Anda di halaman 1dari 13

M AT A KU LIAH

ASP EK
AL
LEG Kelompok 2 :
Anggun Laila Sari Nur
Eni Permatasari
Elisa Intania
KASUS 1 Karin Vera Maritha
Mira Thalita Fitriana
Rachmawati Eka
Putri Kesuma
Dosen Pengampu : Yenny Yulistiani
Ns. Agustine Ramie,
M.Kep
Hariannor
Muhammad
Irfan Siddik
Yazid Fahmi
Teori Keputusan
Etis
Teori teleologi : merupakan suatu doktrin yang menjelaskan
fenomena berdasarkan akibat yang dihasilkan (konsekuensi
yang dapat terjadi). Pada kasus pihak RS. P m enc ob a untuk
memberi pengertian dan solusi keringanan biaya untuk
keluarga, agar Ny.S tetap dirawat di ICU. Karena apabila
dibawa pulang ke rumah maka s a m a saja dengan
mempercepat kematian bagi Ny.S
1.Autonomy
Prinsip otonomi menegaskan bahwa seseorang mempunyai kemerdekaan
untuk menentukan keputusan dirinya menurut rencana pilihannya sendiri.
Prinsip Pada kasus : Keluarga Ny.S memutuskan untuk menghentikan
perawatan p a d a Ny.S dengan alasan tidak cukup biaya.
Etik
2. Berbuat baik (Beneficience)
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Terkadang,
d a l a m situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini
dengan otonomi. Pada kasus : Pihak RS P me nc oba untuk memberi
pengertian dan solusi keringanan biaya untuk keluarga, namun keluarga
tetap bersikeras untuk m e m b a w a Ny. S pulang ke rumah yang artinya
adalah nyawa Ny.S kemungkinan sulit untuk dipertahankan.
3. Tidak merugikan (Nonmaleficience)
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan b ah a y a/ c e de r a fisik dan psikologis
p a d a klien. Terjadi penyalahgunaan prinsip non-malafience. Pada kasus:
Keluarga memutuskan untuk m e m b a w a Ny. S pulang ke rumah apapun
kondisi nya walaupun d ap a t menyebabkan kematian kepada pasien
Prinsip
Komunikasi
Seseorang dgn koma akibat kematian batang otak dan terpasang ventilator, infus, NGT, CVP kateter
permanen dan biaya yang cukup menguras keuangan, dan bertahan dgn bantuan penunjang ventilator,
apabila ventilator dilepas dapat menyebabkan flat dan kematian bagi Ny.S maka dari itu keluarga
akan mengalami rasa kesedihan dan dilema yang sangat mendalam, disatu sisi keluarga tidak mampu
membayar biaya rumah sakit lantas keluarga berkeinginan untuk membawa Ny. S untuk pulang
kerumah . Sebagai seorang perawat kita harus memahami dilema yg dirasakan pihak keluarga. Saat
berkomunikasi dengan keluarga dgn kondisi seperti itu sebagai seorang perawat kita harus dapat
meyakinkan keluarga untuk tidak membawa pulang Ny.S dan bersama-sama mencari jalan keluar atas
ketidak sanggupan biaya yg dibayar oleh keluarga untuk perawatan di RS.P. Berdasarkan prinsip
komunikasi dalam keperawatan, dalam mengahadapi kondisi tersebut, perawat menggunakan
komunikasi terapeutik, perawat harus mampu berperan sebagai fasilitator yaitu tempat
bertanya bagi keluarga untuk membantu memberikan jalan keluar dalam mengatasi masalah
kesehatan dan keperawatan yang mereka hadapi. Perawat juga bisa menggunakan komunikasi non
verbal seperti merangkul atau mengusap tangan keluarga klien karna itu menandakan perawat juga
bersimpati dan merasakan apa yg di rasakan keluarga klien
Undang-Undang Yang Berlaku
Peraturan P e m e r i n t a h n o m o r 32
t a h u n 1996 t e n t a n g Tenaga
Di point ini pihak keluarga Ny.S merasa kecewa Kesehatan B a b V t e n t a n g S tandar
karena tidak bisa mengklaim BPJS nya karena Profesi d a n P e r l i n d u n g a n H u k u m
baru saja mengurus anggota BPJS dan mereka Pasal 22 ayat (1) h u r u f c yang
merasa bahwa BPJS itu merupakan solusi biaya b e r b u n y i : M e m i n t a p e rse t u j u a n
bagi pengobatan Ny. S yang begitu membludak. t e r h a d a p t i n d a k a n yang a k a n
dilakukan
Jika ventilatornya di lepas itu sama saja
membunuh Ny.S secara perlahan namun pihak
keluarga tetap bersikeras ingin pulang, di sisi ini
pihak RS mungkin harus menghargai keputusan Peraturan Me nt er i
keluarga Ny.S . Meskipun demikian, pihak RS Kesehatan RI Nomor
harus tetap melakukan Informed Consent kepada
keluarga sehingga misalkan terjadi hal yang 585/Men.Kes/Per/IX/1989
t e n t a n g Persetujuan
buruk terhadap Ny. S bukan tanggung jawab
Tindakan Medis.
pihak RS.
MODEL PENYELESAIAN MASALAH

