Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sistem pencernaan membutuhkan pasokan darah tetap yang kaya oksigen agar
berfungsi dengan baik seperti organ lain. Iskemia usus adalah kondisi berkurangnya
aliran darah menuju usus kecil atau usus besar.
Iskemia usus dapat mengakibatkan rasa sakit dan menimbulkan gangguan bagi
usus untuk dapat berfungsi dengan normal. Kehilangan aliran darah ke usus pada kasus
yang berat dapat menyebabkan jaringan usus rusak atau mati. Iskemia usus dapat
berakibat fatal seperti serangan jantung.
Namun, iskemia usus dapat diobati dengan efektif. Faktor yang paling penting
agar dapat efektif mengobati iskemia usus adalah dengan mengenali gejala awal dan
segera mendapatkan bantuan medis.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian ischemic bowel?
2. Apa etiologi dari ischemic bowel?
3. Bagaimana patofisiologi dari ischemic bowel?
4. Bagaimana komplikasi dari ischemic bowel?
5. Bagaimana tanda dan gejala dari ischemic bowel?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Patofisiologi Intensif.
2. Untuk mengetahui bagaimana pengertian, etiologi dan dampak yang ditimbulkan dari
ischemic bowel.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR ISCHEMIC BOWEL

1. DEFINISI

Iskemik bowel terjadi ketika aliran darah ke bagian usus besar (kolon) berkurang
karena menyempit atau tersumbat pembuluh darah (arteri). Aliran darah yang berkurang
ini tidak dapat mencukupi suplai oksigen untuk sel-sel dalam sistem pencernaan. Hal ini
dapat menyebabkan rasa sakit dan dapat merusak usus. Kolitis iskemik dapat
mempengaruhi setiap bagian dari usus besar, tetapi kebanyakan orang mengalami rasa
sakit di sisi kiri area perut (abdomen).
Iskemia usus merupakan kondisi ketika aliran darah ke usus perlahan-lahan
berkurang. Kondisi ini dapat menyebabkan nyeri dan membuat usus tidak bisa bekerja.
Pada kasus yang cukup parah, kurangnya suplai darah ke usus berujung pada kerusakan
atau kematian jaringan usus. Karena itulah, penyakit ini cukup berbahaya dan bisa
berakibat fatal. Iskemia usus dapat memengaruhi usus kecil, usus besar, ataupun
keduanya.
Kolitis iskemik paling umum terjadi pada orang yang berusia lebih dari 60 tahun.
Kondisi ini dapat salah diagnosa karena dapat dengan mudah bercampur dengan masalah
pencernaan lainnya.

2. ETIOLOGI

Iskemia usus terjadi ketika aliran darah ke usus melalui pembuluh darah arteri
terhambat atau terhenti sepenuhnya. Kondisi ini disebabkan oleh gumpalan darah beku di
pembuluh darah arteri, atau penyempitan pembuluh darah arteri oleh zat sisa seperti
kolesterol.
Berkurangnya suplai darah membuat sel-sel saluran pencernaan tidak mendapat
pasokan oksigen. Sel-sel tersebut akan melemah dan mati. Jika kerusakannya cukup
parah, akan muncul infeksi dan gangren. Kalau dibiarkan tanpa perawatan, iskemia usus
akan berakibat fatal.

