Anda di halaman 1dari 32

ASKEP FILARIASIS

OLEH

OLIVA DAWI NGANA


141111078

PROGRAM STUDI NERS


UNIVERSITA CITRA BANGSA
KUPANG
2020
1.1 .LatarBelakang
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan ilmu dan kiat keperawatan yang
berbentuk pelayanan biopsikososial dan spiritual yang komprehensif serta ditujukan
kepada individu, keluarga, masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencankup
seluruh siklus kehidupan manusia. Pelayanan keperawatan dilakukan dalam upaya
meningkatkan derajat kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan serta
pemeliharaan kesehatan dengan penekanan serta pemeliharaan kesehatan khususnya
pada klien. (Perry, Potter. 2005)
Filariasis atau yang dikenal dengan penyakit kaki gajah mulai ramai diberitakan sejak
akhir tahun 2009, akibat terjadinya kematian pada beberapa orang. Sebenarnya
penyakit ini sudah mulai dikenal sejak 1500 tahun oleh masyarakat, dan mulai diselidik
lebih mendalam ditahun 1800 untuk mengetahui penyebaran, gejala serta upaya
mengatasinya. Baru ditahun 1970, obat yang lebih tepat untuk mengobati filarial
ditemukan.Rubrik ini berusaha menjelaskan mengapa hal tersebut dapat terjadi dan
mengapa penanggulangan Penyakit Kaki Gajah harus segera dilaksanakan. Penyakit
filaria yang disebabkan oleh cacing khusus cukup banyak ditemui di negeri ini dan
cacing yang paling ganas ialah Wuchereria bancrofti, Brugia, malayi, Brugia timori,
Penelitian di Indonesia menemukan bahwa cacing jenis Brugia dan Wuchereria
merupakan jenis terbanyak yang ditemukan di Indonesia, sementara cacing jenis Brugia
timori hanya didapatkan di Nusa Tenggara Timur, khususnya di pulau Timor. Di dunia,
penyakit ini diperkirakan mengenai sekitar 115 juta manusia, terutama di Asia Pasifik,
Afrika, Amerika Selatan dan kepulauan Karibia.Penularan cacing Filaria terjadi melalui
nyamuk dengan periodisitas subperiodik (kapan saja terdapat di darah tepi) ditemukan
di Indonesia sebagian besar lainnya memiliki periodisitas nokturnal dengan nyamuk
Culex, nyamuk Aedes dan pada jenis nyamuk Anopheles.Nyamuk Culex juga biasanya
ditemukan di daerah-daerah urban, sedangkan Nyamuk Aedes dan Anopheles dapat
ditemukan di daerah-daerah rural. (Riyanto,harun.2010)
Filariasis merupakan penyakit menular (penyakit kaki gajah) yang disebabkan oleh
cacing filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk.penyakit ini bersifat
menahun, dan bila tidak dapat pengobatan daapt menimbulakan cacat menetap berupa
pembesaran kaki, lengan, dan alat kelamin, baik perempuan maupun laki-laki.
Akibatnya penderita tidak dapat bekerja secara optimal bahkan hidupnya tergantung
kepada orang lain sehingga menjadi beban keluarga. Berdasarkan laporan dari hasil
survey pada tahun 2000 yang lalu tercatat sebanyak 1553 desa di 647 puskesmas
tersebar di 231 kabupaten sebagai lokasi endemis, dengan jumlah kasus kronis 6233
orang. Hasil survei laboratorium, melalui pemeriksaan darah jari, rata-rata mikrofilaria
rate (Mf Rate) 3,1%berarti sekitar 6 juta orang sudah terinfeksi cacing filaria dan sekitar
100 juta orang memepunyai resiko tinggi untuk ketularan karena nyamuk penularannya
tersebar luas. Untuk memberantas penyakit ini sampai tuntas. (Chairufatah,alex.2009)
Dari uraian diatas dapat kita simpulkan penyakit filariasis adalah penyakit endemis
yang apabila tidak ditangani secara cepat akan memperluas penyebaran dan
penularannya kepada manusia. Oleh karena itu kita perlu mengetahui apa itu filariasis,
serta hal-hal yang terkait dengannya. Berdasarkan paparan dari fakta inilah maka saya
selaku penulis tertarik untuk membahas kasus mengenaipenyakit filariasis. (Riyanto,
harun.2005)
1.2Tujuan
1.2.1TujuanUmum
Mahasiswa mampu memahamikonsep dan melaksanakan Asuhan Keperawatan
padapasiendenganpenyakitfilarisis.
1.2.2Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada psien dengan penyakit
filarisis.
b. Mahasiswa mampu menganalisa data sesuai dengan pengkajian pada pasien
dengan penyakit.
c. Mahasiswa mampu membuat diagnosa keperawatan pada pasien dengan
penyakit filarisis.
d. Mahasiswa mampu membuat rencana asuhan keperawatan pada pasien
dengan penyakit filarisis.
e. Mahasiswa mampu melakukan implementasi asuhan keperawatan pada pasien
dengan penyakit filarisis.
f. Mahasiswa mampu mengevaluasi intervensi keperawatan yang telah
dilakukan pada pasien dengan penyakit filarisis.

BAB II
TINJAUANPUSTAKA
2.1Teoritis
2.1.1Definisi
Filariasis ialah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing
filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk pada kelenjar getah bening,
Penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan bila tidak mendapatkan pengobatan
dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan dan alat
kelamin baik perempuanmaupun laki-laki.(Witagama,dedi.2009)

