Anda di halaman 1dari 27

PANDUAN

PENGELOLAAN
STERILISASI

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur kehadirat kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan Panduan Sterilisasi (CSSD) Rumah Rumah
Sakit Aminah Sidoarjo
Panduan ini telah kami buat dengan maksimal dan bekerjasama dengan berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan Panduan Sterilisasi. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan Panduan Sterilisasi ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami menerima segala saran dan kritik
dari pembaca agar kami dapat memperbaiki Panduan ini.
Akhir kata, semoga Panduan Sterilisasi dapat memberikan manfaat maupun inspirasi
terhadap pembaca. Demikian kami ucapkan banyak terima

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................ ii


DAFTAR ISI ......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 2
BAB II RUANG LINGKUP .......................................................................... 4
BAB III TATA LAKSANA ........................................................................... 5
BAB IV DOKUMENTASI ............................................................................ 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Rumah sakit sebagai institusi penyedia pelayanan kesehatan berupaya untuk
mencegah risiko terjadinya infeksi bagi pasien dan petugas rumah sakit. Salah satu
indikator keberhasilan dalam pelayanan rumah sakit adalah rendahnya angka infeksi
nosokomial di rumah sakit. Untuk mencapai keberhasilan tersebut maka perlu dilakukan
pengendalian infeksi di rumah sakit.
Sterilisasi merupakan salah satu metode yang penting untuk memutus mata rantai
penularan mikroorganisme dan berperan dalam upaya menekan kejadian infeksi. Untuk
terlaksananya tugas dan fungsi sterilisasi, maka diperlukan dukungan dari Instalasi
penunjang lain seperti unsur pelayanan medik, unsur penunjang medik maupun instalasi
antara lain perlengkapan, rumah tangga, pemeliharaan sarana rumah sakit, sanitasi dan
lain-lain. Apabila terjadi hambatan pada salah satu sub Instalasi diatas maka pada
akhirnya akan mengganggu proses dan hasil sterilisasi.
Bahan dan peralatan medik pada umumnya diproses di setiap Instalasi/bagian yang
ada pada rumah sakit bersangkutan. Kelemahan dengan sistem ini adalah terjadinya
duplikasi bahan dan peralatan serta sulit untuk mempertahankan standar/kualitas yang
terbaik untuk proses sterilisasi maupun proses pre-sterilisasi seperti pembersihan
maupun disinfeksinya.
Dengan semakin berkembangnya prosedur operasi maupun kompleksitas peralatan
medik, maka diperlukan proses sterilisasi yang tersentralisasi sehingga keseluruhan
proses menjadi lebih efisien, ekonomis dan keamanan pasien semakin terjamin.
Di Rumah Sakit Islam Aminah Sidoarjo, ruang sterilisasi berada di lantai 3
dimana alur untuk masuk barang kotor menjadi satu, satu pintu dengan barang bersih.
Tetapi dibedakan jam penerimaan barang kotor dan distribusi barang bersih.Tersedia
ruang khusus untuk penyimpanan alat dan barang steril, dimana tempat penyimpanan
barang dan alat steril berada dekat dengan ruang sterilisasi.
Dalam hal distribusi, proses membawa barang/ alat steril dari ruang sterilisasi
memenuhi standar karena dimasukkan dalam kontainer tertutup, sehingga untuk resiko
kontaminasi dari lingkungan sangat kecil. Sama hal nya dengan penerimaan barang
kotor, proses membawa barang/alat kotor dari unit lain dimasukkan dalam kontainer
tertutup.
Dalam pemrosesan barang/ alat yang terkontaminasi cairan tubuh pasien
diperlukan ruang khusus untuk dekontaminasi untuk mencegah penyebaran
mikroorganisme ke lingkungan sekitar, yang selama ini kita kenal dengan spoelhock.
Sterilisasi merupakan salah satu metode yang penting dalam memutus mata rantai