2
Iskemia usus sendiri terdiri atas :
a. Iskemia usus besar (ischemic colitis)
Ini adalah tipe iskemia yang paling umum, terjadi ketika aliran darah ke usus
terhambat. Tipe ini lebih banyak terjadi pada mereka yang berumur di atas 60 tahun.
b. Acute mesenteric ischemia
Tipe ini biasanya mengenai usus kecil.
c. Chronic mesenteric ischemia
Iskemia usus ini disebabkan oleh penumpukan lemak dan zat sisa lainnya di
dinding pembuluh darah arteri (aterosklerosis).
d. Mesenteric venous thrombosis
Iskemia yang terjadi ketika darah tidak dapat keluar dari usus.
Iskemia usus dapat terjadi jika aliran darah melalui arteri atau vena yang
berdekatan menjadi berkurang, perubahan itu dapat akut ataupun kronis. Salah satu atau
semua arteri yang mensuplai saluran pencernaan dapat dipengaruhi oleh akumulasi
partikel kolesterol, kalsium, jaringan parut, dan puing-puing seluler lainnya
(aterosklerosis).
Hal tersebut terjadi seperti halnya dengan arteri lainnya dalam tubuh yang
menyempit dan membatasi jumlah darah yang bergerak melalui pembuluh tersebut.
Penumpukan aterosklerotik yang progresif dapat menurunkan aliran darah ke usus kecil,
usus besar, atau keduanya. Iskemia usus kronis biasanya merupakan hasil dari
penumpukan aterosklerosis.
Iskemia usus akut, sebagian besar terjadi karena pembentukan bekuan darah di
jantung yang kemudian berjalan ke salah satu arteri usus. Bekuan darah dapat
berkembang dalam vena dan menjauh dari usus, sehingga mengurangi aliran darah
terdeoksigenasi. Iskemia usus kadang terjadi karena sebagian dari usus menjadi
tersumbat karena hernia (strangulated hernia) atau karena perlekatan dari operasi perut
sebelumnya. Dalam kasus yang lain hal itu dapat terjadi karena tekanan darah rendah
atau gagal jantung. Apapun penyebabnya, penyebab utamanya adalah aliran darah
berkurang dengan oksigen tidak cukup dalam sel saluran pencernaan. Dalam keadaan ini,
sel-sel dapat melemah dan kemudian mati.
Peradangan dapat berkembang karena sel semakin banyak yang rusak. Hal ini
menyebabkan ketidakmampuan untuk menyerap makanan dan nutrisi, sehingga

3
menyebabkan diare yang disertai darah. Infeksi dan kematian jaringan dapat
mengakibatkan kerusakan yang cukup parah. Iskemia usus dapat berakibat fatal jika
tidak segera diobati.

3. PATOFISIOLOGI

Meskipun insiden kolitis iskemik meningkat pada orang tua dan banyak dengan
faktor risiko untuk penyakit pembuluh darah, lesi indeks pada angiografi tidak biasa..
Saat ini, kelainan mungkin termasuk penyempitan pembuluh kecil dan tortuosity dari
arteri kolik panjang pada lesi vaskular tertentu, tampaknya ada suatu diri, terhambatnya
aliran darah akut dalam usus, yang tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan metabolik
usus besar. penyakit pembuluh darah kecil, kapal segmental mungkin membuat usus
besar rentan terhadap penyakit iskemik pada pasien tertentu. Usus ini juga cenderung
untuk iskemia oleh aliran darah rendah relatif dibandingkan dengan sisa saluran
pencernaan.
Kolon perfusi juga dipengaruhi oleh aktivitas motorik fungsional dari usus besar
dan oleh pasien tegang dari sembelit. Dari catatan, sembelit kronis ditemukan dalam
sebuah studi akan sangat terkait dengan kolitis iskemik. Distensi percobaan telah
ditemukan untuk meningkatkan tekanan intraluminal, mengurangi total darah, dan
mengurangi gradien oksigen arteriovenosa di dinding kolon. Hal ini mungkin adalah
mekanisme untuk terjadinya langka kolitis iskemik selama atau barium enema
colonoscopy. Pleksus microvasculature kolon juga kurang berkembang dengan baik dan
tertanam dalam dinding yang relatif lebih tebal dibandingkan dengan usus kecil. The
vasa recta (end-pembuluh yang memberikan darah langsung ke dinding usus) lebih kecil
dan kurang berkembang di kanan usus besar dibandingkan dengan usus besar kiri. The
vasa recta sangat sensitif terhadap vasospasme, dan jaminan aliran darah pada tingkat ini
sangat jarang. Hal ini mungkin menjelaskan kerentanan dari usus besar hak untuk
iskemia dari negara-negara aliran rendah. Daerah aliran sungai dari usus besar (yang
lentur lienalis dan junction rectosigmoid) memiliki jaminan jaringan lebih terbatas dan
juga rentan terhadap aliran darah yang rendah.
Dalam studi lebih dari 1.000 kasus, kolon kiri terlibat pada 75% kasus, dengan
23% melibatkan lentur lienalis khusus. Tanda titik dua yang benar terlibat dalam hanya
8% kasus, namun keterlibatannya telah berkisar dari 12% menjadi 47% dalam seri yang
lebih baru.

