Anda di halaman 1dari 28

LAMPIRAN

PERATURAN DIREKTUR RS SARI ASIH SERANG


NOMOR 184/PER/DIR/RSSAS/XI/2017
TENTANG
PEDOMAN MANAJEMEN LINEN

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Upaya kesehatan kerja menurut UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan


khususnya pasal 23 tentang kesehatan kerja, menyatakan bahwa kesehatan kerja
harus diselenggarakan disemua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang
mempunyai resiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai
karyawan lebih dari sepuluh.

Sesuai dengan fungsi sarana kesehatan tersebut, semua pekerja di


rumah sakit dalam melaksanakan tugasnya selalu berhubungan dengan bahaya
potensial yang bila tidak ditanggulangi dengan baik dan benar dapat
menimbulkan dampak negatif terhadap keselamatan dan kesehatan yang dapat
menurunkan produktivitas kerja.

Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit


adalah melalui pelayanan penunjang medik khususnya dalam pelayanan linen di
rumah sakit. Kebutuhan linen di rumah sakit tiap ruangan bervariasi baik jenis
jumlah dan kondisi. Alur pengelolaan linen cukup panjang membutuhkan
pengelolaan khusus dan banyak melibatkan tenaga kesehatan yang terdiri dari
ahli manajemen, tehnisi, perawat, tukang cuci, penjahit, tukang strika, ahli sanitasi,
serta ahli kesehatan dan keselamatan kerja. Untuk mendapatkan kwalitas linen
yang baik, nyaman, dan siap pakai. Diperlukan perhatian khusus seperti
kemungkinan terjadinya pencemaran infeksi dan efek penggunaan bahan –bahan
kimia.

1
B. Permasalahan

Permasalahan dalam pengelolaan linen di rumah sakit yang sering ditemukan


adalah :

1. Kwalitas linen yang tidak baik dalam arti linen sudah kadaluarsa dan
kerapatan benang sudah tidak memenuhi persyaratan .
2. Kwalitas hasil pencucian sulit ,menghilangkan noda berat seperti darah,
bahan kimia dll.
3. Unit-unit pengguna linen tidak melakukan pembasahan terhadap noda
sehingga noda yang kering sulit dibersihkan pada saat pencucian.
4. Ruangan tidak memisahkan linen kotor terinfeksi dan kotor tidak terinfeksi
5. Kurang optimalnya pengelolaan untuk jenis linen tertentu seperti
kasur,bantal, linen berenda dll.
6. Kurangnya koordinasi antara ruangan dengan bagian pencucian
7. Kurangnya koordinasi bagian lain khususnya dalam perbaikan sarana dan
prasarana
8. Aspek hukum apabila pengelola linen dilakukan oleh pihak ketiga
9. Kurangnya pemahaman tentang kewaspadaan universal
10. Kurangnya pemahaman dalam pemilihan, penggunaan dan efek samping
bahan kimia berbahaya
11. Kurangnya kemampuan dalam pemilihan jenis linen.

C. Dasar Pelayanan Linen di Rumah Sakit


1. UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
2. UU No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
3. UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
4. PP No. 85/1999 tentang perubahan PP No. 18 tahun 1999 tentang
Pengelolaan Limbah Berbahaya dan Racun
5. PP No. 20 tahun 1990 tentang Pencemaran Air
6. PP No. 27 tahun 1999 tentang AMDAL

2
7. Permenkes RI No. 472/Menkes/Peraturan/V/1996 tentang Penggunaan Bahan
Berbahaya bagi Kesehatan
8. Permenkes No. 416/Menkes/Per/IX/1992 tentang Penyediaan Air Bersih dan
Air Minum
9. Permenkes No. 986/Menkes/Per/XI/1992 tentang Penyehatan Lingkungan
Rumah Sakit
10. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 983/Menkes/SK/XI/1992 tentang
Pedoman Organisasi Rumah Sakit
11. Kepmen LH No. 58/MENLH/12/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi
Kegiatan Rumah Sakit
12. Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia tahun 1992 tentang Pengelolaan
Linen
13. Buku Pedoman Infeksi Nosokomial tahun 2001
14. Standard Pelayanan Rumah Sakit tahun 1999

