Klasifikasi berdasar :
1. Warna :
o terang (fair skin), pirang, dan hitam
o merah muda : pada telapak kaki dan tangan bayi
o hitam kecokelatan : pada genitalia orang dewasa
2. Jenisnya :
o Elastis dan longgar : pada palpebra, bibir, dan preputium
o Tebal dan tegang : pada telapak kaki dan tangan orang dewasa
o Tipis : pada wajah
o Lembut : pada leher dan badan
o Berambut kasar : pada kepala
o Pars Papilare => bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung serabut saraf
dan pembuluh darah.
o Pars Retikulare => bagian bawah yang menonjol ke subkutan. Terdiri dari serabut
penunjang seperti kolagen, elastin, dan retikulin. Dasar (matriks) lapisan ini
terdiri dari cairan kental asam hialuronat dan kondroitin sulfat, dibagian ini
terdapat pula fibroblas. Serabut kolagen dibentuk oleh fibroblas, selanjutnya
membentuk ikatan (bundel) yang mengandung hidroksiprolin dan hidroksisilin.
Kolagen muda bersifat elastin, seiring bertambahnya usia, menjadi kurang larut
dan makin stabil. Retikulin mirip kolagen muda. Serabut elastin biasanya
bergelombang, berbentuk amorf, dan mudah mengembang serta lebih elastis.
3. Lapisan Subkutis (hipodermis) => lapisan paling dalam, terdiri dari jaringan ikat longgar
berisi sel lemak yang bulat, besar, dengan inti mendesak ke pinggir sitoplasma lemak
yang bertambah. Sel ini berkelompok dan dipisahkan oleh trabekula yang fibrosa.
Lapisan sel lemak disebut dengan panikulus adiposa, berfungsi sebagai cadangan
makanan. Di lapisan ini terdapat saraf tepi, pembuluh darah, dan getah bening. Lapisan
lemak berfungsi juga sebagai bantalan, ketebalannya berbeda pada beberapa kulit. Di
kelopak mata dan penis lebih tipis, di perut lebih tebal (sampai 3 cm).
Vaskularisasi di kuli diatur pleksus superfisialis (terletak di bagian atas dermis) dan pleksus
profunda (terletak di subkutis)
Adneksa Kulit
o Nail root (akar kuku) => bagian kuku yang tertanam dalam kulit jari
o Nail Plate (badan kuku) => bagian kuku yang terbuka/ bebas.
o Nail Groove (alur kuku) => sisi kuku yang mencekung membentuk alur kuku
o Eponikium => kulit tipis yang menutup kuku di bagian proksimal
o Hiponikium => kulit yang ditutupi bagian kuku yang bebas
3. Rambut
o Akar rambut => bagian yang terbenam dalam kulit
o Batang rambut => bagian yang berada di luar kulit
Jenis rambut
Pada dewasa, selain di kepala, terdapat juga bulu mata, rambut ketiak, rambut kemaluan,
kumis, janggut yang pertumbuhannya dipengaruhi oleh androgen (hormon seks). Rambut
halus di dahi dan badan lain disebut rambut velus.
Rambut tumbuh secara siklik, fase anagen (pertumbuhan) b erlangsung 2-6 tahun dengan
kecepatan tumbuh 0,35 mm perhari. Fase telogen (istirahat) berlangsung beberapa bulan.
D antara kedua fase tersebut terdapat fase katagen (involusi temporer). Pada suatu saat
85% rambut mengalami fase anagen dan 15 % sisanya dalam fase telogen.
Rambut normal dan sehat berkilat, elastis, tidak mudah patah, dan elastis. Rambut mudah
dibentuk dengan memperngaruhi gugusan disulfida misalnya dengan panas atau bahan
kimia.
