM malnutrisi

- Fibro calculus pankreatic DM (FCPD)

Terjadi karena mengkonsumsi makanan rendah kalori dan rendah protein


sehingga klasifikasi pankreas melalui proses mekanik (fibrosis) atau Toksik
(cyanide) yang menyebabkan sel beta rusak.

-Protein defisiensi Pancreatic Diabetes Mellitus (PDPD)

Karena kekurangan protein yang kronik menyebabkan hipofungsi sel beta


pankreas.
d. DM tipe lain

Karena kelainan genetik , penyakit pankreas , obat , infeksi , antibodi ,


sindroma penyakit lain.

e. Gestasional Diabetes (meurut pyke). Sebab dari hormon yang disekresi


plasenta (GH dan estrogen)

- kelas I : GD, Diabetes yang timbul pada waktu hamil dan menghilang
setelah melahirkan

- kelas II : Pre GD , Diabetes mulai sejak sebelum hamil dan berlanjut


setelah hamil

- Kelas III : Pre GD yang disertai penyakit Pembuluh darah seperti


retinopati , nefropati , Penyakit Pembuluh darah panggul dan pembuluh
darah perifer.

1.3 EPIDEMIOLOGI

a. DM merupakan penyakit kronis yang menyerang kurang lebih 12 juta


orang. Di Amerika Serikat kurang lebih 650.000 kasus DM baru
didiagnosa setiap tahunnya (healthy people , 2000)

b. DM pravelen diantara kaum lanjut usia

c. Di (AS) orang hispanik . negro dan sebagian penduduk asli Amerika


memiliki insiden DM lebih besar dari penduduk berkulit putih.

d. Di Indonesia , pada tahun 2000 terdapat 5,6 juta penduduk penderita


DM dan diperkirakan tahun 2020 terdapat 8,2 juta penderita DM.

1.4 ETIOLOGI dan FAKTOR RESIKO

- Diabetes Mellitus tipe I (corwin , 2008)

Diperkirakan terjadi akibat destruksi autoimun sel sel beta langerhans .


Individu yang memiliki kencenderungan genetik penyakit ini tampaknya
menerima faktor pemicu dari lingkungan , antara infeksi virs seperti gondongan
(mumps) , rubella atau cytamegalovirus kronis. Pajanan terhadap obat atau
toksin tertentu juga diduga memicu serangan autoimun ini. Mengapa individu
membentuk antibodi terhadap sel sel pulau langerhans sebagai respon terhadap
faktor pencetus tidak diketahui . Salah satu mekanisme yang kemungkinan
adalah bahwa terdapat agens lingkungan yang secara antigenik mengubah sel
sel pankreas sehingga menstimulasi pembentukan autoantibodi . Kemungkinan
lain bahwa individu memiliki kesamaan antigen antara sel sel beta pankreas
mereka dan mikroorganisme tertentu atau obat tertentu. Sewaktu berespon
terhadap virus atau obat , sistem imun mungkin gagal mengenali bahwa sel
pankreas adalah diri mereka sendiri .

- Diabetes Mellitus tipe II (corwin, 2008)

Diperkirakan bahwa terdapat sifat genetik yang belum teridentifikasi yang


dapat menyebabkan pankreas mengeluarkan insulin yang berbeda atau
menyebabkan reseptor insuklin atau perantara kedua tidak berespons secara
adekuat terhadap insulin . Terdapat kemungkinan lain bahwa kaitan rangkai
genetik antara yang dihubungkan dengan kegemukan ada rangsangan
berkepanjangan reseptor reseptor insulin . Hal ini menyebabkan penurunan
jumlah reseptor insulin yang terdapat di sel tubuh . Mungkin Pula individu
menghasilkan autoantibodi insulin yang berkaitan dengan reseptor insulin ,
menghambat akses insulin ke reseptor , tetapi tidak merangsang aktivitas
pembawa carrier.

- Diabetes mellitus Gestasional

Diabetes Mellitus gestasional berkaitan dengan peningkatan kebutuhan


energi dan kadar estrogen dan hormon pertumbuhan . Kedua hormon ini
menstimulasi pelepasan insulin yang berlebihan mengakibatkan penurunan
responsivitas seluler.

1.5 FAKTOR RESIKO

1. Riwayat Keluarga (saudara atau keluarga dengan diabetes )


2. Obesitas ( > 20 % , BMI > 27 kg/m)
3. Ras / etnik ( afro-amerika, hispanic, native american, kepulauan pasifik)
4. Usia >45 tahun
5. Gangguan glukosa puasa dan gangguan toleransi glukosa
6. Hipertensi ( >140/90 mmhg)
7. Kolesterol (HDL < 35 mg/dl (0.90 mmol/l) dan atau TG >250 mg/dl (28
mmol/L))
8. 8 Riwayat diabetes gestasional.
9. (Brunner and suddarth, 2009)
10. Kaffein karena mengurangi toleransi glukosa
11. Kurang Olah raga
12. Diet tinggi kalori , rendah serat , tinggi lemak