2.1.2Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh 3 spesies cacing filarial : Wuchereria Bancrofti,
Brugia Malayi, Brugia Timori. cacing ini menyerupai benang dan hidup dalam
tubuh manusia terutama dalam kelenjar getah bening dan darah. infeksi cacing
ini menyerang jaringan viscera, parasit ini termasuk kedalam superfamili
Filaroidea, family onchorcercidae.
Cacing ini dapat hidup dalam kelenjar getah bening manusia selama 4 - 6 tahun
dan dalam tubuh manusia cacing dewasa betina menghasilkan jutaan anak
cacing (microfilaria) yang beredar dalam darah terutama malam hari.
Ciri-ciri cacing dewasa atau makrofilaria :
a. Berbentuk silindris, halus seperti benang, putih dan hidup di dalam sisitem
limfe.
b. Ukuran 55 – 100 mm x 0,16 mm
c. Cacing jantan lebih kecil: 55 mm x 0,09 mm
d. Berkembang secara ovovivipar
Mikrofilaria :
a. Merupakan larva dari makrofilaria sekali keluar jumlahnya puluhan ribu
b. Mempunyai sarung. 200 – 600 X 8 um
Faktor yang mempengaruhi perkembangan makrofilaria:
a. Lingkungan fisik : Iklim, Geografis, Air dan lainnnya,
b. Lingkungan biologic : lingkungan Hayati yang mempengaruhi penularan;
hutan, reservoir, vector
c. Lingkungan sosial ekonomi budaya : Pengetahuan, sikap dan perilaku,
adat
d. Istiadat, Kebiasaan dsb,
e. Ekonomi: Cara Bertani, Mencari Rotan, Getah Dsb

2.1.3 Patofisiologi

Parasit

Menuju pemb. Limfa

Perubahan dari larva
Stadium3

Parasit Dewasa
Berkembang biak ↓ Menyebabkan
antigen
↓ Meyebabkan dilatasi Parasit
Kumpulan Pemb. Limfa Mengangktifkan
Cacing filaria ↓ Mengaktifkan Sel T
Dewasa Penyebab Pembengkakan pemb. Limfa
Penyumbatan Pemb. Limfa
↓ Kerusakan struktur IgE berikatan
NYERI
↓ ↓
KERUSAKAN INTEGRITAS Mediator
Inflamasi
KULIT ↓
Kelenjar getah
bening
Adanya inflamasi pada kulit ↓
↓ HIPERTERMI
HARGA DIRI RENDAH

2.1.4 Manifestasi klinis


Manifestasi gejala klinis filariasis disebabkan oleh cacing dewasa pada sistem
limfatik dengan konsekuensi limfangitis dan limfadenitis. Selain itu, juga oleh
reaksi hipersensitivitas dengan gejala klinis yang disebut occult filariasis.
Dalam proses perjalanan penyakit, filariasis bermula dengan limfangitis dan
limfadenitis akut berulang dan berakhir dengan terjadinya obstruksi menahun
dari sistem limfatik. Perjalanan penyakit berbatas kurang jelas dari satu stadium
ke stadium berikutnya, tetapi bila diurutkan dari masa inkubasi dapat dibagi
menjadi:

1. Masa prepaten
Merupakan masa antara masuknya larva infektif sampai terjadinya
mikrofilaremia yang memerlukan waktu kira-kira 3¬7 bulan. Hanya sebagian
tdari penduduk di daerah endemik yang menjadi mikrofilaremik, dan dari
kelompok mikrofilaremik inipun tidak semua kemudian menunjukkan gejala
klinis. Terlihat bahwa kelompok ini termasuk kelompok yang asimtomatik baik
mikrofilaremik ataupun amikrofilaremik.
2. Masa inkubasi
Merupakan masa antara masuknya larva infektif hingga munculnya gejala klinis
yang biasanya berkisar antara 8-16 bulan.
3. Gejala klinik akut
Gejala klinik akut menunjukkan limfadenitis dan limfangitis yang disertai panas
dan malaise. Kelenjar yang terkena biasanya unilateral. Penderita dengan gejala
klinis akut dapat mikrofilaremik ataupun amikrofilaremik.
4. Gejala menahun
Gejala menahun terjadi 10-15 tahun setelah serangan akut pertama. Mikrofilaria
jarang ditemukan pada stadium ini, sedangkan limfadenitis masih dapat terjadi.
Gejala kronis ini menyebabkan terjadinya cacat yang mengganggu aktivitas
penderita serta membebani keluarganya.

2.1.4 Komplikasi
a. Cacat menetap pada bagian tubuh yang terkena
b. Elephantiasis tungkai
c. Limfedema : Infeksi Wuchereria mengenai kaki dan lengan, skrotum,
penis,vulva vagina dan payudara,
d. Hidrokel (40-50% kasus), adenolimfangitis pada saluran limfe testis
berulang:
pecahnya tunika vaginalisHidrokel adalah penumpukan cairan yang berlebihan
di antaralapisan parietalis dan viseralis tunika vaginalis. Dalam keadaan normal,
cairan yang berada di dalam rongga itu memang adadan berada dalam
keseimbangan antara produksi dan reabsorbsi oleh sistem limfatik di sekitarnya.
e. Kiluria : kencing seperti susu karena bocornya atau pecahnya saluran limfe
oleh cacing dewasa yang menyebabkan masuknya cairan limfe ke dalam saluran
kemih.

2.1.5 Pemeriksaan diagnostic


a. Diagnosis Klinik
Diagnosis klinik ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan klinik.
Diagnosis klinik penting dalam menentukan angka kesakitan akut dan menahun
(Acute and Chronic Disease Rate).
Pada keadaan amikrofilaremik, gejala klinis yang mendukung dalam diagnosis
filariasis adalah gejala dan tanda limfadenitis retrograd, limfadenitis berulang
dan gejala menahun.

b. Diagnosis Parasitologik
Diagnosis parasitologik ditegakkan dengan ditemukannya mikrofilaria pada
pemeriksaan darah kapiler jari pada malam hari. Pemeriksaan dapat dilakukan
siang hari, 30 menit setelah diberi DEC 100 mg. Dari mikrofilaria secara
morfologis dapat ditentukan species cacing filaria.

c. Radiodiagnosis
Pemeriksaan dengan ultrasonografi (USG) pada skrotum dan kelenjar
limfe inguinal penderita akan memberikan gambaran cacing yang bergerak-
gerak (filarial dance sign).
Pemeriksaan limfosintigrafi dengan menggunakan dekstran atau albumin yang
dilabel dengan radioaktif akan menunjukkan adanya abnormalitas sistem
limfatik, sekalipun pada penderita yang mikrofilaremia asimtomatik.

d. Diagnosis Immunologi
Pada keadaan amikrofilaremia seperti pada keadaan prepaten, inkubasi,
amikrofilaremia dengan gejala menahun, occult filariasis, maka deteksi antibodi
dan/atau antigen dengan cara immunodiagnosis diharapkan dapat menunjang
diagnosis.
Adanya antibodi tidak menunjukkan korelasi positif dengan mikrofilaremia,
tidak membedakan infeksi dini dan infeksi lama. Deteksi antigen merupakan
deteksi metabolit, ekskresi dan sekresi parasit tersebut, sehingga lebih mendekati
diagnosis parasitologik. Gib 13, antibodi monoklonal terhadap O. gibsoni
menunjukkan korelasi yang cukup baik dengan mikrofilaremia W. bancrofti di
Papua New Guinea.

