Anda di halaman 1dari 54

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Program Indonesia sehat merupakan salah satu dari agenda ke-5 Nawa Cita, yaitu
meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Program ini didukung oleh program
sektoral lainnya yaitu program Indonesia pintar, program Indonesia kerja, dan
program Indonesia sejahtera, program Indonesia sehat selanjutnya menjadi program
utama pembangunan kesehatan yang kemudian direncanakan pencapaiannya melalui
rencana strategis kementrian kesehatan tahun 2015-2019, yang ditetapkan melalui
keputusan menteri kesehatan R.I nomor HK.02.02/Menkes/52/2015 (Kemenkes RI,
2017)

Pada saat ini, penerapan teori keperawatan kedalam praktik keperawatan keluarga
belum lengkap, tapi berkembang secara mengesankan. Teori-teori keperawatan sangat
menjanjikan apabila diterapkan dalam keluarga. Teori-teori keluarga memiliki
gambaran yang jauh lebih lengkap dan memiliki kekuatan lebih dalam menjelaskan
tentang perilaku keluarga (teori ilmu sosial keluarga) dan intervensi keluarga (teori
terapi keluarga) tapiperlu dirumuskan ulang atau diadaptasi ulang sehingga teori-teori
tersebut cocok dengan perspektif keperawatan. Salah satu teori keperawatan keluarga
yang sering digunakan adalah teori Friedman. Model pengkajian keluarga Friedman
merupakan integrasi dari teori sistem, teori perkembangan keluarga, dan teori
struktural fungsional sebagai teori-teori utama yang merupakan dasar dari model dan
alat pengkajian keluarga. Teori-teori lain ikut berperan kedalam dimensi struktural
dan fungsional adalah teori komunikasi, peran dan stress keluarga (Friedman 2010)

Sasaran dari Indonesia sehat adalah meningkatnya drajat kesehatan dan status gizi
masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaa masyarakat yang didukung
dengan perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan. Penerapan
paradigma sehat dilakukan dengan strategi pengaruh utama kesehatan dalam
pembangunan, penguatan upaya promotif dan preventif, serta pemberdayaan
masyarakat. Penguatan pelayanan kesehatan dilakukan dengan stategi peningkatan
akses pelayanan kesehatan, optimalitas system rujukan dan peningkatan mutu
menggunakan pendekatan continuum of care dan intervensi berbasis risiko kesehatan.
Sedangkan pelaksanaan JKN dilakukan dengan strategi perluasan sasaran dan
manfaat (benefit), serta kendali mutu dan biaya. Kesemuanya itu dirujukan kepada
tercapainya keluarga-keluarga sehat (Kemenkes RI, 2017)

Dalam rangka mewujudkan keluarga sehat, pemerintah memilii program Indonesia


sehat dengan pendekatan keluarga. Pendekatan keluarga adalah salah satu cara
puskesmas untuk meningkatkan jangkauan sasarandan mendekatkan /meningkatkan
akses pelayanan kesehatan diwilayah kerjanya dengan mendatangi keluarga.
Puskesmas tidak hanya menyelenggarakan pelayanan kesehatan didalam gedun.
Melainkan juga keluar gedung dengan mengunjungi keluarga diwilayah kerjanya
(Kemenkes RI, 2017). Selain itu dibutuhkan pelayanan keperawatan keluarga.
Pelayanan keluarga merupakan salah satu area pelayanan keperawatan di masyarakat
yang menempatkan keluarga dan komponennya sebagai focus pelayanan dan
melibatkan anggota keluarga dalam pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi, dengan memobilisasi sumber pelayanan kesehatan yang tersedia dikeluarga
dan sumber-sumber dari profesi lain, termasuk pemberi pelayanan kesehatan dan
sector lain di komunita (Depkes RI, 2010).

Keperawatan keluarga merupakan pelayanan holistic yang menempatkan keluarga


dan komponennya sebgai focus pelayanan dan melibatkan anggota keluarga dalam
tahap pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Pengertian lain dari keperawatan keluarga adalah proses pemberian pelayanan
kesehatan sesuai kebutuhan keluarga dalam proses pemberian pelayanan kesehatan
sesuai kebutuhan keluarga dalam lingkup praktik keperawatan (Depkes ri, 2017)

Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam undang-undang
dasar 1945 untuk melakukan upaya peningkatan derajat kesehatan baik perorangan,
maupun kelompok atau masyarakat secara keseluruhan (Depkes RI 2009), namun
diindonesia saat ini drajat kesehatan masyarakat yang masih belum optimal pada
hakikatnya dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, perilaku masyarakat, pelayanan
kesehatan dan genetika (Riskesdas 2011). Hal ini dibuktikan dengan pembangunan
kesehatan di Indonesia saat ini sedang mengalami double burden disease, yaitu
beban penyakit tidak menular sekaligus, penyakit tidak menular (PTM) telah menjadi
masalah kesehatan masyarakat yang cukup besar di Indonesia, hal ini ditandai dengan
bergesernya pola penyakit secara epidemiologi dari peyakit menular yang cenderung
menurun dan penyakit tidak menular yang secara gelobal meningkat. Penyakit tidak
menular (PTM) merupakan penyakit kronis tidak ditularkan dari orang ke orang,
mempunyai durasi yang panjang dan umumnyya berkembang lambat. Menurut data
PTM didapat melalui pertanyaan atau wawancara responden tentang penyakit tidak
menular yang terdiri dari : 1. Asma, 2. Stroke, 3. Kanker, 4.Diabetes Militus (DM), 5.
Hipertensi, 7. Jantung Koroner, 8. Asam urat, 9. Stroke, 10. Gagal ginjal kronis, 11.
Batu ginjal (Riskesdas, 2013).

Stroke merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian khusus dan
dapat menyerang siapa saja dan kapan saja, tanpa memandang ras, jenis kelamin, atau
usia. Angka kejadian stroke meningkat secara dramatis seiring usia, setiap
penambahan usia 10 tahun sejak usia 35 tahun, risiki stroke meningkat dua kali lipat.
Sekitar lima persen orang berusia diatas 65 tahun pernah mengalami setidaknya satu
kali stroke. Stroke adalah serangan otak yang timbul secara mendadak dimana terjadi
gangguan fungsi otak sebagian atau menyeluruh sebagai akibat dari gangguan aliran
darah oleh karena sumbatan atau pecahnya pembuluh darah tertentu di otek, sehingga
menyebabkan sel-sel otak kekurangan darah, oksigen atau zat-zat makanan dan
akhirnya dapat terjadi kematian sel-sel tersebut dalam waktu relatif singkat (Yastroki,
2011).

Stroke adalah terjadi perubahan sistem neurologis yang disebabkan adanya gangguan
suplai darah ke otak (Black & Hawks, 2009; dalam Yeni, 2011). Menurut Heart and
Stroke Foundation (2014) stroke adalah kehilangan fungsi otak secara tiba-tiba
disebabkan oleh gangguan aliran darak ke otak atau pecahnya pembuluh darah di
otak. Definisi stroke menurut World Health Organization (WHO) adalah tanda-tanda
klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global),
dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih, dapat menyebabkan
kematian, tanpa adanya penyebab lain selain vaskuler

Menurut WHO (World Health Organization) tahun 2012, kematian akibat stroke
sebesar 51% di seluruh dunia disebabkan oleh tekanan darah tinggi. Menurut data
Heart and Stroke Foundation (2012), Sekitar 80% stroke iskemik disebabkan oleh
gangguan aliran darah keotak akibat gumpalan darah. Sekitar 20% stroke hemoragik
disebabkan oleh perdarahan yang tidak terkontrol diotak. Untuk setiap 100 orang
yang terserang stroke, 15 orang meninggal (15%), 10 orang sembuh sepenuhnya
(10%), 25 orang pulih dengan gangguan kecil atau cacat (25%), 40 orang yang tersisa
dengan gangguan sedang sampai kerusakan parah (40%), 10 orang dengan kecacatan
yang sangat parah dan mereka memerlukan perawatan jangka panjang (10%).

Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013, prevalensi penyakit stroke di Indonesia


meningkat seiring bertambahnya umur. Jumlah penderita penyakit stroke di Indonesia
tahun 2013 berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan (Nakes) diperkirakan sebanyak
1.236.825 orang (7,0‰), sedangkan berdasarkan diagnosis Nakes/gejala diperkirakan
sebanyak 2.137.941 orang (12,1‰). Berdasarkan diagnosis Nakes maupun diagnosis/
gejala, Provinsi D.K.I Jakarta memiliki estimasi jumlah penderita sebanyak 56.309
orang (7,4%).

Upaya untuk menghindari kejadian penyakit stroke salah satunya adalah pengontrolan
dan perubahan perilaku gaya hidup, anggota keluarga merupakan sumber dukungan
dan bantuan paling bermakna dalam membantu anggota keluarga lain dalam
mengubah gaya hidupnya (Friedman, Bowden & Jones, 2003, dalam Yenni, 2011).

Dengan adanya dukungan keluarga terhadap pola hidup kearah yang lebih sehat dan
pengontrolan kesehatan secara teratur, diharapkan dapat meningkatkan kesehatan
keluarga. Berdasarkan hal itu, penting bagi perawat komunitas untuk memberikan
pendidikan atau informasi yang cukup kepada keluarga sesuai dengan apa yang
dibutuhkan keluarga tersebut, segingga keluarga dapat memberikan dukungan penuh
pada anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan khususnya dengan
penyakit stroke. Berdasarkan fenomena di atas, penulis tertarik untuk membuat
laporan keperawatan keluarga dengan masalah Stroke Di Rumah Sakit Tk.I R. Said
Sukanto Jakarta Timur Tahun 2020”

1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Melaporkan asuhan keperawatan keluarga pada Ny. M dengan penyakit Stroke di
Di Rumah Sakit Tk.I R. Said Sukanto Jakarta Timur Tahun 2020

2. Tujuan Khusus
Setelah melaksanakan asuhan keperawatan diharapkan:
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada keluarga Ny. M dengan penyakit
Stroke
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada keluarga Ny. M
dengan penyakit Stroke
c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada keluarga Ny. M
dengan penyakit Stroke
d. Penulis mampu melakukan implementasi pada keluarga Ny. M dengan penyakit
Stroke
e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada keluarga Ny. M dengan penyakit
Stroke.

1.3 Manfaat Penulisan


1. Bagi Penulis
a. Penulis dapat mengerti dan lebih menguasai teori Penyakit Stroke
b. Penulis dapat memperluas ilmu pengetahuan dan menambah wawasan
tentang Penyakit Stroke.
c. Penulis dapat mengaplikasikan teori Penyakit Stroke secara benar kepada
pasien dengan Penyakit Stroke dalam praktek lapangan.
2. Bagi Institusi
a. Dapat menambah pustaka perpustakaan Universitas Respati Indonesia
b. Sarana belajar mahasiswa Universitas Respati Indonesia.
3. Bagi Keluarga
Bermanfaat sebagai sarana meningkatkan pengetahuan keluarga tentang penyakit
Stroke dan perawatan jika ada anggota keluarga ada yang menderita penyakit
Stroke.
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 KONSEP KELUARGA


2.1.1 Definisi Keluarga
Banyak definisi yang diuraikan tentang keluarga sesuai dengan
perkembangan sosial masyarakat. Berikut ini akan dikemukakan pengertian
keluarga oleh para ahli:
a. Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga
selalu berinteraksi satu sama lain. Harmoko (2012)
b. Menurut WHO, keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling
berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan.
c. Menurut Bergess (2009), keluarga terdiri atas kelompok orang yang
mempunyai ikatan perkawinan, keturunan/hubungan sedarah atau hasil
adopsi, anggota tinggal bersama dalam satu rumah, anggota berinteraksi dan
komunikasi dalam peran sosial, serta mempunyai kebiasaan/kebudayaan
yang berasal dari masyarakat, tetapi mempunyai keunikan tersendiri.
d. Menurut Helvie (2010), keluarga adalah sekelompok manuasia yang tinggal
dalam satu rumah tangga dalam kedekatan yang konsisten dan hubungan
yang erat.
e. Menurut Departemen kesehatan Republik Indonesia keluarga adalah unit
terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri dari atas kepala keluarga dan
beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu
atap dalam keadaan saling ketergantungan.

