TAHUN 2020
I. Definisi
Istirahat merupakan keadaan yang relaks tanpa adanya tekanan emosional, bukan
hanya dalam keadaan tidak beraktifitas saja akan tetapi istirahat juga
membutuhkan ketenangan. Kata istirahat berarti menyegarkan diri atau diam
setelah melakukan kerja keras, suatu keadaan untuk melepaskan lelah, bersantai
untuk menyegarkan diri, atau suatu keadaan melepaskan diri dari segala hal yang
membosankan, menyulitkan, bahkan menjengkelkan.
Tidur merupakan suatu kondisi tidak sadar dimana individu dapat dibangunkan
oleh stimulus atau sensori yang sesuai (Guyton, 1986). Tidur merupakan suatu
kebutuhan bukan suatu keadaan istirahat yang tidak bermanfaat, tidur merupakan
proses yang diperlukan manusia untuk pembentukan sel-sel tubuh yang baru,
perbaikan sel-sel tubuh yang rusak, memberi waktu organ tubuh untuk istirahat
maupun untuk menjaga keseimbangan metabolisme dan biokimiawi tubuh (Mass,
2002).
Gangguan tidur adalah kondisi yang jika tidak diobati, secara umum akan
menyebabkan gangguan tidur malam yang mengakibatkan munculnya salah satu
dari ketiga masalah, seperti : insomnia, gerakan atau sensasi abnormal dikala tidur
dan rasa mengantuk di siang hari.
Fungsi dan tujuan dari tidur secara jelas tidak diketahui akan tetapi diyakini
bahwa tidur dapat digunakan untuk menjaga keseimbangan mental, emosional dan
kesehatan, mengurangi stress pada pulmonary, kardiovascular, endokrin dan lain-
lain. Energi disimpan selama tidur, sehingga energy diarahkan kembali pada
fungsi cellular yang penting. Tidur dapat pula dipercaya mengkontribusi
pemulihan psikologis dan fisiologis. Tidur nampaknya diperlukan untuk
memperbaiki proses biologis secara rutin. Selama tidur gelombang rendah yang
dalam (NREM tahap 4), tubuh melepaskan hormon pertumbuhan manusia untuk
memperbaiki dan memperbaharui sel epitel dan sel otak. Teori lain tentang fungsi
tidur adalah tubuh menyimpan energy selama tidur. Otot skelet berelaksasi secara
progresif, dan karena tidak adanya kontraksi maka otot menyimpan energi kimia
untuk proses seluler.
II. Etiologi
Kualitas dan kuantitas tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kualitas tersebut
dapat menunjukkan adanya kemampuan individu untuk tidur dan memperoleh
jumlah istirahat sesuai dengan kebutuhannya. Berikut ini faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi pemenuhan kebutuhan tidur, antara lain :
a. Status kesehatan
Seseorang yang kondisi tubuhnya sehat memungkinkan dapat tidur dengan
nyenyak. Tetapi pada orang yang sakit dan rasa nyeri, maka kebutuhan istirahat
dan tidurnya tidak dapat dipenuhi dengan baik sehingga tidak dapat tidur dengan
nyenyak. Banyak penyakit yang dapat memperbesar kebutuhan tidur, seperti
penyakit yang disebabkan oleh infeksi terutama infeksi limpa. Infeksi limpa
berkaitan denga keletihan sehingga penderitanya membutuhkan banyak tidur
untuk mengatasinya. Banyak juga keadaan sakit yang membuat penderitanya
kesulitan tidur atau kan tidak bisa tidur. Misalnya pada klien dengan gangguan
pada sistem pernapasan. Dalam kondisinya yang sesak napas, maka seseorang
tidak mungkin dapat istirahat dan tidur.
b. Lingkungan
Keadaan lingkungan yang nyaman dan aman bagi seseorang dapat mempercepat
proses terjadinya tidur. Sebaliknya, lingkunga yang tidak aman dan nyaman bagi
seseorang dapat menyebabkan hilangnya ketenangan sehingga mempengaruhi
proses tidur.
c. Stress psikologis
d. Obat-obatan
Obat dapat juga memengaruhi proses tidur. Beberapa jenis obat yang
memengaruhi proses tidur, seperti jenis golongan obat diuretic yang dapat
menyebabkan insomnia, antidepresan yang dapat menekan REM, kafein yang
dapat meningkatkan saraf simpatis sehingga menyebabkan kesulitan untuk tidur,
golongan beta blocker dapat berefek pada timbulnya insomnia, dan golongan
narkotik dapat menekan REM sehingga mudah mengantuk.
e. Nutrisi
III. Patofisiologi
IV. Tanda/Gejala
V.Klasifikasi
Berdasarkan prosesnya, terdapat dua jenis tidur, pertama jenis tidur yang
disebabkan oleh menurunnya kegiatan di dalam sistem pengaktivasi retikularis.