2.1.6 Penatalaksanaan
Dietilkarbamasin sitrat (DEC) merupakan obat filariasis yang ampuh, baik untuk
filariasis bancrofti maupun brugia, bersifat makrofilarisidal dan mikrofilarisidal.
Obat ini ampuh, aman dan murah, tidak ada resistensi obat, tetapi memberikan
reaksi samping sistemik dan lokal yang bersifat sementara. Reaksi sistemik
dengan atau tanpa demam, berupa sakit kepala, sakit pada berbagai bagian
tubuh, persendian, pusing, anoreksia, kelemahan, hematuria transien, alergi,
muntah dan serangan asma. Reaksi lokal dengan atau tanpa demam, berupa
limfadenitis, abses, ulserasi, limfedema transien, hidrokel, funikulitis dan
epididimitis. Reaksi samping sistemik terjadi beberapa jam setelah dosis
pertama, hilang spontan setelah 2-5 hari dan lebih sering terjadi pada penderita
mikrofilaremik. Reaksi samping lokal terjadi beberapa hari setelah pemberian
dosis pertama, hilang spontan setelah beberapa hari sampai beberapa minggu
dan sering ditemukan pada penderita dengan gejala klinis. Reaksi sampingan ini
dapat diatasi dengan obat simtomatik.

Kegiatan pemberantasan nyamuk terdiri atas:


1. Pemberantasan nyamuk dewasa
a. Anopheles : residual indoor spraying
b. Aedes : aerial spraying
2. Pemberantasan jentik nyamuk
a. Anopheles : Abate 1%
b. Culex : minyak tanah
c. Mansonia : melenyapkan tanaman air tempat perindukan, mengeringkan
rawa dan saluran air
3. Mencegah gigitan nyamuk
a. Menggunakan kawat nyamuk/kelambu
b. Menggunakan repellent
Penyuluhan tentang penyakit filariasis dan penanggulangannya perlu
dilaksanakan sehingga terbentuk sikap dan perilaku yang baik untuk menunjang
penanggulangan filariasis.
Sasaran penyuluhan adalah penderita filariasis beserta keluarga dan seluruh
penduduk daerah endemis, dengan harapan bahwa penderita dengan gejala
klinik filariasis segera memeriksakan diri ke Puskesmas, bersedia diperiksa
darah kapiler jari dan minum obat DEC secara lengkap dan teratur serta
menghindarkan diri dari gigitan nyamuk.. Evaluasi hasil pemberantasan
dilakukan setelah 5 tahun, dengan melakukan pemeriksaan vektor dan
pemeriksaan darah tepi untuk deteksi mikrofilaria.

2.2 Landasan Teoritis Keperawatan


2.2.1 Pengkajian
a. Riwayat kesehatan
Jenis infeksi sering memberikan petunjuk pertama karena sifat kelainan imun.
Cacing filariasis menginfeksi manusia melalui gigitan nyamuk infektif yang
mengandung larva stadium III. Gejala yang timbul berupa demam berulang-
ulang 3-5 hari, demam ini dapat hilang pada saat istirahat dan muncul lagi setelah
bekerja berat.

b. Aktifitas / Istirahat
Gejala : Mudah lelah, intoleransi aktivitas, perubahan pola tidur.
Tanda : Kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisiologi aktivitas
( Perubahan TD, frekuensi jantung)

c. Sirkulasi
Tanda : Perubahan TD, menurunnya volume nadi perifer, perpanjangan
pengisian kapiler.
d. Integritas dan Ego
Gejala : Stress berhubungan dengan perubahan fisik, mengkuatirkan
penampilan, putus asa, dan sebagainya.
Tanda : Mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri, marah.

e. Integumen
Tanda : Kering, gatal, lesi, bernanah, bengkak, turgor jelek.

f. Makanan / Cairan
Gejala : Anoreksia, permeabilitas cairan
Tanda : Turgor kulit buruk, edema.

g. Hygiene
Gejala : Tidak dapat menyelesaikan AKS
Tanda : Penampilan tidak rapi, kurang perawatan diri.

h. Neurosensoris
Gejala : Pusing, perubahan status mental, kerusakan status indera peraba,
kelemahan otot.
Tanda : Ansietas, refleks tidak normal.

i. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Nyeri umum / local, rasa terbakar, sakit kepala.
Tanda : Bengkak, penurunan rentang gerak.

j. Keamanan
Gejala : Riwayat jatuh, panas dan perih, luka, penyakit defisiensi imun,
demamberulang,berkeringat malam.
Tanda : Perubahan integritas kulit, pelebaran kelenjar limfe.

k. Seksualitas
Gejala : Menurunnya libido
Tanda : Pembengkakan daerah skrotalis
l. Interaksi Sosial
Gejala : Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis, isolasi, kesepian.
Tanda : Perubahan interaksi, harga diri rendah, menarik diri.

m. Pemeriksaan diagnostic
Menggunakan sediaan darah malam, diagnosis praktis juga dapat menggunakan
ELISA dan rapid test dengan teknik imunokromatografik assay. Jika pasien
sudah terdeteksi kuat telah mengalami filariasis limfatik, penggunaan USG
Doppler diperlukan untuk mendeteksi pengerakan cacing dewasa di tali sperma
pria atau kelenjer mamae wanita.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peradangan pada kelenjar
getah bening
2. Nyeri berhubungan dengan pembengkakan kelenjar limfe
3. Kurang pengetahuan berhubungan inefektif informasi
4. Mobilitas fisik terganggu berhubungan dengan pembengkakan pada
anggota tubuh
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan bakteri, defisit imun, lesi
pada kulit
6. Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan fisik

2.2.3 Intervensi
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peradangan pada kelenjar
getah bening
No.
Intervensi
Rasional

1. Berikan kompres pada daerah frontalis dan axial


Mempengaruhi pusat pengaturan suhu di hipotalamus, mengurangi panas tubuh
yang mengakibatkan darah vasokonstriksi sehingga pengeluaran panas secara
konduksi.
2 .Monitor vital sign, terutama suhu tubuh
Untuk mengetahui kemungkinan perubahan tanda-tanda vital.
3. Pantau suhu lingkungan dan modifikasi lingkungan sesuai kebutuhan,
misalnya sediakan selimut yang tipis
Dapat membantu dalam mempertahankan / menstabilkan suhu tubuh pasien.
4.Anjurkan kien untuk banyak minum air putih
Diharapkan keseimbangan cairan tubuh dapat terpenuhi.
5.Anjurkan klien memakai pakaian tipis dan menyerap keringat jika panas tinggi
Dengan pakaian tipis dan menyerap keringat maka akan mengurangi penguapan.
6.Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi pengobatan (anti
piretik).
Diharapkan dapat menurunkan panas dan mengurangi infeksi.

