Anda di halaman 1dari 37

PEDOMAN

PELAYANAN STERILISASI

RUMAH SAKIT UMUM DENISA GRESIK


2018

Alamat : Jln. DR.Wahidin Sudiro Husodo No.736 Gresik


Telepon : (031 ) 3950552
Faximile : (031) 3958599
E-mail : rsdenisa@yahoo.com
Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo 736 Gresik Telp. (031) 3950552, 3958499 Fax.(031)3958599

Lampiran
Keputusan Direktur RSU Denisa Gresik
Nomor : SK-DEN/01/109 /IV/2019
Tentang : Kebijakan PPI

PEDOMAN PELAYANAN STERILISASI


DI RUMAH SAKIT UMUM DENISA GRESIK

BAB 1
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Pelayanan sterilisasi adalah kegiatan yang memproses semua bahan,
peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk pelayanan medik di rumah
sakit, mulai dari perencanaan, pengadaan, pencucian, pengemasan, pemberian
tanda, proses sterilisasi, penyimpanan dan penyalurannya untuk memenuhi
kebutuhan rumah sakit.
Untuk meningkatkan mutu pelayanan di Rumah Sakit Denisa Gresik,salah
satu sarana penunjang adalah pelayanan sterilisasi yang bertugas dalam bidang
sterilisasi dari alat medis dan linen yang tidak steril menjadi steril yang siap
dipakai untuk pelayanan di rumah sakit. Oleh karena itu perlu adanya suatu
pedoman pelayanan sterilisasi untuk mencapai hasil pelayanan sterilisasi yang
optimal yang memenuhi standar baku mutu.
2. Tujuan Pedoman
a. Tujuan Umum
1. Tercapainya kondisi lingkungan RSU Denisa yang memenuhi
persyaratan, untuk menjamin tidak terjadinya infeksi nosokomial di RSU
Denisa Gresik, khususnya yang terkait dengan sterilisasi.
2. Ikut menciptakan suasana kerja yang sehat, aman dan nyaman bagi
petugas pelaksana dalam penyelenggaraan kegiatan pelayanannya
khususnya yang terkait dengan sterilisasi
3. Upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat.
b. Tujuan Khusus
1. Mematikan ( inaktivasi ) semua mikroorganisme penyebab penyakit
termasuk endospora pada suatu bahan, alat maupun perlengkapan yang
dibutuhkan untuk pelayanan medik di RSU Denisa Gresik.
2. Mencegah terjadinya infeksi silang baik bagi pasien maupun petugas
Rumah Sakit.
3. Ruang Lingkup
Merupakan pedoman yang menetapkan adanya kegiatan pelayanan
sterilisasi di RSU Denisa Gresik, yang diselenggarakan oleh unit-unit pelayanan
terkait : Rawat Inap, Rawat Jalan, OK, Ruang Bersalin, Neonatus, IGD,
Laboratorium yang dilaksanakn oleh Petugas di Ruangan masing masing. Untuk
Ruangan yang belum ada Alat Sterilisasi maka dapat melakukan sterilisasi di
Unit Ruangan terdekat
4. Batasan Operasional.
Sterilisasi adalah suatu unit di rumah sakit yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pelayanan sterilisasi untuk memenuhi kebutuhan akan
barang/alat steril di unit rumah sakit.
Steril adalah suatu keadaan yang bebas dari mikroorganisme baik patogen
maupun apatogen beserta sporanya.
Sterilisasi adalah suatu proses pengolahan alat atau bahan yang bertujuan untuk
menghancurkan semua bentuk kehidupan mikroorganisme termasuk endospora
melalui proses fisika maupun kimia.
Disinfeksi adalah suatu tindakan untuk membebaskan/menghancurkan,
membunuh mikroorganisme baik patogen maupun apatogen tetapi tidak dengan
sporanya.
Sedangkan dekontaminasi adalah proses kimia/fisika yang digunakan untuk
menurunkan jumlah mikroorganisme pada benda mati sehingga aman untuk
digunakan lebih lanjut.
Yang dimaksud dengan pelayanan sterilisasi adalah kegiatan yang memproses
bahan, peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk pelayanan medik di
rumah sakit, mulai dari perencanaan, pengadaan, pencucian, pengemasan,
pemberian tanda, proses sterilisasi, penyimpanan dan penyalurannya untuk
memenuhi kebutuhan rumah sakit.
Pelayanan sterilisasi merupakan hal yang sangat penting dan tidak dapat
dipisahkan dengan kegiatan pelayanan kesehatan di rumah sakit, khususnya dalam
usaha menghindari infeksi silang, sehingga infeksi nosokomial dapat dicegah dan
dikendalikan.
Agar pelayanan sterilisasi dapat berjalan dengan baik sesuai standar dengan Mutu
terjamin maka pelayanan sterilisasi dilakukan di unit sterilisasi.
5. Landasan Hukum
1) Undang-Undang Negara RI No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit Bab V
Pasal 10 Ruang Steril
2) Peraturan Pemerintah RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
3) Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 38/Menkes/SK/III/2007 tanggal 27
Maret 2007, tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah
Sakit dan Fasilitas kesehatan lainnya.
4) Peraturan Menkes RI Nomor : 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar
Pelayanan RS
5) Kemenkes 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkunagan
6) Pedoman Pelayanan Pusat Sterilisasi ( Unit sterilisasi ) di Rumah Sakit, Depkes
dan Kesejahteraan Sosial RI, Dirjen Yanmed, tahun 2009
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Nama Jabatan Pendidikan Jumlah
Kebutuhan
Ka Unit SI Farmasi 1
Pelaksana D3 Keperawatan 1
B.

C.

B. Distribusi Ketenagaan

Petugas bagian sterilisasi bertugas sesuai jam kerja, bila saat libur maka
strerilisasi alat dilakukan oleh unit masing-masing

C. Pengaturan Jaga
Di lakukan setiap hari jam kerja dari jam 08.00 – 14.00 WIB. Diluar jam dinas
untuk Dekontaminasi Peralatan Medis kamar bedah dilakukan sendiri oleh
Petugas Kamar Bedah sesuai SPO Dekontaminasi Peralatan Kritikal unit
sterilisasi.
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANG

Lokasi unit sterilisasi di RSU Denisa berada di sebelah ruang OK. Area unit
sterilisasi menempati area seluas kurang lebih 9 m2. Untuk keefisienan dan
keoptimalan fungsi kerja dari unit sterilisasi, maka ruangan harus tersedia
secara memadai.

B. STANDAR FASILITAS
1. Daerah / Ruang Unit Sterilisasi
Pada prinsipnya ruangan unit sterilisasi terdiri dari daerah bersih, daerah
kotor dan daerah Steril sehingga ruangan harus didesain sedemikian rupa
sehingga tidak terjadi kontaminasi silang dari daerah kotor ke daerah bersih.
Untuk menghindari kontaminasi silang di unit sterilisasi maka ruangan unit
sterilisasi RSU Denisa dibagi menjadi 3 bagian mencakup:
a. Ruang dekontaminasi
Pada ruangan ini terjadi proses penerimaan barang kotor, dekontaminasi
dan pembersihan/pencucian. Di daerah ini terdapat:
a) Loket penerimaan instrumen/alat lain
b) Beberapa bak untuk merendam dan mencuci
c) Meja untuk melakukan pengeringan
b. Daerah pengemasan
Ruang ini untuk melakukan pengemasan terhadap barang/peralatan, linen
serta penyimpan barang bersih. Pada daerah ini ada tempat penyimpanan
barang tertutup dan di sini juga dilakukan produksi kapas lidi , botol
steril, dan kassa steril
c. Daerah bersih
Tempat di mana proses sterilisasi dilakukan. Pada daerah ini terdapat:
Sterilisator
d. Daerah produksi Kassa
Tempat di mana pembuatan Kassa dilakukan.
e. Ruang Penyimpan Barang Steril
Terletak berdekatan dengan proses sterilisasi dilakukan. Ruang ini
langsung berhubungan dengan pintu belakang mesin sterilisasi dan
dilengkapi lampu ultraviolet.

1. Persyaratan Ruang Unit sterilisasi


a. Ruang dekontaminasi.
Beberapa persyaratan yang harus diperhatikan pada ruang dekontaminasi
antara lain:
a) Udara harus dihisap (ada exhaust udara) ke luar gedung dengan
pergantian udara 10 kali perjam.
b) Ruangan Dekontaminasi menggunakan sistem tekanan negatif tidak
akan mencemari ruangan lain.
c) Tidak boleh menggunakan kipas angin.
d) Suhu antara 18 oC – 22 oC, dengan kelembaban antara 35 % -75 %.
e) Ruangan tidak boleh becek dan licin.
f) Lantai dipel atau divacum basah minimal sekali sehari.
g) Bak pencuci, meja kerja dan peralatan dibersihkan dan didisinfeksi
minimal sekali sehari
h) Apabila ada tumpahan darah langsung dibersihkan dan didisinfeksi
dengan disinfektan.
i) Rak-rak penyimpanan, dinding, langit-langit, ventilasi AC dan alat
lain (lampu, sprinkler, ducting, dan sebagainya) dibersihkan secara
teratur.
j) Prosedur kontrol terhadap binatang perusak (serangga, tikus, dsb).
k) Sampah dibuang minimal sekali sehari.
l) Pemisahan sampah infeksius dan non infeksius

b. Ruang penyimpanan barang steril


Beberapa hal yang harus diperhatikan:
a) Penerangan harus memadai.
b) Suhu antara 18 oC – 22 oC.
c) Kelembaban antara 35% - 75%.
d) Ventilasi menggunakan sistem tekanan positif dengan efisiensi
filtrasi partikulat antara 90%-95% (untuk partikulat berukuran 0,5
mikron).
e) Dinding dan lantai terbuat dari bahan halus dan kuat sehingga mudah
dibersihkan.
f) Letak Rak penyimpanan barang steril 19-24 cm dari lantai dan
minimum 43 cm dari langit-langit serta 5 cm dari dinding.
g) Harus diupayakan untuk menghindari penumpukan debu pada
kemasan.
h) Barang steril tidak disimpan dekat wastafel atau saluran pipa
lainnya.
i) Akses ke ruangan penyimpanan steril dibatasi hanya kepada petugas
yang terlatih, bebas dari penyakit menular dan menggunakan pakaian
pelindung khusus ruang steril.

