Anda di halaman 1dari 14

BAB III

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
a. Nama : Sdra. HW
b. Jenis Kelamin : Laki-laki
c. Usia : 24 tahun
d. Alamat : Diwek-Jombang
e. Pekerjaan : Swasta
f. Tanggal Masuk : 12-9-2017

B. CATATAN RIWAYAT PENYAKIT


a. Keluhan Utama : nyerimenelan

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasienmengeluhnyerimenelandannyeritenggorokansejaksenintgl 4/9 (-+ 1

minggu). Nyerimenelandantenggorokandirasakanterusmenerusdansemakinmemberat

2 hariini.Pasienmengatakansaatmeludahpernahmengeluarkanbercak-

bercakdarahsedikit.5harisebelumnyapasienmengeluhbadansumer-

sumerdisertainafsumakanmenurundanbadanlesu.Sudah 3 hariini (tgl 8/9)

pasienmengeluhadabenjolandibawahpipikanandanmakin lama

makinmembesartapibenjolantidakmembuatkeluhannafassesakdansuaraparau.pasientid

akmengeluhadasuaraparau, mual, muntah, pilek, jantungberdebarcepat (-),

kelemahananggotagerak (-).

c. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasienbarupertama kali memilikikeluhansepertiini.Pasienmenyangkal.

DM (-), HIV disangkal.

d. Riwayat Penyakit Keluarga

Keluargaterdekatdantemanterdekattidakada yang memilikikeluhan yang sama.

32
e. Riwayat Sosial

Rumahpasienberdekatanantartetangga.Di

lingkungansekitarpasientidakadawabahdifteri.

f. Riwayatimunisasi

Pasientidaktahuapakahimunisasisudahlengkapatautidakdan orang

tuapasientidakpernah di RS, pasienhanyaditunggudengantemandekat.

C. PEMERIKSAAN FISIK
a. Kondisi Umum : lemah
b. GCS : 4-5-6
c. Status Gizi : BB 55 kg; TB 160 cm; IMT 21,4 kg/m2
d. Vital Sign : TD 120/70; N 88 kali/menit; RR 20 x/menit; S 38,9oC
e. Kepala : A/I/C/D -/-/-/-
f. Leher : Pembesaran KGB (+) sub mandibular (Bull neck appearance),
faring hiperemis (+) danpseudomembran (+) bewarnaputih
keabu-abuan, tonsil T4/T2, JVP flat
g. Telinga : kelainananatomis (-),otorea (-), otalgi (-)
h. Hidung :kelainananatomis (-),secret (-), hiperemis (-),
i. Dada:
 Inspeksi : Simetris hemithoraks kiri- kanan, spider nevi (-)
 Bentuk : Normothoraks
 Pembuluh Darah : Bruit (-)
 Buah Dada : Tidak ada kelainan
 Sela Iga : Tidak ada pelebaran
 Lain-lain : Barrel chest (-), pigeon chest (-), massa tumor (-)
j. Paru:
 Palpasi:Fremitus Raba : Kiri = Kanan; Nyeri Tekan : (-)
 Perkusi: Paru Kiri (Sonor); Paru Kanan (Sonor); Batas Paru
Hepar (ICS VI anterior dextra); Batas Paru Belakang Kanan
(Vertebra thorakal IX); Batas Paru Belakang Kiri (Vertebra
thorakal X)

33
 Auskultasi: Bunyi Pernapasan (Vesikuler); Bunyi
Tambahan Ronkhi (-), Wheezing (-)
k. Jantung:
 Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
 Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
 Perkusi : Pekak, batas jantung kesan normal (batas jantung
kanan: lineaparasternalis dextra, batas jantung kiri: linea
midclavicularis sinistra)
 Auskultasi :BJ I/II : Murni reguler
m. Perut:
 Inspeksi : Datar, ikut gerak napas, caput medusa (-), bercak
berwarna kebiruan
 Palpasi : Massa tumor (-), nyeri tekan (-)
 Hati : Tidak teraba
 Limpa : Tidak teraba
 Ginjal : Ballotement (-)
 Lain-lain : Kulit tidak ada kelainan
 Perkusi : Timpani, Shifting dullness (-)
 Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
n. Punggung :
 Inspeksi: Skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-)
 Palpasi : Gibbus (-)
 Perkusi: Nyeri Ketok : (-)
 Auskultasi : Rh -/- Wh -/-
o. Ekstremitas :
 Look:luka (-),
 Feel: HKM, Pitting edema (-)
 Move: lumpuh (-), nyeri gerak (-)

