PELAYANAN STERILISASI
Lampiran
Keputusan Direktur RSU Denisa Gresik
Nomor : SK-DEN/01/109 /IV/2019
Tentang : Kebijakan PPI
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pelayanan sterilisasi adalah kegiatan yang memproses semua bahan,
peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk pelayanan medik di rumah
sakit, mulai dari perencanaan, pengadaan, pencucian, pengemasan, pemberian
tanda, proses sterilisasi, penyimpanan dan penyalurannya untuk memenuhi
kebutuhan rumah sakit.
Untuk meningkatkan mutu pelayanan di Rumah Sakit Denisa Gresik,salah
satu sarana penunjang adalah pelayanan sterilisasi yang bertugas dalam bidang
sterilisasi dari alat medis dan linen yang tidak steril menjadi steril yang siap
dipakai untuk pelayanan di rumah sakit. Oleh karena itu perlu adanya suatu
pedoman pelayanan sterilisasi untuk mencapai hasil pelayanan sterilisasi yang
optimal yang memenuhi standar baku mutu.
2. Tujuan Pedoman
a. Tujuan Umum
1. Tercapainya kondisi lingkungan RSU Denisa yang memenuhi
persyaratan, untuk menjamin tidak terjadinya infeksi nosokomial di RSU
Denisa Gresik, khususnya yang terkait dengan sterilisasi.
2. Ikut menciptakan suasana kerja yang sehat, aman dan nyaman bagi
petugas pelaksana dalam penyelenggaraan kegiatan pelayanannya
khususnya yang terkait dengan sterilisasi
3. Upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat.
b. Tujuan Khusus
1. Mematikan ( inaktivasi ) semua mikroorganisme penyebab penyakit
termasuk endospora pada suatu bahan, alat maupun perlengkapan yang
dibutuhkan untuk pelayanan medik di RSU Denisa Gresik.
2. Mencegah terjadinya infeksi silang baik bagi pasien maupun petugas
Rumah Sakit.
3. Ruang Lingkup
Merupakan pedoman yang menetapkan adanya kegiatan pelayanan
sterilisasi di RSU Denisa Gresik, yang diselenggarakan oleh unit-unit pelayanan
terkait : Rawat Inap, Rawat Jalan, OK, Ruang Bersalin, Neonatus, IGD,
Laboratorium yang dilaksanakn oleh Petugas di Ruangan masing masing. Untuk
Ruangan yang belum ada Alat Sterilisasi maka dapat melakukan sterilisasi di
Unit Ruangan terdekat
4. Batasan Operasional.
Sterilisasi adalah suatu unit di rumah sakit yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pelayanan sterilisasi untuk memenuhi kebutuhan akan
barang/alat steril di unit rumah sakit.
Steril adalah suatu keadaan yang bebas dari mikroorganisme baik patogen
maupun apatogen beserta sporanya.
Sterilisasi adalah suatu proses pengolahan alat atau bahan yang bertujuan untuk
menghancurkan semua bentuk kehidupan mikroorganisme termasuk endospora
melalui proses fisika maupun kimia.
Disinfeksi adalah suatu tindakan untuk membebaskan/menghancurkan,
membunuh mikroorganisme baik patogen maupun apatogen tetapi tidak dengan
sporanya.
Sedangkan dekontaminasi adalah proses kimia/fisika yang digunakan untuk
menurunkan jumlah mikroorganisme pada benda mati sehingga aman untuk
digunakan lebih lanjut.
Yang dimaksud dengan pelayanan sterilisasi adalah kegiatan yang memproses
bahan, peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk pelayanan medik di
rumah sakit, mulai dari perencanaan, pengadaan, pencucian, pengemasan,
pemberian tanda, proses sterilisasi, penyimpanan dan penyalurannya untuk
memenuhi kebutuhan rumah sakit.
Pelayanan sterilisasi merupakan hal yang sangat penting dan tidak dapat
dipisahkan dengan kegiatan pelayanan kesehatan di rumah sakit, khususnya dalam
usaha menghindari infeksi silang, sehingga infeksi nosokomial dapat dicegah dan
dikendalikan.
Agar pelayanan sterilisasi dapat berjalan dengan baik sesuai standar dengan Mutu
terjamin maka pelayanan sterilisasi dilakukan di unit sterilisasi.