2.1.2 TUJUAN DASAR KELUARGA

a. Memujudkan semua harapan dan kewajiban masyarakat dengan memenuhi


kebutuhan setiap anggota keluarga serta menyiapkan peran masyarakat
b. Membentuk anggota keluarga sebagai anggota masyarakat yang sehat
biopsikososial spiritual
c. Memenuhi kewajiban-kewajiban sebagai anggota masyarakat
d. Memperhatikan secara total segi-segi kehidupan anggotanya
e. Membentuk identitas dan konsep dari individu-individu yang menjadi
anggotanya
2.1.2 Tahap Dan Perkembangan Keluarga
Harmoko (2010) mengemukakan tahap perkembangan keluarga sebagai berikut:

a. Tahap I ( keluarga pasangan baru/ beginning family) Keluarga baru di mulai pada
saat masing-masing individu, yaitu suami istri membentuk keluarga melalui
perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga masing-masing, secara
psikologis keluarga tersebut sudah memiliki keluarga baru.
b. Tahap II ( keluarga dengan kelahiran anak pertama/ child bearing family) Tahap
II mulai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai bayi berusia 30
bulan. Transisi ke masa menjadi orangtua adlah salah satu kunci dalam siklus
kehidupan keluarga. Dengan kelahiran anak pertama, keluarga menjadi kelompok
trio, membuat sistem yang permanen pada keluarga untuk pertama kalinya (yaitu,
sistem berlangsung tanpa memerhatikan hasil akhir dari pernikahan).
c. Tahap III ( keluarga dengan anak prasekolah/ families with prescholl) Tahap III
siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama berusia 21/2 tahun dan
diakhiri ketika anak berusia 5 tahun. Keluarga saat ini dapat terdiri dari tiga
sampai lima orang, dengan posisi pasangan suami-ayah, istri-ibu, putra-saudara
laki-laki, dan putrisaudara perempuan. Keluarga menjadi lebih kompleks dan
berbeda
d. Tahap IV ( keluarga dengan anak sekolah/ families with children) Tahap ini
dimulai pada saat anak tertua memasuki sekolah pada usia 6 tahun dan berakhir
pada usia 12 tahun. Pada fase ini umumnya keluarga mencapai jumlah anggota
keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk. Selain aktifitas sekolah,
masing-masing anak memiliki aktifitas di sekolah, masing-masing akan memiliki
aktifitas dan minat sendiri. Demikian pula orang tua yang mempunyai aktifitas
berbeda dengan anak.
e. Tahap V ( keluarga dengan anak remaja/ families with teenagers) Ketika anak
pertama berusia 13 tahun, tahap V dari siklus atau perjalanan kehidupan keluarga
dimulai. Biasanya tahap ini berlangsung selama enam atau tujuh tahun, walaupun
dapat lebih singkat jika anak meningglakan keluarga lebih awal atau lebih lama
jika anak tetap tinggal di rumah pada usia lebih dari 19 atau 20 tahun. Anak
lainnya yang tinggal di rumah biasanya anak usia sekolah. Tujuan utama keluarga
pada tahap anak remaja adalah melonggrakan kebebasan remaja yang lebih besar
dalam mempersiapkan diri menjadi seorang dewasa muda.
f. Tahap VI ( keluarga dengan anak dewasa/ launching center families) Tahap ini
dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah.
Lama tahap ini bergantung pada jumlah anak dalam keluarga atau jika anak yang
belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orangtua. Tujuan utama pada tahap
ini adalah mengorganisasi kembali keluarga untuk tetap berperan dalam
melepaskan anaknya untuk hidup sendiri.
g. Tahap VII ( keluarga usia pertengahan/ middle age families) Tahapan ini dimulai
pada saat anak yang terakhir meningglakan rumah dan berakhir saat pensiun atau
salah satu pasangan meninggal. Beberapa pasangan pada fase ini akan dirasakan
sulit karena masalah usia lanjut, perpisahan dengan anak, dan perasaan gagal
sebagai orang tua. Pada tahap ini semua anak meninggallkan rumah, maka
pasangan berfokus untuk mempertahankan kesehatan dengan berbagai aktifitas.
h. Tahap VIII ( keluarga usia lanjut) Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga
dimulai dengan pensiun salah satu atau kedua pasangan, dan berakhir dengan
kematian pasangan lainnya

2.1.4 Karakteristik keluarga sebagai sistem Berikut ini akan dijelaskan mengenai
karakteristik keluarga sebagai suatu sistem (Harmoko, 2012):

a. Pola komunikasi keluarga Secara umum ada dua pola komunikasi dalam
keluarga yaitu sistem terbuka dan sitem tertutup. Sistem terbuka pola
komunikasi dilakukan secara langsung, jelas, spesifik, tulus, jujur dan tanpa
hambatan. Sedangkan pola komunikasi seitem tertutup adalah tidak langsung,
tidak jelas, tidak spesifik, tidak selaras, saling menyalahkan, kacau dan
membingungkan.

b. Aturan keluarga

a. Sistem terbuka: hasil musyawarah, tidak ketinggalan zaman, berubah


sesuai kebutuhan keluarga, dan bebas mengeluarkan pendapat.
b. Sitem tertutup: ditentukan tanpa musyawarah tidak sesuai perkembangan
zaman, mengikat, tidak sesuai kebutuhan dan pendapat terbatas.
c. Perilaku anggota keluarga
a) Sistem terbuka: sesuia dengan kemampuan keluarga memiliki
kesiapan, mampu berkembang sesuai kondisi. Harga diri:percaya diri,
mengikat, dan mampu mengembangkan dirinya.
b) Sistem tertutup: memiliki sikap melawan, kacau, tidak siap (selalu
bergantung), tidak berkembang, harga diri: kurang percaya diri.
2.1.5 STRUKTUR KELUARGA STRUKTUR KELUARGA

Oleh friedman dalam (harmoko, 2012) sebagai berikut :

a. Struktur komunikasi Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila


dilakukan secara jujur, terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai, dan ada
hierarki kekuatan. Komunikasi keluarga bagi pengirim yakin mengemukakan
pesan secara jelas dan berkualitas, serta meminta dan menerima umpan balik.
Penerima pesan mendengarkan pesn, memberikan umpan balik, dan valid.
b. Struktur peran Serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai posisi sosial yang
diberikan. Jadi, pada struktur peran bisa bersifat formal atau informal. Posisi/
status adalah posisi individu dalam masyarakat misal status sebagai istri/
suami.
c. Struktur kekuatan Kemampuan dari individu untuk mengontrol, memengaruhi,
atau mengubah perilaku orang lain. Hak (legitimate power), ditiru (referent
power), keahlian (exper power), hadiah (reward power_, paksa (coercive
power), dan effektif power.
d. Strukur nilai dan norma
a. Nilai, suatu sistem, sikap, kepercayaan yang secara sadar atau tidak dapat
mempersatukan annggota keluarga.
b. Norma, pola perilaku yang baik menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai
dalam keluarga.
c. Budaya, kumpulan daripada perilaku yang dapat dipelajari, dibagi dan
ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.

2.1.6 TIPE – TIPE KELUARGA TIPE KELUARGA


Harmoko (2010) mengemukakan tipe-tipe keluarga sebagai berikut:
a. Nuclear Family, Keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak yang tinggal
dalam satu rumah di tetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan
perkawinan, satu/ keduanya dapat bekerja di laur rumah.
b. Extended Family, Keluarga inti ditambahkan dengan sanak saudara, misalnya
nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, pama, bibi, dan sebagainya.
c. Reconstitud Nuclear, Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan
kembali suami/istri, tinggal dalam pembentuan satu rumah dengan anak-
anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan
baru. Satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.
d. Middle Age/ Aging Couple, Suami sebagai pencari uang. Istri di rumah/ kedua-
duanya bekerja di rumah, anak-anak sudah meningglakan rumah karena
sekolah/perkawinan/meniti karier.
e. Dyadic Nuclear, Suami istri yang sudah berumur da tidak mempunyai anak,
keduanya/slah satu bekerja di rumah.
f. Single Parent , Satu orang tua sebagai akibat perceraian/ kematian pasangannya
dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah/ di luar rumah.
g. Dual Carier, Suami istri atau keduanya berkarier dan tanpa anak.
h. Commuter Married, Suami istri/ keduanya orang karier dan tinggal terpisah
pada jarak tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.
i. Single Adult, Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya
keinginan untuk menikah..
j. Three Generation, Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
k. Institutional Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suaru panti-
panti.
l. Comunal Satu rumah terdiri atas dua/lebih pasangan yang monogami dengan
anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.
m. Group Marriage, Satu perumahan terdiri atas orangtua dan keturunannya di
dalam satu kesatuan keluarga dan tiap indivisu adalah menikah dengan yang
lain dan semua adalah orang tua dari anak-anak.
n. Unmarried paret and child Ibu dan anak, dmana perkawinan tidak dikehendaki,
anakya di adopsi
o. Cohibing Cauple, Dua orang/ satu pasangan yang tinggal bersama tanpa
pernikahan.

2.1.7 FUNGSI KELUARGA


Friedman (2010) mengemukakan fungsi keluarga, yaitu sebagai berikut:
a. Fungsi Afektif Memfasilitasi stabilisasi kepribadian orang dewasa, memenuhi
kebutuhan psikologis anggota keluarga
b. Fungsi Sosialisasi Memfasilitasi sosialisasi primer anak yang bertujuan
menjadikan anak sebagai anggota masyarakat yang produktif serta memberikan
status pada anggota keluarga
c. Fungsi reproduksi Untuk mempertahankan kontinuitas keluarga selama beberapa
generasi dan untuk keberlangsungan hidup masyarakat.
d. Fungsi ekonomi Menyediakan sumber ekonomi yang cukup dan alokasi
efektifnya
e. Fungsi perawatan kesehatan Menyediakan kebutuhan fisik-makanan, pakaian,
tempat tinggal, perawatan kesehatan

2.1.8 TUGAS KELUARGA

Friedman (2010) mengemukakan tugas keluarga, yaitu sebagai berikut:


1. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.
2. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.
3. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya
masing-masing
4. Sosialisasi antara para anggotanya .
5. Pemeliharaan antara keterlibatan anggota keluarga.
6. Pengaturan jumlah anggota keluarga.
7. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya .

2.1.9 CIRI – CIRI KELUARGA

1. Keluarga merupakan hubungan perkawinan.


2. Keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan
perkawinan yang sengaja dibentuk atau dipelihara.
3. Keluarga mempunyai suatu sistem tata nama termasuk perhitungan garis
keturunan.
4. Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota-anggotanya
berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan
membesarkannya.

