Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIKA TANAH
PENGAMBILAN CONTOH TANAH

Oleh:
Dewi Istiyaningsih
A1H012007

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDRAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2014

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanah mempunyai sifat sangat kompleks, terdiri atas komponen padatan


yang berinteraksi dengan cairan, dan udara. Komponen pembentuk tanah yang
berupa padatan, cair, dan udara jarang berada dalam kondisi kesetimbangan,
selalu berubah mengikuti perubahan yang terjadi di atas permukaan tanah yang
dipengaruhi oleh suhu udara, angin, dan sinar matahari.
Untuk bidang pertanian, tanah merupakan media tumbuh tanaman. Media
yang baik bagi pertumbuhan tanaman harus mampu menyediakan kebutuhan
tanaman seperti air, udara, unsur hara, dan terbebas dari bahan-bahan beracun
dengan konsentrasi yang berlebihan. Dengan demikian sifat-sifat fisik tanah
sangat penting untuk dipelajari agar dapat memberikan media tumbuh yang ideal
bagi tanaman.
Pengambilan contoh tanah merupakan tahapan penting untuk penetapan
sifat-sifat fisik tanah di laboratorium. Prinsipnya, hasil analisis sifat-sifat fisik
tanah di laboratorium harus dapat menggambarkan keadaan sesungguhnya sifat
fisik tanah di lapangan.

B. Tujuan

1. Mengetahui cara pengambilan contoh tanah utuh dan contoh tanah terganggu
2. Mengambil contoh tanah biasa atau tanah terganggu untuk analisis kimia dan
kestebilan agregat tanah

II. TINJAUAN PUSTAKA

Tanah adalah suatu benda alam yang terdapat dipermukaan kulit bumi, yang
tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil pelapukan batuan, dan bahanbahan organik sebagai hasil pelapukan sisa-sisa tumbuhan dan hewan, yang
merupakan medium atau tempat tumbuhnya tanaman dengan sifat-sifat tertentu,
yang terjadi akibat dari pengaruh kombinasi faktor-faktor iklim, bahan induk,
jasad hidup, bentuk wilayah dan lamanya waktu pembentukan (Yuliprianto,
2010).
Pengambilan contoh tanah merupakan tahapan penting untuk penetapan
sifat-sifat fisik tanah di laboratorium. Prinsipnya, hasil analisis sifat-sifat fisik
tanah di laboratorium harus dapat menggambarkan keadaan sesungguhnya sifat
fisik tanah di lapangan.
Keuntungan penetapan sifat-sifat fisik tanah yang dilakukan di laboratorium
dapat dikerjakan lebih cepat, dan dalam jumlah contoh tanah relatif lebih banyak.
Kerugiannya adalah contoh tanah yang diambil di lapangan bersifat destruktif,
karena dapat merusak permukaan tanah, seperti terjadinya lubang bekas
pengambilan contoh tanah, cenderung menyederhanakan kompleksitas sistem
yang ada di dalam tanah, dan sebagainya.
Sifat-sifat fisik tanah yang dapat ditetapkan di laboratorium mencakup berat
volume (BV), berat jenis partikel (PD = particle density), tekstur tanah,
permeabilitas tanah, stabilitas agregat tanah, distribusi ukuran pori tanah termasuk
ruang pori total (RPT), pori drainase, pori air tersedia, kadar air tanah, kadar air

tanah optimum untuk pengolahan, plastisitas tanah, pengembangan atau


pengerutan tanah (COLE = coefficient of linier extensibility), dan ketahanan geser
tanah.
Kelemahan penetapan sifat-sifat fisik tanah di laboratorium, antara lain
dapat terjadi penyimpangan data akibat pengambilan contoh tanah yang tidak
tepat, metode, waktu pengambilan maupun jarak tempuh pengiriman contoh tanah
ke laboratorium yang terlalu lama/jauh, sehingga menyebabkan kerusakan contoh
tanah.
Pengambilan contoh tanah untuk penetapan sifat-sifat fisik tanah
dimaksudkan untuk mengetahui sifat-sifat fisik tanah pada satu titik pengamatan,
misalnya pada lokasi kebun percobaan atau penetapan sifat fisik tanah yang
menggambarkan suatu hamparan berdasarkan poligon atau jenis tanah tertentu
dalam suatu peta tanah. Penetapan tekstur tanah dan stabilitas agregat tanah
dilakukan menggunakan contoh tanah komposit tidak terganggu (undisturbed soil
sample), dengan harapan dapat memberikan gambaran sifat-sifat fisik tanah suatu
bidang lahan dengan luasan tertentu yang relatif homogen.
Menurut balai penelitian tanah,2006 beberapa hal prinsip yang harus
diperhatikan dalam pengambilan contoh tanah untuk penetapan sifat fisik tanah
adalah sebagai berikut:
1. Penetapan di laboratorium dibandingkan metode lapangan
Penetapan di laboratorium sangat banyak keuntungannya dibandingkan
dengan pengukuran di lapangan. Di laboratorium, semua fasilitas pendukung
seperti, listrik, gas, dan air tersedia, serta suhu mudah dikontrol. Perlengkapan

