Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

KLIEN DENGAN GANGGUAN ISTIRAHAT TIDUR

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas PKK


Mata Kuliah : Kebutuhan Dasar Manusia
Dosen Pengampu : Dr. Megawati, S.Kep, Ns, M.Kes

Nama : Nandita Natasya Samosir


NIM : P 07520219028

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN

PRODI D-IV JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2020
I. Definisi

Istirahat merupakan keadaan yang relaks tanpa adanya tekanan emosional, bukan
hanya dalam keadaan tidak beraktifitas saja akan tetapi istirahat juga
membutuhkan ketenangan. Kata istirahat berarti menyegarkan diri atau diam
setelah melakukan kerja keras, suatu keadaan untuk melepaskan lelah, bersantai
untuk menyegarkan diri, atau suatu keadaan melepaskan diri dari segala hal yang
membosankan, menyulitkan, bahkan menjengkelkan.

Tidur merupakan suatu kondisi tidak sadar dimana individu dapat dibangunkan
oleh stimulus atau sensori yang sesuai (Guyton, 1986). Tidur merupakan suatu
kebutuhan bukan suatu keadaan istirahat yang tidak bermanfaat, tidur merupakan
proses yang diperlukan manusia untuk pembentukan sel-sel tubuh yang baru,
perbaikan sel-sel tubuh yang rusak, memberi waktu organ tubuh untuk istirahat
maupun untuk menjaga keseimbangan metabolisme dan biokimiawi tubuh (Mass,
2002).

Gangguan tidur adalah kondisi yang jika tidak diobati, secara umum akan
menyebabkan gangguan tidur malam yang mengakibatkan munculnya salah satu
dari ketiga masalah, seperti : insomnia, gerakan atau sensasi abnormal dikala tidur
dan rasa mengantuk di siang hari.

Fungsi dan tujuan dari tidur secara jelas tidak diketahui akan tetapi diyakini
bahwa tidur dapat digunakan untuk menjaga keseimbangan mental, emosional dan
kesehatan, mengurangi stress pada pulmonary, kardiovascular, endokrin dan lain-
lain. Energi disimpan selama tidur, sehingga energy diarahkan kembali pada
fungsi cellular yang penting. Tidur dapat pula dipercaya mengkontribusi
pemulihan psikologis dan fisiologis. Tidur nampaknya diperlukan untuk
memperbaiki proses biologis secara rutin. Selama tidur gelombang rendah yang
dalam (NREM tahap 4), tubuh melepaskan hormon pertumbuhan manusia untuk
memperbaiki dan memperbaharui sel epitel dan sel otak. Teori lain tentang fungsi
tidur adalah tubuh menyimpan energy selama tidur. Otot skelet berelaksasi secara
progresif, dan karena tidak adanya kontraksi maka otot menyimpan energi kimia
untuk proses seluler.

II. Etiologi

Faktor-faktor yang mempengaruhi tidur:

Kualitas dan kuantitas tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kualitas tersebut
dapat menunjukkan adanya kemampuan individu untuk tidur dan memperoleh
jumlah istirahat sesuai dengan kebutuhannya. Berikut ini faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi pemenuhan kebutuhan tidur, antara lain :

a. Status kesehatan
Seseorang yang kondisi tubuhnya sehat memungkinkan dapat tidur dengan
nyenyak. Tetapi pada orang yang sakit dan rasa nyeri, maka kebutuhan istirahat
dan tidurnya tidak dapat dipenuhi dengan baik sehingga tidak dapat tidur dengan
nyenyak. Banyak penyakit yang dapat memperbesar kebutuhan tidur, seperti
penyakit yang disebabkan oleh infeksi terutama infeksi limpa. Infeksi limpa
berkaitan denga keletihan sehingga penderitanya membutuhkan banyak tidur
untuk mengatasinya. Banyak juga keadaan sakit yang membuat penderitanya
kesulitan tidur atau kan tidak bisa tidur. Misalnya pada klien dengan gangguan
pada sistem pernapasan. Dalam kondisinya yang sesak napas, maka seseorang
tidak mungkin dapat istirahat dan tidur.

b. Lingkungan

Keadaan lingkungan yang nyaman dan aman bagi seseorang dapat mempercepat
proses terjadinya tidur. Sebaliknya, lingkunga yang tidak aman dan nyaman bagi
seseorang dapat menyebabkan hilangnya ketenangan sehingga mempengaruhi
proses tidur.

