Anda di halaman 1dari 28

LAMPIRAN

PERATURAN DIREKTUR RS ISLAM PKU


MUHAMMADIYAH PALANGKA RAYA
NOMOR : 291/71024.0/PERDIR/XII/2022
TENTANG PEDOMAN PELAYANAN
LINEN LAUNDRY
TANGGAL : 20 JUMADIL AWAL 1444 H/
19 DESEMBER 2022

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit adalah
melalui pelayanan penunjang medik, khususnya dalam pengelolaan linen dirumah
sakit. Linen di rumah sakit dibutuhkan disetiap ruangan. Kebutuhan akan linen disetiap
ruangan ini sangat bervariasi, baik jenis, jumlah dan kondisinya. Alur pengelolaan linen
cukup panjang, membutuhkan pengelolaan khusus dan banyak melibatkan tenaga
kesehatan dengan bermacam-macam klasifikasi. Klasifikasi tersebut terdiri dari ahli
manajemen, teknisi, perawat, tukang cuci, penjahit, tukang setrika, ahli sanitasi, serta
ahli kesehatan dan keselamatan kerja. Untuk mendapatkan kualitas linen yang baik,
nyaman dan siap pakai, diperlukan perhatian khusus, seperti kemungkinan terjadinya
pencemaran infeksi dan efek penggunaan bahan-bahan kimia.

B. Tujuan Pedoman
1. Tujuam Umum
Untuk meningkatkan mutu pelayanan linen di rumah sakit
2. Tujuan Khusus
a. Sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan linen di rumah sakit
b. Sebagai pedoman kerja untuk mendapatkan linen yang bersih, kering, rapi, utuh
dan siap pakai
c. Sebagai panduan dalama meminimalisasi kemunginan untuk terjadinya infeksi
silang
1) Untuk menjamin tenaga kesehatan, pengunjung, an lingkungan dari terpapar
dari bahaya potensial
2) Untuk menjamin ketersediaan linen di setiap unit di rumah sakit

C. Ruang Lingkup Pelayanan


Perawatan Rukti Jenazah ruang lingkupnya meliputi seluruh ruangan di
keperawatan yaitu:
1. Ruang Rawat Inap

1
2. Instalasi Gawat Darurat (IGD)
3. Instalasi Rawat Jalan
4. Kamar jenazah
5. Unit Pelayanan Sterilisasi
6. Linen dan laundry
7. Unit Pelayanan Bedah

D. Batasan Operasional
1. Antiseptik adalah desinfektan yang digunakan pada permukaan kulit dan membran
mukosa untuk menurunkan jumlah mikroorganisme.
2. Dekontaminasi adalah suatu proses untuk mengurangi jumlah pencemaran
mikroorganisme atau substansi lain yang berbahaya sehingga aman untuk
penanganan lebih lanjut
3. Desinfeksi adalah proses inaktivasi mikroorganisme melalui system
4. Infeksi adalah proses dimana seseorang yang rentan terkena invasi agen patogen
atau infeksius yang tumbuh, berkembang biak dan menyebabkan sakit.
5. Kejadian infeksi adalah infeksi yang didapat di rumah sakit dimana pada saat
masuk rumah sakit tidak ada tandaIgejala atau tidak dalam masa inkubasi
6. Steril adalah kondisi bebas dari semua mikroorganisme termasuk spora
7. Linen adalah bahan/alat yang terbuat dari kain, tenun
8. Kewaspadaan universal adalah suatu prinsip dimana darah, semua jenis cairan
tubuh, sekreta, kulit yang tidak utuh, dan selaput lender pasien dianggap sebagai
sumber potensial untuk penularan infeksi HIV maupun infeksi lainnya. Prinsip ini
berlaku bagi semua pasien, tanpa membedakan resiko, diagnosis ataupun status.
9. Linen kotor terinfeksi adalah linen yang terkontaminasi dengan darah, cairan tubuh
dan feses terutama yang berasal dari infeksi TB paru, infeksi Salmonella dan
Shigella (sekresi dan ekskresi), HBV dan HIV (jika terdapat noda darah) dan infeksi
lainnya yang spesifik (SARS) dimasukkan kedalam kantung dengan segel yang
dapat terlarut di air dan kembali ditutup dengan kantung luar berwarna kuning
bertuliskan terinfeksi.
10. Linen kotor tidak terinfeksi adalah linen yang tidak terkontaminasi oleh darah, cairan
tubuh dan feses yang berasal dari pasien lainnya secara rutin, meskipun mungkin
linen yang diklasifikasikan dari seluruh pasien berasal dari sumber ruang isolasi
yang terinfeksi.
11. Bahan berbahaya adalah zat, bahan kimia dan biologi, baik dalam bentuk tunggal
maupun campuran yang dapat membahayakan kesehatan dan lingkungan hidup
secara langsung atau tidak langsung, yang mempunyai sifat racun, karsinogenik,
teratogenik, mutagenik, korosifdaniritasi.
12. MSDSs (Material Safety Data Sheets) atau LOP (Lembar Data Pengaman) adalah
lembar petunjuk yang berisi informasi tentang sifat fisika, kimia dari bahan

2
berbahaya, jenis bahan yang dapat ditimbulkan, cara penanganan dan tindakan
khusus yang berhubungan dengan keadaan darurat dalam penanganan bahan
berbahaya.
13. Limbah bahan berbahaya dan beracun adalah sisa suatu usaha danIatau kegiatan
yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau
konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung
dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau dapat
14. Membahayakan lingkungan hidup, kesehatan; kelangsungan hidup manusia serta
makhluk hidup lainnya.
15. Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas kerja, beban
kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa
membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat sekelilingnya, untuk
memperoleh produktivits kerja yang optimal.
16. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan alat kerja, bahan
dan proses pengolahannya, tempat kerja dan lingkungan serta cara-cara
melakukan pekerjaan.
17. Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tak terduga dan tak diharapkan, dapat
menyebabkan kerugian material ataupun penderitaan dari yang paling ringan
sampai paling berat.
18. Bahaya (hazard) adalah suatu keadaan yang berpotensial menimbulkan dampak
merugikan atau menimbulkan kerusakan

E. Landasan Hukum
1. UUNo.32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
2. UUNo. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
3. PPNo. 85/1999 tentang perubahan PPNo. 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan
Limbah Berbahaya dan Racun
4. PPNo.20 tahun 1990 tentang Pencemaran Air
5. Permenkes RI No. 472/Menkes/Peraturan/V/1996 tentang Penggunaan Bahan
Berbahaya bagi Kesehatan
6. Permenkes No.416/Menkes/Per/lX/1992 tentang Penyediaan Air Bersih dan Air
Minum
7. Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia tahun 1992 tentang Pengelolaan
Linen.
8. Buku Pedoman Kejadian infeksi tahun 2001
9. Standard Pelayanan Rumah Sakit tahun 1999
10. Pedoman Manajemen Linen di Rumah Sakit Departemen Kesehatan RI 2004

3
BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Insani


Sumber daya insani unit linen laundry merupakan unsur yang penting dalam
melaksanakan kegiatan pengelolaan linen rumah sakit.
Sumber daya insani terdiri dari
1. Tenaga Perawat (Akper,SPK)
2. Tenaga Kesehatan
3. Tenaga Non Medis/ prakarya pendidikan minimal SMP dengan latihan khusus

B. Distribusi Ketenagaan
Tenaga berkerja hanya di ruangan Linen Laundry

C. Pengaturan Jaga
Pengaturan Jaga di Rumah Sakit dibagi menjadi 2 shift:
1. Shift I, Pukul 07.00 WIB sampai dengan pukul 14.00 WIB
2. Shift II, Pukul 14.00 WIB sampai dengan pukul 21.00 WIB
3. Layanan laundry buka setiap hari senin sampai dengan minggu.

BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang
Ruang dibagian Laundry, ada dua ruangan yaitu ruang kotor dan ruang bersih
yang terbagi sebagai berikut
1. Ruang Kotor
Merupakan ruang penerimaan linen kotor, sekaligus ruang pencucian dan
ruang pemerasan
2. Ruang Bersih
Merupakan ruang pengeriangan, ruang penyetrikaan, pelipatan dan packing.

4
Ruang Kotor

Ruang Bersih

Gambar. Denah Ruang Linen Lundry

B. Standar Fasilitas
Sarana fisik untuk instalasi pencucian mempunyai persyaratan tersendiri,
terutama untuk pemasangan peralatan pencucian yang baru.Sebelum pemasangan,
dengan lengkap SPA (Sarana, Prasarana, Alat) diperlukan untuk memudahkan
koordinasi dan jejaring selama pengoperasiannya. Tata letak dan hubungan antar
ruangan memerlukan perencanaan teknik yang matang, untuk memudahkan
penginstalasian termasuk instalasi listrik, uap, air panas dan penunjang lainnya,
misalnya mendekatkan power house dengan steam boiler dan penunjang lainnya.
Sarana fisik instalasi pencucian terdiri beberapa ruang antara lain:
1. Ruang penerimaan linen
Ruang ini memuat:
a. Linen yang diterima harus sudah terpisah, kantung warna kuning untuk yang
terinfeksi dan kantung warna hitam untuk yang tidak terinfeksi (kotor)
b. Timbangan duduk
c. Ruang yang cukup untuk troli pembawa linen kotor untuk dilakukan desinfeksi
sesuai standar sanitasi Rumah Sakit. Sirkulasi udara perlu diperhatikan dengan
memasang fan atau exhaustfan dan penerangan minimal kategori pencahayaan
C= I00- 200 Luxsesui Pedoman Pencahayaan Rumah Sakit.
2. Ruang Pemisahan Linen
Ruang ini untuk mensortir jenis linen yang tidak terinfeksi.Sirkulasi udara perlu
diperhatikan dengan memasang fan atau exhaustfan dan penerangan minimal
kategori pencahayaan D=200- 500 Luxsesuai Pedoman Pencahayaan Rumah
Sakit, lantai dalam ruang ini tidak boleh dari bahan yang licin.
3. Ruang pencucian dan pengeringan linen
Ruang ini memuat :
a. Mesin cuci
b. Mesin pengering
c. Mesin peras

5
Lantai dalam ruang tidak dibuat dari bahan yang licin dan diperhatikan
kemiringannya,

4. Ruang penyetrikaan linen


Ruang ini memuat : Alat setrika biasa yang menggunakan listrik. Peralatan
pada instalasi pencucian antara lain :
a. Mesin cuci/Washing Machine
b. Mesin peras/WashingExtractor
c. Mesin pengering/Drying Tumbler
d. Mesin penyetrika /FlatworkIrone
e. Produk Bahan Kimia
Proses kimiawi akan berfungsi dengan baik apabila faktor-faktor di atas
bereaksi dengan baik. Menggunakan bahan kimia berlebihan tidak akan membuat
basil menjadi lebih baik, begitu juga apabila kekurangan.

BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

A. Perencanaan Linen
1. Sentralisasi Linen
Sentraliasi merupakan suatu keharusan yang dimulai dari proses
perencanaan, pemantauan dan evaluasi, dimana merupakan suatu siklus berputar.
Sifat linen adalah habis pakai. Supaya terpenuhi persyaratan mutlak yaitu kondisi
yang selalu siap baik segi kualitas maupun kuantitas, maka diperlukan sistem
pengadaan satu pintu yang sudah terprogram dengan baik.
2. Standarisasi Linen
Linen adalah istilah untuk menyebutkan seluruh produk tekstil yang berada di
rumah sakit yang meliputi linen diruang perawatan maupun baju bedah diruang
operasi (OK), sedangkan baju perawat, jas dokter maupun baju kerja biasanya tidak
dikelompokkan pada kategori linen, tetapi dikategorikan sebagai seragam (uniform).
Secara fungsional linen digunakan untuk baju, alas, pembungkus, lap, dan
sebagainya, sehingga dalam perkembangan manajemennya menjadi tidak
sederhana lagi, berhubung tiap bagian dirumah sakit mempunyai spesifikasi
pekerjaan, jumlah kebutuhan yang besar, frekuensi cuci yang tinggi, keterbatasan
persediaan, penggunaan yang majemuk dan image yang ingin dicapai. Untuk itu
diperlukan standar linen, antara lain :
Berhubung sarana kesehatan bersifat universal, maka sebaiknya setiap
rumah sakit mempunyai standard produk yang sama, agar bias diproduksi dan

6
mencapai skala ekonomi. Produk dengan kualitas tinggi akan memberikan
kenyamanan pada waktu pemakaiannya dan mempunyai waktu penggunaan.
Dengan adanya ukuran tempat tidur yang standar, misalnya 90 x 200 cm, maka
linen bias distandarkan menjadi :
a. Laken : 150 x 275cm
b. Steek laken : 100 x 150 cm
c. Sarung bantal : 75x150cm
3. Standar jumlah linen
a. Linen Kamar
Jumlah linen diharapkan 1:3 Par artinya 1 bed pasien memiliki 3 Paket
lengkap.
b. Linen IBS/OK
Persediaan linen disesuaikan dengan system stok setiap operasi yang
meliputi: 2 duk besar, 4 duk sedang, 3 jas operasi menjadi satu set. Untuk di RS
Islam PKU Muhammadiyah Palangka Raya yang mempunyai 2 OK dengan
rata-rata 4 kali operasi/hari yang ditangani oleh 4 operator dengan lama cuci 1 hari
dan stok 1:4 maka dibutuhkan linen sebanyak 1 set x 10 x 1x 4 = 40 set
4. Standar Penggunaan
Linen yang baik bisa tahan cuci sampai 200 kali dengan prosedur normal, dan
dilakukan pemantauan/sortir linen layak pakai.