D. Tujuan
Umum
Untuk meningkatkan mutu pelayanan linen di rumah sakit
Khusus
1. Sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan linen di rumah sakit
2. Sebagai pedoman kerja untuk mendapatkan linen yang bersih, kering, rapih,
utuh dan siap pakai
3. Sebagai panduan dalam meninimalisasi kemungkinan untuk terjadinya infeksi
silang
4. Untuk menjamin tenaga kesehatan, pengunjung, kontraktor dan lingkungan
dari terpapar bahaya potensial
5. Untuk menjamin ketersediaan linen di setiap unit rumah sakit

3
BAB II

MANAJEMEN LINEN DI RUMAH SAKIT

A. Jenis Linen
Ada bermacam-macam jenis linen yang digunakan di rumah sakit. Jenis linen
dimaksud antara lain:
1. Sprei/Laken
2. Steek laken
3. Perlak/zeil
4. Sarung bantal
5. Sarung guling
6. Handuk besar
7. Handuk kecil
8. Lap tangan
9. Washlap
10. Selimut coklat
11. Selimut hijau
12. Mukena
13. Sajadah
14. Baju pasien anak
15. Celana pasien anak
16. Baju pasien wanita
17. Baju pasien pria
18. Celana pasien dewasa
19. Scolt pasien
20. Bedongan bayi
21. Popok bayi
22. Baju bayi
23. Laken bayi
24. Duk kecil

4
25. Duk sedang
26. Duk besar
27. Jas operasi
28. Baju petugas kamar operasi
29. Celana petugas kamar operasi
30. Korden
31. Sketsel
32. Fitras
33. Tali korden
34. Celemek
35. Restrain
36. Bed cover
37. Bantal
38. Guling
39. Taplak meja

B. Bahan Linen
1. Katun 100%
2. Kombinasi katun 85%, polyester 15%
3. Wool
4. Dll

C. Peran dan Fungsi


Peran pengelolaan manajemen linen rumah sakit cukup penting. Diawali
dari perencanaan, salah satu sub sistem pengelolaan linen adalah proses
pencucian. Alur aktivitas fungsional dimulai dari penerimaan linen kotor,
penimbangan, pemilahan, proses pencucian, pemerasan, pengeringan, sortir
noda, penyetrikaan, sortir linen rusak, pelipatan, merapikan, mengepak,
menyimpan, dan mendistribusikan ke tiap ruangan.
Untuk melaksanakan aktivitas tersebut dengan lancar dan baik, maka
diperlukan alur yang terencana dengan baik. Peran sentral lainnya adalah

5
perencanaan, pengadaan, pengelolaan, pemusnahan, kontrol, dan pemeliharaan
fasilitas kesehatan

D. Prinsip Pengolaan Linen di Rumah Sakit

Kemungkinan Rendah
menimbulkan
infeksi
Desinfeksi tingkat rendah

Secara umum infeksi Tinggi


yang disebabkan
karena linen relative
rendah - Desinfeksi tingkat tinggi

Karena tidak kontak


langsung dengan
jaringan tubuh yang
steril atau dengna
pembuluh darah

E. Pengelolaan Linen Rumah Sakit


1. Linen infeksius
2. Linen non infeksius terbagi :
- Noda ringan
- Noda sedang
- Noda berat (darah)

6
F. Struktur Organisasi

Direktur Rumah sakit

Bidang Umum

laundry

Pelaksana laundry

G. Hubungan dengan Unit Kerja Lain

Kewaspadaan universal Kewaspadaan umum di


di ruangan laundry

R. Inap
R. jalan Linen Unit Pross
Instalasi kotor pencucian pencucian
Administrasi

Kerusakan
alat Linen
Kewaspadaan umum
bersih
transportasi
IPS RS

distribusi

7
H. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia terdiri dari :
a. Tenaga perawat ( 1 orang )
b. Tenaga non medis/ pekarya ( 6 orang ) dengan pelatihan internal manajemen
laundry Rumah Sakit Sari Asih Grup

I. Tata Laksana Pengelolaan


1. Perencanaan
2. Penerimaan linen kotor
3. Penimbangan
4. Pensortiran/pemilahan
5. Proses pencucian
6. Pemerasan
7. Pengeringan
8. Sortir noda
9. Penyetrikaan
10. Sortir linen rusak
11. Pelipatan
12. Merapihkan, pengepakan/pengemasan
13. Pendistribusian
14. Perawatan linen
15. Pencatatan dan pelaporan