2.1.10 CIRI KELUARGA INDONESIA

1. Mempunyai ikatan yang sangat erat dengan dilandasi semangat gotong


royong.
2. Dijiwai oleh nilai kebudayaan ketimuran.
3. Umumnya dipimpin oleh suami meskipun proses pemutusan dilakukan secara
musyawarah.
4. Berbentuk monogram.
5. Bertanggung jawab.
6. Mempunyai semangat gotong royong

2.2 KONSEP PENYAKIT

2.2.1 DEFINISI STROKE

Stroke adalah terjadi perubahan sistem neurologis yang disebabkan adanya


gangguan suplai darah ke otak (Black & Hawks, 2009; dalam Yeni, 2011).
Menurut Heart and Stroke Foundation (2014) stroke adalah kehilangan fungsi
otak secara tiba-tiba disebabkan oleh gangguan aliran darak ke otak atau pecahnya
pembuluh darah di otak. Definisi stroke menurut World Health Organization
(WHO) adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi
otak fokal (atau global), dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam
atau lebih, dapat menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain selain
vaskuler Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya
suplai darah dan oksigen ke otak. Berkurangnya aliran darah dan oksigen ini
dikarenakan adanya sumbatan, penyempitan, atau pecahnya pembuluh darah di
otak (Smeltzer, 2013).

2.2.2 ETIOLOGI
Ada dua mekanisme proses yang menyebabkan stroke (Yastroki, 2011), yaitu:
1. penyumbatan pembuluh darah otak akibat dari adanya gumpalan darah yang
menyumbat jalannya darah atau penyempitan pembuluh darah, kondisi ini disebut
stroke iskemik atau tidak berdarah
2. pembuluh darah yang merupakan rangkaian tertutup pada keadaan tertentu jadi pecah
akibat dari tekanan darah yang sangat tinggi dan darah masuk ke jaringan otak,
kondisi ini disebut stroke berdarah

Faktor Penyebab Stroke


 Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol (Yastroki, 2011).
 Usia, Setiap manusia akan bertambah umurnya, dengan demikian kemungkinan
terjadinya stroke lebih besar. Pada umumnya resiko terjadinya stroke mulai usia
35 tahun dan meningkat setiap tahunnya.
 Jenis kelamin, Pria memiliki kecenderungan lebih besar terkena serangan stroke
dibanding perempuan.
 Ras/suku bangsa
 Genetik/keturunan, Seseorang yang mempunyai riwayat stroke dalam
keluarganya, menjadi seseorang yang beresiko tinggi terkena serangan stroke.
 Faktor resiko yang dapat dikontrol atau dikendalikan diantaranya (Yastroki,
2011) :
 Hipertensi
 Diabetes mellitus
 Penyakit jantung
 Riwayat stroke sebelumnya
 Merokok
 Kolesterol tinggi
 Obesitas
 Minuman Alkohol

2.2.3    Patofisiologi
Otak sangat tergantung kepada oksigen, bila terjadi anoksia seperti yang terjadi
pada stroke di otak mengalami perubahan metabolik, kematian sel dan kerusakan
permanen yang terjadi dalam 3 sampai dengan 10 menit (non aktif total).
Pembuluh darah yang paling sering terkena ialah arteri serebral dan arteri karotis
Interna. Adanya gangguan peredaran darah otak dapat menimbulkan jejas atau
cedera pada otak melalui empat mekanisme, yaitu :
a. Penebalan dinding arteri serebral yang menimbulkan penyempitan sehingga
aliran darah dan suplainya ke sebagian otak tidak adekuat, selanjutnya akan
mengakibatkan perubahan-perubahan iskemik otak.
b. Pecahnya dinding arteri serebral akan menyebabkan bocornya darah ke
kejaringan (hemorrhage).
c. Pembesaran sebuah atau sekelompok pembuluh darah yang menekan jaringan
otak.
d. Edema serebri yang merupakan pengumpulan cairan di ruang interstitial
jaringan otak.
Konstriksi lokal sebuah arteri mula-mula menyebabkan sedikit perubahan pada
aliran darah dan baru setelah stenosis cukup hebat dan melampaui batas kritis
terjadi pengurangan darah secara drastis dan cepat.
Oklusi suatu arteri otak akan menimbulkan reduksi suatu area dimana jaringan
otak normal sekitarnya yang masih mempunyai pendarahan yang baik berusaha
membantu suplai darah melalui jalur-jalur anastomosis yang ada. Perubahan awal
yang terjadi pada korteks akibat oklusi pembuluh darah adalah gelapnya warna
darah vena, penurunan kecepatan aliran darah dan sedikit dilatasi arteri serta
arteriole. Selanjutnya akan terjadi edema pada daerah ini. Selama berlangsungnya
perisriwa ini, otoregulasi sudah tidak berfungsi sehingga aliran darah mengikuti
secara pasif segala perubahan tekanan darah arteri. Berkurangnya aliran darah
serebral sampai ambang tertentu akan memulai serangkaian gangguan fungsi
neural dan terjadi kerusakan jaringan secara permanen.

2.2.4 Manefestasi Klinis


Penilaian sederhana yang dikenal dengan singkatan FAST (Face, Arm drive,
Speech, dan Three of signs) dari CINNINATI
1. Face (wajah)
Wajah tampak moncong sebelah tidak simetris, sebelah suduh mulut tertarik
ke bawah, dan lekukan antara hidung ke sudut mulut atas tampak mendatar
2. Arm drive (pergerakan tangan)
Angkat tangan lurus sejajar kedepan dengan telapak tangan membuka keatas
selama 30 detik. Apabila terdapat kelumpuhan tangan yang ringan dan tidak
disadari oleh penderita, maka lengan yang lumpuh tersebut akan turun (tidak
sejajar lagi). Pada kelumpuhan yang berat, lengan yang lumpuh tersebut sudah
tidak dapat diangkat lagi, bahkan sampai sudah tidak bisa digerakkan lagi.
3. Speech (bicara)
Bicara menjadi pelo, atau tidak bisa berkata-kata (gagu) atau bisa bicara akan
tetapi tidak mengerti pertanyaan orang sehingga berkomunikasi berbal tidak
nyambung.
4. Three of signs (ketiga tanda diatas)
munculnya tiga gejala yaitu perubahan wajah, kelumpuhan dan bicara

2.2.5 Klasifikasi stroke


Stroke dapat dibagi menjadi 2 kategori utama yaitu, stroke iskemik dan stroke
hemorrhagic. Kedua kategori ini merupakan suatu kondisi yang berbeda, pada
stroke hemorhagic terdapat timbunan darah di subarahchnoid atau
intraserebral, sedangkan stroke iskemik terjadi karena kurangnya suplai darah
ke otak sehingga kebutuhan oksigen dan nutrisi kurang mencukupi.
Klasifikasi stroke menurut Wardhana (2011), antara lain sebagai berikut :

1. Stroke Iskemik
Stroke iskemik terjadi pada otak yang mengalami gangguan pasokan darah
yang disebabkan karena penyumbatan pada pembuluh darah otak.
penyumbatnya adalah plak atau timbunan lemak yang mengandung
kolesterol yang ada dalam darah. Penyumbatan bisa terjadi pada pembuluh
darah besar (arteri karotis), atau pembuluh darah sedang (arteri serebri)
atau pembuluh darah kecil.

Penyumbatan pembuluh darah bisa terjadi karena dinding bagian dalam


pembuluh darah (arteri) menebal dan kasar, sehingga aliran darah tidak
lancar dan tertahan. Oleh karena darah berupa cairan kental, maka ada
kemungkinan akan terjadi gumpalan darah (trombosis), sehingga aliran
darah makin lambat dan lama-lama menjadi sumbatan pembuluh darah.
Akibatnya, otak mengalami kekurangan pasokan darah yang membawah
nutrisi dan oksigen yang diperlukan oleh darah. Sekitar 85 % kasus stroke
disebabkan oleh stroke iskemik atau infark, stroke infark pada dasarnya
terjadi akibat kurangnya aliran darah ke otak. Penurunan aliran darah yang
semakin parah dapat menyebabkan kematian jaringan otak. Penggolongan
stroke iskemik atau infark menurut Junaidi (2011) dikelompokkan sebagai
berikut :
a. Transient Ischemic Attack (TIA)
Suatu gangguan akut dari fungsi lokal serebral yang gejalanya
berlangsung kurang dari 24 jam atau serangan sementara dan
disebabkan oleh thrombus atau emboli. Satu sampai dua jam biasanya
TIA dapat ditangani, namun apabila sampai tiga jam juga belum bisa
teratasi sekitar 50 % pasien sudah terkena infark (Grofir, 2009; Brust,
2007, Junaidi, 2011).
b. Reversible Ischemic Nerurological Defisit (RIND)
Gejala neurologis dari RIND akan menghilang kurang lebih 24 jam,
biasanya RIND akan membaik dalam waktu 24–48 jam.
c. Stroke In Evolution (SIE)
Pada keadaan ini gejala atau tanda neurologis fokal terus berkembang
dimana terlihat semakin berat dan memburuk setelah 48 jam. Defisit
neurologis yang timbul berlangsung bertahap dari ringan sampai
menjadi berat.
d. Complete Stroke Non Hemorrhagic
Kelainan neurologis yang sudah lengkap menetap atau permanen tidak
berkembang lagi bergantung daerah bagian otak mana yang mengalami
infark.

2. Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik terjadi pada otak yang mengalami kebocoran atau
pecahnya pembuluh darah di dalam otak, sehingga darah menggenangi
atau menutupi ruang-ruang jaringan sel otak. Adanya darah yang
mengenangi atau menutupi ruang-ruang jaringan sel otak akan
menyebabkan kerusakan jaringan sel otak dan menyebabkan kerusakan
fungsi kontrol otak. Genangan darah bisa terjadi pada otak sekitar
pembuluh darah yang pecah (intracerebral hemorage) atau dapat juga
genangan darah masuk kedalam ruang sekitar otak (subarachnoid
hemorage) bila ini terjadi stroke bisa sangat luas dan fatal bahkan sampai
pada kematian. Stroke hemoragik pada umumnya terjadi pada lanjut usia,
karena penyumbatan terjadi pada dinding pembuluh darah yang sudah
rapuh (aneurisma). Pembuluh darah yang sudah rapuh ini, disebabkan
karena faktor usia (degeneratif), akan tetapi bisa juga disebabkan karena
faktor keturunan (genetik). Keadaan yang sering terjadi adalah kerapuhan
karena mengerasnya dinding pembuluh darah akibat tertimbun plak atau
arteriosklerosis akan lebih parah lagi apabila disertai dengan gejala
tekanan darah tinggi. Beberapa jenis stroke hemoragik menurut Feigin
(2007), yaitu:
1. Hemoragi ekstradural (hemoragi epidural) adalah kedaruratan bedah
neuro yang memerlukan perawatan segera. Stroke ini biasanya diikuti
dengan fraktur tengkorak dengan robekan arteri tengah atau arteri meningens
lainnya. Pasien harus diatasi beberapa jam setelah mengalami cedera untuk
dapat mempertahankan hidup.
2. Hemoragi subdural (termasuk subdural akut) yaitu hematoma subdural yang
robek adalah bagian vena sehingga pembentukan hematomanya lebih lama
dan menyebabkan tekanan pada otak.
3. Hemoragi subaraknoid (hemoragi yang terjadi di ruang subaraknoid) dapat
terjadi sebagai akibat dari trauma atau hipertensi tetapi penyebab paling sering
adalah kebocoran aneurisma.
4. Hemoragi interaserebral, yaitu hemoragi atau perdarahan di substansi dalam
otak yang paling umum terjadi pada pasien dengan hipertensi dan
aterosklerosis serebral karena perubahan degeneratif karena penyakit ini
biasanya menyebabkan ruptur pembuluh darah.