1.6 MANIFESTASI KLINIS


1. Poliuri
Gejala awalnya berhubungan dengan efek langsung dari kadar gula
darah yang tinggi. Jika kadar gula darah sampai diatas 160-180 mg/dL,
maka glukosa akan sampai ke air kemih. Jika kadarnya lebih tinggi lagi,
ginjal akan membuang air tambahan untuk mengencerkan sejumlah besar
glukosa yang hilang. Karena ginjal menghasilkan air kemih dalam jumlah
yang berlebihan, maka penderita sering berkemih dalam jumlah yang banyak
(poliuri).
2. Polidipsi
Akibat poliuri maka penderita merasakan haus yang berlebihan sehingga
banyak minum (polidipsi). Sejumlah besar kalori hilang ke dalam air kemih,
penderita mengalami penurunan berat badan. Untuk mengkompensasikan
hal ini penderita seringkali merasakan lapar yang luar biasa sehingga
banyak makan (polifagi).
3. Polifagi
Banyak makan, akibat gangguan penyimpanan glikogen dan deposit
lemak.
4. Gejala lainnya adalah pandangan kabur, pusing, mual dan berkurangnya
ketahanan selama melakukan olah raga. Penderita diabetes yang kurang
terkontrol lebih peka terhadap infeksi.
5. Penurunan berat badan
Karena kekurangan insulin yang berat, maka sebelum menjalani
pengobatan penderita diabetes tipe I hampir selalu mengalami penurunan
berat badan. Sebagian besar penderita diabetes tipe II tidak mengalami
penurunan berat badan.
6. Ketoasidosis
Pada penderita diabetes tipe I, gejalanya timbul secara tiba-tiba dan bisa
berkembang dengan cepat ke dalam suatu keadaan yang disebut dengan
ketoasidosis diabetikum. Kadar gula di dalam darah adalah tinggi tetapi
karena sebagian besar sel tidak dapat menggunakan gula tanpa insulin,
maka sel-sel ini mengambil energi dari sumber yang lain. Sel lemak dipecah
dan menghasilkan keton, yang merupakan senyawa kimia beracun yang bisa
menyebabkan darah menjadi asam (ketoasidosis). Gejala awal dari
ketoasidosis diabetikum adalah rasa haus dan berkemih yang berlebihan,
mual, muntah, lelah dan nyeri perut (terutama pada anak-anak). Pernafasan
menjadi dalam dan cepat karena tubuh berusaha untuk memperbaiki
keasaman darah. Bau nafas penderita tercium seperti bau aseton. Tanpa
pengobatan, ketoasidosis diabetikum bisa berkembang menjadi koma,
kadang dalam waktu hanya beberapa jam. Bahkan setelah mulai menjalani
terapi insulin, penderita diabetes tipe I bisa mengalami ketoasidosis jika
mereka melewatkan satu kali penyuntikan insulin atau mengalami stres
akibat infeksi, kecelakann atau penyakit yang serius.
7. Hiperglikemik
Penderita diabetes tipe II bisa tidak menunjukkan gejala-gejala selama
beberapa tahun. Jika kekurangan insulin semakin parah, maka timbullah
gejala yang berupa sering berkemih dan sering merasa haus. Jarang terjadi
ketoasidosis. Jika kadar gula darah sangat tinggi (sampai lebih dari 1.000
mg/dL, biasanya terjadi akibat stres, misalnya infeksi atau obat-obatan),
maka penderita akan mengalami dehidrasi berat, yang bisa menyebabkan
kebingungan mental, pusing, kejang dan suatu keadaan yang disebut koma
hiperglikemik - hiperosmolar non-ketotik.
8. Sering kesemutan, gejala ini disebut neuropati. Hal ini karena kandungan
gula dalam darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan system saraf.
Dapat juga terjadi penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan
sebabnya.
9. Tanda penting lainnya yang perlu dicermati adalah apabila penderita
diabetes mendapat luka ditubuh cenderung membutuhkan waktu lama dalam
penyembuhannya. Selain itu ada pula tanda berupa Letih dan lesu. Kondisi
ini disebabkan karena produksi gula dalam darah terhambat, sehingga
pembuatan energi menjadi ikut terganggu. Pandangan kabur atau tidak jelas
juga bisa jadi merupakan gejala diabetes melitus yang perlu diwaspadai.
Manifestasi klinik berdasarkan tipe penyakit diabetes mellitus yaitu :
1. Diabetes mellitus tipe I yaitu : hiperglikemia post prandial (peningkatan kadar
glukosa dalam darah sesudah makan, glukosuria (glukosa muncul dalam
urine), diuretik osmosis (pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan),
poliuria (peningkatan rasa haus), penurunan berat badan, kelelahan dan
kelemahan, nafas bau keton serta hiperventilasi, nyeri abdomen, mual,
muntah, perubahan kesadaran, koma.
2. Diabetes mellitus tipe II yaitu : kelelahan, iritabilitas, poliuria (peningkatan
dalam berkemih), polidipsi (peningkatan rasa haus), bila terjadi luka pada
kulit, lama sembuhnya

1.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa
darah sewaktu, kadar glukosa darah puasa, kemudian diikuti dengan Tes
Toleransi Glukosa Oral standar. Untuk kelompok resiko tinggi DM, seperti usia
dewasa tua, tekanan darah tinggi, obesitas, dan adanya riwayat keluarga, dan
menghasilkan hasil pemeriksaan negatif, perlu pemeriksaan penyaring setiap
tahun. Bagi beberapa pasien yang berusia tua tanpa faktor resiko, pemeriksaan
penyaring dapat dilakukan setiap 3 tahun.