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Laboratorium 11/09/2017
Darah Lengkap
Hemoglobin 14 g/dl

34
Eritrosit 4.790.000 /uL
Leukosit 11.400/uL
Hematokrit 40,2 %
Trombosit 414.000 /uL
Eosinofil negatif
Basophil negatif
Batang negatif
Segmen 83
Limfosit/monosit 10/7
Kimia Darah
Cl 104 meq/L
Natrium 135 meq/L
Kalium 3,93 meq/L
GDA 99 mg/dL
Kreatinin serum 1,11 mg/dl
Urea 26,3 mg/dl
Mikrobiologi
Negative
Pengecatanneisser
(ditemukanbentukgranulatanpabatang)

E. DIAGNOSIS KERJA
 Difteri tonsil faring (Fausial)

F. PENATALAKSAAN AWAL (IGD)


 MRS ruangisolasi
 Inf. RL 28tpm
 Inj. Penicillin prokain 3x500.000 IU (IM)
 Erythromycin 4x500 mg (po)
 Paracetamol 3x 500mg (po)
 Sucralfat syrup 3C1
 Cekneissersampai 3x

35
E. FOLLOW UP STATUS PASIEN
Tgl Subjective Objective Assesment Planning
Selas Pasien KU: lemah OF H-1 e.c  MRS ruangisolasi
a, badan GCS: 456 suspect  Inf. RL 28tpm
12/9 lemah, nyeri TD: 120/70 difteri  Inj. Penicillin prokain
H-2 menelan dan N: 88 faring-tonsil 3x500.000 IU (IM)  H-2
badan panas. S: 38,9  Erythromycin 4x500 mg (po)
Benjolan di RR: 20 H-2
bawah pipi K/L:  Paracetamol 3x 500mg (po)
kanan (+)  Sucralfat syrup 3C1
 A/I/C/D -/-/-/-
 Bullneck appearance  Cekneiserulang
(massapadatkenyaluk  Cek EKG
-+ 4x2cm)
 faringhiperemis,
pseudomembran (+)
putihkeabu-abuan.
 Tonsil T2/T2

 Leukosit : 11.400
 EKG: normal
 Swab neiser (11/9):
Pasien (-)
Rab Nyeri KU: lemah difteri  MRS ruangisolasi
u, tenggorokan GCS: 456 faring-tonsil  Inf. RL 28tpm
13/9 , nyeri TD: 110/80  Pro ADS??
H-3 menelan. N: 80  Inj. Penicillin prokain
Panas sudah S: 37 3x500.000 IU (IM)  H-3
berkurang. RR: 20  Erythromycin 4x500 mg (po)
Benjolan di K/L:  H-3
bawah pipi  Inj. Antrain 3x500mg
 A/I/C/D -/-/-/-
kanan (+)
 Inj. Ranitidine 3x1
 Bullneck appearance  Paracetamol 3x 500mg (po)
(massapadatkenyaluk  Sucralfat syrup 3C1
 Cekneisser
-+ 4x2cm)
 faringhiperemis,
pseudomembran (+)
putihkeabu-abuan.

36
 Tonsil T2/T2
 Swab neiser (12/9):
pasien (+)
penunggu: gani (-)
Kam Nyeri KU: lemah difteri  MRS ruangisolasi
is, menelan dan GCS: 456 faring-tonsil  Inf. RL 28tpm
14/9 nyeri TD: 110/80  Pro ADS??
H-4 tenggorokan N: 88  Inj. Penicillin prokain
berkurang. S: 37 3x500.000 IU (IM)  H-4
Benjolan di RR: 20  Erythromycin 4x500 mg (po)
bawah pipi K/L:  H-4
kanan  Inj. Antrain 3x500mg
sedikit  A/I/C/D -/-/-/-
 Inj. Ranitidine 3x1
mengecil.  Bullneck appearance  Paracetamol 3x 500mg (po)
(massapadatkenyaluk  Sucralfat syrup 3C1
-+ 2x2cm)
 faringhiperemis,
pseudomembran (+)
putihkeabu-abuan.
 Tonsil T2/T2

