Anda di halaman 1dari 15

PANDUAN

MANAJEMEN LINEN
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MEURAXA
KOTA BANDA ACEH

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MEURAXA


KOTA BANDA ACEH
TAHUN 2017
BAB I
DEFINISI

Definisi

1. Antiseprik adalah desinfektan yang digunakan pada permukaan kulit dan


membrane mukosa untuk menurunkan jumlah mikroorganisme.
2. Dekontaminasi adalah suaru proses untuk mengurangi jumlah pencemaran
mikroorganisme atau substansi lain yang berbahaya sehingga aman untuk
penanganan lebih lanjut.
3. Desinfeksi adalah proses inaktivasi mikroorganisme melalui system.
4. Infeksi adalah proses dimana seseorang yang rentan terkena invasi agen
patogen atau infeksius yang turnbuh, berkembang biak dan menyebabkan sakit.
5. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat di rumah sakit dimana pada saat
masuk rumah sakit tidak ada tanda/gejala atau tidak dalam masa inkubasi.
6. Steril adalah kondisi bebas dari semua mikroorganisme termasuk spora.
7. Linen adalah bahan/alat yang terbuat dari kain.
8. Kewaspadaan universal adalah suatu prinsip dimana darah, semua jenis cairan
ubuh, sekreta, kulit yang tidak utuh, dan selaput lender pasien dianggap sebagai
sumber potensial penularan infeksi HIV maupun infeksi lainnya. Prinsip ini
berlaku bagi semua pasien, tanpa membedakan risiko, diagnosis ataupun status.
9. Linen kotor terinfeksi adalah linen yang terkontaminasi dengan darah, cairan
tubuh dan feses terutama yang berasal dari infeksi TB paru, infeksi Salmonellz
dan Shigell.a (sekresi dan ekskresi), HBV, dan HIV (jika terdapat noda darah)
dan infeksi lainnya yang spesifik (SARS) dimasukkan ke dalam kantung dengan
segel yang dapat terlarut di air dan kembali ditutup dengan kantung luar
berwarna kuning bertuliskan terinfeksi.
10. Linen kotor tidak terinfeksi adalah linen yang tidak terkontaminasi oleh darah,
cairan tubuh dan feses yang berasal dari pasien lainnya secara rutin, meskipun
mungkin linen yang diklasifikasikan dari seluruh pasien berasal dari sumber
ruang isolasi yang terinfeksi.
11. Bahan berbahaya adalah zat, bahan kimia dan biologi, baik dalam bentuk
tunggal maupun campuran yang dapat membahayakan kesehatan dan
lingkungan hidup secara langsung atau tidak langsung, yang mempunyai sifat
racun, karsinogenik, teratogenik, mutagenik, korosif dan iritasi.
12. LDP (Lembar Data Pengaman) adalah lembar petunjuk yang berisi informasi
tentang sifat fisika, kimia dari bahan berbahaya, jenis bahaya yang dapar
ditimbulkan, cara penanganan dan tindakan khusus yang berhubungan dengan
keadaan darurat di dalam penangana.n bahan berbahaya.
13. Limbah bahan berbahaya dan beracun adalah sisa suatu usahaatau kegiatan
yang mengandung bahan berbahaya atau beracun yang karena sifat,
konsentrasinya dan jumlahnya baik secara langsung maupun tidak langsung
dapat mencemarkan dan merusak lingkungan hidup, serta dapat membahayakan
lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup
lainnya.
14. Upaya kesehatan kerja adalah upaya penycrasian antara kapasitas kerja, beban
kerja dan lingkungan kcrja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehar tanpa
membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat sekelilingnya, untuk
memperoleh produktivitas kerja yang optimal.
15. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan kegiatankerja,
bahan dan proses pengolahannya, tempat kerja dan lingkungan serta cara-cara
melakukan pekerjaan.
16. Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tak terduga dan tak diharapkan, dapat
menyebabkan kerugian material ataupun penderitaan dari yang paiing ringan
sampai paling berat.
17. Bahaya (hazard) adalah suatu keadaan yang berpotensi menimbulkan dampak
merugikan atau menimbulkan kerusakan.

BAB II
RUANG LINGKUP

I. Ruang lingkup

1. Penggunaan manajemen linen diterapkan kepada semua ruangan yang


menghasilkan linen kotor atau terkontaminasi.
2. Pelaksana Panduan ini adalah petugas kesehatan yang bertugas mengelola
linen.