B. Tatalaksana Pelayanan

1. Pengelolaan Linen di Ruangan


Linen yang akan dicuci di ruangan dibedakan menjadi dua : Linen kotor
infeksius dan linen kotor non infeksius. Pemisahan linen dilakukan sebelum masuk
kedalam wadah linen kotor yang tersedia di ruang kotor pada masing-masing
ruangan. Pemisahan linen sebagia berikut :
a. Linen Kotor
Linen yang tidak terkontaminasi darah, cairan tubuh dan feses yang
bersala dari pasien lainnya dimasukan kedalam kantong berwarna hitam.
b. Linen Kotor Infeksius
Linen yang terkontaminasi dengan darah, cairan tubuh dan feses yang
berasal dari pasien dimasukkan ke dalam kantong berwarna kuning.
Prosedur pembersihan bekas cairan tubuh/darah untuk linen kotor infeksius
diruangan yaitu :
1) Biasakan mencuci tangan 6 langkah
2) Gunakan APD : sarung tangan, masker dan apron ataupun gaun waterproof,
sepatu bood dan faceshail ataupun google

7
3) Persiapkan alat dan bahan: sikat, sprayer, ember dengan tulisan linen
infeksius, kantung plastik kuning.
4) Lipat bagian yang terinfeksi dibagian dalam lalu masukkan linen kotor
infeksius kedalam ember tertutup
5) Noda darah atau feses dibuang kedalam baskom, basahkan dengan air
dalam sprayer dengan pemisahan antara linen warna dan linen putih
(kantung khusus linen kotor infeksius). Lakukan pengecekan jika ada sampah
ampah tercampur seperti jarum suntik dan lainnya ditempatkan di tempat
sampah sesuai jenis sampahnya
6) Lakukan penutupan kantung dengan diikat
7) Masukkan kedalam wadah tertutup dalam ruang kotor
2. Transportasi Linen Kotor
Transportasi dapat merupakan bahaya potensial dalam menyebarkan
organisme, jika linen kotor tidak tertutup dan bahan troli tidak mudah dibersihkan.
Persyaratan alat transportasi linen:
a. Dipisahkan antara troli linen kotor dengan linen bersih, jika tidak, maka wadah
penampung yang terpisah
b. Bahan troli terbuat dari stainless steel (baja anti karat) atau plastik. Jika
menggunakan wadah dan warna yang berbeda, wadah mampu menampung
beban linen
c. Wadah mudah dilepas dan setiap saat habis difungsikan selalu dicuci (siapkan
cadangan) demikian pula dengan trolinya selalu dibersihkan
d. Muatan/loading linen kotor/bersih tidak berlebihan
e. Wadah memiliki tutup
Pengambilan linen disetiap ruangan dilakukan oleh petugas laundry akan
dilakukan perhitungan jumlah linen yang diambil oleh petugas laundry dan dicatat di
dokumen serah terima linen yang ditanda tangani oleh perawat yang sedang
bertugas diruangan.
Waktu pengambilan linen oleh petugas laundry sesuai shift jaga :
a. Shift I pada pukul 07.00 – 08.00 WIB
b. Shift II pada pukul 14.00 -15.00 WIB
c. Khusus Ruang OK diambil setiap selesai tindakan operasi mulai pukul 07.00
sampai 21.00 WIB
Alur linen kotor yang masuk ke ruang laundry melalui pintu masuk belakang
yang mengarah pada ruang kotor.
3. Pengelolaan Linen di Ruang Laundry
Linen kotor diterima yang berasal dari ruangan dicatat berat timbangan
sedangkan jumlah satuan berasal dari informasi ruangan dengan formulir yang
sudah distandarkan. Tidak dilakukan pembongkaran muatan untuk mencegah
penyebaran organisme.

8
4. Pemilahan dan penimbangan linen kotor
a. Lakukan pemilahan berdasrkan beberapa kriteria :
1) Linen kotor infeksius berwarna
2) Linen kotor infeksius putih
3) Linen kotor berwarna
4) Linen kotor
5) Upayakan tidak melakukan pensortiran. Pensortiran untuk linen infeksius
sangat tidak dianjurkan, penggunaan kantung sejak dari ruangan adalah salah
satu upaya menghindari sortir.
6) Penimbangan sesuai dengan kapasitas mesin cuci dan kriteria dari point 2
dimaksudkan untuk menghitung kebutuhan bahan-bahan kimia dalam tahapan
proses pencucian.
7) Keluarkan linen infeksius dari kantung plastik dan masukkan kedalam mesin
cuci khusu infeksius
5. Pencucian
Pencuaian mempunyai tujuan selain menghilangkan noda (bersih), awet (tidak
cepat rapuh), namun memenuhi persyaratan sehat (bebas dari mikroorganisme
patogen).
Pada linen kotor dilakukan pencucian pada mesin cuci non infeksius dengan
detergen sesuai timbangan linen selama 15-30 menit tergantung jenis linen.
Kemudian dilakukan pembilasan selama 10 menit dan diberikan pelembut kemudian
direndam selama 5 menit.
Pada linen kotor infeksius dilakukan pada mesin cuci khusus infeksius,
kemudian dilakukan disinfeksi terlebih dahulu yaitu pemberian klorin pada linen
putih dan pemberian oksigen bleach pada linen berwarna kemudia dicuci selam 15
menit. Selanjutnya dilakukan pencucian seperti prosedur pada linen kotor tanpa
memindahkan linen dari mesin cuci.
6. Pemerasan
Pemerasan merupakan proses pengurangan kadar air setelah tahap
pencucian selesai. Pemerasan dilakukan dengan mesin cuci yang juga memiliki
fungsi pemerasan/extractor, Proses pemerasan dilakukan dengan mesin pada
putaran tinggi selama sekitar 10 -15 menit.
7. Pengeringan
Pengeringan dilakukan diruang bersih. Linen yang telah melalui proses
pemerasan dibawa ke ruang bersih menggunkan keranjang. Pengeringan dilakukan
dengan mesin pengering yang mempunyai suhu sampai dengan 70oC selama 40
menit untuk line tipis dan 60 menit untuk linen tebal.

9
8. Penyetrikaan
Linen yang telah kering dilakukan penyetrikaan dengan setrika manual oleh
petugas laundry. Penggunaan cairan pelicin diperlukan bila linen sulit disetrika.
9. Pelipatan
Melipat linen mempunyai tujuan selain kerapihan juga mudah digunakan pada
saat penggantian linen dimana tempat tidur kosong atau saat pasien diatas tempat
tidur.
Proses pelipatan sekaligus juga melakukan pemantauan antara linen yang
masih baik dan sudah rusak agar tidak dipakai lagi. Setelah proses pelipatan
dilakukan pecking sesuai dengan kebutuhan diruangan.
10. Pendistribusian
Pendistribusian merupakan aspek administrasi yang penting yaitu pencatatan
linen yang keluar. Pendistribusian dilakukan oleh petugas laundry ke semua
ruangan. Pendistrisbusian menggunakan troli bersih tertutup/ wadah tertutup dan
keluar melalui pintu depan dari ruang bersih. Linen tidak disimpan diruang laundry
tetapi disimpan di masing-masing ruangan. Jadwal pendistribusian linen dilakukan
pada pukul 10.00-11.00 WIB dan pada pukul 16.00-17.00
11. Penyimpanan
Penyimpanan mempunyai tujuan selain melindungi linen dari kontaminasi
ulang baik dari bahaya seperti mikroorganisme dan pest, juga untuk mengontrol
posisi linen tetap stabil. Semua linen bersih terdpaat di lemari penyimpana di
ruangan-ruangan. Linen yang disimpan sebaiknya masih terbungkus dengan plastik
transparan, sebelum digunakan.
Pada keadaaan tertentu, jika terjadi kekurangan linen pada suatu ruangan
makan dapat meminjam linen diruangan lain dengan mencatat pada buku pinjam
meminjam linen.
12. Dokumen
Dokumen yang dibutuhkan pada penatalaksanaan linen mulai dari ruangan
hingga didistribusikan terdiri dari:
a. Dokumen pencatatan linen kotor/infeksius masing-masing ruangan
b. Dokumen pendistribusian linen bersih dari laundry
c. Dokumen penimbangan linen kotor dan infeksius yang akan dicuci
d. Dokumen pelaporan linen rusak
e. Dokumen permintaan linen baru

10
BAB V
LOGISTIK

A. Jenis Linen
Ada bermacam-macam jenis linen yang digunakan di rumah sakit. Jenis linen
yang dimaksud antara lain:
1. Sprei/laken
2. Alas Sprei/steek laken
3. Perlak/zeil
4. Sarung bantal
5. Sarung guling
6. Selimut
7. Boven laken
8. Alaskasur
9. Bedcover
10. Tirai/gorden
11. Kelambu
12. Celemek, topi, lap
13. Baju operasi
14. Kain penutup
15. Macam-macam doek
16. Topi kain
17. Washlap
18. Linen operasi (baju, celana, jas, macam-macam laken,topi, masker, doek, sarung
kaki, sarung meja mayo,alas meja instrument, mitela, barak schort)

B. Bahan Linen
Bahan linen yang digunakan biasanya terbuat dari :
a. Katun
b. Wool
c. TwillIdrill
Pemilihan bahan linen hendaknya disesuaikan dengan fungsi dan cara
perawatan serta penampilan yang diharapkan

C. Bahan Kimia yang dipakai secara umum terdiri dari


1. Alkali
Mempunyai peran meningkatkan fungsi atau peran detergen dan emulsifier
serta membuka pori dari linen

11
2. Detergen = sabun pencuci
Mempunyai peran menghilangkan kotoran yang bersifat asam secara global
3. Emulsifier
Mempunyai peran untuk mengelmusi kotoran yang berbentuk minyak dan
lema
4. Bleach = pemutih
Mengangkat kotoran/noda, mencermelangkan linen dan bertindak sebagai
disinfektan, baik pad alinen yang berwarna (Ozone) dan yang putih (Chlorine)
5. Softener
Melembutkan linen, digunakan pada akhir pencucian

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Pencegahan HAIs
HAIs (Health Care Associated Infections) adalah infeksi yang terjadi pada pasien
selama perawatan di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dimana
ketika masuk tidak ada infeksi dan tidak dalam masa inkubasi, termasuk infeksi dalam
rumah sakit tapi muncul setelah pasien pulang, juga infeksi karena pekerjaan pada
petugas rumah sakit dan tenaga kesehatan terkait proses pelayanan kesehatan di
fasilitas pelayanan kesehatan. Yang dimaksud agen adalah bakteri, virus, ricketsia,
jamur dan parasit. Infeksi dapat bersifat local atau general (sistemik). Lnfeksi local
ditandai dengan adanya inflamasi yaitu sakit, panas, kemerahan, pembengkakan dan
gangguan fungsi. Lnfeksi dapat bersifat local atau general (sistemik). Lnfeksi local
ditandai dengan adanya inflamasi yaitu sakit, panas, kemerahan, pembengkakan dan
gangguan fungsi. Infeksi sistemik mengenai seluruh tubuh yang ditandai dengan
adanya demam, menggigil, takikardia, hipotensi dan tanda-tanda spesifik lainnya.

B. Batasan
Suatu infeksi dinyatakan sebagai kejadian infeksi apabila :
1. Waktu mulai dirawat tidak ditemukan tanda-tanda infeksi dan tidak sedang dalam
masa inkubasi infeksi tersebut.
2. Infeksi timbul sekurang-kurangnya 3x24 jam sejak mulai dirawat.
3. Infeksi terjadi pada pasien dengan masa perawatan lebih lama dari masa inkubasi
4. Infeksi terjadi setelah pasien pulang dan dapat dibuktikan berasal dari rumah sakit.

12
C. Sumber lnfeksi
Yang merupakan sumber infeksi adalah :
1. Petugas rumah sakit (perilaku) :
a. Kurang atau tidak memahami cara-cara penularan penyakit
b. Kurang atau tidak memperhatikan kebersihan
c. Kurang atau tidak memperhatikan teknik aseptiK dan antiseptik.
d. Menderita suatu penyakit
e. Tidak mencucitangan sebelum atau sesudah melakukan pekerjaan
2. Alat-alat yang dipakai (alat kedokteran/kesehatan, linen dan lainnya) :
a. Kotor atau kurang bersih/tidak steril
b. Rusak atau tidak layak pakai
c. Penyimpanan yang kurang baik
d. Dipakai berulang-ulang
e. Lewat batas waktu pemakaian
3. Alat-alat yang dipakai (alat kedokteran/kesehatan, linen dan lainnya) :
a. Kondisi yang sangat lemah (gizi buruk)
b. Kebersihan kurang
c. Menderita penyakit kronik/menahun
d. Menderita penyakit menular/infeksi
4. Lingkungan
a. Tidak ada sinar (matahari, penerangan) yang masuk
b. Ventilasi/sirkulasi udara kurang baik
c. Ruang lembab
d. Banyak serangga dan tikus

D. Faktor-faktor yang sering menimbulkan terjadinya infeksi


1. Banyaknya pasien yang dirawat dirumah sakit yang dapat menjadi sumber infeksi
bagi lingkungan dan pasien lain.
2. Adanya kontak langsung antara pasien satu dengan pasien lainnya.
3. Adanya kontak langsung antara pasien dengan petugas rumah sakit yang terinfeksi
4. Penggunaan alat-alat yang terkontaminasi
5. Kurangnya perhatian tindakan aseptik dan antiseptic
6. Kondisi pasien yang lemah

E. Pencegahan
Untuk mencegah/mengurangi terjadinya kejadian infeksi, perlu diperhatika:
1. Petugas
a. Bekerja sesuai dengan Standard Operating Procedure (SOP) untuk pelayanan
linen.

13
b. Memperhatikan aseptik dan antiseptic
c. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan
d. Bila sakit segera berobat
2. Alat-alat
a. Perhatikan kebersihan (alat-alat laundry, troli untuk transportasi linen)
b. Penyimpanan linen yang benar dan perhatikan batas waktu penyimpanan (First
In First Out/FIFO)
c. Linen yang rusak segera diganti
3. Ruangan/lingkungan
a. Tersedia air yang mengalir untuk cuci tangan
b. Penerangan cukup
c. Ventilasi/sirkulasi udara baik
d. Perhatikan kebersihan dan kelembaban ruangan
e. Pembersihan secara berkala
f. Lantai kering dan bersi

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. Prinsip Dasar Usaha Kesehatan Kerja


Prinsip dasar usaha kesehatan kerja terdiri atas:
1. Ruang lingkup usaha kesehatan kerja
Kesehatan kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antara pekerja dengan
pekerjaan dan lingkungan kerjanya baik fisik maupun psikis dalam hal cara/metode
kerja dan kondisi yang bertujuan untuk:
a. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat pekerja di
semua lapangan kerja setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun kesejahteraan
b. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja yang
diakibatkan oleh keadaan/kondisi lingkungan kerjanya.
c. Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerja didalam pekerjaannya dari
kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang membahayakan
kesehatan.
d. Menempatkan dan memelihara pekerja disuatu lingkungan pekerjaan yang
sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjaannya.
2. Kapasitas kerja dan beban kerja
Kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja merupakan tiga komponen
utama dalam kesehatan kerja, dimana hubungan interaktif dan serasi antara ketiga
komponen tersebut akan menghasilkan kesehatan kerja yang optimal. Kapasitas

14
kerja seperti status kesehatan kerja dan gizi kerja, serta kemampuan fisik yang
prima diperlukan agar seorang pekerja dapat melakukan pekerjaannya secara
optimal. Kondisi atau tingkat kesehatan pekerja yang prima merupakan modal awal
seseorang untuk mencapai produktivitas yang diharapkan. Kondisi awal seseorang
untuk bekerja dapat dipengaruhi oleh kondisi tempat kerja, gizi kerja, kebugaran
jasmani dan kesehatan mental.
Bahan kerja meliputi beban fisik maupun mental. Akibat beban kerja yang
terlalu berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat mengakibatkan
seorang pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat kerja. Kondisi lingkungan
kerja (panas, bising, debu, zat kimia) dapat merupakan beban tambahan terhadap
pekerja. Behan tambahan tersebut secara sendiri-sendiri atau bersama-sama dapat
menimbulkan gangguan atau penyakit akibat kerja.
3. Lingkungan kerja dan penyakit kerja yang ditimbulkannya,
Penyakit akibat kerjadan/atau berhubungan dengan pekerjaan dapat
disebabkan oleh pajanan dilingkungan kerja. Fakta dilapangan menunjukkan
terhadap kesenjangan antara pengetahuan tentang bagaimana bahaya-bahaya
kesehatan berperan dan usaha-usaha untuk mencegahnya, antara kognisi dan
emosi. Misalnya alat pelindung kerja yang tidak digunakan secara tepat oleh pekerja
rumah sakit dengan kemungkinan terpajan melalui kontak langsung atau tidak
tersedianya pelindung. Untuk mengantisipasi permasalahan ini maka langkah awal
yang penting adalah pengenalan/identifikasi bahaya yang dapat ditimbulkan, upaya
perlindungan dan penanggulangan dan evaluasi, kemudian dilakukan pengendalian.

B. Potensi Bahaya Pada Instalasi Pencucian


1. Bahaya Mikroboilogi
Bahaya mikrobiologi adalah penyakit atau gangguan kesehatan yang
diakibatkan oleh mikroorganisme hidup seperti bakteri, virus, reicketsia, parasit dan
jamur. Petugas pencucian yang menangani linen kotor senantiasa kontak dengan
bahan dan menghirup udara yang tercemar kuman patogen. Penelitian bakteriologis
pada instalasi pencucian menunjukkan bahwa jumlah total bakteri meningkat 50
kali selama periode waktu sebelum cucian mulai proses.
Mikroorganisme tersebut adalah:
a. Mycobacterium tuberculosis
Mycobacterium tuberculosis adalah mikroorganisme penyebab tuberkolosis
dan paling sering menyerang paru-paru (±90%). Penularannya melalui percikan
atau dahak penderita
Pencegahan:
1) Meningkatkan pengertian dan kepedulian petugas rumah sakit terhadap
penyakit TBC dan penularannya.

15
2) Mengupayakan ventilasi dan pencahayaan yang baik dalam ruangan instalasi
pencucian
3) Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai SPO
4) Melakukan tindakan dekontaminasi, desinfeksi dan sterilitasi terhadap bahan
dan alat yang digunakan secara teknis setiap petugas harus melaksanakan
tugas pekerjaan sesuai SPO.
b. Virus Hepatitis B
Selain manifestasi sebagai hepatitis B akut dengan segala komplikasinya,
lebih penting dan berbahaya lagi adalah manifestasi dalam bentuk sebagai
pengidap (carrier) kronik, yang dapat merupakan sumber penularan bagi
lingkungan. Penularan dapat melalui darah dan cairan tubuh lainnya
Pencegahan:
1) Meningkatkan pengetahuan dan kepedulian petugas rumah sakit terhadap
penyakit hepatitis B
2) Memberikan vaksinasi pada petugas
3) Menggunakan APD sesuai SPO
4) Melakukan tindakan dekontaminasi, desinfeksi dan sterilitasi terhadap bahan
dan peralatan yang dipergunakan terutama bila terkena bahan infeksi.
5) Secara teknissetiap petugas harus melaksanakan tugas pekerja sesuai SPO.
c. Virus HIV(Human Immunodeficiency Virus)
Penyakit yang ditimbulkannya disebut AIDS (Acquired Immunodeficiency
Syndrome).Virus HIV menyerang target sel dalam jangka waktu lama. Jarak
waktu masuknya virus ke tubuh sampai timbulnya AIDS bergantung pada daya
tahan tubuh seseorang dan gaya hidupnya. HIV dapat hidup didalam darah,
cairan vagina, cairan sperma, airsusu ibu, sekreta dan eksreta tubuh.
Penularannya melalui darah, jaringan, sekreta, ekskreta tubuh yang
mengandung virus dan kontak langsung dengan kulit yang terluka.
Pencegahan:
1) Linen yang terkontaminasi berat ditempatkan di kantong plastik kertas yang
berisi desinfektan, berlapis ganda, tahan tusukan, kedap air dan berwarna
khusus serta diberi label Bahan Menular/AIDS selanjutnya dibakar.
2) MenggunakanAPD sesuai SPO

2. Bahaya Bahan Kimia


a. Debu
Pada instalasi linen debu dapat berasal dari bahan linen itu sendiri.
Pengukuran dengan memakai alat Vertical Elutriol Cotton Dust Sampler dapat
diukur banyaknya debu dalam ruangan dan Personal Dust Sampler. Debu Linen
(cottomdust) yang sesuai NBA adalah 0,2 miligram/m3

16
b. Efek kesehatan
Mekanisme penimbunan debu dalam paru-paru dapat terjadi dengan
menarik napas sehingga udara yang mengandung debu masuk kedalam
paru-paru. Partikel debu yang masuk kedalam pemapasan mempunyai ukuran
0,1-0 mikron.
Pada pemanjaan yang lama dapat terjadi pneumoconiosis, dimana partikel
debu dijumpai diparu-paru dengan gejala sukar bernapas. Pneumoconiosis yang
disebabkan oleh serat linen/kapas disebut bissinosis yang disebabkan oleh serat
linen/kapas disebut Monday Chest Tightnessatau Monday Fever, karena gejala
terjadi pada hari pertama kerja setelah libur yaitu senin, sering gejala hilang pada
hari kedua dan bila pemaparan berlanjut maka gejala makin berat.
Pengendalian:
1) Pencegahan terhadap sumber
2) Diusahakan agar debu tidak keluar dari sumbernya dengan mengisolasi
sumber debu
3) Memakai APD sesuaiSPO
4) Ventilasi yang baik dengan alat local exhauster
Sebagian besar dari bahaya diinstalasi pencucian diakibatkan oleh zat
kimia seperti deterjen, desinfektan, zat pemutih, dll.Tingkat resiko yang
diakibatkan tergantung dari besar, luas dan lama pajanan. Walaupun zat kimia
yang sangat toksik sudah dilarang dan dibatasi pemakaiannya, pajanan terhadap
bahan kimia yang membahayakan tidak dapat dielakkan. Oleh karena itu sikap
hati-hati terhadap semua jenis bahan kimia yang dipakai manusia dan potensial
masuk ke dalam tubuh. Sebagian dari informasi bahan kimia tersebut dapat
dibaca pada label kemasan dari produsennya yang lazim disebut MSDSs
c. Penanganan zat-zat kimia diinstalasi pencucian
1) Detergen
a) Guna: detergen laundry bubuk, ciri-cirikuhsus: serbuk putih berwarna biru
dengan pH 11,0-12,0.
b) Sifat: Bila terkena panas akan terkomposisi menjadi gas yang mungkin
beracun dan iritasi, tidak mudah terbakar.
c) Bahaya kesehatan: Iritasimata, iritasikulit
d) Bila terhirup :menyebabkan edema paru
e) Bila tertelan: menyebabkan kerusakan selaput lendir. Pertolongan pertama:
Mata: cucisecepatnya dengan banyak air, Kulit: cuci secepatnya dengan
banyak air, ganti pakaian yang terkena, Terhirup: pindahkan dari sumber,
Tertelan : bersihkan bahan dari mulut, minum 1 atau 2 gelas air atau susu
f) Pertolongan selanjutnya dengan mencari pertolongan medis tanpa ditunda.
g) Tindakan pencegahan :

17
▪ Kontrol teknis gunakan ventilasi setempat. Peralatan pemapasan sendiri
mungkin diperlukan jika bekerja untuk waktu yang lama.
▪ Memakai APD
▪ Penyimpanan dan pengangkutan: simpan di tempat aslinya, wadah
tertutup di bawah kondisi kering, ventilasi yang baik, jauhkan dari asam
dan hindarkan dari suhu ekstrim.
2) Heviklir
a) Guna: cairan penghilang noda, Ciri-ciri: cairan jernih dengan pH 10,0-11,0,
Sifat : bereaksi dengan bahan-bahan pereduksi, tidak mudah terbakar,
beracun untuk ikan (dilarutkan dulu sebelum dibuang ke selokan atau
sumber air).
b) Bahaya kesehatan :
▪ Iritasi berat pada mata, rasa terbakar pada kulit
▪ Bila terhirup menyebabkan iritasi,oedem paru
▪ Bila tertelan menyebabkan rasa terbakar
c) Pertolongan pertama:
▪ Mata: cuci secepatnya dengan air
▪ Kulit : cuci kulit secepatnya dengan air, ganti pakaian yang
terkontaminasi
▪ Terhirup: pindahkan dari sumber
▪ Tertelan: cuci mulut, minum satu atau dua gelas air atau susu
d) Pertolongan selanjutnya: dengan mencari pertolongan medis tanpa ditunda.
e) Tindakan pencegahan:
▪ Kontrol teknis, gunakan ventilasi setempat peralatan pemafasan
sendiri mungkin diperlukan untuk penggunaan yang lama
▪ Memakai APD
▪ Penyimpanan dan pengangkutan: simpan di tempat sejuk dan kering,
jauhkan dari asam, hindari sumber panas.
▪ Softener, Guna: cairan pelunak dan pelembut kain, ciri-ciri khusus: cairan
biru muda, opak dan mudah mengalir, pH4,0- 5,0 Sifat: stabil, tidak
mengandung bahan berbahaya, tidak mudah terbakar.
d. Bahaya kesehatan :
▪ Iritasi berat pada mata,iritasi pada kulit
▪ Bila terhirup menyebabkan iritasi
▪ Bila tertelan menyebabkan iritasi
1) Pertolongan pertama :
▪ Mata: cuci secepatnya dengan air
▪ Kulit : cuci kulit secepatnya dengan air, ganti pakaian yang terkontaminasi
▪ Terhirup: pindahkan dari sumber
▪ Tertelan: cuci mulut,minum satu atau dua gelas air atau susu

18
2) Pertolongan selanjutnya: dengan mencari pertolongan medis tanpa ditunda
3) Tindakan pencegahan
▪ Kontrol teknis, gunakan ventilasi setempat peralatan pemapasan sendiri
mungkin diperlukan untuk penggunaan yang lama
▪ Memakai APD, penyimpanan dan pengangkutansimpan di tempat sejuk
dan kering, hindari suhu ekstrim.
5. Bahaya Fisika
a. Bising
Dalam kesehatan kerja, bising diartikan sebagai suara yang dapat
menurunkan pendengaran baik secara kuantitatif (peningkatan ambang
pendengaran) maupun secara kualitatif (penyempitan spectrum pendengaran),
berkaitan dengan factor intensitas, frekuensi, durasi dan pola waktu. Di rumah
sakit, bising merupakan masalah yang salah satunya berasal darimesin cuci.
Pajanan bising yang terjadi pada intensitas relatif rendah (85 dB atau lebih),
dalam waktu yang lama membuat efek kumulatif yang bertingkat dan
menyebabkan gangguan pendengaran berupa Noise Induce Hearing Loss
(NIHL).
b. Pengukuran
Untuk mengetahui intensitas bising di lingkungan kerja, digunakan sound
levelmeter, sedangkan untuk menilai tingkat pajanan pekerja lebih dapat
digunakan noisedosemeter karena pekerja umumnya tidak menetap pada suatu
tempat kerja selama delapan jam bekerja. Nilai Ambang Batas (NAB) intensitas
bising adalah 85dB dan waktu bekerja maksimum adalah delapan jam perhari.
Pengukuran kebisingan dilakukan minimal 2 kali pertahun.
c. Pengendalian
1) Sumber : mengurangi intensitas bising
2) Desain akustik
3) Menggunakan mesin/alat yang kurang bising
4) Media : mengurangi transmisi bising dengan cara:
a) Menjauhkan sumber dari pekerja
b) Mengabsorbsi dan mengurangi pantulan dinding, langit-langit dan lantai
c) Menutup sumber bising dengan barrier bising secara akustik pada
d) Service rutin
5) Pekerja : mengurangi penerimaan bising
a) Menggunakan APD
b) Berupa sumber telinga (earplug) yang dapat menurunkan pajanan sebesar
c) Ruang isolasi untuk istirahat
d) Rotasi pekerja untuk periode waktu tertentu antara lingkungan kerja yang
bising dengan yang tidak bising
e) Pengendalian secara administrative dengan menggunakan jadwal kerja

19
d. Cahaya
Pencahayaan di instalasi pencucian perlu karena ia berhubungan langsung
dengan:
▪ Keselamatan petugas Peningkatan pencemaran Kesehatan yang lebih baik
suasana yang nyaman
▪ Petugas yang terpajan gangguan pencahayaan akan mengeluh kelelahan
mata dan kelainan lain berupa :
▪ Iritasi (konjungtivitis), Ketajaman penglihatan terganggu, Akomodasi dan
konvergensi terganggu Sakit kepala
Pencegahan: dengan pencahayaan yang cukup
e. Listrik
Kecelakaan tersengat listrik dapat terjadi pada petugas loundry oleh karena
dukungan pengetahuan listrik yang belum memadai. Pada umumnya yang terjadi
di rumah sakit adalah kejutan listrik microschok dimana listrik mengalir kebadan
petugas melalui system peralatan yang tidak baik.
1) Efek kesehatan
▪ Kaku pada otot ditempat yang tersengat listrik
▪ Luka bakar ditempat tersengat aliran listrik
2) Pengendalian
▪ Enginering
- Pengukuran jaringan /instalasi listrik
- Pemasangan pengaman/alat pengaman sesuai ketentuan
- Pemasangan tanda-tanda bahaya dan indikator
▪ Administrasi
- Penempatan petugas sesuai ketrampilan
- Waktukerjapetugasdigilir
- Memakai sepatuIsandal isolasi
f. Panas
Panas dirasakan bila suhu udara di atas suhu nyaman (26-28°C) dengan
kelembaban antara 60-70%. Pada instalasi laundry panas yang terjadi adalah
panas lembab
1) Pengukuran :
Dipasang thermohygrometer untuk pengamatan suhu dan kelembaban
ruang dengan mempergunakan Wet Bulb Globe Temperatur (MBGT) minimal
2 kali setahun (setiap 6 bulan)
2) Efek kesehatan
▪ Heatsyncope (pingsan karena panas)
▪ Heatdisorder (kumpulan gejala yang berhubungan dengan kenaikan suhu
tubuh dan mengakibatkan kekurangan cairan tubuh) seperti :

20
- Heatstress/heatex haustion, terasa panas dan tidak nyaman, karena
dehidrasi, tekanan darah turun menyebabkan gejala pusing dan mual.
- Heat cramps adalah spasme otot yang disebabkan cairan dengan
elektrolit yang rendah, masuk ke dalam otot, akibat banyak cairan
tubuh keluar melalui keringat, sedangkan penggantinya hanya air
minum biasa tanpa elektrolit.
- Heatstroke disebabkan kegagalan bekerja SSP dalam mengatur
pengeluaran keringat,suhu tubuh dapat mencapai 40,5°C.
3) Pengendalian
▪ Terhadap lingkungan
▪ Isolasiperalatanyangmenimbulkan panas
▪ Menyempurnakan systemventilasi dengan:
- Ventilasi yang ditempatkan di atas sumber panas yang bertujuan
menarik udara panas keluar ruangan {dapat digunakan
kipasangindilangit-langit ruangan)
- Kipas angin untuk petugas
- Pemasangan alat pendingin
4) Terhadap pekerja
▪ Menyediakan persediaan air minum yang cukup dan memenuhi syarat
dekat tempat kerja dan kalau perlu disediakan extrasalt.
▪ Hindarkan petugas yang harus bekerja di lingkungan panas apabila
berbadan gemuk sekali dan berpenyakit kardiovaskular.
▪ Pengaturan waktu kerja dan istirahat berakitan dengan suhu ruangan.
Secara administrative yaitu pengaturan waktu kerja dan istirahat dengan
suhu ruangan.
g. Getaran
Getaran atau vibrasi adalah factor fisik yang ditimbulkan oleh subjek
dengan gerakan isolasi. Vibrasi dapat terjadi lokal atau seluruh tubuh.
Mesin pencucian yang bergetar dapat memajani petugas melalui
transmisi/penjalaran, baik getaran yang mengenai seluruh tubuh ataupun
getaran setempat yang merambat melalui tangan atau lengan operator.
1) Efek kesehatan
▪ Terhadap system peredaran darah : dapat berupa kesemutan jari tangan
waktu bekerja, parese.
▪ Terhadap system tulang, sendi dan otot, berupa gangguan osteoarticular
(gangguan pada sendi jaritangan)
▪ Terhadap system syaraf: menurunnnya sensitivitis, gangguan kemampuan
membedakan dan selanjutnya atrofi.

21
▪ Pemanjaan terhadap getaran seluruh tubuh dengan frekuensi 4-5 Hz dan
6-12 Hz dikaitkan dengan fenomena resonansi (kenaikan amplitudo
getaranorgan), terutama berpengaruh buruk pada susunan syaraf pusat.
▪ Pengukuran: alat yang digunakan adalah Vibration Meter (alat untuk
mengukur frekuensi dan intensitas diarea kerja) minimal 1 tahun1 kali.
2) Pengendalian
▪ Terhadap sumber, diusahakan menurunkan getaran dengan bantalan anti
vibrasi/isolator dan pemeliharaan mesin yang baik.
▪ Pengendalian administrative dilakukan dengan pengaturan jadwal kerja
▪ Terhadap pekeria, tidak ada pelindung khusus, hanya dianjurkan
menggunakan satu tangan untuk menghangatkan tangan dan perlindungan
terhadap gangguan vascular.

