Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

STRUKTUR BAJA

SAMBUNGAN EKSENTRIS
Dosen Pengampu : Khairussadiah, S.T., Cand.M.Eng.

Disusun oleh :

Fuad Maaaulana Waahid 5150811383


Deni Cahyo Nugroho 5150811369

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS TEKNOLOGI YOGYAKARTA

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah tentang Mitigasi Bencana Alam ini dengan baik, meskipun banyak
kekurangan didalamnya. Kami berterima kasih pada Ibu Khairussadiah, S.T.
selaku dosen mata kuliah Teknik Kegempaan Universitas Teknologi Yogyakarta
yang telah memberikan tugas kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Mitigasi bencna dan cara
melakukannya. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang
akan datang.

Yogyakarta, 7 April 2017

Penyusun

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap struktur adalah gabungan dari bagian-bagian tersendiri atau batanag-
batang yang harus disambung bersama (biasanya diujung batang ) dengan
beberapa cara . sambungan terdiri dari komponen sambungan (pelat pengisi,pelat
buhul, pelat pembantu, dan pelat penyambung), dan alat pengencang (baut dan
las). Baut atau sekrup adalah suatu batang atau tabung dengan alur heliks pada
permukaannya. Penggunaan utamanya adalah sebagai pengikat (fastener) untuk
menahan dua objek bersama, dan sebagai pesawat sederhana untuk mengubah
torsi (torque) menjadi gaya linear. Baut dapat juga didefinisikan sebagai bidang
miring yang membungkus suatu batang. Sebagian besar baut dipererat dengan
memutarnya searah jarum jam, yang disebut ulir kanan. Baut dengan ulir kiri
digunakan pada kasus tertentu, misalnya saat baut akan menjadi pelaku torsi
berlawanan arah jarum jam. Pedal kiri dari sepeda memiliki ulir kiri. Berdasarkan
defenisi dari Deutsche Industrie Normen (DIN) dalam Harsono dkk (1991:1),
mendefinisikan bahwa " las adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam
paduan yang dilakukan dalam keadaan lumer atau cair ". Sedangkan menurut
maman suratman (2001:1) mengatakan tentang pengertian mengelas yaitu salah
satu cara menyambung dua bagian logam secara permanen dengan menggunakan
tenaga panas. Sedangkan Sriwidartho, Las adalah suatu cara untuk menyambung
benda padat dengan dengan jalan mencairkannya melalui pemanasan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian sambungan eksentris ?


2. Apa saja jenis-jenis sambungan eksentris ?
3. Bagaimana cara analisis sambungan baut eksentris?
4. Apa tujuan dari mitigasi bencana ?
5. Apa sajakah istilah-istilah dalam mitigasi bencana?
C. Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui apa yng dimaaksud dengan sambungan eksentris.


2. Untuk mengetahui jenis-jenis sambungan eksentris.
3. Untuk mengetahui cara analisis sambungan baut eksentris.

a. Manfaat

Manfaat dari penyusunan makalah ini antara lain:


1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dari sambungan eksentris.

2
2. Mahasiswa dapat mengetahui sambungan eksentris.
3. Mahasiswa dapat mengetahui cara analisis sambungan baut eksentris.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sambungan Eksentris

Sambungan adalah hasil dari penyatuan beberapa bagian atau konstruksi


dengan menggunakan suatu cara tertentu. Sedangkan Sambungan Eksentris adalah
sambungan yang berada diluar titik pusat beban atau tidak melewati titik berat
sambungan itu sendiri.

B. Jenis-jenis mitigasi bencana


1. Sambungan Baut Eksentris
Sambungan baut eksentris adalah Jenis sambungan yang sering terdapat
gaya dalam momen dan gaya lintang ditemukan pada struktur
sambungan antara balok dan kolom, sambungan konsol pada kolom,
juga terdapat pada sambungan balok gelagar, seperti pada gambar di
bawah :

Gambar sambungan balok-kolom

Gambar sambungan balok-balok

4
2. Sambungan Las Eksentris
Untuk perhitungan geser eksentris dengan menggunakan sambungan las
didasarkan pada metode elastik dan prinsip mekanika bahan homogen,
dimana geser langsung digabungkan dengan momen puntir.
Tegangan pada penampang homogen terdiri dari :
a. Tegangan akibat geser langsung

b. Tegangan akibat momen puntir

C. Tujuan dari mitigasi bencana


Tujuan utama dari Kebijakan Mitigasi Bencana ini, seperti yang
dikemukakan dalam Tinjauan Bencana Alam dan Mitigasinya oleh Balai
Besar Meteorologi dan Geofisika antara lain:
1. Mengurangi resiko/dampak yang ditimbulkan oleh bencana khususnya
bagi penduduk, seperti korban jiwa, kerugian ekonomi dan kerusakan
sumberdaya alam.
2. Sebagai landasan (pedoman) untuk perencanaan pembangunan suatu
wilayah.
3. Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam menghadapi serta
mengurangi dampak/resiko bencana.
4. Meningkatkan peran serta pernerintah baik pusat maupun daerah, pihak
swasta maupun masyarakat dalam mitigasi bencana, baik terhadap
kehidupan manusia maupun harta benda.