C. PEMELIHARAAN PERALATAN
1. Pemeliharaan Sterilisator Secara Rutin dan Berkala
a. Mesin sterilisasi harus diperiksa dan dibersihkan setiap hari, karena
pengawasan secara periodik dan pembersihan secara rutin dapat
menurunkan kemungkinan tidak berfungsinya mesin sterilisasi.
Kebersihan juga menurunkan risiko kontaminasi terhadap barang steril.

b. Beberapa hal yang harus dibersihkan setiap hari meliputi:


a) recording charts dan jarum penunjuk
b) gasket pintu
c) bagian dalam chamber dan permukaan lainnya.
d) Pembersihan mingguan dan pengawasan lainnya sesuai dengan yang
disarankan produsen mesin.

c. Beberapa hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan pemeliharaan


rutin sterilisator:

a) Produsen mesin harus membuat instruksi tertulis untuk pemeliharaan


mesin sterilisasi. Pemeliharaan ini harus dilakukan oleh orang yang
ahli.
Perhatikan pemeliharaan dan penggantian komponen-komponen
yang aus,
seperti filter, perangkap steam (steam traps), pipa drainase, valve
dan gasket pintu.
Pemeliharaan dapat dilakukan oleh petugas rumah sakit yang
terlatih, produsen alat atau perusahaan pemberi jasa pemeliharaan
yang berkualifikasi.
b) Untuk perbaikan rutin terhadap komponen umum dapat dilakukan
oleh pihak rumah sakit setelah mendapat pelatihan dari supplier.
c) Perbaikan terhadap komponen peralatan rutin hanya dilakukan oleh
pihak yang mampu melakukannya.
d) Teknisi yang terlibat dalam pemeliharaan peralatan harus dilatih oleh
lembaga berwenang atau pihak pembuat mesin sterilisasi tersebut.

Beberapa hal yang harus diperhatikan sebagai upaya pemeliharaan dan


pencegahan kerusakan:
a) Garansi selama masa tertentu.
b) Suku cadang pokok harus tersedia.
c) Sebaiknya dilakukan kontrak servis baik dengan pihak suplier atau
pihak
lain yang kompeten.
e) Stabilisator voltase berikut saklar otomatis ke generator untuk
keperluan
darurat.
f) Kondisi lingkungan, suhu dan kelembaban yang memadai.

2. Kalibrasi sterilisator

Kalibrasi terhadap mesin sterilisasi sangat penting dilakukan untuk


menjamin bahwa mesin sterilisasi bekerja dengan baik dan efektif, serta
dapat diandalkan. Kalibrasi secara periodik harus dilakukan sesuai
instruksi manual produsen mesin, misal setahun sekali.
Beberapa hal yang harus dikalibrasi meliputi pengukur suhu dan tekanan,
timer, dan elemen pencatat lainnya. Kalibrasi ulang harus dilakukan bila
komponen ini mengalami perbaikan. Kalibrasi harus dilakukan oleh orang
yang terlatih khususnya terhadap jenis mesin yang akan dikalibrasi.

D. PEMELIHARAAN RUANGAN
1. Ruang dekontaminasi

a. Usahakan lantai tidak basah/becek, bila basah harus segera dikeringkan.


b. Ruangan dan peralatan dibersihkan setiap hari: lantai, meja, alat-alat,
dan washbak menggunakan disinfektan.
c. Jangan lupa memakai APD pada waktu membersihkan ruang
dekontaminasi
d. Jangan lupa mencuci tangan sebelun dan setelah membersihkan
e. Setiap malam setelah selesai sift sore, hidupkan lampu ultraviolet
hingga pagi hari sebelum mulai sift pagi.

2. Ruang pengemasan

a. Lantai, peralatan, meja, kursi, almari dibersihkan setiap hari sebelum


dan setelah bekerja
b. Cucilah tangan sesuai prosedur, siapkan semua peralatan yang
diperlukan (kain pel, lap, ember, disinfektan) dan pakailah APD
sebelum mulai pembersihan
c. Peralatan, meja, kursi dan almari dibersihkan dengan cara mengelap
dengan lap yang dibasahi larutan disinfektan (misal presept)
d. Lantai dibersihkan dengan cara mengepel dengan kain pel yang
dicelupkan dalam larutan clorin 5%
e. Setelah selesai mengelap maupun mengepel, lantai maupun peralatan
dikeringkan dengan lap kering
f. Setelah kegiatan selesai, peralatan dicuci dan dikeringkan, simpan di
tempat khusus dalam keadaan siap pakai.
g. Cucilah tangan kembali.

3. Pembersihan dan sterilisasi ruang steril


Cara pembersihan hampir sama dengan ruang pengemasan, perbedaannya
adalah:
a. semua peralatan yang digunakan harus disterilkan terlebih dahulu
b. petugas harus mengenakan APD khusus ruang steril ( baju, topi, masker,
alas kaki khusus).
c. Sterilisasi ruangan dilakukan dengan sinar ultraviolet. Penyinaran
dilakukan tiap hari, setelah shift sore pulang. Sinar Ultraviolet akan
menyala selama 15 setelah 15 menit secara otomatis sinar ultraviolet
akan mati dengan sendirinya.
d. Setiap hari jumat dilakukan pembersihan lantai dan dinding dengan clorin
5%

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. JADWA PELAYANAN
Penerimaan barang on steril ; jam 08.00 - 12.00 / hari kerja

 LALU LINTAS DI UNIT STERILISASI

Pengaturan lalu lintas di bagian unit sterilisasi penting dilakukan dengan tujuan
mengurangi risiko terjadinya kontaminasi silang.

a. Lalu lintas petugas unit sterilisasi ;


 Sarana yang harus ada: perlengkapan khusus, batas daerah bersih dan
kotor.
 Petugas membuka alas kaki dan mengganti pakaian dengan pakaian
khusus atau mengenakan skort.
 Pakaian petugas disimpan dalam loker yang telah disediakan, sepatu
diletakkan pada tempat yang disediakan.
 Petugas yang bertugas di ruang dekontaminasi masuk ke ruang
dekontaminasi. Pada waktu bekerja di ruang dekontaminasi harus
mengenakan alat pelindung diri berupa skort plastik, masker, topi, kaca
mata pelindung, dan sepatu tahan air.
 Petugas yang bertugas di ruang pengepakan dan ruang mesin langsung
masuk ke ruang tersebut dan mengenakan alas kaki khusus dan penutup
kepala.
 Petugas ruang steril harus mengenakan perlengkapan ruang steril di ruang
ganti sebelum masuk ke ruang tersebut.
 Petugas ruang dekontaminasi tidak boleh memasuki ruang pengemasan
dan ruang steril, demikian juga sebaliknya.
 Bila. sudah selesai bekerja, petugas keluar memasuki jalur yang sama
dengan meletakkan perlengkapan yang sudah dipakai pada tempat yang
sudah ditentukan.
b. Lalu lintas barang/alat
1. Sarana untuk lalu lintas alat
- Ruang dekontaminasi dilengkapi loket
- Ruang pengepakan alat-alat sebelum disterilkan
- Ruang penyimpanan alat steril
- Alat pengangkut/kontainer
2. Prosedur
 Setelah digunakan, barang/alat kotor dari kamar bedah direndam
dalam larutan disinfektan di dalam kontainer tertutup berisi larutan
enzymatic (kontainer onsteril).
 Satu kontainer berisi 1 paket instrumen.
 Bagian luar kontainer diberi label yang menjelaskan isi kontainer.
Prosedur ini dilakukan oleh petugas unit sterilisasi yang ada di kamar
bedah.
 Kontainer yang berisi instrumen kotor tersebut kemudian dibawa ke
ruang dekontaminasi unit sterilisasi menggunakan troli onsteril
(tertutup),Barang dimasukkan ke ruang dekontaminasi melalui loket
onsteril.
 Barang/alat dari bagian/unit lain dicuci dan dikemas di bagian
masing-masing, kemudian dibawa ke unit sterilisasi menggunakan
container tertutup melalui pintu onsteril, selanjutnya diserahkan
kepada petugas unit sterilisasi lewat loket ruang dekontaminasi.
Barang ini kemudian dimasukkan ke ruang sterilisasi melalui loket
untuk disterilkan.
 Barang/alat kotor dari kamar bedah dicuci dan dikeringkan,
kemudian dimasukkan ke ruang pengemasan, dikemas dan
disterilkan.
 Linen bersih dari laundry dikirim ke unit sterilisasi melalui loket linen
bersih, sudah dikemas menurut kebutuhan IBS dan disterilkan.
 Barang/alat yang telah disterilkan disimpan di dalam almari khusus di
ruang steril.
 Barang/alat steril didistribusikan melalui loket ruang distribusi (loket
steril).

C . Lalu lintas petugas unit lain


 Petugas unit lain hanya boleh memasuki area unit sterilisasi baik melalui
pintu onsteril maupun pintu steril bila mempunyai keperluan yang
berhubungan dengan sterilisasi barang/alat.
 Petugas unit lain dilarang memasuki ruang kerja unit sterilisasi, kecuali
ruang kantor.
 Keperluan yang berhubungan pengiriman dan distribusi barang dilayani
melalui loket.
 Lalu lintas petugas yang membawa barang onsteril adalah sebagai berikut:
 masuk melalui pintu onsteril – barang diserahkan di loket onsteril – keluar
melalui pintu onsteril.
 Lalu lintas petugas yang mengambil barang steril adalah sebagai berikut:
masuk melalui pintu steril – barang diambil melalui loket steril – keluar
melalui pintu steril.
 DEKONTAMINASI

Dekontaminasi adalah suatu proses fisika / kimia yang digunakan untuk


menurunkan jumlah mikroorganisme sehingga peralatan aman untuk
pemakaian selanjutnya. Termasuk di dalamnya adalah pembersihan, disinfeksi
dan sterilisasi. Dekontaminasi dilakukan berdasarkan anggapan bahwa semua
peralatan telah terkontaminasi dan potensial menyebabkan infeksi.

Prosedur dekontaminasi pada dasarnya terdiri dari:


a. Penyortiran
Langkah pertama dalam proses dekontaminasi dimulai setelah peralatan,
instrumen atau alat lainnya digunakan pada pasien dan dianggap
terkontaminasi. Peralatan pakai ulang (reusable) dipisahkan dari peralatan
sekali pakai (dispossable) pada titik penggunaan.
b.Perendaman
Peralatan pakai ulang harus dikondisikan lembab atau basah untuk mencegah
pengeringan materi organik pada peralatan tersebut dan untuk memperlunak
materi organik tersebut sehingga memudahkan pada saat pembersihan. Cairan
untuk merendam alat berupa disinfektan atau larutan enzimatik. Larutan
Enzym yang dipakai adalah Helyzym / Alkazym yang berfungsi sebagai
enzymatic cleaner, detergente enzimatico dan enzymatisch. Kemudian
peralatan ini diantar ke ruang dekontaminasi tanpa mengkontaminasi pasien,
staf medis maupun fasilitas kesehatan.
Peralatan medis harus ditransportasikan ke ruang dekontaminasi dalam wadah
plastik anti bocor bertutup untuk menghindari tumpahnya cairan perendam.
Semua peralatan medis terkontaminasi harus diantarkan ke unit sterilisasi
melalui ruang dekontaminsi.
Dekontaminasi instrumen dilakukan dengan cara merendam dalam larutan
disinfektan (direndam dalam larutan Stabimed konsentrasi 2 % ( perbandingan
1 liter air + 20 cc larutan Stabimed ) selama 15 menit)
c. Pembersihan / Pencucian
Tujuan utama pembersihan adalah menghilangkan kotoran terlihat,
menghilangkan kotoran tidak terlihat dan menghilangkan sebanyak mungkin
mikroorganisme berbahaya dengan memperhatikan aspek fundamental
pembersihan.
Beberapa aspek fundamental proses pembersihan yang harus diketahui oleh
staf unit sterilisasi adalah sebagai berikut:
1. Materi organik yang menempel pada permukaan instrumen atau peralatan
medis lain bukan hanya merupakan media bagi pertumbuhan
mikroorganisme tetapi juga akan mempengaruhi efektifitas proses sterilisasi.
2. Rekomendasi pembersihan alat/instrumen dari pabrik pembuatnya harus
selalu diikuti secara seksama.
3. Semua alat/instrumen yang dapat dibongkar-pasang harus dibongkar pada
saat akan dibersihkan. Hal ini merupakan persyaratan mutlak proses
pembersihan.
4. Friksi merupakan dasar proses pembersihan manual, sedangkan deterjen
berperan mengikat kotoran sehingga kotoran mudah rontok pada saat
dibersihkan.
5. Sebagai aturan baku pembersihan, setiap barang/item harus mengalami
pemeriksaan pada setiap tahapan proses yang dilalui baik pada saat
penerimaan, pengemasan maupun pada titik pemakaian.
6. Banyak peralatan maupun bahan pencuci memiliki sifat inkompatibilitas.
Oleh karena itu sangat penting bagi operator pencucian mengetahui dengan
pasti pemakaian pencuci mana yang tepat untuk peralatan tertentu.
Untuk memulai pencucian, alat-alat harus:
- dibongkar jika dirakit lebih dari 1 komponen dan dibuka semua
sambungannya untuk memastikan seluruh permukaan tercuci bersih
- disortir berdasarkan metode pembersihan
- dibersihkan sebelum sterilisasi karena uap tidak dapat meresap dan
membunuh mikroorganisme jika alat-alat tidak dibersihkan dengan baik
terlebih dahulu.

d.Bahan-bahan pencuci (cleaning agent)


Bahan pencuci yang baik adalah bahan pencuci yang dapat menghilangkan
sisa-sisa kotoran organik tanpa merusak alat. Untuk mendapatkan kedua hal
tersebut maka bahan pencuci harus:
o Sesuai dengan bahan, alat dan metode mencuci yang dipilih:
o Pemilihan bahan pencuci sedapat mungkin mengikuti rekomendasi dari
produsen alat, selain juga bergantung pada tipe kotoran yang ada. Pada
umumnya, protein lebih mudah dihilangkan dengan detergen yang bersifat
basa. Garam mineral lebih mudah dihilangkan dengan detergen asam.
Pemilihan bahan pencuci dan metode mencuci harus ditetapkan sebelum
proses dijalankan, jika tidak, dapat terjadi kerusakan pada alat atau alat
pencuci.
o Tentukan banyaknya detergen yang diperlukan, tergantung pada
kandungan garam mineral dalam air. Jika kandungan garam mineral dalam
air sedikit, gunakan sedikit detergen. Sebaliknya, jika kandungan garam
mineral dalam air lebih banyak, gunakan lebih banyak detergen.
o Pertimbangkan untuk menggunakan enzim pelarut protein untuk alat-alat
yang memiliki lumen/lubang atau sambungan.

Metode pencucian
1. Pencucian instrumen
Untuk memastikan kebersihan, tidak merusak alat, dan untuk keamanan
pekerja.
Proses pencucian sebagai berikut;
a. Setelah proses dekontaminasi maka proses selanjutnya adalah
pembersihan/pencucian.
b. Setiap alat yang dapat dibongkar pasang, harus dibongkar sebelum
dibersihkan.
c. Pencucian alat dilakukan di bawah permukaan air untuk menghindari
aerosol
d. Petugas pencuci harus menggunakan pakaian pelindung kedap air, sarung
tangan, pelindung kaki tertutup dan masker.
e. Pencucian dilakukan dengan cara manual.
f. Untuk mencegah kerusakan pada alat pembersihan dilakukan dengan alat
anti gores. Alat-alat dengan lumen atau berlubang kecil-kecil harus
dibersihkan dengan sikat dengan diameter yang tepat. Sikat harus
didisinfeksi atau disterilkan setiap hari.
g. Setelah pencucian selesai, untuk menghilangkan deterjen lakukan
pembilasan pertama dengan air biasa bersuhu 45oC dilanjutkan
pembilasan kedua sebaiknya dengan air deionisasi atau air suling untuk
menghindari terbentuknya noda-noda pada alat stainless juga untuk
membilas pyrogen yang mungkin ada.
h. Setelah dicuci dan dibilas, alat dikeringkan dengan lap sampai kering.
2. Pencucian linen
Pencucian linen dilakukan di kamar cuci. Linen yang sudah dicuci harus
bebas dari detergen, bahan pemutih atau bahan kimia lainnya yang dapat
bereaksi dengan uap sehingga menyebabkan perubahan warna pada
instrumen atau menimbulkan perubahan kimia pada alat di dalam kemasan.

 DISINFEKTAN

Disinfektan adalah bahan yang dapat


membebaskan/menghancurkan/membunuh mikroorganisme baik patogen
maupun apatogen tetapi tidak beserta sporanya.
Pemilihan disinfektan didasarkan pada tujuan pemakaian dan derajat
disinfeksi yang diharapkan, kompatibilitas disinfektan dengan alat medis,
harga, keamanan dan kemudahan penggunaannya. Rasionalisasi pendekatan
dalam pemilihan disinfektan dikemukakan oleh Dr. E.H. Spaulding. Beliau
mengklasifikasikan peralatan medis menjadi 3 kategori berdasarkan risiko
infeksi yang mungkin terjadi pada saat alat tersebut digunakan pada pasien.
Pendekatan ini juga dipakai oleh CDC (Centers for Disease Control) dan
AAMI (Association for the Advancement of Medical Instrumentation) dalam
guideline dan rekomendasinya.
Tiga kategori peralatan yang disampaikan oleh Dr. Earl Spaulding meliputi:
1. Peralatan Kritis: adalah instrumen/alat medis yang masuk ke dalam
jaringan steril tubuh atau masuk ke dalam sistem sirkulasi darah. Contoh:
instrumen bedah, kateter jantung, implant, kompartemen pada hemodializer.
2. Peralatan Semikritis: adalah instrumen/alat medis yang kontak dengan
membrana mukosa tubuh. Contoh: endoskop, endotrakeal tube, peralatan
nafas anestesi dan sitoskop. Pada peralatan semikritis, proses sterilisasi
disarankan, namun tidak mutlak. Jadi biasa dilakukan proses disinfeksi
tingkat tinggi.
3. Peralatan Nonkritis: adalah instrumen/alat medis yang kontak dengan
permukaan kulit saja. Contoh: alat pengukur tekanan darah, stetoskop,
elektroda diagnostik, dorongan tempat tidur dan lain-lain. Untuk jenis
peralatan ini dapat digunakan intermediet sampai low level disinfektan.
Selain pengklasifikasian peralatan medis yang ada, Dr. Earl Spaulding juga
mengklasifikasikan disinfektan menjadi tiga, yaitu :
 High Level Disinfection (HLD) : Sterilisasi peralatan medis memang
diharapkan tetapi apabila hal ini tidak memungkinkan, HLD merupakan
perlakuan minimum yang direkomendasikan oleh CDC. HLD dapat
menghancurkan semua mikroorganisme vegetatif, tubercle bacilli, fungi,
virus ukuran kecil maupun nonlipid, virus berukuran sedang kecuali
sejumlah tertentu spora bakteri.
 Intermediate Level Disinfection (ILD) : Disinfektan jenis ini akan
membunuh mikroorganisme vegetatif, fungi, Mycobacterium
tuberculosis, virus berukuran kecil maupun sedang virus lipid dan non-
lipid, namun tidak mempunyai aktivitas pembunuhan terhadap spora
bakteri.
 Low Level Disinfection (LLD) : Disinfektan jenis ini tidak memiliki daya
bunuh terhadap spora bakteri, mycobacterium, semua fungi, maupun
semua virus ukuran kecil dan sedang.
Untuk melakukan disinfeksi secara baik salah satu persyaratan yang harus
dipenuhi adalah pembersihan yang baik pula. Proses pembersihan tidak saja
menurunkan bioburden mikroorganisme yang ada tetapi juga menurunkan
jumlah materi organik yang dapat mempengaruhi aktifitas disinfektan.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi aktifitas kimia dari disinfektan
adalah :
 Pembersihan yang baik. Pembersihan pengotor perlu dilakukan untuk dapat
melakukan disinfeksi secara optimal.
 Beban kandungan materi organik. Adanya materi organik dapat
mempengaruhi kerja disinfektan dengan cara melakukan pengikatan
terhadap zat aktif disinfektan.
Tipe dan jumlah mikroorganisme. Beberapa mikroorganisme mempunyai
daya tahan lebih baik dibandingkan yang lainnya, misal : Mycobacterium
tuberculosis relatif
 lebih tahan dibandingkan mikroorganisme vegetatif. Juga jumlah
mikroorganisme pencemar, makin banyak jumlah mikroorganisme maka
beban kerja disinfektan akan semakin berat.
 Suhu dan Waktu. Suhu dan Waktu yang diindikasikan pada label disinfektan
harus diikuti. Waktu yang dimaksudkan di sini adalah lamanya kontak
antara disinfektan dengan mikroorganisme yang akan dieliminir.
 Tingkat keasaman atau kebasahan (pH). Tergantung disinfektannya maka
ada yang bekerja secara optimal pada pH asam atau basa.
 Tingkat kekerasan air (hardness of water). Adanya mineral seperti calcium
atau magnesium dapat mempengaruhi efikasi dari disinfektan dengan cara
mengikat zat aktif dari disinfektan. Standard EPA untuk ini adalah sampai
400 ppm.

TABEL BEBERAPA JENIS DISINFEKTAN BESERTA KARAKTERISTIKNYA


Tingkat
Produk Aktivitas Kelebihan Kekurangan
Germicidal
Alkohol Menengah - Membunuh bakteri - Basah dan
Denaturasi Ethyl atau vegetatif, tubercule memerlukan paling
protein isopropyl bacilli, jamur, virus sedikit 5 menit untuk
alkohol 60 – - Bekerja cepat, tanpa mencapai tingkat
90 % residu disinfeksi yang baik.
- Tidak ada aktivitas
lebih lanjut.
- Mudah menguap dan
terbakar.
- Dapat diinaktivasi oleh
bahan organik.
- Dapat mengikis
lapisan lensa pada
beberapa instrumen
optikal.
- Cenderung membuat
keras dan bengkak
tubing plastik,
termasuk
polyethylene.
- Tidak membuat spora.
Chlorine Menengah - Sangat aktif sebagai - Dapat diinaktivasi oleh
Mengekang Hypochlorites chlorin bebas. bahan organik.
beberapa fungsi - Membunuh - Menyebabkan karat
reaksi enzym Mikroorganisme gram pada logam.
utama dalam sel, negatif (vegetatif), - Tidak membunuh
denaturasi tubercule bacilli, jamur, spora.
protein dan virus. - Berbekas pada kain,
inaktivasi asam - Bekerja cepat. plastik dan bahan
nukleat. - Relatif tidak stabil. sintetis lainnya.
Iodophor Menengah - Membunuh bakteri, - Menyebabkan karat
Sel beracun bagi Iodine tubercule bacilli, virus. pada logam kecuali
asam nukleat; - Memerlukan waktu mengandung anti
menyerap lebih lama untuk karat.
dinding sel membunuh jamur - Berbahaya bagi karet
mikroorganis tertentu. dan beberapa plastik.
dengan cepat. - Bekerja sangat cepat. - Dapat membakar
tissue.
- Berbekas pada kain
dan bahan lainnya.
Glutaraldehyde Tingkat tinggi/ - Membunuh bakteri - Berbau, perlu ventilasi
Membunuh sterilan vegetatif dalam 2 yang baik.
mikroorganisme 2% alkaline, menit. - Tidak stabil (14-28
dengan pH 7.5 – 8.5 - Membunuh bakteri hari).
mengalkylation (gram+dan gram - Menguap
protein Tingkat tinggi tubercule bacilli, jamur, - Tidak bisa mencuci
8% virus, spora. Untuk (alat harus dicuci
formaldehyde+ sterilisasi (membunuh bersih lebih dulu).
70 % alkohol spora), waktu rendam
adalah 6 – 10 jam.
- Tidak menyebabkan
karat pada logam.
- Aman untuk karet dan
plastik.
Cocopropylene Tingkat tinggi/ - Membunuh bakteri - Berbau, perlu ventilasi
Diamine sterilan vegetatif dalam 2 yang baik.
2% menit. - Tidak stabil (14 hari).
Cocopropylene - Membunuh bakteri - Menguap
Diamine (gram+dan gram - Tidak bisa mencuci
tubercule bacilli, jamur, (alat harus dicuci
virus, spora bersih lebih dulu).
- Untuk sterilisasi
(membunuh spora),
waktu rendam adalah 6
– 10 jam.
- Tidak menyebabkan
karat pada logam.
Aman untuk karet dan
plastik.
Phenolic Disinfeksi - Spektrum luas: - Tidak bersifat
Penetrasi dinding, lantai, membunuh bakteri sporisidal
terhadap dinding permukaan gram positif dan - Terinaktivasi oleh
sel dan meja serta negatif, jamur, kuman materi organik
mengendapkan furniture. tbc dan virus lipofilik. - Korosif terhadap karet
protein sel - Toleransi cukup baik dan sebagian plastik
terhadap beban organic
dan air sadah.
- Mempunyai aktivitas
residual

 PENGEMASAN

Pengemasan instrumen atau alat-alat medis lainnya merupakan kegiatan yang


penting sebelum sterilisasi. Tujuan dan fungsi pengemasan adalah untuk
membungkus peralatan medis yang akan disterilkan dan mempertahankan
sterilitas alat tersebut sampai waktu penggunaan. Mengingat fungsinya, maka
dalam pengemasan harus diperhatikan dalam hal pemilihan bahan dan teknik
pengemasan yang benar.
Prinsip dasar pengemasan:
1. Sterilan harus dapat menyerap ke seluruh permukaan kemasan dan isinya.
2. Harus dapat menjaga sterilitas isinya hingga kemasan dibuka.
3. Harus mudah dibuka dan isinya mudah diambil tanpa menyebabkan
kontaminasi.
Persyaratan bahan pengemas
 Tahan terhadap kondisi fisik seperti suhu tinggi, kelembaban, tekanan
dan/atau hisapan pada proses sterilisasi.
 Udara pada kemasan dan isinya harus bisa keluar secara total tanpa
mengganggu bentuk kemasan dan segelnya.
 Sterilan pada proses uap, etilen oksida atau panas kering harus dapat
menyerap dengan baik pada seluruh permukaan dan serat semua isi dan
kemasan.
 Sterilan harus dapat dilepaskan pada akhir siklus sterilisasi.
 Pada sterilisasi uap, bahan kemasan harus mudah kering dan memudahkan
pengeringan isinya.
 Pada sterilisasi panas-kering, bahan kemasan dan isinya harus tahan
terhadap suhu selama waktu yang diperlukan, tanpa meleleh, terbakar, atau
rusak.
 Harus dapat menjaga sterilitas dan melindungi isinya yang sudah steril dari
kontaminasi mikroba mulai saat kemasan dikeluarkan dari mesin sampai
kemasan dibuka untuk dipakai. Karenanya, bahan yang dipakai sebaiknya
tidak berbulu dan dapat menahan masuknya debu dan terserapnya uap (air
atau cairan lainnya).
 Harus cukup kuat menampung isinya selama proses sterilisasi dan
penanganannya. Harus tahan sobekan dan tusukan, tidak boleh terpengaruh
tingkat atmosfir dan kelembaban udara. Selama penyimpanan sebelum dan
sesudah sterilisasi, bahan kemasan tidak boleh berkerut, berlubang jika
dilipat, kusut atau melekat satu sama lain jika ditumpuk dan segel tidak
boleh lepas.
 Harus mudah digunakan untuk membungkus dan harus sesuai dengan
ukuran dan bentuk alat yang akan dikemas dan harus membungkus alat
rapat-rapat.
 Tidak boleh mengandung bahan beracun dan zat warna yang bisa
menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan terhadap pekerja, atau yang
luntur jika terkena sterilan.
 Harus mudah dibuka dengan risiko kontaminasi kecil.
bahan pengemas yang dipakai: Kain (linen), Kertas, Kombinasi plastik film
dan kertas

Prosedur dan langkah-langkah pengemasan


a. Pengemasan instrumen
- Setelah instrumen bersih dan kering, dikemas dalam tromol atau dibungkus
dengan kain dan dikelompokkan sesuai dengan jenis paketnya.
- Pengemasan dengan kain dilakukan 2 lapis dengan cara seperti pada
gambar.
- Berilah label kode paket (sesuai isi paket, dilakukan oleh petugas bagian
terkait) dan kode waktu sterilisasi (tanggal dan jam sterilisasi, dilakukan
petugas UNIT STERILISASI).
- Tempelkan indikator kimia sekaligus sebagai segel.
b. Pengemasan kain tenun/linen
- Kain tenun yang bersih dan kering dikemas dengan kain minimal 2 lapis
atau dimasukkan dalam tromol.
- Berilah kode paket dan kode waktu sterilisasi.
- Tempelkan indikator kimia sekaligus sebagai segel.
 METODE STERILISASI