FUNGSI KULIT
1. Fungsi Proteksi
Kulit punya bantalan lemak, ketebalan, serabut jaringan penunjang yang dapat
melindungi tubuh dari gangguan :
o fisis/ mekanis : tekanan, gesekan, tarikan.
o kimiawi : iritan seperti lisol, karbil, asam, alkali kuat
o panas : radiasi, sengatan sinar UV
o infeksi luar : bakteri, jamur
o Melanosit => lindungi kulit dari pajanan sinar matahari dengan mengadakan
tanning (penggelapan kulit)
o Stratum korneum impermeable terhadap berbagai zat kimia dan air.
o Keasaman kulit kerna ekskresi keringat dan sebum => perlindungan kimiawo
terhadap infeksi bakteri maupun jamur
o Proses keratinisasi => sebagai sawar (barrier) mekanis karena sel mati
melepaskan diri secara teratur.
2. Fungsi Absorpsi => permeabilitas kulit terhadap O2, CO2, dan uap air memungkinkan
kulit ikut mengambil fungsi respirasi. Kemampuan absorbsinya bergantung pada
ketebalan kulit, hidrasi, kelembaban, metabolisme, dan jenis vehikulum. PEnyerapan
dapat melalui celah antar sel, menembus sel epidermis, melalui muara saluran kelenjar.
3. Fungsi Ekskresi => mengeluarkan zat yang tidak berguna bagi tubuh seperti NaCl, urea,
asam urat, dan amonia. Pada fetus, kelenjar lemak dengan bantuan hormon androgen dari
ibunya memproduksi sebum untuk melindungi kulitnya dari cairan amnion, pada waktu
lahir ditemui sebagai Vernix Caseosa.
4. Fungsi Persepsi => kulit mengandung ujung saraf sensori di dermis dan subkutis. Saraf
sensori lebih banyak jumlahnya pada daerah yang erotik.
o Badan Ruffini di dermis dan subkutis => peka rangsangan panas
o Badan Krause di dermis => peka rangsangan dingin
o Badan Taktik Meissner di papila dermis => peka rangsangan rabaan
o Badan Merkel Ranvier di epidermis => peka rangsangan rabaan
o Badan Paccini di epidemis => peka rangsangan tekanan
5. Fungsi Pengaturan Suhu Tubuh (termoregulasi) => dengan cara mengeluarkan keringat
dan mengerutkan (otot berkontraksi) pembuluh darah kulit. Kulit kaya pembuluh darah
sehingga mendapat nutrisi yang baik. Tonus vaskuler dipengaruhi oleh saraf simpatis
(asetilkolin). Pada bayi, dinding pembuluh darah belum sempurna sehingga terjadi
ekstravasasi cairan dan membuat kulit bayi terlihat lebih edematosa (banyak mengandung
air dan Na)
6. Fungsi Pembentukan Pigmen => karena terdapat melanosit (sel pembentuk pigmen) yang
terdiri dari butiran pigmen (melanosomes)
7. Fungsi Keratinisasi => Keratinosit dimulai dari sel basal yang mengadakan pembelahan,
sel basal yang lain akan berpindah ke atas dan berubah bentuknya menjadi sel spinosum,
makin ke atas sel makin menjadi gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. Makin
lama inti makin menghilang dan keratinosit menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini
berlangsung 14-21 hari dan memberi perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis
fisiologik.
8. Fungsi Pembentukan Vitamin D => kulit mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan
pertolongan sinar matahari. Tapi kebutuhan vit D tubuh tidak hanya cukup dari hal
tersebut. Pemberian vit D sistemik masih tetap diperlukan.
Sumber
Djuanda, Adhi, dkk. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI.
Luka Bakar
Hipovolemi
Syok
A. Komplikasi
Syok hipovolemik
Hypermetabolisme
Infeksi
Masalah pernapasan akut; injury inhalasi, aspirasi gastric, pneumonia bakteri, edema.
Ilius paralitik
http://herdiantrisufriyana.com/jenis-jenis-cairan-intravena/
http://kedokteran.unsoed.ac.id/Files/Kuliah/modul%20/Genap%20I
%20-%20Pemasangan%20Infus.pdf
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-sunartog2a-
5287-3-babii.pdf
6. Seberapa luas luka bakar yg diderita oleh penderita, dari mulai muka
dan leher melepuh, lengan kanan melepuh, tungkai kiri sebelah
depan?
Muka dan leher 9 %
Lengan kanan 9%
Tungkai kiri depan 9%
Total 27 %
SUMBER : dr Yuda Handaya SpB,FInaCS,FMAS
Luas luka bakar (Hitung luas luka bakar)
- Luka bakar derajat II yang mengenai wajah, tangan, kaki, alat kelamin atau
persendian sekitar ketiak.