D. Langkah-langkah melakukan mitigasi bencana


1. Mitigasi Bencana banjir antara lain :
a. Pengawasan penggunaan lahan dan perencanaan lokasi untuk
menempatkan fasilitas vital yang rentan terhadap banjir pada daerah
yang aman
b. Penyesuaian desain bangunan di daerah banjir harus tahan terhadap
banjir dan dibuat bertingkat.
c. Pembangunan tembok penahan dan tanggul disepanjang sungai,
tembok laut sepanjang pantai yang rawan badai atau tsunami akan
sangat membantu untuk mengurangi bencana banjir.
d. Desain bangunan rumah tahan banjir (material tahan air, fondasi kuat).
e. Pelatihan tentang kewaspadaan banjir seperti cara
penyimpanan/pergudangan perbekalan, tempat istirahat/ tidur di
tempat yang aman (daerah yang tinggi).

5
2. Mitigasi bencana longsor antara lain :
a. Pembangunan permukiman dan vasilitas utama lainnya menghindari
daerah rawan bencana.
b. Menyarankan pembangunan pondasi tiang pancang untuk
menghindari bahaya liquefation.
c. Menyarankan pembangunan pondasi yang menyatu, untuk
menghindari penurunan yang tidak seragam (differential settlement).
d. Menyarankan pembangunan utilitas yang ada di dalam tanah harus
bersifat fleksibel.

3. Mitigasi bencana gempa bumi antara lain :


a. Memastikan bangunan harus dibangun dengan konstruksi tahan
getaran/gempa.
b. Memastikan kekuatan bangunan-bangunan vital yang telah ada.
c. Rencanakan penempatan pemukiman untuk mengurangi tingkat
kepadatan hunian di daerah rawan bencana.
d. Memastikan perkuatan bangunan dengan mengikuti standard kualitas
bangunan.

4. Mitigasi bencana gunung berapi


a. Perencanaan lokasi pemanfaatan lahan untuk aktivitas penting harus
jauh atau di luar dari kawasan rawan bencana.
b. Hindari tempat-tempat yang memiliki kecenderungan untuk dialiri
lava dan atau lahar
c. Penerapan desain bangunan yang tahan terhadap tambahan beban
akibat abu gunung api.
d. Mensosialisasikan kepada masyarakat yang bermukim di sekitar
gunung api harus mengetahui posisi tempat tinggalnya pada Peta
kawasan Rawan Bencana Gunung api (penyuluhan).
e. Mensosialisasikan kepada masyarakat agar paham arti dari peringatan
dini yang diberikan oleh aparat/Pengamat Gunung api (penyuluhan).

E. Istilah-istilah yang harus diperhatikan dalam mitigasi bencana


Dalam mitigasi bencana terdapat istilah-istilah yang harus dikenal dan
merupakan sebuah tingkatan dalam sebuah perencanaan mitigasi bencana
yaitu:
1. Ancaman (Hazard) Bencana
Menurut UU No 24 Tahun 2007, Ancaman adalah suatu kejadian atau
peristiwa yang menimbulkan bencana. Berdasarkan waktu kejadiannya,
faktor bahaya dapat dibedakan menjadi 3 yaitu:
a. Tiba-tiba/ tidak terduga (gempa bumi, tsunami, dll)

6
b. Bertahap, terduga dan teramati (wabah penyakit, aktivitas gunung
merapi dll)
c. Periodik, terduga dan teramati (banjir, pasang surut, kekeringan, dll)

2. Kerentanan (vulnerability) Sebagai Identitas Kondisi Kebencanaan


Menurut UU Penanggulangan Bencana, kerentanan disebut sebagai rawan
bencana, dimana definisinya adalah kondisi atau karakteristik geologi,
biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik,
ekonomi dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu
yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan,
dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya
tertentu. Kerentanan dapat menunjukkan nilai dari potensi kerugian pada
suatu wilayah bencana alam, baik itu nilai lingkungan, materi, korban
jiwa, tatanan sosial dan lainnya.

BAB III
PENUTUP

4.1 SIMPULAN

Dari pembahasan dapat disimpulkan bahwa mitigasi bencana adalah


serangkaian upaya atau tindakan yang dilakukan membatasi dan mengurangi
resiko yang disebabkan dari bencana alam yang bertujuan untuk mengurangi
resiko yang ditimbulkan dari bencaana tersebut seperti korban jiwa, kerusakan
bangunan,penyakit, dll. Langkah-langkah Mitigasi bencana disesuaikan dengan
jenis bencana yang diprediksi akan terjadi sehingga, dapat diperoleh kesesuaian
antara keduanya.

4.2 SARAN

Beberapa saran dari penysusun :

1. Untuk mengetahui lebih lanjut ada baiknya untuk mempelajarinya secara


langsung agar mengetahui bagaimana cara melakukan mitigasi bencana di
lapangan.

7
2. Perlu lebih dipahami ilmu-ilmu lain yang berhubungan dengan mitigasi
bencana sepeti P3K, Rescue, dll.

8
DAFTAR PUSTAKA

Kodoite,Sjarief.2006. Disaster Managers Handbook. Tanpa tempat. Etd UGM

Anonim.2007. Penanggulangan Bencana. Jakarta :BNPB

http://www.artikelsiana.com/2014/12/pengertian-mitigasi-tahap-penanganan.html

http://ilmugeografi.com/bencana-alam/mitigasi-bencana-banjir

http://semangateli.blogspot.co.id/2008/10/mitigasi-bencana.html

https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JPFI/article/view/1994

Anda mungkin juga menyukai