4
PATHWAY

5
4. TANDA DAN GEJALA
Iskemia usus dapat terjadi dan memunculkan gejala dengan tiba-tiba (iskemia
usus akut), yang biasanya disebabkan oleh bekuan darah yang menyumbat aliran darah
ke atau dari usus.
Selain iskemia usus akut, iskemia mungkin dapat berkembang perlahan seiring
berjalannya waktu karena berbagai penyebab, yang biasa disebut dengan iskemia usus
kronis.
Gejala iskemia usus bergantung pada tipe iskemianya. Gejalanya bisa terjadi tiba-
tiba, seperti pada iskemia usus akut. Bisa juga berlangsung perlahan-lahan, misalnya
pada iskemia usus kronis.

a. Iskemia usus akut

Tanda dan gejala iskemia usus akut biasanya meliputi:


1) Sering buang air besar
2) Demam
3) Berak darah
4) Mual atau muntah
5) Nyeri pada perut bagian bawah yang berlangsung tiba-tiba bisa berkisar dari ringan
hingga parah
6) Pergerakan usus yang kuat dan sering
7) Perut terasa lembek
8) Darah di urine

b. Iskemia usus kronis

Iskemia usus kronis, di mana aliran darah ke usus menurun seiring dengan
waktu, biasanya ditandai oleh:
1) Takut makan karena setelahnya akan merasa nyeri perut
2) Perut kram atau terasa kepenuhan, mulai dalam waktu 30 menit setelah makan
dan berlangsung 1-3 jam
3) Mual atau muntah
4) Perut kembung
5) Nyeri perut yang akan semakin memburuk selama beberapa minggu atau bulan
6) Diare

6
7) Penurunan berat badan yang tidak diinginkan
Iskemia usus kronis dapat berkembang menjadi sebuah episode akut. Orang
mungkin menderita sakit perut yang parah yang terjadi selama beberapa minggu atau
bulan serangan nyeri yang hilang dan timbul setelah makan.
Dalam kasus yang mendadak, bantuan medis harus segera didapatkan. Jika
pasien tetap merasakan sakit perut terus-menerus karena menunda pengobatan, dapat
membuat pengobatan menjadi lebih sulit.

5. FAKTOR RESIKO
Faktor peningkat risiko terkena iskemia usus, yaitu :
a. Penumpukan lemak, kolesterol, dan zat sisa lainnya di pembuluh darah arteri
(aterosklerosis).
b. Memiliki masalah tekanan darah, baik terlalu tinggi maupun terlalu rendah.
c. Masalah jantung, seperti penyakit jantung bawaan atau detak jantung yang tidak
teratur.
d. Penggunaan obat-obatan tertentu, misalnya pil KB atau obat migrain.
e. Rentan terhadap penggumpalan atau pembekuan darah.
f. Penggunaan obat-obatan terlarang.

6. KOMPLIKASI
Kolitis iskemik biasanya akan lebih baik sendiri dalam waktu dua sampai tiga
hari. Dalam kasus yang lebih berat, komplikasi dapat mencakup :
a. Lubang (perforasi) dalam usus Anda, atau perdarahan persisten
b. Peradangan usus (kolitis ulserasi tersegmentasi)
c. Obstruksi usus (striktur iskemik)
d. Kematian jaringan usus, jika aliran darah ke usus benar-benar diblokir. Biasanya
diperlukan prosedur pembedahan untuk membersihkan sumbatan dan untuk
menghilangkan jaringan yang rusak, jika terjadi situasi yang mengancam jiwa. Dokter
bedah mungkin dapat menyambung kembali bagian yang sehat dari usus. Jika hal itu
tidak mungkin dilakukan, pasien mungkin memerlukan ostomi, yakni prosedur yang
menghubungkan usus besar ke bagian luar tubuh (stoma). Buang air besar yang
biasanya dievakuasi melalui dubur akan dikumpulkan dalam kantong sampah yang
melekat pada stoma.

7
e. Penyempitan usus besar, jika iskemia menyebabkan terbentuknya jaringan parut.
Pembedahan mungkin diperlukan untuk menghapus bagian usus yang rusak. Bagian
usus yang sehat dapat dihubungkan kembali atau mungkin anda juga akan
memerlukan prosedur ostomi.

7. DIAGNOSA
Pemeriksaan untuk mendiagnosis iskemia usus meliputi tes pencitraan,
pemeriksaan saluran pencernaan, angiography, dan exploratory surgery.
Tes pencitraan mencakup ultrasound, rontgen, CT scan, dan MRI. Pemeriksaan
saluran pencernaan dapat melalui endoskopi, kolonoskopi, atau sigmoidoskopi.
 
