Anda di halaman 1dari 25

PEDOMAN

PENGELOLAAN LINEN
RUMAH SAKIT MUHAMMADIYH BABAT

BAB I
PENDAHULUAN

Pelayanan linen pada hakekatnya adalah tindakan penunjang medik yang dilaksanakan
dengan sebaik-baiknya dan bertanggung jawab untuk membantu unit-unit lain di rumah
sakit yang mernbutuhkan linen yang siap pakai.

Demi menjaga citra rumah sakit, instalasi pencucian linen harus menciptakan
ketersediaan linen sesuai filosofi rumah sakit dan harapan customer rumah sakit.

A.Latar Belakang

Sernua ruangan di rurnah sakit mernerlukan dan menggunakan linen, maka diperlukan
pengelolaan linen yang komprehensif Alur pengelolaan linen cukup panjang sehingga
mernbutuhkan pengelolaan khusus dimulai dan perencanan, penanganan linen bersih,
penanganan linen kotor atau pencucian, hingga pemusnahan. Secara khusus penanganan
linen kotor sangat penting guna mengurangi resiko infeksi nosokomial, proses
penanganan tersebut mencakup pengumpulan, pensortiran, pencucian, penyimpanan
hingga distribusi ke ruangan-ruangan di rumah sakit.

B. Tujuan Pedoman

1. Sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan linen di rumah sakit.


2. Sebagai pedoman kerja untuk mendapatkan linen yang bersih, kering, rapi, utuh dan
siap pakai.
3. Sebagai panduan dalarn merninimalisasi kemungkinan untuk terjadinya infeksi
silang.
4. Untuk menjamin tenaga kesehatan, pengunjung dan lingkungan dan terpapar bahaya
potensial.
5. Untuk menjamin ketersediaan linen di setiap unit di rumah sakit.

C. Ruang Lingkup Pelayanan

Perlakuan terhadap linen berdasarkan Permenkes No. I 204/Menkes/SK/X/2004 tentang


persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit adalah : pengumpulan, penerimaan,
pencucian, distribusi, dan pengangkutan.

D. Batasan Operasional
1. Pengumpulan linen : memilah antara linen infeksius dan non infeksius dimulai dari
sumber dan memasukkan linen ke dalam kantong linen sesuai jenisnya, menghitung dan
mencatat linen di ruangan.

2. Penerimaan linen : mencatat linen yang diterima dan telah terpilah antara infeksius
dan non infeksius, memilah berdasarkan tingkat kekotorannya.

3. Pencucian linen : menimbang berat linen, membersihkan linen dari kotoran, mencuci
linen berdasarkan tingkat kekotorannya.

4. Pengeringan linen.

5. Penyetrikaan linen.

6. Penyimpanan linen: memisah linen sesuai jenisnya, menempatkan linen baru di


lemari bagian bawah, selalu menutup pintu lemari.

7. Distribusi berdasarkan form pesanan linen dan ruangan, kemudian petugas distribusi
menyerahkan linen bersih kepada petugas ruangan sesuai form penyerahan linen.
8. Pengangkutan linen : menggunakan troli linen bersih yang berbeda dengan troli linen
kotor, waktu pengangkutan linen bersih dan kotor tidak boleh dilakukan bersamaan.

E. Landasan Hukum

1.Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1204 tahun 2004 tentang persyaratan


kesehatan lingkungan rumah sakit.

2. Pedoman Manajemen Linen di Rumah Sakit penerbit Dirjen Pelayanan Medik


Depkes RI tahun 2004.

3. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 129 tahun 2008 tentang standar pelayanan
minimal rumah sakit.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A.Kualifikasi Sumber Daya Manusia

Penanggung jawab pengelolaan linen di rumah sakit adalah penunjang medik, namun
pada umumnya diserahkan pada bagian rumah tangga atau bagian pencucian dan
sterilisasi. Kewenangan, pengaturan dan struktur organisasi unit pengelolaan linen
diserahkan sepenuhnya kepada Direktur rumah sakit, disesuaikan dengan kondisi di
rumah sakit masing-masing (Pedoman Manajemen Linen Depkes RI, 2004).

B. Distribusi Ketenagaan

Kekhususan pengelolaan linen banyak melibatkan tenaga kesehatan dengan bermacam-


macam klasifikasi, terdiri dan ahli manajemen, teknisi, perawat, tukang cuci, penjahit,
tukang setrika, ahli sanitasi, serta ahli K3.

Nama jabatan Definisi Persyaratan

Seseorang yang melakukan peran dan Berijazah min. D3


Penanggung fungsi manajemen pengelolaan linen
jawab mulai dari perencanaan, pengadaan, manajemen, D3
proses pencucian linen, pemusnahan,
kontrol dan pemeliharaan fasilitas. perhotelan.

Berijazah D3
Perawat laundry adalah seseorang yang
Tenaga perawat
melakukan peran dan fungsi
Keperawatan atau
SPK dengan latihan
Pengendalian Infeksi Nosokomial akibat
. khusus PPI dan
linen dan juga keselamatan pasien.
patient safety.

• Ahli sanitasi laundry adalah seseorang • Berijazah min. D3


Tenaga kesehatan yang melakukan peran dan fungsi Kesehatan
penyehatan Lingkungan.