 Swab neiser (14/9):


pasien (-)
penunggu: gani (-)

Jum Nyeri KU: lemah Difteri  MRS ruangisolasi


at, menelan dan GCS: 456 faring-tonsil  Inf. RL 28tpm
15/9 nyeri TD: 110/80  Pro ADS??
H-5 tenggorokan N: 88  Inj. Penicillin prokain
berkurang. S: 37 3x500.000 IU (IM)  H-5
Benjolan di RR: 20  Erythromycin 4x500 mg (po)
bawah pipi K/L:  H-5
kanan  Inj. Antrain 3x500mg
 A/I/C/D -/-/-/-
sedikit
 Inj. Ranitidine 3x1
mengecil.  Bullneck appearance  Paracetamol 3x 500mg (po)
(massapadatkenyaluk  Sucralfat syrup 3C1
-+ 2x2cm)
 faringhiperemis,
pseudomembran (+)
putihkeabu-abuan.

37
 Tonsil T2/T2

 Swab neiser (15/9):


pasien (-)
penunggu: gani (-)

Sabt pasien KU: lemah Difteri  MRS ruangisolasi


u, mengeluh GCS: 456 faring-tonsil  Inf. RL 28tpm
16/9 nyeri TD: 110/80  Pro ADS??
H-6 menelan N: 88  Inj. Penicillin prokain
masih sama, S: 37,9 3x500.000 IU (IM)  H-6
badan pasien RR: 20  Erythromycin 6x500 mg (po)
panas. K/L:  H-6
Benjolan di  Inj. Antrain 3x500mg
 A/I/C/D -/-/-/-
bawah pipi
 Inj. Ranitidine 3x1
kanan (+)  Bullneck appearance  Paracetamol 3x 500mg (po)
(massapadatkenyaluk  Sucralfat syrup 3C1
 Cek EKG
-+ 2x2cm)
 faringhiperemis,
pseudomembran (+)
putihkeabu-abuan.
 Tonsil T2/T2

 EKG (16/9): non


spesifik ST-T

Seni Pasien KU: lemah Difteri  MRS ruangisolasi


n, mengeluh GCS: 456 faring-tonsil  Inf. RL 28tpm
18/9 nyeri TD: 110/80  Pro ADS??
H-8 menelan dan N: 88  Inj. Penicillin prokain
tenggorokan S: 37 3x500.000 IU (IM)  H-8
sedikit RR: 20  Erythromycin 6x500 mg (po)
memberat K/L:  H-8
serta  Inj. Antrain 3x500mg
benjolan di  A/I/C/D -/-/-/-
 Inj. Ranitidine 3x1
bawah pipi  Bullneck appearance  Paracetamol 3x 500mg (po)
kanan makin
membesar. (massapadatkenyaluk  Sucralfat syrup 3C1
 Cekneisserulang.
-+ 5x4cmcm)
 Cek EKG

38
 faringhiperemis,
pseudomembran (+)
putihkeabu-abuan.
 Tonsil T3/T2
 EKG (18/9) : Normal
 Swab neiser (18/9):
pasien (-)
penunggu: gani (-)

 MRS ruangisolasi
Selas Nyeri Difteri  Inf. RL 28tpm
a, menelan dan KU: lemah faring-tonsil  Pro ADS??
GCS: 456
19/9 nyeri  Inj. Penicillin prokain
H-9 tenggorokan TD: 120/80
3x500.000 IU (IM)  H-9
semakin N: 80
S: 37  Erythromycin 6x500 mg (po)
berat dan  H-9
benjolan di RR: 20
K/L:  Inj. Antrain 3x500mg
bawah pipi
 Inj. Ranitidine 3x1
kanan  A/I/C/D -/-/-/-  Paracetamol 3x 500mg (po)
membesar
 Bullneck appearance  Sucralfat syrup 3C1
dan pasien
semalam (massapadatkenyaluk
mengeluarka
n darah dari -+ 5x4cmcm)
mulut,
 faringhiperemis,
pasien
merasa pseudomembran (+)
benjolanya
putihkeabu-abuan.
pecah.
 Tonsil T3/T2
 Swab neiser (18/9):
pasien (-)
penunggu: gani (-)