5. Landasan Hukum
1) Undang-Undang Negara RI No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit Bab V
Pasal 10 Ruang Steril
2) Peraturan Pemerintah RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
3) Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 38/Menkes/SK/III/2007 tanggal 27
Maret 2007, tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah
Sakit dan Fasilitas kesehatan lainnya.
4) Peraturan Menkes RI Nomor : 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar
Pelayanan RS
5) Kemenkes 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkunagan
6) Pedoman Pelayanan Pusat Sterilisasi ( Unit sterilisasi ) di Rumah Sakit, Depkes
dan Kesejahteraan Sosial RI, Dirjen Yanmed, tahun 2009
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
C.
B. Distribusi Ketenagaan
Petugas bagian sterilisasi bertugas sesuai jam kerja, bila saat libur maka
strerilisasi alat dilakukan oleh unit masing-masing
C. Pengaturan Jaga
Di lakukan setiap hari jam kerja dari jam 08.00 – 14.00 WIB. Diluar jam dinas
untuk Dekontaminasi Peralatan Medis kamar bedah dilakukan sendiri oleh
Petugas Kamar Bedah sesuai SPO Dekontaminasi Peralatan Kritikal unit
sterilisasi.
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. DENAH RUANG
Lokasi unit sterilisasi di RSU Denisa berada di sebelah ruang OK. Area unit
sterilisasi menempati area seluas kurang lebih 9 m2. Untuk keefisienan dan
keoptimalan fungsi kerja dari unit sterilisasi, maka ruangan harus tersedia
secara memadai.
B. STANDAR FASILITAS
1. Daerah / Ruang Unit Sterilisasi
Pada prinsipnya ruangan unit sterilisasi terdiri dari daerah bersih, daerah
kotor dan daerah Steril sehingga ruangan harus didesain sedemikian rupa
sehingga tidak terjadi kontaminasi silang dari daerah kotor ke daerah bersih.
Untuk menghindari kontaminasi silang di unit sterilisasi maka ruangan unit
sterilisasi RSU Denisa dibagi menjadi 3 bagian mencakup:
a. Ruang dekontaminasi
Pada ruangan ini terjadi proses penerimaan barang kotor, dekontaminasi
dan pembersihan/pencucian. Di daerah ini terdapat:
a) Loket penerimaan instrumen/alat lain
b) Beberapa bak untuk merendam dan mencuci
c) Meja untuk melakukan pengeringan
b. Daerah pengemasan
Ruang ini untuk melakukan pengemasan terhadap barang/peralatan, linen
serta penyimpan barang bersih. Pada daerah ini ada tempat penyimpanan
barang tertutup dan di sini juga dilakukan produksi kapas lidi , botol
steril, dan kassa steril
c. Daerah bersih
Tempat di mana proses sterilisasi dilakukan. Pada daerah ini terdapat:
Sterilisator
d. Daerah produksi Kassa
Tempat di mana pembuatan Kassa dilakukan.
e. Ruang Penyimpan Barang Steril
Terletak berdekatan dengan proses sterilisasi dilakukan. Ruang ini
langsung berhubungan dengan pintu belakang mesin sterilisasi dan
dilengkapi lampu ultraviolet.
C. PEMELIHARAAN PERALATAN
1. Pemeliharaan Sterilisator Secara Rutin dan Berkala
a. Mesin sterilisasi harus diperiksa dan dibersihkan setiap hari, karena
pengawasan secara periodik dan pembersihan secara rutin dapat
menurunkan kemungkinan tidak berfungsinya mesin sterilisasi.
Kebersihan juga menurunkan risiko kontaminasi terhadap barang steril.
2. Kalibrasi sterilisator
D. PEMELIHARAAN RUANGAN
1. Ruang dekontaminasi
2. Ruang pengemasan
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. JADWA PELAYANAN
Penerimaan barang on steril ; jam 08.00 - 12.00 / hari kerja
Pengaturan lalu lintas di bagian unit sterilisasi penting dilakukan dengan tujuan
mengurangi risiko terjadinya kontaminasi silang.
Metode pencucian
1. Pencucian instrumen
Untuk memastikan kebersihan, tidak merusak alat, dan untuk keamanan
pekerja.