2. Nyeri berhubungan dengan pembengkakan kelenjar limfe


No. Intervensi
1.Berikan tindakan kenyamanan (pijatan / atur posisi), ajarkan teknik relaksasi.
Rasional : Meningkatkan relaksasi, memfokuskan kembali perhatian dapat
meningkatkan koping.

2.Observasi nyeri (kualitas, intensitas, durasi dan frekuensi nyeri).


Rasional : Menentukan intervensi selanjutnya dalam mengatasi nyeri

3.Anjurkan pasien untuk melaporkan dengan segera apabila ada nyeri


Rasional : Nyeri berat dapat menyebabkan syok dengan merangsang sistem
syaraf simpatis, mengakibatkan kerusakan lanjutan

4.Alihkan perhatian klien dari nyeri yang dialami


Rasinal : Untuk Mengatasi nyeri

5.Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi pengobatan (obat


anelgetik).
Diberikan untuk menghilangkan nyeri.

3. Kurang pengetahuan berhubungan inefektif informasi


No
Intervensi
1.Kaji apakah klien memahami dan mengerti tentang penyakitnya
Rasinal : Klien memperoleh informasi untuk dapat melakukan pengobatan
secara mandiri

2.Jaga agar klien mendapatkan informasi yang benar, memperbaiki kesalahan


konsepsi/informasi
Klien dapat informasi yang benar dari perawat untuk dapat merasakan manfaat
penanganannya lebih baik

3.Nasehati klien agar selalu menjaga hygiene pribadi juga lingkungan


Rasional : Dengan terjaganya hygiene, tidak memperparah komplikasi yang
timbul

4. Mobilitas fisik terganggu berhubungan dengan pembengkakan pada anggota


tubuh
Intervensi
1.Lakukan Retang Pergerakan Sendi (RPS)
Rasinal : Meningkatkan kekuatan otot dan mencegah kekakuan sendi

2.Tingkatkan tirah baring / duduk


Rasional : Meningkatkan istirahat dan ketenangan, menyediakan enegi untuk
penyembuhan

3.Berikan lingkungan yang tenang


Rasional : tirah baring lama dapat meningkatkan kemampuan

4.Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi


Rasional : Menetapkan kemampuan / kebutuhan pasien dan memudahkan
pilihan intervensi

5.Observasi ukuran diameter pada tungkai kaki klien


Rasional : untuk mengetahui perubahan ukuran pada tungkai kaki klien
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan bakteri, defisit imun, lesi
pada kulit
Intervensi
1.Ubah posisi tempat tidur dan kursi sesering mungkin
Rasional : Mengurangi resiko abrasi kulit dan penurunan tekanan yang dapat
menyebabkan kerusakan aliran darah seluler

2.Gunakan pelindungan kaki, bantalan busa atau air pada waktu berada di tempat
tidur dan pada waktu duduk dikursi
Rasional : Tingkatkan sirkulasi darah pada permukaan kulit untuk mengurangi
panas atau kelembaban

3.Periksa permukaan kulit kaki yang bengkak secara rutin


Rasional : Kerusakan kulit dapat terjadi dengan cepat pada daerah yang
bereksiko yang terinfeksi dan nekrotik

4.Anjurkan pasien untuk melakukan rentang gerak


Rasional : Meningkatkan sirkulasi dan meningkatkan partisipasi pasien

5.Kolaborasi: Rujuk pada ahli kulit. Meningkatkan sirkulasi dan mencegah


terjadinya decubitus
Rasional :Mungkin membutuhkan perawatan professional untuk masalah yang
dialami

2.3. Landasan Kasus


KASUS PEMICU FILARIASIS
Ibu S. Usia 39 tahun, agama Islam, alamat tinggal lorong Mawar no 30 Jambi,
pekerjaan Ibu Rumah Tangga. Masuk RS pada tanggal 13/03/2011, diruang
perawatan penyakit dalam kelas III/A. dengan keluhan demam berulang-ulang
selama 4 hari, demam hilang bila istirahat dan demam akan muncul kembali
ketika bekerja berat. Klien selalu bertanya kepada perawat tentang penyakit yang
dideritanya.Klien tampak cemas.Klien juga mengatakan terasa panas dan sakit
menjalar dari pangkal kaki kearah ujung kaki dan klien mengatakan nyeri
semakin terasa jika kaki yang sakit dibawa bergerak. Klien mengatakan kakinya
yang sakit tampak lebih besar dari yang satunya. Saat pengkajian didapat klien
masih mengeluh demam dan Wajah klien tampak memerah, klien juga mengeluh
terasa panas dan sakit yang menjalar dari pangkal kaki keujung kaki, skala nyeri
7. Nyeri terasa berulang-ulang, nyeri tekan (+), non piting oedema (+), klien
tampak meringis ketika berjalan. data yang di dapat ukuran tungkai kaki klien
30cm.Dari pemeriksaan TTV TD : 130/60 mmHg, RR : 24 x/i, N : 110 x/i, S :
38,5°C. Dari hasil pemeriksaan darah diperoleh data Hb 10,8 gr/dl, Leukosit
9500/mm3;.Dari pemeriksaan darah jari kaki ditemukan parasit mikrofilaria inti
tubuh teratur, ujung ekor runcing dan tidak berinti dan selubung tubuh
transparan.

