Anda di halaman 1dari 43

STEP 7

1. Anatomi, fisiology, histology kulit?


ANATOMI KULIT
Kulit merupakan pembatas tubuh dengan lingkungan sekitar karena posisinya yang terletak di
bagian  paling luar. Luas kulit dewasa 1,5 m2 dengan berat kira-kira 15% berat badan.

Klasifikasi berdasar :

1. Warna :
o terang (fair skin), pirang, dan hitam
o merah muda : pada telapak kaki dan tangan bayi
o hitam kecokelatan : pada genitalia orang dewasa
2. Jenisnya :
o Elastis dan longgar : pada palpebra, bibir, dan preputium
o Tebal dan tegang : pada telapak kaki dan tangan orang dewasa
o Tipis : pada wajah
o Lembut : pada leher dan badan
o Berambut kasar : pada kepala

Klik untuk perbesar gambar


Anatomi kulit secara histopatologik

1. Lapisan Epidermis (kutikel)


o Stratum Korneum (lapisan tanduk)
=> lapisan kulit paling luar yang terdiri dari sel gepeng yang mati, tidak berinti,
protoplasmanya berubah menjadi keratin (zat tanduk)
o Stratum Lusidum
=> terletak di bawah lapisan korneum, lapisan sel gepeng tanpa inti,
protoplasmanya berubah menjadi protein yang disebut eleidin. Lapisan ini lebih
jelas tampak pada telapak tangan dan kaki.
o Stratum Granulosum (lapisan keratohialin)
=> merupakan 2 atau 3 lapis sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar dan
terdapat inti di antaranya. Butir kasar terdiri dari keratohialin. Mukosa biasanya
tidak mempunyai lapisan ini.
o Stratum Spinosum (stratum Malphigi) atau prickle cell layer (lapisan akanta )
=> terdiri dari sel yang berbentuk poligonal, protoplasmanya jernih karena banyak
mengandung glikogen, selnya akan semakin gepeng bila semakin dekat ke
permukaan. Di antara stratum spinosum, terdapat jembatan antar sel (intercellular
bridges) yang terdiri dari protoplasma dan tonofibril atau keratin. Perlekatan antar
jembatan ini membentuk penebalan bulat kecil yang disebut nodulus Bizzozero.
Di antara sel spinosum juga terdapat pula sel Langerhans.
o Stratum Basalis
=>  terdiri dari sel kubus (kolumnar) yang tersusun vertikal pada perbatasan
dermo-epidermal berbaris seperti pagar (palisade). Sel basal bermitosis dan
berfungsi reproduktif.
 Sel kolumnar => protoplasma basofilik inti lonjong besar, di hubungkan
oleh jembatan antar sel.
 Sel pembentuk melanin (melanosit) atau clear cell => sel berwarna muda,
sitoplasma basofilik dan inti gelap, mengandung pigmen (melanosomes)
2. Lapisan Dermis (korium, kutis vera, true skin) => terdiri dari lapisan elastik dan fibrosa
pada dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut.

o Pars Papilare => bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung serabut saraf
dan pembuluh darah.
o Pars Retikulare => bagian bawah yang menonjol ke subkutan. Terdiri dari serabut
penunjang seperti kolagen, elastin, dan retikulin. Dasar (matriks) lapisan ini
terdiri dari cairan kental asam hialuronat dan kondroitin sulfat, dibagian ini
terdapat pula fibroblas. Serabut kolagen dibentuk oleh fibroblas, selanjutnya
membentuk ikatan (bundel) yang mengandung hidroksiprolin dan hidroksisilin.
Kolagen muda bersifat elastin, seiring bertambahnya usia, menjadi kurang larut
dan makin stabil. Retikulin mirip kolagen muda. Serabut elastin biasanya
bergelombang, berbentuk amorf, dan mudah mengembang serta lebih elastis.
3. Lapisan Subkutis (hipodermis) => lapisan paling dalam, terdiri dari jaringan ikat longgar
berisi sel lemak yang bulat, besar, dengan inti mendesak ke pinggir sitoplasma lemak
yang bertambah. Sel ini berkelompok dan dipisahkan oleh trabekula yang fibrosa.
Lapisan sel lemak disebut dengan panikulus adiposa, berfungsi sebagai cadangan
makanan. Di lapisan ini terdapat saraf tepi, pembuluh darah, dan getah bening. Lapisan
lemak berfungsi juga sebagai bantalan, ketebalannya berbeda pada beberapa kulit. Di
kelopak mata dan penis lebih tipis, di perut lebih tebal (sampai 3 cm).

Vaskularisasi di kuli diatur pleksus superfisialis (terletak di bagian atas dermis) dan pleksus
profunda (terletak di subkutis) 

Adneksa Kulit

1. Kelenjar Kulit => terdapat pada lapisan dermis


o Kelenjar Keringat (glandula sudorifera)
Keringat mengandung air, elektrolit, asam laktat, dan glukosa. pH nya sekitar 4-
6,8.
 Kelenjar Ekrin => kecil-kecil, terletak dangkal di dermis dengan secret
encer.
Kelenjar Ekrin terbentuk sempurna pada minggu ke 28 kehamilan dan
berfungsi 40 minggu setelah kelahiran. Salurannya berbentuk spiral dan
bermuara langsung pada kulit dan terbanyak pada telapak tangan, kaki,
dahi, dan aksila. Sekresi tergantung beberapa faktor dan saraf kolinergik,
faktor panas, stress emosional.
 Kelenjar Apokrin => lebih besar, terletak lebih dalam, secretnya lebih
kental.
Dipengaruhi oleh saraf adrenergik, terdapat di aksila, aerola mammae,
pubis, labia minora, saluran telinga. Fungsinya belum diketahui, waktu
lahir ukurannya kecil, saat dewasa menjadi lebih besar dan mengeluarkan
secret
o Kelenjar Palit (glandula sebasea)
Terletak di seluruh permukaan kuli manusia kecuali telapak tangan dan kaki.
Disebut juga dengan kelenjar holokrin karena tidak berlumen dan sekret kelenjar
ini berasal dari dekomposisi sel-sel kelenjar. Kelenjar palit biasanya terdapat di
samping akar rambut dan muaranya terdapat pada lumen akar rambut (folikel
rambut). Sebum mengandung trigliserida, asam lemak bebas, skualen, wax ester,
dan kolesterol. Sekresi dipengaruhi oleh hormon androgen. Pada anak-anak,
jumlahnya sedikit. Pada dewasa menjadi lebih banyak dan berfungsi secara aktif.
2. Kuku => bagian terminal lapisan tanduk (stratum korneum) yang menebal.
Pertumbuhannya 1mm per minggu.

