Anda di halaman 1dari 9

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman padi merupakan tanaman pangan paling popular di Indonesia.

Tentu saja ini terkait dengan kegunaannya sebagai tanaman pangan utama di

negeri ini. Bahkan sering kali muncul istilah bahwa belum makan kalau belum

makan nasi. Hal ini menjadikan padi (beras) sebagai kebutuhan nomor satu di

Indonesia. Bahkan kini Indonesia telah menjadi konsumen beras tertinggi di

dunia. Sayangnya, sebagian beras yang orang Indonesia makan bukanlah beras

hasil produksi sendiri. Negara ini masih mengandalkan impor beras dari Negara

tetangga seperti Filipina (Andayani dan Shinta, 2010).

Ada banyak hal yang menyebabkan produksi beras kita tidak dapat

memenuhi kebutuhan dalam negeri. Selain faktor eksternal yang berupa kebiasaan

orang Indonesia yang terbiasa memakan beras, terdapat pula faktor internal.

Faktor internal ini berkaitan dengan kondisi pertanaman padi kita. Pertanaman

padi di Indonesia sering kali dihadapkan dengan masalah lingkungan seperti

kekeringan atau kebanjiran yang dapat menyebabkan puso. Selain itu, serangan

penyakit turut mengambil peran penting dalam penurunan produksi padi di

Indonesia (Deptan, 2008).

Secara umum, penyakit diartikan sebagai gangguan fisiologis pada

tanaman sehingga tanaman tidak dapat melaksanakan fungsi fisiologisnya secara

maksimal. Fungsi fisiologis ini terkait dengan proses fotosintesis  maupun

respirasi. Penyebab penyakit (pathogen) menyerang dengan berbagai cara, salah

satunya yaitu dengan mengeluarkan zat yang dapat menghambat penyaluran

fotosintat. Tanaman yang terserang pathogen biasanya masih terlihat sehat.


2

Tanaman baru terlihat sakit saat tingkat serangan sudah mencapai tahap akut.

Oleh karena itu, tanaman yang sudah terserang penyakit sangat sulit disembuhkan.

Hal ini sangat berbeda dengan serangan hama (Purnomo dan Bambang, 2013).

Terdapat banyak penyakit dalam pertanaman padi. Penyakit tersebut dapat

saja menyerang bagian akar, daun, batang, maupun malai tanaman padi. Serangan

pun dapat terjadi pada fase vegetatif maupun fase generatif. Oleh karena itu,

pengetahuan tentang penyakit padi penting untuk diketahui terutama untuk

pencegahan penyakit (Santoso dan  Nasution, 2009). 

Berdasarkan faktor penyebab penyakit, penyakit dibagi 2 yaitu penyakit

fisologis (noninfektif) dan penyakit infektif. Penyakit fisiologis atau noninfektif

disebabkan oleh faktor abiotic seperti keadaan tanah (kelembaban, struktur, reaksi

tanah, kahat oksigen, kahat unsure hara, toksisitas pestisida), keadaan cuaca (suhu

tinggi atau rendah, kekurangan atau kelebihan cahaya, angin hujan), dan

kerusakan (kultur teknis yang salah). Sedangkan penyakit infektif merupakan

penyakit yang disebabkan faktor biotik berupa pathogen (jamur, baktei,

mikoplasma, virus, viroid, nematode, maupun protozoa) (Ningsih, 2010).

Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan laporan ini untuk mengetahui penyakit penting

pada tanaman padi.

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan penulisan laporan ini adalah sebagai salah satu syarat

untuk memenuhi komponen penilaian Laboratorium Hama Penyakit Tanaman

Hortikultura, Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas

Sumatera Utara dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.
3

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman padi rentan terserang patogen. Padi umumnya sering terkena

penyakit hawar daun jingga (bakteri putih : Pseudomonas sp. dan

kuning: Baccilus sp), Hawar Daun Bakteri (HDB) (bakteri 

Xanthomonas oryzae pv.oryzae), kerdil rumput (virus Kerdil Rumput), kerdil

hampa (virus kerdil hampa padi), tungro (virus tungro), bercak daun coklat

(jamur Helminthosporium oryzae), busuk batang padi (jamur 

Helminthosporium sigmoideum var. irregular), blas (Pyricularia Oryzae Cav),

dan masih banyak lagi (Deptan, 2013).