1. Mengidentifikasi masalah kesehatan :


• Ny.S berusia 30 tahun selama 1 bulan mengalami koma akibat kematian
batang otak
• Terpasang ventilator, infus, NGT, CVP, kateter permanen
• Masalah yang akan terjadi apabila pihak RS. P mengizinkan pulang, maka
ventilator penunjang kehidupan Ny.S akan dilepas yang dapat
menyebabkan flat dan kematian bagi Ny.S
• Belum dapat mengklaim BPJS

2. Mengidentifikasi masalah etik :


• Masalah yang akan terjadi apabila pihak RS. P mengijinkan pulang, maka
ventilator penunjang kehidupan Ny. S akan dilepas yang dapat
menyebabkan flat dan kematian bagi Ny. S.
• Pihak RS P mencoba untuk memberi pengertian dan solusi keringanan biaya
untuk keluarga, namun keluarga tetap bersikeras untuk membawa Ny. S
pulang ke rumah yang artinya adalah nyawa Ny. S kemungkinan sulit untuk
dipertahankan.
MODEL PENYELESAIAN MASALAH

3. Siapa yang terlibat dalam pengambilan keputusan :


• Dokter : sebagai pengambil keputusan yang legal dalam pemberian izin pulang
pasien.
• Klien dan keluarga : memilIki hak mendapat pelayanan dan hak otonomi.
• Perawat : membantu dalam pengambilan keputusan

4. Mengidentifikasi peran perawat :


• Memantau pasien selama koma yaitu pantau CVP, infus, ventilator, dan kateter
• Memberikan asuhan keperawatan yaitu memberi makan lewat NGT
• Sebagai konselor yaitu membela dan melindungi klien tersebut untuk hidup dan
menyelamatkan jiwa klien dari ancaman kematian.
• Perawat sebagai pendidik, menyampaikan informasi apa saja akibat yang didapat
apabila Ny.S tetap dibawa pulang ke rumah
5. Mempertimbangkan berbagai alternatif yang mungkin dilaksanakan :
• Menuruti keinginan keluarga Ny.S untuk membawa Ny.S pulang ke rumah
• Tetap mempertahankan Ny.S di ruang ICU, dengan konsekuensi tidak bisa membayar atau
berhutang atau memberi jaminan kepada pihak Rumah Sakit atau menunggu BPJS pasien
bisa digunakan/diklaim
• Pihak Rumah Sakit bersedia memberi keringinan biaya untuk keluarga