o Nail root (akar kuku) => bagian kuku yang tertanam dalam kulit jari
o Nail Plate (badan kuku) => bagian kuku yang terbuka/ bebas.
o Nail Groove (alur kuku) => sisi kuku yang mencekung membentuk alur kuku
o Eponikium => kulit tipis yang menutup kuku di bagian proksimal
o Hiponikium => kulit yang ditutupi bagian kuku yang bebas
3. Rambut
o Akar rambut => bagian yang terbenam dalam kulit
o Batang rambut => bagian yang berada di luar kulit

Jenis rambut

o Lanugo => rambut halus pada bayi, tidak mengandung pigmen.


o Rambut terminal => rambut yang lebih kasar dengan banyak pigmen, mempunyai
medula, terdapat pada orang dewasa.

Pada dewasa, selain di kepala, terdapat juga bulu mata, rambut ketiak, rambut kemaluan,
kumis, janggut yang pertumbuhannya dipengaruhi oleh androgen (hormon seks). Rambut
halus di dahi dan badan lain disebut rambut velus.
Rambut tumbuh secara siklik, fase anagen (pertumbuhan) b erlangsung 2-6 tahun dengan
kecepatan tumbuh 0,35 mm perhari. Fase telogen (istirahat) berlangsung beberapa bulan.
D antara kedua fase tersebut terdapat fase katagen (involusi temporer). Pada suatu saat
85% rambut mengalami fase anagen dan 15 % sisanya dalam fase telogen.
Rambut normal dan sehat berkilat, elastis, tidak mudah patah, dan elastis. Rambut mudah
dibentuk dengan memperngaruhi gugusan disulfida misalnya dengan panas atau bahan
kimia.

FUNGSI KULIT

1. Fungsi Proteksi
Kulit punya bantalan lemak, ketebalan, serabut jaringan penunjang yang dapat
melindungi tubuh dari gangguan :
o fisis/ mekanis : tekanan, gesekan, tarikan.
o kimiawi : iritan seperti lisol, karbil, asam, alkali kuat
o panas : radiasi, sengatan sinar UV
o infeksi luar : bakteri, jamur

Beberapa macam perlindungan :

o Melanosit => lindungi kulit dari pajanan sinar matahari dengan mengadakan
tanning (penggelapan kulit)
o Stratum korneum impermeable terhadap berbagai zat kimia dan air.
o Keasaman kulit kerna ekskresi keringat dan sebum => perlindungan kimiawo
terhadap infeksi bakteri maupun jamur
o Proses keratinisasi => sebagai sawar (barrier) mekanis karena sel mati
melepaskan diri secara teratur.
2. Fungsi Absorpsi => permeabilitas kulit terhadap O2, CO2, dan uap air memungkinkan
kulit ikut mengambil fungsi respirasi. Kemampuan absorbsinya bergantung pada
ketebalan kulit, hidrasi, kelembaban, metabolisme, dan jenis vehikulum. PEnyerapan
dapat melalui celah antar sel, menembus sel epidermis, melalui muara saluran kelenjar.
3. Fungsi Ekskresi => mengeluarkan zat yang tidak berguna bagi tubuh seperti NaCl, urea,
asam urat, dan amonia. Pada fetus, kelenjar lemak dengan bantuan hormon androgen dari
ibunya memproduksi sebum untuk melindungi kulitnya dari cairan amnion, pada waktu
lahir ditemui sebagai Vernix Caseosa.
4. Fungsi Persepsi => kulit mengandung ujung saraf sensori di dermis dan subkutis. Saraf
sensori lebih banyak jumlahnya pada daerah yang erotik.
o Badan Ruffini di dermis dan subkutis => peka rangsangan panas
o Badan Krause di dermis => peka rangsangan dingin
o Badan Taktik Meissner di papila dermis => peka rangsangan rabaan
o Badan Merkel Ranvier di epidermis => peka rangsangan rabaan
o Badan Paccini di epidemis => peka rangsangan tekanan
5. Fungsi Pengaturan Suhu Tubuh (termoregulasi) => dengan cara mengeluarkan keringat
dan mengerutkan (otot berkontraksi) pembuluh darah kulit. Kulit kaya pembuluh darah
sehingga mendapat nutrisi yang baik. Tonus vaskuler dipengaruhi oleh saraf simpatis
(asetilkolin). Pada bayi, dinding pembuluh darah belum sempurna sehingga terjadi
ekstravasasi cairan dan membuat kulit bayi terlihat lebih edematosa (banyak mengandung
air dan Na)
6. Fungsi Pembentukan Pigmen => karena terdapat melanosit (sel pembentuk pigmen) yang
terdiri dari butiran pigmen (melanosomes)
7. Fungsi Keratinisasi => Keratinosit dimulai dari sel basal yang mengadakan pembelahan,
sel basal yang lain akan berpindah ke atas dan berubah bentuknya menjadi sel spinosum,
makin ke atas sel makin menjadi gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. Makin
lama inti makin menghilang dan keratinosit menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini
berlangsung 14-21 hari dan memberi perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis
fisiologik.
8. Fungsi Pembentukan Vitamin D => kulit mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan
pertolongan sinar matahari. Tapi kebutuhan vit D tubuh tidak hanya cukup dari hal
tersebut. Pemberian vit D sistemik masih tetap diperlukan.

Sumber
Djuanda, Adhi, dkk. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI.