Jenis tidur tersebut disebut dengan tidur gelombang lambat karena gelombang
otaknya sangat lambat, atau disebut tidur nonrapid eye movement (NREM).
Kedua jenis tidur yang disebabkan oleh penyaluran isyarat-isyarat abnormal dari
dalam otak, meskipun kegiatan otak tidak tertekan secara berarti. Jenis tidur yang
kedua disebut dengan jenis tidur paradox atau rapid eye movement (REM).
-Tahap I
Tahap ini adalah tahap transisi antara bangun dan tidur dengan ciri sebagai berikut
: rileks, masih sadar dengan lingkungan, merasa mengantuk, bola mata bergerak
dari samping ke samping, frekuensi nadi dan napas sedikit menurun, serta dapat
bangun segera selama tahap ini berlangsung selama 5 menit.
-Tahap II
Tahap ini merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun dengan
ciri sebagai berikut : mata pada umumnya menetap, denyut jantung dan frekuensi
napas menurun, temperature tubuh menurun, metabolisme menurun, serta
berlangsung pendek dan berakhir 10-15 menit.
-Tahap III
Tahap III merupakan tahap tidur dengan ciri denyut nadi, frekuensi napas, dan
proses tubuh lainnya lambat. Hal ini disebabkan oleh adanya dominasi sistem
parasimpatis sehingga sulit dibangunkan.
-Tahap IV
Tahap ini merupakan tahap tidur dalam dengan ciri kecepatan jantung dan
pernapasan menurun, jarang bergerak, sulit dibangunkan, gerak bola mata cepat,
sekresi lambung menurun dan tonus otot menurun.
b. Tidur paradox/REM : tidur jenis ini dapat berlangsung pada tidur malam
yang terjadi selama 5-20 menit, rata-rata timbul 90 menit. Periode pertama timbul
80-100 menit. Namun apabila kondisi seseorang sangat lelah, maka awal tidur
sangat cepat dan bahkan jenis tidur ini tidak ada. Ciri tidur REM adalah sebagai
berikut :
-Cenderung hiperaktif
-Kurang dapat mengendalikan diri dan emosi
-Nafsu makan bertambah
-Bingung dan curiga
a. Insomnia
b. Hipersomia
c. Parasomia
d. Enuresis
e. Somnambulisme
f. Narkolepsi
g. Night terrors
h. Mendengkur
Selain gangguan tidur yang telah diuraikan diatas, terdapat pula gangguan tidur
yang diklasifikasikan menjadi empat kategori utama (Thorpy, 1994), yaitu:
a. Disomnia
b. Parasomnia
c. Gangguan tidur yang berhubungan dengan gangguan medis dan psikiatrik
d. Gangguan tidur yang masih bersifat usulan
VI. Komplikasi
c. Efek sosial : Dapat berupa kualitas hidup yang terganggu, seperti susah
mendapat promosi pada lingkungan kerjanya, kurang bisa menikmati hubungan
sosial dan keluarga.
IX. Penatalaksanaan
- Terapi relaksasi Terapi ini ditujukan untuk mengurangi ketegangan atau stress
yang dapat mengganggu tidur. Bisa dilakukan dengan tidak membawa pekerjaan
kantor ke rumah, teknik pengaturan pernapasan, aromaterapi, peningkatan
spiritual dan pengendalian emosi.
Terapi ini ditujukan untuk menciptakan suasana tidur bersih dan nyaman. Dimulai
dari kebersihan penderita diikuti kebersihan tempat tidur dan suasana kamar yang
dibuat nyaman untuk tidur.
Terapi ini ditujukan untuk mengatur waktu tidur perderita mengikuti irama
sirkardian tidur normal penderita. Jadi penderita harus disiplin menjalankan
waktu-waktu tidurnya
- Terapi psikologi/psikiatri
Terapi ini ditujukan untuk mengatasi gangguan jiwa atau stress berat yang
menyebabkan penderita sulit tidur. Terapi ini dilakukan oleh tenaga ahli atau
dokter psikiatri
Bisa dilakukan dengan berolah raga secara teratur, menghindari rokok dan
alkohol, mengontrol berat badan dan meluangkan waktu untuk berekreasi ke
tempat-tempat terbuka seperti pantai dan gunung.
b. Terapi Farmakologi
Mengingat banyaknya efek samping yang ditimbulkan dari obat-obatan seperti
ketergantungan, maka terapi ini hanya boleh dilakukan oleh dokter yang
kompeten di bidangnya. Obat-obatan untuk penanganan gangguan tidur antara
lain :
https://www.academia.edu/17064033/Laporan_pendahuluan_istirahat_tidur
https://docplayer.info/60732301-Laporan-pendahuluan-asuhan-keperawatan-pada-
pasien-dengan-gangguan-istirahat-tidur-di-ruang-belibis-rumah-sakit-umum-
daerah-wangaya.html
https://studylibid.com/doc/4308581/lp-istirahat-dan-tidur