Proses pencucian sebagai berikut;
a. Setelah proses dekontaminasi maka proses selanjutnya adalah
pembersihan/pencucian.
b. Setiap alat yang dapat dibongkar pasang, harus dibongkar sebelum
dibersihkan.
c. Pencucian alat dilakukan di bawah permukaan air untuk menghindari
aerosol
d. Petugas pencuci harus menggunakan pakaian pelindung kedap air, sarung
tangan, pelindung kaki tertutup dan masker.
e. Pencucian dilakukan dengan cara manual.
f. Untuk mencegah kerusakan pada alat pembersihan dilakukan dengan alat
anti gores. Alat-alat dengan lumen atau berlubang kecil-kecil harus
dibersihkan dengan sikat dengan diameter yang tepat. Sikat harus
didisinfeksi atau disterilkan setiap hari.
g. Setelah pencucian selesai, untuk menghilangkan deterjen lakukan
pembilasan pertama dengan air biasa bersuhu 45oC dilanjutkan
pembilasan kedua sebaiknya dengan air deionisasi atau air suling untuk
menghindari terbentuknya noda-noda pada alat stainless juga untuk
membilas pyrogen yang mungkin ada.
h. Setelah dicuci dan dibilas, alat dikeringkan dengan lap sampai kering.
2. Pencucian linen
Pencucian linen dilakukan di kamar cuci. Linen yang sudah dicuci harus
bebas dari detergen, bahan pemutih atau bahan kimia lainnya yang dapat
bereaksi dengan uap sehingga menyebabkan perubahan warna pada
instrumen atau menimbulkan perubahan kimia pada alat di dalam kemasan.
DISINFEKTAN
PENGEMASAN
3. CAKUPAN KEGIATAN
Kegiatan pelayanan sterilisasi dalam upaya mencegah terjadinya infeksi nokomial dan
menurunkan angka kejadian infeksi nosokomial dilakukan dengan :
1. Menyusun SOP yang terkait dengan kegiatan sterilisasi di RSU Denisa Gresik
serta memantau dan mengevaluasi pelaksanaannya bahwa seluruh kegiatan
pengendalian infeksi nosokomial di RSU Denisa Gresik diselenggarakan
berpedoman pada buku pedoman dan SOP yang telah disusun dan ditetapkan.
2. Menyususn program kegiatan pelayanan sterilisasi meliputi : Perencanaan,
pengadaan, pencucian, pengemasan, pemberian tanda, proses sterilisasi,
penyimpanan dan penyalurannya barang steril.
3. Melaksanakan kegiatan sterilisasi sesuai dengan SOP yang ada.
4. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan program – program tersebut diatas.
5. Pencatatan tentang penerimaan dan pendistribusian semua barang yang disterilkan
oleh petugas sterilisasi dan ruang terkait.
4. PENGORGANISASIAN
1. Petugas Sterilisasi bertanggung jawab melaksanakan pedoman pelayanan
sterilisasi di RSU Denisa Gresik.
2. Petugas Sterilisasi ( unit – unit pelayanan ) bertanggung jawab atas
terselenggaranya kegiatan pelayanan sterilisasi di RSU Denisa Gresik :
a. Kegiatan pelayanan sterilisasi di RSU Denisa Gresik dilakukan oleh bagian
pelayanan sterilisasi dalam struktur organisasi sterilisasi.
b. Kegiatan untuk merencanakan mengenai jumlah dan jadwal bahan / alat /
perlengkapan yang akan disterilisasi dilakukan oleh masing – masing unit terkait
sesuai dengan kebutuhannya.
c. Kegiatan pengadaan alat / bahan yang dibutuhkan untuk kegiatan pelayanan
sterilisasi, maka perencanaannya adalah oleh penanggungjawab pelayanan
sterilisasi berkoordinasi dengan pelaksana urusan pengadaan logistik
d. Kegiatan penyiapan alat sebelum di sterilisasi :
- Untuk linen maka pencucian, penyeterikaan dan pelipatan linen dilakukan oleh
unit kerja laundy.
- Untuk alat medik, maka dekontaminasi, pencucian dan pengemasan serta
pemberian tanda dilakukan oleh masing – masing unit pelayanan terkait.
e. Kegiatan proses sterilisasi, penyimpanan barang steril dan penyaluran barang
steril dilakukan oleh bagian pelayanan sterilisasi dalam instalasi
f. Untuk unit / instalasi yang mempunyai sterilisator maka semua kegiatan
sterilisasi dari penyiapan sampai dengan peyimpanan dilakukan oleh unit /
instalasi bersangkutan dengan pengawasan penanggung jawab sterilisasi di RSU
Denisa Gresik.