8
BAB III
SARANA FISIK, PRASARANA, DAN PERALATAN

A. Sarana Fisik
Sarana fisik instalasi pencucian terdiri dari beberapa ruang
1. Ruang penerimaan linen
Terdiri dari :
a. Timbangan duduk
b. Ruangan troli
2. Ruangan pemisahan linen
Untuk memisahkan linen infeksius dan non infeksius
3. Ruang pencucian dan pengeringan linen
Ruangan ini memuat mesin cuci dan mesin pengering
Ruang pencuci terpisah ada dua yairu ruang untuk pencucian dan
perendaman linen infeksi dan ruang pencucian linen non infeksius.
4. Ruang penyetrikaan
Penyetrikaan dengan menggunakan roll iron dan setrika manual
5. Ruang distribusi linen
Linen yang sudah distrika langsung didistribusikan ke setiap unit.

B. Prasarana
1. Prasarana listrik
2. Prasarana air termasuk air panas
3. Prasarana gas elpiji

C. Peralatan dan Bahan Pencuci


1. Mesin cuci/washing machine
2. Mesin peras/washing extractor
3. Mesin pengering/Drying tumbler
4. Mesin penyetrika roll iron

9
5. Mesin penyetrika manual
6. Produk kimia
a. Alkali
Mempunyai peran meningkatkan fungsi atau peran detergen dan
emulsifier serta membuka pori dari linen
b. Detergen
Mempunyai peran menghilangkan kotoran yang bersifat asam secara
global
c. Emulsifier
Mempunyai peran untuk mengemulsi kotoran yang berbentuk minyak dan
lemak
d. Bleach/pemutih
Mengangkat kotoran/noda , mencemerlangkan linen dan bertindak
sebagai desinfectan baik pada linen berwarna maupun linen yang putih
e. Sour/penetral
Menetralkan sisa dari bahan kimia pemutih sehingga pHnya menjadi 7
atau netral
f. Softener
Melembutkan linen. Digunakan pada proses akhir pencucian.
g. Disinfectant
Menghilangkan bau amis, dan sebagai pembasmi kuman

D. Pemeliharaan Alat

Pemeliharaan alat pencucian terdiri dari :

1. Pembersihan dilakukan sebelum dan sesuadah alat dipakai. Pembersihan


dilakukan setiap hari dengan menggunakan lap basah dicampur dengan
sabun atau detergen kemudian dikeringkan. Untuk bagian tombol digunakan
lap kering jangan ditekan. Setelah pemakaian kosongkan air untuk
mengurangi kandungan air dalam mesin. Bila ada noda putih atau krak bekas

10
air atau sabun cucilah bagian dalam drum dengan air bersih kemudian
keringkan.
2. Pemeriksaan bagian-bagian yang bergerak, dilakukan setiap sebulan sekali
yaitu pada bearing, engsel pintu, atau roda yang bergerak. Berilah pelumas
3. Pemeriksaan V.belt setiap satu tahun sekali yaitu dengan cara visual dengan
melihat keretakan lempeng V.belt dan ketegangan.
4. Pemeriksaan pipa air panas dilakukan setiap akan menjalankan pencucian.

11
BAB IV

INFEKSI NASOKOMIAL SERTA KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

A. Pencegahan Infeksi Nosokomial


1. Pengertian
Infeksi adalah proses dimana seseorang yang rentan terkena invasi agen
yang pathogen atai infeksius yang tumbuh, berkembang biak dan
menyebabkan sakit. Yang dimaksud agen adalah bakteri, virus, rickettsia,
jamur dan parasite. Infeksi dapat bersifat local atau general (sistemik).
Infeksi nasokomial adalah infeksi yang diperoleh ketika seseorang dirawat
di rumah sakit. Infeksi nasokomial dapat terjadi setiap saat di setiap tempat
rumah sakit. Untuk pengendalian ini merupakan tanggung jawab bersama dan
melibatkan semua profesi.
2. Batasan
Suatu infeksi dinyatakan sebagai infeksi nosokomial apabila :
a. Waktu mulai dirawat tidak ditemkan tanda-tanda infeksi dan tidak sedang
dalam masa inkubasi infeksi tersebut.
b. Infeksi timbul sekurang-kurangnya 3 x 24 jam sejak ia mulai dirawat.
c. Infeksi terjadi pada pasien dengan masa perawatan lebih lama dari masa
inkubasi.
d. Infeksi terjadi setelah pasien pulang dan dapat dibuktikan berasal dari
rumah sakit.
3. Sumber Infeksi
Yang merupakan sumber infeksi adalah :
a. Petugas rumah sakit (prilaku)
b. Alat-alat yang dipakai (alat kedokteran/kesehatan, linen dan lainnya)
c. Pasien
d. Linggkungan