Penyakit hawar daun bakteri (HDB) merupakan salah satu penyakit yang

sangat penting di negara-negara penghasil padi di Asia, termasuk Indonesia. Di

Indonesia, penyakit HDB tersebar di dataran rendah,sedang, dan tinggi, baik pada

ekosistem sawah irigasidan tadah hujan maupun lahan kering dan rawa. Penyakit

HDB disebabkan oleh bakteri Xanthomnas oryzae pv. oryzae (Xoo). Penyakit ini

menginfeksi bagian daun yang menyebabkan fungsi fotosintetis pada daun

terganggu sehingga tanaman sakit dan menghasilkan gabah hampa atau gabah

setengah isi lebih banyak dibanding tanaman sehat (Sudir et al., 2014).

Xoo menginfeksi tanaman dengan cara masuk kedalam jaringan tanaman

melalui luka, hidatoda, stomata, atau benih yang terkontaminasi. Penyebarannya

pada wilayah persawahan melalui perantara air irigasi. Gejala yang ditimbulkan

oleh bakteri ini tergolong khas, yaitu mulai dari terbentuknya garis basah pada

helaian daun yang akan berubah menjadi kuning kemudian putih. Gejala ini

umum dijumpai pada stadium anakan, berbunga, dan pemasakan. Serangan

penyakit pada tanaman yang masih muda dinamakan kresek, yang dapat
4

menyebabkan daun berubah menjadi kuning pucat, layu, dan kemudian mati.

Kresek merupakan bentuk gejala yang paling merusak (Wahyudi et al., 2011).

Jamur Pyricularia grisea (Cooke) termasuk dalam kelompok

Ascomycetes. Secara morfologi jamur ini mempunyai konidia berbentuk bulat

lonjong, tembus cahaya dan bersekat dua atau mempunyai tiga ruangan. Penyakit

blas umumnya menyerang tanaman padi pada bagian daun dan leher malai.

Penyakit blas yang menyerang daun disebut sebagai blas daun dan yang

menyerang leher malai disebut blas leher. Perkembangan penyakit blas adalah

sebagai berikut, bentuk khas dari bercak blas adalah elips dengan ujungnya agak

runcing seperti belah ketupat. Bercak yang telah berkembang, bagian tepi

berwarna coklat dan bagian tengah berwarna putih keabu-abuan. Bentuk dan

warna bercak bervariasi tergantung pada keadaan sekitarnya, kerentanan varietas,

dan umur bercak. Bercak bermula kecil berwarna hijau gelap, abu-abu sedikit

kebiru-biruan. Bercak ini terus membesar pada varietas yang peka, khususnya bila

dalam keadaan lembab (Sudir et al., 2014).

Penyakit hawar pelepah padi yang disebabkan oleh jamur

Rhizoctonia solani Kuhn (AG-1), merupakan salah satu penyakit yang saat ini

berkembang dan tersebar luas di daerah-daerah penghasil padi di Indonesia.

Penanaman secara luas padi varietas unggul tipe pendek beranakan banyak dan

dipupuk dengan dosis tinggi terutama urea, dapat meningkatkan keparahan

penyakit hawar pelepah. Penyakit hawar pelepah menjadi semakin penting

peranannya di dalam sistem produksi padi sawah, terutama di daerah pertanian

padi yang intensif (Nuryanto, 2017).


5

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Praktikum

Percobaan dilakukan di Laboratorium Hama Penyakit Tanaman

Hortikultura Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara Medan dengan ketinggian 25 m dpl. Percobaan dilakukan pada

hari kamis tanggal 27 Februari 2020 pada pukul 13.00 WIB sampai selesai.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah handphone untuk dokumentasi gejala, pisau

untuk memotong bagian tanaman yang terserang gejala.

Bahan yang digunakan adalah Magnaporthe oryzae, Xanthomonas oryzae

Rhizoctonia oryza sebagai objek praktikum hama penting pada tanaman padi.

Prosedur Praktikum

- Diambil tanaman dari bagian yang terserang

- Diamati bagian yang terserang

- Didokumentasi bagian tanaman terserang


6

Pembahasan

Tanaman padi merupakan salah satu tanaman pangan yang rentan terhadap

hama dan penyakit. Ada banyak penyakit pada tanaman padi di antaranya Hawar

Daun Bakteri yang disebabkan oleh bakteri Xanthomonasoryzae pv.oryzae. Hal

ini sesuai dengan literatur Deptan (2013) yang menyatakan bahwa Tanaman padi

rentan terserang patogen. Padi umumnya sering terkena penyakit hawar daun

jingga (bakteri putih : Pseudomonas sp. dan kuning: Baccilus sp), Hawar Daun

Bakteri (HDB) (bakteri Xanthomonas oryzae pv.oryzae).

