Anda di halaman 1dari 7

LAMPIRAN :

PERATURAN DIREKTUR RS ISLAM PKU


MUHAMMADIYAH PALANGKA RAYA
NOMOR: 294/71024/PERDIR/XII/2022
TENTANG PANDUAN PENUNJANG ICRA
TANGGAL: 7 JUMADIL AWAL 1444 H/
1 DESEMBER 2022

BAB I
DEFINISI

a. ICRA (Infection Control Risk Assesment) adalah suatu program dalam pencegahan dan
pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan dengan cara melakukan pengkajian
risiko
b. Risiko Adalah potensi terjadinya kerugian yang dapat ditimbulkan dari proses kegiatan
saat sekarang atau kejadian dimasa datang
c. Sterilisasi alat adalah proses menghilangkan semua mikroorganisme (bakteria, virus,
fungi dan parasit) termasuk endospora menggunakan uap tekanan tinggi (otoklaf), panas
kering (oven), sterilisasi kimiawi atau radiasi.
d. Pengelolaan linen/laundry adalah proses penanganan linen mulai dari pemilahan sampai
pendistribusian lienen
e. Penyediaan makanan merupakan salah satu hal penting dalam peningkatan dan
perbaikan status gizi pasien di rumah sakit sebagai bagian dari penyembuhan penyakit.
Pemberian makanan tersebut bukanlah hal yang sederhana, mengingat resiko kurang gizi
(hospital malnutrition) yang dapat muncul secara klinis selama pasien mendapat
perawatan di rumah sakit.
f. Kamar jenazah adalah digunakan untuk penempatan jenazah yang akan dilakukan
tindakan pada jenazah.

BAB II
RUANG LINGKUP

Panduan ini digunakan untuk melakukan assessment risiko terhadap kegiatan


penunjang di rumah sakit yang harus mengikuti prinsip-prinsip pencegahan dan
pengendalian infeksi serta melaksanakan strategi untuk menurunkan risiko infeksi pada:
a. Sterilisasi alat
b. Pengelolaan linen/laundry
c. Pengelolaan sampah
d. Penyediaan makanan
e. Kamar jenazah

BAB III
TATA LAKSANA

Analisa Resiko Infeksi dan Strategi menurukan resiko infeksi antara lain pada
a. Sterilisasi Alat
Resiko Infeksi pada sterilisasi alat adalah
1) Petugas tidak melakukan hand hygiene
2) Tidak menggunakan APD lengkap
3) Tidak menggunakan boks tertutup sebagai tempat transport peralatan dari ruangan ke
tempat sterilisasi dan sebaliknya
4) Semua alat yang di sterilkan tidak di pasang indikator tape
5) semua alat dan linen tidak diletakkan pada arak peralatan yang sudah di sterilkan
b. Strategi yang dilaksanakan adalah pelatihan internal serta monitoring dan audit bagi
pelaksana di ruang sterilisasi alat
c. Pengelolaan linen/laundry
Resiko Infeksi pada pengelolaan linen/laundry adalah
1) Masih melakukan pemilahan linen di ruang perawatan
2) Tidak dilakukan pembungkusan pada linen infeksius
3) Tidak menggunakan APD lengkap dalam proses pencucian linen
4) Masih menggunkan box terbuka
5) Tidak melakukan pemisahan pada proses pencucian antar linen kotor dan linen kotor
infeksius
6) Proses pengeringan masih melakukan penjemuran diarea terbuka
7) Tidak melakukan dekontaminasi sesaat setelah menggunakan container dan meja
sterika setelah digunakan
8) Tidak meletakkan linen pada lemari linen siap distribusi
9) Tidak melakukan hand hygiene
10) Strategi yang dilaksanakan adalah pelatihan internal PPI, monitoring dan evaluasi di
runag pengelolaan linen/laundry
d. Pengelolaan sampah
Resiko Infeksi pada pengelolaan sampah adalah
1) Tidak menggunakan APD lengkap
2) Masih melakukan pemilahan sampah di TPS (tempat penampungan sementara)
3) Pembuangan sampah tidak sesuai pada tempatnya
4) Tidak melakukan hand hygiene
5) Sampah tidak dibuang 2x24 jam
6) Sampah tidak dibuang ¾ penuh
7) Kontainer dan bak sampah tidak di cuci setiap hari
8) Masih melakukan penekanan pada sampah yang sudah di ikat
9) Strategi yang dilakukan adalah pelatihan internal PPI, monitoring dan audit dalam
pengelolaan sampah
e. Penyediaan makanan
Resiko Infeksi pada penyediaan makanan adalah
1) Tidak melakukan hand hygiene sebelum dan sesudah menjamah makanan
2) Tidak menggunakan APD lengkap dalam penyajian makanan
3) Kurangnya tingkat kebersihan perlatan makanan dan minuman
4) Proses pengolahan tidak bersih
5) Pendistribusian makanan tidak menggunakan container tertutup
6) Cara pencucian alat yang memenuhi syarat
a) Manual
▪ Bak I : bak pencucian (wash)
▪ Bak II : bak pembilasan (rinse)
▪ Bak III : bak pembilasan terakhir (final rinse)
b) Proses penyimpanan bahan makanan (sanitasi gudang)
▪ Gudang bahan makanan kering (Dry storage)
- Bahan pangan kering, tepung-tepungan
- Suhu cukup sejuk 10°C-25°C, udara kering dengan ventilasi yang baik untuk
menghindari pertumbuhan jamur dan serangga dengan masa simpan 10 hari.
- Ruangan bersih, kering lantai dan dinding tidak lembab.
▪ Gudang makanan basah (Cool storage)
- Bahan pangan basah, potongan daging dan ayam yang sudah dibersihkan.
- Suhu 10°C-15°C dan untuk freezer suhu dibawah -5°C dengan batas
maksimal penyimpanan 2 hari.
- Suhu gudang buah 10°C-20°C dengan batas maksimal penimpanan 10 hari.
▪ Penyimpanan bahan makanan enteral
- Enteral komersial yaitu pada suhu 19°C - 25°C.
- Enteral konvensial yaitu bersifat kering: tepung susu, tepung beras /maizena,
gula pasir, telur ayam dan minyak. Disimpan pada suhu 10°C - 25°C.
c) Segi peraturan
▪ Barang yang disimpan mudah diambil dan mudah cara penyimpanan/
pengisiannya.
▪ Ada rotasi/giliran yang baik dan teratur antara barang yang lam dan barang baru
yaitu First Expired First Out (FEFO).
▪ Untuk keteraturan penyimpanan semua bahan makan harus menggunakan kartu
stok.
PANDUAN ICRA PENUNJANG

RS ISLAM PKU MUHAMMADIYAH PALANGKA RAYA

Anda mungkin juga menyukai