Nama Jabatan Defrnisi Persyaratan

. linen. Ahli K3 laundry adalah seseorang • Berijazah min. D3


yang melakukan tugas dan fungsi K3
tempat pencucian linen. Hiperkes.

linen.
Ahli K3 laundry adalah
• Berijazah min. D3
. seseorang yang
Hiperkes.
melakukan tugas dan fungsi K3
tempat peneucian linen.

Teknisi laundry adalah seseorang


yang melakukan peran dan fungsi • Berijazah min. STM
Tenaga teknisi
perawatan dan pemeliharaan sarana dengan latihan khusus.
fisik, prasarana dan peralatan laundry.

• Tukang
cuci/laundryman
adalah seseorang yang diberi
kewenangan dan
• Berijazah mm. SMP
tanggung jawab
dengan latihan khusus.
Tenaga non melaksanakan aktivitas fungsional
• Benijazah min. SMK
medis/pekarya pengelolaan linen mulai dan
Tata Busana atau SMU
. pengumpulan sampai pengangkutan.
bersertifikat kursus
Tukang jahit adalah seseorang yang
menjahit.
diberi kewenangan dan tanggung
jawab untuk menjahit segala jenis
linen baru maupun linen yang bisa
diperbaiki.

• Seorang sanitarian
• Penanggung Jawab linen • Tidak ada
Kondisi ketenagaan • Perawat laundry • Dirangkap oleh
di • Ahli sanitasi laundry penanggung jawab linen
RSMB • Ahli K3 laundry
• Teknisi laundry • Dalam koordinasi
K3RS
C. Pengaturan Jaga

Kondisi pengaturan jaga di laundry RSMB baik itu penanggung jawab linen yang
merangkap sebagai ahli sanitasi RS, ahli K3 RS, teknisi dan IPS RS, dan tukang jahit
masih mengikuti jam dinas manajerial dan struktural yaitu hanya pagi hari.
Sedangkan tenaga cucian yang bersifat fungsional bekerja 24 jam mengikuti pelayanan
rumah sakit dengan pengaturan jaga:

Namun demikian, masih terdapat kekosongan jam dinas selama 2,5 jam pada 18.00 —
20.30 wib karena pertimbangan jumlah tenaga, grafik pelayanan linen, dan
penghematan konsumsi listnik.

Nama Jabatan Definisi Persyaratan

• Dalam koordinasi
IPS RS
• Tukang
• 2 orang telah
cuci/laundryman
mengikuti pelatihan laundry dan 6 orang
• Tukang jahit
belum bersertifikat.
• Seorang penjahit RS ditambah rekanan.

• Lulusan D3 manajemen
• Ahli manajemen
Kekurangan • Lulusan Akper atau
• Tenaga perawat
ketenagaan SPK
• Tenaga QC
• Lulusan DI perhotelan

Shift Jam Dinas Jumlah Tenaga

Pagi 06.30— 13.30 wib 2 (dua) orang laundryman

1 (satu) orang petugas QC merangkap


Pagi
09.00— 16.00 wib
Tebal
laundryman

Sore 11.00— 18.00 wib 2 (dua) orang laundryman

Malam 20.30 — 06.30 wib 2 (dua) orang laundryman


BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang

Kebutuhan ruang, fungsi dan luasan ruang serta kebutuhan fasilitas instalasi pencucian
linen (laundry) sesuai pedoman teknis fasilitas rumah sakit kelas B, sebagai berikut:

Nama Luas Kebutuhan


No. Fungsi Ruang
Ruangan Ruang Fasilitas

3 —5
m2
Ruang para petugas
Ruang per Meja, kursi, lemari
melaksanakan kegiatan
1 administrasi petugas arsip, telepon, safety
administrasi, keuangan dan
dan pencatatan box
personalia
(mm. 9
m2)

Ruang tempat kepala laundry


Meja, kursi, lemari
Ruang kepala bekerja dan melakukan 9— 12
2 arsip, telepon, safety
laundry kegiatan perencanaan dan m2
box
manajemen

Ruang Ruang tempat penerimaan


Mm. 12 Meja, kursi, rak,
3 penerimaan linen kotor dan unit-unit di
m2 kontainer
dan sortir RS kemudian disortir

Ruang tempat melaksanakan


Bak pembilasan
Ruang dekontaminasi linen, meliputi
Mm. 20 awal, bak
4 perendaman urutan kegiatan pembilasan
m2 perendaman dan bak
linen awal, perendaman dan
pembilasan akhir,
pembilasan akhir

5 Ruang cuci Ruang tempat mencuci dan Mm. 16 Mesin cuci dan
dan
pengeringan
mengeringkan linen m2 pengering linen
linen

Ruang setrika Ruang tempat penyetrikaan Mm. 30 Setrika, meja setrika,


6
dan lipat linen dan melipat linen m2 handpress

Mesin jahit,jarum,
Ruang Ruang tempat benang dan
Mm. 8
7 perbaikan memperbaiki ,menjahit linen perlengkapan
m2
linen setelah dicuci dan keringkan perbaikan linen
lainnya

Gambar:

Denah Ruang Laundry

Nama Luas Kebutuhan


No. Fungsi Ruang
Ruangan Ruang Fasilitas

Ruang Ruang tempat penyimpanan


8 penyimpanan linen bersih setelah dicuci, Mm. 20 m2 Rak/lemari
linen setrika dan dilipat

Ruang Ruang tempat melaksanakan


Kran, selang,
9 dekontaminasi dekontaminasi dan Mm. 6 m2
alat pengering
troli pengeringan linen