II. Permasalahan

Bahwa dalam pengelolaan linen di rumah sakit sering dijumpai kendala kendala
seperti :
1. Kualitas linen yang tidak baik dan kerapatan benang sudah tidak memenuhi
persyaratan.
2. Kualitas hasil pencucian sulit menghilangkan noda berat seperti darah, bahan
kimia, dan lain-lain.
3. Unit-unit pengguna linen tidak melakukan pembasahan terhadap noda sehingga
noda yang kering akan sulit dibersihkan pada saat pencucian.
4. Ruangan tidak memisahkan linen kotor terinfeksi dan kotor tidak terinfeksi.
5. Kurang optimalnya Pengelolaan untuk jenis linen tertentu seperti kasur,bantal,
linen.
6. Kurangnya koordinasi antara ruangan dengan bagian pencucian.
7. Kurangnya koordinasi yang dengan bagian lain khususnya dalam perbaikan
sarana dan peralatan.
8. Aspek hukum apabila pengelola linen dilakukan oleh pihak ketiga.
9. Kurangnya pemahaman dan kewaspadaan universal.
10. Kurangnya pemahaman dalam pemilihan, penggunaan dan efek samping bahan
kimia berbahaya.
11. Kurangnya kemampuan dalam pemilihan jenis linen.

III. Dasar Hukum


1. UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
2. UU No. 23 tahun 1997 tentang pengelolaan Lingkungan Hidup.
3. UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
4. PP No. 85/1999 tentang perubahan pp tahun 1999 tentang Pengelolaan limbah
Berbahaya dan Racun.
5. PP No. 20 tahun 1990 tentang pencemaran Air.
6. PP No. 27 tahun 1999 tentang AMDAL.
7. Permenkes RI No. 472l,Menkes/peraturan/1996 tentang Penggunaan Bahan
Berbahaya bagi Kesehatan.
8. Permenkes No. 416lMenkes/per/Ix/ 1992 tenrang penyediaan Air Bersih dan Air
minum.
9. Permenkes No. 986/Menkes/Per/Xl/ 1992 tentang penyehatan Lingkungan
Rumah Sakit.
10. Pedoman Manajemen Linen
11. Keputusan Menteri Kesehatan No.983/Menkes/SK/X/1992 tentang Pedoman
Organisasi Rumah Sakit.
12. Kepmen LH. No' 58/MENLH 11211995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi
Kegiatan Rumah Sakit
13. Pedoman Sanitasi Rumah sakit di lndonesia tahun 1992 tentang Pengelolaan
Linen
14. Buku Pedoman Infeksi Nosokomial tahun 2001
15. Standar Pelayanan Rumah Sakit tahun 1999
BAB III
TATA LAKSANA

I. Jenis Linen

Ada bermacam-macam jenis linen yang digunakan di rumah sakit. Jenis linen
dimaksud antara lain :
1. Sprei
2. Perlak
3. Sarung bantal
4. Sarung guling
5. Selimut
6. Alas kasur
7. Tirai
8. Kain penyekat
9. Taplak
10. Barak/ schort
11. Celemek
12. Baju pasien
13. Baju operasi
14. Kain penutup troli dan alat2 lain
15. Macam macam doek
16. Baju operasi
17. Masker
18. Gurita
19. Topi kain
20. Lap
21. Handuk

II. Bahan linen


Bahan linen yang digunakan biasanya terbuat dari :
1. Katun 100%
2. Kombinasi seperti 650/o aconilic dan 35o/o wool
3. Silk
4. Blacu
5. Flanel
6. Tetra
7. CYC.SOo/o- 50o/o
8. PolyesterlO Oo/o
9. Twill/drill
Pemilihan bahan linen hendaknya disesuaikan dengan fungsi dan cara perawatan
serta penampilan yang diharapkan.

III. Peran dan Fungsi


Peran pengelolaan manajemen linen di rumah sakit cukup pcnting. Diawali dari
perencanaan, salah satu subsistem pengelolaan linen adalah proses pencucian. Alur
aktivitas fungsional dimulai dari penerimaan linen kotor, penimbangan, pemilahan,
proses pencucian, pemerasan, pengeringan, sortir noda, penyetrikaan, sortir linen
rusak, pelipatan, merepikan, mengepak atau mengemas, menyimpan, dan
mendistribusikan ke unit-unit yang memburuhkannya, sedangkan linen yang rusak
dikirim ke kamar jahit. Untuk melaksanakan aktivitas tersebut dengan lancar dan baik,
maka diperlukan alur yang terencana dengan baik. Peran sentral lainnya adalah
perencanaan, pengadaan, pengelolaan, pemusnahan, kontrol dan
pemeliharaan fasilitas kesehatan, dan lain lain, sehingga linen dapat tersedia di unit-unit
yang membutuhkan.