8. PENGOBATAN
Penanganan iskemia usus difokuskan pada mengembalikan suplai darah ke saluran
pencernaan. Prosedurnya bergantung pada penyebab dan seberapa parah kondisinya.
Iskemia usus besar dapat diatasi dengan antibiotik dan operasi pengangkatan jaringan usus
yang mati.
a. Acute mesenteric artery ischemia memerlukan operasi untuk menyembuhkan
kondisinya. Selain itu, diperlukan pencegahan penggumpalan atau pembekuan darah
di pembuluh darah.
b. Chronic mesenteric artery ischemia juga memerlukan operasi untuk mengembalikan
suplai darah ke usus.
c. Mesenteric venous thrombosis bisa diatasi dengan obat pengencer darah.

9. PENCEGAHAN

Iskemia usus dapat dicegah dengan cara menghindari terjadinya penggumpalan atau
pembekuan darah. Berikut cara yang dapat Anda lakukan:
a. Tambah konsumsi buah, sayuran, dan gandum utuh. Kurangi gula, kolesterol, dan
lemak.
b. Jangan merokok.
c. Berolahraga teratur.
d. Menjaga berat badan ideal.
e. Konsultasikan semua masalah kesehatan yang dialami dengan dokter.

8
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Pengkajian kolitis ulseratif terdiri atas pengkajian anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan evaluasi diagnostik. Pada anamnesis keluhan utama yang lazim didapatkan adalah
nyeri abdomen, diare, tenesmus intermiten, dan perdarahan rektal.
Keluhan nyeri biasanya bersifat kronis, yaitu berupa nyeri kram pada kuadran
periumbilikal kiri bawah. Kondisi rasa sakit bisa mendahului diare dan mungkin
sebagian pasien melaporkan perasaan  nyaman setelah BAB. Diare biasanya disertai
darah. Pasien melaporkan mengeluarkan fases cair 10-20 kali sehari. Pasien juga
mengeluh saat BAB seperti ada yang menghalangi.
Pada pengkajian riwayat penyakit sekarang, kondisi ringan karena karena kolitis
ulseratif adalah penyakit mukosa yang terbatas pada kolon, gejala yang paling umum
adalah pendarahan anus, diare, dan sakit perut. Pada kondisi kolitis ulseratif berat
terjadi pada sekitar 100% dari pasien, didapat keluhan lainnya yang menyertai, seperti
peningkatan suhu tubuh, mual, muntah, anoreksia, perasaan lemah, dan penurunan
nafsu makan. Pasien dengan kolitis yang paras dapat mengalami komplikasi yang
mengancam nyawa, termasuk pendarahan parah, mengkolon toksik, atau perforasi usus.
Riwayat penyakit dahulu penting digali untuk menentukan penyakit dasar yang
menyebabkan kondisi enteritis regional. Pengkajian predisposisi seperti genetik,
lingkungan, infeksi, imunitas, makanan, dan merokok perlu didokumentasikan.
Anamnesis penyakit sistemik, seperti DM, hipertensi, dan tuberculosis dipertimbangkan
sebagai sarana pengkajian preoperatif.
Pengkajian psikososial akan didapatkan peningkatan kecemasan karena nyeri
abdomen dan rencana pembedahan, serta perlunya pemenuhan informasi prabedah.
Pada pemeriksaan fisik focus akan didapatkan :
B1: Takipnea dapat hadir karena sembelit atau sebagai mekanisme kompensasi asidosis
dalam kasus dehidrasi parah.
B2: Takikardia dapat mewakili anemia atau hipovolemia. Turgor kulit >3 detik
menandakan gejala dehidrasi.
B3: Perubahan tingkat kesadaran berhubungan dengan penurunan perfusi ke otak.
Pasien dengan episkleritis dapat hadir dengan erythematous yang menyakitkan
mata.
B4: Oliguria dan anuria pada dehidrasi berat.

