Anda di halaman 1dari 11

PERATURAN DIREKTUR UTAMA

RUMAH SAKIT UMUM FASTABIQ SEHAT PKU MUHAMMADIYAH


NOMOR :060/PER-DIR/RSFS/VII/2018
TENTANG
PANDUAN PENGELOLAAN ALAT KESEHATAN SINGLE USE YANG DI RE USE

DIREKTUR UTAMA RUMAH SAKIT UMUM FASTABIQ SEHAT


PKU MUHAMMADIYAH

Menimbang : a. Bahwa agar peralatan single use dapat digunakan kembali (re-use)
dapat digunakan dengan aman dan tepat maka diperlukan panduan
dan standar prosedur operasional (SPO) peralatan single use yang
dire-use;
b. Bahwa dengan terbitnya peraturan menteri kesehatan nomor 27
Tahun 2017 tentang pedoman PPI yang di dalamnya mencangkup
pengawasan alat kesehatan single use di re-use;
c. Bahwa Panduan dan SPO Peralatan Single use yang di Re-use di RSU
Fastabiq Sehat PKU Muhammadiyah, sebagai pedoman
penatalaksanaan pelayanan di RSU Fastabiq Sehat PKU
Muhammadiyah;
d. Bahwa sehubungan dengan pernyataan pada butir a dan b, c
tersebut di atas, maka dipandang perlu ditetapkan Peraturan
Direktur Utama tentang panduan pengelolaan alat kesehatan single
use yang di re-use;

Mengingat : 1. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 36 tentang Kesehatan;


2. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 44 tentang Rumah
Sakit;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun
2017 tentang Keselamatan Pasien;
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 27 Tahun 2017 Tentang
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan
Fasilitas Kesehatan Lainnya;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 986
/menkes /Per/XI/1992 Tentang Persyaratan Kesehatan lingkungan
Rumah Sakit.
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 11
tahun2017 Tentang Keselamatan Pasien
7. Surat Keputusan Pimpinan Muhammadiyah Jawa Tengah nomor

MEMUTUSKAN
MENETAPKAN : PERATURAN DIREKTUR UTAMA TENTANG PANDUAN
PENGELOLAAN ALAT KESEHATAN SINGLE USE YANG DI RE USE
Pasal 1
Rumah Sakit Umum Fastabiq Sehat PKU Muhammadiyah menerapkan
pengawasan alat kesehatan single use dan re use untuk upaya pencegahan dan
pengendalian infeksi.

Pasal 2
Peralatan kesehatan single use yang di re use adalah peralatan kesehatan sekali
pakai, yang dengan pengelolaan dimungkinkan bisa direuse (di pakai ulang)
dalam keadaan khusus yang akan digunakan kembali oleh karena pertimbangan
pengadaan sulit didapat dan harga yang mahal yang diatur dalam kebijakan.
Pasal 3
Apabila pada alat kesehatan di temukan adanya perubahan, baik warna bentuk
dan atau konsistensi / kekerasan, maka alat tidak direkomendasikan untuk di
gunakan kembali meskipun belum mencapai batas waktu yang telah di tentukan.
Pasal 4
Pada alat kesehtatan harus dilakukan uji pemeriksaan angka kuman, yang
bertujuan untuk mengetahui kualitas dari dekontaminasi, pembersihan,
pengeringan, penyimpanan, sterilisasi dan distribusi alat kesehatan yaitu alat
yang telah mencapai batas waktu yang telah di tentukan.

Pasal 5
Bila alat kesehatan yang single use yang bisa di re-use digunakan oleh pasien
yang infeksius, maka alat harus langsung dibuang tanpa menghiraukan batas
waktu yang ditentukan

Pasal 6
Untuk peralatan yang sudah mencapai batas waktu pemakaian, alat harus
dibuang

Pasal 7
Setiap 3 bulan sekali dilakukan pemeriksaan angka kuman untuk alat-alat yang
sudah sampai batas waktu atau untuk lata-alat yang belum habis batas waktunya
(sebagai sampel) dengan tujuan untuk mengetahui kualitas dari pemberisahnnya
dan penyimpanannya.