baku, seperti timbangan, dan oven lebih siap daripada di lapangan.


Perlengkapan yang mahal dan canggih sering tidak digunakan di lapangan,
karena pertimbangan cuaca, pencurian dan vandalisme, serta kerusakan alat
akibat goncangan ketika diangkut. Selain itu, penetapan di laboratorium dapat
menghemat waktu bekerja, contoh tanah dikumpulkan dari banyak lokasi yang
berbeda, dan ditetapkan secara berurutan. Dibalik keunggulan tersebut, tidak
semua sifat tanah dapat ditetapkan di laboratorium. Di dalam suatu penelitian
neraca air, misalnya, kadar air dan potensi air tanah lebih baik dilakukan di
lapangan karena intensitas pengamatan yang tinggi.
2. Kesalahan, keragaman, dan ketepatan
Para peneliti dihadapkan dengan data yang diperoleh dari hasil penelitiannya,
apakah terjadi penyimpangan atau seberapa besar ketepatan analisisnya, dan
bagaimana keragaman datanya. Untuk mengetahui hal tersebut perlu dikaji
bagaimana data diperoleh dan seberapa besar tingkat keyakinan terhadap nilai
data yang diperoleh. Aspek tingkat kepercayaan tidak terlepas dari prinsip dan
metode statistik. Tujuan dari penyajian bab ini adalah untuk menerangkan
prinsip dasar statistik yang ada relevansinya dengan kesalahan dalam
pengamatan, dan jumlah pengamatan dari suatu pengukuran. Pengukuran
adalah kuantifikasi dari sesuatu yang dinilai, yang langsung dapat menjawab
pertanyaan khusus dalam suatu percobaan. Implikasinya adalah kuantifikasi
pada urutan-urutan kegiatan akan menghasilkan resultan hasil pengukuran.
3. Keragaman tanah di lapangan

Sifat-sifat tanah bervariasi menurut tempat dan waktu, yang dapat disebabkan
oleh hasil akhir dari proses yang terjadi secara internal atau alami dan
pengaruh dari luar, misalnya intervensi manusia. Proses yang sifatnya internal
berkaitan dengan faktor-faktor geologi, hidrologi, dan biologi yang dapat
mempengaruhi pembentukan tanah. Variabilitas sifat-sifat fisik tanah akibat
dari proses alami dapat diregionalisasi dengan asumsi bahwa tempat yang
berdekatan cenderung mirip atau mempunyai nilai yang tidak berbeda jauh,
yang kemudian didelineasi menjadi satu poligon. Namun demikian, tingkat
kemiripan tersebut sangat tergantung pada skala pengamatan, misalnya
negara, km, atau hanya beberapa mm saja.
Pengaruh luar terhadap sifat-sifat fisik tanah seperti pengolahan tanah dan
jenis penggunaan lahan dapat diuraikan menurut ruang dan waktu. Pengolahan
tanah, drainase, penutupan tajuk tanaman, dan bahan pembenah tanah dapat
secara nyata mempengaruhi variasi hasil pengukuran baik menurut ruang
maupun waktu. Sebagai contoh, pengolahan tanah adalah mencampur tanah,
yang berarti cenderung mengurangi variasi berat isi tanah menurut ruang,
namun, pengaruhnya berubah menurut waktu akibat proses pemadatan.
Pengaruh ruang dan waktu terhadap sifat-sifat fisik tanah dapat dituliskan
sebagai berikut:
SP = f(x, y, z, t)
dimana: SP adalah sifat fisik tanah apa saja, misalnya kelembapan tanah, suhu,
berat isi tanah. Simbol f diartikan sebagai fungsi dari; x, y, z adalah koordinat
Cartesian; dan t adalah waktu. Hal ini menunjukkan, bahwa pengukuran satu

