Diabetes Melitus
Disusun untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Profesi Ners Departemen
Medical di Ruang 23 Infeksi RSU Dr. Saiful Anwar Malang
Oleh :
RIRI FEBRIA RAMDHANI
150070300011047
KELOMPOK 14
Pankreas menghasilkan:
3. Dikarbohidrase :
Kepulauan Langerhans
1.2 KLASIFIKASI
- biasanya timbul pada masa kanak kanak dan puncaknya pada masa
akil balig.
c. DM malnutrisi
- kelas I : GD, Diabetes yang timbul pada waktu hamil dan menghilang
setelah melahirkan
1.3 EPIDEMIOLOGI
1.8 PENATALAKSANAAN
Non-farmakologi
Dalam mengelola DM untuk jangka pendek tujuannya adalah
menghilangkan keluhan/gejala DM dan mempertahankan rasa nyaman dan
sehat. Untuk jangka panjangnya lebih jauh lagi, yaitu mencegah penyulit, baik
makroangipati, mikroangiopati maupun neuropati, dengan tujuan akhir
menurunkan morbidilitas dan mortalitas DM. Lima pilar utama pengelolaan DM:
1. Penyuluhan
Edukasi merupakan bagian integral asuhan perawatan diabetes.
Edukasi diabetes adalah pendidikan dan latihan mengenai
pengetahuan danketrampilan dalam pengelolaan. Tujuan Penyuluhan
a. Meningkatkan pengetahuan
b. Mengubah sikap
c. Mengubah perilaku serta meningkatkan kepatuhan
d. Meningkatkan kualitas hidup
Sasaran pengelolaan diabetes diberikan kepada setiap pasiendiabetes.
Di samping kepada:
- Pasien diabetes, edukasi juga diberikan kepada anggota keluarganya
kelompok masyarakat beresiko tinggi dan pihak-pihak perencana
2. Perencanaan makan yang dianjurkan untuk dikonsumsi adalah:
Karbohidrat
a. Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total asupan energi.
b. Pembatasan karbohidrat total <130 g/hari tidak dianjurkan
c. Makanan harus mengandung karbohidrat terutama yang berserat tinggi.
d. Gula dalam bumbu diperbolehkan sehingga penyandang diabetes dapat
makan sama dengan makanan keluarga yang lain
e. Sukrosa tidak boleh lebih dari 5% total asupan energi.
f. Pemanis alternatif dapat digunakan sebagai pengganti gula, asal tidak
melebihi batas aman konsumsi harian (Accepted Daily Intake)
g. Makan tiga kali sehari untuk mendistribusikan asupan karbohidrat dalam
sehari. Kalau diperlukan dapat diberikan makanan selingan buah atau
makanan lain sebagai bagian dari kebutuhan kalori sehari.
Lemak
a. Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan kalori. Tidak
diperkenankan melebihi 30% total asupan energi.
b. Lemak jenuh < 7 % kebutuhan kalori
c. Lemak tidak jenuh ganda < 10 %, selebihnya dari lemak tidak jenuh
tunggal.
d. Bahan makanan yang perlu dibatasi adalah yang banyak mengandung
lemak jenuh dan lemak trans antara lain: daging berlemak dan susu
penuh (whole milk).
e. Anjuran konsumsi kolesterol < 200 mg/hari.
Protein
a. Dibutuhkan sebesar 10 20% total asupan energi.
b. Sumber protein yang baik adalah seafood (ikan, udang, cumi, dll), daging
tanpa lemak, ayam tanpa kulit, produk susu rendah lemak, kacang-
kacangan, tahu, dan tempe.
c. Pada pasien dengan nefropati perlu penurunan asupan protein menjadi
0,8 g/Kg BB perhari atau 10% dari kebutuhan energi dan 65% hendaknya
bernilai biologik tinggi.
Natrium
a. Anjuran asupan natrium untuk penyandang diabetes sama dengan
anjuran untuk masyarakat umum yaitu tidak lebih dari 3000 mg atau sama
dengan 6-7 gram (1 sendok teh) garam dapur.
b. Mereka yang hipertensi, pembatasan natrium sampai 2400 mg garam
dapur.
c. Sumber natrium antara lain adalah garam dapur, vetsin, soda, dan bahan
pengawet seperti natrium benzoat dan natrium nitrit.