Pasal 8
Apabila berdasarkan hasil angka kuman menunjukkan kurang baik, maka batas
waktu penggunaan akan dikurangi dan dikaji lagi terkait cara melakukan
dekontaminasi, pembersihan, pengeringan, penyimpanan, sterilisasi dan
distribusi;

Pasal 9
1) Peraturan Direktur ini dibuat untuk dilaksanakan dalam upaya untuk
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi.
2) Peraturan Direktur ini berlaku mulai tanggal ditetapkan

ii
Pasal 10
Ketentuan lebih lanjut mengenai pengawasan alat kesehatan single use yang di re
use, sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 sampai dengan 8 tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan Direktur
utama ini.

Ditetapkan di : Pati
Pada tanggal : 06 Dzulqa’dah1439 H
19 Juli 2018 M
Direktur Utama Rumah Sakit Umum
Fastabiq Sehat PKU Muhammadiyah

dr. Aldila S. Al Arfah, MMR


NBM : 1176703

iii
LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR UTAMA
RUMAH SAKIT UMUM FASTABIQ SEHAT
PKU MUHAMMADIYAH
NOMOR: 060/PER-DIR/RSFS/VII/2018
TENTANG
PANDUAN PENGELOLAAN ALAT
KESEHATAN SINGLE USE YANG DI RE-
USE

PANDUAN PENGELOLAAN ALAT KESEHATAN SINGLE USE YANG DI RE USE

BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Alat kesehatan meliputi barang, instrument atau alat lain yang termasuk tiap
komponen, bagian atau perlengkapannya yang diproduksi, dijual atau dimaksudkan
untuk digunakan dalam pemeliharaan dan perawatan, diagnosis, pemulihan perbaikan,
penyembuhan dan lain-lain. Semua alat kesehatan yang kontak langsung dengan pasien
dapat menjadi sumber infeksi. Oleh karena itu, persediaan dari barang steril cukup
memainkan peran penting dalam mengurangi penyebaran penyakit dalam pelayanan
kesehatan.

Angka infeksi nosokomial terus meningkat (Al Varado, 2000) mencapai 9% atau lebih
dari 1,4 juta pasien rawat inap di rumah sakit seluruh dunia. Hasil survey point
prevalensi dari 11 rumah sakit di DKI Jakarta yang dilakukan oleh Perdalin Jaya dan
Rumah Sakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso Jakarta pada tahun 2003 didapatkan angka
infeksi nosokomial untuk ILO (Infeksi Luka Operasi) 18,9%, ISK (Infeksi Saluran Kemih)
15,1%, IADP (Infeksi Airan Darah Primer) 26, 4%, Pneumonia 24,5% dan Infeksi
Saluran Nafas Lain 15,1%, serta Infeksi Lain 32,1%.

Rumah Sakit sebagai institusi penyedia layanan kesehatan berupaya untuk


mencegah resiko terjadinya infeksi bagi pasien dan petugas di rumah sakit. Salah satu
indikator keberhasilan dalam pelayanan rumah sakit adalah rendahnya angka infeksi
nosokomial dan untuk mencapai keberhasilan tersebut , maka perlu dilakukan
pengendalian infeksi di Rumah Sakit (Depkes RI, 2001).

Reuse merupakan suatu proses dekontaminasi, rakit ulang, pembersihan, inspeksi,


penyajian, pembungkusan, pelabelan kembali, dan sterilisasi alat yang telah dipakai.
Keuntungan dari proses ini salah satunya adalah penghematan biaya. Kenyataannya di
Amerika Serikat diperkirakan reuse dapat menghemat 700 juta dolar tiap tahunnya,
apabila fasilitas mengambil peluang penuh dalam praktik reuse (Tietjen et al, 2004).
Barang-barang reuse harus dapat digunakan dengan aman dan tepat sepeti pertama
penggunaan. Rumah Sakit sebagai pihak yang melakukan reuse harus memiliki
kemampuan untuk memonitor atas semua proses yang dilakukan.

Peralatan single use yang di reuse harus sama baiknya dan aman seperti awal
penggunaannya, sehingga dapat mencegah timbulnya infeksi.