Rab Nyeri Difteri  Pro rujukke RSUD


KU: lemah
u, menelan dan faring-tonsil dr.soetomo
20/9 nyeri
GCS: 456  MRS ruangisolasi
H-10 tenggorokan
TD: 100/80  Pro ADS??
N: 80
semakin
S: 37,2
memberat.
RR: 20
Pasien
K/L:
lemah.
Benjolan  A/I/C/D -/-/-/-
semakin

39
membesar  Bullneck appearance
dan benjolan
bertambah (massapadatkenyaluk
di pipi kiri -+ 5x4cmcm dekstra,
2x2cm sinistra)
 faringhiperemis,
pseudomembran (+)
putihkeabu-abuan.
 Tonsil T4/T2
 Swab neiser (20/9):
pasien (-)
penunggu: gani (-)

40
BAB IV

PEMBAHASAN

Seoranglaki-lakiberusia 23 tahundatangke RSUD Jombangtanggal 11-9-2017

dengankeluhannyerimenelandantenggorokansudah 1

mingguini.Didahulidengangejalaprodomalsepertibadanlemas,

nafsumakanmenurundanbadanpanas.padariwayatpenyakitdahulupasienmenyangkalme

milikiriwayat HIV.

Padariwayatkeluargapasienmenyangkalkeluargadantemandekattidakada yang

mengeluhkankeluhan yang sama.

Padariwayatimunisasipasienmengatakantidakmengigatriwayatimunisasinyasudahleng

kapataubelum.Padapemeriksaanfisikdidapatkan faring dan tonsil

adanyapseudomembranbewarnaputihkeabuandanpembesaran tonsil T2/T2sertaadanya

bull neck appearance.Pemeriksaanpenunjangberupa swab

neisserdidapatkanpositifpadaharikedua.

Pasiendapatdidiagnosisberdasarkan buku pedoman Penanggulangan KLB

Difteri Provinsi Jawa Timur kasus suspek difteri adalah orang dengan gejala laringitis,

nasofaringitis atau tonsilitis ditambah pseudomembran putih keabuan yang tak mudah

lepas dan mudah berdarah di faring, laring, tonsil.Penyakit ini biasanya muncul 2

sampai 5

harisetelahterinfeksi.PadapemeriksaanpenunjangditemukannyaCorynebacteriumdipht

eriaedenganmelakukanpemeriksaankulturdanlesi yang dicurigai.Padahasil swab

neisserpasiendidapatkanpositive

hanyapadaharikeduapasiendirawatselanjutnyahinggapasiendirujukhasil swab neisser

41
negative. Padapenunggupasienjugadilakukanpmeriksaan swab neisserdanhasilnya

negative daripasien MRS hinggapasiendirujuk.

Padaterapipasiendirawatdiruangisolasidenganmemakai masker

diruangandankeluargajugamemakai masker

saatdidalamataupundiluarruangan.Pasientidakmendapatkan ADS,

pasienhanyamendapatkaninjeksi penicillin prokain 3x500.000 iuserta erythromycin

4x500mg. Serta pasienselaludipantaupadahasilpemeriksaan swab neisserdan EKG,

sertakeluhanpasien.

Pasientidakmendapatkan ADS hinggaharike 11

pasiendirawatsehinggakeluhanpasien yang awalnyamembaiktapimakin lama

pasienkeadaanmemburukseperti bull neck

makinmembesarwalaupuntidakmenyumbatjalannafas,

suaraparauhinggakomplikasisepertimiokarditisdanparalisis. Agar

pasienbisamendapatkanpengobatanlebihlengkapdanmencegahdarikomplikasimakapasi

endirujukke RSUD.Dr.Soetomo

42
BAB V

KESIMPULAN

1. Difteri adalah suatu penyakit infeksi yang disebarkan dari orang ke orang melalui

percikan ludah dari tenggorokan melalui batuk dan bersin.

2. Berdasarkan buku pedoman Penanggulangan KLB Difteri Provinsi Jawa Timur adalah

sebagai berikut: kasus suspek difteri adalah orang dengan gejala laringitis,

nasofaringitis atau tonsilitis ditambah pseudomembran putih keabuan yang tak mudah

lepas dan mudah berdarah di faring, laring, tonsil.