2.3.1 Pengkajian
Unit : perawatan penyakit dalam
Tanggal masuk : 13 maret 2011

Ruang /kamar : III / A


1. Identitas klien
a. Nama : Ibu S
b. Umur : 39 tahun
c. Jenis kelamin : perempuan
d. Agama : islam
e. Suku/bangsa : Indonesia
f. Alamat : Lrg. Mawar

Penanggung Jawab
a. Nama : Tn. A
b. Alamat ruma :Lrg. Mawar
c. Hubungan dengan klien : suami

2. Data medik
Diagnosa Medik
Saat masuk : Filariasis
Saat pengkajian : Filariasis

3. Alasan masuk rumah sakit


Klien masuk rumah sakit dengan keluhan demam berulang-ulang selama 4 hari,
demam hilang bila istirahat dan demam akan muncul lagi ketika bekerja berat.

4. Riwayat kesehatan saat ini : Klien merasakan nyeri, panas, dan sakit yang
menjalar dari pangkal kaki kearah ujung kaki dengan skala nyeri , nyeri terasa
berulang-ulang

5. Riwayat kesehatan masa lalu


1. penyakit yang pernah diderita : tidak ada
2. pernah dirawat : tidak
3. pernah dioperasi : tidak
4. alergi terhadaap obat : tidak ada

6. Riwayat kesehatan keluarga


1. Genogram :tidak ada
2. Penyakit yang pernah diderita : tidak ada
3. Kesehatan orang tua : baik
4. Saudara kandung : baik
5. Hubungan keluarga dengan klien : baik

7. Faktor resiko penyakit tertentu dalam keluarga (kanker, hipertensi, diabetes


mellitus, penyakit jantung, epilepsy, TBC) : tidak ada

8. Kebiasaan Sehari-hari
1. Nutrisi-Cairan
a. Keadaan sejak sakit
a) Nafsu makan : baik
b) Frekuensi makan : 3x/sehari
c) Jumlah makan yang masuk : satu piring
d) Diet : tidak ada
e) Ketaatan terhadap diet tertentu : tidak ada
f) Mual/enek : tidak ada
g) Muntah : tidak ada
h) Nyeri ulu hati : tidak ada
i) Jumlah minum/24 jam : 600 ml/24 jam
j) Jenis minum : susu formula, air putih
k) Keluhan makan dan minum : tidak ada
2. Eliminasi
a. Keadaan sejak sakit
a) Frekuensi BAB/24 jak : 1x/24 jam
b) Waktu BAB : pagi
c) Warna feses : kuning
d) Konsistensi : semi solid
e) Bentuk feses : lunak
f) Penggunaaan pencahar : tidak ada
g) Keluhan BAB : tidak ada
h) Frekuensi BAK/24 jam : 4-6x/24 jam
i) Warna urine : kuning
j) Volume urine : 200-300 ml
k) Bau urine : khas
l) Melena : tidak ada
m) Konstipasi : tidak ada
n) Kolostomi : tidak ada
o) Sering menahan BAK : tidak
p) Keluhan BAK : tidak ada

3. Tidur istirahat
a. keadaan sejak sakit
1) Tidur siang : tidak ada
2) Bila ya berapa jam :-
3) Tidur malam : 4 jam
4) Kebisaan sebelum tidur : minum susu
5) Keluhan tidur : sering terbangun(nyeri)
6) Ekspresi wajah mengantuk : ada
7) Banyak menguap : ada

4. Data Psikologis
1. Persepsi tentang penyakit : tidak mengetahui penyakit
2. Suasana hati : sedih
3. Daya konsentrasi : kurang
4. Koping : baik
5. Konsep diri : baik

6. Data sosial
1. tempat tinggal : Lrg. mawar
2. hubungan dengan keluarga : baik
3. hubungan dengan klien : baik
4. hubungan dengan perawat : baik.

7. Data spritual
1. Agama yang dianut : islam
2. Apakah agama sangat penting : ya
3. Kegiatan keagamaan selama dirawat : berdoa
4. Apakah berdoa untuk kesembuhan : ya

8. Pemeriksaan fisik
1. Keadan sakit : klien tampak sakit pada kaki
Alasan : klien masih dapat berinteraksi dengan baik,hanya terkadang tampak
meringis saat nyeri pada kakinya kembali dirasakan.
2. Tanda tanda vital :
a. Kesadaran
1) Kualitatif : kompos mentis
2) Kuantitatif : Glaslow coma scale
Respon motorik ( M ) :6
Respon verbal ( V ) :5
Respon eyes ( E ) :4
Jumlah : : 15
Kesimpulan : Composmentis
b. Nadi
Frekuensi : 110 x/menit
Irama : Teratur
c. Suhu :38,50C daerah Axila

3. Kepala
a. Bentuk kepala : simetris asimetris
b. Cephalon hematome : tidak ada
c. Warna rambut : hitam
d. Keadaan rambut : baik
e. Kulit kepala : kotor dan bau
f. Lesi : bersih ketombe
g. Bengkak/benjolan : tidak ada
h. Nyeri/pusing : tidak ada
i. Keluhan lain : tidak ada

4. Mata/Penglihatan
a. Ketajaman penglihatan : baik
b. Alis : tebal dan lebat
c. Simetris : ya
d. Sclera : putih dan jernih kebiruan kuning/ikterik
e. Pupil : baik
f. Konjungtiva : an anemis
g. Bola mata : baik
h. Gerakan bola mata : baik
i. Lapang pandang : baik
j. Kornea dan iris : baik
k. Peradangan : tidak ada
l. Keluhan penglihatan : tidak ada

5. Hidung/penciuman
a. Ukuran : kecil
b. Bentuk : mancung
c. Kesimetrisan : simestris
d. Warna : kemerahan
e. Fungsi penciuman : baik
f. Perdarahan : tidak ada

6. Telinga pendengaran
a. Warna : merah muda
b. Lesi : tidak ada
c. Cerumen : dalam batas normal
d. Membran timpani : baik
e. Fungsi pendengaran : baik
f. Nyeri : tidak ada

7. Pengecapan
a. Warna lidah : merah muda
b. Kelembapan lidah : lembab
c. Keadaan lidah : normal
d. Caries : tidak ada
e. Keadaan gusi : normal
f. Fungsi pengunyah : belum sempurna
g. Fungsi mengecap : normal
h. Fungsi bicara : normal
i. Bau mulut : normal
j. Reflek menelan : baik