1
B. PENGERTIAN
Alat single use adalah alat medis disposible yang dinyatakan oleh pabrik untuk
penggunaan sekali pakai.

Alat Re Usable adalah alat medis yang oleh rekomendasi pabrik dapat digunakan
kembali

Alat single use-reuse adalah alat medis single use yang akan digunakan kembali oleh
karena pertimbangan pengadaan sulit didapat dan harga yang mahal yang diatur dalam
kebijakan.

Peralatan kesehatan single use re use adalah peralatan kesehatan sekali pakai, yang
dengan pengelolaan dimungkinkan bisa direuse (di pakai ulang) dalam keadaan khusus.

Peralatan kesehatan dengan kode single use hanya boleh di pakai untuk satu pasien saja
yaitu berlaku satu pasien satu alat.

Peralatan kesehatan dengan kode single use dan berlogo “2” tidak diperbolehkan untuk
di pakai bergantian antara satu pasien dengan pasien lain yaitu berlaku satu pasien satu
alat.

Peralatan medis yang berlogo “2” artinya tidak boleh di pakai lagi, baik oleh pasien yang
sama atau yang lain yaitu sekali pakai langsung buang.

Peralatan medis “re useable” adalah perangkat dimana penyedia layanan kesehatan
dapat menggunakan kembali alat tersebut untuk mendiagnosa dan mengobati pasien
multiple.

Dekontaminasi adalah suatu proses untuk menghilangkan atau memusnahkan


mikroorganisme dan kotoran yang melekat pada peralatan medis bekas pakai, sehingga
aman untuk di pakai lagi.

Pembersihan adalah suatu proses untuk menghilangkan kotoran yang melekat pada
peralatan medis bekas pakai dengan menggunakan detergen enzimatik, air mengalir
dan sikat sehingga kotoran atau bahan organic hilang dari permukaan.

Desinfeksi adalah suatu proses untuk menghilangkan atau memusnahkan


mikroorganisme (virus, bakteri, parasit, fungi dan spora ) kecuali endospora pada
peralatan medis bekas pakai dengan menggunakan cairan desinfektan (kimia) atau
panas (thermal).

Sterilisasi adalah suatu proses untuk menghilangkan atau memusnahkan semua bentuk
mikroorganisme termasuk endospora pada peralatan medis bekas pakai yang dapat
dilakukan dengan proses fisika dan kimiawi dengan menggunakan alat (sterilisator).

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Sebagai pedoman dalam menggunakan alat-alat yang telah terpakai untuk
digunakan kembali, aman seperti awal pemakaian sehingga dapat mencegah
timbulnya infeksi.

2
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengolahan peralatan medis dapat di gunakan kembali sangat
penting untuk melindungi keselamatan
b. Mengurangi risiko paparan atau infeksi sebelum alat dipakai lagi
c. Mengurangi biaya perawatan.
d. Sebagai panduan untuk menggunakan kembali alat-alat single use dalam
memberikan pelayanan.
e. Dapat membantu menurunkan angka kejadian infeksi atau infeksi nosokomial
f. Mewujudkan patient safety sebagai wujud pengendalian infeksi nosokomial di
rumah sakit

BAB II
RUANG LINGKUP

Ruang lingkup pengelolaan peralatan kesehatan “single use” dan “re-use” meliputi :
1. Instalasi CSSD
2. Instalasi Bedah Sentral (IBS)
3. Rawat Inap
4. Kamar bersalin (IKB)
5. Hemodialisa (HD)
6. Instalasi Laboratorium
7. Instalasi Radiologi
8. Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi

BAB III
TATA LAKSANA
A. KLASIFIKASI PERALATAN MEDIS MENURUT dr. EARL SPAULDING
1. Peralatan semi kritis
Peralatan yang masuk atau kontak dengan membrane mukosa tubuh
pengelolaan peralatan kelompok ini dengan menggunakan desinfeksi tingkat
tinggi (DTT)
Contoh : endotrakheal tube
2. Peralatan non kritis
Peralatan medis yang kontak dengan tubuh pasien. Pengelolaan peralatan ini
dengan menggunakan desinfeksi tingkat rendah (DTR)
Contoh :tensimeter, stetoskope, apron
3. Peralatan kritis
Peralatan medis yang masuk ke dalam jaringan tubuh steril atau pembuluh
darah. Pengelolaan ini dengan cara sterilisasi
Contoh : instrument bedah
B. PENETAPAN PERALATAN MEDIS SINGLE USE BISA UNTUK RE USE
1. Peralatan dan bahan material yang tidak pernah bisa untuk re-use
2. Jumlah maksimum re-use, khususnya untuk setiap peralatan dan bahan
atau material yang di re-use
3. Tipe pemakaian dan keretakan, antara lain yang mengindikasikan bahwa
peralatan tidak bisa di re-use,
4. proses pembersihan untuk setiap peralatan yang dimulai segera sesudah
digunakan dan diikuti dengan prosedur yang jelas