Ruang tempat penyimpanan


Ruang
troli bersih setelah
10 penyimpanan Mm. 8 m2
didekontaminasi dan
troli
dikeringkan

Tempat menyimpan bahan-


Gudang bahan
11 bahan kimia seperti detergen Mm. 8 m2 Lemari
kimia
dll

Pria/wanita Kloset,
KM / WC
12 KM dan WC luas 2 — wastafel, bak
petugas
3m2 air
B. Standar Fasilitas

1. Sarana Fisik

Sarana fisik instalasi pencucian terdiri beberapa ruang antara lain:


a. Ruang penerimaan linen meja penerima, timbangan duduk, ruang troli linen
kotor
b. Ruang pemisahan linen : meja sortir, fan atau exhaust fan, pencahayaan 200 —
500 lux
c. Ruang pencucian dan pengeringan linen mesin cuci, mesin pengering, bak
pencuci (bak perendam non infeksius, bak infeksius dengan desinfektan, bak
untuk pembilas), instalasi air bersih dengan drainasenya
d. Ruang penyetrikaan linen : flatwork ironers, pressing ironer, alat setrika biasa,
fan dan exhaust fan, pencahayaan 200 — 500 lux
e. Ruang penyimpanan linen : lemari dan rak menyimpan linen, meja administrasi,
fan/exhaust fan, pencahayaan 200 — 500 lux, suhu 22 - 27°C, kelembaban 45 -
75%.
f. Ruang distribusi linen : meja panjang untuk penyerahan linen bersih, fan,
pencahayaan 100 — 200 lux.
2. Prasarana
a. Prasarana listrik
Tenaga listrik yang digunakan di laundry terbagi dua bagian (line) instalasi
penerangan dan instalasi tenaga. Kabel listrik menggunakan kabel jenis NYY
dan menggunakan tuas kontak atau kotak kontak dengan system plug dengan
kemampuan 25 amper. Grounding harus dilakukan, terutama untuk peralatan
yang menggunakan daya besar

b. Prasarana air
Instalasi laundry memerlukan sedikitnya 40% dan kebutuhan air di rumah sakit
atau diperkirakan 200 liter/tempat tidur/hari. Kebutuhan air untuk proses
pencucian dengan kualitas air bersih sesuai standar air. Reservoir dan pompa
perlu disiapkan untuk menjaga tekanan air 2 kg/cm2.
c. Prasarana uap
Prasarana uap panas dengan tekanan uap minimum 5 kg/em2 digunakan pada
proses pencucian, pengeringan, dan setrika.
3. Peralatan
a. Mesin cuci
b. Mesin peras
e. Mesin pengering
d. Mesin penyetrika
e. Mesin penyetrika pres
f. Mesin jahit
g. Peralatan bahan pencuci kimiawi dengan komposisi dan kadar tertentu.
BAB IV

TATALAKSANA PELAYANAN

Secara sederhana alur kegiatan pada instalasi pencucian linen sebagai berikut;

A. Perencanaan Linen

Tiap bagian di rumah sakit mempunyai spesifikasi pekerjaan jumlah kebutuhan


yang besar, frekuensi cuci yang tinggi, keterbatasan persediaan, penggunaan
yangmajemuk dan image yang ingin dicapai. Untuk itu dalam perencanaannya
diperlukan

standar linen, antara lain:

1. Standar produk

2. Standar desain

3. Standar material

4. Standar ukuran

5. Standar jumlah

6. Standar penggunaan.

B. Pengumpulan dan Penerimaan Linen Kotor

1. Linen kotor diterima.masukkan ke dalam kantong linen sesuai jenisnya

2. Linen kotor diterima yang berasal dari ruangan dicatat berat timbangan
sesuai loading mesin sedangkan jumlah satuan berasal dari form pesanan
linen komputerisasi dan ruangan.
3. memilah antara linen infeksius dan non infeksius dimulai dari sumber dan
memasukkan linen ke dalam kantong linen sesuai jenisnya, menghitung dan
mencatat linen di ruangan.

C. Pemilahan dan Penimbangan Linen Kotor

1. Lakukan pre-sortir untuk memisahkan linen kotor yang terkena noda dan
linen yang memerlukan perbaikan, tempatkan terpisah untuk penanganan
secara khusus.

2. Lakukan pemilahan berdasarkan beberapa kriteria:

a. Linen infeksius.

b. Linen pasien tidak terinfeksi polos.

c. Linen pasien tidak terinfeksi motif.

d. Linen keluarga dan linen petugas

e. Linen operasi dan OK

3. Pensortiran untuk linen infeksius sangat tidak dianjurkan, penggunaan


kantung plastik sejak dari ruangan adalah salah satu upaya menghindari
sortir.
4. Lakukan penimbangan sesuai dengan kriteria dan kapasitas mesin cuci
untuk menghitung kebutuhan bahan-bahan kimia dalam tahapan proses
pencucian.
D. Proses Pencucian

Pencucian bertujuan untuk menghasilkan linen yang bersih, awet dan bebas
dari mikroorganisme patogen. Proses pencucian harus memperhatikan
kaidah washing symbole. Hasil, biaya dan efisiensi pencucian merupakan
keseimbangan antara faktor-faktor.

