Anda di halaman 1dari 37

Makalah Patofisiologi Gizi STROKE (STROKE ISKEMIK DAN STROKE HEMORAGIK)

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas patofisiologi

Oleh : Kelompok 1 Diah Imas Srimaryani Nadya Bellatrix P. Diana Lestari Riksa Aditya P. Titien Dwi Ariyanti Novi Lusiyana Rina Adila Sri Ayu Lestari I14050910 I14069001 I14069002 I14070001 I14070002 I14070004 I14070005 I14070008

Penanggung Jawab Mata Kuliah dr. Yekti Hartati Efendi

MAYOR ILMU GIZI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

PENDAHULUAN
Latar belakang Sistem saraf merupakan suatu sistem dalam tubuh yang vital. Sistem saraf terdiri atas tiga bagian, yaitu susunan saraf pusat, susunan saraf tepi, dan susunan saraf otonom. Susunan saraf pusat meliputi otak dan sumsum tulang belakang. Susunan saraf tepi terdiri atas urat saraf yang berasal dari otak dan sumsum tulang belakang. Susunan saraf otonom terdiri dari saraf simpatik dan saraf parasimpatik. Fungsi utama sistem saraf adalah untuk mendeteksi, menganalisis, dan mentransfer informasi. Innformasi digabungkan oleh sistem sensori dan diintegrasikan oleh otak kemudian digunakan untuk ditransmisikan ke sistem motorik untuk kontrol pergerakan, fungsi viseral, dan endokrin. Aksi ini dikendalikan oleh neuron yang merupakan penghubung antara sistem sensori dan motorik. Susunan saraf pusat manusia mengandung sekitar 100 miliar neuron. Terdapat juga sel-sel glia sebanyak 10-50 kali jumlah tersebut. Neuron pada sistem saraf pusat terdapat dalam berbagai bentuk dan ukuran. Meskipun demikian, sebagian besar mempunyai bagian-bagian yang sama dengan neuron motorik spinal yang khas. Sel ini mempunyai lima sampai tujuh tonjolan yang disebut dendrite. Khususnya di korteks serebri dan serebeli, dendrite mempunyai tonjolan-tonjolan bulat kecil yang disebut tonjolan dendrite. Dendrite menerima informasi dari neuron lain menuju badan sel. Badan sel mengandung nukleus. Komponen sel saraf lainnya yaitu axon yang dapat mencapai panjang hingga satu meter yang berfungsi menyalurkan ke otot, kelenjar, dan neuron lain (Ganong 2002). Terhambatnya aliran darah menuju sel neuron dapat mengakibatkan gangguan neurologis. Pemahaman tentang penyebab gangguan neurologi memerlukan pengetahuan mekanisme molekular dan biokimia. Terdapat beberapa gangguan neurologi antara lain Parkinson, myasthenia gravis, epilepsi, Alzheimer, dementia, hidrosefalus, cedera medula spinalis, Hernia nukleus pulposus dan stroke. Stroke merupakan masalah kesehatan yang sudah lama sekali dikenal di dunia kedokteran. Namun demikian, hingga kini, stroke masih menjadi masalah kesehatan yang serius dan belum dapat diturunkan angka kejadiannya secara signifikan. Stoke adalah terminologi klinis untuk gangguan sirkulasi darah

nontraumatik yang terjadi secara akut pada suatu fokal area di otak, yang berakibat terjadinya keadaan iskemia dan gangguan fungsi neurologis fokal maupun global, yang berlangsung lebih dari 24 jam, atau langsung menimbulkan kematian (Wajoepramono 2005). Secara tipikal, stroke bermanisfestasi sebagai munculnya defisit neurologis secar tiba-tiba, seperti kelemahan gerakan ataupun kelumpuhan, defisit sensorik atau bisa juga gangguan berbahasa. Stroke secara garis besar terbagi menjadi dua jenis, yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik. Stroke iskemik terjadi karena aterosklerosis yang menyumbat suatu pembuluh darah ke otak. Sedangkan stroke hemoragik terjadi karena pecahnya pembuluh darah sehingga menghambat aliran darah normal dan darah merembes ke suatu daerah di otak dan merusaknya. Tujuan Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui definisi stroke dan patologi umum stroke, klasifikasi penyakit stroke, gejala stroke, faktor resiko pada stroke, dan untuk mengetahui pencegahan penyakit stroke.

METODE
Waktu dan Tempat Penulisan makalah Stroke Iskemik dan Hemoragik dilakukan dengan cara penelusuran pustaka pada tanggal 15 s. d. 29 Mei 2009. Pencarian literatur dan informasi bertempat di perpustakaan LSI, jaringan internet IPB, dan koleksi pribadi. Cara Pengambilan Data Data yang digunakan dalam penyusunan makalah ini diperoleh dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh melalui buku dan internet. Kriteria Penentuan Masalah Gizi Permasalahan yang dibahas dalam makalah ini adalah tentang patofisiologi stroke dengan fokus pada pengklasifikasian stroke serta jenis pangan yang dapat mencegah atau membantu perawatan stroke.

HASIL
Data Stroke Kasus stroke meningkat di negara maju seperti Amerika dimana kegemukan dan junk food telah mewabah. Berdasarkan data statistik di Amerika, setiap tahun terjadi 750.000 kasus stroke baru di Amerika. Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa setiap 45 menit, ada satu orang di Amerika yang terkena serangan stroke dan 4 dari 5 keluarga di Amerika terkena stroke. Menurut Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki), terdapat kecenderungan meningkatnya jumlah penyandang stroke di Indonesia dalam dasawarsa terakhir. Kecenderungannya menyerang generasi muda yang masih produktif. Hal ini akan berdampak terhadap menurunnya tingkat produktifitas serta dapat mengakibatkan terganggunya sosial ekonomi keluarga. Tidak dapat dipungkiri bahwa peningkatan jumlah penderita stroke di Indonesia identik dengan wabah kegemukan akibat pola makan tinggi lemak atau kolesterol yang melanda di seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia. Di Indonesia, stroke merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan setelah jantung dan kanker. Bahkan, menurut survei tahun 2004, stroke merupakan pembunuh no.1 di RS Pemerintah di seluruh penjuru Indonesia. Kejadian stroke di Indonesia pun selalu meningkat dari tahun ke tahun. Sebanyak 33 % pasien stroke membutuhkan bantuan orang lain untuk aktivitas pribadi, 20 % membutuhkan bantuan orang lain untuk dapat berjalan kaki, dan 75 % kehilangan pekerjaan. Selain itu, stroke merupakan penyebab dementia (kepikunan) no. 2. Menurut data dasar rumah sakit di Indonesia, seperti diungkapkan Yayasan Stroke Indonesia, angka kejadian stroke mencapai 63,52 per 100.000 pada kelompok usia 65 tahun ke atas. Secara kasar, dapat dikatakan, setiap hari terdapat dua orang Indonesia terkena stroke.

PEMBAHASAN
Pengaturan dalam tubuh manusia dilakukan oleh beberapa sistem. Salah satunya adalah sistem saraf. Sistem saraf merupakan suatu sistem yang berfungsi untuk mendeteksi, menganalisis, dan mentransfer informasi. Informasi digabungkan oleh sistem sensori dan diintegrasikan oleh otak kemudian digunakan untuk ditransmisikan ke sistem motorik untuk kontrol pergerakan, fungsi viseral, dan endokrin. Sistem saraf terdiri dari sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf tersusun atas jaringan saraf yang terdiri dari dua jenis sel, yaitu sel saraf (neuron) dan sel pendukung (neuroglia). Neuron merupakan sel yang mempunyai kemampuan untuk menghantarkan informasi melalui mekanisme penyampaian stimulus yang menyebabkan adanya perubahan elektrokimia. Neuroglia adalah sel pendukung yang bersifat sebagai pelindung sel saraf. Susunan saraf pusat meliputi otak dan sumsum tulang belakang atau dapat disebut juga batang otak. Sel otak disebut sel neuron pada otak dan batang otak. Susunan saraf pusat manusia mengandung sekitar 100 miliar neuron. Terdapat sel-sel glia sebanyak 10-50 kali jumlah tersebut. Neuron pada sistem saraf pusat terdapat dalam berbagai bentuk dan ukuran. Meskipun demikian, sebagian besar mempunyai bagian-bagian yang sama dengan neuron motorik spinal yang khas. Sel ini mempunyai lima sampai tujuh tonjolan yang disebut dendrite. Khususnya di korteks serebri dan serebeli, dendrite mempunyai tonjolan-tonjolan bulat kecil yang disebut tonjolan dendrite. Dendrite menerima informasi dari neuron lain menuju badan sel. Badan sel mengandung nukleus. Komponen sel saraf lainnya yaitu axon yang dapat mencapai panjang hingga satu meter yang berfungsi menyalurkan ke otot, kelenjar, dan neuron lain (Ganong 2002). Terganggunya aliran darah menuju otak dapat menyebabkan disfungsi sel saraf. Darah berfungsi mengangkut oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan oleh jaringan otak. Otak mengandung banyak sel saraf yang berfungsi mengontrol, mendeteksi, dan mentransfer informasi. Bila suplai darah terputus akan terjadi kematian jaringan otak, akibatnya bagian tubuh yang dikendalikan oleh bagian otak tersebut tidak dapat berfungsi. Kematian sel saraf pusat dapat permanen karena tidak diikuti oleh pembentukan jaringan baru.