9
B5 :
Inpeksi: Kram abdomen didapatkan. Perut didapatkan kembung. Pada kondisi
kronis, status nutrisi bisa didapatkan tanda-tanda kekurangan gizi, seperti
atrofi otot dan pasien terlihat kronis.
Palpasi: Nyeri tekan abdomen (tenderness), menunjukkan penyakit parah dan
kemungkinan perforasi. Nyeri lepas dapat terjadi pada kuadran kanan
bawah. Sebuah massa dapat teraba menunjukkan obstruksi atau
megakolon. Pembesaran limpa mungkin menunjukkan hipertensi portal
dari hepatitis autoimun terkait atau kolongitis sklerosis.
Perkusi: Nyeri ketuk dna timpani akibat adanya flatulen.
Auskultasi: Bising usus bisa normal, hiperaktif atau hipoaktif. Nada gemerincing
bernada tinggi dapat ditmukan dalam kasus-kasus  obstruksi.
B6: Kelemahan fisik umum sekunder dari keletihan dan pemakaian energy setelah nyeri
dan diare. Nyeri sendi (arthralgia) adalah gejala umum yang ditemukan pada
penyakit inflamasi usus. Sendi besar, seperti lutut, pergelangan kaki, pergelangan
tangan, dan siku, yang paling sering terlibat, tetapi setiap sendi dapat terlibat. Pada
integument, kulit pucat mungkin mengungkapkan anemia, penurunan tugor kulit
dalam kasus dehidrasi, eritema nodosum dapat terlihat pada permukaan ekstensor.

a.       Data Biografi: Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan


b.      Data Dasar Pengkajian Klien
1)   Aktivitas/istirahat
Gejala: 
1) Kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah 
2) Insomnia, tidak tidur semalaman karena diare 
3) Merasa gelisah dan ansietas 
4) Pembatasan aktivitas/kerja sehubungan dengan efek proses penyakit.
2)   Sirkulasi
Tanda:
1) Takikardia: Respons terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi, dan nyeri.
2) Kemerahan area akimonsis (kekurangan vitamin K) 
3) TD: Hipotensi, termasuk postural 
4) Kulit/membran mukosa, turgor buruk, kering,
lidah pecah (dehidrasi/malnutrisi)

10
3)   Integritas ego
Gejala: 
1) Ansietas, ketakutan, emosi, kesal, misalnya perasaan tak berdaya/tak ada
harapan
2) Faktor stress akut/kronis, misalnya hubungan dengan keluarga/pekerjaan,
pengobatan yang mahal 
3) Faktor budaya peningkatan prevalensi dari populasi Yahudi 
Tanda:  
1) Menolak, perhatian menyempit, depresi.
4)   Eliminasi
Gejala: 
1) Tekstur feses bervariasi dari bentuk lunak sampai batu atau berair 
2) Episode diare berdarah tak dapat diperkirakan, hingga timbul, sering tak
dapat dikontrol (sebanyak 20 – 30 kali defekasi/hari)
3) Perasaan dorongan/kram (temosmus), defekasi berdarah/pus/ mukosa dengan
atau tanpa keluar feses. 
4) Perdarahan per rectal 
5) Riwayat batu ginjal (dehidrasi)
Tanda: 
1) Menurunnya bising usus, tak ada peristoltik atau adanya peristoltik yang
dapat dilihat. 
2) Hemosoid, fisura anal (25 %), fisura perianal
3) Oliguria
5)   Makanan/cairan
Gejala: 
1) Anoreksia, mual/muntah 
2) Penurunan berat badan 
3) Tidak toleran terhadap diet/sensitif misalnya buah segar/sayur 
4) Produk susu makanan berlemak. 
Tanda: 
1) Penurunan lemak subkutan/massa otot 
2) Kelemahan tonus otot dan turgor kulit buruk 
3) Membran mukosa pucat, luka, inflamasi rongga mulut