1. Gaya mekanik (mechanical action)

2. Energi kimia (chemical)

3. Energi panas (temperature)

4. Waktu (time)Disamping itu, ada faktor lain yang ikut menentukan yaitu:

5. Prosedur

Prosedur adalah aplikasi 4 faktor diatas dengan tata cara operasi laundry yang

baik (seperti collection, sorting, loading, dll)


6. Kondisi air

Air merupakan media utama dalam proses pencucian yang berfungsi melarutkan
kotoran, meneruskan gaya mekanik , kimia dan temperatur, serta menghancurkan
kotoran. Tingkat kesadahan air dan kandungannya akan mempengaruhi hasil
cucian
7. Jenis pengotor

Pengotor (soil) terdiri dari campuran berbagai macam zat yang berbeda fisika dan
kimianya. Indikator pengotor adalah warna, bau, rasa, mikroorganisme.
8. Jenis linen

Pada umumnya, linen di rumah sakit dibuat dari katun dan kombinasi katun dan
polyester. Pengotor pada katun hanya berada di permukaan linen, sedangkan
pengotor pada polyester akan meresap ke pori-pori linen.

D. Pemerasan

Pemerasan merupakan proses pengurangan kadar air setelah tahap pencucian


selesai, pemerasan dilakukan dengan mesin cuci yang juga memiliki fungsi
pemerasan (washer extractor). Proses pemerasan dilakukan dengan mesin pada
putaran tinggi ± 5 - 8 menit.

E. Pengeringan

Pengeringan dilakukan dengan penjemuran alami sinar matahari maupun dengan


mesin pengering, proses pengeringan terjadi karena pemanasan atau penguapan
air yang terdapat pada bahan tekstil. Pada proses ini, jika mikroorganisme belum
mati atau terjadi kontaminasi ulang diharapkan dapat mati.

F. Sortir Noda

Sortir noda merupakan proses yang paling utama dalam laundry, kontrol skala
noda dilakukan dengan memanfaatkan panca indra secara fisik. Pengontrolan
bau, rasa, dan skala noda menjadi satu bagian kegiatan pengontrolan kebersihan
linen yang tidak terpisahkan.

G. Pcnyctrikaan

Penyetrikaan dilakukan dengan mesin setrika besar dan setrika manual,


bertujuan untuk membuat penampilan linen menjadi lebih rapi tanpa mengubah
bentuk aslinya. Proses setrika memperhatikan kaidah washing symbole.

H. Pelipatan
Melipat linen mempunyai tujuan selain kerapian juga mudah digunakan pada
saat penggantian linen. Proses pelipatan sekaligus juga melakukan pemantauan
antara linen yang masih baik dan sudah rusak agar tidak dipakai lagi.

I. Penyimpanan

J. Penyimpanan bertujuan melindungi linen dari kontaminasi ulang,


mengkondisikan linen 1 - 3 jam, juga mengontrol posisi linen tetap stabil. Linen
memerlukan “istirahat” untuk mengurangi pemakaian yang berlebihan.
K. Pendistribusian
Pendistribusian merupakan aspek administrasi yang penting yaitu peneatatan
linen keluar, menerapkan sistem FIFO yaitu mengeluarkan terlebih dahulu 0,5
par linen yang mengendap di penyimpanan sedangkan yang selesai dicuci
disiapkan untuk yang berikutnya. Setiap linen yang dikeluarkan dicatat sesuai
identitas yang tertera disetiap linen, dengan pencatatan tersebut dapat diketahui
berapa kali linen dicuci dan linen maria saja yang mengendap tidak digunakan.
L. Pencatatan dan Pelaporan
1. Dokumen
Dokumen yang dibutuhkan pada penatalaksanaan linen mulai dari ruangan
hingga didistribusikan terdiri dari:
a. Dokumen pengiriman linen kotor dari ruangan dan pesan linen bersih
b. Dokumen pengiriman linen infeksius
c. Dokumen pengiriman linen kotor/infeksius dan OK
d. Dokumen penyerahan pendistribusian linen bersih dan laundry
e. Dokumen penimbangan linen kotor yang akan dicuci

f. Dokumen afkiran linen (penghapusan linen rusak)


g. Dokumen anfra linen (permintaan linen baru)
h. Dokumen outsourching dan penerimaan cuci dan luar.
2. Monitoring
Monitoring adalah upaya untuk mengamati pelayanan dan cakupan program pelayanan
seawal mungkin, monitoring pelayanan linen di rumah sakit hendaknya dilakukan
secara teratur yang meliputi aspek-aspek:
a. Sarana, prasarana, dan peralatan
b. Standard pelayanan linen, SOP, kebijakan-kebijakan
c. Quality control linen meliputi pengamatan fisik, perabaan, penandaan usia linen
d. Kelayakan pakai dan sisi infeksi melalui swab linen.
3. Evaluasi
Pada tahap proses akhir pencucian, pengeringan dan sebagainya, harus selalu dievaluasi,
juga evaluasi secara keseluruhan dalam rangka kinerja dan pengelolaan linen di rumah
sakit. Hasil evaluasi diserahkan kepada penanggung jawab dan pengelola pelayanan
linen di rumah sakit sebagai bahan laporan dan pertimbangan dalam pembuatan
perencanaan sesuai tujuan evaluasi. Materi yang dievaluasi antara lain:
a. Kuantitas dan kualitas linen
Jumlah linen yang beredar di ruangan, linen yang diam di ruangan tidak mengindahkan
prinsip FIFO, linen yang hendak diturun kelas kan perlu dimonitoring ke ruangan-
ruangan dengan frekuensi minimal 3 (tiga) bulan sekali. Kualitas linen dimonitoring
pada setiap perputaran pencucian.
b. Bahan kimia
Untulc menjaga kualitas selalu dilakukan monitoring setiap kali bahan kimia akan
digunakan, berupa monitoring fisik dan karakteristik wanna, butiran, ban yang khas,
serta pH dan bahan kimia.
c. Baku mutu air bersih