Berikut ini merupakan beberapa penyakit yang disebabkan oleh gangguan neurologis: 1. Parkinson Parkinson merupakan gejala klinis dari rigiditas, bradykinesia, tremor, dan ketidakstabilan postural. parkinson juga dapat disebabkan oleh beberapa racun seperti toksisitas mangan, karbon disulfida, dan karbon monoksida. 2. Myasthenia gravis Kelainan autoimun transmisi neuromuskular. Gejala klinisnya yaitu adanya kelelahan yang fluktuatif dan kelemahan yang meningkat setelah periode istirahat dan dihambatnya asetilkolinesterase. 3. Epilepsi Epilepsi merupakan suatu gejala, bukan penyakit. Serangan epilepsi adalah pelepasan mendadak energi listrik secara berlebihan oleh neuron dalam sistem saraf pusat didalam korteks atau diensefalon yang secara struktur normal atau berpenyakit. Pelepasan itu dapat memicu gerakan konvulsi (kejang), interupsi sensasi, perubahan kesadaran atau kombinasi gangguan tersebut. Serangan dapat berasal dari berbagai faktor: metabolik, toksik, degeneratif, infeksi, genetik, neoplastik, traumatik atau yang tidak diketahui. 4. Dementia and Alzheimer Dementia adalah menurunnya fungsi intelektual yang menyebabkan ketergantungan sosial. Dimentia merupakan gangguan pada ingatan dan sedikitnya area lain pada fungsi kortikal seperti bahasa, menghitung, orientasi spasial, membuat keputusan, dan kemampuan abstraksi. Alzeimer adalah penyebab utama dementia. Merupakan kelainan yang terjadi perlahan-lahan selama 5-10 tahun dan secara tipikal dimulai dengan ganngguan belajar dan mengingat sesuatu yang baru. 5. Stroke Stroke merupakan keadaan di mana sel-sel otak mengalami kerusakan karena tidak mendapat pasokan oksigen dan nutrisi yang cukup. Apabila karena sesuatu hal aliran darah atau aliran pasokan oksigen dan nutrisi ini terhambat selama beberapa menit saja, maka dapat terjadi stroke. 6. Hidrosefalus Hidrosefalus merupakan pertambahan jumalah cairan serebrospinal dalam ventrikel. Penyebab utama adalah obstruksi aliran keluar CSS.

7.

Cedera medula spinalis Cedera medula spinalis umunya terjadi karena trauma. Mekanisme umum cedera medula spinalis adalah akibat impak trauma, yaitu hiperekstensi atau hiperfleksi. Cidera pada vetebra dapat mencederai medula spinalis.

8.

Hernia nukleus pulposus (HNP) HNP kebanyakan disebabkan karena trauma atau mengangkat berat. Gejala gangguan ini berupa sakit, hilangnya sensasi, paralisis. Lokasi paling sering diserang adalah lumbo-sakral dan sevikal. Definisi Stroke Stroke adalah terminologi klinis untuk gangguan sirkulasi darah non

traumatik yang terjadi secara akut pada suatu fokal area di otak, yang berakibat terjadinya keadaan iskemia dan gangguan fungsi neurologis fokal maupun global, yang berlangsung lebih dari 24 jam, atau langsung menimmbulkan kematian. Dalam hitungan detik dan menit, sel otak yang tidak mendapatkan aliran darah yang adekuat lagi akan mati melalui berbagai proses patologis. Secara tipikal, stroke bermanifestasi sebagai munculnya defisit neurologis secara tiba-tiba, seperti kelemahan gerakan atau kelumpuhan, defisit sensorik, atau bisa juga gangguan berbahasa (Wahjoepramono 2005). Stroke secara medis merupakan gangguan aliran darah pada salah satu bagian otak yang menyebabkan terjadinya defisit neurologis. Secara klinis, stroke ditandai oleh hilangnya fungsi otak secara lokal atau global yang terjadi mendadak dan disebabkan semata-mata oleh gangguan peredaran darah otak. Defisit neurologis terjadi selama 24 jam atau lebih, dapat mengalami perbaikan, menetap, memburuk atau penderita meninggal (Garnadi 2008). Patologi umum Stroke Otak merupakan jaringan yang memiliki tingkat metabolisme paling tinggi. Meskipun masa yang dimiliki hanya sekitar 2% dari masa keseluruhan tubuh, jaringan otak menggunakan hingga 20% dari total curah jantung. Curah jantung digunakan sebagai sumber pemenuhan kebutuhan glukosa dan oksigen yang diperlukan jaringan otak untuk metabolismenya. Gejala fokal dan tanda-tanda gangguan fungsi otak pada stroke akan muncul sesuai dengan area dari jaringan otak yang mengalami gangguan aliran darah. Dengan demikian, gejala yang muncul sering kali dapat memberikan prediksi yang baik mengenai lokasi terjadinya sumbatan pada pembuluh darah. Gejala fokal yang terlokalisir ini terutama dijumpai pada stroke yang bersifat

iskemik. Sedangkan pada stroke hemoragik, gejala fokal sering kali kurang jelas dan kurang memberikan prediksi lokasi tertentu. Hal ini berkaitan dengan sifat stroke hemoragik dimana umumnya segera terjadi berbagai komplikasi perdarahan otak, seperti peningkatan tekanan intra kranial, edema otak, kompresi jaringan otak dan pembuluh darah, dan terdispersinya darah yang keluar ke berbagai arah sehingga memberikan gangguan fungsi otak di daerah selain terjadinya perdarahan. Sebagian besar kasus stroke iskemik, dengan anamnesis dan

pemeriksaan fisik neuroligis, akan diperoleh informasi yang cukup jelas untuk melokalisir lokasi lesi terdapat dan disisi sebelah mana dari otak. Sebagai contoh, lesi akan terdapat pada sisi berlawanan (kontralateral) dari hemiparesis atau hemisensorik yang dialami pasien. Gejala afasia juga akan didapat bila lesi terletak pada sisi kiri otak. Selain itu, dapat pula diprediksi apakah lesi terdapat pada sistem sirkulasi serebri anterior atau posterior dari sirkulus willisi, yaitu sistem sirkulasi darah yang terdapat di dasar otak yang menjadi sumber aliran darah otak. Berdasrkan lokasi area otak yang dialirinya, serangan stroke pada sistem sirkulasi posterior akan memberikan gejala disfungsi batang otak, termasuk koma, drop attack (lumpuh tiba-tiba tanpa gangguan kesadaran), vertigo, nausea, vomitus, kelumpuhan nervus kranialis, ataksia, dan defisit

sensorimotorik yang menyilang (defisit pada wajah salah satu sisi dan pada tubuh/ekstremitas sisi kontralateralnya). Hemiparesis, hemisensorik, dan defisit lapangan pandang dapat pula terjadi, namun gejala ini tidak spesifik pada stroke di sirkulasi posteriol. Setelah fase akut stroke tertangani, maka pasien perlu segera mendapatkan terapi rehabilitasi medik. Hal ini perlu karena bentuk, masalah, pola penyembuhan, situasi sosial, dan respon terhadap pengobatan yang berbedabeda pada setiao pasien stroke maka sangat diperlukan perencanaan program rehabilitasi yang bersifat individual. Beberapa hal yang bersifat umum dalam penatalaksaan rehabilitasi medik pasien stroke yaitu : perawatan secara holistik, terapi dengan gangguan terarah, lingkunagan dan waktu terapi, problema psikososial, dan rehabilitasi pada fase akut. Faktor Resiko Stroke Setiap orang selalu mendambakan hidup nyaman, sehat dan bebas dari berbagai macam tekanan. Namun, keinginan tersebut tidak diimbangi dengan

pola hidup yang memadai. Pola hidup yang tidak baik tersebut dapat menyebabkan masalah kesehatan. Faktor potensial kejadian stroke dibedakan menjadi 2 kategori besar yakni: 1. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi Usia Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa semakin tua usia, semakin besar pula risiko terkena stroke. Hal ini berkaitan dengan adanya proses degenerasi (penuan) yang terjadi secara alamiah dan pada umumnya pada orang lanjut usia, pembuluh darahnya lebih kaku oleh sebab adanya plak (atherosklerosis). Jenis kelamin Laki-laki memiliki risiko lebih besar untuk terkena stroke dibandingkan dengan perempuan. Hal ini diduga terkait bahwa laki-laki cenderung merokok. Rokok itu sendiri ternyata dapat merusak lapisan dari pembuluh darah tubuh yang dapat mengganggu aliran darah. Herediter Hal ini terkait dengan riwayat stroke pada keluarga. Orang dengan riwayat stroke pada kelurga, memiliki risiko yang lebih besar untuk terkena stroke dibandingkan dengan orang tanpa riwayat stroke pada keluarganya. Ras/etnik Dari berbagai penelitian diyemukan bahwa ras kulit putih memiliki peluang lebih besar untuk terkena stroke dibandingkan dengan ras kulit hitam. 2. Faktor yang dapat dimodifikasi Hipertensi (darah tinggi) Orang yang mempunyai tekanan darah yang tinggi memiliki peluang besar untuk mengalami stroke. Bahkan hipertensi merupakan penyebab terbesar (etiologi) dari kejadian stroke itu sendiri. Hal ini dikarenakan pada kasus hipertensi, dapat terjadi gangguan aliran darah tubuh dimana diameter pembuluh darah akan mengecil (vasokontriksi) sehingga darah yang mengalir ke otak pun akan berkurang. Dengan pengurangan aliran darah otak (ADO) maka otak akan akan kekurangan suplai oksigen dan juga glukosa (hipoksia), karena suplai berkurang secara terus menerus, maka jaringan otak lama-lama akan mengalami kematian.

10

Penyakit jantung Adanya penyakit jantung seperti penyakit jantung koroner, infak miokard (kematian otot jantung) juga merupakan faktor terbesar terjadinya stroke. Seperti kita ketahui, bahwa sentral dari aliran darah di tubuh terletak di jantung. Bilamana pusat mengaturan aliran darahnya mengalami kerusakan, maka aliran darah tubuh pun akan mengalami gangguan termasuk aliran darah yang menuju ke otak. Karena adanya gangguan aliran, jaringan otak pun dapat mengalami kematian secara mendadak ataupun bertahap. Diabetes melitus Diabetes melitus (DM) memiliki risiko untuk mengalami stroke. Hal ini terkait dengan pembuluh darah penderita DM yang umumnya menjadi lebih kaku (tidak lentur). Adanya peningkatan ataupun penurunan kadar glukosa darah secara tiba-tiba juga dapat menyebabkan kematian jaringan otak. Hiperkolesterolemia Hiperkolesterolemia merupakan keadaan dimana kadar kolesterol

didalam darah berlebih (hiper = kelebihan). Kolesterol yang berlebih terutama jenis LDL akan mengakibatkan terbentuknya plak/kerak pada pembuluh darah, yang akan semakin banyak dan menumpuk sehingga dapat mengganggu aliran darah. Obesitas Kegemukan juga merupakan salah satu faktor risiko terjadinya stroke. Hal tersebut terkait dengan tingginya kadar lemak dan kolesterol dalam darah pada orang dengan obesitas, dimana biasanya kadar LDL (lemak jahat) lebih tinggi dibandingkan dengan kadar HDLnya (lemak

baik/menguntungkan). Merokok Berdasarkan penelitian didapatkan, bahwa orang-orang yang merokok ternyata memiliki kadar fibrinogen darah yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak merokok. Peningkatan kadar fibrinogen ini dapat mempermudah terjadinya penebalan pembuluh darah sehingga pembuluh darah menjadi sempit dan kaku dengan demikian dapat menyebabkan gangguan aliran darah.