Serat
a. Seperti halnya masyarakat umum penyandang diabetes dianjurkan
mengonsumsi cukup serat dari kacang-kacangan, buah, dan sayuran
serta sumber karbohidrat yang tinggi serat, karena mengandung vitamin,
mineral, serat, dan bahan lain yang baik untuk kesehatan.
b. Anjuran konsumsi serat adalah 25 g/hari.
Pemanis alternatif
a. Pemanis dikelompokkan menjadi pemanis berkalori dan pemanis tak
berkalori. Termasuk pemanis berkalori adalah gula alkohol dan fruktosa.
b. Gula alkohol antara lain isomalt, lactitol, maltitol, mannitol, sorbitol dan
xylitol.
c. Dalam penggunaannya, pemanis berkalori perlu diperhitungkan
kandungan kalorinya sebagai bagian dari kebutuhan kalori sehari.
d. Fruktosa tidak dianjurkan digunakan pada penyandang diabetes karena
efek samping pada lemak darah.
e. Pemanis tak berkalori yang masih dapat digunakan antara lain aspartam,
sakarin, acesulfame potassium, sukralose, dan neotame.
f. Pemanis aman digunakan sepanjang tidak melebihi batas aman
(Accepted Daily Intake / ADI)
3. Latihan Jasmani
Manfaat :
a. menurunkan kadar glukosa darah (mengurangi resistensi insulin
,meningkatkan sensitivitas insulin)
b. menurunkan berat badan
c. mencegah kegemukan
d. mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi aterogenik , gangguan
e. lipid darah , peningkatan tekanan darah,hiperkoagulasi darah.
Prinsip : Continuous , Rhytmic , Interval , Progressive , Endurance
Continuous adalah latihan harus berkesinambungan dan dilakukan
terusmenerus tanpa henti. Contoh : bila dipilih jogging 30 menit , maka
selama 30 menit pasien melakukan jogging tanpa istirahat.
Rhytmic adalah latihan olah raga harus dipilih yang berirama,yaitu otot-
otot berkontraksi dan relaksasi secara teratur.Contoh: jalan kaki, jogging,
berlari, berenang, bersepeda, mendayung.
Interval adalah latihan dilakukan selang seling antara gerak cepat dan
lambat.Contoh: jalan cepat diselingi jalan lambat, jogging diselingi jalan, dan
lain lain.
Progressive adalah latihan dilakukan secara bertahap sesuai dengan
kemampuan dari intensitas ringan sampai sedang hingga mencapai 30-60
menit.
Endurance adalah latihan daya tahan untuk meningkatkan kemampuan
kardiorespirasi, seperti jalan (jalan santai/cepat, sesuai umur ), jogging,
berenang, dan bersepeda.
Dalam latihan jasmani ada hal-hal yang perlu dihindari sebagai berikut:
- Hindari berlatih pada suhu terlalu panas/dingin
- Bila kadar glukosa darah > 250 mg/dl . Jangan melakukan latihan
jasmani berat ( misalnya bulu tangkis , sepak bola , dan olah raga
permainan lain )
- Jangan teruskan bila ada gejala hipoglikemia
4. Obat-obatan
a. Sulfonil urea
Obat golongan ini sudah dipakai pada pengelolaan diabetes sejak
1957. Berbagai macam obat golongan ini umumnya mempunyai sifat
farmakologis yang serupa, demikian juga efek klinis dan mekanisme
kerjanya. Beberapa informasi baru mengenai obat golongan ini ada,
terutama mengenai efek farmakologis pada pemakaian jangka lama dan
pemakaiannya secara kombinasi dengan insulin.
Golongan obat ini bekerja dengan menstimulasi sel- pankreas
untuk melepaskan insulin yang tersimpan. Karena itu tentu saja hanya
dapat bermanfaat pada pasien yang masih mempunyai kemampuan
untuk mensekresikan insulin.
Golongan obat ini tidak dapat dipakai pada DM tipe 1. Efek ekstra
prankreas yaitu memperbaiki sensitivitas insulin ada, tetapi tidak penting
karena ternyata obat ini tidak bermanfaat pada pasien yang insulinopenik.
Mekanisme kerja obat golongan sulfonilurea:
- Menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan (stored insulin)
- Menurunkan ambang sekresi insulin
- Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa
Obat golongan ini semuanya mempunyai cara kerja yang serupa,
berbeda dalam hal masa kerja, degradasi dan aktivitas metabolitnya.