12
4. Faktor-faktor yang sering menimbulkan terjadina infeksi
a. Banyak pasien yang dirawat dirumah sakit yang dapat menjadi sumber
infeksi bagi lingungan dan pasien lainnya.
b. Adanya kontak langsung antara paien sa dengan pasien lainnya.
c. Adanya kontak langsung antara pasien dengan petugas rumah sakit yang
terinfeksi.
d. Penggunaan alat yang terkontaminasi
e. Kurangnya perhatian tindakan aseptik dan antiseptik
f. Kondisi pasien yang lemah.
5. Pencegahan
Untuk mencegah/mengurangi terjadinya infeksi nosokomial, perlu
diperhatikan :
a. Petugas
1) Bekerja sesuai dengan Standard Operating Procedure (SOP) untuk
pelayanan linen.
2) Memperhatikan aseptic dan antiseptic
3) Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan.
4) Bila sakit segera berobat.
b. Alat-alat
1) Perhatikan kebersihan (alat-alat Laundry, troli untuk transportasi linen)
2) Penyimpanan linen yang benar dan perhatikan batas waktu
penyimpanan (fifo)
3) Linen yang rusak segera diganti (afkir)
c. Ruangan/lingkungan
1) Tersedia alir yang mengalir untuk cuci tangan
2) Penerangan cukup
3) Ventilasi/sirkulasi udara baik
4) Perhatikan kebersihan dan kelembaban ruangan
5) Pembersihan secara berkala
6) Lantai kering dan bersih

13
B. Kesehatan dan Keselamatan Kerja
1. Latar Belakang
Upaya kesehatan kerja menurut UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan
khususnya pasal 23 tentang kesehatan keja, menyatakan bahwa kesehatan
kerja harus diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja
yang mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau
mempunyai karyawan lebih dari spuluh.

Pekerjaan yang berada di sarana kesehatan sangat bervariasi baik jenis


maupun jumlahnya. Sesuai dengan fungsi sarana kesehatan tersebut, semua
pekerja di rumah sakit dalam melaksanakan tugasnya selalu berhubunngan
dengan bahaya potensial yang bila tidak ditanggulangi dengan baik dan benar
dapat menimbukan dampak negative terhadap kesealamatan dan
kesehatannya, yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas kerja.
2. Prinsip Dasar Usaha Keselamatan Kerja
a. Ruang lingkup usaha kesehatan kerja
b. Kapasitas kerja dan beban kerja
c. Lingkungan kerja dan penyakit kerja yang ditimbulkannya
3. Potensi bahaya pada instalasi pencucian
a. Bahaya Mikrobiologi
Merupakan penyakit atau ganggguan kesehatan yang diakibatkan oleh
mikroorganisme hidup seperti bakteri, virus, rickettsia, parasite dan jamur.
b. Bahaya Debu
Pada instalasi linen debu dapat berasal dari bahan linen itu sendiri
c. Bahaya Bahan Kimia
Penyimpanan dan pengangkatan chemical di tempat aslinya dengan
wadah tertutup dibawah kondisi kering, ventilasi yang baik. Jauhkan dari
asam dan hindarkan dari suhu ekstrim, chemical terdiri dari :

14
1) Detergen cair
Guna : detergen cair buat loundry
Bahaya kesehatan :
a) Iritasi mata, iritasi kulit
b) Bila tertelan menyebabkan kerusakan selaput lendir
Pertolongan pertama :
a) Mata : cuci secepatkan dengan air yang banyak
b) Kulit : cuci secepatnya dengan banyak air ganti
pakaian yang terkena
c) Tertelan : bersihkan bahan dari mulut minum 1 atau 2
gelas air atau susu
d) Bawa ke unit gawat darurat dan laporkan ke tim K3 RS
Pencegahannya :
a) Kontrol tehnis, gunakan ventilasi setempat
b) Memakai APD
c) Tempatkan di tempat yang aman
2) Emulsifier
Guna : cairan pengemulsi lemak/minyak
Bahaya kesehatan :
a) Iritasi mata, iritasi kulit
b) Bila tertelan menyebabkan iritasi
c) Bila terhirup menyebabkan iritasi
Pertolongan pertama :
a) Mata : aliri dengan air selama 15 menit
b) Kulit : cuci kulit secepatnya dengan air
c) Terhirup : pindahka dari sumber
d) Tertelan : cuci mulut, minum satu atau dua gelas air
jangan berusaha untuk muntah
e) Pertolongan selanjutkan dibawa ke IGD untuk mendapatkan
pertolongan selanjutnya dan laporkan K3 RS.