Monitoring persyaratan dasar air bersih (Permenkes 416) dan persyaratan khusus
kandungan Besi dan Garam-garam dilakukan minimal 6 bulan sekali.
d. Baku mutu limbah cair
Frekuensi pemeriksaan limbah cair Laundry rumah sakit berupa polutan phospat,
senyawa aktif biru metilen dan sulfida dilakukan setiap 3 bulan sekali.
BAB V
LOGISTIK

A. Perencanaan Linen
Perencanaan kebutuhan linen dituangkan dalam RAB linen tahunan, dan dihitung
berdasarkan par-stok linen yang dipakai di ruangan (2 par), disimpan di laundry sebagai
pengganti afkir (2 par), dan disimpan di logistik sebagai cadangan baru (2par).
B. Penerimaan Linen Kotor
Form pesanan linen ruangan dan IBS.
C. Pemilahan dan penimbangan linen kotor
Form pencatatan berat linen sebelum dimasukkan dalam mesin cuci.
D. Proses Pencucian
Pencucian menggunakan bahan-bahan kimia seperti alkali, detergen, emulsifier, bleach,
sour, dan softener sesuai berat linen yang dicuci.
E. Pemerasan dan Pengeringan
Jika proses pengeringan dilakukan menggunakan mesin, maka diperlukan LPG.
F. Sortir Noda
Buku laporan quality control linen.
G. Penyetrikaan
Pelembut dan pelicin linen.
H. Pelipatan dan Penyimpanan
Rak penyimpanan linen dan plastik kemasan linen.
I. Pendistribusian
Kertas untuk mencetak form penyerahan laundry.
J. Pencatatan dan Pelaporan
Dokumen pencatatan dan pelaporan.
BAB VI

KESELAMATAN PASIEN

Upaya pengendalian infeksi nosokomial bukan hanya tanggung jawab pimpinan rumah
sakit atau dokter/perawat saja tetapi tanggung jawab bersama dan melibatkan semua
unsur profesi yang ada di rumah sakit. Pencegahan penularan kuman dan prosedur
pencegahan infeksi nosokomial merupakan indikator keselamatan pasien dan terkait
secara langsung, keterkaitan tersebut digambarkan sebagai berikut:
1. Pengolahan infeksi
2. Pengolahan non infeksi
Baju petugas yang steril
Pencegahan penularan kuman
Alat-alat Rumah sakit yang dipakai pasien (alat kesehatan, linen dan lainnya) bisa
menjadi sumber infeksi apabila kurang bersih, tidak layak pakai, penyimpanan kurang
baik, dipakai berulang-ulang, atau lewat batas waktu pemakaian. Untuk
mencegah/mengurangi terjadinya infeksi nosokomial, perlu diperhatikan:
A. Petugas
1. Bekerja sesuai dengan SOP untuk pelayanan linen
2. Memperhatikan aseptic dan antiseptic
3. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan
4. Bila sakit segera berobat

B. Peralatan
1. Perhatikan kebersihan alat-alat laundry, termasuk troli untuk transportasi linen
2. Penyimpanan linen yang benar dan perhatikan batas waktu penyimpanan (fifo)
3. Linen yang rusak segera diganti (afkir)
C. Ruangan Lingkungan
1. Tersedia air yang mengalir untuk cuci tangan
2. Penerangan cukup
3. Ventilasi udara baik
4. Perhatikan kebersihan dan kelembaban ruangan
5. Pembersihan secara berkala
6. Lantai kering dan bersih
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Semua pekerja di rumah sakit dalam melaksanakan tugasnya selalu berhubungan


dengan bahaya potensial yang bila tidak ditanggulangi dengan baik dan benar dapat
menimbulkan dampak negatif terhadap keselamatan dan kesehatannya, yang pada
akhirnya akan menurunkan produktivitas kerja. Khususnya petugas laundry, menerima
ancaman kerja potensial dan lingkungan bila keselamatan kerj a tidak diperhatikan
dengan tepat. Potensi bahaya pada instalasi pencucian linen:
1. Bahaya Mikrobiologi
Petugas laundry yang menangani linen kotor senantiasa kontak dengan bahan dan
menghirup udara yang tercemar kuman pathogen seperti bakteri, virus, nicketsia, parasit
dan jamur.
a. Mycobacterium tuberculosis
Mikroorganisme ini menular melalui pereikan atau dahak pendenita,
pencegahannya:
• Meningkatkan pemahaman petugas terhadap penyakit TBC dan penularannya
• Mengupayakan ventilasi dan pencahayaan yang baik
• Melakukan tindakan dekontaminasi dan desinfeksi alat dan lingkungan kerja
• Menggunakan APD dan melaksanakan tugas pekerjaan sesuai SOP
b. Virus hepatitis B
Penularan dapat melalui darah dan cairan tubuh lainnya, pencegahannya:
• Meningkatkan pemahaman petugas terhadap penyakit hepatitis B dan penularannya.
• Memberikan vaksinasi pada petugas.
• Melakukan tindakan dekontaminasi dan desinfeksi.
• Menggunakan APD dan melaksanakan tugas pekerjaan sesuai SOP.
c. Virus HIV (Human Immunodeficiency Virus)