Sterilisasi adalah suatu proses untuk membebaskan suatu barang/alat dari


semua bentuk mikroorganisme dengan menggunakan sterilan. Sterilan adalah
bahan yang digunakan untuk mensterilkan barang/alat. Berdasarkan sterilan
yang digunakan, metode sterilisasi dibedakan menjadi:
- Sterilisasi uap panas
- Sterilisasi gas etilen oksid
- Sterilisasi panas kering
- Sterilisasi radiasi
- Sterilisasi plasma
Metode yang digunakan di RSU Denisa adalah sterilisasi uap panas
A. STERILISASI UAP PANAS
Sterilisasi uap panas (Steam Sterilization) merupakan metode sterilisasi
yang paling tua, namun aman dan murah. Metode ini menggunakan uap panas
sebagai sterilan. Mekanisme pembunuhan mikroorganisme dilakukan
menggunakan kombinasi efek dari uap dan panas selama periode waktu
tertentu. Metode ini hanya dapat digunakan untuk barang/alat yang stabil
terhadap suhu tinggi.
Mekanisme aksi sterilisasi uap adalah memaparkan uap jenuh pada
tekanan tertentu selama waktu dan suhu tertentu pada suatu obyek sehingga
terjadi pelepasan energi laten uap yang mengakibatkan pembunuhan
mikroorganisme secara ireversibel akibat denaturasi atau koagulasi protein
sel. Sterilisasi uap merupakan metode sterilisasi yang paling efektif karena
uap merupakan pembawa energi panas paling efektif dan semua lapisan
pelindung luar mikroorganisme dapat dilunakkan sehingga memungkinkan
terjadinya koagulasi. Kualitas uap yang terbaik adalah 100% dimana uap
sama sekali tidak mengandung air. Untuk keperluan sterilisasi kualitas uap
sebaiknya antara 97-100%. Kualitas uap dibawah 100% tidak akan
mempengaruhi proses sterilisasi tetapi dapat menyebabkan pembasahan pada
pembungkus atau packing. Kualitas uap yang rendah dapat disebabkan oleh:
- Boiler yang bekerja kurang baik
- Pemeliharaan distribusi uap yang kurang baik
- Kegagalan jaket pemerangkap uap pada mesin sterilisasi.
Beberapa faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan proses sterilisasi
uap meliputi waktu, suhu dan kelembaban.
1. Fase Siklus Sterilisasi Uap
Fase-fase yang terjadi pada satu siklus sterilisasi uap meliputi:
1. Fase pemanasan(conditioning)
2. Fase pemaparan uap (exposure)
3. Fase pembuangan (exhaust)
4. Fase pengeringan
Fase pemanasan merupakan fase awal dari siklus sterilisasi uap. Pada fase ini
selain terjadi proses pemvakuman chamber juga jacket chamber mengalami
pemanasan. Pemanasan ini dimaksudkan agar ketika uap masuk maka
perbedaan suhu antara chamber dan uap tidak terlalu tinggi sehingga dapat
meminimalisir terbentuknya kondensat.

3. CAKUPAN KEGIATAN
Kegiatan pelayanan sterilisasi dalam upaya mencegah terjadinya infeksi nokomial dan
menurunkan angka kejadian infeksi nosokomial dilakukan dengan :
1. Menyusun SOP yang terkait dengan kegiatan sterilisasi di RSU Denisa Gresik
serta memantau dan mengevaluasi pelaksanaannya bahwa seluruh kegiatan
pengendalian infeksi nosokomial di RSU Denisa Gresik diselenggarakan
berpedoman pada buku pedoman dan SOP yang telah disusun dan ditetapkan.
2. Menyususn program kegiatan pelayanan sterilisasi meliputi : Perencanaan,
pengadaan, pencucian, pengemasan, pemberian tanda, proses sterilisasi,
penyimpanan dan penyalurannya barang steril.
3. Melaksanakan kegiatan sterilisasi sesuai dengan SOP yang ada.
4. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan program – program tersebut diatas.
5. Pencatatan tentang penerimaan dan pendistribusian semua barang yang disterilkan
oleh petugas sterilisasi dan ruang terkait.

4. PENGORGANISASIAN
1. Petugas Sterilisasi bertanggung jawab melaksanakan pedoman pelayanan
sterilisasi di RSU Denisa Gresik.
2. Petugas Sterilisasi ( unit – unit pelayanan ) bertanggung jawab atas
terselenggaranya kegiatan pelayanan sterilisasi di RSU Denisa Gresik :
a. Kegiatan pelayanan sterilisasi di RSU Denisa Gresik dilakukan oleh bagian
pelayanan sterilisasi dalam struktur organisasi sterilisasi.
b. Kegiatan untuk merencanakan mengenai jumlah dan jadwal bahan / alat /
perlengkapan yang akan disterilisasi dilakukan oleh masing – masing unit terkait
sesuai dengan kebutuhannya.
c. Kegiatan pengadaan alat / bahan yang dibutuhkan untuk kegiatan pelayanan
sterilisasi, maka perencanaannya adalah oleh penanggungjawab pelayanan
sterilisasi berkoordinasi dengan pelaksana urusan pengadaan logistik
d. Kegiatan penyiapan alat sebelum di sterilisasi :
- Untuk linen maka pencucian, penyeterikaan dan pelipatan linen dilakukan oleh
unit kerja laundy.
- Untuk alat medik, maka dekontaminasi, pencucian dan pengemasan serta
pemberian tanda dilakukan oleh masing – masing unit pelayanan terkait.
e. Kegiatan proses sterilisasi, penyimpanan barang steril dan penyaluran barang
steril dilakukan oleh bagian pelayanan sterilisasi dalam instalasi
f. Untuk unit / instalasi yang mempunyai sterilisator maka semua kegiatan
sterilisasi dari penyiapan sampai dengan peyimpanan dilakukan oleh unit /
instalasi bersangkutan dengan pengawasan penanggung jawab sterilisasi di RSU
Denisa Gresik.
Sehubungan dengan kegiatan pelayanan sterilisasi di RSU Denisa Gresik masih
dibawah koordinasi penanggung jawab pelayanan sterilisasi maka
pengorganisasiannya didasarkan pada struktur organisasi sterilisasi
5. ALUR KEGIATAN PELAYANAN STERILISASI

Alat sudah dikemas /


dipakai dari unit terkait :
Rawat Inap
Rawat Jalan 1
Bagian Pelayanan
IGD
Sterilisasi
VK
Neonatus 2
OK
Laboratorium

Keterangan :
1. Alat / linen belum steril yang sudah dikemas dikirim kebagian pelayanan
sterilisasi oleh petugas ruangan masing -masing
2. Alat / linen yang sudah steril diambil oleh ruangan yang bersangkutan.

1
OK Laundry

2
3 4

Bagian pelayanan
Sterilisasi

Keterangan :
1. Linen kotor setelah operasi diambil oleh petugas laundry dari kamar operasi.
2. Linen bersih setelah dicuci dan dikemas sesuai kebutuhan oleh petugas laundry
diantar kekamar operasi.
3. Linen/alat yang belum steril diantar oleh petugas kamar operasi kebagian
pelayanan sterilisasi.
4. Linen / alat yang sudah disteril diambil oleh petugas kamar operasi .

6. SASARAN

Sasaran kegiatan pelayanan sterilisasi terutama adalah para petugas pelaksana kegiatan
sterilisasi di seluruh unit – unit pelayanan terkait.
BAB V
LOGISTIK

PERALATAN YANG ADA DI UNIT STERILISASI


1. Peralatan medis
a.Sterilisator kering (autoklaf) merek Memmert : 1 unit
b.Tromol besar : 1 unit
c.Tromol sedang : 1 unit
d.Tromol kecil : 2 unit
e.Bak instrument : 5 unit

2.Peralatan non medis


a. Meja kayu : 1 buah
a. Kursi : 1 buah
b. Lemari besi : 1 unit
c. Alat pelindung: apron, masker, kaca mata, topi, sarung tangan, sepatu tahan air
d. Baskom : 2 buah
e. Kontainer plastik : 1 buah
f. Indikator external / Label
g. Bahan pengemas
h. Alat pencuci
i. Jam dinding : 1 buah
j. Alat pembersih ruangan
k. Tempat sampah :1 buah
l. Sikat alat : 2 buah

3. Bahan/zat kimia
a. Deterjen
b. Disinfektan: Clorin
c. Pembersih lantai, dinding/ruangan
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Kejadian infkesi Nosokomial adalah infeksi yang didapat atau timbul pada waktu
pasien dirawat dirumah sakit. Bagi pasien di rumah sakit infeksi nosokomial
merupakan persoalan serius yang dapat menjadi penyebab langsung maupun tidak
langsung kematian pasien.
Beberapa kejadian infeksi nosokomial mungkin tidak menyebabkan kematian
pasien namun menyebabkan pasien dirawat lebih lama di rumah sakit ini berarti
pasien membayar lebih mahal.

PENCEGAHAN KECELAKAAN PADA PASIEN:


1. Petugas unit sterilisasi bertanggung jawab terhadap pencegahan kecelakaan
pada pasien sehubungan dengan alat/instrumen yang digunakan.
2. Melakukan proses dekontaminasi, disinfeksi, pengemasan, sterilisasi dan
penanganan barang steril secara aseptik dan sesuai SOP yang ditetapkan
merupakan cara terbaik mencegah terjadinya kecelakaan/luka pada pasien.
3. Pasien penerima barang yang belum diuji kelayakan fungsi dan cara pakainya
dapat mengalami komplikasi atau penundaan tindakan.
4. Alat terkontaminasi atau on-steril apabila digunakan pada pasien dapat
menimbulkan infeksi nosokomial.

Saran Tindakan Aman


a. Setiap melakukan kegiatan di unit sterilisasi lakukan kebersihan tangan
b. Lakukan pengujian terhadap instrumen/alat sebelum didistribusikan.
c. Pastikan bahwa semua barang telah didekontaminasi dan bebas dari kotoran,
kerusakan atau bahaya lain yang dapat mempengaruhi penggunaan barang/alat.
d. Pastikan bahwa barang terkontaminasi selalu dalam keadaan tertutup pada saat
transportasi menuju ruang dekontaminasi.
e. Pastikan semua peralatan yang digunakan untuk melakukan proses sterilisasi
diuji secara teratur dan dijamin dengan baik.
f. Pastikan bahwa semua komponen instrumen berada dalam keadaan lengkap
dan berfungsi secara normal.
g. Pastikan bahwa semua mesin sterilisasi termonitor secara visual selama siklus
berlangsung melalui pengujian indikator kimia, biologis dan pengujian deteksi
udara dalam chamber.
KETERKAITAN UNIT STERILISASI DENGAN KESELAMATAN PASIEN

Kebersihan Tidak menjaga kebersihan


tangan tangan Keselamatan pasien

Proses Melakukan
Keselamatan pasien
Dekontaminasi Dekontaminasi
Tidak sesuai SPO

-Human Error
Proses -Mekanik Keselamatan pasien
Strerilisasi -Kesalahan-kesalahan
pengelolaan peralatan
medis
Penyimpanan - Ruang Penyimpanan tidak
standar Keselamatan pasien
dan Distribusi
Peralatan Steril - Transportasi yang tidak
benar
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. ALAT PELINDUNG DIRI


Untuk melindungi petugas dari kontaminasi, petugas UNIT
STERILISASIharus dilengkapi dengan alat pelindung diri seperti apron lengan
panjang yang tahan terhadap cairan kimia, penutup kepala, masker dan kaca
mata pelindung, khususnya untuk staf saat melakukan prosedur yang
memungkinkan cipratan atau kontaminasi dari cairan yang mengandung darah
atau cairan tubuh lainnya. Harus ada alas kaki khusus untuk memasuki ruang
dekontaminasi dan sepatu tahan air. Masker dan kaca mata pelindung harus
dilepas saat meninggalkan ruang dekontaminasi. Sarung tangan, gaun
pelindung dan kaca mata pelindung harus dicuci setiap hari. Alat pelindung
yang dipakai ulang harus dicuci setelah setiap pemakaian.

B. PENCEGAHAN KECELAKAAN PADA PETUGAS


Pada dasarnya kecelakaan kerja dapat dihindari dengan mengetahui potensi
bahaya yang dapat ditimbulkannya. Semua petugas UNIT STERILISASI
mempunyai tanggung jawab untuk melaksanakan semua kegiatan di
lingkungan UNIT STERILISASIsecara aman, sehingga semua petugas harus
mengetahui potensi bahaya dari pekerjaan yang dilakukannya.
1. Penerimaan Barang Kotor dan Daerah Kontaminasi
Bahaya paparan darah dan cairan tubuh lainnya, maupun zat kimia di
lingkungan UNIT STERILISASI dapat mengakibatkan luka dan penyakit.
Upaya pencegahan dapat dilakukan secara efektif menggunakan pelindung
diri: sarung tangan, penutup kepala, penutup kaki, gaun anti cairan, masker,
maupun kaca mata pelindung. Seluruh petugas UNIT STERILISASI
bertanggung jawab untuk melindungi dirinya dengan menggunakan alat
pelindung diri secara benar.
Saran Tindakan Aman
a. Jangan sekali-kali memasukkan tangan ke dalam wadah berisi barang
terkontaminsi tanpa dapat melihat secara jelas isi dari wadah tadi.
b. Tuangkan cairan yang dapat mengganggu pandangan terhadap alat-alat, lalu
pindahkan alat/instrumen satu per satu. Pada saat transportasi, pastikan agar
bagian runcing dari instrumen mengarah berlawanan terhadap tubuh kita.
c. Buang sampah benda tajam (jarum suntik, silet) ke dalam wadah tahan
tusukan, jangan pada tempat sampah biasa.
d. Ikuti petunjuk pabrik mengenai penggunaan zat kimia secara aman dan
gunakan alat pelindung diri untuk mencegah paparan zat kimia terhadap kulit
dan membrana mukosa (selaput lendir) yang dapat menyebabkan luka bakar
kimia.
e. Berhati-hatilah apabila mendekati area yang berair (area dekontaminasi dan
pencucian), pastikan lantai tidak licin.
f. Pada waktu mencuci instrumen di dalam bak, gosoklah instrumen di bawah
permukaan air untuk mencegah terjadinya aerosol yang dapat terhirup.

2. Proses sterilisasi
Pengoperasian mesin sterilisasi hanya boleh dilakukan oleh petugas terlatih
yang telah mendapat pelatihan tentang prinsip dasar sterilisasi dan cara
menggunakan mesin sterilisasi yang benar, sehingga kemungkinan terjadinya
kecelakaan kerja dapat diperkecil dan upaya penyediaan barang steril lebih
terjamin.
Jenis luka yang dapat terjadi di daerah ini meliputi luka bakar pada kulit
maupun selaput lendir yang disebabkan oleh kelalaian pada penggunaan zat
kimia maupun akibat terlalu dekatnya posisi terhadap sumber panas (misalnya
sterilisator uap, sterilisator panas kering). Selain itu juga dapat terjadi luka
pada mata akibat cipratan zat kimia, sehingga diperlukan alat pelindung mata.
Saran tindakan aman
a. Gunakan sarung tangan tahan panas pada saat menangani obyek bersuhu
tinggi.
b. Hati-hati pada saat menggunakan “sealer panas” dan pemotong kantong
sterilisasi (pouches).
c. Pengoperasian mesin sterilisasi hanya boleh dilakukan oleh petugas terlatih.

C. PENANGANAN ZAT-ZAT KIMIA DI UNIT STERILISASI


Mengingat banyak zat kimia yang digunakan di UNIT STERILISASIbersifat
toksik, maka penanganan zat kimia di UNIT STERILISASIsangat perlu
diperhatikan. Hal ini penting, karena apabila tidak ditangani secara baik dapat
membahayakan baik bagi petugas maupun pasien.
1. LYSOL
Lysol merupakan nama lain dari kelompok zat kimia fenol, asam karbolat,
hidroksibenzena, asam fenilat, resol, karbol kreolin dan likresol. Lisol banyak
digunakan sebagai disinfektan rumah tangga untuk membersihkan lantai,
kamar mandi/WC dan menghilangkan bau busuk. Dalam bidang kesehatan
digunakan sebagai larutan antiseptik dengan konsentrasi antara 1%-2%. Dosis
letal oral pada manusia adalah 140 mg/kgBB.
Bahaya utama pada kesehatan
Pada kulit dan mukosa: Gatal dan mati rasa. Pada keadaan berulang atau berat:
kemerahan, gatal, dan luka bakar
Paparan kronis pada kulit: dapat timbul dermatitis kontak yang antara lain
ditandai oleh eritema dan vesikel.
Paparan pada mata: Iritasi konjungtiva, kornea berwarna putih, edema
palpebra, dan iritis.
Efek sistemik: nyeri kepala, nausea, diare, lemah, pusing, dispnea, penglihatan
kabur, nyeri abdomen, muntah dan rash. Jika konsentrasi fenol >5% dapat
menyebabkan luka bakar pada mulut dan esofagus.
Efek pada sistem kardiovaskuler: hipotensi, syok.
Efek pada ginjal: Urin berwarna gelap karena hemoglobinuria.
Efek pada pernafasan: depresi pernafasan dan gagal nafas.

Tindakan pertolongan bila terhirup :


- Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik.
Tindakan pertolongan pada pemaparan mata:
 Tengadahkan kepala dan miring ke sisi mata yang terkena.
 Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan irigasi
dengan air bersih atau NaCl 0,9% perlahan selama 15-20 menit.
 Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit.
 Jangan biarkan korban menggosok mata.
 Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter
mata.

Tindakan pertolongan paparan gastrointestinal:


 Segera beri pasien air atau susu untuk diminum secepat mungkin untuk
pengenceran. Untuk dewasa maksimal 250 cc sekali minum, anak-anak
100 ml.
 Tidak boleh dirangsang muntah dan diberikan karbon aktif.
 Dalam keadaan tertentu, pemasangan pipa lambung yang lembut dan
fleksibel dapat dipertimbangkan setelah pengenceran dan pemeriksaan
endoskopi.

Tindakan pertolongan paparan pada kulit:


 Bawa pasien segera ke kran terdekat.
 Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir minimal 10
menit.
 Jika tidak tersedia air, sekalah bagian kulit dengan kain atau kertas secara
perlahan.
 Lepaskan pakaian, arloji dan sepatu yang terkontaminasi dan buanglah
dalam wadah/plastik tertutup.
 Pada saat memberi pertolongan, gunakan alat pelindung diri seperti sarung
tangan, masker, apron.
 Keringkan dengan handuk kering dan lembut.