8. Dada/pernafasan
a. bentuk : simetris
b. suara nafas : tidak ada bunyi tambahan
c. perkusi dada : bronkovesikuler
d. ekspansi paru : baik
e. batuk : tidak ada
f. sputum : tidak ada
g. nyeri dada : tidak ada
h. pergerakan ronggga dada : retraksi
9. kardiovaskuler
a. Ukuran jantung : normal
b. Bunyi jantung I : normal (lup)
c. Bunyi jantung II : normal (dup)
d. Bunyi jantung tambahan : tidak ada
e. Nyeri dada : tidak ada
f. Palpitasi : tidak ada
g. Edema : tidak ada
h. Jari-jari tabuh : tidak ada

10. Abdomen/pencernaan
a. bising usus : 10X/menit
b. keadaan hepar : normal
c. keadaan limfa : normal
d. nyeri tekan : tidak ada
e. benjolan-benjolan : tidak ada
f. ascietas : tidak ada

11. Muskuloskeletal
a. Kekuatan otot :2
b. Tonus otot : buruk
c. Kaku sendi : ada
d. Atropi : tidak ada
e. Trauma/lesi : tidak ada
f. Nyeri : panas dan sakit pada bagian pangkal sampai
ujung kaki
g. Kecacatan/deformitas : tidak ada
h. Eksermitas atas : baik
i. Ekstermitas bawah : kaki klien tampak besar sebelah, nyeri tekan
(+), non piting edema (+), klien mengatakan panas dan sakit yang menjalar dari
pangkal hingga ujung kaki. Klien tampak meringis ketika berjalan, nyeri
bertambah saat kaki klien bergerak.

12. Keadaan neurologi


a. Tingkat kesadaran : komposmetis
b. Koordinasi : baik
c. Memory/daya ingat : baik
d. Orientasi ( tempat, orang, waktu ) : baik
e. Tremor : tidak ada
f. Gangguan motorik/ lumpuh : tidak ada
g. Kejang : tidak ada

13. Sensasi terhadap ransangan


a. Rasa Nyeri : baik
b. Rasa suhu : baik
c. Rasa raba : baik

14. Integumen kulit


a. Warna : normal
b. Tekstur : halus / licin, fleksibel, lunak
c. Kelembapan : baik
d. Suhu kulit : hangat normal
e. kelainan warna : tidak ada
f. Pucat : tidak
g. Bau kulit : khas
h. Pigmentasi : normal
I keadaan kuku : panjang
j. kebersihan kuku : baik

15. hasil laboratorium


a. pemeriksaan darah
Hb 10,8 gr/dl, leukosit 12.000/mm3, Ht 36,80%, trombosit 423.000/mm3,
eosinofil 20%, basofil 4%, netrofil batang 40%, netrofil segmen 20%, limfosit
15%, monosit 1%.

i. Interpretasi laboratorium
Nilai Normal Kasus Keterangan
Hb 12-16 g/dl 10,8 g/dl ↓
Ht 37-47 % 36,80 % ↓
Leukosit 5.000-10.000/mm³ 12.000/mm³ naik
Trombosit 150-450 x 103/mm³ 423.000/mm³ Normal

ii. Interpretasi hasil kajian leukosit


Diftel Nilai Normal Kasus Keterangan
Eosinofil 1-3 20 ↑↑
Basofil 0-1 4 ↑
Neutrofil batang 2-6 40 ↑↑
Neutrofil segmen 50-70 20 ↓
Limfosit 20-40 15 ↓
Monosit 2-8 1 ↓

Dari pemeriksaan darah jari ditemukan Parasit → Mikrofilaria : inti tubuh


teratur, ujung ekor runcinng, tidak berinti, dan seluruh tubuh (W. bancrofti)
transparan.

2.3.2 Klasifikasi Data

Data Subjektif / DS :
• Klien mengatakan terasa panas dan sakit menjalar dari pangkal kaki ke
arah ujung kaki.
• Klien mengatakan kaki nya yang sakit tampak lebih besar dari yang satu
nya
• Klien mengatakan nyeri bertambah jika kaki yang sakit dibawa bergerak
• Klien mengatakan demam berulang selama 4 hari
• Demam hilang bila beristirahat dan muncul ketika kembali bekerja berat.
• klien mengatakan kakinya yang sakit tampak besar sebelah
• Klien selalu bertanya kepada perawat tentang penyakit yang dideritanya.

Data objektif / DO :
• Klien tampak meringis ketika berjalan.
• Skala nyeri 7
• nyeri tekan (+)
• non pitting oedema (+)
• Nadi: 110 x/i, RR 24x/i, TD 130/60 mmHgSuhu 38,5°c
• Obstruksi kelenjar getah bening pada daerah tungkai
• Data yang di dapat ukuran tungkai kaki klien 30cm.
• Wajah klien tampak memerah
• Kulit klien teraba hangat Adanya Inflamasi pada kelenjar getah bening
• Kaki klien tampak lebih besar dari yang satunya.
• Adanya pembengkakan pada kelenjar limfe di daerah tungkai (inguinal)
• Hb 10,8 gr/dl, Leukosit 9.500/ Hitung jenis: eosinofil 20%, basofil 4%,
netrofil batang 40%, netrofil segmen 20%, limfosit 15%, monosit 1%.
• Dari pemeriksaan darah jari kaki ditemukan parasit mikrofilaria inti tubuh
teratur, ujung ekor runcing dan tidak berinti dan selubung tubuh transparan.
• kaki klien tampak besar sebelah Pemajanan penularan melalui vektor
• Klien tampak cemas.

2.3.3 Analisa Data


Nama : Ny. S
Umur : 39 tahun
1.Syimptom :
DS:
• Klien mengatakan terasa panas dan sakit menjalar dari pangkal kaki ke
arah ujung kaki.
• Klien mengatakan kaki nya yang sakit tampak lebih besar dari yang satu
nya
• Klien mengatakan nyeri bertambah jika kaki yang sakit dibawa bergerak
DO:
• Klien tampak meringis ketika berjalan.
• Skala nyeri 7
• nyeri tekan (+)
• non pitting oedema (+)
• N: 110 x/i, RR 24x/i, TD 130/60 mmHg
• Suhu 38,5°c
• Leukosit 9500/mm³
Etiologi :
Parasite dewasa

Berkembang biak

Kumpulan cacing Filaria dewasa penyebab penyumbatan pemb.limfa

Nyeri

Problem :
Nyeri

2. Syimptom
DS:
• Klien mengatakan demam berulang selama 4 hari
• Demam hilang bila beristirahat dan muncul ketika kembali bekerja berat.
• Klien mengatakan terasa panas dan sakit menjalar dari pangkal kaki ke
arah ujung kaki.