3. Penyakit ini biasanya muncul 2 sampai 5 hari setelah terinfeksi.

4. Difteripadaumumnyalebihbanyakmenyerangpadausiaanak 5-7 tahun,

jarangterjadipadausia di atas 10 tahun.

5. MenurutSetyowati (2011)

kasusdifteripadaumumnyadipengaruhiolehbeberapafaktorrisikoseperti status gizianak,

status imunisasi yang tidaklengkap, sertaadanyariwayatkontakdengansipenderita.

6. Diagnosis awalcepat (presumptive

diagnosis)Dapatdilakukandenganmenggunakanpewarnaan methylene blue, Diagnosis

pastididasarkanatasditemukannyaCorynebacteriumdiphteriaedenganmelakukanpemerik

saankulturdanlesi yang dicurigai.

43
7. PengobatanKhususyaituantitoksin anti difteri serum (ADS) harusdiberikansegerasetelah

diagnosis difteri. Rekomendasiberdasarkan CDC (Centers for Disease Control and

Preventio), diantaranya: Metronidazole, Erythromycin(orally or injection) for 14

days(40mg/kg per day with a maximum of 2 g/d),or Procaine penicillin G given

intramuscularly for 14 days(300,000 U/d for patient weighing.>10kg and 600,000 U/d

for those weighing for those weighing > 10kg). Patients with allergies to penicillin G or

erythromycin can use rifampin or clindamycin (CDC, 2016).

8. Komplikasiakibatinflamasilokalatauakibataktivitaseksotoksin,

makapenyulitdifteriadapatdikelompokkandalamobstruksijalannafas,

dampakeksotoksinterutamakeototjantung, sarafdanginjal,

sertainfeksisekunderolehbakteri lain.

44
DAFTAR PUSTAKA

1. Dahlan A, Aminullah A. 2007. BukuKuliahIlmuKesehatanAnak. Jilid II. 11 th ed.

Jakarta :BagianIlmuKesehatanAnak FKUI.

2. Depkes RI. 2004. PedomanPenyelenggaranImunisasi. Jakarta.

3. Elek test for detection of toxigenic corynebacteriain the diagnostic laboratory. J.Clin.

Mirobiol.1997;35(2):495–8.

4. Handayani S. Deteksikumandifteridenganpolymerase chain reaction (PCR). CDK-

191. 2012;39(3).

5. MurtazaMustafa. 2016.Diphtheria: Clinical Manifestations, Diagnosis, and Role of

ImmunizationIn Prevention. Malaysia.

6. Sing A, Heesemann J. Imported diphtheria Germany, 2005

(http://www.cdc.gov/ncidod/EID/vol 11no02/05.html diaksespada 15 November

2015).

7. Sumarmo, dkk. 2008. InfeksidanPediatriTropis. Edisi 2. Jakarta: IkatanDokterAnak

Indonesia. Bag. IKA FK UI

8. Sunarno, 2017.

ToksigenitasCorynebacteriumdiphtheriaePadaSampelKejadianLuarBiasaDifteriTahun

2010 – 2015 MenggunakanElektes. JurnalkesehatanAndalas

9. Vitek CR, Wharton M. Diphtheria in the former Soviet Union: reemergence of a

pandemic disease. Emerg Infect Dis 1998;4:539–50.

10. Vitek CR, Wharton M, Diphtheria toxoid. In Plotkin SA, Orenstein WA, Offit, PA,

eds. Vaccines. 5th ed. China: Saunders, 2008:139-56.

