FISIKA TANAH
PENGAMBILAN CONTOH TANAH
Oleh:
Dewi Istiyaningsih
A1H012007
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
1. Mengetahui cara pengambilan contoh tanah utuh dan contoh tanah terganggu
2. Mengambil contoh tanah biasa atau tanah terganggu untuk analisis kimia dan
kestebilan agregat tanah
Tanah adalah suatu benda alam yang terdapat dipermukaan kulit bumi, yang
tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil pelapukan batuan, dan bahanbahan organik sebagai hasil pelapukan sisa-sisa tumbuhan dan hewan, yang
merupakan medium atau tempat tumbuhnya tanaman dengan sifat-sifat tertentu,
yang terjadi akibat dari pengaruh kombinasi faktor-faktor iklim, bahan induk,
jasad hidup, bentuk wilayah dan lamanya waktu pembentukan (Yuliprianto,
2010).
Pengambilan contoh tanah merupakan tahapan penting untuk penetapan
sifat-sifat fisik tanah di laboratorium. Prinsipnya, hasil analisis sifat-sifat fisik
tanah di laboratorium harus dapat menggambarkan keadaan sesungguhnya sifat
fisik tanah di lapangan.
Keuntungan penetapan sifat-sifat fisik tanah yang dilakukan di laboratorium
dapat dikerjakan lebih cepat, dan dalam jumlah contoh tanah relatif lebih banyak.
Kerugiannya adalah contoh tanah yang diambil di lapangan bersifat destruktif,
karena dapat merusak permukaan tanah, seperti terjadinya lubang bekas
pengambilan contoh tanah, cenderung menyederhanakan kompleksitas sistem
yang ada di dalam tanah, dan sebagainya.
Sifat-sifat fisik tanah yang dapat ditetapkan di laboratorium mencakup berat
volume (BV), berat jenis partikel (PD = particle density), tekstur tanah,
permeabilitas tanah, stabilitas agregat tanah, distribusi ukuran pori tanah termasuk
ruang pori total (RPT), pori drainase, pori air tersedia, kadar air tanah, kadar air
Sifat-sifat tanah bervariasi menurut tempat dan waktu, yang dapat disebabkan
oleh hasil akhir dari proses yang terjadi secara internal atau alami dan
pengaruh dari luar, misalnya intervensi manusia. Proses yang sifatnya internal
berkaitan dengan faktor-faktor geologi, hidrologi, dan biologi yang dapat
mempengaruhi pembentukan tanah. Variabilitas sifat-sifat fisik tanah akibat
dari proses alami dapat diregionalisasi dengan asumsi bahwa tempat yang
berdekatan cenderung mirip atau mempunyai nilai yang tidak berbeda jauh,
yang kemudian didelineasi menjadi satu poligon. Namun demikian, tingkat
kemiripan tersebut sangat tergantung pada skala pengamatan, misalnya
negara, km, atau hanya beberapa mm saja.
Pengaruh luar terhadap sifat-sifat fisik tanah seperti pengolahan tanah dan
jenis penggunaan lahan dapat diuraikan menurut ruang dan waktu. Pengolahan
tanah, drainase, penutupan tajuk tanaman, dan bahan pembenah tanah dapat
secara nyata mempengaruhi variasi hasil pengukuran baik menurut ruang
maupun waktu. Sebagai contoh, pengolahan tanah adalah mencampur tanah,
yang berarti cenderung mengurangi variasi berat isi tanah menurut ruang,
namun, pengaruhnya berubah menurut waktu akibat proses pemadatan.
Pengaruh ruang dan waktu terhadap sifat-sifat fisik tanah dapat dituliskan
sebagai berikut:
SP = f(x, y, z, t)
dimana: SP adalah sifat fisik tanah apa saja, misalnya kelembapan tanah, suhu,
berat isi tanah. Simbol f diartikan sebagai fungsi dari; x, y, z adalah koordinat
Cartesian; dan t adalah waktu. Hal ini menunjukkan, bahwa pengukuran satu
Hal
tersebut
akan
menyebabkan
kesalahan
dalam
III. METODOLOGI
1. Tanah di lahan
5. Ring sampel
2. Penggaris
6. Cangkul
3. Kantong plastik
7. Kertas label
4. Pisau
8. Pulpen
B. Prosedur Kerja
h. Tabung yang berisi tanah dimasukkan ke dalam plastik dan diberi label
secukupnya.
2. Pengambilan contoh tanah terganggu dan agregat utuh
a. Tanah digali sampai kedalaman yang diinginkan. Untuk menetapkan
stabilitas agregat, umumnya cukup dengan mengambil lapisan tanah yang
sesuai dengan dalamnya perakaran.
b. Gumpalan-gimpalan
tanah
yang
masih
utuh
diambil,
kemudian
dimasukkan ke dalam plastik yang telah disiapkan dan jangan lupa dicatat
waktu pengamatan, jenis tanah, lokasi untuk dibubuhkan pada plastik
tersebut
A. Hasil
Berat ring +
kap (gr)
34,92
59,6492
59,67599
Berat ring +
kap + tanah(gr)
171,47
173,25
178,68
Lapisan III
90
5YR2/2
Liat
Lunak
Banyak
Sedikit
B. Pembahasan
Tanah adalah salah satu bagian bumi yang terdapat pada permukaan bumi
dan terdiri dari massa padat, cair, dan gas. Tanah terjadi karena adanya pelapukan
batuan dan tumbuhan yang prosesnya ratusan tahun. Setiap tempat mempunyai
jenis tanah yang berbeda. Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan iklim,
vegetasi, jenis batuan local dan pengaruh lingkungan lainnya. Berikut adalah jenis
tanah di Indonesia ;
1. Tanah humus
Tanah humus adalah tanah yang sangat subur terbentuk dari lapukan daun dan
batang pohon di hutan hujan tropis yang lebat.
2. Tanah pasir
Tanah pasir merupakan tanah muda (baru) yang dalam klasifikasi FAO
termasuk dalam ordo Regosol, sedangkan menurut klasifikasi USDA tanah di
daerah pantai termasuk ordo Entisol atau lebih dikenal dengan nama Entisol
pantai.
3. Tanah alluvial
Tanah alluvial atau tanah endapan, banyak terdapat di dataran rendah, di
sekitar muara sungai, rawa-rawa, lembah-lembah, mupun kanan kiri aliran
sungai besar. Profilnya biasanya belum jelas. Pada umumnya banyak
mengandung pasir dan liat. Tidak banyak mengandung unsur-unsur zat hara.
4. Tanah pedzolit
Tanah pedzolit mudah ditemukan di pegunungan bercurah hujan tinggi dan
beriklim sedang. Tanaj jenis ini terbentuk dari pelapukan batuan yang
mengandung banyak kuarsa sehingga warna tanah ini kecoklatan. Tanah ini
kurang subur karena mineral terbawa oleh air.
5. Tanah vulkanik
Tanah vulkanik banyak terdapat di lereng gunung berapi. Tanah ini terbentuk
dari material abu yang tertinggal setelah terjadi letusan gunung berapi.
6. Tanah laterit
Tanah laterit adalah tanah tidak subur yang tadinya subur dan kaya akan unsur
hara, namun unsur hara tersebut hilang karena larut dibawa oleh air hujan
yang tinggi.
7. Tanah mediteran
Tanah mediteran adalah tanah sifatnya tidak subur yang terbentuk dari
pelapukan batuan yang kapur.
Pengambilan contoh tanah merupakan tahapan penting untuk penetapan
sifat-sifat fisik tanah di laboratorium. Prinsipnya, hasil analisis sifat-sifat fisik
tanah di laboratorium harus dapat menggambarkan keadaan sesungguhnya sifat
fisik tanah di lapangan.
Pengambilan contoh tanah untuk penetapan sifat-sifat fisik tanah
dimaksudkan untuk mengetahui sifat-sifat fisik tanah pada satu titik pengamatan,
misalnya pada lokasi kebun percobaan atau penetapan sifat fisik tanah yang
menggambarkan suatu hamparan berdasarkan poligon atau jenis tanah tertentu
dalam suatu peta tanah. Penetapan tekstur tanah dan stabilitas agregat tanah
dilakukan menggunakan contoh tanah komposit tidak terganggu (undisturbed soil
sample), dengan harapan dapat memberikan gambaran sifat-sifat fisik tanah suatu
bidang lahan dengan luasan tertentu yang relatif homogen. Dalam praktikum yang
telah dilakukan pengambilan contoh tanah dilakukan dengan dua metode yaitu
pengambilan contoh tanah utuh dan contoh tanah terganggu.
1. Contoh tanah utuh
Contoh tanah utuh merupakan contoh tanah yang diambil dari lapisan tanah
tertentu dalam keadaan tidak terganggu, sehingga kondisinya hampir
menyamai kondisi di lapangan. Contoh tanah tersebut digunakan untuk
penetapan angka berat volume (berat isi, bulk density), distribusi pori pada
berbagai tekanan (pF 1, pF 2, pF 2,54, dan pF 4,2) dan permeabilitas. Untuk
memperoleh contoh tanah yang baik dan tanah di dalam tabung tetap seperti
59,6492 gr, dan 59,67599 gr. Setelah dilakukan penggambilan tanah utuh datanya
berubah menjadi 171,47 gr, 173,25 gr, dan 178, 68 gr. Dengan data tersebut dapat
digunakan untuk penetapan angka berat volume, distribusi pori pada berbagai
tekanan dan permeabilitas tanah. Perbedaan hasil pengukuran disebabkan karena
ring yang digunakan untuk mengambil tanah utuh memiliki ukuran yang berbedabeda.
Sedangkan pada pengambilan contoh tanah terganggu digunakan untuk
mengukur sifat fisik tanah berupa warna tanah dan struktur tanah, kemudian
digunakan untuk mengidentifikasi kekerasan tanah, ketersediaan kerikil dan akar
dalam tanah. Pada kedalaman 30 cm diperoleh bahwa warna tanah adalah 5 R2/2
dengan struktur liat dan lunak dengan sedikit kerikil dan tidak ada perakaran.
Sedangkan pada kedalaman 60 cm merupakan tanah liat dan lunak dengan warna
tanah 10 R2/2 serta terdapat agak banyak batu dan tidak ada perakaran. Pada
lapisan 90 cm merupakan tanah liat dan lunak dengan warna tanah 5 YR2/2
terdapat banyak batu dan sedikit perakaran. Dari hasil pengamatan tersebut
diketahui bahwa diatas tanah yang diambil tanahnya tidak terdapat bekas tenaman
ditandai dengan tidak adanya perakaran pada kedalaman 30 cm,dan 60 cm.
Sedangkan pada kedalam 90 cm terdapat sedikit perakaran yang merupakan akar
tanaman di sekitar agregat tanah.
Pada praktikum pengambilan contoh tanah utuh terdapat beberapa kendala
antara lain yaitu butuh beberapa kali untuk melakukan penggambilan tanah utuh
yaitu ring terhalang masuk lebih dalam karena adanya batu. Sedangkan pada
pengambilan contoh tanah terganggu tidak menemui kendala yang berarti.
V.
A. Kesimpulan
1. Contoh tanah utuh merupakan contoh tanah yang diambil dari lapisan tanah
tertentu dalam keadaan tidak terganggu, sehingga kondisinya hampir
menyamai kondisi di lapangan. Pengambbilan contoh tanah utuh yaitu
denggan menggunakan ring yang ditekan sedalam ukuran ke dalam tanah
yang bebas dari rumput kemudian dibantu lagi dengan ring dan ditekan hingga
tanah melewati ring yang kedua. Selanjutnya gali ring dengan skop atau
cangkul dan ratakan bagian atas dan bawah ring kemudian tutup dan beri label
sehingga siapuntuk pengamatan.
2. Contoh tanah terganggu diambil dengan cara menggali tanah sedalam 1 meter
kemudian membaginya dengan 30 cm sehinngaterdapat 3 buah lapisan. Setiap
lapisan tanah diambil agregat tanahnya dan dimasukkan kedalam plastik
sehingga siap untuk pengamatan. Dari praktikum yang telah dilakukan diambil
agregat tanah dari tiap lapisan untuk dilakukan pengamatan teradap sifat fisik
tanah dan tidak filakukan pengamatan tentang sifat kimia tanah.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Balai Penelitian Tanah. 2006. Sifat Fisik Tanah dan Metode Analisisnya. Balai
Penelitian Tanah.Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Departemen Pertanian Bogor.
Buckman, H. D dan Brody, 1982. Ilmu Tanah. Gajah Mada University Press;
Yogyakarta
Hardjowigeno, S. 1995. Ilmu Tanah. Akademika pressindo; Jakarta
Yulipriyanto. (2010). Biologi Tanah dan Strategi Pengelolaannya. Yogyakarta;
Graha Ilmu.