Penularannya melalui darah, jaringan, sekreta, ekskresi tubuh yang mengandung virus
dan kontak langsung dengan kulit yang terluka. Pencegahannya:
• Linen terkontaminasi ditempatkan dalam kantong plastik berisi desinfektan, berlapis
ganda, tahan tusukan, kedap air, berwarna khusus dan diberi label Bahan
Menular/AIDS.
• Menggunakan APD dan melaksanakan tugas pekerjaan sesuai SOP.
2. Bahaya Bahan Kimia
a. Debu
Debu dapat berasal dan bahan linen itu sendiri (cotton dust), NAB debu di instalasi
pencucian linen adalah 0,2 mg/rn3. Udara yang mengandung debu masuk ke dalam
paru-paru dan mengakibatkan pneumoconiosis yang disebabkan oleh serat linen/kapas
atau disebut bissinosis. Gejala bissinosis hampir sama dengan asma atau Monday Fever,
karena gejala terjadi pada hari pertama kerja setelah libur, sering gejala hilang pada hari
kedua dan bila pernapasan berlanjut maka gejala makin berat. Pengendalianya:
• Mengisolasi sumber debu
• Memakai APD sesuai SOP
• Ventilasi yang baik dan memasang alat local exhauster.
b. Bahan kimia
Sebagian besar bahaya di instalasi pencucian diakibatkan oleh zat kimia seperti
detergen, desinfektan, zat pencerah maupun pemutih, pengharum, dll. Tingkat resiko
yang diakibatkanan tergantung dari besar, luas, dan lama pemajanan. Informasi bahan
kimia berupa kegunaan, komposisi, sifat, bahaya kesehatan, dan pertolongan pertama
dapat dibaca pada label kemasan dari produsen atau MSDSs.
3. Bahaya Fisika
a. Bising
Suara bising berasal dan operasional mesin-mesin laundry. Pajanan bising yang terjadi
pada intensitas relatif rendah (85 dB atau lebih) dalam waktu yang lama membuat efek
kumulatif yang bertingkat dan menyebabkan gangguan

pendengaran berupa Noise Induce Hearing Loss (NIHL). NAB intensitas bising
adalah 85 dB dengan waktu kerja maksimum 8 jam/hari. Pengendalianya:
• Mengurangi intensitas bising di sumber
• Mengurangi transmisi bising, dengan cara : menjauhkan sumber dan pekerja,
mengurangi pantulan bising secara akustik pada dinding, langit-langit dan lantai,
menutup sumber bising dengan barier.
• Mengurangi penerimaan bising pada pekerja, dengan cara menggunakan APD telinga,
ruang isolasi untuk istirahat, rotasi shift pekerja, jadwal kerja sesuai NAB.
b. Cahaya
• Pencahayaan berhubungan langsung dengan keselamatan petugas, peningkatan
pencermatan, kesehatan yang lebih baik, dan suasana yang nyaman.
• Petugas yang terpajan gangguan pencahayaan akan mengalami kelelahan mata dan
kelainan lain berupa konjungtivitis, ketajaman penglihatan terganggu, daya akomodasi
terganggu, sakit kepala.
• Pencegahannya dengan pencahayaan yang cukup sesuai standar (minimal 200 Lux).
c. Listrik
• Pada umumnya yang terjadi pada petugas adalah kejutan listrik microshok dimana
listrik mengalir ke badan petugas melalui sistem peralatan yang tidak baik.
• Kecelakaan tersengat listrik mengakibatkan luka bakar dan kaku pada otot di tempat
yang tersengat listrik.
• Pengendaliannya dengan pengukuran jaringan listrik, pemasangan pengaman, tanda
bahaya dan indikator, penempatan petugas sesuai keahlian, pergiliran shift kerja, serta
memakai sepatu/sandal isolasi.
d. Panas

• Panas dirasakan bila suhu udara diatas suhu nyaman (diatas 28°C) dan kelembaban
(diatas 70%), panas yang terjadi di instalasi laundry adalah panas lembab.
• Efek panas terhadap kesehatan berupa:
- Pingsan karena panas (heat syncope)
- Terasa panas dan tidak nyaman karena dehidrasi, gejala pusing dan mual karena
tekanan darah turun (heat stress).
- Spasme otot yang disebabkan cairan dengan elektrolit rendah masuk ke dalam otot
akibat banyak cairan tubuh keluar melalui keringat (heat cramps).
- Suhu tubuh dapat mencapai 40,5°C akibat kegagalan bekerja SSP dalam mengatur
pengeluaran keringat (heat stroke).
• Pengendaliannya : isolasi sumber panas, ventilasi diatas sumber panas, kipas angin
untuk petugas, memasang alat pendingin, menyediakan air minum yang cukup, jauhkan
dan petugas berpenyakit kardiovaskuler, mengatur waktu istirahat dan suhu ruangan.
e. Getaran
• Mesin-mesin laundry yang bergetar dapat memajani petugas melalui transmisi, baik
getaran yang mengenai seluruh tubuh maupun getaran setempat yang merambat melalui
tangan atau lengan operator.
• Efek getaran terhadap kesehatan berupa : kesemutan jari tangan waktu berkeja yang
menjalar melalui sistem peredaran darah, gangguan pada sendi jari tangan
(osteoarticular), menurunnya sensitivitas dan gangguan kemampuan membedakan
(atrofi), berpengaruh buruk pada susunan saraf pusat.
• Pengendaliannya: memasang bantalan anti vibrasi di sumber dan memelihara mesin
dengan baik, mengatur jadwal kerja sesuai TLV (Treshold Limit Value), petugas
menggunakan sarung tangan untuk menghangatkan tangan dan perlindungan terhadap
gangguan vascular.