IV. Pengelolaan Linen


1. Struktur Organisasi
pengelolaan linen di rumah sakit merupakan tanggung jawab dari penunjang
medik. yaitu bagian rumah tangga atau bagian pencucian dan sterilisasi dan bagian
sanitasi. Serta bias juga bagian non medic yang telah mengikuti pelatihan sterilisasi
2. Tata Laksana Fengelolaan
a. Perencanaan
b. Penerimaan linen kotor
c. Penimbangan
d. Pensortiran/pemilahan
e. Proses pencucian
f. Penmerasan
g. Pengeringan
h. Sortir noda
i. Penyetrikaan
j. Sortir linen rusak
k. Pelipatan
l. Merapikan, pengepakan/pengemasan dengan pemberian identitas
m. Penyimpanan
n. Distribusi ke unit unit terkait sesuai kebutuhan
o. Perawatan kualitas linen
p. Pencatatan dan pelaporan

3. Sarana Fisik, Prasarana dan Peralatan


a. Sarana Fisik
Sarana fisik unruk instalasi pencucian mempunyai persyaratan tersendiri,
terutama untuk pemasangan peralatan pencucian yang baru, Sebelum
pemasangan, data lengkap SPA (sarana, prasarana, alat) diperlukan untuk
memudahkan koordinasi dan jejaring selama pengoperasiannya. Tata letak
dan hubungan antar ruangan memerlukan perencanaan teknik yang matang,
untuk memudahkan penginstalasiante rmasuk instalasil istrik, uap, air panas
dan penunjang lainnya, misalnya mendekatkan pouer ltouse dengan stean,
boiler dan penunjang lainnya. Sarana fisik instalasi pencucian terdiri
beberapa ruang antara lain:
Ruang penerimaan linen
Ruangan ini memuat:
Meja penerima
Untuk linen yang terinfeksi dan tidak terinfeksi.
Timbangan duduk
Ada troli penimbang linen kotor untuk dilakukan desinfeksi
sesuai Standard Sanitasi Rumah Sakit.
Ada exhaust fan dan penerangan minimal kategori
pencahayaan
C = 100-200 lux sesuai Pedoman Pencahayaan Rumah Sakit.
Ruang pemisahan linen
Ruang ini memuat :
meja panjang untuk mensortir jenis linen yang tidak terinfeksi.
terdapat exhaustfan dan penerangan kategori pencahayaan D =
200 500 Lux sesuai Pedornan Pencahayaan Rumah Sakit.
Lantai terbuat bahan yang tidak licin dan kemiringannya
disesuaikan dengan standart manajemen linen.
Ruang pencucian dan pengeringan linen
Ruang ini memuat :
Mesin cuci
Mesin pengering
Bak pencuci yang terdiri dari bak perendam non infeksius, bak
infeksius dengan desinfektan dan bak untuk pembulasan sesuai
dengan standart manajemen linen.
Air bersih dengan drainasenya
Lantai terbuat bahan yang tidak licin dan kemiringannya
disesuaikan dengan standart manajemen linen.
exhaustfan dan penerangan kategori pencahayaan D = 200 500
Lux sesuai Pedornan Pencahayaan Rumah Sakit
Ruang penyetrikaan linen
Ruangan ini memuat :
Alat setrika biasa yang menggunakan listrik sekitar 200 va per
alat.
exhaustfan dan penerangan kategori pencahayaan D = 200 500
Lux sesuai Pedornan Pencahayaan Rumah Sakit.

Ruang penyimpanan linen


Ruang ini memuat :
lemari dan rak untuk menyirnpan linen
' Meja administrasi
Ruang bebas dari debu dan pintu selalu tertutup.
Sirkulasi udara dipertahankan tetap ba-ik dengan
memasangfan/exhaust fan
penerangan minimal kategori pencahayaan D = 200-500 Lux
sesuai Pedoman Pencahayaan Rumah Sakit, suhu 22-27"C.
ruang distribusi linen
ruang ini memuat :
Meja panjang untuk penyerahan linen bersih kepada pengguna.
Sirkulasi udara dipertahankan tetap ba-ik dengan
memasangfan/exhaust fan
penerangan minimal kategori pencahayaan D = 200-500 Lux
sesuai Pedoman Pencahayaan Rumah Sakit.
b. Prasarana
Prasarana air
Prasarana air untuk instalasi pencucian memerlukan sedikitnya 4oo/o
dari
kebutuhan air di rumah sakit atau diperkirakan 200 liter per tempat tidur
per hari, Kebutuhan air untuk proses pencucian dengan kualitas air bersih
sesuai standar baku mutu air.
Prasarana listrik
Sebagian besar peralatan pencucian menggunakan daya listrik. Kabel
yang diperlukan untuk instalasi listrik sebagai penyalur daya digunakan
kabel dengan jenis NYY untuk instalasi dalam gedung, dan jenis NYFGBY
untuk instalasi luar gedung pada kabel Feeder antara panel induk utama
sampai panel Gedung Instalasi Pencucian. Pada Persyararan Umum
Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000) untuk pendistribusian daya listrik yang
besar, kabel Feeder harus disambung langsung dengan Panel Utama
(Main Panel) Rumah Sakit, atau Panel Utama Distribusi (Kios). Yang
digunakan di Instalasi Pencucian terbagi dua bagian (line) yaitu instalasi
penerangan dan instalasi tenaga. Daya di instalasi pencucian cukup besar
terutama untuk mesin cuci, mesin pemeras, mesin pengering, dan alat
setrika.