C. Ergonomi
Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan
pekerjaan mereka. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi adalah
penyesuaian tugas pekerjaan dengan pekerja. Posisi tubuh yang salah satu tidak
alamiah, apalagi dalam sikap paksa dapat menimbulkan kesulitan dalam
melaksanakan kerja, mengurangi ketelitian, mudah lelah sehingga kerja menjadi
kurang efisien. Hal ini dalam jangka panjang dapat menyebabkan gangguan fisik dan
psikologi.
1. Gejala : penyakit sehubungan dengan alat gerak yaitu persendian, jaringan otot,
syaraf atau pembuluh darah/low back pain)
2. Pengukuran: dinilai dari banyaknya keluhan yang ada hubungannya pada saat
melakukan pekerjaan tidak terhalang oleh barang-barang, cukup lebar, mudah
terlihat dan diberi tanda-tanda arah yang jelas.
3. Perlengkapan pemadam dan penanggulangan kebakaran meliputi 2 jenis:
Terpasang tepat ditempat dapat bergerak atau dibawa alat-alat pemadam
kebakaran harus ditempatkan pada tempat-tempat yang rawan terjadi kebakaran,
mudah terlihat dan mudah diambil.
4. Terpeleset/terjatuh :
a. Terpeleset /terjatuh pada lantai yang sama adalah bentuk kecelakaan kerja yang
dapat terjadi pada instalasi pencucian
b. Walaupun jarang terjadi kematian, tetapi dapat mengakibatkan cedera yang
berat seperti fraktur, dislokasi, salah urat, memar otak.
5. Penanggulangan
a. Jangan memakai sepatu dengan hak tinggi, sol yang rusak atau memakai tali
sepatu yang longgar
b. Konstruksi lantai harus rata da nsedapat mungkin dibuat dari bahan yang tidak
licin

22
6. Pemeliharaan lantai
a. Lantai harus selalu dibersihkan dari kotoran-kotoran seperti pasir, debu, minyak
yang memudahkan terpeleset.
b. Lantai yang cacat misalnya banyak lubang atau permukaannya miring harus
segera diperbaiki

BAB VII
PENGENDALIAN MUTU

A. Monitoring
Monitoring adalah upaya untuk mengamati pelayanan dan cakupan program
pelayanan seawal mungkin, untuk dapat menemukan dan selanjutnya memperbaiki
masalah dalam pelaksanaan program.
1. Tujuan monitoring adalah
a. Untuk mengadakan perbaikan, perubahan orientasi atau desain dari sistem
pelayanan (bila perlu).
b. Untuk menyesuaikan strategi atau pedoman pelayanan yang dilaksanakan di
lapangan, sesuai dengan temuan-temuan dilapangan.
c. Hasil analisis dari monitoring digunakan untuk perbaikan dalam pemberian
pelayanan dirumah sakit. Monitoring sebaiknya dilakukan sesuaikan perluan dan
dipergunakan segera untuk perbaikan program. Khusus dalam pelayanan linen
dirumah sakit monitoring hendaknya dilakukan secara teratur/kontinue.
2. Aspek-aspek yang dimonitor mencakup :
a. Sarana-prasarana dan peralatan
b. Standar/pedoman pelayanan linen, SPO, kebijakan-kebijakan direktur rumah
sakit, visi, misi dan motto rumah sakit, dan lain-lain.
c. Pengamatan dengan penglihatan pada linen, yaitu warna yang kusam, pudar,
tidak cerah/putih tua atau keabu-abuan menggambarkan linen tersebut kurang
layak pakai. Terdapat bayangan dari barang yang dibungkusnya, menunjukkan
linen sudah menipis.
d. Dari perabaan bila ditarik terjadi perobekan/lapuk.
e. Apabila ada penandaan tahun pengadaan/penggunaan, tinggal menghitung umur
lamanya, sehingga bias dihitung frekuensi pencuciannya. Biasanya setelah
mengalami pencucian 90 kali linen tersebut sudah harus dihapus (tidak layak
pakai), itupun tergantung kualitas bahan. Ada bahan yang sampai 120 kali
pencucian masih tetap baik dan layak pakai. Kelayakan pakai dan sisi infeksi
dilakukan melalui uji kuman secara insidentil bila dijumpai banyak terjadi infeksi
disuatu unit rawat inap atau lebih. Contoh diambil untuk dilakukan swab dari kulit

23
untuk kultur, sementara menunggu hasil kultur, monitoring prosedur pencucian
ditingkatkan

B. Evaluasi
Setiap kegiatan harus selalu dievaluasi pada tahap proses akhir seperti pada
tahap pencucian, pengeringan dan sebagainya, juga evaluasi secara keseluruhan
dalam rangka kinerja dari pengelolaan linen dirumah sakit.
Tujuan dari evaluasi tersebut antara lain :
1. Meningkatkan kinerja pengelolaan linen rumah sakit
2. Sebagai acuan/masukan dalam perencanaan pengdaan linen, bahan kimia
pembersih sarana dan prasarana kamar cuci.
3. Sebagai acuan dalam perencanaan system pemeliharaan mesin-mesin
4. Sebagai acuan perencanaan peningkatan pengetahuan dan ketrampilan sumber
daya manusia.
Salah satu cara yang mudah untuk melaksanakan evaluasia dalah dengan
menyebarkan kuesioner keunit kerja pemakai linen secara berkala setiap semester
atau minimal setiap satu tahun sekali. Sebagai responden diambil dua atau tiga jenis
petugas dilihat dari fungsinya, misalnya kepala bangsal/ruang, perawat pelaksana dan
petugas pelaksanan non perawatan/pekarya.
Materi yang dievaluasi sesuai dengan tujuan yaitu antara lain:
1. Kuantitas dan kualitas linen
a. Kuantitas linen
Kuantitas/jumlah linen yang beredar diruangan sangat menentukan
kualitas pelayanan, demikian pula linen yang berputar diruangan yang diamakan
mengakibatkan linen yang satu cepat rusak dan linen yang lainnya terlihat belum
digunakan. Hal-hal seperti ini dapat mengganggu pada saat penggantian linen
berikutnya maupun jika linen tersebut hendak diturunkan kelasnya. Untuk itu
perlu adanya monitoring keruangan-ruangan dengan frekuensi minimal 3 (tiga)
bulan sekali atau setiap kali ada pencatatan di buku administrasi yang tidak
mengindahkan prinsip FIFO.
b. Kualitas linen
Kualitas yang diutamakan dari linen adalah bersih (fisik linen), awet (tidak
rapuh) dan sehat (bebas dari mikroorganisme patogen). Frekuensi yang
dilakukan untuk kualitas linen adalah sebagai berikut:
1) Untuk monitoring bersih dapat dilakukan dengan memanfaatkan panca indera
secara fisik mulai dari bau (harum dan bebas dari bau yang tidak sedap), rasa
(lembut di kulit) dan skala noda. Dilakukan pada tahap sortir di dalam
perputaran pencucian. Jika terdapat kekurangan dari tiga aspek tersebut,
maka perlu pencucian ulang sesuai dengan permasalahan masing-masing,

24
25
PEDOMAN
PELAYANAN LINEN LAUNDRY

RS ISLAM PKU MUHAMMADIYAH PALANGKA RAYA

26
27
28

Anda mungkin juga menyukai