2. Bagaimana patofisiology dri luka bakar?


Luka bakar mengakibatkan peningkatan permebilitas pembuluh darah sehingga air,
klorida dan protein tubuh akan keluar dari dalam sel dan menyebabkan edema yang dapat
berlanjut pada keadaan hipovolemia dan hemokonsentrasi. Burn shock ( shock
Hipovolemik ) merupakan komplikasi yang sering terjadi, manisfestasi sistemik tubuh
trhadap kondisi ini adalah :
a. Respon kardiovaskuiler
perpindahan cairan dari intravaskuler ke ekstravaskuler mengakibatkan kehilangan
Na, air dan protein plasma serta edema jaringan yang diikuti dengan penurunan curah
jantung. Hemokonsentrasi sel darah merah, penurunan perfusi pada organ mayor
edema menyeluruh. Hal ini menyebabkan berkurangnya volume cairan intra vaskuler.
Tubuh kehilangan cairan antara ½ % - 1 %, “Blood Volume ” setiap 1 % luka
bakar.
Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan tambahan
karena penguapan yang berlebih (insensible water loss meningkat).
b. Respon Renalis
Dengan menurunnya volume inravaskuler maka aliran ke ginjal dan GFR menurun
mengakibatkan keluaran urin menurun dan bisa berakibat gagal ginjal
c. Respon Gastro Intestinal
Respon umum pada luka bakar > 20 % adalah penurunan aktivitas gastrointestinal.
Hal ini disebabkan oleh kombinasi efek respon hipovolemik dan neurologik serta
respon endokrin terhadap adanya perlukan luas. Pemasangan NGT mencegah
terjadinya distensi abdomen, muntah dan aspirasi. Sering terdapat ileus paralitik
dan “Curling Ulcer” yang dikhawatirkan pada tukak Curling ini adalah pendarahan
yang timbul sebagai hematesis melena.
d. Respon Imonologi
Sebagian basis mekanik, kulit sebgai mekanisme pertahanan dari organisme yang
masuk. Terjadinya gangguan integritas kulit akan memungkinkan mikroorganisme
masuk kedalam luka.
Dalam 24 jam pertama

Luka Bakar

Meningkatnya permeabilitas kapiler

Hilangnya plasma, protein, cairan dan elektrolit dari volume sirkulasi

ke dalam rongga interstisial :

hypoproteinemia, hyponatremia, hyperkalemia

Hipovolemi

Syok

Mobilisasi kembali cairan setelah 24 jam

Edema jaringan yang terkena luka bakar


Compartment intravaskular

Hypervolemia, hypokalemia, hypernatremia

A. Komplikasi

 Syok hipovolemik

 Kekurangan cairan dan elektrolit

 Hypermetabolisme

 Infeksi

 Gagal ginjal akut

 Masalah pernapasan akut; injury inhalasi, aspirasi gastric, pneumonia bakteri, edema.

 Paru dan emboli

 Sepsis pada luka

 Ilius paralitik

3. Mengapa diolesi oli bekas, dampaknya?


4. Mengapa didapatkan RR meningkat, hipotensi dan takikardi?
JAWABAN kayak no 2
5. Mengapa dokter memberikan infuse NaCL 30 tetes, povidone iodine,
apa pertolongan selanjutnya?
- Cairan kristaloid adalah ion (garam) dengan berat molekul rendah disertai atau tanpa
glukosa
- cairan kristaloid cepat seimbang dan terdistribusi ke seluruh rongga cairan ekstraseluler
- Kristaloid didominasi oleh cairan air steril dengan elektrolit sehingga mirip dengan
kandungan mineral dari plasma darah manusia.
- Kristaloid tersedia dalam berbagai formulasi, dari yang hipotonik daripada  plasma
hingga yang isotonik atau hipertonik. Salah satu formulasi yang paling sering, normal
saline 0,9%, dirancang untuk meniru konsentrasi mineral dan elektrolit plasma manusia,
namun masih ada perbedaan substansial.
- Alternatif selain normal salin yang sering digunakan adalah Ringer laktat yang lebih ketat
meniru konsentrasi elektrolit plasma manusia serta mengandung sejumlah kecil laktat.
[3]

http://herdiantrisufriyana.com/jenis-jenis-cairan-intravena/
http://kedokteran.unsoed.ac.id/Files/Kuliah/modul%20/Genap%20I
%20-%20Pemasangan%20Infus.pdf
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-sunartog2a-
5287-3-babii.pdf
6. Seberapa luas luka bakar yg diderita oleh penderita, dari mulai muka
dan leher melepuh, lengan kanan melepuh, tungkai kiri sebelah
depan?
Muka dan leher  9 %
Lengan kanan  9%
Tungkai kiri depan  9%

Total 27 %
SUMBER : dr Yuda Handaya SpB,FInaCS,FMAS
Luas luka bakar (Hitung luas luka bakar)

Luas luka bakar:


A. Anak-anak – dihitung menurut rumus Lund dan browder.
Pada anak –anak dipakai modifikasi Rule of Nine menurut Lund and
Brower, yaitu ditekankan pada umur 15 tahun, 5 tahun dan 1 tahun.

B. Dewasa – dihitung menurut rumus rule of nine


Wallace membagi tubuh atas bagian – nagian 9 % atau kelipatan dari 9
terkenal dengan nama Rule of Nine atau Rule of Wallace.Dalam
perhitungan agar lebih mempermudah dapat dipakai luas telapak tangan
penderita adalah 1 % dari luas permukaan tubuhnya.
Anak-anak (dihitung menurut rumus Lund dan Browder : dalam %), sedangkan dewasa
(dihitung menurut rumus Rule of Nine)

Luas luka bakar

C. Anak-anak – dihitung menurut rumus Lund dan browder.


Usia (tahun) 0 1 5 10 15
Untuk ½ kepala 9,5 8,5 6,5 5,5 4,5
daerah A
½ paha 2,75 3,25 4,0 4,25
B 4,25
½ betis 2,5 2,5 2,75 3,0
C 3,25

D. Dewasa – dihitung menurut rumus rule of nine


Derajar luka bakar :
1. Ringan : - Luka bakar derajat I

- Luka bakar derajat II seluas < 15 %

- Luka bakar derajat III seluas < 2 %

Luka bakar ringan tanpa komplikasi dapat berobat jalan.

2. Sedang : - Luka bakar derajat II seluas 10-15%

- Luka bakar derajat III seluas 5-10 %

Luka bakar derajat sedang sebaiknya dirawat untuk observasi.

3. Berat : - Luka bakar derajat II seluas > 20%

- Luka bakar derajat II yang mengenai wajah, tangan, kaki, alat kelamin atau
persendian sekitar ketiak.

- Luka bakar derajat III seluas > 10%

- Luka bakar akibat listrik dengan tegangan > 1000 volt

- Luka bakar dengan komplikasi patah tulang, kerusakan luas jaringan lunak
atau gangguan jalan napas.