- Luka bakar dengan komplikasi patah tulang, kerusakan luas jaringan lunak
atau gangguan jalan napas.
Berat ringannya luka bakar dari American Burn Association dalam Whaley and Wong,
1. Luka bakar minor adalah luka bakar kurang dari 10% luas permukaan tubuh.
2. Luka bakar moderate adalah luka bakar 10-20 % luas permukaan tubuh.
3. Luka bakar mayor adalah luka bakar lebih dari 20 % luas permukaan tubuh.
-merah
-kering
-basah
-bula
-kering
Menurut kedalaman :
Derajat 1 : epidermis
Derajat 2 : dermis
Derajat 3 : dermis + organ di bawahnya
karakteristik
Gambar.3. Luka bakar deep partial thickness. Permukaan putih, tidak memucat dengan
penekanan
Gamabr.4 luka bakar full thickness. Tidak terasa sakit, gambaran putih atau keabu-abuan.
Etiologi
Terbakar api langsung
Luka bakar akibat tidak langsung dari api tersiram air panas
Pajanan suhu tinggi dari matahari
Listrik, bahan kimia
Buku Ajar Ilmu Bedah, Wim de Jong
dr Yuda Handaya SpB,FInaCS,FMAS
- Perhatikan adanya stridor (mengorok), suara serak, dahak berwana jelaga (black sputum),
gagal napas, bulu hidung yang terbakar, bengkak pada wajah.
- Luka bakar pada daerah orofaring dan leher membutuhkan tatalaksana intubasi
(pemasangan pipa saluran napas ke dalam trakea/batang tenggorok) untuk menjaga
jalan napas yang adekuat/tetap terbuka. Intubasi dilakukan di fasilitas kesehatan yang
lengkap.
- Circulation
-
- Penilaian terhadap keadaan cairan harus dilakukan. Pastikan luas luka bakar untuk
perhitungan pemberian cairan.
- Pemberian cairan intravena (melalui infus) diberikan bila luas luka bakar >10%. Bila
kurang dari itu dapat diberikan cairan melalui mulut.
- Terapi cairan diberikan pada luka bakar derajat II / lebih seluas ≥ 20 % pada anak2 atau ≥
30 % pada dewasa
- Cairan merupakan komponen penting karena pada luka bakar terjadi kehilangan cairan
baik melalui penguapan karena kulit yang berfungsi sebagai proteksi sudah rusak dan
mekanisme dimana terjadi perembesan cairan dari pembuluh darah ke jaringan sekitar
pembuluh darah yang mengakibatkan timbulnya pembengkakan (edema). Bila hal ini
terjadi dalam jumlah yang banyak dan tidak tergantikan maka volume cairan dalam
pembuluh darah dapat berkurang dan mengakibatkan kekurangan cairan yang berat dan
mengganggu fungsi organ-organ tubuh.
- Cairan infus yang diberikan adalah cairan kristaloid (ringer laktat, NaCl 0,9%/normal
Saline). Kristaloid dengan dekstrosa (gula) di dalamnya dipertimbangkan untuk diberikan
pada bayi dengan luka bakar. Jumlah cairan yang diberikan berdasarkan formula dari
Parkland : 3-4 cc x berat badan (kg) x %TBSA + cairan rumatan (maintenance per 24
jam).
- Cairan rumatan adalah 4cc/kgBB dalam 10 kg pertama, 2cc/kgBB dalam 10 kg ke 2 (11-
20kg) dan 1cc/kgBB untuk tiap kg diatas 20 kg.
- Pada 24 jam pertama penderita luka bakar derajat II dan III memerlukan cairan RL 2-4ml
/kgBB untuk memepertahankan volume darah sirkulasi dan fungsi ginjal
- Cairan formula parkland (3-4ccx kgBB x %TBSA) diberikan setengahnya dalam 8 jam
pertama dan setengah sisanya dalam 16 jam berikutnya.