Semuanya dapat menyebabkan hipoglikemia yang mungkin dapat fatal.
Untuk mengurangi kemungkinan hipoglikemia, apalagi pada orang tua
dipilih obat yang masa kerjanya paling pendek. Obat sulfonilurea dengan
masa kerja panjang sebaiknya tidak dipakai pada usia lanjut
b. Kombinasi Sulfonilurea dengan Insulin
Pemakaian kombinasi kedua obat ini didasarkan bahwa rerata
kadar glukosa darah sepanjangn hari terutama ditentukan oleh kadar
glukosa darah puasnya. Umumnya kenaikan kadar glukosa darah
sesudah makan kurang lebih sama, tidak tergantung dari kadar glukosa
darah puasanya. Dengan memberikan dosis insulin kerja sedang malam
hari, produksi glukosa hati malam hari dapat dikurangi sehingga kadar
glukosa darah puasa dapat menjadi lebih rendah. Selanjutnya kadar
glukosa darah siang hari dapat diatur dengan pemberian sulfonilurea
seperti biasanya Kombinasi sulfonilurea dan insulin ini ternyata lebih baik
daripada insulin saja dan dosis insulin yang diperlukan pun ternyata lebih
rendah. Selain itu pasien lebih bisa menerima cara pengelolaan
kombinasi daripada pengelolaan dengan suntikan yang lebih sering.
c. Glinid
Glinid merupakan obat generasi baru yang cara kerjnya sama
dengan sulfonilurea, dengan meningkatkan sekresi insulin fase pertama.
Golongan ini terdiri dari 2 macam obat yaitu: Repaglinid (derivat asam
benzoat) dan Nateglinid (derivat fenilalanin). Obat ini diabsorbsi dengan
cepat setelah pemberian secara oral dan diekskresi secara cepat melalui
hati.
d. Biguanid
Saat ini dari golongan ini yang masih dipakai adalah metformin.
Metformin menurunkan glukosa darah melalui pengaruhnya terhadap
kerja insulin pada tingkat selular, distal dari reseptor insulin serta juga
pada efeknya menurunkan produksi glukosa hati. Metformin
meningkatkan pemakaian glukosa oleh sel usus sehingga menurunkan
glukosa darah dan juga disangka menghambat absorbsi glukosa dari
usus pada keadaan sesudah makan.
Metformin menurunkan kadar glukosa darah tetapi tidak
menyebabkan penurunan sampai di bawah normal. Karena itu tidak
disebut sebagai obat hipoglikemik, tetapi obat antihiperglikemik. Pada
pemakaian kombinasi dengan sulfonilurea, hipoglikemia dapat terjadi
akibat pengaruh sulfonilureanya. Pada pemakaian tunggal, metformin
dapat menurunkan kadar glukosa darah sampai 20%. Kadar insulin
plasma basal juga turun. Metformin tidak menyebabkan kenaikan berat
badan seperti pada pemakaian sulfonilurea.
e. Tiazolidindion
Adalah golongan obat baru yang mempunyai efek farmakologis
meningkatkan sensitivitas insulin. dapat diberikan secara oral. Golongan
obat ini bekerja meningkatkan glukosa disposal pada sel dan mengurangi
produksi glukosa dihati.
Golongan obat baru ini diharapkan dapat lebih tepat kerjanya pada
sasaran kelainan yaitu resistensi insulin dan dapat pula dipakai untuk
mengatasi berbagai manifestasi resistensi insulin tanpa menyebabkan
hipoglikemia dan juga tidak menyebabkan kelelahan sel- pankreas.
f. Penghambat Glukosidase Alfa
Obat ini bekerja secara kompetitif megnhambat kerja enzim
kosidase alfa di dalam saluran cerna sehingga dapat menurunkan
penyerapan glukosa dan menurunkan hiperglikemia postprandial. obat ini
bekerja di dalam lumen usus dan tidak menyebabkan hipoglikemia dan
juga tidak berpengaruh pada kadar insulin. Efek samping akibat
maldigestif karbohidrat berupa gejala gastrointestinal seperti
meteorismus, flatus dan diare.
g. Insulin
Secara keseluruhan sebanyak 20-25% pasien DM tipe 2
kemudian akan memerlukan insulin untuk mengendalikan kadar glukosa
darahnya. Untuk pasien yang sudah tidak dapat dikendalikan kadar
glukosa darahnya dengan kombinasi sulfonilurea dan metformin, langkah
berikut yang mungkindiberikan adalah insulin Disamping pemberian
insulin secara konvensional 3 kali sehari dengan memakai insulin kerja
cepat, insulin dapat pula diberikan dengan dosis terbagi insulin kerja
menengah dua kali sehari dan kemudian diberikan campuran insulin kerja
cepat dimana perlu sesuai dengan respons kadar glukosa darahnya.