11

Jenis-Jenis Stroke Secara garis besar berdasarkan kelainan patologis yang terjadi, stroke dapat diklasifikasikan sebagai stroke iskemik dan stroke hemoragik (perdarahan) (Wahjoepramono 2005). Pada stroke iskemik, aliran darah ke otak terhenti karena aterosklerosis atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah. Pada stroke hemoragik, pembuluh darah pecah sehingga menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan merusaknya.

Gambar 1 Jenis-jenis stroke

1. Stroke Iskemik Stroke iskemik disebut juga stroke sumbatan atau stroke infark dikarenakan adanya kejadian yang menyebabkan aliran darah menurun atau bahkan terhenti sama sekali pada area tertentu di otak, misalnya terjadinya emboli atau trombosis. Penurunan aliran darah ini menyebabkan neuron berhenti berfungsi. Aliran darah kurang dari 18 ml/100 mg/menit akan mengakibatkan iskemia neuron yang sifatnya irreversibel (Wahjoepramono 2005). Hampir sebagian besar pasien atau sebesar 83% mengalami stroke jenis ini (Misbach & Kalim 2007). Aliran darah ke otak pada stroke iskemik terhenti karena aterosklerosis (penumpukan kolesterol pada dinding pembuluh darah) atau adanya bekuan darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah ke otak. Penyumbatan dapat terjadi di sepanjang jalur arteri yang menuju ke otak. Misalnya suatu

12

ateroma (endapan lemak) bisa terbentuk di dalam arteri karotis sehingga menyebabkan berkurangnya aliran darah. Keadaan ini sangat serius karena setiap arteri karotis dalam keadaan normal memberikan darah ke sebagian besar otak (Misbach dan Kalim 2007). Terjadinya hambatan dalam aliran darah pada otak akan mengakibatkan sel saraf dan sel lainnya mengalami gangguan dalam suplai oksigen dan glukosa. Bila gangguan suplai tersebut berlangsung hingga melewati batas toleransi sel, maka akan terjadi kematian sel. Sedangkan bila aliran darah dapat diperbaiki segera, kerusakan dapat diminimalisir (Wahjoepramono 2005).

Gambar 2 Stroke iskemik

Mekanisme terjadinya stroke iskemik secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu akibat trombosis atau akibat emboli. Diperkirakan dua per tiga stroke iskemik diakibatkan karena trombosis, dan sepertiganya karena emboli. Akan tetapi untuk membedakan secara klinis, patogenesis yang terjadi pada sebuah kasus stroke iskemik tidak mudah, bahkan sering tidak dapat dibedakan sama sekali. Trombosis dapat menyebabkan stroke iskemik karena trombosis dalam pembuluh darah akan mengakibatkan terjadinya oklusi (gerak menutup atau keadaan tertutup) arteri serebral yang besar, khususnya arteri karotis interna, arteri serebri media, atau arteri basilaris. Namun, sesungguhnya dapat pula terjadi pada arteri yang lebih kecil, yaitu misalnya arteri-arteri yang menembus area lakunar dan dapat juga terjadi pada vena serebralis dan sinus venosus (Wahjoepramono 2005). Stroke karena trombosis biasanya didahului oleh serangan TIA (Transient ischemic attack). Gejala yang terjadi biasanya serupa dengan TIA yang mendahului, karena area yang mengalami gangguan aliran darah adalah area otak yang sama. TIA merupakan defisit neurologis yang terjadi pada waktu yang sangat singkat yaitu berkisar antara 5-20 menit atau dapat pula hingga beberapa

13

jam, dan kemudian mengalami perbaikan secara komplit. Meskipun tidak menimbulkan keluhan apapun lagi setelah serangan, terjadinya TIA jelas merupakan hal yang perlu ditanggapi secara serius karena sekitar sepertiga penderita TIA akan mengalami serangan stroke dalam 5 tahun. Dalam keadaan lain, defisit neurologis yang telah terjadi selama 24 jam atau lebih dapat juga mengalami pemulihan secara komplit atau hampir komplit dalam beberapa hari. Keadaan ini kerap diterminologikan sebagai stroke minor atau reversible ischemic neurological defisit (RIND). Emboli menyebabkan stroke ketika arteri di otak teroklusi oleh adanya trombus yang berasal dari jantung, arkus aorta, atau arteri besar lain yang terlepas dan masuk ke dalam aliran darah di pembuluh darah otak. Emboli pada sirkulasi posterior umumnya mengenai daerah arteri serebri media atau percabangannya karena 85% aliran darah hemisferik berasal darinya. Emboli pada sirkulasi posterior biasanya terjadi pada bagian apeks arteri basilaris atau pada arteri serebri posterior. Stroke karena emboli memberikan karakteristik dimana defisit neurologis langsung mencapai taraf maksimal sejak awal (onset) gejala muncul. Seandainya serangan TIA sebelum stroke terjadi karena emboli, gejala yang didapatkan biasanya bervariasi. Hal ini dikarenakan pada TIA yang terjadi mendahului stroke iskemik karena emboli, umumnya mengenai area perdarahan yang berbeda dari waktu ke waktu. Endapan lemak juga bisa terlepas dari dinding arteri dan mengalir di dalam darah yang kemudian menyumbat arteri yang lebih kecil. Arteri karotis dan arteri vertebralis beserta percabangannya bisa juga tersumbat karena adanya bekuan darah yang berasal dari tempat lain, misalnya dari jantung atau satu katupnya. Stroke semacam ini disebut emboli serebral, yang paling sering terjadi pada penderita yang baru menjalani pembedahan jantung dan penderita kelainan katup jantung atau gangguan irama jantung (terutama fibrilasi atrium). Emboli lemak terbentuk jika lemak dari sumsum tulang yang pecah dilepaskan ke dalam aliran darah dan akhirnya bergabung di dalam sebuah arteri. 2. Stroke hemoragik Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh perdarahan intrakranial non traumatik. Pada strok hemoragik, pembuluh darah pecah sehingga menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan merusaknya.

14

Gambar 3 Stroke hemoragik

Hampir 70% kasus strok hemoragik terjadi pada penderita hipertensi. Stroke hemoragik meliputi perdarahan di dalam otak (intracerebral hemorrhage) dan perdarahan di antara bagian dalam dan luar lapisan pada jaringan yang melindungi otak (subarachnoid hemorrhage). Gangguan lain yang meliputi perdarahan di dalam tengkorak termasuk epidural dan hematomas subdural, yang biasanya disebabkan oleh luka kepala. Gangguan ini menyebabkan gejala yang berbeda dan tidak dipertimbangkan sebagai stroke. Berikut ini adalah penjelasan lebih rinci mengenai jenis-jenis stroke hemoragik: 2.1 Intracerebral hemorrhage (perdarahan intraserebral) Perdarahan intraserebral terjadi karena adanya ekstravasasi darah ke dalam jaringan parenkim yang disebabkan ruptur arteri perforantes dalam. Stroke jenis ini berjumlah sekitar 10% dari seluruh stroke tetapi memiliki persentase kematian lebih tinggi dari yang disebabkan stroke lainnya. Di antara orang yang berusia lebih tua dari 60 tahun, perdarahan intraserebral lebih sering terjadi dibandingkan perdarahan subarakhnoid. Perdarahan intraserebral sering terjadi di area vaskularis dalam pada lapisan hemisfer serebral. Perdarahan yang terjadi kebanyakan pada pembuluh darah berkaliber kecil dan terdapat lapisan dalam (deep arteries). Perdarahan intraserebral sangat sering terjadi ketika tekanan darah tinggi kronis (hipertensi) melemahkan arteri kecil, menyebabkannya menjadi pecah. Korelasi hipertensi sebagai kausatif perdarahan ini dikuatkan dengan pembesaran vertikel jantung sebelah kiri pada kebanyakan pasien. Hipertensi yang menahun memberikan resiko terjadinya stroke hemoragik akibat pecahnya pembuluh darah otak diakibatkan karena adanya proses degeneratif pada dinding pembuluh darah. Beberapa orang yang tua memiliki kadar protein yang tidak normal disebut amyloid yang menumpuk pada arteri otak. Penumpukan ini (disebut