6. Mempertimbangkan besar kecilnya konsekuensi untuk setiap alternatif keputusan :


• Menuruti keinginan keluarga Ny.S untuk membawa Ny.S pulang ke rumah.
Konsekuensinya, mempercepat kematian pasien, tidak sesuai prinsip etik nonmaleficience
(tidak merugikan) pasien.
• Tetap mempertahankan Ny.S di ruang ICU, dengan konsekuensi tidak bisa membayar atau
berhutang atau memberi jaminan kepada pihak Rumah Sakit atau menunggu BPJS pasien
bisa digunakan/diklaim. Konsekuensinya tidak sesuai aturan rumah sakit dan tidak sesuai
dengan hak pasien untuk menentukan nasibnya sendiri (otonomi).
• Pihak Rumah Sakit bersedia memberi keringinan biaya untuk keluarga. Konsekuensinya
pihak rumah sakit mengalami kerugian , tidak sesuai aturan rumah sakit dan tidak sesuai
dengan hak pasien untuk menentukan nasibnya sendiri (otonomi).
7. Memberi keputusan :
Dalam kasus ada tiga alternatif yang dapat dilakukan dengan
konsekuensinya masing-masing. Tindakan yang mungkin untuk diambil
keputusan dengan konsekuensi yang selain memperdulikan kesehatan
pasien tetapi juga respon dari keluarga. Dilihat dari kondisi pasien yang
mengalami koma akibat kematian otak jdi harapan hidup nya juga kecil
dan karena keluarga sudah merasa tidak sanggup untuk mengeluarkan
biaya perawatan, maka dengan sangat terpaksa pihak rumah sakit
menuruti keinginan keluarga Ny.S untuk membawa Ny.S pulang ke
rumah.

8. Mempertimbangkan bagaimanan keputusan tersebut hingga sesuai


dengan falsafah umum untuk perawatan klien :
Keputusan yang dapat diambil yaitu menuruti keinginan keluarga Ny.S
untuk membawa Ny.S pulang ke rumah dengan konsekuensinya
mempercepat kematian pasien, hal itu harus dijelaskan sampai keluarga
mengerti agar tidak terjadi kesalahpahaman dan keluarga diharuskan
menandatangani informed consent.
9. Analisa situasi hingga hasil aktual dari keputusan telah tampak dan
menggunakan informasi tersebut untuk membantu membuat keputusan berikutnya:

Dalam pengambilan keputusan pada kasus tersebut terdapat prinsip moral yang
dipatuhi dan dilanggar, menuruti keinginan pasien tentang pemberian izin pulang
dan pelepasan ventilator berarti mematuhi prinsip etik autonomi. Namun
disamping itu, perawat melanggar prinsip non maleficience karena telah melepas
ventilator sehingga mempercepat kematian Ny.S .
STRATEGI PENYELESAIAN MASALAH
Pada kasus Ny. S, perawat telah berusaha mengajak pihak keluarga pasien untuk berkomunikasi,
mulai dari menjelaskan resiko apa yang akan terjadi jika alat-alat yang terpasang pada Ny. S dilepas
dan tetap dibawa pulang hingga solusi meringankan biaya perawatan Ny.S dari pihak RS, artinya
perawat telah menjalankan perannya dengan baik. Namun, dari pihak keluarga tetap bersikeras agar
Ny.S dibawa pulang, hal itu terjadi kemungkinan besar karena faktor ekonomi keluarga mereka sebab
saat Isrinya sakit hanya suami lah yang bekerja dan seperti yang kita tahu pekerjaan sebagai driver
ojek online ini tidak pasti pemasukannya. Oleh karena pihak keluarga Ny.S yakin untuk membawa
pulang maka keputusan pihak perawat selanjutnya adalah memberikan inform consent, dalam hal
ini inform consent berguna sebagai bukti nyata bahwa perawat tidak melalaikan tugas dan tidak
mengesampingkan hak-hak pasien, dalam pengambilan keputusan yang diambil berdasarkan
keputusan yang telah di sepakati oleh pihak keluarga dan perawat.
Strategi Penyelesaian Sikap perawat juga sudah sesuai menerapkan
Masalah etika atau prinsip moral terhadap pasien pada
kondisi tertentu misalnya pada pasien koma
yang lama yaitu prinsip avoiding killing, pasien
dan keluarga mempunyai hak-hak menentukan
hidup atau mati. Sehingga perawat dalam
mengambil keputusan masalah etik ini harus
melihat prinsip moral yang lain yaitu
beneficience, non maleficience dan otonomy
yaitu melakukan yang terbaik, tidak
membahayakan dan menghargai pilihan pasien
serta keluarga untuk hidup atau mati. Mati disini
bukan berarti membunuh pasien tetapi
menghentikan perawatan dan pengobatan
dengan melihat kondisi pasien dengan
pertimbangan beberapa prinsip moral diatas.
B
T H A N KY O
U
Y
E

Anda mungkin juga menyukai