- Untuk derajat III dan adanya komplikasi paru2 memerlukan resusuitasi cairan yg cepat ,
dimulai dengan 4 ml/kg
- Anak2 dengan BB 30 kg atau kurang , perlu ditambah glukosa untuk memepertahankan
produksi urin 1ml/kg BB
- Pengawasan kecukupan cairan yang diberikan dapat dilihat dari produksi urin dengan
memasang kateter . Pemberian cairan cukup untuk dapat mempertahankan produksi urin
1,0 ml/kg BB pada anak anak dengan BB 30 kg / kurang, dan 0,5 kg sampai 1,0ml, per
kgBB/jam pada orang dewasa.
-
-
G. Perawatan luka
- Karena luka bakar derajat II terasa nyeri hanya dengan aliran udara ruangan ke atas luka ,
maka menutup luka dengan kain bersih dapat mengurangi nyeri
- Obat obatan yang sebelumnya telah diberikan pada luka , harus dibersihkan dulu
sebelum memberikan antibaktrerial topikal
- Kompresi dingin pada luka bakar bisa hipotermi apalagi dengan penderita dengan luka
bakar luas
- silversulfadiazine
-levertran
-
-
H. Antibiotik (topikal / sistemik )
- Pemberian antibiotik tidak dianjurkan pada penderita luka bakar yang baru terjadi
Antibiotik ditujukan untuk terpi bila terjadi infeksi
I. Tetanus
ATS 1500 U dan toksoid tetanus 3x 1ml
Pemberian anti tetanus diperlukan pada luka-luka sebagai berikut :
Penanganan luka bakar di luar rumah sakit dibagi menjadi dua. Yaitu fase akut dan fase
lanjutan (follow up). Pada fase akut, ada 3 hal yang harus dilakukan.
Clothing : singkirkan semua pakaian yang panas atau terbakar. Bahan pakaian yang
menempel dan tak dapat dilepaskan maka dibiarkan untuk sampai pada fase cleaning.
Cooling : - Dinginkan daerah yang terkena luka bakar dengan menggunakan air
mengalir selama 20 menit, hindari hipotermia (penurunan suhu di bawah normal,
terutama pada anak dan orang tua). Cara ini efektif samapai dengan 3 jam setelah
kejadian luka bakar - Kompres dengan air dingin (air sering diganti agar efektif
tetap memberikan rasa dingin) sebagai analgesia (penghilang rasa nyeri) untuk
luka yang terlokalisasi - Jangan pergunakan es karena es menyebabkan pembuluh
darah mengkerut (vasokonstriksi) sehingga justru akan memperberat derajat
luka dan risiko hipotermia - Untuk luka bakar karena zat kimia dan luka bakar di
daerah mata, siram dengan air mengalir yang banyak selama 15 menit atau lebih. Bila
penyebab luka bakar berupa bubuk, maka singkirkan terlebih dahulu dari kulit baru
disiram air yang mengalir.
Cleaning : pembersihan dilakukan dengan zat anastesi untuk mengurangi rasa sakit.
Dengan membuang jaringan yang sudah mati, proses penyembuhan akan lebih cepat
dan risiko infeksi berkurang.
Chemoprophylaxis : pemberian anti tetanus, dapat diberikan pada luka yang lebih
dalam dari superficial partial-thickness (dapat dilihat pada tabel 4 jadwal pemberian
antitetanus). Pemberian krim silver sulvadiazin untuk penanganan infeksi, dapat
diberikan kecuali pada luka bakar superfisial. Tidak boleh diberikan pada wajah,
riwayat alergi sulfa, perempuan hamil, bayi baru lahir, ibu menyususi dengan bayi
kurang dari 2 bulan
Covering : penutupan luka bakar dengan kassa. Dilakukan sesuai dengan derajat luka
bakar. Luka bakar superfisial tidak perlu ditutup dengan kasa atau bahan lainnya.
Pembalutan luka (yang dilakukan setelah pendinginan) bertujuan untuk mengurangi
pengeluaran panas yang terjadi akibat hilangnya lapisan kulit akibat luka bakar. Jangan
berikan mentega, minyak, oli atau larutan lainnya, menghambat penyembuhan dan
meningkatkan risiko infeksi.
