Anda di halaman 1dari 47

Mini Projek

Hubungan Angka Bebas Jentik dengan Kejadian DBD di


Wilayah Kerja Puskesmas Ketapang 1 Tahun 2020

 
Oleh:
dr. Wildan Kharisma Zisnanda
 
Pendamping Puskesmas:
dr. Ana Selowati

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


Sampit
PENDAHULUAN
• Masalah kesehatan di Indonesia
DBD • Meningkat 30x lipat di dunia, 50 jt kasus

• 2015; 129.650 kasus


Di Indonesia • Incidens Rate (IR) ; 50,75%

• Penentu berkembangbiaknya vektor


ABJ • Faktor penting penyebaran virus dengue
PENDAHULUAN

MANFAAT

TUJUAN
KHUSUS

TUJUAN UMUM
TINJAUAN PUSTAKA
• DEFINISI

DBD/DHF
Den-1, Aedes
Virus Den-2, aegypti,
dengue Den3 dan Aedes
Den-4 alboptocus
TINJAUAN PUSTAKA
• EPIDEMIOLOGI
– 50 juta infeksi dengue / tahun di seluruh dunia
– 355.525 Kejadian sejak 2010
– 1.982 mortalitas
TINJAUAN PUSTAKA
• ETIOLOGI
• Infeksi virus dengue atau arbovirus
• anggota genus flavivirus dan anggota famili
flaviviridae
• DEN1,DEN2,DEN3,DEN4
TINJAUAN PUSTAKA
• PATOGENESIS
.Imunopatogenesis Infeksi Virus
Dengue
TINJAUAN PUSTAKA
• PATOGENESIS
Patogenesis Syok pada DBD
TINJAUAN PUSTAKA
• PATOGENESIS
Patogenesis Perdarahan pada DBD
TINJAUAN PUSTAKA
• MANIFESTASI KLINIS
Spektrum Klinis Infeksi Virus Dengue
TINJAUAN PUSTAKA
• Perjalanan DHF
TINJAUAN PUSTAKA
• Warning signs DHF
TINJAUAN PUSTAKA
• Derajat
TINJAUAN PUSTAKA
• TATALAKSANA
• Tanpa syok
TINJAUAN PUSTAKA
• TATALAKSANA
• Ht >20%
TINJAUAN PUSTAKA
• TATALAKSANA
• Syok
TINJAUAN PUSTAKA
Kriteria pasien pulang
 Pasien dapat dipulang apabila, memenuhi semua keadaan dibawah ini
 Tampak perbaikan secara klinis
 Tidak demam selaina 24 jam tanpa antipiretik
 Tidak dijumpai distres pernafasan (disebabkan oleh efusi pleura atau
asidosis)
 Hematokrit stabil
 Jumlah trombosit cenderung naik > 50.000/ul
 Tiga hari setelah syok teratasi
 Nafsu makan membaik
TINJAUAN PUSTAKA
PENCEGAHAN

4M plus

Kelambu, kawat
ventilasi,l arvasida,
PJB, dsb.
TINJAUAN PUSTAKA
UKURAN KEPADATAN POPULASI PENULAR

Penangkap
Survei nyamuk Survei Jentik
Telur
• indeks • ABJ • Ovitrap
biting/landing • HI
rate • CI
• BI
METODE PENELITIAN
• Prosedur penelitian
– Observasional analitik
– Studi Korelasi
METODE PENELITIAN
• Kriteria Inklusi dan Eksklusi

• Tinggal di wilayah kerja Puskesmas Ketapang 1


• Bersedia dilakukan pemeriksaan jenti

Inklusi • Terdapat tetangga atau merupakan pasien


dengan DBD
• Terdapat dalam data sekunder hasil
Penyelidikan Epidemiologi DBD

Eksklus • Tidak tinggal di wilayah kerja Puskesmas


Ketapang 1

i • Tidak bersedia dilakukan pemeriksaan jentik


METODE PENELITIAN
• Variabel penelitian

• Variabel terikat (dependen)


Dependen pada penelitian ini adalah
angka Kejadian DBD

• Variabel bebas
Independe (independen) pada
n penelitian ini adalah angka
bebas jentik (ABJ)
METODE PENELITIAN
• Sampling
– consecutive sampling
– Semua yang memenuhi kriteria inklusi masuk
dalam penelitian
METODE PENELITIAN
• Definisi Operasional
METODE PENELITIAN
• Analisis Data
– Menggunakan SPSS v. 23

Univariat Bivariat
Hubungan
ABJ ABJ dengan
Kejadian DBD

Kejadian DBD
KERANGKA TEORI
DAN KERANGKA KONSEP
• Kerangka Teori
KERANGKA KONSEP
• Kerangka Konsep
Hipotesis
• Terdapat hubungan angka bebas jentik
dengan Kejadian DBD di wilayah kerja
Puskesmas Ketapang 1 tahun 2020.
ANALISIS SITUASI DAN HASIL
• Gambaran Umum Wilayah Kerja Puskesmas Ketapang 1

Puskesmas Ketapang 1 merupakan puskesmas rawat jalan dengan luas


wilayah 25,04 kilometer persegi dan merupakan daerah pasang surut,
terletak di tengah kota Sampit, di wilayah Kecamatan Selat dan melayani 4
kelurahan yaitu :
 Kelurahan Selat Tengah
 Kelurahan Selat Dalam
 Kelurahan Selat Hulu
 Kelurahan Selat Utara

Pada tahun 2020 jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Ketapang 1


adalah 35.272 jiwa
ANALISIS SITUASI DAN HASIL
• Peta Wilayah Kerja

4.707

10.574

8.363

11.629
 
 
ANALISIS SITUASI DAN HASIL
• Visi dan Misi Puskesmas
VISI
“MEWUJUDKAN MASYARAKAT SEHAT MANDIRI
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS Ketapang 1
TAHUN 2020”
ANALISIS SITUASI DAN HASIL
• Visi dan Misi Puskesmas
MISI
1. MENINGKATKAN PENYELENGGARAAN PROMOSI
KESEHATAN DAN UPAYA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT.
2. MENINGKATKAN PENYELENGGARAAN MANAJEMEN
MUTU PUSKESMAS.
3. MENYELENGGARAKAN PELAYANAN KESEHATAN DASAR
YANG MUDAH, MURAH, ADIL DAN MERATA
4. MENCIPTAKAN SUASANA KERJA DAN PELAYANAN
DENGAN PENUH EKELUARGAAN
ANALISIS SITUASI DAN HASIL
• Hasil Penelitian
Jumlah Kasus DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Ketapang 1 Tahun 2020

16

Selat Tengah
48 Selat Dalam
15
Selat Hulu
Selat Utara

34
ANALISIS SITUASI DAN HASIL
• Hasil Penelitian

Rumah Bebas
No Kelurahan Jentik Rumah Positif Jentik Total Angka Bebas Jentik

1 Selat Tengah 206 148 354 58.19%

2 Selat Dalam 113 74 187 60.42%

3 Selat Hulu 66 41 107 61.68%

4 Selat Utara 51 36 87 58.62%

Total 436 299 735  

Rata-rata ABJ dari seluruh kelurahan 59.72%


ANALISIS SITUASI DAN HASIL
• Hasil Penelitian
Angka Bebas Jentik di Wilayah Kerja Puskesmas Ketapang 1 Tahun 2020
62.00%

61.00%

60.00%
Selat Tengah
Selat Dalam
59.00% Selat Hulu
Selat Utara

58.00%

57.00%

56.00%
Kelurahan
ANALISIS SITUASI DAN HASIL
• Hasil Penelitian

Tabel di atas merupakan hasil analisa dari aplikasi SPSS, didapatkan nilai
signifikansi (Sig.) yaitu 0,496 lebih besar dari 0,05 yang artinya tidak ada korelasi
antara Angka Bebas Jentik dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue di Wilayah
Kerja Puskesmas Ketapang 1 Tahun 2020.
PEMBAHASAN
• Kejadian DBD