17
2.2.6 PATHWAY STROKE

Thrombosis

Anoksia

Gangguan peredaran darah


ke otak

Penebalan Pecahnya Pembesaran Edema serebri


dinding arteri dinding arteri sekelompok
serebral pembuluh
darah

Perubahan
metabolik
Kematian sel

Kerusakan
permanen

18
2.2.7 Komplikasi

Komplikasi stroke menurut Smeltzer & Bare (2002) meliputi:


1. Hipoksia serebral diminimalkan dengan memberi oksigenasi darah adekuat ke
otak. Fungsi otak bergantung pada ketersediaan oksigen yang dikirimkan ke
jaringan. Pemberian oksigen suplemen dan mempertahankan hemoglobin serta
hemotokrit pada tingkat dapat diterima akan membantu dalam mempertahankan
oksigenasi jaringan.
2. Aliran darah serebral bergantung pada tekanan darah, curah jantung, dan
integritas pembuluh darah serebral. Hidrasi adekuat (cairan intravena) harus
menjamin penurunan vesikositas darah dan memperbaiki aliran darah serebral.
Hipertensi atau hipotensi ekstrem perlu perlu dihindari untuk mencegah
perubahan pada aliran darah serebral dan potensi meluasnya area cedera
3. Embolisme serebral dapat terjadi setelah infark miokard atau fibrilasi atrium atau
dari katup jantung prostetik. Embolisme akan menurunkan aliran darah keotak
dan selanjutnya menurunkan aliran darah serebral.

2.2.8  Pemeriksaan Penunjang


Menurut (Doenges 2010) pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada penyakit
stroke adalah:
a. Angiografi serebral: membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti
perdarahan, obstruksi arteri atau adanya titik oklusi/ ruptur.
b. CT-scan: memperhatikan adanya edema, hematoma, iskemia, dan adanya infark.
c. Pungsi lumbal: menunjukkan adanya tekanan normal dan biasanya ada thrombosis,
emboli serebral, dan TIA (Transient Ischaemia Attack) atau serangan iskemia otak
sepintas. Tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukkan
adanya hemoragik subarakhnoid atau perdarahan intra kranial. Kadar protein total
meningkat pada kasus thrombosis sehubungan dengan adanya proses inflamasi.
d. MRI (Magnetic Resonance Imaging): menunjukkan daerah yang mengalami infark,
hemoragik, dan malformasi arteriovena.
e. Ultrasonografi Doppler: mengidentifikasi penyakit arteriovena.

19
f. EEG (Electroencephalography): mengidentifikasi penyakit didasarkan pada
gelombang otak dan mungkin memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
g. Sinar X: menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang
berlawanan dari massa yang meluas, kalsifikasi karotis interna terdapat pada
thrombosis serebral.

2.2.9 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksaan medis menurut menurut Smeltzer & Bare (2002) meliputi:
a.Diuretik untuk menurunkan edema serebral yang mencapai tingkat maksimum 3
sampai 5 hari setelah infark serebral.
b.Antikoagulan untuk mencegah terjadinya thrombosis atau embolisasi dari tempat lain
dalam sistem kardiovaskuler.
c.Antitrombosit karena trombosit memainkan peran sangat penting dalam pembentukan
thrombus dan embolisasi.

2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Pemasangan jalur intravena dengan cairan normal salin 0,9% dengan kecepatan 20
ml/jam. Cairan hipotonis seperti dekstrosa 5% sebaiknya tidak digunakan karena
dapat memperhebat edema serebri.
b. Pemberian oksigen melalui nasal kanul.
c. Jangan memberikan apapun melalui mulut.
d. Pemeriksaan EKG
e. Pemeriksaan rontgen toraks.
f. Pemeriksaan darah: Darah perifer lengkap dan hitung trombosit, Kimia darah
(glukosa, ureum, kreatinin dan elektrolit), PT (Prothrombin Time)/PTT (Partial
Thromboplastin time)
g. Jika ada indikasi lakukan pemeriksaan berikut:

1) Kadar alcohol
2) Fungsi hepar

20
3) Analisa gas darah
4) Skrining toksikologi

2.3 ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

1. PENGERTIAN
Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang komplek dengan menggunakan
pendekatan sistematis untuk bekerja sama dengan keluarga dan indivisu sebagai anggota
keluarga.(Harmoko, 2012)

2. PENGKAJIAN

a. Data umum

a. Nama kepala keluarga, umur, alamat, dan telepon jika ada, pekerjaan dan
pendidikan kepala keluarga, komposisi keluarga, yang terdiri atas nama atau inisial,
jenis elamin, tanggal lahir atau umur, hubungan dengan kepala keluarga, status
imunisasi dari masing-masing anggota keluarga, dan genongram (genogram
keluarga dalam tiga generasi)
b. Tipe keluarga, menjelaskan jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalah yang
terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.
c. Suku bangsa, mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut, serta mengidentifikasi
budaya suku bangsa terkait dengan kesehatan.
d. Agama, mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat
memengaruhi kesehatan.
e. Status sosial ekonomi keluarga, ditentukan oleh pendapatan, baik kepala keluarga
maupun anggota keluarga maupun anggota keluarga lainnya.
f. Aktivitas rekreasi keluarga dan waktu luang, rekreasi keluarga tidak hanya dilihat
kapan keluarga pergi bersama-sama untuk mengunjung tempat rekreasi, namun
menonton TV dan mendengarkan radio juga merupakn aktivitas rekreasi.

21
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

a. Tahap perkembangan keluarga saat ini, ditentukan oleh anak tertua dari keluarga
inti.
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, menjelaskan bagaimana tugas
perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendalanya.
c. Riwayat keluarga inti, menjelaskan riwayat kesehatan pada keluarga inti, meliputi:
riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing, anggota, dan
sumber pelayanan yang digunakan keluarga seperti perceraian, kematian, dan
keluarga yang hilang.
d. Riwayat keluarga sebelumnya, keluarga asal keduanya orang tua (seperti apa
kehidupan keluarga asalnya) hubungan masa silam dan saat dengan orang tua dari
kedua orang tua.

c. Pengkajian lingkungan

a. Karakteristik rumah Gambaran tipe tempat tinggal, gambaran kondisi rumah, kamar
mandi, dapur, kamar tidur, kenersihan dan sanitasi rumah, pengaturan privasi dan
perasaan secara keseluruhan dengan pengaturan atau penataan rumah mereka.
b. Karakteristik lingkungan dan komunitas tempat tinggal Tipe lingkungan tempat
tinggal komunitas kota atau desa, tipe tempat tinggal, keadaan tempat tinggal dan
jalan raya, sanitasi jalan dan rumah, fasilitas-fasilitas ekonomi dan transportasi.
c. Mobilitas geografis keluarga Ditentukan apakah keluarga tiggal di daerah ini atau
apakah sering mempunyai kebiasaan berpindah-pindah tempat tinggal.
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat Menjelaskan waktu yang
digunakan keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada.
e. Sistem pendukung keluarga Jumlah anggota keluarga yang sehat, sumber dukungan
dari anggota keluarga dan jaminan pemeliharaan kesehtan yang dimiliki keluarga.

d. Struktur keluarga

a. Pola-pola komunikasi keluarga, menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar


anggota keluarga.

22
b. Struktur kekuatan keluarga, kemampuan anggota keluarga untuk mengendalikan
dan mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku.
c. Struktur peran, menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik
formal/informal.
d. Struktur nilai atau norma keluarga, menjelaskan mengenai nilai dan norma yang
dianut keluarga yang berhubungan dengan kesehatan.

e. Fungsi keluarga

a. Fungsi afektif, kaji gambaran diri keluarga, perasaan yang dimiliki


b. Fungsi sosialisasi, kaji bagaimana interkasi keluarga, sejauh mana anggota keluarga
belajar disiplin, norma, budaya dan prilaku.
c. Fungsi perawatan kesehatan, kaji kemampuan keluarga dalam mengenal masalah
kesehatannya dan memelihara kesehatannya.
d. Fungsi reproduksi, kaji jumlah anak, bagaimana keluarga merencanakan jumlah
anggota keluarga.
e. Fungsi ekonomi, kaji sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan
dan papan.

f. Stress dan koping keluarga

a. Stressor jangka pendek dan panjang


b. Jangka pendek: penyelesaian stressor yang dialami < ± 6 bulan 2) Jangka panjang:
penyelesaian stressor yang dialami > ± 6 bulan.
c. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor, kaji sejauh mana keluarga
berespon terhadap situasi.
d. Strategi koping yang digunakan, bagaimana strategi koping yang digunakan
keluarga bila menghadapi permaslahan.
e. Strategi adaptasi disfungsional, dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional
yang digunakan keluarga dalam menghadapi masalah.

23
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN

keputusan klinis mengenai individu, keluarga, atau masyarakat yang diperoleh melalui
suatu proses pengumpulan data dan analisa data secara cermat, memberikan dasar untuk
menetapkan tindakan-tindakan dimana perawat bertanggung jawab untuk
melaksanakannya (Harmoko, 2012). Tipologi dari diagnosa keperawatan (Harmoko,
2012)

a. Diagnosis aktual: Masalah keperawatan yang sedang dialami oleh keluarga dan
memerlukan waktu yang cepat.
b. Diagnosis resiko tinggi: masalah keperawatan yang belum terjadi tetapi maslah
keperawatan aktual dapat terjadi dengan cepat.
c. Diagnosis potensial: suatu keadaan sejahtera ketika keluarga telah mampu memenuhi
kebutuhan kesehatannya.

4. RENCANA KEPERAWATAN

keluarga merupakan kumpulan tindakan yang direncanakan perawat untuk dilaksanakan


dalam menyelesaikan atau mengatasi masalah kesehatan/masalah keperawatan yang telah
di identifikasi (Harmoko, 2012). Langkah-langkah mengembangkan rencana asuhan
keperawatan keluarga (Harmoko, 2012).

a. Menentukan sasaran atau goal.

b. Menentukan tujuan dan objek.

c. Menentukan pendekatan dan tindakan keperawatan yang akan dilakukan.

d. Menentukan kriteria dan standar kriteria.

5. IMPLEMENTASI PELAKSANAAN

merupakan salah satu tahap dari proses keperawatan keluarga dimana perawat
mendapatkan kesempatan untuk membangkitkan minat keluarga dalam mengadakan

24
perbaikan ke arah perilaku hidup sehat (Harmoko, 2012). Tindakan keperawatan keluarga
mencakup hal-hal di bawah ini (Harmoko, 2012).

a. Menstimulasi kesehatan atau penerimaan keluarga mengenai kebutuhan kesehatan


dengan cara memberikan informasi kesehatan, mengidentifikasi kebutuhan, dan
harapan tentang kesehatan, serta mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah.
b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat dengan cara
mengidentifikasi konsekuensi untuk tidak melakukn tindakan, mengidentifikasi
sumber-sumber yang dimiliki keluarga, dan mendiskusikan konsekuensi setiap
tindakan.
c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit dengan cara
mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan alat dan fasilitas yang ada di
rumah, dan mengawasi keluarga melakukan perawatan d. Membantu keluaga untuk
menemukan cara membuat lingkungan menjadi sehat dengan menemukan sumber-
sumber yang dapat digunakan keluarga dan melakukan perubahan lingkungan keluarga
seoptimal mungkin
d. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan cara
mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada dilingkungan keluarga cara menggunakan
fasilitas tersebut.