c. Stress psikologis

Kecemasan merupakan perasaan yang tidak jelas, keprihatinan dan kekhawatiran


karena ancaman pada sistem nilai atau pola keamanan seseorang (Carpenito,
2000). Cemas dan depresi akan menyebabkan gangguan pada frekuensi tidur. Hal
ini disebabkan karena pada kondisi cemas akan meningkatkan norepinefrin darah
melalui sistem saraf simpatis. Zat ini akan mengurangi tahap IV NREM dan
REM.

d. Obat-obatan

Obat dapat juga memengaruhi proses tidur. Beberapa jenis obat yang
memengaruhi proses tidur, seperti jenis golongan obat diuretic yang dapat
menyebabkan insomnia, antidepresan yang dapat menekan REM, kafein yang
dapat meningkatkan saraf simpatis sehingga menyebabkan kesulitan untuk tidur,
golongan beta blocker dapat berefek pada timbulnya insomnia, dan golongan
narkotik dapat menekan REM sehingga mudah mengantuk.

e. Nutrisi

Terpenuhinya kebutuhan nutrisi dapat mempercepat proses tidur. Konsumsi


protein yang tinggi dapat menyebabkan individu tersebut akan mempercepat
proses terjadinya tidur karena dihasilkan tripofan. Tripofan merupakan asam
amino hasil pencernaan protein yang dapat membantu kemudahan dalam tidur.
Demikian sebaliknya, kebutuhan gizi yang kurang dapat juga memengaruhi proses
tidur, bahkan terkadang sulit untuk tidur
f. Motivasi

Motivasi merupakan suatu dorongan atau keinginan seseorang untuk tidur,


sehingga dapat mempengaruhi proses tidur. Selain itu, adanya keinginan untuk
tidak tidur dapat menimbulkan gangguan proses tidur.

III. Patofisiologi

Fisiologi tidur merupakan pengaturan tidur yang melibatkan hubungan


mekanisme serebral secara bergantian agar mengaktifkan dan menekan pusat otak
untuk dapat tidur dan bangun. Salah satu aktivitas tidur ini diatur oleh sistem
pengaktivasi retikularis. Sistem tersebut mengatur seluruh tingkatan kegiatan
susunan saraf pusat, termasuk pengaturan kewaspadaan dan tidur. Pusat
pengaturan kewaspadaan dan tidur terletak dalam mesensefalon dan bagian atas
pons. Dalam keadaan sadar, neuron dalam reticular activating sistem (RAS) akan
melepaskan katekolamin seperti norepineprin. Selain itu, RAS yang dapat
memberikan rangsangan visual, pendengaran, nyeri, dan perabaan juga dapat
menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk rangsangan emosi dan proses
pikir. Pada saat tidur, terdapat pelepasan serum serotonin dari sel khusus yang
berada di pons dan batang otak tengah, yaitu bulbar synchronizing regional
(BSR), sedangkan saat bangun bergantung pada keseimbangan impuls yang
diterima dipusat otak dan sistem limbic. Dengan demikian, sistem batang otak
yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah RAS dan BSR. Selama
tidur dalam tubuh seseorang terjadi perubahan proses fisiologis, yaitu:

-Penurunan tekanan darah dan denyut nadi


-Dilatasi pembuluh darah perifer
-Kadang-kadang terjadi peningkatan aktivitas traktus gastrointestinal
-Relaksasi otot-otot rangka
-Basal matabolsme rate menurun 10-30%

IV. Tanda/Gejala

Pada orang normal, gangguan tidur yang berkepanjangan akan menimbulkan


gejala seperti adanya perubahan-perubahan pada siklus tidur biologiknya, daya
tahan tubuh menurun serta menurunkan prestasi kerja, mudah tersinggung,
depresi, kurang konsentrasi, kelelahan, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi
keselamatan diri sendiri atau orang lain. Gejala tidur REM adalah sebagai
berikut :

- Biasanya disertai dengan mimpi aktif


- Lebih sulit dibangunkan dari pada selama tidur nyenyak NREM
-Tonus otot selama tidur nyenyak sangat tertekan yang menunjukkaninhibisi kuat
proyeksi spinal atas sistema pengaktivasi retikularis
- Frekuensi jantung dan pernafasan menjadi tidak teratur
- Pada otot perifer terjadi beberapa gerakan otot yang tidak teratur
-Mata cepat tertutup dan terbuka