Comforting : dapat dilakukan pemberian pengurang rasa nyeri.
Trauma inhalasi
2. Gejala
Sesak napas
Takipnea
Stridor
Suara serak
Dahak berwarna gelap (jelaga)
Hati – hati kasus trauma inhalasi mematikan
Mekanisme kerusakan saluran napas.
3. Etiologi
1. Trauma panas langsung
Terhirupnya sesuatu yang panas, produk dari bahan yang terbakar, seperti jelaga
dan bahan khusus menyebabkan kerusakan mukosa langsung pada percabangan
trakeobronkial.
2. Keracunan asap yang toksik
Akibat termodegradasi material alamiah dan material yang diproduksi
terbentuk gas toksik (beracun), misalnya hydrogen sianida, nitrogen dioksida,
nitrogen klorida, akreolin iritasi dan bronkokonstriksi saluran napas. Obstruksi
jalan napas akan menjadi lebih hebat akibat trakealbronkitis dan edema.
3. Intoksikasi karbon monoksida (CO)
Intoksikasi CO hipoksia jaringan. Gas CO memiliki afinitas cukup kuat
terhadap pengikatan hemoglobin (210-240 kali lebih kuat di banding dengan O2)
CO memisahkan O2 dari Hb hipoksia jarinagn. Peningkatan kadar
karboksihemoglobin (COHb) dapat dipakai untuk evaluasi berat / ringannya
intoksikasi CO.
4. KLINIS
Kecurigaan adanya trauma inhalasi bila pada penderita luka bakar terdapat 3 atau lebih
dari keadaan berikut :
1. Riwayat terjebak dalam rumah/ ruangan terbakar
2. Sputum tercampur arang
3. Luka bakar perioral, hidung, bibir, mulut atau tenggorokan.
4. penurunan kesadaran.
5. Tanda distress napas, rasa tercekik, tersedak, malas bernapas dan adanya wheezing
atau rasa tidak nyaman pada mata atau tenggorokan (iritasi mukosa)
6. Gejala distress napas. Takipea
7. Sesak atau tidak ada suara.
Pada fase awal kerusakan saluran napas akibat efek toksik yang langsung terhirup
Pada fase lanjut edema paru dengan terjadinya hpoksemia progresif ARDS
5. Gejala
Pemeriksaan tambahan :
1. Kadar karboksihemoglobin (COHb)
Pada trauma inhalasi, kadar COHb 35-45 % (berat), bahkan setelah 3 jam dari
kejadian, kadar COHb pada batas 20-25 %. Bila kadar COHb lebih dari 15 %
setelah 3 jam kejadian bukti kuat terjadi taruama inhalasi.
2. Gas Darah
PaO2 yang rendah (kurang dari 10 kPa pada konsentrasi oksigen 50%, FiO2 = 0,5)
mencurigakan adanya trauma inhalasi. PaO2 biasanya normal pada fase awal,
tetapi dapat meningkat pada fase lanjut.
3. Foto Toraks, biasanya normal pada fase awal
4. Bronkoskopi Fiberoptic
Bila terdapat sputum beraran, edema mukosa, adanya bintik – bintik pendarahan
dan ulserasi diagnosa trauma inhalasi.
5. Tes Fungsi paru
Scan Paru Xenon tidak praktis.
Indikasi :
- Luka bakar wajah dan atau leher
- Alis mata dan bulu hidung hangus
- Adanya timbunan karbon dan peradangan akut orofaring
- Sputum yg mengandung karbon atau arang
- Suara serak
- Ganggauan mengunyah
- Luka bakar kepala dan badan akibat ledakan
- Kadar karboksihemoglobin >10% setelah berada di tempat kebakaran
- Riwayat terkurung dalam kepungan api
Rumus baxter :
4mlx total burn surface area%(rule of nine)x BB dlm Kg.
Pemberian cairan 50% dlm 8 jam pertama, 50% 16 jam selanjutnya.