2
penularan mikroorganisme dan berperan penting dalam pencegahan infeksi. Maka untuk
terlaksananya tugas dan fungsi sterilisasi secara baik, diperlukan dukungan dengan
tersedianya sarana dan prasarana yang sesuai standar untuk mendapatkan dan
mempertahankan kualitas sterilisasi mulai dari pre sterilisasi (proses dekontaminasi dan
pembersihan), pengemasan dan proses sterilisasi, penyimpanan di pusat sterilisasi
sampai dengan distribusi. Agar pelayanan sterilisasi berjalan dengan lancar, maka
diperlukan Panduan Pengelolaan Sterilisasi untuk mengatur jalannya pengelolaan atau
operasional Sterilisasi di Rumah Sakit Islam Aminah Sidoarjo.
B. DEFENISI
1. Sterilisasi adalah suatu proses pengolahan alat atau bahan yang bertujuan untuk
menghancurkan semua bentuk kehidupan mikroba termasuk endospora dan dapat
dilakukan dengan proses kimia atau fisika.Laundry adalah tempat pencucian linen
yang dilengkapi dengan sarana penunjangnya berupa mesin cuci, desinfektan, mesin
pengering, timbangan, troly dan mesin setrika.
2. Kritikal adalah Bahan dan praktik ini berkaitan dengan jaringan steril atau system
darah sehingga merupakan risiko infeksi tingkat tinggi. Kegagalan manajemen
sterilisasi dapat mengakibatkan infeksi yang serius dan fatal.
3. Semikritikal adalah Bahan dan praktik ini merupakan terpenting kedua setelah
kritikal yang berkaitan dengan mukosa dan area kecil di kulit yang lecet. Pengelola
perlu mengetahui dan memiliki keterampilan dalam penanganan peralatan invasif,
pemrosesan alat, Desifeksi Tingkat Tinggi (DTT)
4. Non- kritikal Pengelolaan peralatan/bahan dan praktik yang berhubungan dengan
kulit utuh yang merupakan risiko rendah. Walaupun demikian, pengelolaan yang
buruk pada bahan dan peralatan non-kritikal akan dapat menghabiskan sumber daya
dengan manfaat yang terbatas.

3
BAB II
RUANG LINGKUP

A. RUANG LINGKUP
1. Instalasi pusat sterilisasi memberikan pelayanan untuk melayani, mengelola dan
membantu semua unit di rumah sakit yang membutuhkan barang dan alat medik
dalam kondisi steril. Dalam melaksanakan tugasnya, CSSD selalu berhubungan
dengan Instalasi lain diantaranya yaitu
a. Bagian laundry/pencucian
b. Instalasi pemeliharaan sarana.
c. Instalasi farmasi.
d. Sanitasi.
e. PPI
f. Gudang logistik/perlengkapan
g. Perawatan ( IGD, Rawat jalan, Rawat inap, Kamar bersalin, Pediatri, Ok, Ruang
Isolasi
2. Ruang lingkup pelayanan sterilisasi meliputi :
a. Perencenaan
b. Pre Cleaning/Dekontaminasi dan disinfeksi
c. Pengemasan dan pemberian tanda/etiket
d. Proses sterilisasi
e. Penyimpanan
f. Distribusi
3. Tingkat disinfeksi atau sterilisasi tergantung pada kategori peralatan medis dan/
Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) :
a. Tingkat 1- Kritikal : Benda yang dimasukkan ke jaringan yang normal steril atau
ke sistem vaskuler dan membutuhkan sterilisasi, contohnya : Instrumen
bedah/operasi
b. Tingkat 2- Semi kritikal : benda yang menyentuh selaput lendir atau kulit yang
tidak intak dan membutuhkan disinfeksi tingkat tinggi, contohnyanya :
Endotracheal Tube, Nosogastric Tube, kateter urin, kateter suction, nasal
canua oksigen
c. Tingkat 3- Non kritikal : benda yang menyentuh kulit intak tetapi tidak
menyentuh selaput lendir, dan membutuhkan disinfeksi tingkat rendah,
contohnya sarung tangan bedah.