1. Tes Toleransi Glukosa Oral/TTGO


Tes ini telah digunakan untuk mendiagnosis diabetes awal secara pasti,
namun tidak dibutuhkan untuk penapisan dan tidak sebaiknya dilakukan
pada pasien dengan manifestasi klinis diabetes dan hiperglikemia Cara
pemeriksaannya adalah :
a. Tiga hari sebelum pemeriksaan, pasien makan seperti biasa
b. Kegiatan jasmani cukup
c. Pasien puasa selama 10 12 jam
d. Periksa kadar glukosa darah puasa
e. Berikan glukosa 75 gram yang dilarutkan dalam air 250 ml, lalu minum
dalam waktu 5 menit
f. Periksa kadar glukosa darah saat , 1, dan 2 jam setelah diberi glukosa
g. Saat pemeriksaan, pasien harus istirahat, dan tidak boleh merokok
Pada keadaan sehat, kadar glukosa darah puasa individu yang dirawat jalan
dengan toleransi glukosa normal adalah 70 110 mg/dl. Setelah pemberian
glukosa, kadar glukosa akan meningkat, namun akan kembali ke keadaan
semula dalam waktu 2 jam. Kadar glukosa serum yang < 200 mg/dl setelah
. 1, dan 1 jam setelah pemberian glukosa, dan <140 mg/dl setelah 2 jam
setelah pemberian glukosa, ditetapkan sebagai nilai TTGO normal.
2. Tes Benedict
Pada tes ini, digunakan reagen Benedict, dan urin sebagai specimen Cara
kerja :
a. Masukkan 1 2 ml urin spesimen ke dalam tabung reaksi
b. Masukkan 1 ml reagen Benedict ke dalam urin tersebut, lalu dikocok
c. Panaskan selama kurang lebih 2-3 menit
d. Perhatikan jika adanya perubahan warna
Tes ini lebih bermakna ke arah kinerja dan kondisi ginjal, karena pada
keadaan DM, kadar glukosa darah amat tinggi, sehingga dapat merusak
kapiler dan glomerulus ginjal, sehingga pada akhirnya, ginjal mengalami
kebocoran dan dapat berakibat terjadinya Renal Failure, atau Gagal Ginjal.
Jika keadaan ini dibiarkan tanpa adanya penanganan yang benar untuk
mengurangi kandungan glukosa darah yang tinggi, maka akan terjadi
berbagai komplikasi sistemik yang pada akhirnya menyebabkan kematian
karena Gagal Ginjal Kronik. Hasil dari Benedic Test.
Interpretasi :
a. 0 = Berwarna Biru. Negatif. Tidak ada Glukosa.. Bukan DM
b. +1 = Berwarna Hijau . Ada sedikit Glukosa. Belum pasti DM, atau DM
stadium dini/awal
c. +2 = Berwarna Orange. Ada Glukosa. Jika pemeriksaan kadar glukosa
darah mendukung/sinergis, maka termasuk DM
d. +3 = Berwarna Orange tua. Ada Glukosa. Positif DM
e. +4 = Berwarna Merah pekat. Banyak Glukosa. DM kronik
3. Rothera test
Pada tes ini, digunakan urin sebagai spesimen, sebagai reagen dipakai,
Rothera agents, dan amonium hidroxida pekat. Test ini untuk berguna untuk
mendeteksi adanya aceton dan asam asetat dalam urin, yang
mengindikasikan adanya kemungkinan dari ketoasidosis akibat DM kronik
yang tidak ditangani. Zat zat tersebut terbentuk dari hasil pemecahan lipid
secara masif oleh tubuh karena glukosa tidak dapat digunakan sebagai
sumber energi dalam keadaan DM, sehingga tubuh melakukan mekanisme
glukoneogenesis untuk menghasilkan energi. Zat awal dari aceton dan asam
asetat tersebut adalah Trigliseric Acid/TGA, yang merupakan hasil
pemecahan dari lemak.
Cara kerja :
a. Masukkan 5 ml urin ke dalam tabung reaksi
b. Masukkan 1 gram reagens Rothera dan kocok hingga larut
c. Pegang tabung dalam keadaan miring, lalu 1 - 2 mlmasukkan amonium
hidroxida secara perlahan lahan melalui dinding tabung
d. Taruh tabung dalam keadaan tegak
e. Baca hasil dalam setelah 3 menit
f. Adanya warna ungu kemerahan pada perbatasan kedua lapisan cairan
menandakan adanya zat zat keton