Hawar Daun Bakteri yang oleh bakteri Xanthomonasoryzae pv.oryzae

merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman padi karena dapat

metabolisme tanaman terganggu dan penurunan hasil yang signifikan. Hal ini

sesuai dengan literatur Sudir et al (2014) yang menyatakan bahwa Penyakit ini

menginfeksi bagian daun yang menyebabkan fungsi fotosintetis pada daun

terganggu sehingga tanaman sakit dan menghasilkan gabah hampa atau gabah

setengah isi lebih banyak dibanding tanaman sehat.

Pada XOO gejala serangan kresek merupakan gejala serangan yang paling

merusak. . Hal ini sesuai dengan literatur Wahyudi et al (2011) yang menyatakan

bahwa Serangan penyakit pada tanaman yang masih muda dinamakan kresek,

yang dapat menyebabkan daun berubah menjadi kuning pucat, layu, dan

kemudian mati. Kresek merupakan bentuk gejala yang paling merusak.

Penyakit blas oleh jamur Pyricularia grisea umumnya menyerang

tanaman padi pada bagian daun dan leher malai. Hal ini sesuai dengan literatur

Sudir et al (2014) yang menyatakan bahwa Penyakit blas yang menyerang daun

disebut sebagai blas daun dan yang menyerang leher malai disebut blas leher.
7

Perkembangan penyakit blas adalah sebagai berikut, bentuk khas dari bercak blas

adalah elips dengan ujungnya agak runcing seperti belah ketupat.

Gejala serangan Rizocthonia oryzae ialah terdapatnya busuk pada bagian

pelepah, pada serangan berat dapat membuat tanaman rebah dan akhirnya mati.

Hal ini sesuai dengan literatur Nuryanto (2017) yang menyatakan bahwa Penyakit

hawar pelepah padi yang disebabkan oleh jamur Rhizoctonia solani Kuhn (AG-1)
8

KESIMPULAN

1. Tanaman padi merupakan salah satu tanaman pangan yang rentan terhadap

hama dan penyakit. Ada banyak penyakit pada tanaman padi di antaranya

Hawar Daun Bakteri yang disebabkan oleh bakteri

Xanthomonasoryzae  pv.oryzae

2. Hawar Daun Bakteri yang oleh bakteri Xanthomonasoryzae pv.oryzae

merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman padi karena dapat

metabolisme tanaman terganggu dan penurunan hasil yang signifikan.

3. Pada XOO gejala serangan kresek merupakan gejala serangan yang paling

merusak.

4. Penyakit blas oleh jamur Pyricularia grisea umumnya menyerang tanaman

padi pada bagian daun dan leher malai.

5. Gejala serangan Rizocthonia oryzae ialah terdapatnya busuk pada bagian

pelepah, pada serangan berat dapat membuat tanaman rebah dan akhirnya

mati.
9

DAFTAR PUSTAKA

Andayani dan Shinta, 2010. Penyakit Hawar Daun Bakteri. Balai Besar Pelatihan
Pertanian Lembang. Jawa Barat.

Deptan, 2008. Penyakit Hawar Bakteri. Informasi Ringkas Bank Pengetahuan


Padi Indonesia. Jakarta.

Deptan, 2013. Hama dan Penyakit Padi Sawah. Informasi Ringkas Bank


Pengetahuan Padi Indonesia. Jakarta.

Ningsih, D,R. 2010. Penyakit Tanaman. Universitas Negeri Semarang. Semarang.

Nuryanto, B. 2017. Penyakit Hawar Pelepah (Rhizoctonia solani) pada Padi


dan Taktik Pengelolaannya. BPTP. Subang.

Purnomo dan Bambang. 2013. Organisme Pengganggu Utama Pada Tanaman


Padi dan Cara Pengendaliannya. Koordinasi Penanggulangan OPT/DPT
Padi 27-28 Juni 2013 Prov. Bengkulu.

Santoso dan  Nasution. 2009. Pengendalian Penyakit Blas dan Penyakit Cendawan

Lainnya. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Jakarta.

Sudir, Dini, Y dan Lalu, W. 2014. Komposisi dan Sebaran Patotipe


Xanthomonas oryzae pv. oryzae,Penyakit pada Padi di Nusa Tenggara
Barat. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB.

Sudir, A. Nasution, Santoso, dan B. Nuryanto. 2014. Penyakit Blas


Pyricularia grisea pada Tanaman Padi dan Strategi Pengendaliannya.
Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Sukamandi.

Wahyudi, A. T. Siti, M dan Abdjad, A. N. 2011. Xanthomonas oryzae pv. oryzae


Bakteri Penyebab Hawar Daun Pada Padi: Isolasi, Karakteristik , Dan
Telah Mutagenitas Dengan Transposon.IPB. Bogor

Anda mungkin juga menyukai