15
Tindakan pencegahan
a) Kontrol tehnis, gunakan ventilasi setempat
b) Memakai APD
c) Tempatkan di tempat yang aman
3) Bleach ( Oksigen Blech dan Chlorine Bleach )
Guna : bubuk pemutih beroksigen
Bahaya kesehatan
a) Iritasi berat pada mata , rasa terbakar pada kulit
b) Bila terhirup menyebabkan iritasi saluran napas, asma, edema
paru dan kanker paru
Bila tertelan menyebabkan rasa terbakar
Pertolongan pertama
a) Mata : aliri dengan air selama 15 menit
b) Kulit : cuci kulit secepatnya dengan air
c) Terhirup : pindahka dari sumber
d) Tertelan : cuci mulut, minum satu atau dua gelas air jangan
berusaha untuk muntah
e) Pertolongan selanjutkan dibawa ke IGD untuk mendapatkan
pertolongan selanjutnya dan laporkan K3 RS.
Tindakan pencegahan
a) Kontrol tehnis, gunakan ventilasi setempat
b) Memakai APD
c) Tempatkan di tempat yang aman
4) Sour/penetral
Guna : cairan pengasam/penetralisir
Bahaya kesehatan
a) Iritasi mata, iritasi kulit
b) Bila tertelan menyebabkan iritasi
c) Bila terhirup menyebabkan iritasi

16
Pertolongan pertama :
a) Mata : aliri dengan air selama 15 menit
b) Kulit : cuci kulit secepatnya dengan air
c) Terhirup : pindahka dari sumber
d) Tertelan : cuci mulut, minum satu atau dua gelas air atau
susu
e) Pertolongan selanjutkan dibawa ke IGD untuk mendapatkan
pertolongan selanjutnya dan laporkan K3 RS.
Tindakan pencegahan
a) Kontrol tehnis, gunakan ventilasi setempat
b) Memakai APD
c) Tempatkan di tempat yang aman
5) Softener
Guna : pelembut pakaian
Bahaya kesehatan
a) Iritasi mata, iritasi kulit
b) Bila tertelan menyebabkan iritasi
c) Bila terhirup menyebabkan iritasi
Pertolongan pertama :
a) Mata : aliri dengan air selama 15 menit
b) Kulit : cuci kulit secepatnya dengan air
c) Terhirup : pindahka dari sumber
d) Tertelan : cuci mulut, minum satu atau dua gelas air atau
susu
e) Pertolongan selanjutkan dibawa ke IGD untuk mendapatkan
pertolongan selanjutnya dan laporkan K3 RS.
Tindakan pencegahan
a) Kontrol tehnis, gunakan ventilasi setempat
b) Memakai APD
c) Tempatkan di tempat yang aman

17
d. Bahaya Fisik
1) Bisisng
Nilai ambang kebisingan adalah 85 dB dan waktu kerja maksimum
delapan jam perhari.
Pengendalian
a) Memakai APD, berupa ear plug
b) Ruang isolasi untuk istirahat
c) Rotasi pekerja untuk periode tertentu
d) Pengendalian secara administratif dengan menggunakan jadwal
kerja sesuai NAB
2) Cahaya
Pencahayaan di instalasi pencucian perlu karena berhubungan
dengan :
a) Keselamatan petugas
b) Peningkatan pencermatan
c) Kesehatan yang lebih baik
d) Suasana yang nyaman
Pencegahannya dengan pencahayaan yang cukup sesuai dengan
standard rumah sakit ( minimal 200 Lux )
3) Listrik
Kecelakaan tersengat listrik dapat terrjadi pada petugas laundry oleh
karena dukungan pengetahuan listrik yang belum memadai
Pengendalian :
a) Engineering
 Pengukuran jaringan/instalasi listrik
 Pemasanggan pengaman/alat pengamanan sesuai ketentuan
 Pemasangan tanda-tanda bahaya dan indikator
b) Administrasi
 Penempatan petugas sesuai ketrampilan
 Waktu petugas digilir
c) Memakai sepatu/ sandal isolasi

18
4) Panas
Panas dirasakan bila suhu udara di atas suhu nyaman (26-28 0 C)
dengan kelembaban antara 60-70 %. Pada instalasi laundry panas
yang terjadi adalah panas lembab
Pengendalian :
a) Terhadap lingkungan
b) Terhadap pekerja
c) Secara administrative yaitu pengaturan waktu kerja dan istirahat
berkaitan dengan suhu ruangan.
5) Bahaya Psikososial
Di antara berbagai ancaman bahaya yang timbul akibat
pekerjaan di rumah sakit, faktor psikososial juga mernerlukan
perhatian antara lain:
a) Tuntutan pekerjaan
b) Beban kerja yang berlebih maupun yang kurang, tekanan
waktu, tanggung jawab yang berlebih maupun yang kurang
c) Dukungan dan kendala
d) Hubungan yang tidak baik dengan atasan, ternan sekerja,
adanya berita yang tidak dikehendaki/gosip, adanya kesulitan
keuangan, dll.
e) Manifestasi klinik: depresi, ansietas, sakit kepala, keldahan
dan kejenuhan, gangguan pencernaan dan gangguan fungsi
organ lainnya.
Pengendalian :
a) Menjaga kebugaran jasmani dari pekerja
b) Kegiatan-kegiatan yang menimbulkan rasa menyenangkan
dalam bekerja, misalnya adanya makan siang bersama,
adanya kegiatan piknik bersama :

19
BAB V

PROSEDUR PELAYANAN LINEN

A. Perencanaan Linen
1. Sentralisasi Linen
Sentralisasi merupakan suatu keharusan yang dimulai dari proses perencanaan,
pemantauan dan evaluasi, dimana merupakan suatu siklus berputar. Sifat linen
adalah barang habis pakai. Supaya terpenuhi persyaratan mutlak yaitu kondisi
yang selalu siap baik segi kualitas maupun kuantitas, maka diperlukan sistern
pengadaan satu pintu yang sudah terprogram dengan baik. Untuk itu diperlukan
kesepakatan-kesepakatan baku dan merupakan satu kebijakan yang turun dari
pihak Top Level Management yang kemudian diaplikasikan menjadi suatu
standard yang harus dijalankan dan dilaksanakan dengan prosedur terap
(protap) dan petunjuk teknis (juknis) yang selalu dievaluasi.
2. Standarisasi Linen
a) Standar Produk
Berhubung sarana kesehatan bersifat universal, maka sebaiknya rumah
sakit mempunyai standar produk yang sama, agar bisa diproduksi massal
dan mencapai skala ekonomi.
b) Standar Desain
Pada dasarnya baju rumah sakit lebih mementingkan fungsinya daripada
estetikanya, maka desain yang sederhana, ergonomis dan unisex
merupakan pilihan yang ideal, terutama pada baju bedah dan baju pasien.
c) Standar Material
Pada dasarnya baju rumah sakit lebih mementingkan fungsinya daripada
estetikanya, maka desain yang sederhana, ergonomis dan unisex
merupakan pilihan yang ideal, terutama pada baju bedah dan baju
pasien.

20
d) Standar Ukuran
Ukuran linen dipertimbangkan tidak hanya dari sisi penggunaan, tetapi
juga dari biaya pengadaan dan biaya operasional yang timbul. Makin luas
dan berat, makin mahal biaya pengadaan dan pengoperasiannya.
e) Standar Jumlah
Idealnya jumlah stok linen 5 par (kapasitas) dengan posisi 3 par berputar
diruangan : stok 1 par terpakai, stok 1 par dicuci, stok 1 par cadangan
dan 2 par mengendap dilogistik , 1 par sudah terjahit dan 1 par berupa
lembaran kain.
f) Standar Penggunaan
Linen yang baik seharusnya tahan cuci sampai 350 kali dengan prosedur
normal.
3. Mesin Cuci
Persyaratan mesin cuci
a) Mesin cuci ukuran sedang dan besar (35 dan 60 kg) tanpa penyekat
digunakan dengan memperhatikan batas ruang kotor dan bersih
dengan jelas.
b) Pipa pembuangan limbah cair hasil pencucian (pemanasan, desinfeksi)
langsung dialirkan ke dalam sistem pembuangan yang terpendam dalam
tanah menuju IPAL.
4. Tenaga Laundry
Untuk mencegah infeksi yang terjadi di dalam pelaksanaan kerja terhadap
tenaga pencuci maka perlu ada pencegahan dengan :
a) Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, pemeriksaan berkala.
b) Pemberian imunisasi hepatitis
c) Pekerja yang memiliki permasalahan dengan kulit : luka-luka, ruam,
kondisi kulit sensitif tidak boleh melakukan pencucian.

21
B. Penatalaksanaan Linen
Penatalaksanaan linen dibedakan menurut lokasi dan kemungkinan transmisi
organisme berpindah :
- Di ruang-ruangan
- Perjalanan transportasi linen kotor
- Pencucian di Laundry
- Distribusi linen bersih
Linen Kotor yang dapat dicuci di Laundry dikategorikan
- Linen kotor infeksius : linen yang terkontaminasi dengan darah,
cairan tubuh dan feses terutama yang berasal dari infeksi TB paru,
infeksi Salmonella dan Shigella (sekresi dan eksresi), HBV dan HIV
(jika terdapat noda darah) dan infeksi lainnya yang spesifik (SARS)
dimasukkan ke dalam kantung dengan segel yang dapat terlarut di
air dan kernbali ditutup dengan kantung luar berwarna kuning
bertuliskan terinfeksi.
- Linen kotor tidak rerinfeksi : linen yang tidak terkontaminasi darah,
cairan tubuh dan feses yang berasal dari pasien lainnya secara
rutin sungguhpun mungkin linen yang diklasifikasikan dari seluruh
pasien-pasien yang berasal dari sumber ruang isolasi yang terinfeksi.

Untuk lebih terperinci penanganan linen dibedakan dengan lokasi sebagai berikut :

1. Pengelolahan linen di ruangan


Seperti disebutkan di atas yang dimaksud dengan linen yang infeksius
dan non infeksius yang secara spesifik diperlakukan secara khusus dengan
kantung linen yang berbeda.
2. Transportasi
Transporrasi dapat merupakan bahaya potensial dalam menyebarkan
arganisme, jika linen kotor tidak tertutup dan bahan troli tidak mudah
dibersihkan.

22
Persyaratan alat transportasi linen :
- Dipisahkan antara troli linen koror dengan linen bersih, jika tidak,
maka wadah penampung yang terpisah.
- Jika menggunakan wadah dan warna yang berbeda. Wadah mampu
menampung beban linen.
- Wadah mudah dilepas dan setiap saat habis difungsikan selalu dicuci
(siapkan cadangan) demikian pula dengan trolinya selalu dibersihkan.
- Muatan/loading linen koror Ibersih tidak berlebihan.
- Wadah memiliki tutup.
Metode teknis mencuci linen di Rumah Sakit Sari Asih Karawaci sebagai berikut :
- Linen berwarna noda berat

TAHAP TINGGI
NO PRODUK TAKARAN SUHU WAKTU
PENCUCIAN AIR
1. Prewash Medium Emulsifier 140 ml 30 0 C 8 Menit
Drain - - - - -

2. Wash Low Detergent 245 ml 60 – 80 0 20 Menit


Alkali 245 ml C
Oxygen 100 ml
Drain - Bleach - -
- -
3. Bilas I High - 5 Menit
- 30 0 C

4. Bilas II High - 5 Menit


Drain - - - 30 0 C -
- -
5. Penetral Medium 150 ml 5 Menit
Drain - Sour - 30 0 C -
- -

23
6. Pelembut Medium 245 ml 5 Menit
Softener 30 0 C

- Linen berwarna/ Linen Infeksius

TAHAP TINGGI
NO PRODUK TAKARAN SUHU WAKTU
PENCUCIAN AIR
1. Prewash Medium Emulsifier 140 ml 30 0 C 8 Menit
Drain - - - - -

2. Wash Low Detergent 245 ml 60 – 80 0 20 Menit


Alkali 245 ml C
Oxygen 100 ml
Bleach 100 ml
Drain - Disinfectant - -
- -
3. Bilas I High - 5 Menit
- 30 0 C