45

Anda mungkin juga menyukai

  • BAB 2 Stemi Rev
    BAB 2 Stemi Rev
    Dokumen41 halaman
    BAB 2 Stemi Rev
    Radityo Haryo Yudhanto
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Anak
    Jurnal Anak
    Dokumen7 halaman
    Jurnal Anak
    Radityo Haryo Yudhanto
    Belum ada peringkat
  • Bab 3 Lapsus
    Bab 3 Lapsus
    Dokumen7 halaman
    Bab 3 Lapsus
    Radityo Haryo Yudhanto
    Belum ada peringkat
  • Difteri Bab3-5
    Difteri Bab3-5
    Dokumen14 halaman
    Difteri Bab3-5
    Radityo Haryo Yudhanto
    Belum ada peringkat
  • Lepto Spiros Is
    Lepto Spiros Is
    Dokumen33 halaman
    Lepto Spiros Is
    Radityo Haryo Yudhanto
    Belum ada peringkat
  • Gout
    Gout
    Dokumen1 halaman
    Gout
    Radityo Haryo Yudhanto
    Belum ada peringkat
  • Asma Bronkiale
    Asma Bronkiale
    Dokumen4 halaman
    Asma Bronkiale
    Radityo Haryo Yudhanto
    Belum ada peringkat
  • LAPORAN KASUS - Bartholinitis
    LAPORAN KASUS - Bartholinitis
    Dokumen28 halaman
    LAPORAN KASUS - Bartholinitis
    Tri Rohmanto
    Belum ada peringkat
  • Evidence Based Medicine
    Evidence Based Medicine
    Dokumen4 halaman
    Evidence Based Medicine
    Radityo Haryo Yudhanto
    Belum ada peringkat
  • Partus Lama
    Partus Lama
    Dokumen19 halaman
    Partus Lama
    Radityo Haryo Yudhanto
    Belum ada peringkat
  • Post Date
    Post Date
    Dokumen2 halaman
    Post Date
    Radityo Haryo Yudhanto
    Belum ada peringkat
  • Bab II Tinjauan Pustaka
    Bab II Tinjauan Pustaka
    Dokumen15 halaman
    Bab II Tinjauan Pustaka
    Radityo Haryo Yudhanto
    Belum ada peringkat
  • Mac
    Mac
    Dokumen5 halaman
    Mac
    Radityo Haryo Yudhanto
    Belum ada peringkat
  • Perawatan Jenazah
    Perawatan Jenazah
    Dokumen22 halaman
    Perawatan Jenazah
    Haery Blackk Sevenfold
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen26 halaman
    Bab 2
    Radityo Haryo Yudhanto
    Belum ada peringkat
  • Hiperemesis Gravidarum
    Hiperemesis Gravidarum
    Dokumen16 halaman
    Hiperemesis Gravidarum
    Radityo Haryo Yudhanto
    Belum ada peringkat
  • Pomr Obsgyn Porong
    Pomr Obsgyn Porong
    Dokumen4 halaman
    Pomr Obsgyn Porong
    Radityo Haryo Yudhanto
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen26 halaman
    Bab 2
    Radityo Haryo Yudhanto
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen1 halaman
    Bab 1
    Radityo Haryo Yudhanto
    Belum ada peringkat
  • Peraturan Kost Griya Cantik
    Peraturan Kost Griya Cantik
    Dokumen1 halaman
    Peraturan Kost Griya Cantik
    Radityo Haryo Yudhanto
    Belum ada peringkat
  • Pemeriksaan Hemorrhoid Interna
    Pemeriksaan Hemorrhoid Interna
    Dokumen4 halaman
    Pemeriksaan Hemorrhoid Interna
    Radityo Haryo Yudhanto
    Belum ada peringkat
  • Hiperemesis Gravidarum
    Hiperemesis Gravidarum
    Dokumen16 halaman
    Hiperemesis Gravidarum
    Radityo Haryo Yudhanto
    Belum ada peringkat
  • Manifestasi Klinik
    Manifestasi Klinik
    Dokumen9 halaman
    Manifestasi Klinik
    Radityo Haryo Yudhanto
    Belum ada peringkat
  • Ujian Tengah Blok
    Ujian Tengah Blok
    Dokumen16 halaman
    Ujian Tengah Blok
    Radityo Haryo Yudhanto
    Belum ada peringkat
  • Sindrom Gulillain Blaire Penyakit Autoimun Yang Bisa Melumpuhkan
    Sindrom Gulillain Blaire Penyakit Autoimun Yang Bisa Melumpuhkan
    Dokumen1 halaman
    Sindrom Gulillain Blaire Penyakit Autoimun Yang Bisa Melumpuhkan
    Radityo Haryo Yudhanto
    Belum ada peringkat
  • Tugas Anatomi Sistem Pencernaan
    Tugas Anatomi Sistem Pencernaan
    Dokumen2 halaman
    Tugas Anatomi Sistem Pencernaan
    Radityo Haryo Yudhanto
    Belum ada peringkat