4
BAB III
TATA LAKSANA

A. Tatalaksana Pelayanan Sterilisasi


1. Perencanaan dan penerimaan barang
a. Linen
b. Instrumen/alat
c. BHP (kassa)
d. Penerimaan barang kotor terjadwal pukul 09.00-10.00 WIB
2. Pencucian
a. Linen dilakukan dibagian loundry
b. Instrumen
3. Setting
a. Set Instrument
b. Set Linen
4. Pengemasan dan labeling
a. Linen
b. Instrumen
c. BHP
5. Proses sterilisasi
a. Linen
b. Instrumen
c. BHP
6. Penyimpanan dan distribusi
a. Disesuaikan dengan tanggal kadaluarsa FIFO
b. Disesuaikan dan ditempatkan pada rak sesuai ruang yang membutuhkan.
c. Penyimpanan peralatan medis dan/atau BMHP ditempatkan di tempat yang
bersih, kering terlindungi dari debu, kelembaban dan jauh dari perubahan suhu
yang ekstrem
d. Pendistribusian atau pengambilan alat terjadwal pukul 13.00-14.00 WIB
7. Pemantauan kualitas sterilisasi
a. Pemantauan proses sterilisasi dengan penggunaan indikator sterilitas: Indikator
kimia dan biologi.
8. Pencatatan dan pelaporan

5
B. Alur Kerja
1. Alur kerja yaitu urutan-urutan dalam melakukan proses terhadap alat/bahan.
Tujuan dibuatnya alur sebagai berikut:
a. Pekerjaan dapat effektif dan efisien.
b. Menghindari terjadinya kontaminasi silang.
c. Memudahkan dalam pemantauan.
2. Alur kerja yang dilakukan di CSSD adalah sebagai berikut:
a. Penerimaan alat dari pengguna (user).
b. Diserahkan CSSD melalui bagian penerimaan alat kotor.
c. Pengecekan/seleksi dan dicatat.
d. Perendaman
e. Pencucian dan dekontaminasi
f. Pengeringan
g. Pengesetan
h. Pengemasan
i. Labeling
j. Proses sterilisasi
k. Gudang simpan steril
l. Distribusi