15

amyloid angiopathy) melemahkan arteri dan bisa menyebabkan perdarahan. Umumnya penyebabnya tidak banyak, termasuk ketidaknormalan pembuluh darah yang ada ketika lahir, luka, tumor, peradangan pada pembuluh darah (vaskulitis), gangguan perdarahan, dan penggunaan antikoagulan dalam dosis yang terlalu tinggi. Gangguan perdarahan dan penggunaan

antikoagulan meningkatkan resiko sekarat dari perdarahan intraserebral. Perdarahan intraserebral ini merupakan jenis stroke yang paling berbahaya. Lebih dari separuh penderita yang memiliki perdarahan yang luas, meninggal dalam beberapa hari. Penderita yang selamat biasanya kembali sadar dan sebagian fungsi otaknya kembali, karena tubuh akan menyerap sisa-sisa darah. 2.2 Subarachnoid hemorrhage (perdarahan subarakhnoid) Perdarahan subarakhnoid adalah perdarahan ke dalam ruang (ruang subarachnoid) diantara lapisan dalam (pia mater) dan lapisan tengah (arachnoid mater) para jaringan yang melindungan otak (meninges). Penyebab yang paling umum adalah pecahnya tonjolan pada pembuluh (aneurisma). Biasanya, pecah pada pembuluh menyebabkan tiba-tiba, sakit kepala berat, seringkali diikuti kehilangan singkat pada kesadaran. Perdarahan subarakhnoid adalah gangguan yang mengancam nyawa yang bisa cepat menghasilkan cacat permanen yang serius. Hal ini adalah satusatunya jenis stroke yang lebih umum terjadi pada wanita. Perdarahan subarakhnoid biasanya dihasilkan dari luka kepala. Meskipun begitu, perdarahan mengakibatkan luka kepala yang

menyebabkan gejala yang berbeda dan tidak dipertimbangankan sebagai stroke. Perdarahan subarakhnoid dipertimbangkan sebagai sebuah stroke hanya ketika hal itu terjadi secara spontan, yaitu ketika perdarahan tidak diakibatkan dari kekuatan luar, seperti kecelakaan atau jatuh. Perdarahan spontan biasanya diakibatkan dari pecahnya secara tibatiba aneurisma di dalam arteri cerebral. Aneurisma menonjol pada daerah yang lemah pada dinding arteri. Aneurisma biasanya terjadi dimana cabang nadi. Aneurisma kemungkinan hadir ketika lahir (congenital), atau mereka berkembang kemudian, setelah tahunan tekanan darah tinggi melemahkan dinding arteri. Kebanyakan perdarahan subarakhnoid diakibatkan dari aneurisma sejak lahir.

16

Perdarahan subarakhnoid terkadang diakibatkan dari pecahnya jaringan tidak normal antara arteri dengan pembuluh (arteriovenous malformation) di otak atau sekitarnya. Arteriovenous malformation kemungkinan ada sejak lahir, tetapi hal ini biasanya diidentifikasikan hanya jika gejala terjadi. Jarang, penggumpalan darah terbentuk pada klep jantung yang terinfeksi,

mengadakan perjalanan (menjadi embolus) menuju arteri yang mensuplai otak, dan menyebabkan arteri menjadi meradang. Arteri tersebut bisa kemudian melemah dan pecah. Gejala Umum Stroke Pada tingkat awal, masyarakat, keluarga dan setiap orang harus memperoleh informasi yang jelas dan meyakinkan bahwa stroke adalah serangan otak yang secara sederhana mempunyai lima tanda-tanda utama yang harus dimengerti dan sangat dipahami. Hal ini penting agar semua orang mempunyai kewaspadaan yang tinggi terhadap bahaya serangan stroke. Secara umum gejala stroke antara lain adalah: Kelemahan atau kelumpuhan dari anggota badan yang dipersarafi. Kesulitan menelan Kehilangan kesadaran (Tidak mampu mengenali bagian dari tubuh) Nyeri kepala Hilangnya sebagian penglihatan atau pendengaran Penglihatan ganda. Sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat. Pergerakan yang tidak biasa. Hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih. Ketidakseimbangan dan terjatuh. Pingsan. Rasa mual, panas dan sangat sering muntah-muntah.

Berdasarkan lokasinya di tubuh, gejala-gejala stroke terbagi menjadi berikut: 1. Bagian sistem saraf pusat : Kelemahan otot (hemiplegia), kaku, menurunnya fungsi sensorik 2. Batang otak, dimana terdapat 12 saraf kranial: menurun kemampuan membau, mengecap, mendengar, dan melihat parsial atau keseluruhan, refleks menurun, ekspresi wajah terganggu, pernafasan dan detak jantung terganggu, lidah lemah.

17

3. Cerebral cortex: afasia, apraxia, daya ingat menurun, hemineglect, kebingungan. Jika tanda-tanda dan gejala tersebut hilang dalam waktu 24 jam, dinyatakan sebagai Transient Ischemic Attack (TIA), dimana merupakan serangan kecil atau serangan awal stroke. Stroke iskemik dan hemoragik menampakkan gejala awal yang sama, misalnya anggota gerak pertama-tama terasa lemah, lalu semakin parah dan lumpuh. Penderita juga mengalami gangguan penglihatan dan kaki sering kesemutan. Bila telah terserang, dokter biasanya akan mudah mendeteksi. Bila hanya organ sebelah kiri yang lumpuh, berarti serangan stroke terjadi disebelah kanan dan sebaliknya (Sutrisno 2007). Gejala stroke iskemik tergantung pada lokasi dan luasnya sumbatan atau perdarahan (Gendo 2007). Bentuk ringan stroke dikenal dengan Serangan Otak Sepintas (Transient Ischaemic Attack/TIA). Gejala terkadang hanya berupa rasa lemah di satu sisi wajah, atau mungkin rasa kesemutan di lengan atau tungkai. Ada pula yang mengeluhkan gangguan dari fungsi berbicara. Gejala stroke ringan biasanya akan kembali normal dalam waktu cepat, kurang dari satu jam. Gejala stroke yang lebih berat umumnya akan menimbulkan gejala yang lebih khas, seperti kelumpuhan. Gejala stroke iskemik Gejala klinis stroke iskemik dapat terjadi pada lokasi yang berbeda tergantung neuroanatomi dan vaskularisasi yang diserang, antara lain: 1. Arteri serebri anterior Arteri serebri anterior merupakan arteri yang memberikan suplai darah ke area korteks serebri parasagital, yang mencakup area korteks motorik dan sensorik untuk anggota gerak bawah kontralateral, juga merupakan pusat inhibitoris dari kandung kemih (pusat miksi). Gejala yang akan timbul apabila terjadi gangguan pada aliran darah serebri anterior adalah paralisis kontralateral dan gangguan sensorik yang mengenai anggota gerak bawah. Selain itu, dapat pula dijumpai gangguan kendali dari miksi karena kegagalan dalam inhibisi refleks kontraksi kandung kemih, dengan dampak terjadi miksi yang bersifat presipitatif.

18

2. Arteri serebri media Arteri serebri media merupakan arteri yang mensuplai sebagian besar dari hemisfer serebri dan struktur subkortikal dalam, yang mencakup area divisi kortikal superior, inferior, dan lentikolostriaka. Gejala yang akan timbul apabila mengenai divisi kortikal superior yaitu menimbulkan hemisensorik kontralateral dengan distribusi serupa, tetapi tanpa disertai hemianopia homonimus. Seandainya hemisfer yang terkena adalah sisi dominan, gejala juga akan disertai dengan afasia Brocca (afasia ekspresif) yang memiliki ciri berupa gangguan ekspresi berbahasa. Gejala pada divisi kortikal inferior jarang terserang secara tersendiri, dapat berupa homonimus hemianopia kontralateral, gangguan fungsi sensorik kortikal, seperti graphestesia, stereonogsia kontralateral, gangguan

pemahaman spasial, anosognosia, gangguan identifikasi anggota gerak kontralateral, dan apraksia. Pada lesi yang mengenai sisi dominan, maka akan terjadi pula afasia Wernicke (afasia reseptif). Apabila stroke terjadi akibat oklusi di daerah bifurkasio atau trifurkasio (lokasi percabangan arteri serebri media) dimana merupakan pangkal dari divisi superior dan inferior, maka akan terjadi stroke yang berat. Dengan demikian, akan terjadi hemiparesis dan hemisensorik kontralateral, yang lebih melibatkan wajah dan lengan dibanding kaki, terjadi homonimus hemianopia, dan bila mengenai sisi dominan akan terjadi afasia global (perseptif dan ekspresif). Oklusi yang terjadi di pangkal arteri serebri media akan

mengakibatkan aliran darah ke cabang lentikulostriata terhenti dan akan terjkadi stroke yang lebih hebat. Sebagai dampaknya, selain gabungan gejala pada oklusi di bifurkarsio atau trifurkarsio seperti yang disebutkan di atas, juga akan didapatkan gejala paralisis kaki sisi kontralateral. 3. Arteri karotis interna Arteri karotis interna merupakan arteri yang berpangkal pada ujung arteri karotis komunis yang membelah dua. Arteri karotis interna bercabangcabang menjadi arteri serebri anterior dan media, juga menjadi arteri oftalmikus yang memberikan suplai darah ke retina. Berat ringannya gejala yang ditimbulkan akibat oklusi arteri karotis interna ditentukan oleh aliran kolateral yang ada. Kurang lebih sekitar 15% stroke iskemik yang disebabkan oklusi arteri karotis interna ini akan didahului

19

oleh gejala TIA atau gejala gangguan penglihatan monokuler yang bersifat sementara, yang mengenai retina mata sisi ipsilateral. Secara keseluruhan, gejala yang muncul merupakan gabungan dari oklusi arteri serebri media dan anterior ditambah gejala akibat oklusi arteri oftalmikus yang muncul sebagai hemiplegia dan hemisensorik kontralateral, afasia, homonimus hemianopia, dan gangguan penglihatan ipsilateral. 4. Arteri serebri posterior Arteri serebri posterior merupakan cabang dari arteri basilaris yang memberikan aliran darah ke korteks oksipital serebri, lobus temporalis medialis, talamus, dan bagian rostral dari mesensefalon. Emboli yang berasal dari arteri basilaris dapat menyumbat arteri ini. Gejala yang muncul apabila terjadi oklusi pada arteri serebri posterior menyebabkan terjadinya homonimus hemianopia yang mengenai lapangan pandang kontralateral. Sedangkan oklusi yang terjadi pada daerah awal arteri serebri posterior pada mesensefalon akan memberikan gejala paralisis pandangan vertikal, gangguan nervus kranialis okulomotorik, oftalmoplagia internuklear, dan defiasi vertikal drai bola mata. Apabila oklusi mengenai lobus oksipital sisi hemisfer dominan, dapat terjadi afasia anomik (kesulitan menyebutkan nama benda), aleksia tanpa agrafia (tidak dapat membaca tanpa kesulitan menulis), agnosia visual (ketidakmampuan untuk mengidentfikasi objek yang ada di sisi kiri), dan akibat adanya lesi di korpus kalosum menyebabkan terputusnya hubungan korteks visual kanan dengan area bahasa di hemisfer kiri. Oklusi yang mengenai kedua arteri serebri posterior (kanan dan kiri) mengakibatkan penderita mengalami kebutaan kortikal, gangguan ingatan dan

prosopagnosia (ketidakmampuan mengenali wajah yang sebenarnya sudah dikenali). 5. Arteri basilaris Arteri basilaris merupakan gabungan dari sepasang arteri vertebra. Cabang dari arteri basilaris memberikan suplai darah untuk lobus oksipital, lobus temporal media, talamus media, kapsula internal krus posterior, batang otak dan serebelum. Gejala yang muncul akibat oklusi trombus arteri basilaris

menimbulkan defisit neurologis bilateral dengan keterlibatan beberapa cabang arteri. Trombosis basiler mempengaruhi bagian proksimal dari arteri

