Anda di halaman 1dari 12

TUGAS STUDI KASUS

PENGELOLAAN HAMA DAN PENYAKIT TERPADU

Disusun oleh

AGT4:

1. Ariawati E 281 19 319


2. Axel Riyandi Tampai E 281 18 320
3. Arianto E 281 18 281
4. Ari Marumpe Titing E 281 18 270
5. Arnoldi Rantejanji E 281 18 314
6. Rahmatia E 281 18 280
7. Windi Afriani E 281 18 327

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi
nikmat kesehatan dan kesempatan kepada saya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “Hama Spodoptera Frugiperda”.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini masih


jauh dari kesempurnaan, untuk itu saya mengharapkan kritikan dan saran yang
sifatnya membangun agar dalam penulisan makalah selanjutnya dapat lebih
sempurna.

Palu, Mei 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL........................................................................ i
KATA PENGANTAR......................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................ iii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................ 3
II. PEMBAHASAN
2.1 Nilai Ekonomi dari Perdagangan Tanaman Hias Mawar........... 4
2.2 Botani, Jenis dan Struktur Tanaman Hias Mawar...................... 5
2.3 Budidaya Tanaman Hias Mawar................................................ 8
2.4 Proses Panen dan Pemsaran Tanaman Hias Mawar................... 18
III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................ 21
3.2 Saran........................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA

iii
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jagung merupakan tanaman pangan terpenting di dunia setelah padi dan

gandum, karena berbagai negara di dunia seperti di Amerika Tengah dan Selatan

menjadikan jagung sebagai sumber karbohidrat utama. Amerika Serikat juga

menjadikan jagung sebagai sumber pangan alternatif. Beberapa daerah di

Indonesia, seperti Madura dan Nusa Tenggara pernah mengkonsumsi jagung

sebagai sumber pangan utama. Jagung dominan digunakan sebagai bahan baku

pakan ternak, selain itu jagung dapat diolah menjadi minyak dan tepung jagung

(Koswara 2009).

Organisme penggangu tanaman atau hama merupakan masalah di dalam

budi daya jagung tersebut. Ulat grayak merupakan salah satu hama yang kerap

mengganggu pertanian di Indonesia, termasuk pertanaman jagung. Saat ini ada

jenis ulat grayak baru yang tengah mewabah di dunia yakni Fall Armyworm

(FAW) atau Spodoptera frugiperda. Hama tersebut termasuk ke dalam ordo

Lepidoptera, famili Noctuidae (Harahap, 2018).

S. frugiperda bersifat polifag, beberapa inang utamanya adalah tanaman

pangan dari kelompok Graminae seperti jagung, padi, gandum, sorgum, dan tebu

sehingga keberadaan dan perkembangan populasinya perlu diwaspadai. Adapun

kerugian yang terjadi akibat serangan hama ini pada tanaman jagung di negara

Afrika dan Eropa antara 8,3 hingga 20,6 juta ton per tahun dengan nilai kerugian

ekonomi antara US$ 2.5-6.2 milyar per tahun (FAO & CABI 2019).

4
Menurut Harahap (2018) spodoptera frugiperda menyerang tanaman

pangan seperti jagung, padi, dan gandum. Hama ini termasuk yang sulit

dikendalikan, karena imagonya cepat menyebar, bahkan termasuk penerbang kuat

dapat mencapai jarak yang cukup jauh dalam satu minggu. Kalau dibantu angin

bisa mencapai 100 km. Hama tersebut telah mewabah dalam waktu cepat dari

benua Amerika pada tahun 2016, masuk ke benua Afrika dan menyebar di

wilayah Asia hingga ke Thailand pada tahun 2018.

Ulat grayak jagung Spodoptera frugiperda J.E. Smith merupakan serangga

invasif yang telah menjadi hama pada tanaman jagung (Zea mays) di Indonesia.

Serangga ini berasal dari Amerika dan telah menyebar di berbagai negara. Pada

awal tahun 2019, hama ini ditemukan pada tanaman jagung di daerah Sumatera

(Kementan 2019).

Hama ini menyerang titik tumbuh tanaman yang dapat mengakibatkan

kegagalan pembetukan pucuk/daun muda tanaman. Larva S. frugiperda memiliki

kemampuan makan yang tinggi. Larva akan masuk ke dalam bagian tanaman dan

aktif makan disana, sehingga bila populasi masih sedikit akan sulit dideteksi.

Imagonya merupakan penerbang yang kuat dan memiliki daya jelajah yang tinggi

(CABI, 2019).

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa itu hama spodoptera frugiperda?

1.2.2 Apa saja gejala dari hama spodoptera frugiperda?

1.2.3 Bagaimana pengendalian hama spodoptera frugiperda!

5
1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Untuk mengetahui apa itu hama spodoptera frugiperda.

1.3.2 Untuk mengetahui apa saja gejala dari hama spodoptera frugiperda

1.3.3 Untuk memahami bagaimana pengendalian hama spodoptera frugiperda.

6
II. PEMBAHASAN

2.1 Hama Spodoptera Frugiperda

Spodoptera frugiperda merupakan serangga yang tergolong ordo:

Lepidoptera, family: Noctuidae, dan bersifat polifag. Genus Spodoptera terdiri

atas 25 spesies, S. frugiperda adalah spesies yang signifikan merugikan secara

ekonomi untuk komoditas pertanian, disamping S. littura, S. muritia, S. exempta.

Spodoptera frugiperda (Fall Armyworm) adalah hama invasif dan hama penting

pada tanaman jagung. Hama tersebut aktif malam hari untuk makan dan kawin.

Imago hama tersebut memiliki ciri ada dua bintik-bintik putih pada sayap

depan. Betina meletakkan telur di bawah daun dan juga sisi atas daun yang

ditutupi oleh lapisan sisik berbulu. Pupanya berwarna coklat tua. Larva yang baru

keluar dari telur berwarna hijau dan menjadi cokelat terang hingga hitam. Larva

memiliki simbol "Y" terbalik pada kepala, yang membedakannya dari spesies

yang lain. Betina lebih besar dari pada jantan dan bertelur 1500 hingga 2000 telur

dalam rentang hidupnya. Siklus hidup S. frugiperda 21-40 hari.

Perilaku kanibalistik terjadi pada tahap larva, di mana larva yang lebih

besar memakan lebih kecil, dan terjadi pada saat kekurangan makanan. Imago S.

frugiperda adalah penerbang yang kuat dan bermigrasi dengan sangat luas dari

satu daerah ke daerah lain. Mekanisme kawin dengan melepaskan feromon seks

dan imago memakan nektar bunga pada malam hari.

Keberadaan dan populasi serangga S. frugiperda kemungkinan

dipengaruhi oleh ketinggian tempat. Larva S. frugiperda hanya ditemukan pada

lokasi survei dengan ketinggian sekitar 700-850 mdpl, sedangkan pada ketinggian

7
diatas 850 mdpl tidak ditemukan. Selain ketinggian tempat, rendahnya populasi S.

frugiperda pada daerah survei kemungkinan disebabkan oleh bekerjanya musuh

alami lokal dari kelompok parasitoid dan entomopatogen. Parasitoid tersebut

kemungkinan juga dapat menyerang larva S. frugiperda.

2.2 Gejala Hama Spodoptera Frugiperda

Gejala serangan S. frugiperda, larva neonatus memakan daun secara acak

dan daun menjadi kering, kemudian larva pindah ke daun jagung yang lain. Larva

instar lanjut memakan daun lebih parah hingga menyebabkan hanya tersisa

pelepah dan vena di ladang tanpa daun. Daun tanaman jagung yang dimakan

berupa lubang-lubang, dan tepi daun yang compang-camping. Larva muda

mengeringkan lamina daun. Aktifitas makan yang parah oleh larva dapat

membunuh titik tumbuh tanaman. Larva juga dapat menyerang tongkol.

Kerusakan terjadi karena memakan daun, populasi hama yang besar dapat

menyebabkan defoliasi dan mengakibatkan kehilangan hasil.

Larva muda makan ke dalam lingkaran pucuk tanaman; instar pertama

makan secara berkelompok pada bagian bawah daun muda yang menyebabkan

efek skeletonizing atau 'windowing' yang khas, dan titik pertumbuhannya dapat

terbunuh. Larva yang lebih besar bersifat kanibal, sehingga hanya ada satu atau

dua larva per tanaman. Tingkat perkembangan larva melalui enam instar

dipengaruhi oleh kombinasi dari makanan dan kondisi suhu, dan biasanya

membutuhkan waktu 14-21 hari. Larva yang lebih besar nokturnal kecuali saat

ketika mencari sumber makanan lain. Pupasi terjadi di dalam tanah, atau jarang di

daun tanaman inang, dan membutuhkan waktu 9-13 hari. Imago dewasa muncul

8
pada malam hari, dan biasanya menggunakan periode pra-oviposisi alami untuk

terbang sejauh beberapa kilometer sebelum oviposit, kadang-kadang bermigrasi

untuk jarak yang jauh. Rata-rata, imago hidup selama 12-14 hari.