4. Ergonomi
Posisi tubith yang salah atau tidak alamiah apalagi sikap paksa dapat menimbulkan
kesulitan dalam melaksanakan kerja, mengurangi ketelitian, mudah lelah sehingga kerja
menjadi kurang efisien. Pekerjaan yang tidak ergonomis mengakibatkan penyakit terkait
alat gerak yaitu persendian, j aringan otot, saraf atau pembuluh darah (low back pain).
Pengendaliannya:
• Mengangkat beban berat
Tubuh kita mampu mengangkat beban seberat badan sendiri, lebih dan itu besar
kemungkinan terjadi bahaya. Bila berat beban yang akan diangkat melebihi setengah
dafi berat badan si pengangkat, maka beban hams dibagi dua.
• Posisi duduk : tinggi alas duduk sebaiknya dapat disetel 38 — 48 cm, kursi hams stabil
dan tidak bergerak, kursi hams memungkinkan petugas cukup untuk bergerak bebas.
• Posisi berdiri : berdiri tidak lebih dan 6 jam.
5. Bahaya Psikososial
Faktor psikososial juga memerlukan perhatian, antara lain stress karena tuntutan
pekerjaan, dukungan dan kendala. Pengendaliannya menjaga kebugaran jasmani dan
pekeija dan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan dalam bekerja misalnya makan
siang bersama, rekreasi, dil.
6. Keselamatan dan Kecelakaan Kerja
Beberapa bahaya potensial terjadinya kecelakaan kenja di instalasi pencucian antara
lain:
a. Kebakaran
Bahan-bahan yang mudah terbakar misalnya bahan yang ada di mesin cuci, dimana
terdapat 3 unsur chemical (sebagai zat asam), linen (sebagai bahan yang mudah
terbakar), dan suhu air (sebagai panas). Penanggulangannya:
Sistem penyimpanan bahan mudah terbakar yang baik

• Pengawasan terhadap kemungkinan timbulnya kebakaran secara temsmenems


• Jalan untuk menyelamatkan din, hams memiliki sekunang-kurangnya 2 jalan
penyelamat din pada 2 arah yang bententangan.
• Perlengkapan pemadam dan penanggulangan kebakaran
• Alat-alat pemadam kebakaran yang terpasang tetap di tempat maupun yang dapat
bergerak atau dibawa.
b. Terpelesetlterjatuh
Terpeleset/terj atuh pada lantai yang sama dapat mengakibatkan cedera yang berat
seperti fraktura, dislokasi, salah urat, memar otak. Penanggulangannya:
• Hindari memakai sepatu dengan hak tinggi, sol yang rusak atau memakai tali sepatu
yang longgar.
• Konstmksi lantai hams rata dan sedapat mungkin dibuat dan bahan yang tidak hem.
• Lahtai hams selalu dibersihkan dan kotoran-kotoran seperti pasir, debu, minyak yang
memudahkan terpeleset.
• Lantai yang cacat, banyak lubang atau permukaannya miring hams segera diperbaiki.

4. Ergonomi
Posisi tubuh yang salah atau tidak alamiah apalagi sikap paksa dapat menimbulkan
kesulitan dalam melaksanakan kerja, mengurangi ketelitian, mudah lelah sehingga kerja
menjadi kurang efisien. Pekerjaan yang tidak ergonomis mengakibatkan penyakit terkait
alat gerak yaitu persendian, jaringan otot, saraf atau pembuluh darah (low back pain).
Pengendaliannya:
• Mengangkat beban berat
Tubuh kita mampu mengangkat beban seberat badan sendiri, lebih dari itu besar
kemungkinan terjadi bahaya. Bila berat beban yang akan diangkat melebihi setengah
dari berat badan si pengangkat, maka beban harus dibagi dua.
• Posisi duduk : tinggi alas duduk sebaiknya dapat disetel 38 - 48 cm, kursi harus stabil
dan tidak bergerak, kursi harus memungkinkan petugas cukup untuk bergerak bebas.
• Posisi berdiri : berdiri tidak lebih dan 6 jam.
5. Bahaya Psikososial
Faktor psikososial juga memerlukan perhatian, antara lain stress karena tuntutan
pekerjaan, dukungan dan kendala. Pengendaliannya menjaga kebugaran jasmani dan
pekerja dan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan dalam bekerja misalnya makan
siang bersama, rekreasi, dll.
6. Keselamatan dan Kecelakaan Kerja
Beberapa bahaya potensial terjadinya kecelakaan kerja di instalasi pencucian antara
lain:
a. Kebakaran
Bahan-bahan yang mudah terbakar misalnya bahan yang ada di mesin cuci, dimana
terdapat 3 unsur chemical (sebagai zat asam), linen (sebagai bahan yang mudah
terbakar), dan suhu air (sebagai panas). Penanggulangannya:
Sistem penyimpanan bahan mudah terbakar yang baik