4. Bilas II High - 5 Menit


Drain - - - 30 0 C -
- -
5. Penetral Medium 150 ml 5 Menit
Drain - Sour - 30 0 C -
- -
6. Pelembut Medium 245 ml 5 Menit
Softener 30 0 C

24
- Linen putih noda berat

TAHAP TINGGI
NO PRODUK TAKARAN SUHU WAKTU
PENCUCIAN AIR
1. Prewash Medium Emulsifier 140 ml 30 0 C 8 Menit
Drain - - - - -

2. Wash Low Detergent 245 ml 60 – 80 0 20 Menit


Alkali 245 ml C
Chlor 100 ml
Drain - Bleach - -
- -
3. Bilas I High - 5 Menit
- 30 0 C

4. Bilas II High - 5 Menit


Drain - - - 30 0 C -
- -
5. Penetral Medium 150 ml 5 Menit
Drain - Sour - 30 0 C -
- -
6. Pelembut Medium 245 ml 5 Menit
Softener 30 0 C

25
- Linen Putih/ berwarna noda ringan

TAHAP TINGGI
NO PRODUK TAKARAN SUHU WAKTU
PENCUCIAN AIR
1. Prewash Medium Emulsifier 140 ml 30 0 C 8 Menit
Drain - - - - -

2. Wash Low Detergent 245 ml 60 – 80 0 20 Menit


Alkali 245 ml C
Emulsifier 75 ml
Drain - - - -
-
3. Bilas I High - - 5 Menit
30 0 C

4. Bilas II High - - 5 Menit


Drain - - - 30 0 C -
-
5. Penetral Medium Sour 150 ml 5 Menit
Drain - - - 30 0 C -
-
6. Pelembut Medium Softener 175 ml 5 Menit
30 0 C

26
BAB VI

MONITORING DAN EVALUASI

A. Monitoring
Yang dimaksud dengan monitoring adalah upaya untuk mengamati pelayanan dan
cakupan progam pelayanan seawall mungkin, untuk dapat menemukan dan
memperbaiki masalah yang timbul dalam pelaksanaan progam.
Tujuan monitoring :
1. Untuk mengadakan perbaikan, perubahan orientasi atau desain dari system
pelayanan.
2. Untuk menyesuaikan strategi atau pedoman pelayanan yang dilaksanakan
dilapangan, sesuai dengan temuan dilapangan
3. Hasil analisis dari monitoring digunakan untuk perbaikan dalam pemberian
pelayanan dirumah sakit. Monitoring sebaiknya dilakukan sesuai keperluan dan
dipergunakan segera untuk perbaikan progam.
Aspek-aspek yang dimonitor mencakup :
1. Sarana, prasarana dan peralatan.
2. Standart, pedoman pelayanan linen, SPO, kebijakan rumah sakit, visi misi dll.
3. Pengamatan dengan penglihatan pada linen, yaitu warna yang kusam dan pudar,
tidak cerah menggambarkan usia pakia. Terdapat bayangan dari barang yang
dibungkusnya menunjukkan linen sudah menipis.
4. Dari perabaan bila ditarik terjadi perobekan atau lapuk.
5. Kelayakan pakai dan sisi infeksi dilakukan melalui uji kuman .
B. Evaluasi
Setiap kegiatan harus selalu dievaluasi pada tahap proses akhir seperti tahap
pencucian, pengeringan dan sebagainya, juga evaluasi secara keseluruhan dalam
rangka kinerja dari pengelolaan linen di rumah sakit.
Tujuan dari evaluasi :
1. Meningkatkan kinerja pengelolaan linen yang baik.

27
2. Sebagai acuan atau masukan dalam perencanaan pengadaan linen, bahan kimia
pembersihan sarana dan prasarana ruang cuci.
3. Sebagai acuan dalam perencanaan system pemeliharaan mesin.
4. Sebagai acuan perencanaan peningkatan pengetahuan dan ketrampilan sumber
daya manusia.
Materi yang dievaluasi antara lain :
1. Kuantitas linen
2. Kualitas linen
3. Bahan kimia
4. Baku mutu air bersih
5. Baku mutu limbah cair
Hasil evaluasi diberikan kpada penanggung jawab dan pengelola linen di rumah sakit
dan umpan balik yang diberikan dapat menjadi bahan laporan dan pertimbangan
dalam pembuatan perencanaan sesuai tujuan evaluasi.

28

Anda mungkin juga menyukai