11
6)   Higiene
Tanda: 
1) Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri  
2) Stomatitis menunjukkan kekurangan vitamin 
3) Bau badan
7)   Nyeri/kenyamanan
Gejala: 
1) Nyeri/nyeri tekan pada kwadran kiri bawah (mungkin hilang
dengan defekasi) 
2) Titik nyeri berpindah, nyeri tekan (arthritis) 
3) Nyeri mata, fotofobia (iritis) 
Tanda:
1) Nyeri tekan abdomen/distensi
8)   Keamanan
Gejala: 
1) Riwayat lupus eritoma tous, anemia hemolitik, vaskulitis,. 
2) Arthritis (memperburuk gejala dengan eksoserbasi penyakit usus) 
3) Peningkatan suhu 39,6 – 40 ºC (eksoserbasi akut) 
4) Penglihatan kabur 
5) Alergi terhadap makanan/produk susu (mengeluarkan histamine
ke dalam usus dan mempunyai efek inflamasi) 
Tanda: 
1) Lesi kulit mungkin ada misalnya: eritoma nodusum (meningkat), nyeri,
kemerahan dan membengkak pada tangan, muka, plodeima gangrionosa (lesi
tekan purulen/lepuh dengan batas keunguan) 
2) Ankilosa spondilitis
3) Uveitis, kongjutivitis/iritis.
9)   Seksualitas
Gejala: frekuensi menurun/menghindari aktivitas seksual
10)     Interaksi sosial
Gejala: 
1) Masalah hubungan/peran sehubungan dengan kondisi 
2) Ketidakmampuan aktif dalam sosial

12
2.   DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Gangguan rasa nyaman nyeri epigastrium berhubungan dengan proses patologis
penyakitnya
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah,
dan anoreksia.
c. Potensial terjadi syok hipovolemik berhubungan dengan kurangnya volume cairan
tubuh.
d. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan konstipasi.
e. Kecemasan ringan-sedang berhubungan dengan kondisi pasien yang memburuk dan
perdarahan yang dialami pasien.

3. INTERVENSI DAN PERENCANAAN KEPERAWATAN

Rencana Keperawatan
No Diagnosa
Tujuan Intervensi dan Rasionalisasi
1 Gangguan rasa  Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat nyeri dengan pendekatan
nyaman: nyeri tindakan PQRST
epigastrium keperawatan dalam Rasional: Untuk mengetahui seberapa
berhubungan waktu 3 x 24 jam, berat rasa nyeri yang dirasakan
dengan proses diharapkan nyeri dan mengetahui pemberian terapi
patologis berkurang. sesuai indikasi. Pendekatan
penyakitnya  Kriteria hasil: PQRST dapat secara
-  Klien tampak komprehensif menggali kondisi
rileks. nyeri pasien.
- Nyeri hilang/ P: Penyebab nyeri dapat
berkurang. diakibatkan oleh respons
- Skala nyeri 0-1 diare, kram  abdomen, dan
(0-4). sembelit atau kerusakan
- TTV dalam batas jaringan pascabedah.
normal, wajah Q: kualitas nyeri seperti tumpul,
pasien rileks. kram, dan mules.
R: Area nyeri pada abdomen
bawah kiri.
S: pasien mengalami skala nyeri 3
(0-4).

13
T: Nyeri bertambah bila tidak
bisa melakukan BAB.
2. Berikan posisi senyaman mungkin
(misalnya semi fowler).
Rasional: Untuk meminimalkan karena
nyeri. Pengaturan posisi
semifowler dapat membantu
merelaksasi otot-otot abdomen
pascabedah sehingga dapat
menurunkan stimulus nyeri dari
luka pascabedah.
3. Ajarkan teknik relaksasi.
Rasional: Untuk mengurangi rasa nyeri.
Meningkatkan intake oksigen
sehingga akan menurunkan
nyeri sekunder dari iskemia
spina.
4. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat analgetik sesuai indikasi.
Rasional: Untuk mengurangi rasa nyeri
dan meningkatkan
penyembuhan.
5. Jelaskan dan bantu pasien dengan tindakan
pereda nyeri nonfarmakologi dan
noninvasif.
Rasional: Pendekatan dengan
menggunakan relaksasi dan
nonfarmakologi lainnya telah
menunjukkan keefektifan dalam
mengurangi nyeri.
6. Lakukan manajemen nyeri keperawatan,
meliputi:
        a. Beri oksigen nasal apabila skala nyeri

14
≥3 (0-4).
Rasional: Pemberian oksigen dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan
oksigen pada saat pasien
mengalami nyeri pascabedah
yang dapat mengganggu
kondisi hemodinamik.
b. Istirahatkan pasien pada saat nyeri
muncul. Biasakan pasien untuk BAB di
tempat tidur.
Rasional: Istirahat diperlukan untuk
menurunkan peristaltik
usus. Istirahat secara
fisiologis dan melakukan
BAB di tempat tidur akan
menurunkan kebutuhan
oksigen yang diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme basal pada
aktivitas dan menurunkan
keletihan pasca nyeri.
c. Beri kompres hangat pada abdomen.
Rasional: Memberikan respons
vasodilatasi. Kompres ini
hanya dilakukan pada
pasien tanpa pembedahan.
d. Ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri.
Rasional: Distraksi (pengalihan
perhatian) dapat
menurunkan stimulus
internal.
e. Lakukan manajemen sentuhan.
Rasional: Manajemen sentuhan pada

