PA 1 : “Selamat pagi Ns., ingin memberitahu bahwa ada pasien baru Sdr. Iffa dengan
diagnosis medis Typoid dari ruangan UGD. Keadaan umum pasien lemah dan
kesadaran composmentis. Saya telah menerima pasien dan saat ini pasien sudah berada
di ruang rawat inap Bima dan saat ini saya limpahkan wewenang untuk tindakan
sentralisasi obat kepada Ns. Kelvin.”
PP : “Baik Ns. Miftah saya terima pelimpahan wewenang perawatan Sdr. Iffa untuk
tindakan selanjutnya Prosedur desentralisasi/sentralisasi obat pasien. Terima Kasih”
PA 1 : “Baik Ns.”
PP : “Selamat pagi Ns, ini kita memiliki pasien baru Sdr. Iffa dengan diagnose Typoid
dengan keadaan umum pasien lemah dan kesadaran compos mentis, yang tadi sudah
dilakukan Penerimaan Pasien Baru oleh Ns. Miftah, sekarang saya akan melakukan
sentralisasi obat pasien baru, bagaimana menurut Ns. Elok?”
KARU : “Selamat pagi Ns. Baik, untuk formatnya bisa saya lihat Ns?”
PP : “Baik Ns. ini untuk formatnya.”
KARU : “Baik Ns. Kelvin, saya rasa persiapannya sudah lengkap, silahkan bisa dilakukan
sekarang Ns.”
PP : “Baik Ns. Elok, terimakasih untuk perijinannya”
PP : “Permisi bu. Saya Ns. Kelvin , saya perawat primer yang berdinas pagi ini. Apakah
benar ini dengan keluarga Sdr. Iffa ?
KP : “Benar Ns. Saya orang tua dari Sdr. Iffa ”
PP : “Baik bu. Mari ikut saya keruangan untuk saya jelaskan tentang pengaturan dan
pengelolaan obat untuk anak ibu”
KP : “Iya Ns”
(diruangan konseling)
PP : “Jadi bu, saya akan menjelaskan tentang pengaturan dan pengelolaan obat untuk
anak ibu. Apabila nanti ada yang tidak jelas mohon untuk ditanyakan ya bu”
KP : “Baik Ns”
PP : “Sesuai dengan Prosedur Standart keselamatan dan kenyamanan pasien kami akan
melaksanakan Prosedur Desentralisasi/sentralisasi Obat pasien. Sentralisasi obat
adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan diberikan kepada pasien
diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh perawat. Tujuan pengelolaan obat adalah
menggunakan obat secara bijaksana dan menghindari pemborosan, sehingga
kebutuhan asuhan keperawatan pasien dapat terpenuhi.
Hal-hal berikut ini adalah beberapa alasan yang paling sering mengapa obat perlu
disentralisasi, antara lain :
1. Memberikan bermacam-macam obat untuk satu pasien.
2. Menggunakan obat yang mahal dan bermerek, padahal obat standart yang lebih
murah dengan mutu yang terjamin memiliki efektifitas dan keamanan yang sama.
3. Meresepkan obat sebelum diagnosis pasti dibuat “hanya untuk mencoba“.
4. Menggunakan dosis yang lebih besar dari pada yang diperlukan
5. Memberikan obat kepada pasien yang tidak mempercayainya, dan yang akan
membuang atau lupa untuk minum.
6. Memesan obat lebih daripada yang dibutuhkan, sehingga banyak yang tersisa
sesudah batas kadarluarsa.
7. Tidak menyediakan lemari es, sehingga vaksin dan obat menjadi tidak aktif.
8. Meletakkan obat ditempat yang lembab, terkena cahaya atau panas.
9. Mengeluarkan obat ( dari tempat penyimpanan) terlalu banyak pada suatu waktu
Untuk penerimaan obat, obat yang sudah diresepkan oleh dokter akan diambil oleh
keluarga dan kemudian diserahkan kepada perawat serta menerima lembar terima
obat, selanjutnya perawat akan menuliskan nama pasien, register, jenis obat, jumlah
dan sediaan obat dalam kartu control, dan ditandatagani oleh kelurga pasien dalam
buku obat masuk dan perawat akan menjelaskan tentang 5T yaitu Tepat jenis, dosis,
waktu, pasien, dan cara pemberian obat. Selanjutnya perawat dan keluarga
mendapatkan salinan obat yang harus diminum beserta kartu sediaan obat dan obat
yang telah diserahkan kemudian dimasukkan dikotak obat oleh perawat.
PP : “Ns. Suci tolong ini obat Sdr. Iffa di atur dalam rak obat pasien dan berikan obat
untuk siang ini.”
PA 2 : “baik Ns. Kelvin”
PP melimpahkan melimpahkan wewenang mengelola obat dan mendistribusikan obat pasien
kepada Perawat Asosiet.
PA 2 : “permisi selamat siang”
PX : “Iya sus”
PA 2 : “perkenalkan nama saya Ns. Suci, saya perawat pelaksana yang bertugas pada dinas
siang ini. Saya akan memberikan obat injeksi maupun obat oral kepada Sdr. Iffa.
Sesuai dengan standar aturan keselamatan pasien, maka sebelum memberikan obat
saya akan menanyakan identitas anda terlebih dahulu. Ini bertujuan untuk menjaga
hak pasien dalam penerimaan obat yaitu 6 Benar :Benar obat, benar pasien, benar
dosis, benar rute, benar waktu, benar dokumentasi. Jadi apakah saudara bisa sebutkan
nama dan alamat ?”
PX : “iya sus, nama saya Iffa, alamat desa jombang”
PA 2 : “baik Sdr. Iffa, identitas yang saudara sebutkan sudah sesuai dengan yang tertera di
dalam gelang. Selanjutnya saya akan menyuntikkan obat ini melalui selang infus,
saya harap rileks saat saya suntikkan obatnya ya. Obat akan terasa sedikit sakit saat
memasuki pembuluh darah, reaksi obat jika sudah diserap oleh tubuh adalah saudara
akan merasakan mengantuk, dan itu baik untuk memulihkan kesehatan. Apakah
saudara bersedia ?”
PX : “baik sus, saya bersedia.”
Lalu Ns. Suci menginjeksikan obat melalui selang infus Sdr. Iffa
PA 2 : “Baik saya sudah menyuntikkan obatnya. Apakah ada yang ditanyakan lagi ? atau
jika butuh bantuan keperawatan, saudara bisa memanggil saya di ruang keperawatan”
PX : “baik sus terima kasih”
PA 2 : “baik , kalau begitu saya permisi dulu, selamat siang dan selamat beristirahat.”
PA 2 : “Ns. Kelvin, saya sudah memberikan obat injeksi kepada pasien Sdr. Iffa sesuai
standart keamanan pasien, dan sentralisasi obat pasien Sdr. Iffa sudah saya rapikan di
loker obat pasien.”
PP : “baik Ns. Suci terima kasih sudah bekerja dengan baik.”