Berat ringannya luka bakar dari American Burn Association dalam Whaley and Wong,

(1999) adalah sebagai berikut :

1. Luka bakar minor adalah luka bakar kurang dari 10% luas permukaan tubuh.

2. Luka bakar moderate adalah luka bakar 10-20 % luas permukaan tubuh.

3. Luka bakar mayor adalah luka bakar lebih dari 20 % luas permukaan tubuh.

Derajat (bagaimana cara menentukan)


Derajat 1 : lapisan luar epidermis (kulit merah,sedikit edem,ada nyeri)tanpa
terapi sembuh dlm 2 sampai 7 hari.
Derajat 2 : epidermis dan sebagian dermis (bulla, edem, nyeri hebat jika pecah
merah bnyk eksudat)sembuh 3-4 minggu.
Derajat 3 : seluruh lapisan kulit dan kadang mencapai jar.di bawah.lesi pucat
coklat,permukaan lebih rendah.kering koaagulasi seperti lilin,sembuh 3-4
bulan dg sikatrik.

Dalam Jaringan Klinis Tes Jarum Waktu Hasil


Luka / Rusak Sembuh
Derajat

I Epidermis -sakit Hiperalgesi 7 hari Normal

-merah

-kering

II.Dangka -sebagian -sakit Hiperalgesi 7-14 hari Normal, pucat berbintik


l dermis. Folikel atau
rambut dan kel -merah normal
keringat utuh /kuning

-basah

-bula

-hanya kel 14-21 Pucat,depig-mentasi, rata,


II.Dalam keringat utuh idem hari mengkilat, rambut(-),
Hipoalgesi sikatrik hipertrofi

III Dermis -tidak sakit Analgesia > 21 hari Sikatrik hipertrofi


seluruhnya
-putih, coklat,
hitam

-kering

Menurut kedalaman :

Berdasarkan kedalaman luka bakar


3

Derajat 1 : epidermis
Derajat 2 : dermis
Derajat 3 : dermis + organ di bawahnya

Tabel 1.klasifikasi kedalaman luka bakar

karakteristik

klasifikasi penyebab Penampakan Sensasi Waktu Jarungan


luar penyembuhan parut
Luka bakar Sinar UV, Kering dan nyeri 3 – 6 hari Tidak terjadi
dangkal paparan merah; jaringan
(superficial nyala api memucat parut
burn) dengan
penekanan
Luka bakar Cairan atau Gelembung Nyeri bila 7-20 hari Umumnya
sebagian uap panas berisi cairan, terpapar tidak terjadi
dangkal (tumpahan berkeringat, udara dan jaringan
(superficial atau merah; panas parut;
partial- percikan), memucat potensial
thickness paparan dengan untuk
burn) nyala api penekanan perubahan
pigmen
Luka bakar Cairan atau Gelembung Terasa >21 hari Hipertrofi,
sebagian uap panas berisi cairan dengan berisiko
dalam (deep (tumpahan), (rapuh); penekanan untuk
partial- api, minyak basah atau saja kontraktur
thickness panas kering (kekakuan
burn) berminyak, akibat
berwarna jaringan
dari putih parut yang
sampai berlebih)
merah; tidak
memucat
dengan
penekanan
Luka bakar Cairan atau Putih Terasa Tidak dapat Risiko
seluruh uap panas, berminyak hanya sembuh (jika sangat tinggi
lapisan (full api, minyak, sampai abu- dengan luka bakar untuk terjadi
thickness bahan kimia, abu dan penekanan mengenai kontraktur
burn) listrik kehitaman; yang kuat >2% dari
tegangan kering dan TBSA)
tinggi tidak elastis;
tidak
memucat
dengan
penekanan
Gambar 1. luka bakar dangkal (superfisial) Pada daerah badan dan lengan kanan, luka bakar
jenis ini biasanya memucat dengan penekanan
Gambar 2. luak bakar superficial partial thickness. Memucat dengan penekanan, biasanya
berkeringat.

Gambar.3. Luka bakar deep partial thickness. Permukaan putih, tidak memucat dengan
penekanan
Gamabr.4 luka bakar full thickness. Tidak terasa sakit, gambaran putih atau keabu-abuan.

7. Apa saja penyebab dari luka bakar?


dr Yuda Handaya SpB,FInaCS,FMAS

Etiologi
 Terbakar api langsung
 Luka bakar akibat tidak langsung dari api tersiram air panas
 Pajanan suhu tinggi dari matahari
 Listrik, bahan kimia
Buku Ajar Ilmu Bedah, Wim de Jong
dr Yuda Handaya SpB,FInaCS,FMAS

8. Bagaimana menangani luka bakar (terbuka-tertutup) ?


Untuk menyelamatkan jiwa penderita , tindakan yg terpenting adalah :
1. Mencegah atau mengatasi syok
2. Mencegah dan mengobati infeksi
3. Untuk luka bakar daerah wajah dan
leher atau bila terjadi inhalasi asap, perhatikan adanya edem laring

Sumber : kegawatdaruratan medic , agus purwadianto dan budi


sampurna

Primary survey dan resusuitasi penderita luka bakar  A, B, C, D


Airway and breathing

- Perhatikan adanya stridor (mengorok), suara serak, dahak berwana jelaga (black sputum),
gagal napas, bulu hidung yang terbakar, bengkak pada wajah.
- Luka bakar pada daerah orofaring dan leher membutuhkan tatalaksana intubasi
(pemasangan pipa saluran napas ke dalam trakea/batang tenggorok) untuk menjaga
jalan napas yang adekuat/tetap terbuka. Intubasi dilakukan di fasilitas kesehatan yang
lengkap.
- Circulation
-
- Penilaian terhadap keadaan cairan harus dilakukan. Pastikan luas luka bakar untuk
perhitungan pemberian cairan.
- Pemberian cairan intravena (melalui infus) diberikan bila luas luka bakar >10%. Bila
kurang dari itu dapat diberikan cairan melalui mulut.
- Terapi cairan diberikan pada luka bakar derajat II / lebih seluas ≥ 20 % pada anak2 atau ≥
30 % pada dewasa
- Cairan merupakan komponen penting karena pada luka bakar terjadi kehilangan cairan
baik melalui penguapan karena kulit yang berfungsi sebagai proteksi sudah rusak dan
mekanisme dimana terjadi perembesan cairan dari pembuluh darah ke jaringan sekitar
pembuluh darah yang mengakibatkan timbulnya pembengkakan (edema). Bila hal ini
terjadi dalam jumlah yang banyak dan tidak tergantikan maka volume cairan dalam
pembuluh darah dapat berkurang dan mengakibatkan kekurangan cairan yang berat dan
mengganggu fungsi organ-organ tubuh.
- Cairan infus yang diberikan adalah cairan kristaloid (ringer laktat, NaCl 0,9%/normal
Saline). Kristaloid dengan dekstrosa (gula) di dalamnya dipertimbangkan untuk diberikan
pada bayi dengan luka bakar. Jumlah cairan yang diberikan berdasarkan formula dari
Parkland : 3-4 cc x berat badan (kg) x %TBSA + cairan rumatan (maintenance per 24
jam).
- Cairan rumatan adalah 4cc/kgBB dalam 10 kg pertama, 2cc/kgBB dalam 10 kg ke 2 (11-
20kg) dan 1cc/kgBB untuk tiap kg diatas 20 kg.
- Pada 24 jam pertama penderita luka bakar derajat II dan III memerlukan cairan RL 2-4ml
/kgBB untuk memepertahankan volume darah sirkulasi dan fungsi ginjal
- Cairan formula parkland (3-4ccx kgBB x %TBSA) diberikan setengahnya dalam 8 jam
pertama dan setengah sisanya dalam 16 jam berikutnya.
- Untuk derajat III dan adanya komplikasi paru2 memerlukan resusuitasi cairan yg cepat ,
dimulai dengan 4 ml/kg
- Anak2 dengan BB 30 kg atau kurang , perlu ditambah glukosa untuk memepertahankan
produksi urin 1ml/kg BB
- Pengawasan kecukupan cairan yang diberikan dapat dilihat dari produksi urin dengan
memasang kateter . Pemberian cairan cukup untuk dapat mempertahankan produksi urin
1,0 ml/kg BB pada anak anak dengan BB 30 kg / kurang, dan 0,5 kg sampai 1,0ml, per
kgBB/jam pada orang dewasa.
-
-