20

basilaris yang memberikan darah ke pons. Keterlibatan sisi dorsal pons mengakibatkan gangguan pergerakan mata horizontal, adanya nigtagmus vertikal, dan gerakan okular lainnya seperti konstriksi pupil yang reaktif, hemiplegi yang sering disertai koma dan sindrom oklusi basiler dengan penurunan kesadaran. Emboli dari arteri vertebralis yang menyumbat bagian distal arteri basilaris mengakibatkan penurunan aliran darah menuju formasio retikularis asendens di mesensefalon dan talamus sehingga timbul penurunan kesadaran. Sedangkan emboli yang lebih kecil dapat menyumbat lebih rostral dan pada kasus demikian, mesensefalon, talamus, lobus temporal, dan oksipital dapat mengalami infark. Kondisi ini dapat mengakibatkan gangguan visual (hemianopia homonim, buta kortikal), visiomotor (gangguan gerak konvergen, paralisis penglihatan vertikal, diplopia), dan prilaku (terutama disorientasi) abnormal tanpa gangguan motorik. 6. Cabang vertebrobasilar Sirkumferensial Cabang sirkumferesial dari arteri vertebralis dan basilaris adalah arteri sereberalis inferior posterior, sereberalis inferior anterior, dan sereberalis superior. Gejala yang terjadi akibat oklusi arteri sereberalis inferior posterior mengakibatkan sindrom medular lateral (Wallenbergs syndrome). Sindrom ini dapat disertai ataksia sereberalis ipsilateral, sindrom Horner, defisif sensoris wajah, hemihipertesi alternan, nistagmus, vertigo, mual muntah, disfagia, disartria, dan cegukan. Oklusi arteri sereberalis inferior anterior akan mengakibatkan infark sisi lateral dari kaudal pons dan menimbulkan sindrom klinis seperti paresis otot wajah, kelumpuhan pandangan, ketulian, dan tinitus. Oklusi arteri sereberalis superior akan mengakibatkan sindrom lateral rostral pons yang menyerupai lesi dengan disertai adanya optokinetik nistagmus atau skew deviation. 7. Cabang vertebrobasiler paramedian Cabang arteri paramedian memberi aliran darah sisi medial batang otak mulai dari permukaan ventral hingga dasar ventrikel IV. Struktur pada regio ini meliputi sisi medial pedunkulus sereberi, jaras sensorik, nukleus rubra, formasio retikularis, nukleus kranialis (N.III, N. IV, N.VI, N.XII). Gejala yang diakibatkan oleh oklusi arteri ini tergantung dimana oklusi terjadi. Oklusi pada mesensefalon menimbulkan paresis nervus

21

okulomotor (N.III) ipsilateral disertai ataksia. Paresis nervus abdusen (N.VI) dan nervus fasialis (N.VII) ipsilateral terjadi pada lesi daerah pons, sedang paresis nervus hipoglosus (N.XII) terjadi jika letak lesi setinggi medula oblongata. Manifestasi klinis dapat berupa koma apabila lesi melibatkan kedua sisi batang otak. 8. Cabang vertebrobasilar basalis Percabangan ini berasal dari arteri sirkumferensial yang memasuki sisi vertebral batang otak dan memberi aliran darah jaras motorik batang otak. Gejala yang ditimbulkan akibat oklusi arteri basilaris yaitu hemiparesis kontralateral, dan apabila nervus kranialis (N.III, N.VI, N.VII) terkena terjadilah paresis nervus kranialis ipsilateral. 9. Infark lakunar Infark lakunar sering terjadi pada nukleus dalam dari otak (putamen 37%, talamus 14%, nukleus kaudatus 10%, pons 26%, kapsula interna krus posterior 10%). Terdapat 4 macam sindrom infark lakunar yaitu hemiparesis murni, stroke sensorik murni, hemiparesis ataksik, dan sindroma dysarthriaclumsy hand. Gejala Stroke Hemoragik 1. Perdarahan Intraserebral Gejala yang diakibatkan oleh perdarahan intraserebral yaitu onset yang hampir selalu timbul pada saat beraktivitas dan terkadang terjadi saat pasien dalam keadaan tidur (hanya 3%). Gejala yang paling umum ditemukan adalah sakit kepala dan muntah. Walaupun tidak spesifik dan tergantung lokasi lesi, hal ini membedakannya dengan stroke iskemik. Sakit kepala pada saat onset merupakan suatu gejala klinis yang penting pada pasien dengan perdarahan lobar, diakibatkan karena adanya distensi lokal, distorsi, atau peregangan struktur intrakranial superfisial yang sensitif terhadap rasa sakit. Gejala lainnya yaitu kejang yang menunjukkan adanya suatu perdarahan lobaris dibandingkan perdarahan pada bagian yang lebih dalam. Kecepatan penurunan kesadaran pada pasien bervariasi sesuai lokasi dan luas perdarahan yang terjadi. Mayoritas kasus dari perdarahan intraserebral terdapat pada

kompartemen supratentorial dan sebagian lagi pada bagian hemisfer serebral, ganglia basalis, dan talamus. Berikut ini adalah penjelasan mengenai jenis-jenis

22

perdarahan yang dapat terjadi pada stroke perdarahan dan gejala yang diakibatkannya: 1.1 . Perdarahan Putaminal Perdarahan putaminal merupakan bentuk perdarahan intracerebral yang paling sering terjadi. Gambaran klasik dari perdarahan putaminal adalah kelemahan motorik unilateral yang diikuti abnormalitas sensorik visual dan perilaku. Apabila lesi mengenai hemisfer sisi dominan akan terjadi afasia global, sedangkan bila mengenai hemisfer non-dominan akan menyebabkan gejala hemi-inattention. 1.2 . Perdarahan kaudatus Perdarahan kaudatus biasa dimasukkan sebagai perdarahan putaminal yaitu sebagai perdarahan putamina basalis. Onset

perdarahan kaudatus umumnya tiba-tiba, dengan sakit kepala dan muntah yang diikuti penurunan kesadaran. Pemeriksaan fisik

menunjukan adanya kekakuan leher dan berbagai gangguan perilaku (disorientasi dan konfusi) dan seringkali diikuti gangguan ingatan jangka pendek. 1.3 . Perdarahan talamik Perdarahan talamik akan menunjukan gambaran klinis yang sesuai dengan besarnya area perdarahan dan perluasan massa perdarahan yang terjadi. Apabila masa yang timbul sangat besar maka perluasan dapat mencapai daerah parietal. Gejala muntah cukup banyak dijumpai namun sakit kepala jarang. Gejala klinis termasuk hemiparesis atau hemiplegia yang disertaai sindrom hemisensorik berupa penurunan sistem sensorik tungkai, wajah dan punggung kontralateral. Gejala utama pada perdarahan talamik adalah kelainan pada nervus okulomotoris yang mengakibatkan kelumpuhan pandangan atas,

paralisis konvergen, retraksi nistagmus, deviasi asimetris. 1.4 . Perdarahan substansia alba (perdarahan lobaris) Perdarahan yang terjadi pada daerah subkortikal substansia alba menghasilkan lesi yang dapat muncul diseluruh lobus serebri terutama dilobus parietal, temporal dan oksipital. Perdarahan lobaris berbeda dengan perdarahan intraserebral pada umumnya yaitu tidak banyak berkaitan dengan hipertk berkaitan dengan hipertensi. Gejala klinis perdarahan lobaris agak berbeda dengan perdarahan lain. Perdarahan

23

lobaris jarang terjadi hipertensi arterial dan penurunan kesadaran. Sedangkan keluhan sakit kepala dan kejang lebih sering ditemukan. Terjadi rasa sakit kepala di daerah sekitar mata ipsilateral dan hemianopasia juga sakit pada areal sekitar telinga dan kelemahan anggota gerak kontralateral atas serta kelemahan kaki dan wajah. 1.5 . Perdarahan serebral Perdarahan serebral disebabkan oleh hipertensi arterial.