6. EVALUASI

Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan, tahap penilaian diberikan untuk
melihat keberhasilannya. Bila tidak/ belum berhasil, maka perlu disusun rencana baru
yang sesuai (Harmoko, 2012) .

25
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN KELUARGA
1. IDENTITAS UMUM
a. Identitas Kepala Keluarga
Nama : Ny. N
Umur : 50 tahun
Agama : Islam
Suku : Sunda
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SLTP
Alamat : RT 13/ RW 06, Jl. Lembur no 1 Jakarta Timur
No. Telp :-

b. Komposisi Keluarga
Hub.
No Nama Jk Umur Pekerjaan Pendidikan
Dgn Kk
1 Tn. K L 57 th Kk Pekerja Lepas SMK
2 Ny. N P 50 th Istri IRT SD

c. Genogram

Ny.N Tn.K

26
Keterangan
: Laki-laki : Perempuan : meninggal

: Klien : tinggal serumah

d. Tipe keluarga
Keluarga Tn. K adalah Keluarga inti yaitu keluarga yang terdiri atas ayah dan ibu
dengan anak yang telah berkeluarga dan tidak tinggal serumah lagi

e. Suku bangsa
 Asal suku bangsa
Keluarga Tn.K adalah berasal dari suku Jawa. Dimana suku jawa adalah suku asli
dari jawa tengah.
 Budaya yang berkembang dengan kesehatan
Budaya pada keluarga Tn.K tidak mengikuti kebiasaan kebudayaan jawa seperti
menentukan tanggal baik dan hari buruk tapi mengikuti budaya zaman modern .
Keluarga Tn.K tidak mempunyai kebiasaan yang mempengaruhi derajat kesehatan.
f. Agama dan Kepercayaan
Keluarga menganut agama islam, dan menjalankan sholat 5 waktu semua aktivitas
dilakukan tidak boleh bertentangan dengan ajaran agama islam.
g. Status ekonomi keluarga
 Anggota yang mencari nafkah
Anggota keluarga yang mencari nafkah adalah Tn. K dimana Tn. K bekerja sebagai
buruh bangunan.
 Penghasilan
Penghasilan perbulan keluarga Tn. K tiap bulannya tidak tetap ± Rp. 1.000.000
perbulan, selain pendapatan dari bekerja keluarga Tn.K juga mendapatkan
sumbangan dari anak mereka yang telah berkeluarga.
 Upaya lain yang dilakukan

27
Tn.K tidak melakukan usaha lain dirumah.
 Harta benda yang dimiliki
Harta benda yang dimiliki oleh keluarga Tn.K adalah rumah, motor, dan perabotan
rumah tangga.
 Kebutuhan yang dikeluarkan tiap bulan
Kebutuhan yang dikeluarkan tiap bulannya sudah dapat mencukupi kebutuhan
sehari-hari yaitu ± Rp. 1.000.000 perbulan.
 Tabungan
Keluarga Tn.K tidak menyimpan tabungan di bank hanya menyimpan uang
dirumah.
h. Aktivitas Rekreasi Keluarga
Selama Ny. N terkena penyakit stroke keluarga Tn.K tidak pernah merencanakan untuk
melakukan aktivitas rekreasi keluarga.

2. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA


a. Tahap keluarga saat ini
Tahap VII, Keluarga dengan melepas anak ke masyarakat
Tugas:
 Mempertahankan keintiman pasangan
 Membantu anak untuk mandiri
 Mempertahankan komunikasi
 Memperluas hubungan keluarga antara orang tua dengan menantu
 Menata kembali peran dan fungsi keluarga setelah ditinggal anak

b. Riwayat keluarga inti


 Riwayat kesehatan keluarga saat ini
Tn.K menderita penyakit jantung, telah diperiksa di rumah sakit umum daerah pasar
rebo jakarta timur, sedangkan istri Tn.K dirawat dirumah dengan stroke.
 Riwayat penyakit keturunan
Dalam keluarga Tn.K memiliki riwayat penyakit keturunan hipertensi dan jantung.

28
 Riwayat kesehatan masing masing keluarga
Keadaan Masalah Tindakan Yang Telah
No Nama Umur Bb Imunisasi
Kesehatan Kesehatan Dilakukan
1 Tn.K 57 67 Sakit Tidak Gagal Rontgen dan CT scan
tahun kg jantung
2 Ny.N 50 56 Sakit tidak Hipertensi konsumsi semut jepang
tahun kg dan Stroke 2x1
 Sumber pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan
Sumber pelayanan kesehatan yang keluarga manfaatkan adalah pelayanan
puskesmas, klinik terdekat, dan rumah sakit. Setiap ada anggota yang sakit keluarga
selalu memabwa anggota keluarga yang sakit ke puskesmas, klinik terdekat.

3. PENGKAJIAN LINGKUNGAN
a. Karakteristik rumah
Luas rumah keluarga Tn.K 30 m² terdiri dari ruang tamu, 3 buah kamar tidur, 2 kamar mandi
dan 1 dapur. Sumber air minum dan air bersih menggunakan air sumur. WC terletak di
bagian belakang. Lantai rumah dari keramik. Semua kamar mempunyai jendela dan
ventilasi. Rumah tampak rapi.

b. Denah rumah
U

Keterangan: KT: Kamar tidur, RK: Ruang keluarga, D: dapur, KM/WC: Kamar mandi/ WC,
Lt. 1 Lt. 2

Tangga Tangga
KM/WC KM/WC

D RK

RK KT
m
5
7,

RT
Jemuran

KT KT

29
Teras
4m 4m

Kehidupan antar anggota keluarga setiap keputusan ada di tangan kepala keluarga dan
selalu didiskusikan dengan anggota keluarga.

d. Mobilitas geografis keluarga


Keluarga Tn.K tidak pernah pindah dari rumah yang ditempati sekarang sejak tahun
2005.

e. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat


Tetangga keluarga Tn.K sebagian besar adalah pegawai swasta dan masih memiliki
ikatan keluarga. Setiap malam rabu ada pengajian di mushola nurul huda.

f. Sistem pendukung keluarga


Yang merupakan sistem pendukung keluarga adalah suami dari Tn.K karena dianggap
lebih tegas dan mampu menyelesaikan masalah. Di masyarakat setempat juga ada
kebiasaan yang baik dimana apabila anggota masyarakat yang mempunyai masalah
akan diselesaikan dengan musyawarah.

4. STRUKTUR KELUARGA
a. Pola/cara komunikasi keluarga
Komunikasi yang biasa digunakan adalah menggunakan bahasa Indonesia jarang
mengunakan bahasa jawa . Komunikasi keluarga sifatnya terbuka satu sama lain dan
dua arah. Sehingga apabila ada masalah akan cepet terselsaikan dengan adanya
pertisipasi dari seluruh anggota keluarga.

b. Struktur kekuatan keluarga


Dalam keluarga dari pihak suami/isteri keduanya saling menghargai dan mendukung.
Anak-anak cukup patuh pada orang tua. Pengambilan keputusan terletak pada kepala
keluarga yaitu Tn. K, akan tetapi sebelum pengambilan keputusan dilakukan
musyawarah antar anggota keluarga.

c. Struktur peran

30
Tn. K berperan sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah untuk keluarga.
Sedangkan istrinya Tn. K berperan sebagai ibu rumah tangga yang mengurusi semua
kebutuhan rumah tangga, namun semenjak terkena stroke Ny. N tidak sepenuhnya
mengurusi semua kebtuhan rumah tangga, tetapi di bantu dengan anaknya yang tingal
tetap bertetangga walaupun sudah bersuami.

d. Nilai dan norma keluarga


Nilai dan norma yang dianut oleh keluarga Tn. K sesuai dengan aturan yang ada
didalam masyarakat dan sesuai dengan ajaran agama yaitu agama Islam.

5. FUNGSI KELUARGA
a. Fungsi afektif
Anggota keluarga saling menyayangi, memiliki dan mendukung. Persoalan dalam
keluarga selalu dibicarakan bersama sehingga tidak memicu terjadinya masalah
komunikasi.

b. Fungsi sosialisasi
Diantara anggota keluarga berusaha selalu berinteraksi satu dengan yang lainnya,
begitu pula berinteraksi dengan anggota masyarakay sekitarnya.

c. Fungsi perawatan kesehatan


 Pengetahuan dan presepsi keluarga tentang penyakit/masalah kesehatan keuarga
Keluarga mengatakan semua anggota keluarga telah mengetahui istrinya Tn. K
menderita stroke dan keluarga juga telah mengetahui Tn. K mengidap penyakit jantung.
Namun keluarga masih belum mengerti tentang penyakit jantung Tn. K, karena belum
lama di diagnosa oleh dokter, untuk penyakit Ny. N keluarga juga mengatakan bahwa
telah lebih mengerti cara perawatan dan sekarang ini sedang mencoba pengobatan
herbal dengan semut jepang.
 Kemampuan keluarga mengambil keputusan tindakan kesehatan yang tepat

31
Keputusan untuk mengatasi masalah kesehatan oleh keluarga telah tepat karena telah
memeriksakan kesehatan ke pelayanan kesehatan terdekat.
 Kemampuan keluarga merawat aggota keluarga yang sakit
Keluarga mengataka bahwa sudah diajarkan cara mengurut bagian tangan dan kaki Ny.
N yang sulit digerakkan. Ny. N sendiri sudah bisa melakukan dengan mandiri.
 Kemampuan keluarga memelihara lingkungan yang sehat.
Setiap hari ruangan rumah di sapu dan 1 minggu sekali rumah di pel oleh anak Tn. K.
Lantai kamar mandi bersih.
 Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan di masyarakat
Jika ada anggota keluarga yang sakit keluarga akan membawa anggota keluarga yang
sakit ke klinik terdekat

d. Fungsi reproduksi
Tn. K memiliki 1 orang anak perempuan. Ny. N mengatakan sudah mempunyai cucu
dari anaknya.

6. STRES DAN KOPING KELUARGA


a. Stressor jangka pendek
Ny. N sering mengeluh kesemutan pada bagian tubuh yang sulit digerakkan terkadang
nyeri pada pinggang dan punggung, Tn. K sering merasa sesak ketika kelelahan,
terutama ketika awal terdiagnosa penyakit jantung.

b. Stressor jangka panjang


Ny. N tidak terlalu khawatir terhadap keadaan diri yang terkena stroke, namun lebih
khawatir terhadap keadaan suami yang baru-baru ini terdiagnosa penyakit jantung.

c. Strategi koping
Ny. N selalu menyarankan kepada suaminya Tn. K untuk tidak memaksakan diri ketika
berkerja agar tidak terlalu lelah, dan selalu menyiapkan telepon genggam untuk
menghubungi anaknya jika perlu bantuan untuk dirinya ataupun suaminya.

32
d. Strategi adaptasi disfungsional
Dalam keluarga tidak ada adaptasi disfungsional

7. KEADAAN GIZI KELUARGA


Tn. K mengatakan pemenuhan gizi untuk keluarga sudah baik, dalam seharinya kelurga
makan minimal 2 x sehari dengan diselingi juga konsumsi buah.