3
5. proses untuk pengumpulan, analisis dan penggunaan dari data PPI yang
terkait dengan peralatan dan material yang di re-use.

C. RISIKO PELAKSANAAN SINGLE USE / RE-USE PERALATAN MEDIS


1. Adanya peningkatan risiko infeksi
2. Adanya perubahan performa peralatan tersebut (mungkin tidak adekuat
atau tidak memuaskan setelah diproses ulang)
D. TATALAKSANA PENGELOLAAN PERALATAN MEDIS SINGLE USE ATAU RE-
USE
1. Menentukan jenis disinfektan yang digunakan untuk membersihakn
2. Cara pembersihan alat medis
3. Cara desinfeksi alat medis
4. Cara pengeringan alat medis setelah bersih
5. Cara penyimpanan alat medis setelah bersih
6. Monitoring dan evaluasi alat berdasarkan pengamatan secara fisik setelah
digunakan
7. Monitoring dan evaluasi pemeriksaan angka kuman dari peralatan medis
setelah sampai batas waktu penggunaan peralatan yang ditentukan setiap
3 (tiga) bulan sekali.
E. ALASAN DILAKUKAN RE-USE UNTUK PERALATAN YANG SINGLE USE
1. Harga peralatan mahal
2. Peralatan sulit dicari
F. PELAKSANAAN MONITORING DAN EVALUASI
Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan 2 cara:
1. Berdasarkan pengamatan fisik atau kondisi alat
a. Monitoring langsung dilakukan setelah alat tersebut digunakan oleh
petugas IBS, ICU dan Hemodialisa
b. Yang perlu diamati antara lain warna, bentuk dan konsistensi dari alat
tersebut.
c. Apabila ada perubahan, baik warna bentuk dan atau konsistensi /
kekerasan, maka alat tidak direkomendasikan untuk di gunakan
kembali meskipun belum mencapai batas waktu yang telah di
tentukan.
2. Pemeriksaan angka kuman pada alat.
a. Pemeriksaan bertujuan untuk mengetahui kualitas dari
dekontaminasi, pembersihan, pengeringan, penyimpanan,
sterilisasi dan distribusi
b. Pemeriksaan dilakukan pada alat setelah mencapai batas waktu
yang telah di tentukan
c. Apabila berdasarkan hasil angka kuman menunjukan kurang baik,
maka batas waktu penggunaan akan dikurangi dan dikaji lagi
terkait dengan cara melakukan dekontaminasi, pembersihan,
pengeringan, penyimpanan, sterilisasi dan distribusi
d. Pelaksanaan uji angka kuman dilakukan bekerjasama dengan
laboratorium yang memiliki uji pemeriksaan angka kuman setiap 3
bulan.
e. Hasil kultur disampaikan kepada unit terkait dengan pengelolaan
lebih lanjut.