sifat fisik tanah di lapangan harus mempertimbangkan waktu dan posisi


pengambilan contoh tanah, atau pengukuran sifat fisik tanah tertentu. Ada
empat hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan contoh tanah atau
pengukuran sifat fisik tanah tertentu di lapangan, yaitu: (1) waktu
pengambilan contoh tanah (t); apakah contoh tanah atau pengukuran
dilakukan pada musim hujan atau kemarau, apakah sebelum atau sesudah
pengolahan tanah, dan seterusnya; (2) kedalaman pengambilan contoh atau
pengukuran (z); (3) posisi di antara barisan tanaman (x); dan (4) posisi di
dalam barisan tanaman (y).
Perbedaan nilai pengukuran yang disebabkan oleh faktor x, y, dan z disebut
sebagai variasi menurut ruang (spatial variability), sedangkan perbedaan nilai
pengukuran akibat pengaruh faktor t disebut sebagai variasi menurut waktu
(temporal variability).
4. Contoh tanah pewakil
Salah satu hal yang penting dan perlu mendapatkan perhatian dalam
pengambilan contoh tanah adalah ukuran dan jumlah contoh agar diperoleh
tingkat keterwakilan yang memadai berdasarkan heterogenitas tanah. Salah
satu sifat fisik tanah yang heterogenitasnya tinggi adalah porositas tanah.
Porositas tanah dapat berbeda dalam jarak, hanya beberapa sentimeter bahkan
milimeter. Jika nilai porositas tanah ditetapkan berdasarkan volume contoh
tanah yang kecil atau tidak memadai, maka sangat besar kemungkinannya
nilai porositas yang ditetapkan terlalu kecil atau terlalu besar dari yang
sebenarnya.

Hal

tersebut

akan

menyebabkan

kesalahan

dalam

menginterpretasi berbagai aspek tanah yang berkaitan dengan pori tanah


seperti perkolasi, pencucian, aliran permukaan, dan lain-lain. Volume dan
jumlah contoh tanah yang terlalu besarpun tidak diinginkan karena akan
menyulitkan dalam menanganinya yang akan mempengaruhi kualitas data.
Volume dan jumlah contoh tanah yang sedikit adalah yang baik, namun hasil
analisisnya mendekati kondisi sifat tanah sebenarnya, yang ditunjukkan oleh
perbedaan yang kecil antara hasil pengukuran satu dan lainnya. Jumlah contoh
tanah yang perlu diambil sebagai pewakil tergantung pada sifat-sifat fisik
tanah yang akan ditetapkan, berikut luasannya secara spasial dan metode
penetapan serta tingkat ketelitiannya.

III. METODOLOGI

A. Alat dan Bahan

1. Tanah di lahan

5. Ring sampel

2. Penggaris

6. Cangkul

3. Kantong plastik

7. Kertas label

4. Pisau

8. Pulpen
B. Prosedur Kerja

1. Pengambilan contoh tanah utuh


a. Tanah yang akan diambil diratakan dan dibersihkan, kemudian letakkan
tabung kuningan tegak lurus pada lapisan tanah tersebut.
b. Tanah sekeliling tabung digali dengan cangkul.
c. Tanah dikerat dengan pisau sampai hampir mendekati tabung.
d. Tabung ditekan menggunakan keramik sampai tiga perempat bagian
tabung yang masuk ke dalam tanah.
e. Tabung lain diletakkan tepat diatas tabung pertama, kemudian ditekan lagi
sampai bagian bawah dari tabung ini masuk ke dalam tanah.
f. Tabung beserta tanah di dalamnya digali dengan cangkul.
g. Tabung kedua dipisahkan dengan hati-hati, kemudian tanah kelebihan
yang ada pada bagian atas dan bawah dari tabung tadi dipotong sampai
rata.