Baxter Formula :
• 4 ml x total burn surface area (%) x body weight (kg)
• 50% given in first 8 hours
• 50% given in next 16 hours
24 jam = sejak terjadi luka bakar
Hari kedua diberikan setengah-nya
Dibagi menjadi 2 bagian yaitu 50% dalam 8 jam pertama dan 50% dalam 16 jam
berikutnya :
• Pasang kateter uretra untuk monitor produksi urin
• Pasang NGT untuk mencegah dilatasi lambung akut
• Puasa
• Antibiotik dan ATS
• Perawatan luka bakar
-moist-exposed burn ointment (MEBO)
-silversulfadiazine
-levertran
Patofisiologi
Apabila jaringan ikat dan otot dipertahankan dalam posisi memendek dalam jangka waktu
yang lama, serabut-serabut otot dan jaringan ikat akan menyesuaikan memendek dan
menyebabkan kontraktur sendi. Otot yang dihertahan memendek dalam 5-7 hari akan
mengakibatkan pemendekan perut otot yang menyebabkan kontraksi jaringan kolagen dan
pengurangan jaringan sarkomer otot. Bila posisi ini berlanjut sampai 3 minggu atau lebih,
jaringan ikat sekitar sendi dan otot akan menebal dan menyebabkan kontraktur. (2,8)
Pencegahan Kontraktur
Perawatan luka, penilaian jaringan mati dan tindakan nekrotomi segera perlu
diperhatikan. Keterlambatan penyembuhan luka dan jaringan granulasi yang berlebihan
akan menimbulkan kontraktur.
Adanya luka luas dan kehilangan jaringan luas diusahakan menutup sedini mungkin, bila
perlu penutupan kulit dengan skin graft atau flap.
3. Fisioterapi
c. Stretching
d. Splinting / bracing
Penanganan Kontraktur
1. Konservatif
- Leher : ekstensi / hiperekstensi
- Antebrakii : supinasi
- Pergelangan kaki : dorsofleksi
Proper positioning untuk penderita luka bakar
a. Exercise
c. Splinting / bracing
Mengingat lingkup gerak sendi exercise dan positioning merupakan hal yang
penting untuk diperhatikan pada luka bakar, untuk mempertahankan posisi yang baik
selama penderita tidur atau melawan kontraksi jaringan terutama penderita yang
mengalami kesakitan dan kebingungan.
d. Pemanasan
Pada kontraktur otot dan sendi akibat scar yang disebabkan oleh luka bakar,
ultrasound adalah pemanasan yang paling baik, pemberiannya selama 10 menit per
lapangan. Ultrasound merupakan modalitas pilihan untuk semua sendi yang tertutup
jaringan lunak, baik sendi kecil maupun sendi besar.
2. Operatif
Tindakan operatif adalah pilihan terakhir apabila pcncegahan kontraktur dan terapi
konservatif tidak memberikan hasil yang diharapkan, tindakan tersebut dapat dilakukan
dengan beberapa cara : (11)
Indikasi operasi ini apabila kontraktur bersama dengan adanya sayap dan dengan kulit
sekitar yang lunak. Kadang sayap sangat panjang sehingga memerlukan beberapa Z-
plasty.
b. Skin graft
Indikasi skin graft apabila didapat jaringan parut yang sangat lebar. Kontraktur
dilepaskan dengan insisi transversal pada seluruh lapisan parut, selanjutnya dilakukan
eksisi jaringan parut secukupnya. Sebaiknya dipilih split thickness graft untuk l
potongan, karena full thickness graft sulit. Jahitan harus berhati-hati pada ujung luka
dan akhirnya graft dijahitkan ke ujung-ujung luka yang lain, kemudian dilakukan
balut tekan. Balut diganti pada hari ke 10 dan dilanjutkan dengan latihan aktif pada
minggu ketiga post operasi.
c. Flap
Pada kasus kasus dengan kontraktur yang luas dimana jaringan parutnya terdiri dari
jaringan fibrous yang luas, diperlukan eksisi parsial dari parut dan
mengeluarkan / mengekspos pembuluh darah dan saraf tanpa ditutupi dengan jaringan
lemak, kemudian dilakukan transplantasi flap untuk menutupi defek tadi. Indikasi lain
pemakaian flap adalah apabila gagal dengan pemakaian cara graft bebas untuk
koreksi kontraktur sebelumnya. Flap dapat dirotasikan dari jaringan.