Perdarahan yang terjadi berasal dari cabang distal arteri serebralis posteriol inferior. Gejala krinis muncul pada saat pasien melakukan aktifitas. Gejala awal yang mendahului rasa pening disertai perasaan seperti saat mabuk, mati rasa pada wajah dan selanjutnya pasien tibatiba tidak mampu berjalan dan bahkan berdiri. Kekakuan pada leher dan daerah bahu, tinitus dan cekukan terjadi pada beberapa pasien. 1.6 . Perdarahan mesensefalon Perdarahan spontan nontraumatik pada otak tengah sangat jarang ditemukan perdarahan biasanya berasal dari bagian bawah talamus atau lesi yang berawak dicerbelum atau ponds. Gejala yang ditimbulkan umumnya bertahap dan progresif. Kerap terjadi ataksia dan

oftalmoplegia juga hidrposefalus akibat blokade atau distensi pada akuaduktus. Gejala lain yang ditimbulkan antara lain berupa

kelumpuhan bilateral nervus III, kelemahan bulbar, reflek extensor plantar, sakit kapal yang menyeluruh, muntah, hemiparesis, diplopia, dan pinpoint pupil. 1.7 . Perdarahan pons Perdarahan pons terjadi karena peningkatan tekanan intrakranial yang disebabkan masuknya darah keruangan tertutup intrakranial. Gejala klinis yang terjadi adalah sakit kepala yang hebat di daerah oksipital sebelum terjadi koma, gejala kejang, menggigil hebat, dan terjadi disfungsi sistem otonom. Selain itiu gajala lainnya adalah mati rasa pada wajah dan tungkai atas, ketulian, diplopia, kelemahan kaki bilateral, dan pola pernapasan yang abnormal, apnea. 1.8 . Perdarahan medula oblongata Perdarahan medula oblongata yang sangat jarang sekali terjadi bahkan lebih jarang dibandingkan pedarahan otak tengah. Gejala yang ditimbulkan dapat berupa rasa pening, muntah, sakit kepala, diplopia,

24

dan paresthesia tungkai atas kanan. Umumnya terjadi somnolen dalam waktu singkat dan ataksik disertai kaku kuduk, hemiparesis kiri, nistagmus, disfonia, dan disfagia. 2. Perdarahan Subarakhnoid Perdarahan subarakhnoid umumnya disebabkan oleh rupturnya suatu aneurisma intrakranial. Sebelum pecah, aneurisma biasanya tidak

menyebabkan gejala-gejala sampai menekan saraf atau bocornya darah dalam jumlah sedikit, biasanya sebelum pecahnya besar (yang menyebabkan sakit kepala). Kemudian menghasilkan tanda bahaya, seperti berikut di bawah ini :

Sakit kepala, yang bisa tiba-tiba tidak seperti biasanya dan berat (kadangkala disebut sakit kepala thunderclap).

Nyeri muka atau mata. Penglihatan ganda. Kehilangan penglihatan sekelilingnya. Tanda bahaya bisa terjadi hitungan menit sampai mingguan sebelum

pecah. Orang harus melaporkan segala sakit kepala yang tidak biasa kepada dokter dengan segera. Pecahnya bisa terjadi karena hal yang tiba-tiba, sakit kepala hebat yang memuncak dalam hitungan detik. Hal ini seringkali diikuti dengan kehilangan kesadaran yang singkat. Hampir separuh orang yang terkena meninggal sebelum sampai di rumah sakit. Beberapa orang tetap dalam koma atau tidak sadar. Yang lainnya tersadar, merasa pusing dan mengantuk. Mereka bisa merasa gelisah. Dalam hitungan jam atau bahkan menit, orang bisa kembali menjadi mengantuk dan bingung. Mereka bisa menjadi tidak bereaksi dan sulit untuk bangun. Dalam waktu 24 jam, darah dan cairan cerebrospinal disekitar otak melukai lapisan pada jaringan yang melindungi otak (meninges), menyebabkan leher kaku sama seperti sakit kepala berkelanjutan, sering muntah, pusing, dan rasa sakit di punggung bawah. Frekuensi naik turun pada detak jantung dan bernafas seringkali terjadi, kadangkala disertai kejang yang semakin meningkat. Selain itu, subarachnoid hemorrhage juga dapat menyebabkan beberapa masalah serius lainnya : 1. Hidrosefalus: dalam waktu 24 jam. Darah dari subarachnoid hemorrhage bisa menggumpal. Darah yang menggumpal bisa mencegah cairan di sekitar otak (cairan cerebrospinal) dari kekeringan seperti normalnya. Akibatnya, penumpukan darah di dalam otak, meningkatkan tekanan di

25

dalam tengkorak. Hidrosefalus bisa menyebabkan gejala-gejala seperti sakit kepala, mengantuk, pusing, mual, dan muntah dan bisa

meningkatkan resiko pada koma dan kematian. 2. Vasospasm: sekitar 3 sampai 10 hari setelah perdarahan, arteri di dalam otak bisa kontraksi (kejang), membatasi aliran darah menuju otak. Kemudian, jaringan otak bisa tidak mendapatkan cukup oksigen dan bisa mati, seperti stroke iskemik. Vasopasm bisa menyebabkan gejala yang serupa pada stroke iskemik, seperti kelemahan atau kehilangan rasa pada salah satu bagian tubuh, kesulitan menggunakan atau memahami bahasa, vertigo, dan koordinasi lemah. 3. Pecahan kedua: kadangkala pecahan kedua terjadi, biasanya dalam waktu seminggu. Penyebab stroke Stroke banyak terjadi pada kelompok usia lanjut. Sama halnya dengan jantung koroner, pembuluh darah otak semakin hari semakin menebal. Diperlukan waktu puluhan tahun sebelum pipa pembuluh otak tersumbat total (Mahendra dan Evi 2007). Beberapa penyebab stroke dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yakni stroke yang disebabkan faktor pembuluh darah dan faktor dari luar pembuluh darah. A. Faktor pembuluh darah Aterosklerosis pembuluh darah otak Aterosklerosis adalah penumpukan aterom atau lemak pada lapisan dalam pembuluh darah. Jika aterom ini sudah menutupi seluruh lumen pembuluh darah maka aliran darah akan tersumbat. Akibatnya, jaringan yang ada di depan pembuluh darah akan kekurangan oksigen dan akibat lebih lanjut dapat terjadi kematian jaringan. Malformasi arteri (pembuluh nadi) otak Adanya aneurisma (kelemahan) pembuluh darah otak dan tipisnya dinding pembuluh darah akan memudahkan dinding pembuluh darah robek jika terjadi peningkatan tekanan darah. Aneurisma dibagi menjadi dua yaitu congenital (bawaan dari lahir) dan bukan bawaan lahir (didapat setelah lahir). Aneurisma ini tidak memberikan gejala apapun sampai suatu saat dapat pecah sendiri jika terjadi peningkatan aliran darah ke otak dan terjadilah stroke.

26

Trombosis vena (penyumbatan) Penyebab seperti thrombus, embolus, cacing, parasit, atau leukemia yang

dapat menyumbat pembuluh darah. Pecahnya pembuluh darah otak Pecahnya pembuluh darah otak dapat terjadi di ruang subarachnoid (di bawah selaput otak) atau intracerebral (dalam jaringan otak). Akibatnya adalah darah dari arteri otak akan terus mengalir keluar tanpa ada yang dapat menghentikan. Darah akan menutupi dan menekan sebagian besar jaringan otak sehingga jaringan otak yang tertekan akan mengalami hipoksia disertai dengan kematian jaringan otak, bahkan mungkin disertai dengan kematian biologis. B. Faktor dari luar pembuluh darah Penurunan perfusi (aliran) darah ke otak Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti hipertensi menahun yang menyebabkan terjadinya perubahan anatomi jantung, gagal jantung kongestif atau hiperkolesterol. Adanya perubahan tersebut menyebabkan darah menjadi relatif lebih pekat dan alirannya menjadi lambat. Embolus atau thrombus yang mengalir di dalam pembuluh darah tersangkut di salah satu cabang pembuluh darah otak yang kecil sehingga menyumbat aliran darah. Kejadian ini akan menyebabkan kematian jaringan otak. Embolus atau thrombus dapat berasal dari pembuluh darah di tungkai yang terlepas saat kita beraktivitas, dari paru-paru, embolus lemak terutama terkena pada orang yang obesitas atau pascaoperasi besar, seperti operasi caesar dan patah tulang (Mahendra dan Evi 2007). Pencegahan Stroke Tindakan pencegahan dibedakan atas pencegahan primer dan sekunder. Pencegahan primer bertujuan untuk mencegah stroke pada mereka yang belum pernah terkena stroke. Pencegahan sekunder ditujukan untuk mereka yang pernah terkena stroke termasuk TIA (Wahjoepramono 2005). Menurut Wahjoepramono (2005), pencegahan primer dapat dilakukan dengan modifikasi gaya hidup yang meliputi : 1) Penurunan berat badan : mengupayakan berat badan normal 2) Pola makan yang tidak memicu hipertensi : mengkonsumsi buah-buahan, sayuran, dan produk susu rendah lemak serta mengurangi konsumsi lemak jenuh

27

3) Diet rendah garam : mengurangi intake garam <100 mmol per hari (2,4 g Na atau 6 g NaCl) 4) Aktivitas fisik : aktivitas fisik rutin seperti jalan santai minimal 30 menit per hari Pencegahan sekunder adalah pencegahan yang ditujukan pada pasien yang sudah pernah mengalami stroke atau TIA. Target akhir dari pencegahan sekunder adalah agar jangan sampai terjadi seranagn TIA ataupun stroke yang berulang. Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: Stroke Council of the American Heart Association merekomendasikan hal pencegahan sebgai berikut :
Diet AHA step II: 30 % lemak, < 7 % lemak jenuh, < 200 mg/hari kolesterol, penurunan berat badan dan aktifitas fisik. Jika target tak tercapai dan LDL > 130 mg/dL berikan terapi medikamentosa (mis: statin). Bila LDL 100-130 mg/dL, medikamentosa dapat dipertimbangkan. Edukasi pasien dan keluarga untuk kurangi / hentikan kebiasaan minum alcohol Latihan fisik sedang (jalan santai, jogging, bersepeda atau aerobik). Program dengan supersi medis bagi pasien dengan rsiko tinggi (penyakit jantung) Diet dan latihan fisik

Lemak

LDL < 100 mg/dL HDL > 35 mg/dL TC < 200 mg/dL TG < 200 mg/dL

Alkohol

Mengurangi konsumsi alkohol 3060 menit dalam 3-4 kali / menggu 120 % dari berat badan ideal berdasarkan tinggi

Aktifitas fisik Obesitas

AHA: American Heart Association, HDL: high density lipoprotein, LDL: low density lipoprotein, TC: total cholesterol, TG: trigliserida

1) Konsumsi ganggang coklat. Salah satu makanan yang perlu untuk dikonsumsi adalah bahan-bahan alami yang tersedia di laut seperti ganggang laut coklat (brown seaweed) / Rambut Malaikat (mozu) atau nano. Tumbuhan laut yang memiliki nama latin Laminaria Japonica hidup di daerah terumbu karang yang jenih dan bersih. Ganggang laut coklat (brown seaweed) untuk mencegah penyakit,

memperpanjang usia dan meningkatkan kesehatan secara signifikan. Ganggang laut coklat (brown seaweed) banyak mengandung vitamin dan mineral yang seimbang dan bermanfaaat seperti : kalsium, magnesium, iron, copper, mangan, zink, boron dan iodine, selain itu mengandung serat, asam amino, dan Bkompleks. Ganggang Laut Coklat (brown seaweed) juga mengandung beberapa zat aktif, yang dapat mengurangi risiko terkena stroke akibat penyumbatan pembuluh darah, seperti:

28

Alginate, yakni serat tak larut yang berperan mengurangi kadar lemak, trigliserida serta kolesterol dalam darah, sehingga terkontrol.

laminarin sebagai zat anti penggumpalan darah yang membantu mengurangi risiko penyakit jantung dan stroke.