4
G. PENGELOLAAN ALAT SINGLE USE
1. Peralatan single use yang di reuse yang digunakan di ruang IBS setelah
selesai tindakan pembiusan, maka petugas IBS melakukan pemeriksaan
terhadap alat tersebut, apakah masih layak pakai atau tidak sesuai
dengan batas waktu yang ditentukan. Bila kondisi rusak, retak, balon
tidak mengembang atau sudah berubah warna, maka alat tidak di
rekomendasikan untuk digunakan lagi. Bila alat tersebut digunakan oleh
pasien yang infeksius, maka alat harus langsung dibuang tanpa
menghiraukan batas waktu yang ditentukan.
2. Tiap-tiap alat sudah ditentukan batas waktu pemakaian untuk
memudahakan cara monitor penggunaanya maka petugas anestesi
membuat sendiri daftar monitoring dan evaluasi dalam bentuk checklist
setiap kali selesai menggunakan suatu peralatan, untuk mengetahui
adanya perubahan performa dari suatu peralatan, mungkin tidak adekuat
atau tidak memuaskan apabila dilakukan pemrosesan ulang.
3. Tiap-tiap alat dilakukan monitoring dengan cara membubuhkan angka
yaitu menuliskan berapa kali dipakai dan menuliskan jumlah pemakaian
dan maksimal pemakaian terakhir dengan tujuan untuk mengetahui
“sudah berapa kali” pemakaian suatu alat dan batas maksimal pemakaian
Contoh : label pertama di tulis 1max label ke 2 8 max
4. Peralatan kesehatan dengan kode single use dan berlogo “2” tidak
diperbolehkan untuk di pakai bergantian antara satu pasien dengan
pasien lain yaitu berlaku satu pasien satu alat.
5. Peralatan medis yang berlogo “2” artinya tidak boleh di pakai lagi, baik
oleh pasien yang sama atau yang lain yaitu sekali pakai langsung buang
6. Setelah alat digunakan, alat direndam menggunakan cairan desinfektan
selama 10 menit, kemudian dibilas dengan air yang mengalir dan
dikeringkan, kemudian disimpan ditempat yang bersih
7. Untuk peralatan yang sudah mencapai batas waktu pemakaian, alat harus
dibuang.
8. Setiap 3 bulan sekali dilakukan pemeriksaan angka kuman untuk alat-alat
yang sudah sampai batas waktu atau untuk alat-alat yang belum habis
batas waktunya (sebagai sampel) dengan tujuan untuk mengetahui
kualitas dari pembersihannya dan penyimpanannya.
H. DAFTAR ALAT SINGLE USE:
1. Peralatan Semi Kritis
Yang termasuk alat single use pada peralatan semi kritis adalah sebagai
berikut:
a. Endotrakheal tube
b. Orofaringeal tube
c. Selang suction
d. Selang NGT
e. Selang OGT
f. Selang kateter
g. CPAP
2. Peralatan Non Kritis
Yang termasuk alat single use pada peralatan non kritis adalah sebagai berikut:
a. Masker
b. Handscoon

5
c. Apron
d. Selang oksigen
e. Face mask nebulizer
f. Sungkup NRM
g. Bagging
3. Peralatan Kritis
Yang termasuk alat single use pada peralatan kritis adalah sebagai berikut:
a. Needle
b. Spuit
c. Abocath/infus set
d. Fistula
e. Single needle double lumen
f. Dialiser
I. JENIS PERALATAN MEDIS SINGLE USE YANG DI RE-USE
NO Jenis Alat Asal Ruang Batas Waktu Keterangan
Penggunaan

1. CPAP Perinatologi , 3kali Dilakukan DTT


(Sirkuit) ICU

2. Dialiser Hemodialisa 5 kali Dilakukan DTT apabila anti


(dengan HCV negative, maka dialiser
Pasien yang di re-use sebanyak 8x,
sama) apabila anti HCV positif,
maka dialiser disposable

3. Valley Cauter IBS 5 kali Dilakukan Disinfeksi dg


menggunakan cairan klorin
kemudian ozon

4 Guide wire IBS 2 kali Dilakukan disinfeksi


dengan cairan enzimatik
dan alkasid

5 Cutting lup IBS 2 kali Dilakukan disinfeksi


dengan cairan enzimatik
dan alkasid

6 Selang IBS 5 kali Dilakukan DTT


suction

7 Vacuum IBS 5 kali Dilakukan DTT


Ekstraktor

1. DIALIZER
Tatalaksana sterilisasi pada dializer adalah sebagai berikut:
a. Bilas bersih dializer dengan air RO;
b. Setelah dializer bersih isi dializer dengan cairan Michem;
c. Tutup ke empat lubang saluran dari AVBL dan dari Copler;
d. Simpan di lemari khusus penyimpanan dializer.

6
2. COUTER
Tatalaksana sterilisasi pada cauter adalah sebagai berikut
a. Rendam cauter dalam larutan clorin
b. Keringkan
c. Steril dengan ozon
3. GUIDE WIRE
Tatalaksana sterilisasi pada guide wire adalah sebagai berikut
a. Rendam guide wire dalam cairan enzimatik 20 menit
b. Kemudian di keringkan
c. Rendam guide wire dalam cairan alkasid 20 menit
d. Kemudian keringkan
e. Siap di pakai kembali
4. CUTING LUP
Tatalaksana sterilisasi pada cutting lup adalah sebagai berikut
a. Rendam cutting lup dalam cairan enzimatik 20 menit
b. Kemudian di keringkan
c. Rendam cutting lup dalam cairan alkasid 20 menit
d. Kemudian keringkan
e. Siap di pakai kembali
5. SELANG SUCTION BESAR
a. Rendam selang suction dengan cairan disinfeksi selam 15 menit
b. Sikat lobang dalam selang saction
c. Kemudian bilas
d. Keringkan
e. Ozon

BAB III
MONITORING DAN EVALUASI

A. MONITORING
1. Berdasarkan pengamatan fisik/kondisi alat:
a. Monitoring langsung dilakukan setelah alat tersebut digunakan oleh
petugas misalnya: Petugas IGD, ICU, Rawat Inap, Rawat Jalan, Hemodialisa
setiap hari.
b. Yang perlu diamati antara lain bentuk, warna, konsistensi dari alat
tersebut.
c. Apabila ditemukan adanya perubahan baik warna, bentuk dan atau
konsistensi/kekerasan maka tidak direkomendasikan untuk digunakan
kembali meskipun belum sampai pada batas waktu yang telah ditentukan.
2. Pemeriksaan angka kuman
a. Pemeriksaan bertujuan untuk mengetahui kualitas dari dekontaminasi,
pembersihan, pengeringan, penyimpanan, sterilisasi dan distribusi;
b. Pemeriksaan dilakukan pada alat setelah mencapai batas waktu yang telah
ditentukan;
c. Apabila berdasarkan hasil angka kuman menunjukkan kurang baik, mkaa
batas waktu penggunaan akan dikurangi dan dikaji lagi terkait cara

7
melakukan dekontaminasi, pembersihan, pengeringan, penyimpanan,
sterilisasi dan distribusi;
d. Pelaksanaan uji angka kuman dilakukan bekerjasama dengan Laboratorium
Kesehatan Daerah Kudus yang sudah terakreditasi KALK ;
e. Hasil kultur disampaikan kepada unit terkait dengan pengelolaan lebih
lanjut .

B. EVALUASI
Bila alat tersebut digunakan oleh pasien yang infeksius, maka alat harus dibuang
tanpa menghiraukan batas waktu yang ditentukan.
Setiap alat sudah ditentukan batas waktu pemakaian, cara untuk memonitor
penggunaannya maka petugas CSSD membuat daftar evaluasi dalam bentuk
checklist setiap kali selesai menggunakan suatu peralatan.
Setiap alat dilakukan monitoring dengan cara membubuhkan angka dengan tujuan
untuk mengetahui “sudah berapa kali” pemakaian suatu alat.
Untuk peralatan yang sudah mencapai batas waktu pemakaian maka alat harus
dibuang.
BAB IV
PENUTUP

Pencegahan dan pengendalian infeksi di Rumah Sakit (PPIRS) merupakan kegiatan yang
sangat penting dan salah satu faktor yang mendukung untuk meningkatkan kualitas
pelayanan dan erat kaitannya dengan citra rumah sakit. Oleh karena itu pencegahan dan
pengendalian infeksi perlu diperhatikan.

Salah satu upaya untuk menekan kejadian infeksi nosokomial adalah dengan
melaksanakan pemilahan peralatan single use yang direuse sebagai bentuk tanggung
jawab untuk melaksanakan semua kegiatan secara aman di rumah sakit.

Pati, 06 Dzulqa’dah1439 H
19 Juli 2018 M
Direktur Utama Rumah Sakit Umum
Fastabiq Sehat PKU Muhammadiyah

dr. Aldila S. Al Arfah, MMR


NBM : 1176703

Anda mungkin juga menyukai