V.Klasifikasi

Berdasarkan prosesnya, terdapat dua jenis tidur, pertama jenis tidur yang
disebabkan oleh menurunnya kegiatan di dalam sistem pengaktivasi retikularis.
Jenis tidur tersebut disebut dengan tidur gelombang lambat karena gelombang
otaknya sangat lambat, atau disebut tidur nonrapid eye movement (NREM).
Kedua jenis tidur yang disebabkan oleh penyaluran isyarat-isyarat abnormal dari
dalam otak, meskipun kegiatan otak tidak tertekan secara berarti. Jenis tidur yang
kedua disebut dengan jenis tidur paradox atau rapid eye movement (REM).

a. Tidur gelombang lambat/NREM : jenis tidur ini dikenal dengan tidur


yang dalam, atau juga dikenal dengan tidur yang nyenyak. Ciri-ciri tidur nyenyak
adalah menyegarkan, tanpa mimpi atau tidur dengan gelombang delta. Ciri
lainnya adalah individu berada dalam keadaan istirahat penuh, tekanan darah
menurun, frekuensi napas menurun, pergerakan bola mata melambat, mimpi
berkurang dan metabolisme menurun. Perubahan selama proses NREM tampak
melalui elektroensefalografi dengan memperlihatkan gelombang otak berada pada
setiap tahap tidur NREM.

Tahap tersebut yaitu : kewaspadaan penuh dengan gelombang delta yang


berfrekuensi tinggi dan bervoltase rendah, istirahat tenang yang dapat
diperlihatkan pada gelombang alfa, tidur ringan karena terjadi perlambatan
gelombang alfa ke jenis beta atau delta yang bervoltase rendah, dan tidur nyenyak
gelombang lambat dengan gelombang delta bervoltase tinggi dan berkecepatan 1-
2 perdetik. Tahapan tidur jenis NREM:

-Tahap I

Tahap ini adalah tahap transisi antara bangun dan tidur dengan ciri sebagai berikut
: rileks, masih sadar dengan lingkungan, merasa mengantuk, bola mata bergerak
dari samping ke samping, frekuensi nadi dan napas sedikit menurun, serta dapat
bangun segera selama tahap ini berlangsung selama 5 menit.

-Tahap II

Tahap ini merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun dengan
ciri sebagai berikut : mata pada umumnya menetap, denyut jantung dan frekuensi
napas menurun, temperature tubuh menurun, metabolisme menurun, serta
berlangsung pendek dan berakhir 10-15 menit.

-Tahap III

Tahap III merupakan tahap tidur dengan ciri denyut nadi, frekuensi napas, dan
proses tubuh lainnya lambat. Hal ini disebabkan oleh adanya dominasi sistem
parasimpatis sehingga sulit dibangunkan.

-Tahap IV

Tahap ini merupakan tahap tidur dalam dengan ciri kecepatan jantung dan
pernapasan menurun, jarang bergerak, sulit dibangunkan, gerak bola mata cepat,
sekresi lambung menurun dan tonus otot menurun.

b. Tidur paradox/REM : tidur jenis ini dapat berlangsung pada tidur malam
yang terjadi selama 5-20 menit, rata-rata timbul 90 menit. Periode pertama timbul
80-100 menit. Namun apabila kondisi seseorang sangat lelah, maka awal tidur
sangat cepat dan bahkan jenis tidur ini tidak ada. Ciri tidur REM adalah sebagai
berikut :

-Biasanya disertai dengan mimpi aktif


-Lebih sulit dibangunkan daripada selama tidur nyenyak NREM
-Tonus otot selama tidur nyenyak sangat tertekan, menunjukan inhibisi kuat
proyeksi spinal atas sistem pengaktivasi retikularis
-Frekuensi jantung dan pernapasan menjadi tidak teratur
-Pada otot perifer, terjadi gerakan otot yang tidak teratur
-Mata cepat tertutup dan terbuka, nadi cepat dan irregular, tekanan darah
meningkat atau berfluktuasi, sekresi gaster meningkat dan metabolism meningkat
-Tidur ini penting untuk keseimbangan mental, emosi, juga berperan dalam
belajar, memori, dan adaptasi

Apabila seseorang mengalami kehilangan tidur REM, maka akan menunjukkan


gejala-gejala sebagai berikut :

-Cenderung hiperaktif
-Kurang dapat mengendalikan diri dan emosi
-Nafsu makan bertambah
-Bingung dan curiga

Jenis-jenis gangguan tidur:

a. Insomnia
b. Hipersomia
c. Parasomia
d. Enuresis
e. Somnambulisme
f. Narkolepsi
g. Night terrors
h. Mendengkur

Selain gangguan tidur yang telah diuraikan diatas, terdapat pula gangguan tidur
yang diklasifikasikan menjadi empat kategori utama (Thorpy, 1994), yaitu:

a. Disomnia
b. Parasomnia
c. Gangguan tidur yang berhubungan dengan gangguan medis dan psikiatrik
d. Gangguan tidur yang masih bersifat usulan