Umumnya dapat juga pasien langsung diberikan insulin campuran kerja
cepat dan menengah dua kali sehari.
Kombinasi insulin kerja sedang yang diberikan malam hari
sebelum tidur dengan sulfonilurea tampaknya memberikan hasil yang
lebih baik daripada dengan insulin saja, baik satu kali ataupun dengan
insulin campuran. Keuntungannya pasien tidak harus dirawat dan
kepatuhan pasien tentu lebih besar
h. Kombinasi Obat Hipoglikemia Oral
Kombinasi obat hipoglikemik oral (OHO) dan isulin dapat dimulai
jika dengan OHO dosis hampir maksimal, baik sendiri-sendiri ataupun
secara kombinasi namun kadar glukosa darah belum tercapai. Pada
keadaan ini dipikirkan adanya kegagalan pamakaian OHO. Untuk
kombinasi ini, insulin kerja sedang dapat diberikan pada pagi atau malam
hari.
Indikasi Pemakaian Obat Hipoglikemia Oral:
1. Diabetes sesudah umur 40 tahun
2. Diabetes kurang dari 5 tahun
3. Memerlukan insulin dengan dosis kurang dari 40 unit perhari
4. DM tipe 2, berat normal atau lebih
5. Pemantauan
Monitoring adalah salah satu tindakan keperawatan yang digunakanuntuk
menilai manfaat pengobatan dan sebagai pegangan penyasuaian diet,latihan
jasmani, dan obat-obatan untuk mencapai kadar glukosa darah senormal
mungkin, terhindar dari keadaan hiperglikemia ataupun hipoglikemia.Hal-hal
yang perlu dipantau (monitoring) pada penyandang DM1.
1. Hipoglikemia
Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis penderita merasa
pusing, lemas, gemetar, pandangan berkunang-kunang, pitam (pandangan
menjadi gelap), keluar keringat dingin, detak jantung meningkat, sampai
hilang kesadaran. Apabila tidak segera ditolong dapat terjadi kerusakan otak
dan akhirnya kematian.
Pada hipoglikemia, kadar glukosa plasma penderita kurang dari 50
mg/dl, walaupun ada orang-orang tertentu yang sudah menunjukkan gejala
hipoglikemia pada kadar glukosa plasma di atas 50 mg/dl. Kadar glukosa
darah yang terlalu rendah menyebabkan sel-sel otak tidak mendapat
pasokan energi sehingga tidak dapat berfungsi bahkan dapat rusak.
Hipoglikemia lebih sering terjadi pada penderita diabetes tipe 1, yang
dapat dialami 1 2 kali perminggu. Dari hasil survei yang pernah dilakukan
di Inggeris diperkirakan 2 4% kematian pada penderita diabetes tipe 1
disebabkan oleh serangan hipoglikemia. Pada penderita diabetes tipe 2,
serangan hipoglikemia lebih jarang terjadi, meskipun penderita tersebut
mendapat terapi insulin.
Serangan hipoglikemia pada penderita diabetes umumnya terjadi
apabila penderita:
a. Lupa atau sengaja meninggalkan makan (pagi, siang atau malam)
b. Makan terlalu sedikit, lebih sedikit dari yang disarankan oleh dokter atau
ahli gizi
c. Berolah raga terlalu berat
d. Mengkonsumsi obat antidiabetes dalam dosis lebih besar dari pada
seharusnya
e. Minum alcohol
f. Stress
g. Mengkonsumsi obat-obatan lain yang dapat meningkatkan risiko
hipoglikemia
Disamping penyebab di atas pada penderita DM perlu diperhatikan
apabila penderita mengalami hipoglikemik, kemungkinan penyebabnya
adalah:
a. Dosis insulin yang berlebihan
b. Saat pemberian yang tidak tepat
c. Penggunaan glukosa yang berlebihan misalnya olahraga anaerobik
berlebihan
Faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan kepekaan individu terhadap
insulin, misalnya gangguan fungsi adrenal atau hipofisis
2. Hiperglikemia
Hiperglikemia adalah keadaan dimana kadar gula darah melonjak
secara tiba-tiba. Keadaan ini dapat disebabkan antara lain oleh stress,
infeksi, dan konsumsi obat-obatan tertentu. Hiperglikemia ditandai dengan
poliuria, polidipsia, polifagia, kelelahan yang parah (fatigue), dan pandangan
kabur.