1.8 PENATALAKSANAAN
Non-farmakologi
Dalam mengelola DM untuk jangka pendek tujuannya adalah
menghilangkan keluhan/gejala DM dan mempertahankan rasa nyaman dan
sehat. Untuk jangka panjangnya lebih jauh lagi, yaitu mencegah penyulit, baik
makroangipati, mikroangiopati maupun neuropati, dengan tujuan akhir
menurunkan morbidilitas dan mortalitas DM. Lima pilar utama pengelolaan DM:
1. Penyuluhan
Edukasi merupakan bagian integral asuhan perawatan diabetes.
Edukasi diabetes adalah pendidikan dan latihan mengenai
pengetahuan danketrampilan dalam pengelolaan. Tujuan Penyuluhan
a. Meningkatkan pengetahuan
b. Mengubah sikap
c. Mengubah perilaku serta meningkatkan kepatuhan
d. Meningkatkan kualitas hidup
Sasaran pengelolaan diabetes diberikan kepada setiap pasiendiabetes.
Di samping kepada:
- Pasien diabetes, edukasi juga diberikan kepada anggota keluarganya
kelompok masyarakat beresiko tinggi dan pihak-pihak perencana
2. Perencanaan makan yang dianjurkan untuk dikonsumsi adalah:
Karbohidrat
a. Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total asupan energi.
b. Pembatasan karbohidrat total <130 g/hari tidak dianjurkan
c. Makanan harus mengandung karbohidrat terutama yang berserat tinggi.
d. Gula dalam bumbu diperbolehkan sehingga penyandang diabetes dapat
makan sama dengan makanan keluarga yang lain
e. Sukrosa tidak boleh lebih dari 5% total asupan energi.
f. Pemanis alternatif dapat digunakan sebagai pengganti gula, asal tidak
melebihi batas aman konsumsi harian (Accepted Daily Intake)
g. Makan tiga kali sehari untuk mendistribusikan asupan karbohidrat dalam
sehari. Kalau diperlukan dapat diberikan makanan selingan buah atau
makanan lain sebagai bagian dari kebutuhan kalori sehari.
Lemak
a. Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan kalori. Tidak
diperkenankan melebihi 30% total asupan energi.
b. Lemak jenuh < 7 % kebutuhan kalori
c. Lemak tidak jenuh ganda < 10 %, selebihnya dari lemak tidak jenuh
tunggal.
d. Bahan makanan yang perlu dibatasi adalah yang banyak mengandung
lemak jenuh dan lemak trans antara lain: daging berlemak dan susu
penuh (whole milk).
e. Anjuran konsumsi kolesterol < 200 mg/hari.
Protein
a. Dibutuhkan sebesar 10 20% total asupan energi.
b. Sumber protein yang baik adalah seafood (ikan, udang, cumi, dll), daging
tanpa lemak, ayam tanpa kulit, produk susu rendah lemak, kacang-
kacangan, tahu, dan tempe.
c. Pada pasien dengan nefropati perlu penurunan asupan protein menjadi
0,8 g/Kg BB perhari atau 10% dari kebutuhan energi dan 65% hendaknya
bernilai biologik tinggi.
Natrium
a. Anjuran asupan natrium untuk penyandang diabetes sama dengan
anjuran untuk masyarakat umum yaitu tidak lebih dari 3000 mg atau sama
dengan 6-7 gram (1 sendok teh) garam dapur.
b. Mereka yang hipertensi, pembatasan natrium sampai 2400 mg garam
dapur.
c. Sumber natrium antara lain adalah garam dapur, vetsin, soda, dan bahan
pengawet seperti natrium benzoat dan natrium nitrit.
Serat
a. Seperti halnya masyarakat umum penyandang diabetes dianjurkan
mengonsumsi cukup serat dari kacang-kacangan, buah, dan sayuran
serta sumber karbohidrat yang tinggi serat, karena mengandung vitamin,
mineral, serat, dan bahan lain yang baik untuk kesehatan.
b. Anjuran konsumsi serat adalah 25 g/hari.
Pemanis alternatif
a. Pemanis dikelompokkan menjadi pemanis berkalori dan pemanis tak
berkalori. Termasuk pemanis berkalori adalah gula alkohol dan fruktosa.
b. Gula alkohol antara lain isomalt, lactitol, maltitol, mannitol, sorbitol dan
xylitol.
c. Dalam penggunaannya, pemanis berkalori perlu diperhitungkan
kandungan kalorinya sebagai bagian dari kebutuhan kalori sehari.
d. Fruktosa tidak dianjurkan digunakan pada penyandang diabetes karena
efek samping pada lemak darah.
e. Pemanis tak berkalori yang masih dapat digunakan antara lain aspartam,
sakarin, acesulfame potassium, sukralose, dan neotame.
f. Pemanis aman digunakan sepanjang tidak melebihi batas aman
(Accepted Daily Intake / ADI)
3. Latihan Jasmani
Manfaat :
a. menurunkan kadar glukosa darah (mengurangi resistensi insulin
,meningkatkan sensitivitas insulin)
b. menurunkan berat badan
c. mencegah kegemukan
d. mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi aterogenik , gangguan
e. lipid darah , peningkatan tekanan darah,hiperkoagulasi darah.
Prinsip : Continuous , Rhytmic , Interval , Progressive , Endurance
Continuous adalah latihan harus berkesinambungan dan dilakukan
terusmenerus tanpa henti. Contoh : bila dipilih jogging 30 menit , maka
selama 30 menit pasien melakukan jogging tanpa istirahat.
Rhytmic adalah latihan olah raga harus dipilih yang berirama,yaitu otot-
otot berkontraksi dan relaksasi secara teratur.Contoh: jalan kaki, jogging,
berlari, berenang, bersepeda, mendayung.
Interval adalah latihan dilakukan selang seling antara gerak cepat dan
lambat.Contoh: jalan cepat diselingi jalan lambat, jogging diselingi jalan, dan
lain lain.
Progressive adalah latihan dilakukan secara bertahap sesuai dengan
kemampuan dari intensitas ringan sampai sedang hingga mencapai 30-60
menit.
Endurance adalah latihan daya tahan untuk meningkatkan kemampuan
kardiorespirasi, seperti jalan (jalan santai/cepat, sesuai umur ), jogging,
berenang, dan bersepeda.