2. NATRIUM HIPOKLORIT
Larutan Natrium Hipoklorit (NaOCl) 5-10% biasa digunakan sebagai pemutih
(contoh Bayclin). Selain itu, larutan ini juga digunakan sebagai disinfektan.
Pada konsentrasi >20% zat ini bersifat korosif dan bila tertelan akan
berbahaya karena jika kontak dengan asam lambung akan melepaskan asam
klorat dan gas klor bebas dalam lambung yang apabila terhirup dapat
menyebabkan kerusakan paru-paru.
Bahaya utama terhadap kesehatan
Inhalasi : Bila terhirup, tenggorokan akan terasa sakit, iritasi saluran
pernafasan, batuk, sesak nafas dan edema paru-paru.
Kontak kulit : Kulit memerah, terasa perih, iritasi lokal dan erupsi.
Kontak mata : Mata memerah, korosif, perih, penglihatan kabur.
Tertelan : Pada konsentrasi 3%-5% mulut dan tenggorokan terasa
terbakar, iritasi mulut dan faring, edema faring dan
laring, mual, muntah. Pada konsentrasi lebih pekat nyeri
telan, salivasi, tenggorokan, dan perut terasa sangat nyeri.

Tindakan pertolongan bila terhirup :


- Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik.

Tindakan pertolongan pada pemaparan mata:


 Tengadahkan kepala dan miring ke sisi mata yang terkena.
 Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan irigasi
dengan air bersih atau NaCl 0,9% perlahan selama 15-20 menit.
 Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit.
 Jangan biarkan korban menggosok mata.
 Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter
mata

Tindakan pertolongan paparan pada kulit:


 Bawa pasien segera ke kran terdekat.
 Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir minimal 10
menit.
 Jika tidak tersedia air, sekalah bagian kulit dengan kain atau kertas secara
perlahan.
 Lepaskan pakaian, arloji dan sepatu yang terkontaminasi dan buanglah
dalam wadah/plastik tertutup.
 Pada saat memberi pertolongan, gunakan alat pelindung diri seperti sarung
tangan, masker, apron.
 Keringkan dengan handuk kering dan lembut.

Tindakan pertolongan paparan gastrointestinal


 Segera beri pasien air atau susu untuk diminum secepat mungkin untuk
pengenceran. Untuk orang dewasa maksimal 250 cc sekali minum, anak-
anak 100 ml.
 Tidak boleh dirangsang muntah dan diberikan karbon aktif.
 Dalam keadaan tertentu, pemasangan pipa lambung yang lembut dan
fleksibel dapat dipertimbangkan setelah pengenceran dan pemeriksaan
endoskopi.
 Pengenceran dengan demulsen seperti susu atau antasida.
3. Glutaraldehyde / Cocpropylene Diamine
Umumnya digunakan sebagai desinfektan.
Bahaya terhadap kesehatan
Jika tertelan : Menyebabkan luka korosif mukosa gastrointestinal
disertai mual, muntah, perdarahan.
Jika terhirup : Iritasi saluran nafas, nafas berbunyi, laringospasme.
Kontak kulit : Iritasi pada kulit
Kontak mata : Iritasi dan lakrimasi, pada konsentrasi pekat
menyebabkan kornea buram dan buta.

Tindakan pertolongan bila terhirup :


- Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik.

Tindakan pertolongan pada pemaparan mata:


 Tengadahkan kepala dan miringkan ke sisi mata yang terkena.
 Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan irigasi
dengan air bersih atau NaCl 0,9% perlahan selama 15-20 menit.
 Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit.
 Jangan biarkan korban menggosok mata. Tutuplah mata dengan kain kassa
steril lalu segera kirim/konsul ke dokter mata

Tindakan pertolongan paparan pada kulit:


 Bawa pasien segera ke kran terdekat.
 Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir minimal 10
menit.
 Jika tidak tersedia air, sekalah bagian kulit dengan kain atau kertas secara
perlahan.
 Lepaskan pakaian, arloji dan sepatu yang terkontaminasi dan buanglah
dalam wadah/plastik tertutup.
 Pada saat memberi pertolongan, gunakan alat pelindung diri seperti sarung
tangan, masker, apron.
 Keringkan dengan handuk kering dan lembut.

Tindakan pertolongan paparan gastrointestinal


 Segera beri pasien air atau susu untuk diminum secepat mungkin untuk
pengenceran. Untuk orang dewasa maksimal 250 cc sekali minum, untuk
anak-anak maksimal 100 ml.
 Tidak boleh dirangsang muntah dan diberikan karbon aktif.
 Dalam keadaan tertentu, pemasangan pipa lambung yang lembut dan
fleksibel dapat dipertimbangkan setelah pengenceran dan pemeriksaan
endoskopi.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Tujuan pelayanan sterilisasi adalah untuk menyediakan produk steril dan


harus ada jaminan barang yang telah disterilkan benar-benar steril. maka harus
dilakukan monitor proses sterilisasi untuk memberi jaminan bahwa parameter
yang ditentukan dalam proses sterilisasi sudah dipenuhi dengan baik. Selain itu,
juga harus dilakukan evaluasi mutu hasil sterilisasi untuk mengetahui apakah
barang/alat yang disterilkan sudah betul-betul steril.
Beberapa hal berkaitan dengan proses sterilisasi uap dengan mesin tipe
prevacuum yang perlu dipantau antara lain:
1. Thermocouples,
2. Uji kebocoran (leak rate test),
3. Uji pengosongan udara (tes Bowie-Dick)
4. Pencatatan suhu (thermograph),
5. Indikator kimia pada kemasan,
6. Indikator Biologis (Bacillus stearothermophilus)

A. KONTROL KUALITAS STERILISASI


Kontrol proses sterilisasi yang ketat memberi jaminan bawa peralatan medis
yang kita sediakan adalah benar-benar steril dengan melakukan kultur atau uji
sterilitas setiap produk yang disterilkan. Tapi cara ini tidak praktis dan mahal,
maka solusinya perlu dilakukan Monitoring Proses Sterilisasi, yatu memonitor
proses sterilisasi untuk memberikan jaminan bahwa parameter-parameter yang
ditentukan dalam proses sterilisasi sudah dipenuhi dengan baik

Hal-Hal yang harus diperhatikan untuk control kualitas :


1. Pemberian nomor lot pada setiap kemasan. Setiap kemasan yang disterilkan
harus mencantumkan identitas berupa nomot lot yang mencakup : nomor
mesin sterilisasi. Tanggal proses sterilisasi dan keterangan siklus ke berapa
dari mesin sterilsasi.
Alasan : Identifikasi ini akan memudahkan pada saat diperlukan melakukan
recall atau penarikan kembali kemasan yang sudah didistribusikan.

2. Data mesin Sterilisasi


Untuk setiap siklus sterilisasi yang dilakukan informasi berikut harus
didokumentasikan :
a. Nomor lot
b. Informasi umum kemasan ( linen, instrumen )
c. Waktu pemaparan dan suhu ( kalau belum tercatat oleh mesin sterilisasi )
d. Nama Operator
e. Data hasil pengujian biologis
f. Data respons terhadap indikator kimia
g. Data hasil uji Bowie-Dick
3. Waktu Kadaluarsa
Setiap kemasan steril yang akan digunakan harus diberi label yang
mengindikasikan waktu kadaluarsa untuk memudahkan rotasi stok

B. MONITORING PROSES STERILISASI


Monitoring proses sterilisasi dilakukan dengan menggunakan indikator
sterilisasi.
Jenis-jenis Indikator Sterilisasi:
1. Indikator Mekanik
Indikator mekanik adalah bagian dari instrumen mesin sterilisasi seperti
gauge, tebel, dan indikator suhu maupun tekanan yang menunjukkan
apakah alat sterilisasi bekerja dengan baik. Pengukuran suhu dan
tekanan merupakan fungsi penting dari sistem monitoring. Bila
indikator mekanik berfungsi dengan baik, akan memberikan informasi
segera mengenai suhu, tekanan, waktu dan fungsi mekanik lain dari
alat. Karena bersifat mekanis, maka bila tidak dilakukan kalibrasi alat
dengan tepat atau pemakaian yang terlalu sering dapat memberikan
informasi yang tidak tepat.
2. Indikator kimia
Adalah indikator yang menandai terjadinya paparan sterilisasi pada
obyek yang disterilkan yang ditandai dengan adanya perubahan warna.
Indikator kimia diproduksi dalam berbagai bentuk (strip, tape, kartu,
vial). Yang dipakai di Unit Sterilisasi berupa tape. Indikator ini
memberikan informasi kondisi steril pada tiap kemasan (pack by pack
basis), sehingga selain digunakan di luar, ada juga yang diletakkan di
dalam kemasan.
Klasifikasi indikator kimia:
a. Kelas 1: indikator eksternal dan indikator internal
Indikator eksternal, contoh: Autoclave tape
Berbentuk tape (pita), dan digunakan di bagian luar setiap kemasan.
Dengan terjadinya perubahan warna, indikator ini memberi informasi:
 Bahwa bagian luar kemasan telah melewati proses sterilisasi.
 Membedakan antara benda yang sudah dan belum disterilkan, dan
berfungsi sebagai segel/pengaman kemasan.
Indikator internal, contoh: Comply (3M)
 Indikator ini berbentuk strip dan pemakaiannya diletakkan dalam
tiap kemasan.
 Melalui perubahan warna yang terjadi, indikator ini memberi
informasi bahwa benda dalam kemasan telah melewati proses
sterilisasi, yang berarti pula sterilan telah berpenetrasi ke dalam
kemasan.

b. Indikator Bowie-dick
Indikator ini digunakan untuk menilai efisiensi pompa vakum pada alat
sterilisasi, serta untuk mengetahui adanya kebocoran udara dalam ruang
sterilisasi. Indikator ini hanya digunakan pada metode sterilisasi uap
panas yang menggunakan sistem vakum. Bila alat sterilisasi sudah
dilengkapi dengan perangkat untuk menguji kebocoran udara, maka
tidak perlu lagi dilakukan tes Bowie-Dick.
Tes Bowie-Dick dilakukan dengan Bowie-Dick dengan kemasan kertas
dan dalam kemasan tabung. Lembar tes Bowie-dick diletakkan di
tengah-tengah kemasan. Kemasan uji dimasukkan dalam sterilisator
yang kosong, tepatnya di bagian depan bawah, di atas drain. Kemudian
dilakukan sterilisasi pada suhu 132oC-134oC selama 3,5 - 4 menit
(perhitungan waktu mulai dilakukan saat suhu menunjukkan 132oC).
Setelah selesai, lembaran tes dievaluasi. Hasil yang baik ditandai
dengan perubahan warna dari putih menjadi hitam merata. Bila warna
tidak merata, maka diduga masih ada udara yang tertinggal dalam ruang
sterilisasi yang berarti kerusakan pompa vakum dari alat.
Indikator kimia lainnya meliputi indikator kelas 3 (Indikator single
parameter),
kelas 4 (Indikator multiparameter), kelas 5 (Integrator), dan kelas 6
(Emulgator)
tidak dilakukan di Unit Sterilisasi Rumah Sakit RK.Charitas, karena
tidak direkomendasikan oleh berbagai organisasi (AAMI, AORN, CDC,
JC) sebagai bagian dari program jaminan sterilitas.