h. Tabung yang berisi tanah dimasukkan ke dalam plastik dan diberi label
secukupnya.
2. Pengambilan contoh tanah terganggu dan agregat utuh
a. Tanah digali sampai kedalaman yang diinginkan. Untuk menetapkan
stabilitas agregat, umumnya cukup dengan mengambil lapisan tanah yang
sesuai dengan dalamnya perakaran.
b. Gumpalan-gimpalan

tanah

yang

masih

utuh

diambil,

kemudian

dimasukkan ke dalam plastik yang telah disiapkan dan jangan lupa dicatat
waktu pengamatan, jenis tanah, lokasi untuk dibubuhkan pada plastik
tersebut

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 1. Pengambilan contoh tanah utuh


Ring
Jari-jari
Tinggi
Volume
(kelompok)
(cm)
(cm)
(cm3)
1(4)
2,4
5,4
97,66
2(5)
4,6
4,9
325,57
3(6)
4,5
5
317,92

Berat ring +
kap (gr)
34,92
59,6492
59,67599

Tabel 2. Pengambilan contoh tanah terganggu


Pengamatan
Sampel
Lapisan I
Lapisan II
Kedalaman
30
60
Warna
5R2/2
10R2/2
Struktur
Liat
Liat
Keterasaan
Lunak
Lunak
Kerikil
Sedikit
Agak banyak
Perakaran
Tidak ada
Tidak ada

Berat ring +
kap + tanah(gr)
171,47
173,25
178,68

Lapisan III
90
5YR2/2
Liat
Lunak
Banyak
Sedikit

B. Pembahasan

Tanah adalah salah satu bagian bumi yang terdapat pada permukaan bumi
dan terdiri dari massa padat, cair, dan gas. Tanah terjadi karena adanya pelapukan
batuan dan tumbuhan yang prosesnya ratusan tahun. Setiap tempat mempunyai
jenis tanah yang berbeda. Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan iklim,
vegetasi, jenis batuan local dan pengaruh lingkungan lainnya. Berikut adalah jenis
tanah di Indonesia ;
1. Tanah humus
Tanah humus adalah tanah yang sangat subur terbentuk dari lapukan daun dan
batang pohon di hutan hujan tropis yang lebat.

2. Tanah pasir
Tanah pasir merupakan tanah muda (baru) yang dalam klasifikasi FAO
termasuk dalam ordo Regosol, sedangkan menurut klasifikasi USDA tanah di
daerah pantai termasuk ordo Entisol atau lebih dikenal dengan nama Entisol
pantai.
3. Tanah alluvial
Tanah alluvial atau tanah endapan, banyak terdapat di dataran rendah, di
sekitar muara sungai, rawa-rawa, lembah-lembah, mupun kanan kiri aliran
sungai besar. Profilnya biasanya belum jelas. Pada umumnya banyak
mengandung pasir dan liat. Tidak banyak mengandung unsur-unsur zat hara.
4. Tanah pedzolit
Tanah pedzolit mudah ditemukan di pegunungan bercurah hujan tinggi dan
beriklim sedang. Tanaj jenis ini terbentuk dari pelapukan batuan yang
mengandung banyak kuarsa sehingga warna tanah ini kecoklatan. Tanah ini
kurang subur karena mineral terbawa oleh air.
5. Tanah vulkanik
Tanah vulkanik banyak terdapat di lereng gunung berapi. Tanah ini terbentuk
dari material abu yang tertinggal setelah terjadi letusan gunung berapi.
6. Tanah laterit
Tanah laterit adalah tanah tidak subur yang tadinya subur dan kaya akan unsur
hara, namun unsur hara tersebut hilang karena larut dibawa oleh air hujan
yang tinggi.
7. Tanah mediteran