6
Barang Masuk Ke Instalasi
CSSD

Instrument Bekas Pakai Bahan/Linen Perbekalan


(Reuse) Masuk

Loket Penerimaan Loket Penerimaan

Sortir/Pencatatan Alat

Perendaman Pengemasan

Pencucian

Pengeringan

Sortir

Kembalikan Ke Pengemasan Labeling


Instalasi Pengiriman
Instrument/Linen
STERILISASI

Kontrol Indikator

GUDANG Distribusi Barang


ALAT Keluar

USER

7
C. Tahap-tahap Sterilisasi Alat/bahan Medis
Dekontaminasi adalah proses fisik atau kimia untuk membersihkan benda-benda yang
mungkin terkontaminasi oleh mikroba berbahaya bagi kehidupan, sehingga menjadi
aman untuk proses-proses selanjutnya. Tujuan dari proses dekontaminasi ini adalah
untuk melindungi pekerja yang bersentuhan langsung dengan alat-alat kesehatan yang
sudah melalui proses dekontaminasi tersebut, dari penyakit yang mungkin timbul akibat
dari mikroorganisme pada alat kesehatan tersebut.
1. Menangani dan Transportasi Benda Kotor
Alat kesehatan pakai ulang yang sudah terkontaminasi harus ditangani dengan
serius, dikumpulkan dan dibawa ke CSSD sedemikian rupa sehingga dapat terhindar
dari kontaminasi terhadap pengunjung, pasien, pekerja dan fasilitas lainnya. Proses
penanganannya adalah:
a. Peralatan habis pakai dipisahkan dari limbahnya. Ditempatkan oleh pekerjanya
langsung yang mengetahui potensi terjadinya infeksi dari peralatan tersebut.
b. Pisahkan benda tajam dan masukkan kedalam container khusus benda tajam.
c. Kain dan linen dipisahkan dan masukkan ke Instalasi loundry untuk penanganan
lebih lanjut.
d. Peralatan yang terkontaminasi ditempatkan dalam wadah khusus/box container
dan masuk ke ruang dekontaminasi melewati petugas pencatatan.
e. Limbah atau pembuangan harus dipisahkan dari alat pakai ulang. Diidentifikasi
dan dibuang sesuai kebijakan RS,limbah dapat di buang di spoelhoek atau
wastafel yang sudah di tentukan
2. Perlakuan Alat Terkontaminasi
Pembersihan alat pakai ulang yang terkontaminasi harus sesegera mungkin setelah
dipakai. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah kotoran menjadi kering dan lebih
sulit dalam pembersihannya. Agar tujuan tersebut dapat tercapai, maka:
a. Langsung dikirim ke CSSD segera setelah digunakan.
b. Dibersihkan dari kotoran, dicuci dengan air mengalir di tempat pemakaian
sesuai prosedur yang berlaku dan langsung dibungkus untuk menghindari
cipratan, tumpahan atau penguapan dan dibawa ke ruang dekontaminasi CSSD.
c. Jika tidak memungkinkan untuk langsung dikirim ke CSSD, maka alat direndam
terlebih dahulu di box/container alat kotor yang disediakan.
3. Metode Merendam dan Membilas
Mencuci bersih adalah proses menghilangkan semua partikel yang kelihatan dan
hampir semua partikel yang tidak tampak, dan menyiapkan alat-alat agar aman
untuk proses desinfeksi dan sterilisasi. Mencuci dapat dilakukan secara manual
maupun mekanikal atau kombinasi keduanya.

8
Untuk memastikan kebersihan alat dan supaya tidak merusak alat, maka:
a. Dibongkar dan periksa semua komponen dalam kondisi lengkap.
b. Dimulai dengan merendam dalam air pada suhu 200C - 430C selama 15-20 menit
dan atau dalam produk enzyme yang dapat melepaskan darah dan protein
lainnya untuk mencegah terjadinya koagulasi darah pada alat dan juga
membantu menghilangkan mikroorganisme.
c. Bilas dengan air keran yang mengalir untuk menghilangkan protein dan partikel-
partikel kotoran.
4. Mencuci/Cleaning
Semua alat pakai ulang harus melalui pencucian hingga benar-benar bersih sebelum
dilakukan sterilisasi.Bahan-bahan Pencuci (Cleaning Agents) supaya efektif, bahan
pencuci harus membantu menghilangkan residu dan kotoran organik tanpa merusak
alat. Bahan pencuci harus:
a. Sesuai dengan bahan yang disarankan pada alat dan metode mencuci yang
dipilih.
b. Ikuti rekomendasi dari produsen alat mengenai tipe bahan pencuci yang dapat
dipakai.
c. Pemilihan bahan pencuci juga bergantung pada tipe kotoran yang ada. Protein
cukup dengan detergen yang bersifat basa. Garam mineral dengan
menggunakan detergen asam.
d. Pertimbangkan penggunaan enzyme pelarut protein untuk mencuci alat.
Cara mencuci manual :
a. Pencucian secara manual dilakukan pada instrumen atau alat yang lembut dan
rumit.
b. Dicuci didalam air untuk mencegah penguapan jika alat dapat tenggelam/
terendam.
c. Gunakan sikat yang sesuai dengan kebutuhan alat atau yang disarankan oleh
produsen alat.
d. Bilas dengan air mengalir dengan suhu 400C - 500C.
e. Setelah dicuci, dibilas, keringkan terlebih dahulu sebelum dilubrikasi,
didisinfeksi atau disterilkan.
5. Pengemasan dan lebeling
Pengemasan yang dimaksud adalah termasuk semua material yang tersedia untuk
membungkus, mengemas dan menampug alat-alat yang dipakai ulang sebelum
proses sterilisasi, penyimpanan dan pemakaian.

9
Tujuan pengemasan adalah sebagai perlindungan terhadap alat dan bahan terhadap
segala penyebab yang merusak kondisi steril.
a. Syarat Bahan Kemasan:
1) Dapat menahan mikroorganisme dan bakteri
2) Kuat dan tahan lama
3) Mudah digunakan
4) Tidak mengandung racun
5) Segel yang baik
6) Dapat dibuka dengan mudah dan aman
7) Masa kadaluarsa
b. Tipe-tipe Bahan Kemasan:
1) Kertas
2) Film Plastik
3) Kain (linen)
Rumah Sakit Islam Aminah Sidoarjo pengemasan menggunakan kain linen
c. Prosedur dan Langkah-langkah Pengemasan
Prosedur pengemasan harus mencakup:
1) Nama alat yang akan dikemas
2) Langkah-langkah yang tepat untuk persiapan sesuai instruksi produk dan
spesifikasinya.
3) Sesuaikan dengan metode sterilisasi yang digunakan
4) Tipe dan ukuran alat yang akan dikemas
5) Penempatan alat-alat dalam kemasan
6) Tips dan penempatan yang tepat indikator kimia eksternal dan internal
7) Metode atau teknik pengemasan
8) Metode pemberian segel kemasan
9) Metode dan penempelan label identifikasi isi kemasan
10) Aplikasi informasi pengendalian mutu, seperti nomer lot, tanggal, kode
petugas
11) Petunjuk penempatan kemasan di dalam mesin sterilisasi
12) Peringatan waktu pengeringan, pendinginan dan penanganan asetelah
proses sterilisasi
13) Petunjuk penempatan pada penyimpanan dan atau distribusi ke tempat
pemakaian
14) Informasi kepada pemakai untuk mencegah kemungkinan kontaminasi

10
6. Metode Sterilisasi
a. Sterilisasi Panas Kering
Terjadi melalui mekanisme konduksi panas, dimana panas akan diabsorbsi oleh
permukaan luar dari alat yang disterilkan lalu merambat ke bagian dalam
permukaan sampai akhirnya suhu sterilisasi tercapai. Biasanya digunakan pada
bahan yang terbuat dari kaca.
b. Sterilisasi uap
Uap dapat membunuh mikroorganisme melalui denaturasi dan koagulasi sel
protein secara irreversible.

D. Pengujian Alat Sterilisasi


Sebelum mesin sterilisasi dapat digunakan secara rutin maka harus dilakukan pengujian
telebih dahulu sesuai dengan prosedur pada masing-masing autoclave atau sesuai
dengan mesin sterilisasi yang digunakan. Kerja mesin sterilisasi tidak hanya tergantung
pada disain mesinnya saja tetapi juga tergantung pada elemen pendukung lainnya
seperti generator uap dan distribusi uap, sistem kelistrikan dan sistem mekanik lainnya.
Kompatibilitas mesin sterilisasi dengan sistem penunjang lainnya

E. Kalibrasi alat
Kalibrasi secara periodik harus dilakukan sesuai dengan instruksi manual dari produsen
mesin. Beberapa contoh item yang harus dikalibrasi adalah: pengukur suhu dan tekanan,
timer, dan elemen pencatat lainnya. Kalibrasi ulang harus dilakukan apabila komponen-
komponen ini mengalami perbaikan. Kalibrasi alat harus dilakukan oleh orang terlatih
khususnya terhadap jenis mesin sterilisasi yang akan dikalibrasi. Kalibrasi terhadap
mesin sterilisasi sangat penting untuk menjamin bahwa mesin sterilisasi bekerja dengan
baik dan efektif serta dapat diandalkan.

11
BAB IV
DOKUMENTASI

A. DOKUMENTASI/PENCATATAN
1. Buku pendistribusian alat steril kotor dan bersih.
2. Form supervise dari Tim PPI yang dilakukan 1 bulan seklai dan dilakukan tindak
lanjut

12

Anda mungkin juga menyukai