Dalam latihan jasmani ada hal-hal yang perlu dihindari sebagai berikut:
- Hindari berlatih pada suhu terlalu panas/dingin
- Bila kadar glukosa darah > 250 mg/dl . Jangan melakukan latihan
jasmani berat ( misalnya bulu tangkis , sepak bola , dan olah raga
permainan lain )
- Jangan teruskan bila ada gejala hipoglikemia
4. Obat-obatan
a. Sulfonil urea
Obat golongan ini sudah dipakai pada pengelolaan diabetes sejak
1957. Berbagai macam obat golongan ini umumnya mempunyai sifat
farmakologis yang serupa, demikian juga efek klinis dan mekanisme
kerjanya. Beberapa informasi baru mengenai obat golongan ini ada,
terutama mengenai efek farmakologis pada pemakaian jangka lama dan
pemakaiannya secara kombinasi dengan insulin.
Golongan obat ini bekerja dengan menstimulasi sel- pankreas
untuk melepaskan insulin yang tersimpan. Karena itu tentu saja hanya
dapat bermanfaat pada pasien yang masih mempunyai kemampuan
untuk mensekresikan insulin.
Golongan obat ini tidak dapat dipakai pada DM tipe 1. Efek ekstra
prankreas yaitu memperbaiki sensitivitas insulin ada, tetapi tidak penting
karena ternyata obat ini tidak bermanfaat pada pasien yang insulinopenik.
Mekanisme kerja obat golongan sulfonilurea:
- Menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan (stored insulin)
- Menurunkan ambang sekresi insulin
- Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa
Obat golongan ini semuanya mempunyai cara kerja yang serupa,
berbeda dalam hal masa kerja, degradasi dan aktivitas metabolitnya.
Semuanya dapat menyebabkan hipoglikemia yang mungkin dapat fatal.
Untuk mengurangi kemungkinan hipoglikemia, apalagi pada orang tua
dipilih obat yang masa kerjanya paling pendek. Obat sulfonilurea dengan
masa kerja panjang sebaiknya tidak dipakai pada usia lanjut
b. Kombinasi Sulfonilurea dengan Insulin
Pemakaian kombinasi kedua obat ini didasarkan bahwa rerata
kadar glukosa darah sepanjangn hari terutama ditentukan oleh kadar
glukosa darah puasnya. Umumnya kenaikan kadar glukosa darah
sesudah makan kurang lebih sama, tidak tergantung dari kadar glukosa
darah puasanya. Dengan memberikan dosis insulin kerja sedang malam
hari, produksi glukosa hati malam hari dapat dikurangi sehingga kadar
glukosa darah puasa dapat menjadi lebih rendah. Selanjutnya kadar
glukosa darah siang hari dapat diatur dengan pemberian sulfonilurea
seperti biasanya Kombinasi sulfonilurea dan insulin ini ternyata lebih baik
daripada insulin saja dan dosis insulin yang diperlukan pun ternyata lebih
rendah. Selain itu pasien lebih bisa menerima cara pengelolaan
kombinasi daripada pengelolaan dengan suntikan yang lebih sering.
c. Glinid
Glinid merupakan obat generasi baru yang cara kerjnya sama
dengan sulfonilurea, dengan meningkatkan sekresi insulin fase pertama.
Golongan ini terdiri dari 2 macam obat yaitu: Repaglinid (derivat asam
benzoat) dan Nateglinid (derivat fenilalanin). Obat ini diabsorbsi dengan
cepat setelah pemberian secara oral dan diekskresi secara cepat melalui
hati.
d. Biguanid
Saat ini dari golongan ini yang masih dipakai adalah metformin.
Metformin menurunkan glukosa darah melalui pengaruhnya terhadap
kerja insulin pada tingkat selular, distal dari reseptor insulin serta juga
pada efeknya menurunkan produksi glukosa hati. Metformin
meningkatkan pemakaian glukosa oleh sel usus sehingga menurunkan
glukosa darah dan juga disangka menghambat absorbsi glukosa dari
usus pada keadaan sesudah makan.
Metformin menurunkan kadar glukosa darah tetapi tidak
menyebabkan penurunan sampai di bawah normal. Karena itu tidak
disebut sebagai obat hipoglikemik, tetapi obat antihiperglikemik. Pada
pemakaian kombinasi dengan sulfonilurea, hipoglikemia dapat terjadi
akibat pengaruh sulfonilureanya. Pada pemakaian tunggal, metformin
dapat menurunkan kadar glukosa darah sampai 20%. Kadar insulin
plasma basal juga turun. Metformin tidak menyebabkan kenaikan berat
badan seperti pada pemakaian sulfonilurea.
e. Tiazolidindion
Adalah golongan obat baru yang mempunyai efek farmakologis
meningkatkan sensitivitas insulin. dapat diberikan secara oral. Golongan
obat ini bekerja meningkatkan glukosa disposal pada sel dan mengurangi
produksi glukosa dihati.
Golongan obat baru ini diharapkan dapat lebih tepat kerjanya pada
sasaran kelainan yaitu resistensi insulin dan dapat pula dipakai untuk
mengatasi berbagai manifestasi resistensi insulin tanpa menyebabkan
hipoglikemia dan juga tidak menyebabkan kelelahan sel- pankreas.
f. Penghambat Glukosidase Alfa
Obat ini bekerja secara kompetitif megnhambat kerja enzim
kosidase alfa di dalam saluran cerna sehingga dapat menurunkan
penyerapan glukosa dan menurunkan hiperglikemia postprandial. obat ini
bekerja di dalam lumen usus dan tidak menyebabkan hipoglikemia dan
juga tidak berpengaruh pada kadar insulin. Efek samping akibat
maldigestif karbohidrat berupa gejala gastrointestinal seperti
meteorismus, flatus dan diare.
g. Insulin
Secara keseluruhan sebanyak 20-25% pasien DM tipe 2
kemudian akan memerlukan insulin untuk mengendalikan kadar glukosa
darahnya. Untuk pasien yang sudah tidak dapat dikendalikan kadar
glukosa darahnya dengan kombinasi sulfonilurea dan metformin, langkah
berikut yang mungkindiberikan adalah insulin Disamping pemberian
insulin secara konvensional 3 kali sehari dengan memakai insulin kerja
cepat, insulin dapat pula diberikan dengan dosis terbagi insulin kerja
menengah dua kali sehari dan kemudian diberikan campuran insulin kerja
cepat dimana perlu sesuai dengan respons kadar glukosa darahnya.
Umumnya dapat juga pasien langsung diberikan insulin campuran kerja
cepat dan menengah dua kali sehari.
Kombinasi insulin kerja sedang yang diberikan malam hari
sebelum tidur dengan sulfonilurea tampaknya memberikan hasil yang
lebih baik daripada dengan insulin saja, baik satu kali ataupun dengan
insulin campuran. Keuntungannya pasien tidak harus dirawat dan
kepatuhan pasien tentu lebih besar
h. Kombinasi Obat Hipoglikemia Oral
Kombinasi obat hipoglikemik oral (OHO) dan isulin dapat dimulai
jika dengan OHO dosis hampir maksimal, baik sendiri-sendiri ataupun
secara kombinasi namun kadar glukosa darah belum tercapai. Pada
keadaan ini dipikirkan adanya kegagalan pamakaian OHO. Untuk
kombinasi ini, insulin kerja sedang dapat diberikan pada pagi atau malam
hari.
Indikasi Pemakaian Obat Hipoglikemia Oral:
1. Diabetes sesudah umur 40 tahun
2. Diabetes kurang dari 5 tahun
3. Memerlukan insulin dengan dosis kurang dari 40 unit perhari
4. DM tipe 2, berat normal atau lebih