c. Peralatan
Pemeliharaan ringan peralaran pencucian terdiri dari :
Pembersihan peralatan sebelum dan sesudah pemakaian, dilakukan
setiap hari dengan menggunakan lap basah dicampur dengan bahan
kimia MPC (Mubi Purpose Chaner) dan dikeringkan dengan lap kering.
IJntuk bagian tombol/kontrol digunakan lap kering dan jangan terlalu
ditekan, dikarenakan pada bagian ini biasanya tertulis prosedur
dengan semacam stiker yang mudah terhapus. Setelah pemakaian,
kosongkan air untuk mengurangi kandungan air dalam mesin sekecil
mungkin. Jika terbentuk noda putih di dalam mesin cuci, cucilah
bagian dalam drum dengan air bersih.
Pemeriksaan bagian bagian yang bergerak, dilakukan seriap satu
bulan sekali yaitu pada beartng, engsel pintu alat atau roda yang
berptrtar.
Pemeriksaan pipa uap panas (steam) dilakukan setiap akan dimulai
menjalankan alat pencucian. Setiap saluran diperiksa dahulu terutama
pada pipa yang terbungkus dengan cara dilihat apakah masih
terbungkus dcngan baik dan tidak ada semburan air atau uap. Pada
prinsipnya pada sambungan antara pipa dengan peralatan pencucian
harus dalam keadaan utuh dan tidak bocor. Jika terjadi kebocoran,
harus segera dilaporkan pada IPRS.
Gambar 1.1 Alur penanganan linen kotor di RSUD Meuraxa
Gambar 1.2 Alur penanganan Linen infeksius di RSUD Meuraxa
BAB IV
DOKUMENTASI

A. Pembinaan dan Pengawasan


Pembinaan dan pengawasan dilakukan melalui sistem berjenjang. Pembinaan dan
pengawasan tertinggi dilakukan oleh Dewan Direksi RSUD Meuraxa Kota Banda
Aceh melalui Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit (PPIRS).
Pembinaan dapat dilaksanakan antara lain melalui pelatihan, penyuluhan,
bimbingan teknis dan temu konsultasi dan lain-lain.
Pengawasan dilaksanakan dua macam, yakni pengawasan internal, yang dilakukan
oleh atasan langsung unit kerja/bagian/instalasi di lingkungan RSUD Meuraxa Kota
Banda Aceh, dan pengawasan ekstemal, yang dilakukan oleh Komite dan Tim
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit, sesuai dengan fungsi dan
tugas masing-masing.

B. Pencatatan dan Pelaporan


Pencatatan dan pelaporan adalah pendokumentasian kegiatan dan kelengkapan
sarana/prasarana dilaksanakan secara tertulis oleh masing-masing unit kerja
Rumah sakit dan Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit (PPIRS)
yang dikumpulkan dan dilaporkan/diinformasikan kepada Komite Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi Rumah Sakit (PPIRS)untuk selanjutnya dirumuskan tindak
lanjut dan rekomendasi kepada Direktur RSUD Meuraxa Kota Banda Aceh dan unit
terkait.

Tujuan kegiatan pencatatan dan pelaporan kegiatan PPI adalah menghimpun dan
menyediakan data dan informasi, pendokumentasian dan menyusun perencanaan
kegiatan proses sterilisasi sesuai standar.
FORMULIR MONITORING DI INSTALASI LOUNDRY

NO. VARIABEL
Minggu
1 2 3 4 5 %
Tutup Kepala
Menggunakan APD (tutup kepala, apron, sarung tangan, Apron
1.
masker) Sarung tangan
Masker
2. Linen dipisahkan berdasarkan infeksi dan non infeksi
3. Linen sejenis dijadikan satu kelompok
4. Memperhatikan pasokan listrik
Perendaman linen sebelum pencucian, dengan disinfektan
5.
dengan perbandingan 5 10 ml/liter air
6. Memastikan semua linen kotor terendam seluruhnya oleh air
7. Menyalakan mesin sesuai waktu yang diperlukan
8. Memindahkan kain kemesin pengering sesudah mesin mati
9. Linen yang sudah kering langsung disetrika
10. Troli linen bersih dan kotor terpisah

Anda mungkin juga menyukai