3. Indikator Biologi
Adalah sediaan berisi populasi mikroorganisme spesifik dalam bentuk
spora yang bersifat resisten terhadap beberapa parameter yang
terkontrol dan terukur dalam suatu proses sterilisasi tertentu.
Prinsip kerja dari indikator biologi adalah dengan mensterilkan spora
hidup yang non patogenik dan sangat resisten dalam jumlah tertentu.
Apabila selama proses sterilisasi spora tersebut terbunuh, maka
diasumsikan bahwa mikroorganisme lainnya juga ikut terbunuh dan
benda yang disterilkan bisa disebut steril. Indikator biologi tersedia
untuk metode sterilisasi uap panas, gas etilen oksid dan panas kering.
Indikator biologi yang digunakan adalah ampul Attest. Ampul
dimasukkan pada bagian tengah kemasan uji. Kemasan uji tersebut
diletakkan pada bagian depan bawah di atas drain, bersama barang lain
yang akan disterilkan. Lakukan sterilisasi sesuai suhu yang diinginkan.
Setelah sterilisasi selesai, indikator diaktifkan (ampul dipecah),
kemudian dimasukkan dalam inkubator (suhu 57oC selama 24-48 jam).
Bila selama proses sterilisasi spora terbunuh, maka tidak akan terjadi
perubahan warna (tetap berwarna ungu). Ini berarti proses sterilisasi
telah tercapai. Sebaliknya bila spora dapat bertahan maka dalam media
pertumbuhan akan terjadi pembentukan asam yang dapat
mengakibatkan perubahan warna.
Sampai saat ini indikator biologi merupakan referensi dasar untuk
menentukan tercapainya kondisi steril.

C. MONITORING MUTU HASIL STERILISASI


1. Uji sterilitas dengan pembiakan/kultur
Di RSU Denisa monitoring mutu hasil sterilisasi dilakukan dengan cara
pembiakan/kultur yang dilakukan tiap 6 bulan sekali. Bahan uji meliputi
instrumen, kassa, kapas lidi, kain tenun , botol kosong, dan selang yang
telah disterilkan. Bahan tersebut dikirim ke Labkesda untuk dilakukan
pembiakan. Apabila tidak tumbuh kuman maka kualitas hasil sterilisasi
dikatakan baik. Hasil kultur dilaporkan kepada direktur.

2. Surveilans kejadian infeksi luka operasi


Salah satu dampak terpenting akibat mutu hasil sterilisasi yang kurang
baik adalah terjadinya infeksi luka operasi, oleh karena itu salah satu cara
memonitor mutu hasil sterilisasi adalah dengan memantau terjadinya
kasus infeksi luka operasi. Pemantauan dilakukan setiap hari pada semua
pasien paska operasi. Yang dipantau adalah ada/tidaknya gejala/tanda
infeksi luka operasi sesuai kriteria diagnosis infeksi luka operasi.

D. MONITORING MUTU AIR BERSIH


Untuk mengetahui mutu air bersih yang digunakan di Unit Sterilisasi,
dilakukan pemeriksaan mutu air bersih tiap 3 bulan sekali untuk
pemeriksaan Kimia dan 1 bulan sekali untuk pemeriksaan Mikrobiologi.
Sampel diambil dari kran pemakaian Unit Sterilisasi, pengambilan
dilakukan oleh petugas pengelola air bersih dari Bagian Sanitasi.
Selanjutnya sampel dikirim ke Labkesda untuk diperiksa apakah memenuhi
syarat mutu air bersih/tidak. Bila hasil belum baik, maka dilakukan tindak
lanjut berupa pengurasan bak penampung dan pembubuhan kaporit sesuai
prosedur.

BAB IX
PENUTUP

EVALUASI DAN TINDAK LANJUT


Salah satu cara untuk menilai kemajuan atau keberhasilan suatu program/kegiatan
adalah dengan cara melakukan evaluasi. Di bagian unit sterilisasi evaluasi yang
dilakukan meliputi:
1. Proses sterilisasi
Dilakukan dengan menggunakan indikator baik indikator fisik/mekanik, kimia,
maupun biologi. Bila hasilnya tidak bagus berarti ada gangguan pada sterilisator
dan segera dilakukan perbaikan.
2. Mutu hasil sterilisasi
Dilakukan dengan cara uji mikrobiologis dengan biakan/kultur. Bila hasilnya
masih tumbuh kuman berarti mutu sterilisasi jelek, sehingga harus dicari
penyebabnya apakah pada alat, sumber daya manusia (petugas), pelaksanaan
SOP yang tidak benar atau SOPnya yang kurang sesuai dan segera dilakukan
perbaikan.
3. Pelaksanaan prosedur tetap unit sterilisasi
Evaluasi pelaksanaan prosedur tetap dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh
prosedur tetap itu dilaksanakan oleh petugas. Evaluasi dilakukan 1 kali /tahun,
dengan cara mengobservasi petugas dalam melakukan prosedur tertentu, dengan
menggunakan
instrumen yang berisi hal-hal yang harus dilakukan oleh seorang petugas dalam
melaksanakan suatu prosedur tertentu. Bila nilainya masih kurang dari 75%
maka harus dilakukan sosialisasi ulang.
4. Pelayanan unit sterilisasi
Evaluasi pelayanan unit sterilisasi dilakukan dengan cara membagi kuesioner
yang berisi pertanyaan-pertanyaan antara lain tentang:
- pemenuhan kebutuhan barang steril di unit masing-masing
- kecepatan pelayanan unit sterilisasi
- komunikasi petugas
- kritik dan saran
- dan sebagainya
Kuesioner dibagikan kepada seluruh unit terkait, hasilnya direkapitulasi dan
dievaluasi. Bila masih banyak yang menjawab kurang memuaskan maka segera
dilakukan perbaikan sesuai permasalahan yang masih ada. Kritik dan saran segera
ditindaklanjuti.
5. Mutu air bersih unit sterilisasi
Dilakukan tiap 4 bulan sekali. Sampel air dari kran unit sterilisasi dikirim ke
Labkesda untuk dilakukan uji mutu air bersih. Bila hasilnya belum baik, dicari
penyebabnya dan dilakukan tindak lanjut, dapat berupa pengurasan bak,
pembersihan saluran, dan pembubuhan kaporit.

6. Pemeriksaan mikrobiologi ruang penyimpan barang steril (udara, AC, almari)


Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengevaluasi sterilitas ruangan dan mengetahui
pola kuman. Dilakukan dengan kultur udara dan usapan pada AC dan almari
penyimpan. Pelaksanaan dilakukan oleh petugas Labkesda. Hasil kultur
dievaluasi, bila msih didapatkan kuman, segera dilakukan sterilitas ruangan
dengan fogging serta pembersihan Ac dan lemari secara lebih intensif dengan
larutan presept.

Undang-undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen


menjadi tantangan yang harus diantisipasi para praktisi pelayanan kesehatan.
Selain itu kita juga dituntut memberikan pelayanan yang profesinal dengan
diberlakukannya undang-undang tentang Praktek Kedokteran yang ditujukan bagi
kepastian hukum baik bagi penerima pelayanan maupun pemberi pelayanan
kesehatan.
Kejadian infeksi Nosokomial adalah infeksi yang didapat atau timbul pada
waktu pasien dirawat dirumah sakit. Bagi pasien dirumah sakit infeksi nosokomial
merupakan persoalan serius yang dapat menjadi penyebab langsung maupun tidak
langsung kematian pasien.Beberapa kejadian infeksi nosokomial mungkin tidak
menyebabkan kematian pasien namun menyebabkan pasien dirawat lebih lama
dirumah sakit ini berarti pasien membayar lebih mahal .
Pencegahan dan Pengendalian infeksi dirumah sakit (PPIRS) merupakan
kegiatan yang sangat penting dan salah satu faktor yang mendukung untuk
meningkatkan kualitas pelayanan dan erat kaitannya dengan citra rumah sakit.
Oleh karena itu pencegahan dan pengendalian infeksi perlu diperhatikan.
Salah satu upaya untuk menekan kejadian infeksi nosokomial adalah dengan
melaksanakan pelayanan Unit sterilisasi yang baik. Tanggung jawab untuk
melaksanakan semua kegiatan secara aman di lingkungan pusat sterilisasi menjadi
tanggung jawab petugas pusat sterilisasi Setelah dilakukan pembekalan terhadap
petugas terhadap bahaya yang mungkin terjadi di lingkungan pusat sterilisasi.
Pada dasarnya kecelakaan dapat dihindari dengan mengetahui potensi bahaya
yang dapat ditimbulkan. Dengan memperhatikan secara seksama dan melatih
teknik-teknik bekerja secara aman maka resiko terjadinya kecelakaan kerja dapat
diturunkan secara signifikan.

Direktur
Rumah Sakit Umum Denisa Gresik

dr. Bambang Prihadi , SpOG ( K )

Anda mungkin juga menyukai