8. PEMERIKSAAN FISIK
Anggota keluarga
Pemeriksaan
Tn. K Ny. N
Kepala
Rambut Beruban, ada ketombe Bersih, beruban.
Konjungtiva Tidak anemis, penglihatan baik Tidak anemis, penglihatan baik
Hidung Bersih, simetris, tidak ada polip Bersih, simetris, tidak ada polip
Telinga Bersih Bersih
Mulut Mukosa lembab Mukosa lembab
Leher Tidak ada pembengkakan Tidak ada Tidak ada pembengkakan
pembesaran tiroid Tidak ada pembesaran tiroid
Dada Simetris, gerakan ritmis Simetris, gerakan ritmis
Jantung BJ abnormal, terdengar S3 BJ normal
Paru Vesikuler Wheezing (+), di perkusi redup
Bentuk dada normal Bentuk dada normal

Abdomen
Peristaltik terdengar 12 x/menit, Peristaltik terdengar 9 x/menit, Tidak
Kulit Tidak terdapat nyeri tekan terdapat nyeri tekan

Elastisitas kulit baik, tidak ada Kulit tampak kering.


edema.
Ekstremitas E.atas dan bawah ROM maksimal Mengalami keterbatasan pergerakan
dengan kekuatan sama pada tangan kiri dan kaki kiri.
TD 150/100 mmHg 130/90 mmHg
N 86 x/m 80 x/m
RR 18 x/m 20 x/m
BB 55 kg 52 kg

Keluhan Sesak jika keletihan Sering kesemutan pada bagian tubuh


Susah tidur malam hari yang terkena stroke. nyeri dan terasa
pegal pada bagian punggung hingga
pinggang. susah tidur

9. HARAPAN KELUARGA
1) Terhadap masalah kesehatannya

33
Harapan Ny.N terhadap kesehatannya nanti agar secepatnya penyakitnya dapat disembuhi
tanpa banyak mengeluarkan biaya yang berlebih sehingga tidak terlalu menjadi beban
untuk anak anaknya yang mencari nafkah.

2) Terhadap petugas kesehatan yang ada


Ny.N berharap dengan adanya petugas kesehatan dapat membantu masalah kesehatan yang
menimpa Ny.N.

A. ANALISA DATA
Data Etiologi Problem
Data Subyektif : Stroke Hambatan mobilitas fisik
pada keluarga Tn.K
 Ny. N mengatakan tidak bisa
beraktifitas, berjalan pun perlu
khususnya Ny. N
bantuan di pegan. (D.0054)
Penurunan kemampuan
 Ny. N mengatakan pernah belajar motorik fisik
berjalan dengan tongkat, tapi
kesulitan dan terasa lebih aman bila di
pegang dengan orang lain. Kelemahan/ kurangnya
 Tn. K mengatakan Ny. N pernah kontrol motorik halus dan
terjatuh saat berjalan menggunakan kasar
tongkat

Data obyektif :
 Ny. N hanya duduk di tempat tidur Hambatan mobilitas fisik
dan kesehariannya hanya menonton tv
 Ny. N masih belum bisa
menggerakkan tangan nya dengan
baik
 pemeriksaan ekstremitas atas dan
bawah mengalami keterbatasan gerak
Data Subyektif : Riwayat hipertensi, Pola Kesiapan meningkatkan
hidup pengetahuan tentang
 Ny.N mengatakan sering mengeluh penyakit Stroke pada
kesemutan, ketika kesemutan hanya keluarga Tn. K khususnya
dengan dipijit sembuh Peningkatan Cardiac Output Ny. N (D.0113)
 Tn. K mengatakan keluarga memang
sudah pernah di ajarkan cara merawat
Ny. N Tekanan darah cranial

34
 Ny.N mengatakan sudah biasa melatih meningkat
gerakan pada sendi yang kaku
 Ny. N mengatakan ingin mendapatkan
kembali informasi tentang
penyakitnya Timbul tanda & gejala
Data obyektif :
 Ny. N. hanya mengetahui tanda dan
penyebab stroke ketika ditanya. Keinginan meningkatkan
 Ny. N tampak antusias dalam kesehatan dan pengetahuan
pemeriksaan fisik. tentang penyakit stroke
Data Subyektif : Riwayat hipertensi, Pola Kesiapan meningkatkan
hidup pengetahuan tentang
 Tn. K mengatakan susah tidur penyakit Jantung pada
dimalam hari keluarga Tn. K khususnya
 Tn. K mengatakan mudah lelah dan Disritmia jantung, malfungsi Tn. K (D.0113)
sesak katup
 Tn. K mengatakan bila kelelahan
timbul nyeri dada
 Tn. K mengatakan sudah pernah Kegagalan pompa jantung
dirawat di rumah sakit dan sudah tahu
tentang penyakitnya
Data obyektif :
Timbul tanda & gejala
 Tn. K telah mengetahui tanda dan
penyebab penyakitnya ketika ditanya.
 Tn. K tampak antusias dalam
pemeriksaan fisik. Keinginan meningkatkan
kesehatan dan pengetahuan
tentang penyakit jantung

B. Diagnosa keperawatan

Diagnose keperawatan keluarga yang muncul antara lain :

1. Gangguan mobilitas fisik pada keluarga Tn.K khususnya Ny. N (D.0054)


2. Kesiapan meningkatkan pengetahuan tentang penyakit Stroke pada keluarga Tn. K khususnya
Ny. N (D.0113)
3. Kesiapan meningkatkan pengetahuan tentang penyakit Jantung pada keluarga Tn. K khususnya
Tn. K (D.0113)

C. Diagnosa keperawatan keluarga dan scoring

35
1. Gangguan mobilitas fisik pada keluarga Tn.K khususnya Ny. N.
KRITERIA PENGHITUNGAN NILAI PEMBENARAN
1. Sifat masalah Sifat masalah adalah Aktual. Ny. N
 Aktual 3/3x1 1 mengatakan sudah mengerti
 Resiko penyakitnya mengakibatkan
 Potensial kesulitan bergerak dan perlu
kesabaran dalam latihan
menggerakkan bagian tubuh yang
sakit
2. Kemungkinan masalah Masalah dapat diubah. Ny. N
untuk diubah 1/2x2 1 memiliki niat yang baik untuk
 Mudah memperbaiki status kesehatannya
 Sebagian dengan selalu melatih bagian tubuh
 Tidak dapat yang sakit.
3. Potensial masalah Ny. N mampu mengatasi masalah
untuk dicegah 3/3x1 1 dengan pemanfaatan fasilitas
 Tinggi kesehatan dan dukungan dari
 Cukup keluarga.
 Rendah
4. Penonjolan masalah Masalah tidak perlu segera
 Masalah berat harus 1/2x1 1/2 ditangani. Ny. N mengatakan
segera ditangani mengerti keadaan diri dan karena
 Masalah tidak perlu kesembuhanya butuh waktu.
segera ditangani
 Masalah tidak
dirasakan
JUMLAH 3 1/2

2. Kesiapan peningkatan pengetahuan tentang penyakit stroke pada keluarga Tn. K


khususnya Ny. N.
KRITERIA PENGHITUNGAN NILAI PEMBENARAN
1. Sifat masalah Sifat masalah adalah Aktual. Ny. N
 Aktual 3/3x1 1 mengatakan memang sekarang
 Resiko sedang menjalani perawatan pada
 Potensial penyakit stroke yang dideritanya
2. Kemungkinan masalah Masalah dapat diubah. Ny. N
untuk diubah 2/2x2 2 memiliki niat yang baik untuk
 Mudah memperbaiki status kesehatannya
 Sebagian dengan selalu melatih bagian tubuh
 Tidak dapat yang sakit.
3. Potensial masalah Ny. N mampu mengatasi masalah
untuk dicegah 3/3x1 1 dengan pemanfaatan fasilitas
 Tinggi kesehatan dan dukungan dari

36
 Cukup keluarga.
 Rendah
4. Penonjolan masalah Masalah tidak perlu segera
 Masalah berat harus 1/2x1 1/2 ditangani. Ny. N mengatakan
segera ditangani mengerti keadaan diri dan karena
 Masalah tidak perlu kesembuhanya butuh waktu.
segera ditangani
 Masalah tidak
dirasakan
JUMLAH 4 1/2

3. Kesiapan peningkatan pengetahuan tentang penyakit jantung pada keluarga Tn. K


khususnya Tn. K.
KRITERIA PENGHITUNGAN NILAI PEMBENARAN
5. Sifat masalah Sifat masalah adalah risiko. Tn. K
 Aktual 2/3x1 2/3 mengatakan bahwa sudah rutin cek
 Resiko ke rumah sakit jadi sudah lebih
 Potensial tenang tentang penyakitnya
6. Kemungkinan masalah Masalah dapat diubah. Tn. K
untuk diubah 1/2x2 1/2 memiliki niat yang baik untuk
 Mudah memperbaiki status kesehatannya
 Sebagian dengan selalu melatih bagian tubuh
 Tidak dapat yang sakit.
7. Potensial masalah Tn. K mampu mengatasi masalah
untuk dicegah 2/3x1 2/3 dengan pemanfaatan fasilitas
 Tinggi kesehatan dan dukungan dari
 Cukup keluarga.
 Rendah
8. Penonjolan masalah Masalah tidak perlu segera
 Masalah berat harus 1/2x1 1/2 ditangani. Tn. K mengatakan sudah
segera ditangani ditangani tenaga kesehatan di
 Masalah tidak perlu rumah sakit, jadi tinggal mengikuti
segera ditangani saran yang telah diberikan.
 Masalah tidak
dirasakan
JUMLAH 2 1/3

37
38
B. RECANA ASUHAN KEPERAWAT

Diagnosa Tujuan Evaluasi


No Rencana tindakan Rasional
keperawatan
TUM TUK Kriteria Standar
1 Kesiapan Setelah Setelah dilakukan 1. Keluarga mampu 1. Kaji kesiapan keluarga 1. Kesiapan klien
peningkatan dilakukan tindakan menyebutkan dalam diskusi dalam diskusi
pengetahuan tindakan keperawatan pengertian stroke. mempermudah
tentang keperawatan selama 30 menit  Stroke adalah perawat dalam
penyakit stroke selama 1 diharapkan kehilangan fungsi otak memberikan
pada keluarga minggu keluarga mampu: secara tiba-tiba penyuluhan
Tn. K keluarga Verbal disebabkan oleh kesehatan
khususnya Ny. mampu gangguan aliran darak
N. merawat 1. Mengenal ke otak atau pecahnya
anggota masalah tentang pembuluh darah di otak 2. Beri penjelasan pada 2. Meningkatkan
keluarga yang stroke keluarga tentang: pengetahuan
menderita FAST (Face, Arm drive, keluarga dalam
stroke 2. Keluarga mampu Speech, dan Three of stroke
menyebutkan 2 atau 3 signs)
tanda dan gejala stroke.
 Tanda dan gejala stroke:
FAST (Face, Arm drive, 3. Evaluasi/ meminta 3. Mengecek
Speech, dan Three of keluarga menyebutkan kemampuan
signs) kembali diskusi yang keluarga dalam
dilakukan mengungat diskusi
yang dilakukan
3. Keluarga mampu
menyebutkan 2
penyebab stroke
 Penyebab stroke:
a. pembuluh darah
tersumbat
b. pembuluh darah
pecah akibat tekanan
darah yang tinggi