Iodium

organik

membantu

mengoptimalkan

fungsi

tiroid

untuk

metabolisme tubuh lebih baik


Mineral koloidal yang mudah diserap oleh tubuh. Kandungan lain yang berguna bagi pasien pasca stroke adalah fucoidan yaitu suatu polisakarida kompleks yang membantu memperbaiki daya ingat dan sistem motorik pasca stroke serta meregenerasi sel-sel baru untuk kesehatan menyeluruh. Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan pada pasien pasca

stroke yang dilakukan Universias Manitoba, Winnipeg, Kanada. Hasilnya menunjukkan bahwa fucoidan dalam brown seaweed mempercepat pemulihan fungsi motorik pada minggu pertama serta memperbaiki memori. Penelitian manfaat ganggang laut coklat lainnya: Fucoidan dalam ganggang coklat mampu menghambat pembentukan bekuan darah sehingga menurunkan resiko terserang penyakit jantung dan stroke (Malmo University Hospital, Swedia) Fucoidan dalam ganggang coklat mempercepat fungsi motorik pada minggu pertama dan perbaikan memori (University of Manitoba, Winnipeg-Canada) Ganggang coklat mengubah aktifitas enzim di liver yg mengontrol metabolisme asam lemak, sehingga menurunkan kadar lemak dalam darah. Selain itu, dapat juga meningkatkan pembakaran lemak di liver (Laboratory of Lipid Chemistry, Yokohama- Jepang) Ganggang laut coklat (brown seaweed) membantu menurunkan kadar kolesterol sebanyak 26,5% dan trigliserida sebanyak 36,1%

(Cardiovascular Center di RS Sakhalin, Rusia) (Utama J 2007). 2) Ikan Tuna Ikan tuna juga merupakan sumber yang baik untuk vitamin B6 dan asam folat. World's Health Rating dari The George Mateljan Foundation

menggolongkan kandungan vitamin B6 tuna ke dalam kategori sangat bagus karena mempunyai nutrient density yang tinggi, yaitu mencapai 6,7 (batas kategori sangat bagus adalah 3,4-6,7). Vitamin B6 bersama asam folat dapat

29

menurunkan level homosistein. Homosistein merupakan komponen produk antara yang diproduksi selama proses metilasi. Homostein sangat berbahaya bagi pembuluh arteri dan sangat potensial untuk menyebabkan terjadinya penyakit jantung. Meskipun ikan tuna mengandung kolesterol, kadarnya cukup rendah dibandingkan dengan pangan hewani lainnya. Kadar kolesterol pada ikan tuna 38-45mg per 100gr daging. Kandungan gizi yang tinggi membuat tuna sangat efektif untuk menyembuhkan berbagai penyakit, salah satunya stroke. Sebuah studi yang pernash dilakukan selama 15 tahun menunjukkan bahwa konsumsi ikan tuna 2-4 kali setiap minggu, dapat mereduksi 27% resiko penyakit sroke daripada yang hanya mengkonsumsi 1 kali dalam sebulan. Konsumsi 5 kali atau lebih dalam setiap minggunya dapat mereduksi penyakit stroke hingga 52 persen. Konsumsi tuna 13 kali per bulan dapat mengurangi risiko tubuh dari ischemic stroke, yaitu stroke yang disebabkan oleh kurangnya aliran darah ke otak. 3) Sayur dan Buah-buahan Sebagian besar buah dan sayur memiliki nilai gizi dan mineral yang cukup tinggi. Kandungan gizi tersebut sangat dibutuhkan untuk merevitalisasi sel-sel dan jaringan tubuh yang telah rusak serta meningkatkan sistem metabolisme serta sistem kekebalan didalam tubuh. Terdapat beberapa jenis buah dan sayur yang digunakan untuk mencegah dan mengobati penyakit stroke diantaranya adalah: melon, alpukat, pisang, apel, belimbing, jambu biji, dan asparagus. Pencegahan terjadinya stroke harus dilakukan sepanjang masa. Dengan bertambahnya usia, kemungkinan untuk terserang stroke. Oleh karena itu, harus diusahakan untuk selalu mengurangi atau menghilangkan berbagai faktor resiko, terutama dengan melakukan diet dan olahraga secara teratur (Wirakusumah 2001). Selain itu, menurut Wirakusumah (2001), makanan yang dapat menolong untuk mencegah stroke antara lain : Sumber asam lemak omega-3 Komponen ini banyak terkandung di dalam ikan. Suatu penelitian yang dilakukan di Belanda terhadap populasi yang berusia 60-90 tahun, yang selalu mengkonsumsi ikan (sekurang-kurangnya satu kali seminggu), membuktikan bahwa resiko terserang stroke pada 15 tahun ke depan hanya setengah kali dibandingkan dengan populasi lain yang tidak mengkonsumsi

30

ikan. Hal ini membuktikan bahwa asam lemak omega-3 yang terkandung di dalam ikan akan memperbaiki struktur membran sel. Dalam hal ini, sel akan lebih kuat dan lentur. Selain itu, asam lemak omega-3 dapat membantu thromboxane yang berfungsi menurunkan terbentuknya gumpalan darah. Teh Stroke dapat juga dilawan dengan teh, khususnya jenis teh hijau. Sebuah studi di Jepang membuktikan dengan mengkonsumsi teh hijau sebanyak lima cangkir sehari dapat menurunkan resiko terserang stroke. Di dalam teh hijau terkandung antioksidan yang dapat mencegah terjadinya kerusakan sel. Bahkan, teh hijau mengandung komponen antioksidan yang lebih kuat dibanding vitamin E dan vitamin C. Berikut ini adalah zat-zat yang berperan sebagi sumber antioksidan : Betakaroten, di dalam makanan komponen ini dapat mencegah perubahan kolesterol menjadi unsur toksik yang mampu membentuk plak dan akan menggumpal di dalam arteri. Betakaroten yang diubah menjadi vitamin A, akan melawan kerusakan sel saraf ketika otak kehilangan oksigen. Betakaroten banyak terdapat pada wortel, tomat, papaya, bit, serta sayur dan buah yang berwarna jingga. Vitamin E, dapat mengurangi pembentukan gumpalan darah (plak) yang dapat menyumbat arteri. Contoh sumber pangan yang mengandung vitamin E adalah taoge. Vitamin C, dapat memperkuat dinding pembuluh darah dan mencegah terjadinya hemorrhages (keluarnya darah dari pembuluh) otak. Bahan pangan yang mengandung vitamin C antara lain jeruk, jambu biji, tomat dan lain-lain. Sumber kalium Makanan sumber kalium seperti pisang, dapat menurunkan resiko terserangnya stroke. Diduga, asupan kalium yang memadai membuat dinding arteri lebih elastik dan normal. Selain itu, juga dapat melindungi kerusakan pembuluh darah akibat tekanan darah yang tinggi.

Bawang Bombay dan bawang putih

31

Bawang Bombay dan bawang putih dapat mencegah penggumpalan darah yang akan menyumbat aliran darah ke otak. Selain itu, juga dapat memacu mekanisme pelarutan gumpalan darah di dalam tubuh. Sedangkan hal-hal yang harus diwaspadai antara lain : Sumber lemak stroke dianjurkan untuk membatasi asupan makanan yang

Penderita

mengandung lemak. Jenis lemak yang harus diwaspadai, terutama lemak jenuh yang dapat memicu terbentuknya gumpalan-gumpalan lemak dalam pembuluh darah. Inilah yang akan menghambat aliran darah ke otak sehingga menimbulkan stroke. Garam Diduga, kelebihan garam dapat memicu timbulnya mini stroke. Pengujian yang dilakukan terhadap tikus menunjukkan bahwa pada otak tikus yang mnengkonsumsi ransum dengan kadar garam yang tinggi, akan tampak adanya kerusakan arteri dan jaringan, yang disebabkan oleh keadaan mini stroke. Alkohol Penderita stroke dianjurkan untuk membatasi asupan alkohol karena kelebihan alcohol yang tinggi dapat meningkatkan resiko terserangnya stroke. Konsentrasi alcohol yang tinggi dapat memicu terjadinya emboli (penggumpalan), dan ischemia (kurangnya darah dalam jaringan), yang disebabkan oleh perubahan konsentrasi darah dan kontraksi pembuluh darah. Kondisi inilah yang mengawali terjadinya stroke. Upaya Pengobatan Stroke Stroke adalah penyakit otak yang paling destruktif dengan konsekuensi berat. Stroke tidak hanya akan menimbulkan kecacatan yang dapat membebani seumur hidup tetapi juga ancaman kematian bagi pasien. Apabila mengalami serangan stroke, sebaiknya segera dilakukan pemeriksaan untuk menentukan penyebabnya, bekuan darah atau perdarahan yang tidak bisa diatasi dengan obat penghancur bekuan darah. Penelitian terakhir menunjukkan bahwa kelumpuhan dan gejala lainnya dapat dicegah atau dipulihkan jika obat stroke yang berfungsi menghancurkan bekuan darah disuntikkan kurang dari tiga jam sejak serangan (periode emas). Obat yang diberikan biasanya diberikan berdasarkan penyebab stroke, dan akibat yang ditimbulkan oleh stroke tersebut, seperti obat depresi (untuk mengatasi gangguan psikis), dan alat bantu nafas.