Sehubungan dengan kegiatan pelayanan sterilisasi di RSU Denisa Gresik masih
dibawah koordinasi penanggung jawab pelayanan sterilisasi maka
pengorganisasiannya didasarkan pada struktur organisasi sterilisasi
5. ALUR KEGIATAN PELAYANAN STERILISASI
Keterangan :
1. Alat / linen belum steril yang sudah dikemas dikirim kebagian pelayanan
sterilisasi oleh petugas ruangan masing -masing
2. Alat / linen yang sudah steril diambil oleh ruangan yang bersangkutan.
1
OK Laundry
2
3 4
Bagian pelayanan
Sterilisasi
Keterangan :
1. Linen kotor setelah operasi diambil oleh petugas laundry dari kamar operasi.
2. Linen bersih setelah dicuci dan dikemas sesuai kebutuhan oleh petugas laundry
diantar kekamar operasi.
3. Linen/alat yang belum steril diantar oleh petugas kamar operasi kebagian
pelayanan sterilisasi.
4. Linen / alat yang sudah disteril diambil oleh petugas kamar operasi .
6. SASARAN
Sasaran kegiatan pelayanan sterilisasi terutama adalah para petugas pelaksana kegiatan
sterilisasi di seluruh unit – unit pelayanan terkait.
BAB V
LOGISTIK
3. Bahan/zat kimia
a. Deterjen
b. Disinfektan: Clorin
c. Pembersih lantai, dinding/ruangan
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
Kejadian infkesi Nosokomial adalah infeksi yang didapat atau timbul pada waktu
pasien dirawat dirumah sakit. Bagi pasien di rumah sakit infeksi nosokomial
merupakan persoalan serius yang dapat menjadi penyebab langsung maupun tidak
langsung kematian pasien.
Beberapa kejadian infeksi nosokomial mungkin tidak menyebabkan kematian
pasien namun menyebabkan pasien dirawat lebih lama di rumah sakit ini berarti
pasien membayar lebih mahal.
Proses Melakukan
Keselamatan pasien
Dekontaminasi Dekontaminasi
Tidak sesuai SPO
-Human Error
Proses -Mekanik Keselamatan pasien
Strerilisasi -Kesalahan-kesalahan
pengelolaan peralatan
medis
Penyimpanan - Ruang Penyimpanan tidak
standar Keselamatan pasien
dan Distribusi
Peralatan Steril - Transportasi yang tidak
benar
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
2. Proses sterilisasi
Pengoperasian mesin sterilisasi hanya boleh dilakukan oleh petugas terlatih
yang telah mendapat pelatihan tentang prinsip dasar sterilisasi dan cara
menggunakan mesin sterilisasi yang benar, sehingga kemungkinan terjadinya
kecelakaan kerja dapat diperkecil dan upaya penyediaan barang steril lebih
terjamin.
Jenis luka yang dapat terjadi di daerah ini meliputi luka bakar pada kulit
maupun selaput lendir yang disebabkan oleh kelalaian pada penggunaan zat
kimia maupun akibat terlalu dekatnya posisi terhadap sumber panas (misalnya
sterilisator uap, sterilisator panas kering). Selain itu juga dapat terjadi luka
pada mata akibat cipratan zat kimia, sehingga diperlukan alat pelindung mata.
Saran tindakan aman
a. Gunakan sarung tangan tahan panas pada saat menangani obyek bersuhu
tinggi.
b. Hati-hati pada saat menggunakan “sealer panas” dan pemotong kantong
sterilisasi (pouches).
c. Pengoperasian mesin sterilisasi hanya boleh dilakukan oleh petugas terlatih.
2. NATRIUM HIPOKLORIT
Larutan Natrium Hipoklorit (NaOCl) 5-10% biasa digunakan sebagai pemutih
(contoh Bayclin). Selain itu, larutan ini juga digunakan sebagai disinfektan.
Pada konsentrasi >20% zat ini bersifat korosif dan bila tertelan akan
berbahaya karena jika kontak dengan asam lambung akan melepaskan asam
klorat dan gas klor bebas dalam lambung yang apabila terhirup dapat
menyebabkan kerusakan paru-paru.