Tanah mediteran adalah tanah sifatnya tidak subur yang terbentuk dari
pelapukan batuan yang kapur.
Pengambilan contoh tanah merupakan tahapan penting untuk penetapan
sifat-sifat fisik tanah di laboratorium. Prinsipnya, hasil analisis sifat-sifat fisik
tanah di laboratorium harus dapat menggambarkan keadaan sesungguhnya sifat
fisik tanah di lapangan.
Pengambilan contoh tanah untuk penetapan sifat-sifat fisik tanah
dimaksudkan untuk mengetahui sifat-sifat fisik tanah pada satu titik pengamatan,
misalnya pada lokasi kebun percobaan atau penetapan sifat fisik tanah yang
menggambarkan suatu hamparan berdasarkan poligon atau jenis tanah tertentu
dalam suatu peta tanah. Penetapan tekstur tanah dan stabilitas agregat tanah
dilakukan menggunakan contoh tanah komposit tidak terganggu (undisturbed soil
sample), dengan harapan dapat memberikan gambaran sifat-sifat fisik tanah suatu
bidang lahan dengan luasan tertentu yang relatif homogen. Dalam praktikum yang
telah dilakukan pengambilan contoh tanah dilakukan dengan dua metode yaitu
pengambilan contoh tanah utuh dan contoh tanah terganggu.
1. Contoh tanah utuh
Contoh tanah utuh merupakan contoh tanah yang diambil dari lapisan tanah
tertentu dalam keadaan tidak terganggu, sehingga kondisinya hampir
menyamai kondisi di lapangan. Contoh tanah tersebut digunakan untuk
penetapan angka berat volume (berat isi, bulk density), distribusi pori pada
berbagai tekanan (pF 1, pF 2, pF 2,54, dan pF 4,2) dan permeabilitas. Untuk
memperoleh contoh tanah yang baik dan tanah di dalam tabung tetap seperti

keadaan lapangan (tidak terganggu), maka perbandingan antara luas


permukaan tabung logam bagian luar (tebal tabung) dan luas permukaan
tabung bagian dalam tidak lebih dari 0,1. Teknik pengambilan cntoh tanah
utuh adalah sebagai berikut :
a. Ratakan dan bersihkan permukaan tanah dari rumput atau serasah.
b. Gali tanah sampai kedalaman tertentu (5-10 cm) di sekitar calon tabung
tembaga diletakkan, kemudian ratakan tanah dengan pisau.
c. Letakan tabung di atas permukaan tanah secara tegak lurus dengan
permukaan tanah, kemudian dengan menggunakan balok kecil yang
diletakkan di atas permukaan tabung, tabung ditekan sampai tiga per
empat bagian masuk ke dalam tanah.
d. Letakan tabung lain di atas tabung pertama, dan tekan sampai 1 cm masuk
ke dalam tanah.
e. Pisahkan tabung bagian atas dari tabung bagian bawah.
f. Gali tabung menggunakan sekop. Dalam menggali, ujung sekop harus
lebih dalam dari ujung tabung agar tanah di bawah tabung ikut terangkat.
g. Iris kelebihan tanah bagian atas terlebih dahulu dengan hati-hati agar
permukaan tanah sama dengan permukaan tabung, kemudian tutuplah
tabung menggunakan tutup plastik yang telah tersedia. Setelah itu, iris dan
potong kelebihan tanah bagian bawah dengan cara yang sama dan tutuplah
tabung.
h. Cantumkan label di atas tutup tabung bagian atas contoh tanah yang berisi
informasi kedalaman, tanggal, dan lokasi pengambilan contoh tanah

2. Contoh tanah terganggu


Contoh tanah terganggu dapat juga digunakan untuk analisis sifat-sifat kimia
tanah. Kondisi contoh tanah terganggu tidak sama dengan keadaan di
lapangan, karena sudah terganggu sejak dalam pengambilan contoh. Contoh
tanah ini dapat dikemas menggunakan kantong plastik tebal atau tipis.
Kemudian diberi label yang berisikan informasi tentang lokasi, tanggal
pengambilan, dan kedalaman tanah. Label ditempatkan di dalam atau di luar
kantong plastik. Jika label dimasukkan ke dalam kantong plastik bersamaan
dengan dimasukkannya contoh tanah, maka label dalam ini perlu dibungkus
dengan kantong plastik kecil, agar informasi yang telah tercatat tidak hilang
karena terganggu oleh kelembapan air tanah.
Pengangkutan semua contoh tanah hendaknya berpegang kepada prinsip
dasar, bahwa contoh tanah tidak boleh tercampur satu sama lain dan tidak
mengalami perubahan apapun selama dalam perjalanan.
Contoh tanah terganggu lebih dikenal sebagai contoh tanah biasa (disturbed
soil sample), merupakan contoh tanah yang diambil dengan menggunakan
cangkul, sekop atau bor tanah dari kedalaman tertentu sebanyak 1-2 kg.
Contoh tanah terganggu digunakan untuk keperluan analisis kandungan air,
tekstur tanah, perkolasi, batas cair, batas plastis, batas kerut, dan lain-lain.
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dihasilkan data pada pengambilan
contoh tanah utuh yaitu nilai jari-jari pada ring satu 2,4 cm, 4,6 cm, dan 4,5 cm.
dengan tinggi rig 5,4 cm, 4,9 cm, dan 5 cm sehingga didapatkan volume 97,66
cm3, 325, 57 cm3,dan 317,92 cm3. Dengan berat ring dan kap yaitu 34,92 gr,