16

34

15

48
PEMBAHASAN
• Angka Bebas Jentik

58,62%

60,42 %

61,68%

58,19%
PEMBAHASAN
• Angka Bebas Jentik
 Target Angka Bebas Jentik (Nasional ) adalah 95%,
sementara dari hasil penyelidikan epidemiologi oleh
penanggungjawab program di wilayah kerja Puskesmas
Ketapang 1 sebagaimana digambarkan di atas.
 Seluruh ABJ kelurahan masih jauh dari nilai target
nasional. Hal ini berarti sangat memungkinkan
penularan infeksi DBD oleh vektornya yaitu nyamuk
Aedes aegypti.
PEMBAHASAN
• Angka Bebas Jentik

 Jika dilihat rata-rata ABJ dari seluruh kelurahan yang


tidak sampai 60% berarti masih di bawah Indikator
target yang mana menjadi faktor risiko penyebaran
meningkat karena vektor penyakit semakin besar.
 Jadi berdasarkan hasil diatas, kemungkinan di wilayah
kerja Puskesmas Ketapang 1 akan timbul penyakit DBD,
malaria, yellow fever, dan chikungunya adalah 40%
berdasarkan pengamatan dan pengukuran diatas.
PEMBAHASAN
• Hubungan Angka Bebas Jentik dengan
Kejadian Demam Berdarah Dengue di Wilayah
Kerja Puskesmas Ketapang 1 Tahun 2020

No Kelurahan Jumlah Kasus DBD Angka Bebas Jentik


1 Selat Tengah 48 58,19%
2 Selat Dalam 34 60,42%
3 Selat Hulu 15 61,68%
4 Selat Utara 16 58,62%
PEMBAHASAN
• Hubungan Angka Bebas Jentik dengan
Kejadian Demam Berdarah Dengue di Wilayah
Kerja Puskesmas Ketapang 1 Tahun 2020

nilai signifikansi (Sig.) yaitu 0,496 lebih besar dari 0,05 yang artinya tidak ada
korelasi antara Angka Bebas Jentik dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue
di Wilayah Kerja Puskesmas Ketapang 1 Tahun 2020.
PEMBAHASAN
• Hubungan Angka Bebas Jentik dengan Kejadian
Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kerja
Puskesmas Ketapang 1 Tahun 2020
 Tidak adanya hubungan yang signifikan pada
penelitian ini sama dengan penelitian yang
dilakukan Asmara pada 2008 di Tingkat Kecamatan
Kotamadya Jakarta Timur pada tahun 2008.
 Sebagaimana diketahui, sebenarnya indikator
kepadatan jentik nyamuk tidak hanya Angka Bebas
Jentik, tapi juga masih ada House Index
(HI),Container Index (CI) dan Breteau Index (BI).
PEMBAHASAN
• Hubungan Angka Bebas Jentik dengan Kejadian Demam
Berdarah Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Ketapang 1
Tahun 2020
 Sementara itu faktor risiko terjadinya DBD tidak hanya
ditentukan ada tidaknya vektor yang menularkan
(berhubungan dengan lingkungan yang mendukung
berkembangbiaknya), tetapi juga dipengaruhi kondisi
pejamu dan virulensi dari virus Dengue itu sendiri.
 Oleh sebab itu, angka bebas jentik bukan satu-satunya
indikator yang perlu diperhatikan dalam rangka
penanganan terjadinya kasus-kasus DBD, tetapi tetap
menjadi indikator yang penting dilakukan intervensi di
tingkat Puskesmas melalui penggalakan Pemberantasan
Sarang Nyamuk (PSN) di masyarakat.
PENUTUP
KESIMPULAN