39
Setelah dilakukan Keluarga mampu 1. Kaji kemampuan 1. Kesiapan keluarga
tindakan menyebutkan keputusan keluarga dalam dalam diskusi
keperawatan utama yang utama yang kesiapannya untuk memudahkan
selama 30 menit harus dilakukan pada diskusi berjalannya diskusi
diharapkan anggota keluarga yang
keluarga mampu terkena stroke
2. Jelaskan kepada keluarga 2. Pertolongan
2. Mengambil Verbal keputusan yang harus pertama pada
keputusan yang  Mencari pertolongan diambil saat anggota anggota keluarga
tepat pada yang tepat sesuai keluarga terkena stroke: yang terkena stroke
keluarga yang keadaan keluarga  Mencari pertolongan dapat mencegah
menderita  Bila keluarga memiliki yang tepat sesuai kondisi yang lebih
stroke keterbatasan dana dan keadaan keluarga fatal/ komplikasi
lain-lain, keluarga bisa  Bila keluarga memiliki stroke
meminta bantuan orang keterbatasan dana dan
lain dilingkungan lain-lain, keluarga bisa
sekitar keluarga/tempat meminta bantuan orang
tinggal. lain dilingkungan
sekitar keluaraga/tempat
tinggal

3. Evaluasi tindakan yang


sudah dilakukan/evaluasi 3. Mengecek
diskusi kemampuan
keluarga dalam
mengingat diskusi
Setelah dilakukan Keluarga mampu 1. Kaji kesiaan keluarga 1. Kesiapan keluarga
tindakan menyebutkan : dalam diskusi yang memperlancar
keperawatan dijankan diskusi
selama 45 menit Verbal,  Dengan
diharapkan psikomo mempertahankan
keluarga mampu: tor & tujuh gaya hidup 2. Jelaskan kepada keluarga 2. Meningkatkan
1. merawat anggota afektif sehat, yaitu: cara mencegah stroke kemampuan/penget
keluarga yang sakit  hentikan kebiasaan ahuan kelurga
stroke merokok 3. Jelaskan kepada keluarga
 berat badan

40
diturunkan atau cara perawatan stroke dan 3. Meningkatkan
dipertahankan cara melatih gerak untuk kemampuan
sesuai berat badan keluarga yang terkena keluarga
ideal stroke
 makan-makanan
sehat 4. Motivasi keluarga untuk
 olah raga yang tetap aktif dalam merawat 4. dengan motivasi
cukup dan teratur keluarga yang stroke yang baik
 kadar lemak keinginan sembuh
(kolesterol) dalam klien akan
darah kurang dari meningkat
200 mg
 tekanan darah
dipertahankan
120/80 mmHg
 Keluarga mampu
melakukan ROM
pada keluarga yang
terkena stroke

No Diagnosa Tujuan Evaluasi Rencana tindakan Rasional

41
keperawatan TUM TUK Kriteria Standar

Hambatan Setelah Setelah dilakukan  Keluarga mampu 1. Kaji kesiapan keluarga Kesiapan klien dalam
Mobilitas Fisik dilakukan tindakan menyebutkan dalam diskusi diskusi mempermudah
pada keluarga tindakan keperawatan pengertian Range Of perawat dalam
Ny. N keperawatan selama 30 menit Motion (ROM) memberikan
khususnya Ny. selama 1 diharapkan  Range Of Motion penyuluhan kesehatan
N minggu keluarga mampu: (ROM) adalah latihan
keluarga Verbal gerakan sendi yang
mampu memungkinkan Meningkatkan
merawat 1. Mengenal terjadinya kontraksi dan pengetahuan keluarga
anggota tentang pergerakan otot, dimana dalam Range Of
keluarga Range Of klien menggerakan 2. Beri penjelasan pada Motion (ROM)
yang Motion masing–masing keluarga tentang:
mengalami (ROM) persendiannya sesuai a. pengertian Range Of
hambatan gerakan normal baik Motion (ROM
mobilitas secara aktif ataupun b. tujuan Range Of Motion
fisik. pasif (ROM
c. indikasi Range Of
Motion (ROM
 Keluarga mampu d. kontra indikasi Range Mengecek kemampuan
menyebutkan 2 atau 3 Of Motion (ROM keluarga dalam
tujuan Range Of Motion mengungat diskusi
(ROM. yang dilakukan
Tujuan Range Of
Motion (ROM: 3. Evaluasi/ meminta
a. Merangsang keluarga menyebutkan
sirkulasi darah, kembali diskusi yang
b. Mempertahankan dilakukan
fungsi jantung dan
pernapasan,
c. Mempertahankan
fungsi jantung dan
pernapasan,
d. Mencegah kelainan
bentuk, kekakuan

42
dan kontraktur,
e. Meningkatkan atau
mempertahankan
fleksibilitas dan
kekuatan otot.

 Keluarga mampu
menyebutkan 2 atau 3
indikasi Range Of
Motion (ROM).
indikasi Range Of
Motion (ROM):
a. Stroke atau
penurunan tingkat
kesadaran
b. Kelemahan otot
c. Fase rehabilitasi
fisik
d. Klien dengan tirah
baring lama

 Keluarga mampu
menyebutkan 2 atau 3
kontra indikasi Range
Of Motion (ROM).
Kntra indikasi Range Of
Motion (ROM):
a. Trombus/emboli dan
keradangan pada
pembuluh darah
b. Kelainan sendi atau
tulang
c. Klien fase
imobilisasi karena
kasus penyakit
(jantung)

43
d. Trauma baru dengan
kemunginan ada
fraktur yang
tersembunyi atau
luka dalam
e. Nyeri berat
f. Sendi kaku atau
tidak dapat bergerak
Setelah dilakukan Keluarga mampu 4. Kaji kemampuan Kesiapan keluarga
tindakan menyebutkan keputusan keluarga dalam dalam diskusi
keperawatan utama yang utama yang kesiapannya untuk memudahkan
selama 30 menit harus dilakukan pada diskusi berjalannya diskusi
diharapkan anggota keluarga yang
keluarga mampu mengalami hambatan Pertolongan pertama
mobilitas fisik. 5. Jelaskan kepada keluarga pada anggota keluarga
2. Mengambil Verbal keputusan yang harus yang mengalami
keputusan diambil saat anggota hambatan mobilitas
yang tepat  Mencari pertolongan mengalami hambatan fisik.dapat mencegah
pada keluarga yang tepat sesuai mobilitas fisik. kondisi yang lebih
yang keadaan keluarga  Mencari pertolongan fatal/
mengalami  Bila keluarga memiliki yang tepat sesuai
hambatan keterbatasan dana dan keadaan keluarga
mobilitas lain-lain, keluarga bisa  Bila keluarga memiliki
fisik. meminta bantuan orang keterbatasan dana dan
lain dilingkungan lain-lain, keluarga bisa
sekitar keluarga/tempat meminta bnatuan orang
tinggal. lain dilingkungan
sekitar keluaraga/tempat
tinggal

6. Evaluasi tindakan yang


sudah dilakukan/evaluasi Mengecek kemampuan
diskusi keluarga dalam
mengingat diskusi
Setelah dilakukan Keluarga mampu 5. Kaji kesiaan keluarga Kesiapan keluarga
tindakan dalam diskusi yang

44
keperawatan menyebutkan : dijalankan memperlancar diskusi
selama 45 menit
diharapkan Verbal,  3 atau 4 cara untuk 6. Jelaskan kepada keluarga Meningkatkan
keluarga mampu: psikomot mendemostrasikan cara melakukan Range Of kemampuan keluarga
or & ulang cara melakukan Movement (ROM).
3. merawat afektif Range Of Movement
anggota (ROM). 7. Demostrasikan cara Meningkatkan
keluarga yang  Gerakan Leher melakukan Range Of pengetahuan dan
mengalami  Gerakan Bahu  Movement (ROM). kemampuan kelurga
hambatan  Gerakan Siku untuk mengingat
mobilitas  gerakan dalam melakukan
fisik. pergelangan tangan melakukan Range Of
 gerakan jari tangan Movement (ROM).
 gerakan pinggul
dan lutut 8. Minta kelurga untuk Meningkatkan
 gerakan telapak melakukan ulang cara kemampuan keluarga
kaki dan melakukan Range Of dan mengevaluasi
pergelangan kaki Movement (ROM). kemampuan keluarga

Membantu
penyembuhan keluarga
9. Motivasi keluarga untuk yang sakit
tetap aktif dalam
melakukan Range Of
Movement (ROM).

45
C. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi Nama/Ttd


/ prioritas
Jam

1 1. Mengkaji kesiapan keluarga dalam diskusi S: keluarga mengatakan sekarang sudah


(TUK I) tentang penyakit asam urat mengetahui apa itu pengertian, tanda dan
gejala. Penyebab, dan komplikasi stroke
2. Mendiskusikan aatau memberi penyuluhan
kepada keluarga tentang stroke:
 Pengertian stroke O: keluarga Ny. N mampu menyebutkan:
 Tanda dan stroke  Pengertian stroke
 Penyebab stroke  Tanda dan gejala stroke
 Komplikasi stroke  Penyebab stroke
 Kompliksi stroke
3. Megevaluasi atau meminta keluarga untuk:
 Menyebutkan kembali pengertian stroke A: masalah teratasi
 Menyebutkan 2 atau 3 tanda dan gejala
stroke
 Menyebutkan 2 atau 3 penyebab stroke P: Lanjut TUK II
 Menyebutkan 1 atau 2 komplikasi stroke

1 1. Mengkaji kemampuan keluarga dalam S: keluarga Ny. N mengatakan bila sakit


(TUK II) kesiapan diskusi dan ingin berobat tidak ada masalah
dengan dana
2. Menjelaskan kepada keluarga keputusan yang O: keluarga Ny. N mampu menyebutkan
harus diambil saat anggota keluarga terkena kembali hasil diskusi
stroke
A: masalah teratasi
3. Mengevaluasi/meminta keluarga
menyebutkan kembalidiskusi yang sudah P: Lanjt TUK III

46
dilakukan
1 1. Mengkaji kesiapan keluarga dalam diskusi S: keluarga Ny. N mengatakan sudah
(TUK III) yang akan dijalankan mengerti dan sudah tau cara mencegah
dan merawat keluarga dengan stroke
2. Menjelaskan kepada keluarga cara mencegah
stroke O: keluarga Ny. N mampu menyebutkan: cara
mencegah stroke dan cara merawat
3. Menjelaskan kepada keluarga cara perawatan keluarga yang terkena stroke
stroke
Keluarga mengatakan senang bisa dibantu
dalam pengobatannya

A: masalah teratasi

P: tekanan darah setiap hari dan tes kekuatan


otot 2 hari sekali

1 1. Melakukan pemeriksaan kekuatan otot S: keluarga mengatakan senang bisa dibantu


(TUK III) dalam pengobatannya
O: Tekanan darah Ny.N 170/100
2. Memotivasi keluarga Ny. N untuk tetap Kekuatan otot bagian ekstermitas bawah
melakukan ROM Ny.N 2222/2222
A: masalah belum teratasi

P: lanjutkan intervensi

47
1 1. Melakukan pemeriksaan kekuatan otot S: keluarga mengatakan sudah melakukan
(TUK III) latihan ROM teratur
2. Memotivasi keluarga Ny. N untuk tetap
melakukan ROM O: - Kekuatan otot bagian ekstermitas bawah
Ny.N 4444/4444
- Tekanan darah Ny.N 160/90