59,6492 gr, dan 59,67599 gr. Setelah dilakukan penggambilan tanah utuh datanya
berubah menjadi 171,47 gr, 173,25 gr, dan 178, 68 gr. Dengan data tersebut dapat
digunakan untuk penetapan angka berat volume, distribusi pori pada berbagai
tekanan dan permeabilitas tanah. Perbedaan hasil pengukuran disebabkan karena
ring yang digunakan untuk mengambil tanah utuh memiliki ukuran yang berbedabeda.
Sedangkan pada pengambilan contoh tanah terganggu digunakan untuk
mengukur sifat fisik tanah berupa warna tanah dan struktur tanah, kemudian
digunakan untuk mengidentifikasi kekerasan tanah, ketersediaan kerikil dan akar
dalam tanah. Pada kedalaman 30 cm diperoleh bahwa warna tanah adalah 5 R2/2
dengan struktur liat dan lunak dengan sedikit kerikil dan tidak ada perakaran.
Sedangkan pada kedalaman 60 cm merupakan tanah liat dan lunak dengan warna
tanah 10 R2/2 serta terdapat agak banyak batu dan tidak ada perakaran. Pada
lapisan 90 cm merupakan tanah liat dan lunak dengan warna tanah 5 YR2/2
terdapat banyak batu dan sedikit perakaran. Dari hasil pengamatan tersebut
diketahui bahwa diatas tanah yang diambil tanahnya tidak terdapat bekas tenaman
ditandai dengan tidak adanya perakaran pada kedalaman 30 cm,dan 60 cm.
Sedangkan pada kedalam 90 cm terdapat sedikit perakaran yang merupakan akar
tanaman di sekitar agregat tanah.
Pada praktikum pengambilan contoh tanah utuh terdapat beberapa kendala
antara lain yaitu butuh beberapa kali untuk melakukan penggambilan tanah utuh
yaitu ring terhalang masuk lebih dalam karena adanya batu. Sedangkan pada
pengambilan contoh tanah terganggu tidak menemui kendala yang berarti.

V.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Contoh tanah utuh merupakan contoh tanah yang diambil dari lapisan tanah
tertentu dalam keadaan tidak terganggu, sehingga kondisinya hampir
menyamai kondisi di lapangan. Pengambbilan contoh tanah utuh yaitu
denggan menggunakan ring yang ditekan sedalam ukuran ke dalam tanah
yang bebas dari rumput kemudian dibantu lagi dengan ring dan ditekan hingga
tanah melewati ring yang kedua. Selanjutnya gali ring dengan skop atau
cangkul dan ratakan bagian atas dan bawah ring kemudian tutup dan beri label
sehingga siapuntuk pengamatan.
2. Contoh tanah terganggu diambil dengan cara menggali tanah sedalam 1 meter
kemudian membaginya dengan 30 cm sehinngaterdapat 3 buah lapisan. Setiap
lapisan tanah diambil agregat tanahnya dan dimasukkan kedalam plastik
sehingga siap untuk pengamatan. Dari praktikum yang telah dilakukan diambil
agregat tanah dari tiap lapisan untuk dilakukan pengamatan teradap sifat fisik
tanah dan tidak filakukan pengamatan tentang sifat kimia tanah.

B. Saran

Sebaiknya dalam setiap praktikum praktikan dapat lebih fokus pada


praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

Balai Penelitian Tanah. 2006. Sifat Fisik Tanah dan Metode Analisisnya. Balai
Penelitian Tanah.Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Departemen Pertanian Bogor.
Buckman, H. D dan Brody, 1982. Ilmu Tanah. Gajah Mada University Press;
Yogyakarta
Hardjowigeno, S. 1995. Ilmu Tanah. Akademika pressindo; Jakarta
Yulipriyanto. (2010). Biologi Tanah dan Strategi Pengelolaannya. Yogyakarta;
Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai