DISUSUN OLEH
Pepi H Putera Marita Anggraeni
Maharani Galih G. Ginanjar
Rika Andi
Uud Mauludin Vuny Luwita
Imam Budiman Vidia Karisma
Edo Corneulus Susandi
Yudi Sugiono
Yudith Eka Winoto
Tarmidi Dede Jalaludin
Renaldi Dewi Y
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
DHARMA HUSADA
BANDUNG
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan berdampak besar terhadap
peningkatan mutu pelayanan keperawatan. Pelayanan keperawatan yang dilaksanakan oleh
tenaga profesional, dalam melaksanakan tugasnya dapat bekerja secara mandiri dan dapat pula
bekerja sama dengan profesi lain.
Perawat dituntut untuk melaksanakan asuhan keperawatan untuk pasien/klien baik secara
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat dengan memandang manusia secara
biopsikososial spiritual yang komperhensif. Sebagai tenaga yang profesional, dalam
melaksanakan tugasnya diperlukan suatu sikap yang menjamin terlaksananya tugas tersebut
dengan baik dan bertanggungjawab secara moral.
Masalah, merupakan suatu bagian yang tak dapat dipisahkan dari segala segi
kehidupan. Tidak ada satupun benda ataupun subjek hidup yang bersih tanpa masalah, namun
ada yang tersembunyi namun ada juga yang lebih dominan oleh masalahnya.
Begitupun dalam praktik keperawatan, terdapat beberapa isu yang bisa jadi merupakan
masalah dalam praktik keperawatan kita. Baik merupakan perbuatan dari pihak yang tidak
bertanggung jawab, ataupun segala hal yang terjadi disebabkan oleh pertimbangan etis.
Keperawatan merupakan salah satu profesi yang mempunyai bidang garap pada
kesejahteraan manusia yaitu dengan memberikan bantuan kepada individu yang sehat maupun
yang sakit untuk dapat menjalankan fungsi hidup sehari-hariya. Salah satu yang mengatur
hubungan antara perawat pasien adalah etika. Istilah etika dan moral sering digunakan secara
bergantian.
Etika dan moral merupakan sumber dalam merumuskan standar dan prinsip-prinsip yang
menjadi penuntun dalam berprilaku serta membuat keputusan untuk melindungi hak-hak
manusia. Etika diperlukan oleh semua profesi termasuk juga keperawatan yang mendasari
prinsip-prinsip suatu profesi dan tercermin dalam standar praktek profesional.
Profesi keperawatan mempunyai kontrak sosial dengan masyarakat, yang berarti
masyarakat memberi kepercayaan kepada profesi keperawatan untuk memberikan pelayanan
yang dibutuhkan. Konsekwensi dari hal tersebut tentunya setiap keputusan dari tindakan
keperawatan harus mampu dipertanggungjawabkan dan dipertanggunggugatkan dan setiap
penganbilan keputusan tentunya tidak hanya berdasarkan pada pertimbangan ilmiah semata
tetapi juga dengan mempertimbangkan etika.
Etika adalah peraturan atau norma yang dapat digunakan sebagai acuan bagi perlaku
seseorang yang berkaitan dengan tindakan yang baik dan buruk yang dilakukan seseorang dan
merupakan suatu kewajiban dan tanggungjawanb moral.(Nila Ismani, 2001)
Bioetik adalah studi tentang isu etika dalam pelayanan kesehatan (Hudak & Gallo, 1997).