15
saat nyeri berupa sentuhan
dukungan psikologis dapat
membantu menurunkan
nyeri.
7. Tingkatkan pengetahuan tentang: sebab-
sebab nyeri dan menghubungkan berapa
lama nyeri akan berlangsung.
Rasional: Pengetahuan yang akan
dirasakan membantu
mengurangi nyerinya dan
dapat membantu
mengembangkan kepatuhan
pasien terhadap rencana
terapeutik.
8. Kolaborasi dengan tim medis suntuk
pemberian Analgetik via intravena.
Rasional:
Analgetik diberikan untuk membantu
menghambat stimulus nyeri ke pusat
persepsi nyeri di korteks selebri sehingga
nyeri dapat berkurang.
2 Perubahan nutrisi  Setelah dilakukan 1. Kaji keluhan mual, sakit menelan dan
kurang dari tindakan muntah.
kebutuhan tubuh keperawatan dalam Rasional: Untuk menilai keluhan yg ada
berhubungan waktu 3 x 24 jam, yang dapat mengganggu
dengan mual, diharapkan pemenuhan kebutuhan nutrisi.
muntah, dan pemenuhan nutrisi 2. Anjurkan makan sedikit tapi sering.
anoreksia. dapat terpenuhi. Rasional: Makan dengan porsi kecil dan
 Kriteria hasil: sering lebih ditolerir oleh
-   Mual, muntah penderita anoreksia.
hilang. 3.   3. Pelihara hygine oral sebelum makan.
-   Nafsu makan Rasional: Mengurangi citra rasa tidak enak
bertambah, dan merangsang nafsu makan.
makan habis 4. Kolaburasi pemberian obat anti Emetik

16
satu porsi. (Antacid).
-   Pasien dapat Rasional: Menghilangkan mual/muntah
menunjukkan dan dapat meningkatkan
metode menelan pemasukan oral.
makanan yang 5. Pantau intake dan output, anjurkan untuk
tepat. timbang berat badan secara periodik
-   Keluhan mual (sekali seminggu).
dan muntah Rasional: Berguna dalam mengukur
berkurang. keefektifan nutrisi dan
-   Secara subjektif dukungan cairan.
melaporkan 6. Kolaborasi dengan ahli gizi mengenai jenis
peningkatan nutrisi yang akan digunakan pasien.
nafsu makan. Rasional: Ahli gizi harus terlibat dalam
-   Berat badan penentuan komposisi dan jenis
pada hari ke-7 makanan yang akan diberikan
pascabedah sesuai dengan kebutuhan
meningkat 0,5 individu.
kg.
3 Potensial terjadi  Setelah dilakukan
1.      1. Monitor keadaan umum penyimpangan
syok hipovolemik tindakan keperawatan dari keadaan normalnya.
berhubungan dalam waktu 1 x 24 Rasional: Menetapkan data dasar pasien untuk
dengan kurangnya jam, diharapkan syok mengetahui penyimpangan dari keadaan
volume cairan hipovolemik tidak normalnya.
tubuh. terjadi. 2.      2. Observasi tanda-tanda vital.
 Kriteria hasil: Rasional: Merupakan acuan untuk
-    Tanda-tanda mengetauhi keadaan umum pasien.
vital dalam batas3.      3. Kaji intake dan output cairan. Rasional:
normal. Untuk mengetahui keseimbangan cairan.
-    Volume cairan4.      4. Kolaborasi dalam pemberian cairan
tubuh seimbang, intravena.
intake cairan Rasional: Untuk memenuhi keseimbangan
tepenuhi. cairan.
- Pasien tidak
mengeluh pusing

17
TTV dalam batas
normal,
kesadaran
optimal.
- Membran
mukosa lembab,
turgor kulit
normal, CRT >3
detik.
- Laboratorium:
Nilai elekrolit
normal, analisis
gas darah normal.
4 Perubahan pola  Setelah dilakukan 1. Kaji dan catat frekuensi, warna dan
eliminasi tindakan konsistensi feces.
berhubungan keperawatan Rasional: Untuk mengetahui ada
dengan diharapkan tidaknya kelainan yang
konstipasi. gangguan pola terjadi pada eliminasi fekal.
eliminasi tidak 2. Auskultasi bising usus.
terjadi. Rasional: Untuk mengetahui normal atau
Kriteria hasil: tidaknya pergerakan usus.
Pola eliminasi, 3. Anjurkan klien untuk minum banyak.
BAB normal. Rasional: Untuk merangsang pengeluaran
feces.
4. Kolaborasi dalam pemberian terapi
pencahar (Laxatif).
Rasional: Untuk memberi kemudahan
dalam pemenuhan kebutuhan
eliminasi.

5 Kecemasan  Setelah dilakukan 1. Kaji rasa cemas klien.


ringan-sedang tindakan keperawatan Rasional: Untuk mengetahui tingkat
berhubungan diharapkan kecemasan kecemasan pasien.
dengan kondisi tidak terjadi. 2. Bina hubungan saling percaya dengan klien

18
pasien yang  Kriteria hasil: dan keluarga.
memburuk dan Kecemasan Rasional: Untuk terbinanya hubungan
perdarahan yang berkurang. saling percaya antara perawat
dialami pasien. dan pasien.
3. Berikan penjelasan tentang setiap prosedur
yang dilakukan terhadap klien.
Rasional: Agar pasien mengetahui tujuan
dari tindakan yang dilakukan
pada dirinya.

BAB III

PENUTUP

19
A. KESIMPULAN
Iskemia usus dapat mengakibatkan rasa sakit dan menimbulkan gagguan bagi
usus untuk dapat berfungsi dengan normal. Kehilangan aliran darah keusus pada kasus
yang berat dapat menyebabkan jaringan usus rusak atau mati. Iskemia usus dapat
berakibat fatal seperti halnya serangan jantung.
Namun, iskemia usus dapat diobati dengan efektif. Faktor yang paling penting
agar dapat efektif mengobati iskemia usus adalah dengan mengenali gejala awal dan
segera mendapatkan bantuan medis.

B. SARAN
Risiko iskemia usus dapat ditekan dengan melakukan perubahan gaya hidup yang dapat
mencegah aterosklerosis:
1. Pilih makanan yang banyak mengandung buah-buahan, sayuran dan biji-bijian.
Kurangi jumlah asupan gula, kolesterol, dan lemak dalam menu diet anda.
2. Jangan merokok. Jika merokok, konsultasikan dengan dokter untuk menemukan
strategi yang dapat membantu berhenti. Konseling, obat-obatan dan produk pengganti
nikotin juga dapat menjadi pilihan.
3. Berolahraga secara teratur. Setidaknya 30 menit sehari selama beberapa hari dalam
seminggu.
4. Menjaga berat badan yang sehat.
5. Mengendalikan masalah kesehatan lainnya. Jika memiliki tekanan darah tinggi,
kolesterol tinggi, diabetes, atau kondisi lain yang meningkatkan risiko aterosklerosis.
Bekerjasamalah dengan dokter untuk mengontrol kondisi ini.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah vol 2. Jakarta: EGC
Carpenito. 2000. Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed.6. Jakarta: EGC

20
Doenges, Marilynn E, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Grace and Boeley.2005. Obstruksi Usus dan at a glance Ilmu Bedah edisi 3. Jakarta: EMS
https://meetdoctor.com/topic/iskemia-usus (diakses pada Kamis, 21 September 2017 pukul
09.43 WITA)
Marliynn E, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC
Muttaqin, Arif dan Sari Kumala. 2011. Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Askep Medical
Bedah. Jakarta: Salemba Medika
Price & Wilson. 1995. Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4. Jakarta:
EGC
Simade Brata dkk. 1999. Gastro Enterologi dalam Pedoman Diagnosis dan Terapi Dibidang
Ilmu Penyakit. Jakarta: FKUI.
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah
Brunner & Suddarth vol.2 edisi 8. Jakarta: EGC
Syamsul Sjamsuhidayat dan Win Decong. 1997. Usus Halus Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jakarta: EGC
Trice and Filson.1995. Usus Kecil dalam Patofisisologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi alih bahasa dr. Peter Anugrah. Jakarta: EGC

21

Anda mungkin juga menyukai