Secondary survey dan pemeriksaan penunjang 


A. Pemeriksaan fisik
- luas dan dalamnya luka bakar
- Periksa apakah ada cidera ikutan
- Timbang BB penderita
B. Catatan penderita
Catatan ttg penangan harus dibuat dalam catatan penderita begitu
penderita masuk IGD

C. Pemeriksaan penunjang untuk penderita luka bakar


Darah
Px golongan darah lengkap,
cross match,
kadar karboksihemoglobin,,
gula darah,
elektrolit,
dan tes kehamilan pada wanita subur,
BGA
Radiologi
Px foto Thorak bisa dilakukan secara seri beberapa kali bila
diperlukan, sedangkan px radiologi lain dilakukan jika ada cidera ikutan

D. Luka bakar melingkar pada ekstremitas : menjamin sirkulasi perifer


- Lepaskan seluruh perhiasan
- Nilai sirkulasi distal . apakah ada sianosis , gagguan neurologis progesif
(missal parestesi dan nyeri dalam)
- Bila ada gangguan sirkulasi pada luka bakar ekstremitas yg melingkar
konsulkan ke ahli bedah untuk dolakukan eskartomi, tap eskartomi
biasanya belum diperlukan pada 6 jam pertama luka bakar

E. Pemasangan pipa lambung


Pemasangan pipa lambung dan dihubungkan dengan pipa penghisap
bila penderita mengalami mual muntah perut kembung atau luas
luka bakar melebihi 20% permukaan tubuh
Jika penderita akan dirujuk sebaiknya pipa lambung dipasang

F. Obat narkotika , analgetik dan sedative

Dapat diberikan penghilang nyeri berupa :


- Paracetamol dan codein (PO-per oral)- 20-30mg/kg
- Morphine (IV-intra vena) 0,1mg/kg diberikan dengan dosis titrasi bolus
- Morphine (I.M-intramuskular) 0,2mg/kg

G. Perawatan luka
- Karena luka bakar derajat II terasa nyeri hanya dengan aliran udara ruangan ke atas luka ,
maka menutup luka dengan kain bersih dapat mengurangi nyeri
- Obat obatan yang sebelumnya telah diberikan pada luka , harus dibersihkan dulu
sebelum memberikan antibaktrerial topikal
- Kompresi dingin pada luka bakar  bisa hipotermi apalagi dengan penderita dengan luka
bakar luas

- moist-exposed burn ointment (MEBO)

- silversulfadiazine

-levertran

-
-
H. Antibiotik (topikal / sistemik )
- Pemberian antibiotik tidak dianjurkan pada penderita luka bakar yang baru terjadi
Antibiotik ditujukan untuk terpi bila terjadi infeksi

I. Tetanus
ATS 1500 U dan toksoid tetanus 3x 1ml
Pemberian anti tetanus diperlukan pada luka-luka sebagai berikut :

Disertai patah tulang


Luka yang menembus ke dalam
Luka dengan kontaminasi benda asing (terutama serpihan kayu)
Luka dengan komplikasi infeksi
Luka dengan kerusakan jaringan yang besar (contoh luka bakar)
Luka dengan kontaminasi tanah, debu atau produk cairan atau kotoran kuda
Implantasi ulang dari gigi yang tanggal
Sumber : ATLS (Advanced Trauma Life Support For Doctors ) ed 7 Dan
kegawatdaruratan medic , agus purwadianto dan budi sampurna

Penanganan luka bakar di luar rumah sakit dibagi menjadi dua. Yaitu fase akut dan fase
lanjutan (follow up). Pada fase akut, ada 3 hal yang harus dilakukan.

Secara sistematik dapat dilakukan 6c : clothing, cooling, cleaning, chemoprophylaxis,


covering and comforting (contoh pengurang nyeri). Untuk pertolongan pertama dapat
dilakukan langkah clothing dan cooling, baru selanjutnya dilakukan pada fasilitas
kesehatan