5. Pemantauan
Monitoring adalah salah satu tindakan keperawatan yang digunakanuntuk
menilai manfaat pengobatan dan sebagai pegangan penyasuaian diet,latihan
jasmani, dan obat-obatan untuk mencapai kadar glukosa darah senormal
mungkin, terhindar dari keadaan hiperglikemia ataupun hipoglikemia.Hal-hal
yang perlu dipantau (monitoring) pada penyandang DM1.

Kendali Glikemik Berbagai studi yang telah ada menanyakan bahwa


penyandangdiabetes tipe 1 dan tipe 2 yang menjaga kadar glukosa plasma rata-
ratatetap rendah menunjukkan insidens komplikasi mikrovaskuler
berupatimbulnya retinopati diabetik, nefropati, dan neuropati yang lebihrendah.
Oleh karena itu, penyandang diabetes direkomendasikan untuk mencapai dan
menjaga gula darah serendah mungkin mendekatinormal.
1.9 KOMPLIKASI
Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik dapat menimbulkan
komplikasi akut dan kronis. Berikut ini akan diuraikan beberapa komplikasi yang
sering terjadi dan harus diwaspadai.

1. Hipoglikemia
Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis penderita merasa
pusing, lemas, gemetar, pandangan berkunang-kunang, pitam (pandangan
menjadi gelap), keluar keringat dingin, detak jantung meningkat, sampai
hilang kesadaran. Apabila tidak segera ditolong dapat terjadi kerusakan otak
dan akhirnya kematian.
Pada hipoglikemia, kadar glukosa plasma penderita kurang dari 50
mg/dl, walaupun ada orang-orang tertentu yang sudah menunjukkan gejala
hipoglikemia pada kadar glukosa plasma di atas 50 mg/dl. Kadar glukosa
darah yang terlalu rendah menyebabkan sel-sel otak tidak mendapat
pasokan energi sehingga tidak dapat berfungsi bahkan dapat rusak.
Hipoglikemia lebih sering terjadi pada penderita diabetes tipe 1, yang
dapat dialami 1 2 kali perminggu. Dari hasil survei yang pernah dilakukan
di Inggeris diperkirakan 2 4% kematian pada penderita diabetes tipe 1
disebabkan oleh serangan hipoglikemia. Pada penderita diabetes tipe 2,
serangan hipoglikemia lebih jarang terjadi, meskipun penderita tersebut
mendapat terapi insulin.
Serangan hipoglikemia pada penderita diabetes umumnya terjadi
apabila penderita:
a. Lupa atau sengaja meninggalkan makan (pagi, siang atau malam)
b. Makan terlalu sedikit, lebih sedikit dari yang disarankan oleh dokter atau
ahli gizi
c. Berolah raga terlalu berat
d. Mengkonsumsi obat antidiabetes dalam dosis lebih besar dari pada
seharusnya
e. Minum alcohol
f. Stress
g. Mengkonsumsi obat-obatan lain yang dapat meningkatkan risiko
hipoglikemia
Disamping penyebab di atas pada penderita DM perlu diperhatikan
apabila penderita mengalami hipoglikemik, kemungkinan penyebabnya
adalah:
a. Dosis insulin yang berlebihan
b. Saat pemberian yang tidak tepat
c. Penggunaan glukosa yang berlebihan misalnya olahraga anaerobik
berlebihan
Faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan kepekaan individu terhadap
insulin, misalnya gangguan fungsi adrenal atau hipofisis

2. Hiperglikemia
Hiperglikemia adalah keadaan dimana kadar gula darah melonjak
secara tiba-tiba. Keadaan ini dapat disebabkan antara lain oleh stress,
infeksi, dan konsumsi obat-obatan tertentu. Hiperglikemia ditandai dengan
poliuria, polidipsia, polifagia, kelelahan yang parah (fatigue), dan pandangan
kabur.
Apabila diketahui dengan cepat, hiperglikemia dapat dicegah tidak
menjadi parah. Hipergikemia dapat memperburuk gangguan-gangguan
kesehatan seperti gastroparesis, disfungsi ereksi, dan infeksi jamur pada
vagina. Hiperglikemia yang berlangsung lama dapat berkembang menjadi
keadaan metabolisme yang berbahaya, antara lain ketoasidosis diabetik
(Diabetic Ketoacidosis = DKA) dan (HHS), yang keduanya dapat berakibat
fatal dan membawa kematian. Hiperglikemia dapat dicegah dengan kontrol
kadar gula darah yang ketat.