DO:
• Suhu 38,5°c
• RR 24x/i
• N 110x/
• TD 130/60 mmHg
• Wajah klien tampak memerah
• Kulit klien teraba hangat
• Hb 10,8 gr/dl, Leukosit 9.500/ Hitung jenis: eosinofil 20%, basofil 4%,
netrofil batang 40%, netrofil segmen 20%, limfosit 15%, monosit 1%.
IgE berikatan dengan parasite

Mediator inflamasi

Adanya inflamasi pada kelenjar getah bening


Hipertermi
Hipertermi
DS:
• Klien mengatakan terasa panas dan sakit menjalar dari pangkal kaki ke
ujung kaki
• Klien mengatakan nyeri bertambah jika kaki yang sakit dibawa bergerak.

DO:
• Kaki klien tampak lebih besar dari yang satunya.
• Klien tampak meringis saat berjalan.
• N 110x/i
• RR 24x/i
• Data yang di dapat ukuran tungkai kaki klien 30cm.

Etiologi :
Parasit dewasa

Berkembang biak

Kumpulan cacing Filaria dewasa

Gangguan mobilitas Fisik
Problem :Gangguan mobilitas fisik

3. Symptom
DS:
• Klien mengatakan kaki nya yang sakit tampak lebih besar dari yang satu
nya
• klien mengatakan kakinya yang sakit tampak besar sebelah
DO:
• Kulit klien teraba hangat Adanya Inflamasi pada kelenjar getah bening
• Kaki klien tampak lebih besar dari yang satunya.
• Adanya pembengkakan pada kelenjar limfe di daerah tungkai (inguinal)
• Dari pemeriksaan darah jari kaki ditemukan parasit mikrofilaria inti tubuh
teratur, ujung ekor runcing dan tidak berinti dan selubung tubuh transparan.
• kaki klien tampak besar sebelah Pemajanan penularan melalui vektor

Etiologi :
Parasite dewasa

Menyebabkan dilatasi pembuluh limfa

Pembengkakan pemb. Limfa

Kerusakan struktur

Kerusakan Integritas Kulit

Problem : Kerusakan integritas kulit

4. Symptom
DS:
• Klien selalu bertanya kepada perawat tentang penyakit yang dideritanya.
DO:
• Klien tampak cemas.
Inefektif Informasi
Kurangnya pengetahuan

2.3.3 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri b.d cacing Firaria penyebab penyumbatan pemb. Limfa d.d Klien
mengatakan terasa panas dan sakit menjalar dari pangkal kaki ke arah ujung
kaki, klien mengatakan kaki nya yang sakit tampak lebih besar dari yang satu
nya, klien mengatakan nyeri bertambah jika kaki yang sakit dibawa bergerak,
klien tampak meringis ketika berjalan, Skala nyeri 7, nyeri tekan (+), non pitting
oedema (+), N: 110 x/i, RR 24x/i, TD 130/60 mmHg, Suhu 38,5°c, Leukosit
9500/mm³.

2. Hipertermi b.d Adanya Inflamasi pada kelenjar getah bening d.d Klien
mengatakan demam berulang selama 4 hari, demam hilang bila beristirahat dan
muncul ketika kembali bekerja berat, klien mengatakan terasa panas dan sakit
menjalar dari pangkal kaki ke arah ujung kaki, Suhu 38,5°c, RR 24x/I, N 110x/I,
TD 130/60 mmHg, wajah klien tampak memerah, kulit klien teraba hangat.Hb
10,8 gr/dl, Leukosit 9.500/ Hitung jenis: eosinofil 20%, basofil 4%, netrofil
batang 40%, netrofil segmen 20%, limfosit 15%, monosit 1%.

3. Gangguan mobilitas fisik b.dcacing Firaria penyebab penyumbatan pemb.


Limfa d.d Klien mengatakan terasa panas dan sakit menjalar dari pangkal kaki
ke ujung kaki, klien mengatakan nyeri bertambah jika kaki yang sakit dibawa
bergerak, kaki klien tampak lebih besar dari yang satunya, klien tampak meringis
saat berjalan, N 110x/I, RR 24x/i.data yang di dapat ukuran tungkai kaki klien
30cm.