Clothing : singkirkan semua pakaian yang panas atau terbakar. Bahan pakaian yang
menempel dan tak dapat dilepaskan maka dibiarkan untuk sampai pada fase cleaning.
Cooling : - Dinginkan daerah yang terkena luka bakar dengan menggunakan air
mengalir selama 20 menit, hindari hipotermia (penurunan suhu di bawah normal,
terutama pada anak dan orang tua). Cara ini efektif samapai dengan 3 jam setelah
kejadian luka bakar - Kompres dengan air dingin (air sering diganti agar efektif
tetap memberikan rasa dingin) sebagai analgesia (penghilang rasa nyeri) untuk
luka yang terlokalisasi - Jangan pergunakan es karena es menyebabkan pembuluh
darah mengkerut (vasokonstriksi) sehingga justru akan memperberat derajat
luka dan risiko hipotermia - Untuk luka bakar karena zat kimia dan luka bakar di
daerah mata, siram dengan air mengalir yang banyak selama 15 menit atau lebih. Bila
penyebab luka bakar berupa bubuk, maka singkirkan terlebih dahulu dari kulit baru
disiram air yang mengalir.
Cleaning : pembersihan dilakukan dengan zat anastesi untuk mengurangi rasa sakit.
Dengan membuang jaringan yang sudah mati, proses penyembuhan akan lebih cepat
dan risiko infeksi berkurang.
Chemoprophylaxis : pemberian anti tetanus, dapat diberikan pada luka yang lebih
dalam dari superficial partial-thickness (dapat dilihat pada tabel 4 jadwal pemberian
antitetanus). Pemberian krim silver sulvadiazin untuk penanganan infeksi, dapat
diberikan kecuali pada luka bakar superfisial. Tidak boleh diberikan pada wajah,
riwayat alergi sulfa, perempuan hamil, bayi baru lahir, ibu menyususi dengan bayi
kurang dari 2 bulan
Covering : penutupan luka bakar dengan kassa. Dilakukan sesuai dengan derajat luka
bakar. Luka bakar superfisial tidak perlu ditutup dengan kasa atau bahan lainnya.
Pembalutan luka (yang dilakukan setelah pendinginan) bertujuan untuk mengurangi
pengeluaran panas yang terjadi akibat hilangnya lapisan kulit akibat luka bakar. Jangan
berikan mentega, minyak, oli atau larutan lainnya, menghambat penyembuhan dan
meningkatkan risiko infeksi.
Comforting : dapat dilakukan pemberian pengurang rasa nyeri.

Perawatan Luka Bakar


• Masalah utama luka bakar luas adalah mencegah infeksi à perlu perawatan yang baik
• Tujuan perawatan luka derajat I dan II à membuat lingkungan bersih dan mencegah
infeksi sehingga dapat terjadi regenerasi
• Tujuan perawatan luka derajat III à mempersiapkan area luka bakar sehingga dapat
dilakukan skin graft dengan cara menghilangkan jaringan mati
• Dapat dilakukan secara:
-tertutup
-terbuka

Perawatan luka tertutup dan terbuka


PERAWATAN LUKA BAKAR TERTUTUP
• Adalah menutup luka untuk mencegah infeksi
• Tidak perlu dengan tekanan
• Pembalut bersifat absorbtif agar tetap kering, mencegah tumbuhnya kuman
• Keuntungan:
-mempertahan obat pada kulit
-debridement mekanik luka pada mengangkat balut
-mengurangi kehilangan cairan, elektrolit, protein
-mengurangi nyeri dan pembentukan hematom dan bula
-melindungi terhadap trauma dan infeksi
• Kerugian:
-tehnik sulit pada lokasi muka, leher, aksila, perineum
-bila tekanan kuat menekan saraf dan pembuluh darah
SUMBER : dr Yuda Handaya SpB,FInaCS,FMAS

PERAWATAN LUKA BAKAR TERBUKA


• Setelah perawatan luka bakar derajat II penderita dibaringkan di tempat tidur bersih, luka
bakar bebas terbuka
• Eksudat akan mengering 48-72 jam membentuk krusta
• Di bawah krusta terbentuk regenerasi epitel, setelah 14-21 hari krusta terlepas dan
meninggalkan jaringan sehat
• Derajat III maka jaringan mati akan mengering, timbul jaringan mati yang keras dan tebal
• Perlu ruangan khusus untuk mencegah bakteri masuk serta mengontrol kelembaban dan
suhu ruangan
• Keuntungan:
-reepitelisasi dapat timbul segera
• Kerugian:
-perlu ruangan khusus
-perlu immobilisasi untuk mencegah pecahnya krusta
9. Mengapa setelah diberikan infuse NaCL setelah 5menit kesadaran
menurun? (penyebabnya?)
10.Apa yg dimaksud dg trauma inhalasi dan indikasinya? (kapan kita
curiganya)
Indikasi :
- Luka bakar wajah dan atau leher
- Alis mata dan bulu hidung hangus
- Adanya timbunan karbon dan peradangan akut orofaring
- Sputum yg mengandung karbon atau arang
- Suara serak
- Ganggauan mengunyah
- Luka bakar kepala dan badan akibat ledakan
- Kadar karboksihemoglobin >10% setelah berada di tempat kebakaran
- Riwayat terkurung dalam kepungan api

Trauma inhalasi

1. Luka bakar dengan trauma inhalasi

 Pada kebakaran dalam ruangan tertutup (in door)


 Luka bakar mengenai daerah muka / wajah
 Dapat merusak mukosa jalan napas
 Edema laring hambatan jalan napas.

2. Gejala

 Sesak napas
 Takipnea
 Stridor
 Suara serak
 Dahak berwarna gelap (jelaga)
Hati – hati kasus trauma inhalasi mematikan
Mekanisme kerusakan saluran napas.

3. Etiologi
1. Trauma panas langsung
Terhirupnya sesuatu yang panas, produk dari bahan yang terbakar, seperti jelaga
dan bahan khusus menyebabkan kerusakan mukosa langsung pada percabangan
trakeobronkial.
2. Keracunan asap yang toksik
Akibat termodegradasi material alamiah dan material yang diproduksi 
terbentuk gas toksik (beracun), misalnya hydrogen sianida, nitrogen dioksida,
nitrogen klorida, akreolin iritasi dan bronkokonstriksi saluran napas. Obstruksi
jalan napas akan menjadi lebih hebat akibat trakealbronkitis dan edema.
3. Intoksikasi karbon monoksida (CO)
Intoksikasi CO hipoksia jaringan. Gas CO memiliki afinitas cukup kuat
terhadap pengikatan hemoglobin (210-240 kali lebih kuat di banding dengan O2)
CO memisahkan O2 dari Hb hipoksia jarinagn. Peningkatan kadar
karboksihemoglobin (COHb) dapat dipakai untuk evaluasi berat / ringannya
intoksikasi CO.

4. KLINIS

Kecurigaan adanya trauma inhalasi bila pada penderita luka bakar terdapat 3 atau lebih
dari keadaan berikut :
1. Riwayat terjebak dalam rumah/ ruangan terbakar
2. Sputum tercampur arang
3. Luka bakar perioral, hidung, bibir, mulut atau tenggorokan.
4. penurunan kesadaran.
5. Tanda distress napas, rasa tercekik, tersedak, malas bernapas dan adanya wheezing
atau rasa tidak nyaman pada mata atau tenggorokan (iritasi mukosa)
6. Gejala distress napas. Takipea
7. Sesak atau tidak ada suara.