• Pengawasan terhadap kemungkinan timbulnya kebakaran secara temsmenems


• Jalan untuk menyelamatkan diri harus memiliki sekurang-kurangnya 2 jalan
penyelamat diri pada 2 arah yang bententangan.
• Perlengkapan pemadam dan penanggulangan kebakaran
• Alat-alat pemadam kebakaran yang terpasang tetap di tempat maupun yang dapat
bergerak atau dibawa.
b. Terpeleset/terjatuh
Terpeleset/terj atuh pada lantai yang sama dapat mengakibatkan cedera yang berat
seperti fraktur, dislokasi, salah urat, memar otak. Penanggulangannya:
• Hindari memakai sepatu dengan hak tinggi, sol yang rusak atau memakai tali sepatu
yang longgar.
• Konstruksi lantai harus rata dan sedapat mungkin dibuat dari bahan yang tidak hemat.
• Lahtai harus selalu dibersihkan dan kotoran-kotoran seperti pasir, debu, minyak yang
memudahkan terpeleset.
• Lantai yang cacat, banyak lubang atau permukaannya miring harus segera diperbaiki.
BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

Untuk meningkatkan mutu pelayanan linen di rumah sakit, maka diperlukan Standar
Pelayanan Minimal (5PM) yang merupakan spesifikasi teknis tentang tolok ukur
pelayanan minimum rumah sakit yang berhak diperoleh setiap warga.
1. Tidak adanya linen yang hilang

2.

Tidak adanya linen


Indikator
yang hilang

Efisiensi dan
Dimensi mutu
efektifitas

Tergambarnya
pengendalian dan
Tujuan
mutu pelayanan
laundry

Tidak adanya linen


yang hilang adalah
ketepatan/kesesuaia
n hasil
Definisi operasional penghitungan. linen
(stok akhir) dengan
daftar linen ruangan
sebelumnya (stok
awal).

Frekuensi pengumpulan data 6 bulan

Periode analisis 6 bulan

Numerator Jumlah linen yang


dihitung dalam
satuan sampling
dalam 1 bulan
Jumlah linen yang
seharusnya ada
Denominator
pada satuan
sampling

Sumber data Survey

Standar 100%

Kasubag. K3 —
Penanggungjawab
Kesling

Ketepatan waktu penyediaan linen untuk ruang rawat inap

Indikator Ketepatan waktu penyediaan linen untuk ruang rawat


. inap

Dimensi mutu Efesiensi dan efektifitas

3. Ketepatan jumlab permintaan linen

Indikator Ketepatan waktu penyediaan linen untuk ruang rawat map

Tujuan Tergambamya pengendalian dan mutu pelayanan laundry

Ketepatan waktu penyediaan linen adalah ketepatan penyediaan


Definisi operasional
linen bersih sesuai dengan jadwal waktu distribusi linen

Frekuensi
1 bulan
pengumpulan data

Periode analisis 1 bulan

Numerator
Jumlah han dalam 1 bulan dengan penyediaan linen tepat waktu
.

3. Ketepatan jumlah permintaan linen


Indikator Ketepatan waktu penyediaan linen untuk ruang rawat inap

Tujuan Tergambarnya pengendalian dan mutu pelayanan laundry

Definisi Ketepatan waktu penyediaan linen adalah ketepatan penyediaan


operasional linen bersih sesuai dengan jadwal waktu distribusi linen

Frekuensi
1 bulan
pengumpulan data

Periode analisis 1 bulan

Numerator
Jumlah han dalam 1 bulan dengan penyediaan linen tepat waktu
.

Denominator Jumlah han dalam 1 bulan

Sumber data Survey

Standar 100%

Penanggung j
Kasubag. K3 — Kesling
awab

Indikator Ketepatan jumlah permintaan linen

Dimensi mutu Efisiensi dan efektifitas

Tergambarnya pengendalian dan mutu pelayanan laundry


Tujuan
Ketepatan jumlah permintaan linen adalah ketepatan jumlah
Definisi
distribusi linen bersih sesuai dengan form pesanan linen dan
operasional
ruangan

Frekuensi
1 bulan
pengumpulan data

Periode analisis 1 bulan

Numerator Jumlah han dalam 1 bulan dengan penyediaan jumlah linen tepat
Denominator Jumlah han dalam 1 bulan

Indikator Ketepatan jumlah permintaan linen

Sumber data Survey

Standar 100%

Penanggtmgjawab Kasubag. K3 — Kesling


BAB IX
PENUTUP

Pedoman linen disusun untuk meningkatkan mutu pelayanan linen di rumah sakit.
Dalam pedoman ini disajikan tentang manajemen linen di RSMB, sarana, prasarana dan
peralatan pencucian, infeksi nosokomial sebagai aspek keselamatan pasien, kesehatan
dan keselamatan kerja, tata laksana pelayanan linen yang diawali dengan perencanaan
sampai monitoring dan evaluasi, serta pengendalian mutu linen.
Kami menyadari masih banyak yang perlu disempurnakan, oleb sebab itu berbagai
kritik dan saran sangat kami harapkan untuk kesempurnaan pedoman ini.

Anda mungkin juga menyukai