A: masalah teratasi sebagian

P: lanjutkan intervensi

Tanggal/ Diagnosa Prioritas Implementasi Evaluasi Nama/Ttd


Jam

2 1. Mengkaji kesiapan keluarga dalam diskusi S: Keluarga Ny. N mengatakan sekarang sudah
(TUK I) mengetahui apa itu pengertian, Tujuan,
2. Memberi penjelasan kepada keluarga tentang: Indikasi, dan Kontra indikasi Range Of
a. Pengertian Range Of Motion (ROM) Motion (ROM).
b. Tujuan Range Of Motion (ROM)
c. Indikasi Range Of Motion (ROM) O: Keluarga Ny. N mampu menyebutkan:
d. Kontra indikasi Range Of Motion (ROM) Rio Andhika
 Pengertian Range Of Motion (ROM)
3. Mengevaluasi atau meminta keluarga untuk  Tujuan Range Of Motion (ROM)
menyebutkan kembali:  Indikasi Range Of Motion (ROM)
a. Pengertian Range Of Motion (ROM)  Kontra indikasi Range Of Motion (ROM)
b. Tujuan Range Of Motion (ROM)
c. Indikasi Range Of Motion (ROM) A: Masalah teratasi
d. Kontra indikasi Range Of Motion (ROM)

48
4. Melakukan Latihan Range Of Motion (ROM) P: Lanjut TUK II
pada Ny. N
2 1. Mengkaji kemampuan atau kesiapan keluarga S: keluarga Ny. N mengatakan saat sakit anaknya
(TUK II) dalam diskusi selalu membantunya dan tidak ada masalah
dengan dana Rio Andhika
2. Menjelaskan kepada keluarga keputusan yang
harus diambil saat anggota keluarga terkena O: keluarga Ny. N mampu menyebutkan kembali
Hambatan mobilitas hasil diskusi

3. Mengevaluasi atau meminta keluarga


menyebutkan kembali hasil diskusi A: masalah teratasi

P: Lanjut TUK III


2 1. Mengkaji kemampuan keluarga dalam diskusi S:Keluarga Ny. N mengatakan sudah mengerti Rio Andhika
(TUK III) dan sudah tau cara melakukan Range Of
2. Menjelaskan kepada keluarga tahap-tahap Range Motion (ROM)
Of Motion (ROM)
O: Keluarga Ny. N mampu:
3. Menjelaskan kepada keluarga cara melakukan
Range Of Motion (ROM)  MenyebutkanTahap-tahap Range Of
Motion (ROM)
4. Mendemonstrasikan cara melakukan Range Of  Melakukan Range Of Motion (ROM)secara
Motion (ROM) mandiri

5. Mengevaluasi atau meminta keluarga untuk A: masalah teratasi


menyebutkan :
 Tahap-tahap Range Of Motion (ROM) P: lakukan Range Of Motion (ROM) setiap hari
setiap pagi.

49
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL INTERVENSI
5000 4444
4500
4000
3333
3500
3000
25002222 2222 Grafik
2000 Intervensi
Rom
1500
1000
500
0
Sebelum Intervensi Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3

Hasil intervensi pada grafik diatas menunjukkan efektifitas yang baik pada pemberian terapi
ROM pada pasien strok. Sebelum intervensi dan pada pertemuan ke 1 kekuatan otot didapatkan
nilai 2222/2222 di ekstermitas bawah namun setelah dilakukan pemberian terai ROM pada
pertemuan ke 2 terdapat kenaikan nilai kekuatan otot menjadi 3333/3333, hasil terakhir pada
pertemuan ke 3 intervensi ROM terjadi kenaikan angka menjadi 4444/4444 walaupun masih di
kategorikan kekuatan otot masih agak kurang, tinggal melanjutkan terapi agar mendapatkan hasil
yang lebih baik lagi

Hasil intervensi yang dapat kita lihat pada grafik diatas menunjukkan keefektifitasan atau terjadi
peningkatan yang nyata pada pemberian terapi komplementer menggunakan ROM pada keluarga
Tn.K khususnya Ny.N. apabila terapi yang dilakukan secara rutin dan memperhatikan pola
makan serta mengurangi faktor resiko stroke besar kemungkinan tekanan darah akan menjadi
normal.

50
A. Pengkajian
Dari data yang telah dikumpulkan selama pengkajian ternyata tidak ditemukan kesenjangan
antara data hasil pengkajian dengan tanda dan gejala yang ada dalam teoritis. Pada pengkajian
secara teoritis dikatakan pada klien dengan stroke mengalami tanda dan gejala yang sama secara
teori yaitu gangguan mobilitas fisik..

B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan teori keperawatan yang muncul pada keluarga Ny. I khususnya Ny. I. Penulis
menemukan satu masalah keperawatan yang terdapat pada keluarga Ny. I sesuai yang ada pada
teori yaitu gangguan mobilitas fisik pada keluarga Tn.K khususnya Ny. N.

C. Rencana Keperawatan
Pada tahap perencanaan, rencana yang terdapat dalam teori belum disusun sesuai prioritas
masalah yang ada, namun pada asuhan keperawatan yang nyata, penulis membuat rencana sesuai
prioritas diagnosa yang muncul berdasarkan yang penulis dapatkan selama 1 minggu dan dari
hasil pengakajian keperawatan. Tidak semua rencana tindakan penulis masukan kedalam rencana
tindakan pada asuhan keperawatan secara nyata, hal ini karena penulis ingin merencanakan
rencana tindakan dengan keadaan klien saat itu. Saat perencanaan tindakan pada klien yaitu:
TUK 1 (Kaji kesiapan keluarga dalam diskusi, Beri penjelasan pada keluarga tentang: pengertian
penyakit hipertensi, tanda dan gejala, penyebab serta komplikasi penyakit stroke), Evaluasi/
meminta keluarga menyebutkan kembali diskusi yang dilakukan), TUK 2 (Kaji kemampuan
keluarga dalam kesiapannya untuk diskusi, Jelaskan kepada keluarga keputusan yang harus
diambil saat anggota keluarga terkena penyakit hipertensi: (Mencari pertolongan yang tepat
sesuai keadaan keluarga, bila keluarga memiliki keterbatasan dana dan lain-lain, keluarga bisa
meminta bantuan orang lain dilingkungan sekitar keluaraga/tempat tinggal), Evaluasi tindakan
yang sudah dilakukan/evaluasi diskusi). TUK 3 (Kaji kesiaan keluarga dalam diskusi yang
dijalankan, jelaskan kepada keluarga cara mencegah penyakit stroke, jelaskan kepada keluarga
cara perawatan penyakit stroke dengan terapi komplementer, demostrasikan cara melakukan
ROM, minta kelurga untuk melakukan ulang cara melakukan ROM, motivasi keluarga untuk
tetap aktif dalam membuat membantu pasi dalam melakukan ROM, minta keluarga untuk
menghentikan terapi medis yang dikonsumsi saat ini dan melakukan pemeriksaan kekuatan otot.

51
Kendala dalam melakukan perencanaan yaitu karena keterbatasan waktu dari keluarga karena
sedang dalam masa pandemic covid-19.

D. Implementasi Keperawatan.
Tahap implementasi merupakan tahap realita dari rencana tindakan yang telah dibuat
sebelumnya, tidak semua implementasi dapat dilakukan dengan baik, dikarenakan ada
keterbatasan waktu dari keluarga dan masalah- masalah tekhnis lainnya.

E. Evaluasi Keperawatan
Tahap Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang bertujuan untuk menilai
perkembangan pada keluarga khususnya pada klien yang menderita penyakit asam urat, untuk
mengetahui apakah masalah klien teratasi atau tidak jika masalah belum teratasi berarti
intervensi dilanjutkan atau perlu rencana tindakan yang baru jika masalah teratasi maka
intervensi dihentikan. Selama melakukan asuhan keperawatan selama 1 minggu mulai tanggal 05
desember 2020 sampai 30 desember 2020 pada keluarga Tn.K khususnya pada Ny.N d
Kelurahan kramatjati dari diagnosa keperawatan yang diangkat telah teratasi dengan baik.
Diagnosa tersebut yaitu gangguan mobilitas fisik pada keluarga Tn.K khususnya Ny.N.

52
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Stroke adalah kerusakan fungsi sarafakibat kelainan vascular yang berlangsunglebih dari 24
jam atau kehilangan fungsiotak yang diakibatkan oleh berhentinyasuplai darah kebagian
otaksehinggamengakibatkan penghentian suplai darah keotak, kehilangan sementara atau
permanengerakan, berfikir, memori, bicara atausensasi dan mobilisasi (Yastroki, 2010).
Cara memperbaiki otot yang terkena stroke adalah dengan melakukan Latihan Range of
Motion (ROM) merupakan salah satu bentuk latihan dalam proses rehabilitasi yang dinilai
masih cukup efektif untuk mencegah terjadinya kecacatan pada pasien dengan stroke. Latihan
ini adalah salah satu bentuk intervensifundamental perawat yang dapat dilakukan untuk
keberhasilan regimen terapeutik bagipasien dan dalam upaya pencegahan terjadinya kondisi
cacat permanen pada pasien

B. Saran
Setelah membaca laporan pendahuluan ini saya berharap semoga teman-teman atau para
pembaca lain agar Selalu menjaga kesehatan. Kesehatan merupakan anugrah yang tak ternilai
harganya. Karena di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Selalu memperhatikan
asupan makanan yang masuk dalam tubuh kita. Makanlah makanan yang bergizi tinggi yang
dapat memenuhi semua kebutuhan tubuh kita Rajin berolahraga.

53
DAFTAR PUSTAKA

Ariani, April T. 2012. Sistem Neurobehaviour. Jakarta : Salemba Medika Batticaca


Fransisca, C. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan.Jakarta : Salemba Medika
Carpenito, L.J. 2006.Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Corwin, J. Elizabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC
Eliana, Arifa. 2007. Hubungan Tingkat Pengetahuan Stroke dengan Perilaku Mencegah
Stroke Pada Klien Hipertensi Di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta, Jurnal
Kebidanan dan Keperawatan. Vol. 3, No. 2, Desember 2007: 88. Kanker, dan
Stroke. Yogyakarta : Kirana Publisher
Endriyani, L dan Harmilah.2011.Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kemandirian
activities of Daily Living Pasien Post Stroke, Jurnal Kebidanan dan Keperawatan.
Vo.7, No.2, Desember 2011:153.
Esther, Chang. 2010. Patofisiologi Aplikasi pada Praktek Keperawatan.Jakarta : EGC
Ginsberg, Lionel. 2008. Lecture Notes Neurologi.Jakarta : Erlangga
Gleadle, Jonathan. 2007. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta : Penerbit Erlangga
Koni, Endang. 2009. Mengenal&Mencegah Penyakit Jantung, Kanker,
Stroke.Yogyakarta : Kirana Publisher.
Kozier, B., Berman, A.and Shirlee J. Snyde, alih bahasa Pamilih Eko Karyuni, dkk. 2010.
Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep Proses dan Praktik edisi VII Volume
1. Jakarta : EGC
Misbach, Jusuf. 2011. Stroke : Aspek Diagnosis, patofisiologi, Manajemen.
Jakarta : Badan Penerbit FKUI
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Persarafan. Jakarta : Salemba Medika
Potter, Patricia. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC
Price, S.A. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.Jakarta : EGC
Purwanti, Okti S dan Maliya, A. 2008.Rehabilitasi Pasca Stroke, Jurnal Berita Ilmu
Keperawatan.Vol. 1, No. 1, Maret 2008: 43

54

Anda mungkin juga menyukai