Pada fase awal kerusakan saluran napas akibat efek toksik yang langsung terhirup
Pada fase lanjut edema paru dengan terjadinya hpoksemia progresif  ARDS
5. Gejala

Korelasi tingkat keracunan CO / presentase COHb dengan kelainan neurologist


Kadar Keracunan CO Kelainan Neurologis

10-20 % (ringan) sakit kepala, binggung, mual


20-40 % (sedang) lekas marah, pusing, lapangan penglihatan menyempit
40-60 % (berat) Halusinasi, ataksia, konvulsi atau koma,takipnea

Pemeriksaan tambahan :
1. Kadar karboksihemoglobin (COHb)
Pada trauma inhalasi, kadar COHb 35-45 % (berat), bahkan setelah 3 jam dari
kejadian, kadar COHb pada batas 20-25 %. Bila kadar COHb lebih dari 15 %
setelah 3 jam kejadian bukti kuat terjadi taruama inhalasi.
2. Gas Darah
PaO2 yang rendah (kurang dari 10 kPa pada konsentrasi oksigen 50%, FiO2 = 0,5)
mencurigakan adanya trauma inhalasi. PaO2 biasanya normal pada fase awal,
tetapi dapat meningkat pada fase lanjut.
3. Foto Toraks, biasanya normal pada fase awal
4. Bronkoskopi Fiberoptic
Bila terdapat sputum beraran, edema mukosa, adanya bintik – bintik pendarahan
dan ulserasi diagnosa trauma inhalasi.
5. Tes Fungsi paru
Scan Paru Xenon tidak praktis.

6. Diagnosa Trauma Inhalasi :


1. Kecurigaan klinis
2. Riwayat kejadian
3. Pemeriksaan gad darh dan kadr COHb
4. Dikonfirmasi dengan bronkoskopi fiberoptic
5. pemeriksaan fungsi paru.
Sumber : ATLS (Advanced Trauma Life Support For Doctors ) ed 7

11.Indikasi merawat penderita luka bakar?

12.Cara menangani luka bakar inhalasi?

Indikasi :
- Luka bakar wajah dan atau leher
- Alis mata dan bulu hidung hangus
- Adanya timbunan karbon dan peradangan akut orofaring
- Sputum yg mengandung karbon atau arang
- Suara serak
- Ganggauan mengunyah
- Luka bakar kepala dan badan akibat ledakan
- Kadar karboksihemoglobin >10% setelah berada di tempat kebakaran
- Riwayat terkurung dalam kepungan api

13.Cara menghitung kebutuhan cairan luka bakar?


 Terapi(jenis cairan, cara menghitung kebutuhan cairan yg dibutuhkan) ?
 Terapi cairan :
Rumus evans :
A. (rule of nine)x berat badan kg = jumlah cairan kristaloid atau NaCl 0,9%/24 jam.
B. (luka %)x BB = jml cairan koloid atau plasma/24 jam
C. dekstrosa 5% =2000 ml/24 jam
8 jam pertama diberikan separuhnya dari A+B+C dan sisanya diberikan 16 jam
selanjutnya.
Evans Formula :
• Luas luka bakar (%) x BB (kg) = ml RL per 24 jam
• Luas luka bakar (%) x BB (kg) = ml plasma per 24 jam
• Ditambah 2000 ml glukosa 5% per 24 jam
• 24 jam = sejak terjadi luka bakar

Rumus baxter :
4mlx total burn surface area%(rule of nine)x BB dlm Kg.
Pemberian cairan 50% dlm 8 jam pertama, 50% 16 jam selanjutnya.
Baxter Formula :
• 4 ml x total burn surface area (%) x body weight (kg)
• 50% given in first 8 hours
• 50% given in next 16 hours
 24 jam = sejak terjadi luka bakar
 Hari kedua diberikan setengah-nya

Menurut derajat Luka Bakar


 Derajat 1: cuci dengan larutan antiseptik dan beri analgesik. Bila
mengenai daerah muka, genital rawat inap
 Derajat 2: inj. TAS 1500 IU im atau inj. Tetanus Toksoid (TT) 1 ml im
 Derajat 2 tidak luas tetapi terbuka : dicuci dengan larutan antiseptik,
ditutup kasa steril, beri zalf levertran. Bila tidak ada tanda infeksi, kasa
diganti tiap 2 minggu
 Derajat 3: rujuk ke RSUD dengan infus terpasang
Menurut Beratnya Luka Bakar
 Ringan tanpa komplikasi: berobat jalan
 Sedang: sebaiknya rawat inap untuk observasi
 Berat : rujuk ke RSUD dengan infus terpasang

Pertolongan Lanjutan Luka Bakar


 Resusitasi cairan

Metoda Elektrolit Koloid Dextrose 5%

 Evans  1 cc elektrolit NaCl 0,9%/Kg  1 cc  2000 cc dws, 1000 cc


BB/% koloid/ anak
Kg
BB/%

 Brook  1,5 cc elektrolit RL /Kg BB/%  0,5 cc  2000 cc dws, 1000 cc


koloid/Kg anak
BB/%

 Baxter  4 cc RL/Kg BB/%

Dibagi menjadi 2 bagian yaitu 50% dalam 8 jam pertama dan 50% dalam 16 jam
berikutnya :
• Pasang kateter uretra untuk monitor produksi urin
• Pasang NGT untuk mencegah dilatasi lambung akut
• Puasa
• Antibiotik dan ATS
• Perawatan luka bakar
-moist-exposed burn ointment (MEBO)
-silversulfadiazine
-levertran

14.Apa komplikasi sistemik luka bakar?


15.Bagaimana cara mencegah kontraktur luka bakar pd persendian?
KONTRAKTUR

SUMBER : dr Yuda Handaya SpB,FInaCS,FMAS

Patofisiologi

Apabila jaringan ikat dan otot dipertahankan dalam posisi memendek dalam jangka waktu
yang lama, serabut-serabut otot dan jaringan ikat akan menyesuaikan memendek dan
menyebabkan kontraktur sendi. Otot yang dihertahan memendek dalam 5-7 hari akan
mengakibatkan pemendekan perut otot yang menyebabkan kontraksi jaringan kolagen dan
pengurangan jaringan sarkomer otot. Bila posisi ini berlanjut sampai 3 minggu atau lebih,
jaringan ikat sekitar sendi dan otot akan menebal dan menyebabkan kontraktur. (2,8)

Pencegahan Kontraktur

Pencegahan kontraktur lebih baik dan efektif daripada pengobatan. Program


pencegahan kontraktur meliputi : (1,2,3,6,9,10)
1. Mencegah infeksi

Perawatan luka, penilaian jaringan mati dan tindakan nekrotomi segera perlu
diperhatikan. Keterlambatan penyembuhan luka dan jaringan granulasi yang berlebihan
akan menimbulkan kontraktur.