Keberadaan dan populasi serangga S. frugiperda kemungkinan

dipengaruhi oleh ketinggian tempat. Larva S. frugiperda hanya ditemukan pada

lokasi survei dengan ketinggian sekitar 700-850 mdpl, sedangkan pada ketinggian

diatas 850 mdpl tidak ditemukan. Selain ketinggian tempat, rendahnya populasi S.

frugiperda pada daerah survei kemungkinan disebabkan oleh bekerjanya musuh

alami lokal dari kelompok parasitoid dan entomopatogen. Parasitoid tersebut

kemungkinan juga dapat menyerang larva S. frugiperda.

2.3 Pengendalian Hama Spodoptera Frugiperda

A. Tindakan Antisipasi Serangan Ulat Grayak Spodoptera Frugiperda

Pada wilayah yang belum ditemukan serangan S. frugiperda maka perlu

dilakukan tindakan antisipasi sebagai berikut:

1. Kewasapadaan serangan hama S. frugiperda terutama untuk wilayah yang

masih belum terserang S. frugiperda.

2. Penyediaan informasi tentang hama S. frugiperda dan pelatihan

pengenalan hama S. frugiperda pada petugas lapang.

3. Melakukan survei /deteksi S. frugiperda.

B. Model Pengendalian Ulat Grayak S. Frugiperda

1. Melakukan monitoring serangan S. frugiperda sejak fase vegetative awal.

Monitoring dapat dilakukan dengan mengamati gejala serangan hama S.

9
frugiperda serta keberadaan S. frugiperda baik kelompok telur, larva

maupun imago. Pengendalian akan lebih efektif dilakukan jika lebih dini

mengetahui gejala serangan di lapangan.

2. Kultur teknis, oleh karena serangga ini membentuk pupa dalam tanah,

maka pengolahan tanah yang baik dan pembakaran sisa tanaman dapat

menurunkan populasi pada pertanaman berikutnya.

3. Mekanik yaitu melakukan pengumpulan kelompok telur dan memasukkan

kelompok telur dalam tabung parasitoid 1 kelompok telur mencapai 100-

200 telur.

4. Konservasi musuh alami, pemanfaatan agen pengendali hayati potensial

yang dapat dikembangkan seperti kelompok patogen: metarhizium,

Beauveria, NPV, kelompok parasitoid telur; Telenomus spodoptera Dodd

larva, Apantheles spp pupa, Brachimeria spp, dan kelompok predator

larva: Paederus fuscipes, Lycosa pseudoannulata, Selonopsis gemminata

Potensi agen pengendali hayati sebagai musuh alami S. frugiperda masih

perlu dieksplorasi dan dikembangkan. Pada lahan jagung yang banyak

ditemukan kelompok telur ulat grayak maka segera lakukan pengumpulan

kelompok telur. untuk konservasi musuh alami seperti parasitoid telur,

maka kelompok telur ulat grayak yang ditemukan dapat dimasukkan ke

dalam bambu yang dimodifikasi yang bertujuan untuk konservasi

parasitoid telur.

5. Melakukan sistem budidaya tumpang sari dengan tanaman lain

(Keanekaragaman tinggi).

10
6. Menanam Tanaman Refugia (Biodiversity).

III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Gejala serangan S. frugiperda, larva neonatus memakan daun secara acak

dan daun menjadi kering, kemudian larva pindah ke daun jagung yang lain. Larva

instar lanjut memakan daun lebih parah hingga menyebabkan hanya tersisa

pelepah dan vena di ladang tanpa daun.

Pengendalian hama S. frugiperda diantaranya yaitu melakukan monitoring

serangan S. frugiperda sejak fase vegetative awal, kultur teknis, mekanik,

konservasi musuh alami, melakukan sistem budidaya tumpang sari dengan

tanaman lain (Keanekaragaman tinggi) serta menanam Tanaman Refugia

(Biodiversity).

11
DAFTAR PUSTAKA

12

Anda mungkin juga menyukai