3. Komplikasi makrovaskular
3 jenis komplikasi makrovaskular yang umum berkembang pada
penderita diabetes adalah penyakit jantung koroner (coronary heart disease
= CAD), penyakit pembuluh darah otak, dan penyakit pembuluh darah perifer
(peripheral vascular disease = PVD). Walaupun komplikasi makrovaskular
dapat juga terjadi pada DM tipe 1, namun yang lebih sering merasakan
komplikasi makrovaskular ini adalah penderita DM tipe 2 yang umumnya
menderita hipertensi, dislipidemia dan atau kegemukan. Kombinasi dari
penyakit-penyakit komplikasi makrovaskular dikenal dengan berbagai nama,
antara lain Syndrome X, Cardiac Dysmetabolic Syndrome, Hyperinsulinemic
Syndrome, atau Insulin Resistance Syndrome. Karena penyakit-penyakit
jantung sangat besar risikonya pada penderita diabetes, maka pencegahan
komplikasi terhadap jantung harus dilakukan sangat penting dilakukan,
termasuk pengendalian tekanan darah, kadar kolesterol dan lipid darah.
Penderita diabetes sebaiknya selalu menjaga tekanan darahnya tidak lebih
dari 130/80 mm Hg. Untuk itu penderita harus dengan sadar mengatur gaya
hidupnya, termasuk mengupayakan berat badan ideal, diet dengan gizi
seimbang, berolah raga secara teratur, tidak merokok, mengurangi stress
dan lain sebagainya.
4. Komplikasi mikrovaskular
Komplikasi mikrovaskular terutama terjadi pada penderita diabetes
tipe 1. Hiperglikemia yang persisten dan pembentukan protein yang terglikasi
(termasuk HbA1c) menyebabkan dinding pembuluh darah menjadi makin
lemah dan rapuh dan terjadi penyumbatan pada pembuluh-pembuluh darah
kecil. Hal inilah yang mendorong timbulnya komplikasi-komplikasi
mikrovaskuler, antara lain retinopati, nefropati, dan neuropati. Disamping
karena kondisi hiperglikemia, ketiga komplikasi ini juga dipengaruhi oleh
faktor genetik. Oleh sebab itu dapat terjadi dua orang yang memiliki kondisi
hiperglikemia yang sama, berbeda risiko komplikasi mikrovaskularnya.
Namun demikian prediktor terkuat untuk perkembangan komplikasi
mikrovaskular tetap lama (durasi) dan tingkat keparahan diabetes. Satu-
satunya cara yang signifikan untuk mencegah atau memperlambat jalan
perkembangan komplikasi mikrovaskular adalah dengan pengendalian kadar
gula darah yang ketat. Pengendalian intensif dengan menggunakan suntikan
insulin multi-dosis atau dengan pompa insulin yang disertai dengan
monitoring kadar gula darah mandiri dapat menurunkan risiko timbulnya
komplikasi mikrovaskular sampai 60%

2.1 ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS


PENGKAJIAN
1. Keluhan Utama : meriang, mual, lemah, seperti kehilangan tenaga dan
pusing-pusing selama 7 hari terakhir.
2. Riwayat penyakit sekarang : datang ke poli penyakit dalam dengan keluhan
badannya terasa meriang, mual, lemas, seperti kehilangan tenaga, dan
pusing-pusing selama 7 hari terakhir. Klien mmengatakan pola makannya
bagus karena klien sering makan dan minum, klien juga sering mengatakan
sering BAK karena minumnya banyak.
3. Riwayat penyakit dahulu : klien mengeluh pusing-pusing selama 7 hari
terakhir.
4. Riwayat penyakit keluarga :-
5. Pola Aktivitas/Istirahat : klien seorang ibu rumah tangga, kegiatan sehari-
hari pasien hanya duduk-duduk di depan tv sambil makan makanan kecil
karena seluruh pekerjaan rumah dilakukan oleh pembantu.
6. Pola nutrisi : klien sering mengonsumsi makanan kecil. Klien mengatakan
pola makannya bagus karena klien sering makan dan minum.
7. Pola Eliminasi : klien mengatakan sering BAK
8. Pemeriksaan fisik :
a. TD : 130/89 mmHg
b. N : 90x/menit
c. RR : 20x/mnt
d. S : 37,60C
e. BB : 85 kg
f. TB : 157 cm
9. Pemeriksaan penunjang :
a. GDS : 280 md/dL
10. Diagnosa medis : Diabetes Mellitus tipe 2

Data Subjektif
1. Ny. E
2. Mengeluh badan terasa meriang, mual, lemas, seperti kehilangan tenaga
3. Pusing-pusing selama 7 hari terakhir
4. Klien adalah ibu rumah tangga yang kegiatan sehari-hari hanya duduk-duduk
di depan tv sambil makan makanan kecil
5. Klien mengatakan pola makannya bagus karena sering makan dan minum
Data Objektif
1. TTV :
a. TD : 130/89 mmHg
b. N : 90x/mnt
c. RR : 20x/mnt
d. S : 37,60C
2. BB : 85 kg
3. TB : 157 cm
4. GDS : 280 mg/dL

Analisa Data
Data Etiologi Masalah Keperawatan
Ds : Ny. E 45 th mengeluh Defisiensi insulin Risiko
badan terasa meriang, ketidakseimbangan level
mual, lemas seperti Peningkatan glukosa darah glukosa darah
kehilangan tenaga;pusing-
pusing selama 7 hari DM tipe 2
terakhir; klien ibu rumah
tangga yang kegiatan Gangguan metabolisme
sehari-harinya hanya karbohidrat
duduk-duduk di depan tv
sambil makan makanan Penurunan intake glukosa o/ sel
kecil, klien mengatakan
pola makannya bagus Hiperglikemia
karena sering makan dan
minum, klien mengatakan Konsentrasi glukosa >180 mg/dL
sering BAK karena
minumnya banyak. Risiko ketidakseimbangan level
Do : TD 130/89 mmHg ; BB glukosa darah
85 kg; TB 157 cm; GDS 280
mg/dL

Rencana Keperawatan :
DX : Risiko ketidakseimbangan level glukosa darah
Tujuan : setelah dilakukan asehan keperawatan selama 1x24 jam klien
dapatberpartisipasi dalam penatalaksanaan diabetes yang
dialaminya
Kriteria Hasil :
- Klien mengungkapkan pemahaman tentang prosedur, tes laboratorium, dan
aktivitas yang melibatkan pengontrolan diabetes.
- Klien dapat mendemonstrasikan kemahiran memantau sendiri kadar glukosa
dan penggunaan obat hipoglikemi atau terapi insulin.