Dalam pelaksanaannya etika keperawatan mengacu pada bioetik sebagaimana tercantum dalam
sumpah janji profesi keperawatan dan kode etik profesi keperawatan.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian etik dan Bioetik
2. Pendekatan Teologi
3. Pendekatan intituonism
4. Pendekatan Deontologik
5. Isu Bioetik dalam Keperawatan
6. Nilai-nilai pribadi dan praktik profesional
C. Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah :
1. Mengetahui Pengertian etik dan bioetik
2. Mengetahui pendekatan teologi
3. Mengetahui pendekatan Intisionism
4. Mengetahui pendekatan Deontologik
5. Isue bioetik dalam keperawatan
6. Nilai-nilai pribadi dan praktik profesional
D. Manfaat
Makalah etika ini diharapakn mahasiswa mampu memahami dan mengaplikasikan mengenai etik
dan bioetik keperawatan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Etika berasal dari bahasa yunani, yaitu Ethos, yang menurut Araskar dan David (1978)
berarti ” kebiasaaan ”. ”model prilaku” atau standar yang diharapkan dan kriteria tertentu untuk
suatu tindakan. Penggunaan istilah etika sekarang ini banyak diartikan sebagai motif atau
dorongan yang mempengaruhi prilaku. (Dra. Hj. Mimin Emi Suhaemi. 2002. 7)
Etika adalah kode prilaku yang memperlihatkan perbuatan yang baik bagi kelompok
tertentu. Etika juga merupakan peraturan dan prinsip bagi perbuatan yang benar. Etika
berhubungan dengan hal yang baik dan hal yang tidak baik dan dengan kewajiban moral. Etika
berhubungan dengan peraturan untuk perbuatan atau tidakan yang mempunyai prinsip benar dan
salah, serta prinsip moralitas karena etika mempunyai tanggung jawab moral, menyimpang dari
kode etik berarti tidak memiliki prilaku yang baik dan tidak memiliki moral yang baik.
Etika bisa diartikan juga sebagai, yang berhubungan dengan pertimbangan keputusan,
benar atau tidaknya suatu perbuatan karena tidak ada undang-undang atau peraturan yang
menegaskan hal yang harus dilakukan. Etika berbagai profesi digariskan dalam kode etik yang
bersumber dari martabat dan hak manusia ( yang memiliki sikap menerima) dan kepercayaan
dari profesi. Profesi menyusun kode etik berdasarkan penghormatan atas nilai dan situasi
individu yang dilayani.
Kode etik disusun dan disahkan oleh organisasi atau wadah yang membina profesi
tertentu baik secara nasional maupun internasional. Kode etik menerapkan konsep etis karena
profesi bertanggung jawab pada manusia dan menghargai kepercayaan serta nilai individu. Kata
seperti etika, hak asasi, tanggung jawab, mudah didefinisikan, tetapi kadang-kadang tidak jelas
letak istilah tersebut diterapkan dalam suatu situasi. Contoh: benarkah dipandang dari segi etis,
hak asasi dan tanggung jawab bila profesional kesehatan menghentikan upaya penyelamtan
hidup pada pasien yang mengidap penyakit yang pasti mebawa kematian.
Faktor teknologi yang meningkat, ilmu pengetahuan yang berkembang ( pemakaian
mesin dan teknik memperpanjang usia, legalisasi abortus, pencangkokan organ manusia,
pengetahuan biologi dan genetika, penelitian yang menggunakan subjek manusia) ini
memerlukan pertimbangan yang menyangkut nilai, hak-hak asasi dan tanggung jawab profesi.
Organisasi profesi diharapkan mampu memelihara dan menghargai, mengamalkan,
mengembangkan nilai tersebut melalui kode etik yang disusunnya.
Kadang-kadang perawat dihadapkan pada situasi yang memerlukan keputusan untuk
mengambil tindakan. Perawat memberi asuhan kepada klien, keluarga dan masyarakat;
menerima tanggung jawab untuk membuat keadaan lingkungan fisik, sosia dan spiritual yang
memungkinkan untuk penyembuhan dan menekankan pencegahan penyakit; serta meningkatkan
kesehatan dengan penyuluhan kesehatan.
Pelayanan kepada umat manusia merupakan fungsi utama perawat dan dasar adanya
profesi keperawatan. Kebutuhan pelayanan keperawatan adalah universal. Pelayanan profesional
berdasarkan kebutuhan manusia- karena itu tidak membedakan kebangsaan, warna kulit, politik,
status sosial dan lain-lain. Keperawatan adalah pelayanan vital terhadap manusia yang
menggunakan manusia juga, yaitu perawat. Pelayanan ini berdasarkan kepercayaan bahwa
perawat akan berbuat hal yang benar, hal yang diperlukan, dan hal yang mnguntungkan pasien
dan kesehatannya. Oleh karena manusia dalam interaksi bertingkah laku berbeda-beda maka
diperlukan pedoman untuk mengarahkan bagaimana harus bertindak.
Etik merupakan prinsip yang menyangkut benar dan salah, baik dan buruk dalam
hubungan dengan orang lain. Etik merupakan studi tentang perilaku, karakter dan motif yang
baik serta ditekankan pada penetapan apa yang baik dan berharga bagi semua orang.
Secara umum, terminologi etik dan moral adalah sama. Etik memiliki terminologi yang
berbeda dengan moral bila istilah etik mengarahkan terminologinya untuk penyelidikan filosofis
atau kajian tentang masalah atau dilema tertentu. Moral mendeskripsikan perilaku aktual,
kebiasaan dan kepercayaan sekelompok orang atau kelompok tertentu.
Etik juga dapat digunakan untuk mendeskripsikan suatu pola atau cara hidup, sehingga
etik merefleksikan sifat, prinsip dan standar seseorang yang mempengaruhi perilaku profesional.
Cara hidup moral perawat telah dideskripsikan sebagai etik perawatan.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa etik merupakan istilah yang
digunakan untuk merefleksikan bagaimana seharusnya manusia berperilaku, apa yang
seharusnya dilakukan seseorang terhadap orang lain.
B. Tipe-Tipe Etik
1. Bioetik
Bioetik merupakan studi filosofi yang mempelajari tentang kontroversi dalam etik,
menyangkut masalah biologi dan pengobatan. Lebih lanjut, bioetik difokuskan pada pertanyaan
etik yang muncul tentang hubungan antara ilmu kehidupan, bioteknologi, pengobatan, politik,
hukum, dan theology.
Pada lingkup yang lebih sempit, bioetik merupakan evaluasi etik pada moralitas treatment
atau inovasi teknologi, dan waktu pelaksanaan pengobatan pada manusia. Pada lingkup yang
lebih luas, bioetik mengevaluasi pada semua tindakan moral yang mungkin membantu atau
bahkan membahayakan kemampuan organisme terhadap perasaan takut dan nyeri, yang meliputi
semua tindakan yang berhubungan dengan pengobatan dan biologi. Isu dalam bioetik antara lain
: peningkatan mutu genetik, etika lingkungan, pemberian pelayanan kesehatan.
Bioetik adalah cabang etik yang mengkaji masalah etika dalam dunia kesehatan/medis (
pelayanan kesehatan,penelitian kesehatan dll ) sering disebut etika medis atau etikabiomedik.
Bioetik mulai berkembang pada awal tahun 1960 an,karena pada saat itu banyak
bermunculan teknologi medis sebagai upaya untuk memperpanjang / meningkatkan kualitas
hidup manusia.
Dapat disimpulkan bahwa bioetik lebih berfokus pada dilema yang menyangkut
perawatan kesehatan modern, aplikasi teori etik dan prinsip etik terhadap masalah-masalah
pelayanan kesehatan
2. Clinical ethics/Etik klinik
Etik klinik merupakan bagian dari bioetik yang lebih memperhatikan pada masalah etik
selama pemberian pelayanan pada klien. Contoh clinical ethics : adanya persetujuan atau
penolakan, dan bagaimana seseorang sebaiknya merespon permintaan medis yang kurang
bermanfaat (sia-sia).
C. Teori Etik
1. Utilitarian
Kebenaran atau kesalahan dari tindakan tergantung dari konsekwensi atau akibat tindakan
Contoh : Mempertahankan kehamilan yang beresiko tinggi dapat menyebabkan hal yang tidak
menyenangkan, nyeri atau penderitaan pada semua hal yang terlibat, tetapi pada dasarnya hal
tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesehatan ibu dan bayinya.
2. Deontologi
Pendekatan deontologi berarti juga aturan atau prinsip. Prinsip-prinsip tersebut antara lain
autonomy, informed consent, alokasi sumber-sumber, dan euthanasia.
D. Prinsip-Prinsip Etik
1. Otonomi (Autonomy)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan
mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatan
membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai
oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau dipandang
sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak
kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek profesional
merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan
tentang perawatan dirinya.
2. Berbuat baik (Beneficience)
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan, memerlukan
pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan
peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang, dalam situasi pelayanan kesehatan,
terjadi konflik antara prinsip ini dengan otonomi.
3. Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil terhadap orang lain yang
menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam prkatek
profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktek dan
keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
4. Tidak merugikan (Nonmaleficience)
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien.
5. Kejujuran (Veracity)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi
pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk meyakinkan
bahwa klien sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk
mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi akurat, komprensensif, dan objektif
untuk memfasilitasi pemahaman dan penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang
sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya
selama menjalani perawatan.
Walaupun demikian, terdapat beberapa argument mengatakan adanya batasan untuk
kejujuran seperti jika kebenaran akan kesalahan prognosis klien untuk pemulihan atau adanya
hubungan paternalistik bahwa ”doctors knows best” sebab individu memiliki otonomi, mereka
memiliki hak untuk mendapatkan informasi penuh tentang kondisinya. Kebenaran merupakan
dasar dalam membangun hubungan saling percaya.
6. Menepati janji (Fidelity)
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap
orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta menyimpan rahasia klien.
Ketaatan, kesetiaan, adalah kewajiban seseorang untuk mempertahankan komitmen yang
dibuatnya. Kesetiaan, menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kode etik yang menyatakan
bahwa tanggung jawab dasar dari perawat adalah untuk meningkatkan kesehatan, mencegah
penyakit, memulihkan kesehatan dan meminimalkan penderitaan.
7. Karahasiaan (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi
klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca
dalam rangka pengobatan klien. Tidak ada seorangpun dapat memperoleh informasi tersebut
kecuali jika diijinkan oleh klien dengan bukti persetujuan. Diskusi tentang klien diluar area
pelayanan, menyampaikan pada teman atau keluarga tentang klien dengan tenaga kesehatan lain
harus dihindari.
8. Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang profesional dapat
dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.
E. Pendekatan Telelogik
Menjelaskan fenomena berdasarkan akibat yang dihasilkan atau konsekuensi yang dapat
terjadi.
Menekankan pada pencapaian hasil dengan kebaikan maksimal dan ketidakbaikan sekecil
mungkin bagi manusia.
Dapat dibedakan menjadi:
1. Rute utilitarianisme, berprinsip bahwa manfaat atau nilai suatu tindakan tergantung pada sejauh
mana tindakan tersebut memberikan kebaikan atau kebahagiaan pada manusia.
2. Act utilitarianisme, tidak melibatkan aturan umum tetapi berupaya menjelaskan pada suatu
situasi tertentu dengan pertimbangan terhadap tindakan apa yang dapat memberikan kebaikan
sebanyak-banyaknya dan ketidakbaikan sekecil-kecilnya.
Dapat dibedakan menjadi:
Teleologi – yunani, etos =akhir
Teleology – utilitarianisme, yaitu dasar yang dihasilkan / konsekuensi yangterjadi.
Penekanan : pencapaian hasil akhir yang terjadi
Teleology : rule utilitarianisme –manfaa / nilai suatu tindakan bergantung pada sejauhmana
tindakan tersebut membawa Act utilitarianismebersifat terbatas.
Teleology :
Rule utilitarianisme : manfaat / nilai suatu tindakan bergantung pada sejauhmana tindakan
tersebut memberikan kebaikan dan kebahagian kepada manusia.
Act utilitarianisme ; bersifat lebih terbatas. Tidak melibatkan aturan umum tetatpi berupaya
dan mempertimbangkan terhadap sesuatu tindakan dapat memberikan kebaikan sebanyak-
banyaknya atau ke tidak baikan sekecil-kecilnya. Contoh ; bayi lahir cacat- lebih baik meninggal.
Teleologi berasal dari akar kata Yunani telos, yang berarti akhir, tujuan, maksud, dan
logos, perkataan. Teleologi adalah ajaran yang menerangkan segala sesuatu dan segala kejadian
menuju pada tujuan tertentu. Istilah teleologi dikemukakan oleh Christian Wolff, seorang filsuf
Jerman abad ke-18. Teleologi merupakan sebuah studi tentang gejala-gejala yang
memperlihatkan keteraturan, rancangan, tujuan, akhir, maksud, kecenderungan, sasaran, arah,
dan bagaimana hal-hal ini dicapai dalam suatu proses perkembangan. Dalam arti umum,
teleologi merupakan sebuah studi filosofis mengenai bukti perencanaan, fungsi, atau tujuan di
alam maupun dalam sejarah. Dalam bidang lain, teleologi merupakan ajaran filosofis-religius
tentang eksistensi tujuan dan "kebijaksanaan" objektif di luar manusia.
F. Etika Teleologis
Dalam dunia etika, teleologi bisa diartikan sebagai pertimbangan moral akan baik
buruknya suatu tindakan dilakukan. Perbedaan besar nampak antara teleologi dengan deontologi.
Secara sederhana, hal ini dapat kita lihat dari perbedaan prinsip keduanya. Dalam deontologi,
kita akan melihat sebuah prinsip benar dan salah. Namun, dalam teleologi bukan itu yang
menjadi dasar, melainkan baik dan jahat. Ketika hukum memegang peranan penting dalam
deontologi, bukan berarti teleologi mengacuhkannya. Teleologi mengerti benar mana yang
benar, dan mana yang salah, tetapi itu bukan ukuran yang terakhir. Yang lebih penting adalah
tujuan dan akibat. Betapapun salahnya sebuah tindakan menurut hukum, tetapi jika itu bertujuan
dan berakibat baik, maka tindakan itu dinilai baik. Ajaran teleologis dapat menimbulkan bahaya
menghalalkan segala cara. Dengan demikian tujuan yang baik harus diikuti dengan tindakan
yang benar menurut hukum. Hal ini membuktikan cara pandang teleologis tidak selamanya
terpisah dari deontologis. Perbincangan "baik" dan "jahat" harus diimbangi dengan "benar" dan
"salah".Lebih mendalam lagi, ajaran teleologis ini dapat menciptakan hedonisme, ketika "yang
baik" itu dipersempit menjadi "yang baik bagi saya".
Teleologi adalah setiap filosofis yang menyatakan bahwa akun menyebabkan akhir ada di
alam , yang berarti bahwa desain dan tujuan analog dengan yang ditemukan dalam tindakan
manusia yang melekat juga di seluruh alam. Kata berasal dari bahasa Yunani τέλος , telos, akar: -
". akhir, tujuan" τελε, Kata sifat "teleologis" memiliki penggunaan yang lebih luas, misalnya
dalam diskusi di mana teori-teori etika tertentu atau jenis program komputer (seperti " teleo-
reaktif "program) kadang-kadang digambarkan sebagai teleologis karena melibatkan bertujuan
gol.
Teleologi kemudian dieksplorasi oleh Plato dan Aristoteles , dengan Santo Anselmus
sekitar 1000 Masehi, dan kemudian oleh Immanuel Kant dalam bukunya Critique Penghakiman .
Itu penting untuk filsafat spekulatif Hegel. Suatu hal, proses atau tindakan teleologis ketika demi
akhir, yaitu, telos atau menyebabkan akhir . Secara umum dapat dikatakan bahwa ada dua jenis
penyebab akhir, yang dapat disebut finalitas intrinsik dan ekstrinsik finalitas.
Suatu hal atau tindakan memiliki finalitas ekstrinsik bila demi sesuatu yang eksternal
pada dirinya sendiri. Misalnya, Aristoteles berpendapat bahwa hewan adalah untuk kepentingan
manusia, hal yang eksternal bagi mereka. Manusia juga menunjukkan finalitas ekstrinsik ketika
mereka mencari sesuatu yang luar dirinya (misalnya, kebahagiaan seorang anak). Jika hal
eksternal tidak ada tindakan yang tidak akan menampilkan finalitas.
Suatu hal atau tindakan memiliki finalitas intrinsik bila demi sesuatu yang
tidak eksternal untuk dirinya sendiri. Sebagai contoh, orang mungkin mencoba untuk menjadi
bahagia hanya demi menjadi bahagia, dan bukan demi apa pun di luar itu.
Dalam ilmu pengetahuan modern penjelasan teleologis yang sengaja dihindari, karena
apakah mereka benar atau salah diperdebatkan berada di luar kemampuan persepsi dan
pemahaman manusia untuk menghakimi. Beberapa disiplin ilmu, terutama dalam biologi evolusi,
masih cenderung menggunakan bahasa yang muncul teleologis ketika mereka menggambarkan
kecenderungan alami terhadap kondisi akhir tertentu, tetapi argumen ini dapat selalu diulang di
non-teleologis bentuk ;
a. Suatu fenomena dan akibatnya
b. Pendekatan ini dihadapkan pada konsekuensi dan keputusan etik
c. Membenarkan secara hukum tindakan atau keputusan yang diambil untuk kepentingan medis
d. Pendekatan ini selalu digunakan dalam menghadapi masalah medis .
e. Dalam pendekatan telelologi,semua tindakan atau keputusan dapat dibenarkan secara hukum
bila dilakukan untuk kepentingan medis.
f. Contoh kasus
Bila terdapat kasus kedaruratan persalinan,sedangkan tidak ada bidan dan jarak menuju
rumah sakit rujukan cukup jauh,maka seorang perawat dapat dibenarkan untuk memberikan
pertolongan sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya demi keselamatan
pasien
G. Pendekatan intiutionism
a. Bahwa pandangan atau sifat manusia dalam mengetahui hal yang benar dan salah
b. Keyakinan akan etika keperawatan yang akan dilakukan dan menyakini baik dan benar.
c. Pendekatan intuitional meyakini bahwa sesuatu yang benar dan salah adalah sifat dasar
manusia,terlepas dari pemikiran rasional atau irasionalnya suatu keadaan.
d. Contoh kasus :
Seorang perawat tentu mengetahui bahwa menyakiti pasien merupakan tindakan yang tidak
benar. Hal tersebut tidak perlu diajarkan lagi pada perawat, karena mengacu pada etika seorang
perawat yang diyakini dapat membedakan mana yang benar dan mana yang buruk untuk
dilakukan.
Menelantarkan pasien merupakan tindakan yang jelas salah,sehingga hal tersebut tidak perlu
diajarkan lagi kepada perawat karena mereka diyakini dapat membedakan mana yang baik dan
buruk dilakukan.
H. Pendekatan deontologi
Berbeda dengan teori konsekuensialis, teori deontologi menilai moralitas dari pilihan
dengan kriteria yang berbeda dari negara urusan pilihan-pilihan membawa. Secara kasar,
deontologists dari semua garis berpendapat bahwa beberapa pilihan tidak bisa dibenarkan oleh
efek mereka - bahwa tidak peduli seberapa baik secara moral konsekuensi mereka, beberapa
pilihan secara moral dilarang. Pada rekening deontologis moralitas, agen tidak bisa membuat
pilihan yang salah tertentu, bahkan jika dengan melakukan sehingga jumlah pilihan yang salah
akan diminimalkan (karena agen lain akan dilarang untuk berkecimpung dalam pilihan yang
salah yang serupa).
Untuk deontologists, apa yang membuat pilihan yang tepat adalah sesuai dengan norma
moral. Norma-norma tersebut harus ditaati oleh masing-masing hanya agen moral; seperti
norma-keepings tidak dimaksimalkan oleh agen masing-masing. Dalam hal ini, untuk
deontologists, Kanan memiliki prioritas di atas yang Baik. Jika suatu tindakan yang tidak sesuai
dengan Hak, tidak dapat dilakukan, tidak peduli baik itu mungkin menghasilkan (termasuk
bahkan Baik yang terdiri dari bertindak sesuai dengan Kanan). Fry, 1991. Deontologi ada 5
prinsip:
a) Kemurahan hati
b) Keadilan
c) Otonomi
d) Kejujuran
e) Ketaatan
Kant berpendapat bahwa benar atau salahnya tindakan bukan ditentukan oleh hasil akhir atau
konsekuensi dari suatu tindakan, melainkan oleh nilai moral tindakan tersebut.
Kant berpendapat bahwa prinsip moral atau yang terkait dengan tugas harus bersifat universal,
tidak kondisional, dan imperatif.
Dua aturan yang diformulasikan oleh kant:
1) Manusia harus selalu bertindak sehingga aturan yang merupakan dasar berperilaku dapat
menjadi suatu hukum moral universal.
2) Manusia tidak boleh memperlakukan orang lain secara sederhana sebagai suatu makna, tetapi
harus sebagai hasil akhir terhadap dirinya sendiri.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAPAN
A. Kesimpulan
1. Bioetik adalah studi tentang isu etika dalam pelayanan kesehatan (Hudak & Gallo,
1997).Dalam pelaksanaannya etika keperawatan mengacu pada bioetik sebagaimana tercantum
dalam sumpah janji profesi keperawatan dan kode etik profesi keperawatan.
2. Dilema etik muncul ketika ketaatan terhadap prinsip menimbulkan penyebab konflik dalam
bertindak.
3. dalam praktinya, seorang perawat harus memiliki prinsi-prinsip Autonomi, Benefesience,
Justice, Veracity, Avoiding Killing, Fedelity
4. Salah satu cara menyelesaikan permasalahan etis adalah dengan melakukan rounde (Bioetics
Rounds) yang melibatkan perawat dengan dokter. Rounde ini tidak difokuskan untuk
menyelesaikan masalah etis tetapi untuk melakukan diskusi secara terbuka tentang kemungkinan
terdapat permasalahan etis.
5. Perbedaan besar nampak antara teleologi dengan deontologi. Secara sederhana, hal ini dapat
kita lihat dari perbedaan prinsip keduanya. Dalam deontologi, kita akan melihat sebuah prinsip
benar dan salah. Namun, dalam teleologi bukan itu yang menjadi dasar, melainkan baik dan
jahat.
B. Saran
1. Isu bioetik dalam praktik keperawatan tentu saja bukan barang langka, yang bisa didapatkan
oleh calon perawat sekalipun. Dengan mempelajarinya secara rinci, dan dengan mengatahui
akibat yang dapat ditimbulkannya. Maka tidaklah bisa dikatakan seorang perawat yang baik,
apabila masih melakukan tindakan di luar batas yang diperbolehkan.
2. Dengan adanya bahasan menganai isu bioetik seperti ini, kita akan diingatkan batapa kejinya
perbuatan yang melanggar aturan itu. Dan kita juga diajarkan tentang bagaimana menyikapi
segala bentuk dilema dalam praktik keseharian kita. Semoga makalah ini dapat menjadi acuan,
atau referensi dalam pengajaran mata kuliah etika keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Amir amri. 1997. Hukum kesehatan. Jakarta. Bunga Rampai.
Hudak & Gallo, ( 1997 ), Keperawatan Kritis : Suatu Pendekatan Holistic, EGC, Jakarta
Kamus besar bahasa indonesia edisi ke-3 tahun 2003. Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional
Lubis Sofyan. 2009. Mengenal Hak Konsumen Dan Pasien. Jakarta. Pustaka Yustisia.
Suhaeni, Mimin Emi. 2004. Etika Keperawatan Aplikasi pada Praktik. Jakarta: EGC.
Siegler, Eugenia L, MD and Whitney Fay W, PhD, RN., FAAN , alih bahasa Indraty Secillia,
2000. Kolaborasi Perawat-Dokter ; Perawatan Orang Dewasa dan Lansia, EGC. Jakarta