32

Antikoagulan (anti penggumpalan) tidak diberikan kepada penderita tekanan darah tinggi dan tidak pernah diberikan kepada penderita dengan perdarahan otak karena akan menambah risiko terjadinya perdarahan ke dalam otak (Utama J 2007). Perawatan Pasca Stroke Sekali terkena serangan stroke, tidak membuat seseorang terbebas dari stroke. Di samping dampak menimbulkan kecacatan, masih ada kemungkinan dapat terserang kembali di kemudian hari. Penanganan pasca stroke yang biasa dilakukan adalah: 1) Rehabilitasi. Penderita memerlukan rehabilitasi serta terapi psikis seperti terapi fisik, terapi okupasi, terapi wicara, dan penyediaan alat bantu di unit orthotik prostetik. Juga penanganan psikologis pasien, seperti berbagi rasa, terapi wisata, dan sebagainya. Selain itu, juga dilakukan community based rehabilitation (rehabilitasi bersumberdaya masyarakat) dengan melakukan penyuluhan dan pelatihan masyarakat di lingkungan pasien agar mampu menolong, setidaknya bersikap tepat terhadap penderita. Hal ini akan meningkatkan pemulihan dan integrasi dengan masyarakat. 2) Penerapan gaya hidup sehat. Bahaya yang menghantui penderita stroke adalah serangan stroke berulang yang dapat fatal atau kualitas hidup yang lebih buruk dari serangan pertama. Bahkan ada pasien yang mengalami serangan stroke sebanyak 6-7 kali. Hal ini disebabkan pasien tersebut tidak mengendalikan faktor risiko stroke. Penerapan gaya hidup sehat sangat penting bagi mereka yang sudah pernah terkena serangan stroke, agar tidak kembali diserang stroke seperti berhenti merokok, diet rendah lemak atau kolesterol dan tinggi serat, berolahraga teratur 3 kali seminggu (30-45 menit), makan secukupnya, dengan memenuhi kebutuhan gizi seimbang, menjaga berat badan jangan sampai kelebihan berat badan, berhenti minum alkohol dan atasi stres. 3) Selain itu konsumsi bahan-bahan makanan yang dapat mengurangi resiko timbulnya kembali serangan stroke juga sangat diperlukan.

33

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan Stroke merupakan penyakit yang menyerang sistem saraf manusia, yang dapat berakibat pada kelumpuhan sistem-sistem lainnya. Secara umum patologi stroke berlangsung secara progresif dan bertahap, mulai dari gejala stroke ringan hingga dapat menyebabkan kematian. Secara garis besar, stroke dibagi menjadi stroke iskemik (karena penyumbatan pembuluh darah) dan stroke hemoragik (karena pecahnya pembuluh darah) yang memiliki gejala bervariasi sesuai daerah yang terserang. Stroke memiliki beberapa faktor resiko yang dapat mendukung

perkembangan stroke yang terdiri dari dua jenis faktor, yaitu faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi (usia, jenis kelamin, herediter, dan ras) dan yang dapat dimodifikasi (berbagai penyakit degeneratif dan gaya hidup). Pencegahan penyakit stroke dapat dilakukan dengan meminimalisir faktor resiko yang dapat dimodifikasi tersebut, seperti mengatur pola hidup dan mengkonsumsi makanan yang disesuaikan dengan faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi. Saran Gejala stroke umumnya sulit untuk dibedakan dengan gejala penyakit lainnya apabila masih belum mencapai stadium lanjut. Oleh karena itu pencegahan primer sangat disarankan karena setelah mengalami stroke, seseorang sulit untuk dapat pulih total, apalagi pada usia lanjut. Salah satu cara pencegahan primer yang paling disarankan yaitu konsumsi buah-buahan, sayuran, dan produk susu rendah lemak serta mengurangi konsumsi lemak jenuh dan beraktivitas fisik secara rutin.

34

DAFTAR PUSTAKA
[Anonim]. 2006. Cegah stroke, konsumsi wortel. www.kapanlagi.com. [25 Mei 2009]. Danis D. Kamus Istilah Kedokteran. Jakarta: Gita Media Press. Efendi YH. Bahan Kuliah Patofisiologi, Neurologi. Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Ganong W. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran. Gendo U. 2007. Integrasi Kedokteran Barat dan Kedokteran Tradisional Cina. Jakarta: Kanisius. Mahendra B, Rachmawati Evi. 2007. Atasi Stroke Dengan Tanaman Obat. Jakarta: Penebar Swadaya. Misbach J, Kalim H. 2007. Stroke Mengancam Usia Produktif. www.medicastore. com. [25 Mei 2009]. Smith T, Davidson S. 2005. Dokter di Rumah Anda. Jakarta: Dian Rakyat. Sutrisno A. 2007. Stroke. Jakarta: Gramedia. Tembayong J. 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran. Utama J. Pengobatan Stroke dan medicastore.com [12 Mei 2009]. Perawatan Pasca Stroke. www.

Wahjoepramono EJ. 2005. Stroke Tata Laksana Fase Akut. Lippo Karawaci: Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan, RS Siloam Gleneagles. Wirakusumah ES. 2001. Menu Sehat untuk Lanjut Usia. Jakarta: Puspa Swara.

35

LAMPIRAN
Lampiran 1 Tabel
Tabel 1 Manifestasi klinik stroke iskemik berdasarkan daerah yang terserang Daerah vaskular Manifestasi klinik Arteri karotid internal 1. Kebutaan ipsilateral-terletak pada atau mengenai sisi yang sama (arteri optalmik-yang berhubungan dengan mata) 2. Gejala pada arteri serebralis tengah Arteri serebralis 1. Kelemahan kontralateral- dan kehilangan sensori termasuk tengah lengan dan wajah lebih daripada kaki. 2. Afasia-defek atau hilangnya kemampuan ekspresi dengan bicara, menulis, atau tanda-tanda atau untuk memahami bahasa lisan atau tulisan, yang disebabkan oleh trauma atau penyakit di pusat otak. 3. Hemineglect-separuh/sebagian gagal melakukan beberapa tugas atau fungsi, anosognosia-ketidakwaspadaan atau penyangkalan dari defisit neurologis, disorientasi spasial pada hemisfer serebralis kanan 4. Derajat variabel dari defek visual Arteri serebralis 1. Kelemahan kontralateral- dan kehilangan sensori yang anterior mendominasi bagian anggota gerak bagian bawah 2. Ketidakmampuan mengeluarkan urin, terutama dengan lesi bilateral 3. Disparaksia lengan 4. Abulia-kehilangan atau berkurangnya kemauan, inisiatif dan dorongan 5. Afasia transkortikal motorik pada bagian dominan-gangguan kemampuan bicara dan menulis, yang disebabkan oleh lesi pada insulin dan operkulum sekelilingnya Arteri serebralis 1. Anopsia kontalateral homonymous posterior 2. Kehilangan sebagian sensorei kontralateral tanpa mengalami kelemahan 3. Defisit kortikal asosiasi variabel visual, seperti aleksia tanpa agrafia dan agnosia visual asosiatif Arteri basilaris 1. Paralisis pada limb (lengan atau tungkai) yang biasanya bilateral namun terkadang asimetrik 2. Biasanya pada bulbar atau paralisis pseudobulbar pada muskulatur cranial (disfagia-,disartria-artikulasi pembicaraan yang tidak sempurna oleh karena gangguan kendali otot yang merupakan akibat kerusakan saraf pusat atau perifer,diplegia fasial-kelumpuhan yang mengenai kedua belah sisi tubuh, dan lainnya 3. Pengurangan dari sensori atau abnormalitas serebelar. 4. Abnormalitas gerakan mata (internuklear optalmoplegia (paralisis otot mata), one-and-half syndrome, nistagmus (gerak cepat bola mata involunter, dapat horizontal, vertikal, berputar, atau campuran dari dua variasi), skew deviation, ocular bobbing, miosis, dan ptosis (turunnya kelopak mata atas akibat kelumpuhan) 5. koma Arteri vertebralis 1. berbagai variasi dari vertigo, dizziness, nausea (sensasi tidak menyenangkan yang secara samar mengaxu pada epigastrium dan abdomen dengan kecendrungan untuk muntah), dan vomiting (muntah)

36

2. fasial ipsilateral dengan kontralateral tubuh dan hipoestesia anggota gerak bagian bawah 3. Ataksia truncal ipsilateral atau appendikular 4. Sindrom horner ipsilateral 5. Disfagia dan hoarseness

Lampiran 2 Daftar istilah Abulia: hilangnya/berkurangnya kemampuan, inisiatif dan dorongan. Anmnesia: keluarganya Afesia: defek/hilangnya kemampuan ekspresi bicara, menulis,atau tandatanda atau untuk bahasa lisan atau tulisan, yang disebabkan oleh trauma atau penyakit dipusat otak Blindness: hilangnya kemampuan melihat, hilangnya persepsi alas rangsang visual Bulbar: Sebuah masa bundar/pembesaran Diplegia: kelumpuhan yang mengenai kedua sisi tubuh Disatria: artikulasi pembicaraan yang tidak sempurna oleh karena gangguan kendali otot yang merupakan akibat dari kerusakan saraf pusat atau perifer Disfasia: berkurangnya kemampuan berbicara, yang terdiri dari tidak adanya koordinasi dan gagalnya menyusun kata-kata menurut susunan yang benar akibat lesi pusat Ispilateral: terletak pada/mengenai sisi yang lain Hemiparesis: kehilanngan atau gangguan funngsi motorik pada suatu bagian akibat lesi pada mekanisme saraf atau otot yang mengenai satu sisi tubuh Paralisis: kehilangan atau gangguan fungsi motorik pada suatu bagian akibat lesi pada mekanisme saraf atu otot juga secara analogi ganngguan fungsi otot Symptomatology: 1. Cabang ilmu kedokteran yang berhubungan dengan gejala, 2. Hubungan gejala suatu penyakit kemampuan ingatan, sejarah masa lalu pasien dan

37

Anda mungkin juga menyukai