1. Jumlah kasus DBD di wilayah kerja Puskesmas Ketapang 1 pada tahun


2020 ialah 113 orang. Kelurahan Selat Tengah 48 kasus sebagai
kelurahan terbanyak terjadinya DBD, Kelurahan Selat Dalam sebanyak
34 kasus, Kelurahan Selat Utara sebanyak 16 kasus dan Kelurahan Selat
Hulu paling sedikit sebanyak 15 kasus.
2. Angka Bebas Jentik di wilayah kerja Puskesmas Ketapang 1 yaitu Selat
Tengah 58.19%, Selat Dalam 60.42%, Selat Hulu 61.68%, dan Selat
Utara 58.62%. ABJ terendah di Kelurahan Selat Tengah yang merupakan
kelurahan dengan kejadian DBD terbanyak tahun 2020. ABJ di seluruh
Kelurahan wilayah kerja Puskesmas Ketapang 1 masih jauh dari target
ABJ nasional.
3. Tidak ada hubungan bermakna antara Angka Bebas Jentik dengan
Kejadian DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Ketapang 1 tahun 2020.
PENUTUP
SARAN
1. Perbanyak program pengkaderan juru pemantau jentik
(Jumantik) ataupun siswa pemantau jentik (Simantik) di
seluruh kelurahan Wilayah Kerja Puskesmas Ketapang 1.
2. Dilakukan penggalakan program pemberantasan sarang
nyamuk yang diinisiasi Puskesmas Ketapang 1 di seluruh
kelurahan Wilayah Kerja Puskesmas Ketapang 1.
3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dan berkala untuk
memantau pengaruh dari tiap indikator yang
berhubungan dengan demam berdarah dengue.
DAFTAR PUSTAKA
• WHO. DENGUE : Guidelines for Diagnosis, Treatment, Prevention, and Control. Paris : World Health Organization; 2009.
• Kemenkes RI. Profil kesehatan Indonesia tahun 2015. Kementerian Kesehatan RI. Jakarta. 2016
• Dinkes Provinsi Kalteng. Kalimantan Tengah dalam Angka. 2020
• Candra A. Demam Berdarah Dengue - Epidemiologi, Patogenesis, dan Faktor Risiko Penularan. Aspirator Vol. 2 No. 2 Tahun
2010 : 110 –119.
• Dash AP, Bhatia R and Kalra NL. Dengue in South-East Asia: an appraisal of case management and vector control. Dengue
Bulletin WHO South-East Asia Region and Western Pacific Region. Volume 36, December 2012.
• Dengue Haemorrhagic Fever : Diagnosis, Treatment, Prevention and Control. Edition II. Geneva : World Health
Organization. 2002. Available from htttp://www.who.int/csr/resources/publications/dengue/Denguepublication..
• Islam QT. Recent Dengue Management: A New Concept. J MEDICINE 2013; 14 : 104.
• Wan SW, Lin CF, Yeh TM, Liu CC, Lu HS, Wang S, Ling P, Anderson R, Lei HY and Lin YS. Autoimmunity in dengue
pathogenesis. Journal of the Formosan Medical Association (2013) 112, 3-11.
• Dutta AK, Biswas A, Baruah K and Dhariwal AC. National guidelines for diagnosis and management of dengue fever/dengue
haemorrhagic fever and dengue syok syndrome. Vector borne diseases, December, 2010.
• Guzman MG, Halstead SB, Artsob H, Buchy P, Farrar J, Gubler DJ, Hunsperger E, Kroeger A, Margolis HS, Martinez E, Nathan
MB, Pelegrino JL, Simmons C, Yoksan S and Peeling RW. Dengue: a continuing global threat. Nature Review. Microbiology
December 2010.
• Pedoman Tatalaksana Klinis Infeksi Dengue di Sarana Pelayanan Kesehatan. Departemen Kesehatan RI. 2005.
• Suhendro, Nainggolan L, Chen K, Pohan HT. Demam Berdarah Dengue. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV. Jilid III.
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2006.

Anda mungkin juga menyukai