2. Skin graft atau Skin flap

Adanya luka luas dan kehilangan jaringan luas diusahakan menutup sedini mungkin, bila
perlu penutupan kulit dengan skin graft atau flap.

3. Fisioterapi

Tindakan fisioterapi harus dilaksanakan segera mungkin meliputi ;

a. Proper positioning (posisi penderita)

b. Exercise (gerakan-gerakan sendi sesuai dengan fungsi)

c. Stretching

d. Splinting / bracing

e. Mobilisasi / ambulasi awal

Penanganan Kontraktur

Hal utama yang dipertimbangkan untuk terapi kontraktur adalah pengembalian


fungsi dengan cara menganjurkan penggunaan anggota badan untuk ambulasi dan
aktifitas lain. Menyingkirkan kebiasaan yang tidak baik dalam hal ambulasi, posisi dan
penggunaan program pemeliharaan kekuatan dan ketahanan, diperlukan agar pemeliharaan
tercapai dan untuk mencegah kontraktur sendi yang rekuren. (1,2,6,8,10) Penanganan kontraktur
dapat dliakukan secara konservatif dan operatif :

1. Konservatif

Seperti halnya pada pencegahan kontraktur, tindakan konservatif ini lebih


mengoptimalkan penanganan fisioterapi terhadap penderita, meliputi :
a. Proper positioning

Positioning penderita yang tepat dapat mencegah terjadinya kontraktur dan


keadaan ini harus dipertahankan sepanjang waktu selama penderita dirawat di tempat
tidur. (3,4) Posisi yang nyaman merupakan posisi kontraktur. Program positioning
antikontraktur adalah penting dan dapat mengurangi udem, pemeliharaan fungsi dan
mencegah kontraktur.(1,24,10)

Proper positioning pada penderita luka bakar adalah sebagai berikut :

- Leher : ekstensi / hiperekstensi

- bahu : abduksi, rolasi eksterna

- Antebrakii : supinasi

- Trunkus : alignment yang lurus

- Lutut : lurus, jlarak antara lutut kanan dan kiri 20”

- Sendi panggul tidak ada fleksi dan rolasi eksterna

- Pergelangan kaki : dorsofleksi
Proper positioning untuk penderita luka bakar

a. Exercise

Tujuan tujuan exercise untuk mengurangi udem, memelihara lingkup gerak


sendi dan mencegah kontraktur. Exercise yang teratur dan terus-menerus pada seluruh
persendian baik yang terkena luka bakar maupun yang tidak terkena, merupakan
tindakan untuk mencegah kontraktur.(2,8,10) Adapun macam-macam exercise adalah :

- Free active exercise : latihan yang dilakukan oleh penderita sendiri.

- Isometric exercise : latihan yang dilakukan oleh penderita sendiri dengan kontraksi


otot tanpa gerakan sendi.

- Active assisted exercise : latihan yang dilakukan oleh penderita sendiri tetapi


mendapat bantuan tenaga medis atau alat mekanik atau
anggota gerak penderita yang sehat.

- Resisted active exercise : latihan yang dilakukan oleh penderita dengan melawan


tahanan yang diberikan oleh tenaga medis atau alat
mekanik.

- Passive exercise : latihan yang dilakukan oleh tenaga medis terhadap penderita.


b. Stretching

Kontraktur ringan dilakukan strectching 20-30 menit, sedangkan kontraktur


berat dilakukan stretching selama 30 menit atau lebih dikombinasi dengan proper
positioning. Berdiri adalah stretching yang paling baik, berdiri tegak efektif untuk
stretching panggul depan dan lutut bagian belakang. (2,10)

c. Splinting / bracing

Mengingat lingkup gerak sendi exercise dan positioning merupakan hal yang
penting untuk diperhatikan pada luka bakar, untuk mempertahankan posisi yang baik
selama penderita tidur atau melawan kontraksi jaringan terutama penderita yang
mengalami kesakitan dan kebingungan.

d. Pemanasan

Pada kontraktur otot dan sendi akibat scar yang disebabkan oleh luka bakar,
ultrasound adalah pemanasan yang paling baik, pemberiannya selama 10 menit per
lapangan. Ultrasound merupakan modalitas pilihan untuk semua sendi yang tertutup
jaringan lunak, baik sendi kecil maupun sendi besar.

2. Operatif

Tindakan operatif adalah pilihan terakhir apabila pcncegahan kontraktur dan terapi
konservatif tidak memberikan hasil yang diharapkan, tindakan tersebut dapat dilakukan
dengan beberapa cara : (11)

a. Z - plasty atau S - plasty

Indikasi operasi ini apabila kontraktur bersama dengan adanya sayap dan dengan kulit
sekitar yang lunak. Kadang sayap sangat panjang sehingga memerlukan beberapa Z-
plasty.

b. Skin graft

Indikasi skin graft apabila didapat jaringan parut yang sangat lebar. Kontraktur
dilepaskan dengan insisi transversal pada seluruh lapisan parut, selanjutnya dilakukan
eksisi jaringan parut secukupnya. Sebaiknya dipilih split thickness graft untuk l
potongan, karena full thickness graft sulit. Jahitan harus berhati-hati pada ujung luka
dan akhirnya graft dijahitkan ke ujung-ujung luka yang lain, kemudian dilakukan
balut tekan. Balut diganti pada hari ke 10 dan dilanjutkan dengan latihan aktif pada
minggu ketiga post operasi.

c. Flap

Pada kasus kasus dengan kontraktur yang luas dimana jaringan parutnya terdiri dari
jaringan fibrous yang luas, diperlukan eksisi parsial dari parut dan
mengeluarkan / mengekspos pembuluh darah dan saraf tanpa ditutupi dengan jaringan
lemak, kemudian dilakukan transplantasi flap untuk menutupi defek tadi. Indikasi lain
pemakaian flap adalah apabila gagal dengan pemakaian cara graft bebas untuk
koreksi kontraktur sebelumnya. Flap dapat dirotasikan dari jaringan.

16.Bagaimana proses terbentuknya bula?

Anda mungkin juga menyukai