VI. Komplikasi

a. Efek psikologis : Dapat berupa gangguan memori, gangguan


berkonsentrasi, irritable, kehilangan motivasi, depresi, dan sebagainya.

b. Efek fisik/somatik : Dapat berupa kelelahan, nyeri otot, hipertensi,


dansebagainya.

c. Efek sosial : Dapat berupa kualitas hidup yang terganggu, seperti susah
mendapat promosi pada lingkungan kerjanya, kurang bisa menikmati hubungan
sosial dan keluarga.

d. Kematian : Orang yang tidur kurang dari 5 jam semalam memiliki


angka harapan hidup lebih sedikit dari orang yang tidur 7-8 jam semalam. Hal ini
mungkin disebabkan karena penyakit yang menginduksi insomnia yang
memperpendek angka harapan hidup atau karena high arousal state yang terdapat
pada insomnia mempertinggi angka mortalitas atau mengurangi kemungkinan
sembuh dari penyakit. Selain itu, orang yang menderita insomnia memiliki
kemungkinan 2 kali lebih besar untuk mengalami kecelakaan lalu lintas jika
dibandingkan dengan orang normal.

VII. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Diagnostik : Pemeriksaan diagnostik merupakan hal penting


dalam perawatan klien di rumah sakit. Dimana validitas dari hasil pemeriksaan
diagnostik sangat ditentukan oleh bahan pemeriksaan, persiapan klien, alat dan
bahan yang digunakan serta pemeriksaannya sendiri.

VIII. Diagnosa Keperawatan


Dari sekian penyakit yang behubungan dengan gangguan pola tidur , saya
mengangjat penyakit insomnia. Yaitu :

Insomnia yang berhubungan dengan faktor lingkungan ( bising ) yang ditandai


dengan pasien menyatakan sulit tidur.

IX. Penatalaksanaan

Penanganan gangguan tidur dibagi menjadi 2 tahap yaitu :

a. Terapi non farmakologi

Merupakan pilihan utama sebelum menggunakan obat-obatan karena penggunaan


obat-obatan dapat memberikan efek ketergantungan. Ada pun cara yang dapat
dilakukan antara lain :

- Terapi relaksasi Terapi ini ditujukan untuk mengurangi ketegangan atau stress
yang dapat mengganggu tidur. Bisa dilakukan dengan tidak membawa pekerjaan
kantor ke rumah, teknik pengaturan pernapasan, aromaterapi, peningkatan
spiritual dan pengendalian emosi.

- Terapi tidur yang bersih

Terapi ini ditujukan untuk menciptakan suasana tidur bersih dan nyaman. Dimulai
dari kebersihan penderita diikuti kebersihan tempat tidur dan suasana kamar yang
dibuat nyaman untuk tidur.

- Terapi pengaturan tidur

Terapi ini ditujukan untuk mengatur waktu tidur perderita mengikuti irama
sirkardian tidur normal penderita. Jadi penderita harus disiplin menjalankan
waktu-waktu tidurnya

- Terapi psikologi/psikiatri

Terapi ini ditujukan untuk mengatasi gangguan jiwa atau stress berat yang
menyebabkan penderita sulit tidur. Terapi ini dilakukan oleh tenaga ahli atau
dokter psikiatri

- Mengubah gaya hidup

Bisa dilakukan dengan berolah raga secara teratur, menghindari rokok dan
alkohol, mengontrol berat badan dan meluangkan waktu untuk berekreasi ke
tempat-tempat terbuka seperti pantai dan gunung.

b. Terapi Farmakologi
Mengingat banyaknya efek samping yang ditimbulkan dari obat-obatan seperti
ketergantungan, maka terapi ini hanya boleh dilakukan oleh dokter yang
kompeten di bidangnya. Obat-obatan untuk penanganan gangguan tidur antara
lain :

- Golongan obat hipnotik


- Golongan obat antidepresan
- Terapi hormone melatonin dan agonis melatonin
- Golongan obat antihistamin.
DAFTAR PUSAKA

https://www.academia.edu/17064033/Laporan_pendahuluan_istirahat_tidur

https://docplayer.info/60732301-Laporan-pendahuluan-asuhan-keperawatan-pada-
pasien-dengan-gangguan-istirahat-tidur-di-ruang-belibis-rumah-sakit-umum-
daerah-wangaya.html

https://studylibid.com/doc/4308581/lp-istirahat-dan-tidur

Anda mungkin juga menyukai