Apabila diketahui dengan cepat, hiperglikemia dapat dicegah tidak
menjadi parah. Hipergikemia dapat memperburuk gangguan-gangguan
kesehatan seperti gastroparesis, disfungsi ereksi, dan infeksi jamur pada
vagina. Hiperglikemia yang berlangsung lama dapat berkembang menjadi
keadaan metabolisme yang berbahaya, antara lain ketoasidosis diabetik
(Diabetic Ketoacidosis = DKA) dan (HHS), yang keduanya dapat berakibat
fatal dan membawa kematian. Hiperglikemia dapat dicegah dengan kontrol
kadar gula darah yang ketat.
3. Komplikasi makrovaskular
3 jenis komplikasi makrovaskular yang umum berkembang pada
penderita diabetes adalah penyakit jantung koroner (coronary heart disease
= CAD), penyakit pembuluh darah otak, dan penyakit pembuluh darah perifer
(peripheral vascular disease = PVD). Walaupun komplikasi makrovaskular
dapat juga terjadi pada DM tipe 1, namun yang lebih sering merasakan
komplikasi makrovaskular ini adalah penderita DM tipe 2 yang umumnya
menderita hipertensi, dislipidemia dan atau kegemukan. Kombinasi dari
penyakit-penyakit komplikasi makrovaskular dikenal dengan berbagai nama,
antara lain Syndrome X, Cardiac Dysmetabolic Syndrome, Hyperinsulinemic
Syndrome, atau Insulin Resistance Syndrome. Karena penyakit-penyakit
jantung sangat besar risikonya pada penderita diabetes, maka pencegahan
komplikasi terhadap jantung harus dilakukan sangat penting dilakukan,
termasuk pengendalian tekanan darah, kadar kolesterol dan lipid darah.
Penderita diabetes sebaiknya selalu menjaga tekanan darahnya tidak lebih
dari 130/80 mm Hg. Untuk itu penderita harus dengan sadar mengatur gaya
hidupnya, termasuk mengupayakan berat badan ideal, diet dengan gizi
seimbang, berolah raga secara teratur, tidak merokok, mengurangi stress
dan lain sebagainya.
4. Komplikasi mikrovaskular
Komplikasi mikrovaskular terutama terjadi pada penderita diabetes
tipe 1. Hiperglikemia yang persisten dan pembentukan protein yang terglikasi
(termasuk HbA1c) menyebabkan dinding pembuluh darah menjadi makin
lemah dan rapuh dan terjadi penyumbatan pada pembuluh-pembuluh darah
kecil. Hal inilah yang mendorong timbulnya komplikasi-komplikasi
mikrovaskuler, antara lain retinopati, nefropati, dan neuropati. Disamping
karena kondisi hiperglikemia, ketiga komplikasi ini juga dipengaruhi oleh
faktor genetik. Oleh sebab itu dapat terjadi dua orang yang memiliki kondisi
hiperglikemia yang sama, berbeda risiko komplikasi mikrovaskularnya.