Bahaya utama terhadap kesehatan
Inhalasi : Bila terhirup, tenggorokan akan terasa sakit, iritasi saluran
pernafasan, batuk, sesak nafas dan edema paru-paru.
Kontak kulit : Kulit memerah, terasa perih, iritasi lokal dan erupsi.
Kontak mata : Mata memerah, korosif, perih, penglihatan kabur.
Tertelan : Pada konsentrasi 3%-5% mulut dan tenggorokan terasa
terbakar, iritasi mulut dan faring, edema faring dan
laring, mual, muntah. Pada konsentrasi lebih pekat nyeri
telan, salivasi, tenggorokan, dan perut terasa sangat nyeri.
b. Indikator Bowie-dick
Indikator ini digunakan untuk menilai efisiensi pompa vakum pada alat
sterilisasi, serta untuk mengetahui adanya kebocoran udara dalam ruang
sterilisasi. Indikator ini hanya digunakan pada metode sterilisasi uap
panas yang menggunakan sistem vakum. Bila alat sterilisasi sudah
dilengkapi dengan perangkat untuk menguji kebocoran udara, maka
tidak perlu lagi dilakukan tes Bowie-Dick.
Tes Bowie-Dick dilakukan dengan Bowie-Dick dengan kemasan kertas
dan dalam kemasan tabung. Lembar tes Bowie-dick diletakkan di
tengah-tengah kemasan. Kemasan uji dimasukkan dalam sterilisator
yang kosong, tepatnya di bagian depan bawah, di atas drain. Kemudian
dilakukan sterilisasi pada suhu 132oC-134oC selama 3,5 - 4 menit
(perhitungan waktu mulai dilakukan saat suhu menunjukkan 132oC).
Setelah selesai, lembaran tes dievaluasi. Hasil yang baik ditandai
dengan perubahan warna dari putih menjadi hitam merata. Bila warna
tidak merata, maka diduga masih ada udara yang tertinggal dalam ruang
sterilisasi yang berarti kerusakan pompa vakum dari alat.
Indikator kimia lainnya meliputi indikator kelas 3 (Indikator single
parameter),
kelas 4 (Indikator multiparameter), kelas 5 (Integrator), dan kelas 6
(Emulgator)
tidak dilakukan di Unit Sterilisasi Rumah Sakit RK.Charitas, karena
tidak direkomendasikan oleh berbagai organisasi (AAMI, AORN, CDC,
JC) sebagai bagian dari program jaminan sterilitas.
3. Indikator Biologi
Adalah sediaan berisi populasi mikroorganisme spesifik dalam bentuk
spora yang bersifat resisten terhadap beberapa parameter yang
terkontrol dan terukur dalam suatu proses sterilisasi tertentu.
Prinsip kerja dari indikator biologi adalah dengan mensterilkan spora
hidup yang non patogenik dan sangat resisten dalam jumlah tertentu.
Apabila selama proses sterilisasi spora tersebut terbunuh, maka
diasumsikan bahwa mikroorganisme lainnya juga ikut terbunuh dan
benda yang disterilkan bisa disebut steril. Indikator biologi tersedia
untuk metode sterilisasi uap panas, gas etilen oksid dan panas kering.
Indikator biologi yang digunakan adalah ampul Attest. Ampul
dimasukkan pada bagian tengah kemasan uji. Kemasan uji tersebut
diletakkan pada bagian depan bawah di atas drain, bersama barang lain
yang akan disterilkan. Lakukan sterilisasi sesuai suhu yang diinginkan.
Setelah sterilisasi selesai, indikator diaktifkan (ampul dipecah),
kemudian dimasukkan dalam inkubator (suhu 57oC selama 24-48 jam).
Bila selama proses sterilisasi spora terbunuh, maka tidak akan terjadi
perubahan warna (tetap berwarna ungu). Ini berarti proses sterilisasi
telah tercapai. Sebaliknya bila spora dapat bertahan maka dalam media
pertumbuhan akan terjadi pembentukan asam yang dapat
mengakibatkan perubahan warna.
Sampai saat ini indikator biologi merupakan referensi dasar untuk
menentukan tercapainya kondisi steril.
BAB IX
PENUTUP
Direktur
Rumah Sakit Umum Denisa Gresik