Intervensi
Intervensi Rasional
Jelaskan penambahan berat badan normal Penambahan berat badan .
pada klien

Berikan informasi tentang kebutuhan program Klien harus latihan setelah makan untuk
latihan ringan (secara teratur, 20 menit mencehag hipoglikemi dan menstabilkan
setelah makan) penyimpanan glukosa

Diskusikan bagaimana supaya klien dapat Penting untuk mencari pertolongan medis
mengenali tanda-tanda infeksi awal untuk menghindari komplikasi

Anjurkan klien mempertahankan pengkajian Bila ditinjau ulang ulang oleh praktisi
harian terhadap kadar glukosa, diet, latihan pemberi perawatan, catatan harian klien
dapat membantu evaluasi dan perubahan
terapi.

Berikan nomor anggotatim kesehatan untuk Klien perlu diyakinkan bahwa pertanyaan
dihubungi akan dijawab dan masalah akan dihadapi
segera dalam 24 jam dalam sehari.

Libatkan keluarga pasien untuk perencanaan Memberikan informasi pada keluarga untuk
makanan memahami kebutuhan nutrisi pasien

Analisa Data

Data Etiologi Masalah


DO : BB : 85 kg Kurang aktivitas dan Ketidakseimbangan
TB : 157 cm banyak makan makanan Nutrisi lebih dari
DS : Kegiatan sehari hari kecil kebutuhan tubuh
hanya duduk didepan tv
sambil makan makanan Obesitas
kecil , sering makan dan
minum Ketidakseimbangan
Nutrisi lebih dari
kebutuhan

Rencana Keperawatan

Ketidakseimbangan Nutrisi lebih dari kebutuhan b.d asupan berlebihan dalam


kaitannya dengan kebutuhan metabolik dan aktifitas fisik.

Tujuan : Dalam waktu 1 x 24 jam , klien tidak mengalami kelebihan nutrisi ,


sehingga intake nutrisi seimbang sesuai kebutuhan

Kriteria Hasil :

1 Klien akan Mengungkapkan pentingnya penurunan BB b.d kontrol glukosa


darah
2. Klien akan mengikuti diit yang diprogramkan , dimana masukan kalori cukup
untuk menurunkan BB.

Intervensi :

Intervensi Rasional
1. Jelaskan pentingnya mematuhi diet dan Terapi Diet dan latihan penting untuk
program latihan yang dianjurkan pengobatan DM

2. Tingkatkan kesadaran klien terhadap Penurunan BB dapat dicapai melalui


gaimana BB dipengaruhi oleh keseimbangan kombinasi penurunan masukan kalori dan
antara masukan makanan dan aktifitas peningkatan penggunaan kalori dengan
latihan

3. Bantu klien mengembangkan program Tujuan yang realistik meningkatkan peluang


penurunan BB yang aman dengan keberhasilan
mempertimbangkan faktor : jumlah
penurunan yang diinginkan , durasi , masalah
nutrisi , dan kesesuaian gaya hidup.

4. Ajarkan Pentingnya pencapaian dan Klien obesitas memiliki reseptor insulin yang
pemeliharaan BB normal lebih sedikit . penurunan BB menyimpan
sejumlah reseptor insulin, insulin lebih
efektif

5. Bahas mulainya program latihan Minta Latihan menjadi kontraindikasi bila kadar
klien konsultasi dengan dokter sebelum gula . 300 mg/dl peningkatan glukosa
memulai , bila indikasi nasihati klien untuk : darah dan keton glukosa yang dibentuk
hebar > penggunaan insulin tubuh
- Mulai dengan lambat dan ringan
- Pilih aktifitas yang melibatkan semua
anggota tubuh
- Tidak latihan bila kadar glukosa darah
> 300mg/dl atau bila terdapat keton

6. Kolaborasi dengan dokter


- pemberian insulin
- pemeriksaan Lab : Glukosa , aseton plasma
, asam lemak bebas , osmolalitas
Analisa Data

Data Etiologi Masalah keperawatan


Ds : Kegiatan sehari Obesitas Defisit Pengetahuan
hari hanya duduk
didepan tv sambil makan Gula darah tinggi
makanan kecil, semua
pekerjaan dikerjakan
pembantu Manifestasi

Defisit pengetahuan

Defisit Pengetahuan perawatan diri dan kemampuan manajemen Diabetes b.d


Kurangnya terpapar informasi

Tujuan : Dalam waktu 2 x 24 jam klien mengutarakan pemahaman tentang


kondisi , efek prosedur dan proses pengobatan

Kriteria hasil :

a. Melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari suatu


tindakan

b. memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam regimen
perawatan

Intervensi :

Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat kemampuan klien dan Mengetahui seberapa jauh pemahaman
keluarga tentang penyakitnya klien dan keluarga tentang penyakitnya

2. Berikan penjelasan pada klien tantang Dengan mengetahui penyakit dan


penyakit dan kondisinya sekarang kondisinya sekarang, klien dan keluarga
akan merasa tenang dan mengurangi rasa
cemas.

3. Anjurkan klien dan keluarga untuk Diet dan pola makan yang tepat membantu
memperhatikan diet makannya proses penyembuhan

4. Minta klien dan keluarga mengulangi Mengetahui seberapa jauh pemahaman


kembali tentang materi yang telah diberikan klien dan keluarga serta menilai
keberhasilan dari tindakan yang diajukan

Anda mungkin juga menyukai