Namun demikian prediktor terkuat untuk perkembangan komplikasi
mikrovaskular tetap lama (durasi) dan tingkat keparahan diabetes. Satu-
satunya cara yang signifikan untuk mencegah atau memperlambat jalan
perkembangan komplikasi mikrovaskular adalah dengan pengendalian kadar
gula darah yang ketat. Pengendalian intensif dengan menggunakan suntikan
insulin multi-dosis atau dengan pompa insulin yang disertai dengan
monitoring kadar gula darah mandiri dapat menurunkan risiko timbulnya
komplikasi mikrovaskular sampai 60%
Data Subjektif
1. Ny. E
2. Mengeluh badan terasa meriang, mual, lemas, seperti kehilangan tenaga
3. Pusing-pusing selama 7 hari terakhir
4. Klien adalah ibu rumah tangga yang kegiatan sehari-hari hanya duduk-duduk
di depan tv sambil makan makanan kecil
5. Klien mengatakan pola makannya bagus karena sering makan dan minum
Data Objektif
1. TTV :
a. TD : 130/89 mmHg
b. N : 90x/mnt
c. RR : 20x/mnt
d. S : 37,60C
2. BB : 85 kg
3. TB : 157 cm
4. GDS : 280 mg/dL
Analisa Data
Data Etiologi Masalah Keperawatan
Ds : Ny. E 45 th mengeluh Defisiensi insulin Risiko
badan terasa meriang, ketidakseimbangan level
mual, lemas seperti Peningkatan glukosa darah glukosa darah
kehilangan tenaga;pusing-
pusing selama 7 hari DM tipe 2
terakhir; klien ibu rumah
tangga yang kegiatan Gangguan metabolisme
sehari-harinya hanya karbohidrat
duduk-duduk di depan tv
sambil makan makanan Penurunan intake glukosa o/ sel
kecil, klien mengatakan
pola makannya bagus Hiperglikemia
karena sering makan dan
minum, klien mengatakan Konsentrasi glukosa >180 mg/dL
sering BAK karena
minumnya banyak. Risiko ketidakseimbangan level
Do : TD 130/89 mmHg ; BB glukosa darah
85 kg; TB 157 cm; GDS 280
mg/dL
Rencana Keperawatan :
DX : Risiko ketidakseimbangan level glukosa darah
Tujuan : setelah dilakukan asehan keperawatan selama 1x24 jam klien
dapatberpartisipasi dalam penatalaksanaan diabetes yang
dialaminya
Kriteria Hasil :
- Klien mengungkapkan pemahaman tentang prosedur, tes laboratorium, dan
aktivitas yang melibatkan pengontrolan diabetes.
- Klien dapat mendemonstrasikan kemahiran memantau sendiri kadar glukosa
dan penggunaan obat hipoglikemi atau terapi insulin.
Intervensi
Intervensi Rasional
Jelaskan penambahan berat badan normal Penambahan berat badan .
pada klien
Berikan informasi tentang kebutuhan program Klien harus latihan setelah makan untuk
latihan ringan (secara teratur, 20 menit mencehag hipoglikemi dan menstabilkan
setelah makan) penyimpanan glukosa
Diskusikan bagaimana supaya klien dapat Penting untuk mencari pertolongan medis
mengenali tanda-tanda infeksi awal untuk menghindari komplikasi
Anjurkan klien mempertahankan pengkajian Bila ditinjau ulang ulang oleh praktisi
harian terhadap kadar glukosa, diet, latihan pemberi perawatan, catatan harian klien
dapat membantu evaluasi dan perubahan
terapi.
Berikan nomor anggotatim kesehatan untuk Klien perlu diyakinkan bahwa pertanyaan
dihubungi akan dijawab dan masalah akan dihadapi
segera dalam 24 jam dalam sehari.
Libatkan keluarga pasien untuk perencanaan Memberikan informasi pada keluarga untuk
makanan memahami kebutuhan nutrisi pasien
Analisa Data
Rencana Keperawatan
Kriteria Hasil :
Intervensi :
Intervensi Rasional
1. Jelaskan pentingnya mematuhi diet dan Terapi Diet dan latihan penting untuk
program latihan yang dianjurkan pengobatan DM
4. Ajarkan Pentingnya pencapaian dan Klien obesitas memiliki reseptor insulin yang
pemeliharaan BB normal lebih sedikit . penurunan BB menyimpan
sejumlah reseptor insulin, insulin lebih
efektif
5. Bahas mulainya program latihan Minta Latihan menjadi kontraindikasi bila kadar
klien konsultasi dengan dokter sebelum gula . 300 mg/dl peningkatan glukosa
memulai , bila indikasi nasihati klien untuk : darah dan keton glukosa yang dibentuk
hebar > penggunaan insulin tubuh
- Mulai dengan lambat dan ringan
- Pilih aktifitas yang melibatkan semua
anggota tubuh
- Tidak latihan bila kadar glukosa darah
> 300mg/dl atau bila terdapat keton
Defisit pengetahuan
Kriteria hasil :
b. memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam regimen
perawatan
Intervensi :
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat kemampuan klien dan Mengetahui seberapa jauh pemahaman
keluarga tentang penyakitnya klien dan keluarga tentang penyakitnya
3. Anjurkan klien dan keluarga untuk Diet dan pola makan yang tepat membantu
memperhatikan diet makannya proses penyembuhan