4. Kerusakan integritas kulit b.d Pembengkakan menyebabkan kerusakan


struktur d.d Klien mengatakan kaki nya yang sakit tampak lebih besar dari yang
satu nya, klien mengatakan kakinya yang sakit tampak besar sebelah, Kulit klien
teraba hangat Adanya Inflamasi pada kelenjar getah bening, Kaki klien tampak
lebih besar dari yang satunya, Adanya pembengkakan pada kelenjar limfe di
daerah tungkai (inguinal), Dari pemeriksaan darah jari kaki ditemukan parasit
mikrofilaria inti tubuh teratur, ujung ekor runcing dan tidak berinti dan selubung
tubuh transparan, kaki klien tampak besar sebelah Pemajanan penularan melalui
vektor
5. Kurangnya pengetahuan b.d Inefektif Informasi d.d Klien selalu bertanya
kepada perawat tentang penyakit yang dideritanya, Klien tampak cemas.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Filariasis adalah kelompok penyakit yang mengenai manusia dan binatang yang
disebabkan oleh parasit kelompok nematode yang disebut filaridae., dimana
cacing dewasanya hidup dalam cairan san saluran limfe, jaringan ikat di bawah
kulit dan dalam rongga badan. Cacing dewasa betina mengeluarkan mikrofilaria
yang dapat ditemukan dalam darah, hidrokel, kulit sesuai dengan sefat masing-
masing spesiesnya.
Penyakit filariasis banayak ditemukan di berbagai negara tropik dan subtropik,
termasuk Indonesia. Prevalensi tidak banyak berbeda menurut jenis kelamin,
usia maupun ras.
Penyakit filariasis dapat disebabkan oleh berbagai macam spesies, sehingga
gambaran klinisnya spesifik untuk masing-masing spesies, misalnya bentuk
limfatik biasnya digunakan sebagai tanda bahwa penyakit tersebut disebabkan
oleh Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori, dimana parasit
dapat menyumbat saluran limfe dengan manifestasi terbentuknya elefantiasis,
sedangkan Loa loa ditandai dengan calabar swelling. Onchocerca volvulus
menyebabkan kebutaan dan pruritus pada kulit.
Diagnosis penyakit ini dengan ditemukannya mikrofilaria dalam darah,
sedangkan bila tidak ditemukan mikrofilaria maka diagnosis dapat berdasarkan
riwayat asal penderita, biopsi kelenjar limfe, dan pemeriksaan serologis.
Prinsip terapi ialah dengan menggunakan kemoterapi untuk membunuh filaria
dewasa dan mikrofilarianya serta mengobati secara simpotomatik terhadap
reaksi tubuh yang timbul akibat cacing yang mati. Dapat juga dilakukan
pembedahan.Pencegahan penularan penyakit ini dapat dilakukan dengan
menggunakan obat-obatan seperti DEC ataupun dengan mengontrol vektor.
Penyakit ini sangat berbahaya dan hampir diseluruh dunia dapatditemukan
penyakit ini karena mudahnya dalam penyebaran penyakit ini. Beberapa asuhan
keperawatan secara teoritis yang mungkin yang mungkin muncul pada penderita
penyakit ini yaitu :
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peradangan pada kelenjar
getah bening
2. Nyeri berhubungan dengan pembengkakan kelenjar limfe
3. Kurang pengetahuan berhubungan inefektif informasi
4. Mobilitas fisik terganggu berhubungan dengan pembengkakan pada
anggota tubuh
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan bakteri, defisit imun, lesi
pada kulit
6. Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan fisik

Namun pada kasus Ny. S yang dibahs kelompok, diagnosa yang dapat diangkat
berupa :
1. Nyeri b.d cacing Firaria penyebab penyumbatan pemb. Limfa d.d Klien
mengatakan terasa panas dan sakit menjalar dari pangkal kaki ke arah ujung
kaki, klien mengatakan kaki nya yang sakit tampak lebih besar dari yang satu
nya, klien mengatakan nyeri bertambah jika kaki yang sakit dibawa bergerak,
klien tampak meringis ketika berjalan, Skala nyeri 7, nyeri tekan (+), non pitting
oedema (+), N: 110 x/i, RR 24x/i, TD 130/60 mmHg, Suhu 38,5°c, Leukosit
9500/mm³.

2. Hipertermi b.d Adanya Inflamasi pada kelenjar getah bening d.d Klien
mengatakan demam berulang selama 4 hari, demam hilang bila beristirahat dan
muncul ketika kembali bekerja berat, klien mengatakan terasa panas dan sakit
menjalar dari pangkal kaki ke arah ujung kaki, Suhu 38,5°c, RR 24x/I, N 110x/I,
TD 130/60 mmHg, wajah klien tampak memerah, kulit klien teraba hangat.Hb
10,8 gr/dl, Leukosit 9.500/ Hitung jenis: eosinofil 20%, basofil 4%, netrofil
batang 40%, netrofil segmen 20%, limfosit 15%, monosit 1%.

3. Gangguan mobilitas fisik b.dcacing Firaria penyebab penyumbatan pemb.


Limfa d.d Klien mengatakan terasa panas dan sakit menjalar dari pangkal kaki
ke ujung kaki, klien mengatakan nyeri bertambah jika kaki yang sakit dibawa
bergerak, kaki klien tampak lebih besar dari yang satunya, klien tampak meringis
saat berjalan, N 110x/I, RR 24x/i.data yang di dapat ukuran tungkai kaki klien
30cm.

4. Kerusakan integritas kulit b.d Pembengkakan menyebabkan kerusakan


struktur d.d Klien mengatakan kaki nya yang sakit tampak lebih besar dari yang
satu nya, klien mengatakan kakinya yang sakit tampak besar sebelah, Kulit klien
teraba hangat Adanya Inflamasi pada kelenjar getah bening, Kaki klien tampak
lebih besar dari yang satunya, Adanya pembengkakan pada kelenjar limfe di
daerah tungkai (inguinal), Dari pemeriksaan darah jari kaki ditemukan parasit
mikrofilaria inti tubuh teratur, ujung ekor runcing dan tidak berinti dan selubung
tubuh transparan, kaki klien tampak besar sebelah Pemajanan penularan melalui
vektor
5. Kurangnya pengetahuan b.d Inefektif Informasi d.d Klien selalu bertanya
kepada perawat tentang penyakit yang dideritanya, Klien tampak cemas.

Dari kasus yang kita dapatkan diatas dapat dipastikan bahwa Ny. S mengalami
fialriasis. Dan setelah dilakukan intervensi didapati keadaan klien tampak mulai
membaik, masalah teratasi sebagian dan beberapa intervensi masih harus
dilanjutkan.
4.2 Saran
Demikianlah makalah ini yang penulis susun dengan penuh keikhlasan.
Diharapkan dengan adanya makalah opini mahasiswa dapat menambah
wawasan mengenai penyakit Filariasis. Selain itu mahasiswa juga mampu
memahami secara teoritis mengenai penyakit ini serta mampu membuat asuhan
keperawtan tentang kasus Filariasis.

Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah referensi akademik untuk
melengkapi bahan pembelajaran dan motivasi mahasiswa untuk mengetahui
lebih banyak lagi tentang penyakit Filariasis.

Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan,
saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk dapat memperbaiki
penulisan makalah ini selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

• http://v3aza.blogspot.com/2011/05/askep-filariasis.html
• http://yaya-ryuta.blogspot.com/2011/04/makalah-asuhan-keperawatan-
pada-klien.html
• Widoyono. Penyakit TropisEpidemiologi, penularan pencegahan dan
pemberantasannya.Edisi kedua.Jakarta: Penerbit Erlangga.
• Muttaqin,Arif dan Kumala Sari.2010.Asuhan Keperawatan Gangguan
Sistem Integumen. Jakarta:Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai