Anda di halaman 1dari 26

PROFIL FAKTOR EDAFIK DI KEBUN PINUS LEMBANG

LAPORAN PRAKTIKUM
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekologi yang diampu oleh :
Dr. Amprasto, M. Si.
Dr. H. Yusuf Hilmi Adisendjaja, M.Sc
Dr. Rini Solihat, M. Si.
Tri Suwandi, S. Pd., M. Sc.

oleh :
Pendidikan Biologi A 2017
Kelompok 1

Egina Astien Nurhidayah (1703087)


Luniar Abdullah (1700677)
Moch. Soleh (1702777)
Raihana Nurul Isnaeni (1700576)
Vanni Destianti Kurnia (1705682)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2019
A. Judul
Profil faktor edafik di Kebun Pinus Lembang

B. Latar Belakang
Hutan homogen yaitu hutan yang terdiri atas satu jenis vegetasi tumbuhan saja
dengan adanya campur tangan manusia di dalamnya. Hutan homogen juga sering
disebut dengan hutan industri, salah satu contohnya adalah hutan pinus. Hutan
pinus termasuk ke dalam bioma konifer. Indonesia adalah salah satu negara yang
memiliki hutan pinus, yang tersebar luas di setiap provinsi di Indonesia.
Pinus merupakan tumbuhan yang mengeluarkan zat alelopati yaitu suatu asam
lemah yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman lain disekitarnya. Menurut
kami, hal ini akan memengaruhi kondisi faktor edafik di sekitar wilayah yang
ditumbuhi pinus tersebut. Untuk itulah, kami melakukan penelitian faktor edafik di
Kebun Pinus Lembang.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, penulis merumuskan masalah penelitian sebagai
berikut:
1. Bagaimana faktor edafik di Kebun Pinus Lembang?

D. Pertanyaan Penelitian
Adapun pertanyaan penelitian berdasarkan rumusan masalah di atas
diantaranya sebagai berikut:
1. Berapa pH tanah di Kebun Pinus Lembang?
2. Bagaimana kondisi warna tanah di Kebun Pinus Lembang?
3. Bagaimana tekstur tanah di Kebun Pinus Lembang?
4. Bagaimana suhu tanah di Kebun Pinus Lembang?
5. Berapa materi organik tanah yang terkandung di Kebun Pinus Lembang?
6. Bagaimana aerasi tanah di Kebun Pinus Lembang?
7. Adakah keterkaitan antara faktor edafik satu sama lain dari ke enam
parameter tersebut?
E. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian ini, yaitu:
1. Untuk menganalisis pH tanah di Kebun Pinus Lembang
2. Untuk menganalisis kondisi warna tanah di Kebun Pinus Lembang
3. Untuk menganalisis tekstur tanah di Kebun Pinus Lembang
4. Untuk menganalisis suhu tanah di Kebun Pinus Lembang
5. Untuk menganalisis materi organik tanah yang terkandung di Kebun Pinus
Lembang
6. Untuk menganalisis aerasi tanah di Kebun Pinus Lembang
7. Untuk menganalisis keterkaitan antara faktor edafik satu sama lain dari ke
enam parameter yang diambil.

F. Batasan Penelitian
Adapun batasan penelitian berdasarkan rumusan masalah di atas
diantaranya sebagai berikut:
1. Pengambilan data tidak dilakukan dalam waktu yang bersamaan, melainkan
dilakukan satu per satu pada setiap titik wilayah penelitian.
2. Terdapat 3 titik sampel penelitian yang dipilih, dimana pemilihan titik
ditentukan berdasarkan simple random sampling. Dari luas area yang
dipilih, ditentukan 20% dari luas total, lalu dibagi menjadi 27 kotak sama
besar. Dari 27 kotak tersebut, diambil 3 kotak random sebagai titik 1, 2, dan
3.
3. Setiap satu titik sampel penelitian yang dipilih terdapat tiga kali
pengulangan agar data yang di dapat lebih akurat.
4. Sampel tanah yang di ambil terdapat pada kedalaman 30 cm.
5. Faktor yang diamati pada penelitian ini, yaitu kondisi MOT, pH tanah,
kondisi warna tanah, tekstur tanah, suhu tanah, dan aerasi tanah.

G. Dasar Teori
Kondisi tanah atau edafik merupakan salah satu faktor yang memengaruhi
persebaran makhluk hidup terutama tumbuhan. Tanah merupakan media tumbuh
dan berkembangnya tanaman. Tingkat kesuburan tanah merupakan faktor utama
yang berpengaruh terhadap persebaran tumbuhan. Ini berarti semakin subur tanah
maka kehidupan tumbuhan akan semakin banyak jumlah dan keanekaragamannya.
Tanah-tanah yang subur, seperti tanah vulkanis dan andosol merupakan media
optimal bagi pertumbuhan tanaman (Anton, 2019).
Tanah sangat penting untuk mendukung kehidupan tumbuhan dengan
menyediakan unsur hara dan air serta sebagai penopang akar. Di dalam tanah,
terdapat berbagai unsur hara atau partikel yang sangat berperan penting bagi
kelangsungan hidup tanaman, seperti kandungan bahan organik, kondisi drainase,
dan aerasi (Soepardi 1983).
Komposisi tanah terdiri dari mineral, bahan organik, air dan udara. Tanah yang
subur mengandung 40% mineral, 10% bahan organik, 15% air dan 25% udara.
Karakter tanah secara signifikan menentukan kemampuan perakaran dan asupan
nutrisi terhadap pertumbuhan melalui tekstur dan struktur tanah (Bagas, 2018).
Adapun faktor edafik persebaran flora fauna mencakup aspek berikut:
1. Kedalaman solum alias lapisan atas tanah memengaruhi akses terhadap air,
nutrisi dan stabilitas struktur tumbuhan.
2. Tekstur dan struktur tanah mempengaruhi kerapatan tanah dan stabilitas
agregat tanah, porositas, udara tanah dan cadangan air dalam tanah. Kondisi
tanah terlalu rapat akan menghambat pembenihan.
3. Kandungan bahan organik dalam tanah memengaruhi sifat tanah, stabilitas
struktur tanah, kapasitas menahan air, warna tanah, retensi dan mobilitas
polutan serta kapasitas penyangga.
4. Tingkat keasaman alias pH adalah ukuran konsentrasi ion hidrogen dari
larutan berair dan menunjukkan tingkat asam dan alkalinitas. Nilai pH tanah
akan berkaitan dengan jenis vegetasi yang dapat tumbuh di tanah tersebut.
5. Kejenuhan basa yang menjadi pasokan nutrisi penting yang optimal
diinginkan untuk menghindari gejala kekurangan, meningkatkan
kerentanan terhadap hama dan penyakit serta pengurangna hasil panen.
6. Kandungan udara dalam tanah antara tanah di daerah satu dengan daerah
lainnya berbeda. Hal tersebut terjadin karena adanya tingkat kegemburan
tanah yang berbeda-beda. Semakin tinggi tingkat kegemburan suatu tanah,
semakin besar kandungan udara di dalam tanah.
Tanah yang berkembang di daerah pegunungan tentu akan berbeda dengan
tanah yang berkembang dekat pantai, dataran rendah atau gurun pasir bahkan
daerah kutub. Tanah pasir yang gersang tentu cocok untuk kaktus namun tidak bisa
untuk anggrek. Tanah aluvial cocok untuk pertanian sementara tanah kapur cocok
untuk hutan jati.
1. Warna tanah
Warna tanah merupakan sifat morfologi yang paling mudah dibedakan.
Warna merupakan petunjuk untuk beberapa sifat tanah, misalnya: warna
hitam menunjukkan kandungan bahan organik tinggi. Warna merah
menunjukkan adanya oksidasi bebas (tanah-tanah yang teroksidasi). Warna
abu-abu atau kebiruan menunjukkan adanya reduksi (Hardjowigeno, 1985).
Warna tanah sering digunakan sebagai salah satu parameter untuk
mengklasifikasikan tanah. Hasil klasifikasi tanah selanjutnya digunakan
sebagai dasar penilaian kesesuaian lahan berbagai tanaman pertanian
maupun tanaman kehutanan. Dalam penelitian sumber daya tanah saat ini,
Munsell Soil Color Chart (MSCC) digunakan sebagai standar. Warna dasar
atau warna matriks dan warna karatan sebagai hasil dari proses oksidasi dan
reduksi di dalam tanah (Balai Penelitian Tanah, 2004).
Cara penggunaan MSCC adalah dengan mengecek kemiripan warna
tanah pada pedoman warna yang terdapat dalam MSCC. Pada Munsell Soil
Color Chart nilainya dinyatakan dalam tiga satuan yaitu hue, value dan
chroma.
Hue menujukkan warna spektrum yang dominan dan sesuai dengan
panjang gelombang, value menunjukan gelap atau terangnya warna, dan
chroma menujukkan kekuatan dan kemurnian warna spektrum. Penentuan
nilai hue dimulai dari spektrum dominan paling merah (5R) sampai
spektrum dominan paling kuning (5Y). Selain itu, di dalam beberapa buku
MSCC sering terdapat juga spektrum untuk warna-warna tanah tereduksi
(gley).
Value tanah bernilai antara 2–8. Semakin tinggi nilai value, maka warna
tanah makin terang, yang menandakan bahwa jumlah sinar yang dapat
dipantulkan oleh tanah tersebut semakin banyak. Nilai value pada lembar
buku MSCC terbentang secara vertikal dari bawah ke atas dengan angka 2
menunjukkan warna paling gelap dan angka 8 menunjukkan warna paling
terang. Nilai chroma tanah pada lembar buku MSCC dibagi dengan rentang
1–8. nilai chroma yang tinggi menunjukkan kemurnian spektrum atau
kekuatan warna spektrum yang makin meningkat dan begitu pula sebaliknya
(Priandana, dkk., 2014).

Gambar G.1 Munsell Soil Color Chart (MSCC)


(Priandana, dkk., 2014)
2. Tekstur tanah
Tekstur tanah, biasa juga disebut besar butir tanah, termasuk salah satu
sifat tanah yang paling sering ditetapkan. Hal ini disebabkan karena tekstur
tanah berhubungan erat dengan pergerakan air dan zat terlarut, udara,
pergerakan panas, berat volume tanah, luas permukaan spesifik (specific
surface), kemudahan tanah memadat (compressibility), dan lain-lain (Hillel,
1982).
Tekstur adalah perbandingan relatif antara fraksi pasir, debu dan liat,
yaitu partikel tanah yang diameter efektifnya ≤ 2 mm. Di dalam analisis
tekstur, fraksi bahan organik tidak diperhitungkan. Bahan organik terlebih
dahulu didestruksi dengan hidrogen peroksida (H2O2). Tekstur tanah dapat
dinilai secara kualitatif dan kuantitatif. Cara kualitatif biasa digunakan
surveyor tanah dalam menetapkan kelas tekstur tanah di lapangan. Berbagai
lembaga penelitian atau institusi mempunyai kriteria sendiri untuk
pembagian fraksi partikel tanah.
Mengingat terdapat beberapa sistem pengelompokan fraksi ukuran
butir tanah, maka dalam penyajian hasil analisis perlu dicantumkan sistem
klasifikasi mana yang digunakan. Di Balai Penelitian Tanah digunakan
sistem USDA (LPT, 1979). Tanah dengan berbagai perbandingan pasir,
debu dan liat dikelompokkan atas berbagai kelas tekstur seperti 5
digambarkan pada segitiga tekstur (Gambar 2). Cara penggunaan segitiga
tekstur adalah sebagai berikut:

Gambar G.2 Segitiga Struktur Tanah


(Ahmad, 2019)
Misalkan suatu tanah mengandung 50% pasir, 20% debu, dan 30% liat.
Dari segitiga tekstur dapat dilihat bahwa sudut kanan bawah segitiga
menggambarkan 0% pasir dan sudut kirinya 100% pasir. Temukan titik 50%
pasir pada sisi dasar segitiga dan dari titik ini tarik garis sejajar dengan sisi
kanan segitiga (ke kiri atas). Kemudian temukan titik 20% debu pada sisi
kanan segitiga. Dari titik ini tarik garis sejajar dengan sisi kiri segitiga,
sehingga garis ini berpotongan dengan garis pertama. Kemudian temukan
titik 30% liat dan tarik garis ke kanan sejajar dengan sisi dasar segitiga
sehingga memotong dua garis sebelumnya. Dari perpotongan ketiga garis
ini, ditemukan bahwa tanah ini mempunyai kelas tekstur "lempung liat
berpasir".
Salah satu kelas tekstur tanah adalah lempung yang letaknya di sekitar
pertengahan segitiga tekstur. Lempung mempunyai komposisi yang imbang
antara fraksi kasar dan fraksi halus, dan lempung sering dianggap sebagai
tekstur yang optimal untuk pertanian. Hal ini disebabkan oleh kapasitasnya
menyerap hara pada umumnya lebih baik daripada pasir, sementara
drainase, aerasi dan kemudahannya diolah lebih baik daripada liat.
Akan tetapi, pendapat ini tidak berlaku umum, karena untuk keadaan
lingkungan dan jenis tanaman tertentu pasir atau liat mungkin lebih baik
daripada lempung. Penentuan tekstur suatu contoh tanah secara kuantitatif
6 dilakukan melalui proses analisis mekanis. Proses ini terdiri atas
pendispersian agregat tanah menjadi butir-butir tunggal dan kemudian
diikuti dengan sedimentasi.
3. pH Tanah
Menurut Hardjowigeno, S. (1992), bahwa pH tanah yang rendah dan
tinggi dipengaruhi oleh adanya perbedaan kandungan ion H+ dan ion OH-,
dimana jumlah ion H+ dan ion OH- juga menentukan kemasaman suatu
tanah. Jika jumlah ion H+ lebih tinggi dari jumlah ion OH- maka tanah akan
bersifat masam dan sebaliknya jika jumlah ion OH- lebih besar daripada ion
H+ maka tanah akan bersifat basa.
Pada kondisi pH netral maka kandungan P biasanya juga dalam kriteria
tinggi, hal tersebut di karenakan kompleks pertukaran ion didominasi oleh
kation – kation basa akibat adanya suasana pH netral, sehingga pertukaran
unsur hara cukup efektif karena pada pH netral, ketersediaan unsur hara
menjadi optimal (Tan, 1991 dalam Prabowo, 2010).
4. Materi Organik Tanah
Materi organik tanah merupakan penimbunan dari sisa-sisa tanaman
dan binatang yang sebagian telah mengalami pelapukan dan pembentukan
kembali. Materi organik demikian berada dalam pelapukan aktif dan
menjadi mangsa serangan jasad mikro. Sebagai akibatnya bahan tersebut
berubah terus dan tidak mantap sehingga harus selalu diperbaharui melalui
sisa-sisa tanaman atau binatang (Abdullah, 1997).
Menurut Kononova (1966) (dalam Saidi, 2018), memberikan definisi
bahan organik tanah adalah bahan yang
kompleks dan dinamis, berasal dari sisa tanaman dan hewan di dalam
tanah dan mengalami perombakan secara terus menerus.
Materi organik tanah dapat dikelompokkan menjadi dua komponen,
yaitu komponen yang mati (dead organic matter) dan komponen yang hidup
(living organic matter). Komponen hidup bahan organic dapat terdiri dari
akar tanaman, binatang di dalam tanah (meso dan micro fauna) dan
mikroorganisme biomassa (microbial biomass), dan
komponen mati terdiri dari residu organik yang terdekomposisi secara
biologi dan kimia (Stevenson and Cole, 1999).
5. Aerasi
Proses oksidasi dengan oksigen dapat menurunkan kadar besi dalam air
(Lutfihani, 2015). Metode aerasi sering digunakan untuk pengolahan air
minum dengan memasukan oksigen kedalam air sehingga besi (Fe) dan
mangan (Mn) berekasi dengan oksigen yang semula dalam bentuk Fe 2+ dan
Mn2+ terlarut menjadi Fe3+ dan Mn3+ yang akan mengendap untuk kemudian
dipisahkan dari air tanah (Taufan, 2011).
Metode ini menekankan pada transfer oksigen ke dalam air untuk
meningkatkan kadar oksigen terlarut, menyisihkan kandungan besi dan
mangan, hidrogen sulfida, senyawa organik serta karbondioksida yang ada
didalam air (Qasim, et al., 2000).

H. Alat dan Bahan


Tabel 1. Alat yang digunakan dalam pengamatan profil faktor edafik
di Kebun Pinus Lembang
No Nama Alat Spesifikasi Jumlah
Sensor pada soil tester ini peka terhadap
konsentrasi H+ atau OH- sehingga dapat
Soil pH
1. mendeteksi kandungan pH tanah. Selain itu 1 unit
tester (pH) alat ini juga dapat mendeteksi konsentrasi air
pada tanah, sehingga kelembaban tanah dapat
terukur.
Termometer yang digunakan yaitu jenis
Termometer termometer air raksa. Prinsip kerja termometer
2. ini menggunakan sifat pemuaian zat cair. 1 unit
(oC)
Volume suatu zat bertambah akibat perubahan
suhu.
Meteran Panjang benda yang diukur akan sama dengan
3. panjang yang tertera pada meteran tersebut. 1 unit
(50m)
Satuan dalam cm atau m.
4. Sieve tube Memiliki enam lapis penyaring berdasarkan 1 unit
ukuran partikel tanahnya.
Gelas ukur Gelas ukur yang digunakan untuk menghitung
5. volume larutan hingga 10 ml. 3 unit
(ml)
Labu Digunakan unutk campuran sampel tanah
ketika menghitung MOT.
6. Erlenmeyer 3 unit
(ml)
Pipet tetes yang digunakan adalah pipet
7. Pipet tetes pasteur yang telah dikalibrasi jumlah tetesnya 9 unit
ke tiap 1ml larutan.
Sel beban elektronik mengukur bobot benda
Timbangan
8. pada keadaan tertentu kemudian ditransfer ke 1 unit
digital sinyal digital atau elektronik dan kemudian
ditunjukkan ke bentuk digital.
Digunakana untuk melubangi atau mengebor
9. Soil corer tanah dan untuk mengambil sampel tanah 1 unit
yang akan di uji.
Beaker Digunakan untuk larutan.
10. 3 unit
glass (ml)
Alat sederhana, nondigital dan untuk
11. Sekop memindahkan specimen. Pemberian dorongan 1 unit
pada pegangan atas, membuat sekop masuk ke
dalam tanah
12. Alat tulis Digunakan untuk mencatat hasil pengamatan 2 set
sebelum disusun dalam laporan.
Digunakan untuk mendokumentasikan
13. Kamera kegiatan selama pengamatan sebelum 2 unit
dilampirkan dalam laporan.
Tabel 2. Bahan yang digunakan dalam pengamatan profil faktor edafik
di Kebun Pinus Lembang
No Nama Bahan Jumlah
1. Aquades 700 ml
2. Fero Amonium Sulfat 32 ml
3. H2SO4 80 ml
4. H3PO4 85% 40 ml
5. Indikator Diphenilamin 12 ml
6. K2Cr2O7 40 ml
7. NaF 0,8 gram
8. HCl 1 ml
9. KCNS 1 ml
10. K3 Fe(CN)6 1 ml
11. Sampel Tanah Secukupnya
12. Kertas Saring 9 unit
13. Kertas Putih 3 unit

I. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian dilaksanakan menggunakan pendekatan deskriptif. Metode
deskriptif digunakan untuk menggambarkan profil faktor edafik di Kebun
Pinus Lembang.
2. Waktu dan Tempat Penelitian
Hari/Tanggal : Sabtu, 19 Oktober 2019
Waktu : 08.00-18.30 WIB
Tempat : Kebun Pinus, Langensari, Lembang
3. Variabel Penelitian
a. Variabel bebas : Waktu pengambilan data (08.00–18.30 WIB
dengan pengulangan data sebanyak tiga kali).
b. Variabel terikat : Faktor edafik (pH, suhu, warna tanah, tekstur
tanah, materi organik, dan aerasi tanah).

4. Teknik Sampling
Teknik sampling yang kami gunakan yaitu simple random sampling.
Luas pada Kebun Pinus diambil 20% untuk dijadikan titik sampling.
Adapun pembagian wilayahnya yaitu sebagai berikut (kotak berwarna
kuning merupakan daerah yang terpilih menjadi titik sampling). Setiap
kotak berukuran 6,2 m X 5 m. Kotak nomor 22 sebagai titik 1, kotak nomor
15 sebagai titik 2, dan kotak nomor 8 sebagai titik 3

3 6 9 12 15 18 21 24 27
2 5 8 11 14 17 20 23 26
1 4 7 10 13 16 19 22 25

Gambar I.1. Design Wilayah Penelitian Edafik di Kebun Pinus Langensari


Lembang

J. Langkah Kerja
Masalah dan lokasi Survei lokasi Area sampling
penelitian penelitian dilakukan ditentukan
ditentukan

Pengambilan data Informasi yang Outline


dilakukan berkaitan dengan penelitian
penelitian dikumpulkan disusun

Hasil pengamatan dicatat dan


dilaporkan dalam laporan hasil

Gambar J. 1. Langkah Kerja Pengamatan Edafik

Sampel tanah Tentukan


Siapkan 100 gram
disaring perbandingan berat
sampel tanah yang
menggunakan sieve relative antara pasir,
telah dikeringkan
tube lempung, dan liat
Gambar J.2. Langkah Kerja Mengukur Tekstur Tanah

Ambil sampel tanah Letakkan sampel


Tentukan warna
dari setiap titik tanah dengan kertas
tanah
sampel putih sebagai alas

Gambar J.3. Langkah Kerja Mengukur Warna Tanah

Tancapkan pH Soil
Tunggu sekitar 5 Lakukan
Tester pada tanah
menit sampai jarum pengulangan sampai
yang menjadi titik
tidak bergerak lagi 3 kali
sampel

Lakukan juga pada


titik sampel 2 dan 3

Gambar J.4. Langkah Kerja Mengukur pH Tanah

Ambil sampel tanah


Tetesi dengan HCl
dan simpan di sisi
sebanyak 2 tetes
kanan dan kiri Lipat kertas saring
pada sampel tanah
kertas saring
di kanan dan kiri

Diamati perubahan Sampel tanah kanan


warna yang terjadi ditetesi KCNS
pada kertas saring sebanyak 1 tetes,
saat ditetesi KCNS sampel tanah kiri
dan K3Fe(CN)6 ditetesi K3Fe(CN)6
sebanyak 1 tetes

Gambar J.5. Langkah Kerja Mengukur Aerasi Tanah

Ambil 0,05 gram Tambahkan 10 ml Tambahkan 20 ml H2SO4


sampel tanah, tuang K2Cr2O2 1N ke pekat ke dalam campuran
ke dalam tabung dalam sampel, lalu sampel tanah sebelumnya.
Erlenmeyer 250 ml di aduk Campurkan dengan cara
memutar Erlenmeyer
secara berhati-hati
Isi buret bersih dengan Tambahkan 10 ml Dibiarkan campuran
Fero Ammonium H2PO4 85%, 0,2 tadi selama 20-30
Sulfat, titasi sampel NaF dan 30 tetes menit agar berlangsung
tanah dengan larutan diphenilamin, reaksi, kemudian
tersebut dan ini kemudian encerkan dengan
menunjukkan titrasi homogenkan aquades 20 ml
akhir

Hitung persentase
materi organik yang
ada

Gambar J.6. Langkah Kerja Mengukur MOT

K. Hasil Pengamatan
1. Tabel Hasil Pengamatan Profil Faktor Edafik di Kebun Pinus Lembang
Tabel 3. Hasil Pengamatan Tekstur Tanah di Kebun Pinus Lembang
Daerah Sampling
Diameter
Titik 1 Titik 2 Titik 3
partikel
Berat Berat Berat
(mm) % % %
partikel (g) partikel (g) partikel (g)
4 0,29 02,9 0,10 01,0 0,28 02,8

2 0,17 01,7 0,22 02,0 0,35 03,5

1 0,30 03,0 0,28 02,8 0,41 04,1

0,5 0,33 03,0 0,13 01,3 0,09 00,9

0,25 0,36 03,6 0,05 00,5 0,02 00,2


Tanah
Pasir sedang Pasir kasar Pasir kasar
Dominan
Tabel 4. Hasil Pengamatan Material Organik Tanah (MOT) di Kebun Pinus
Lembang
Pengambilan sampel Jumlah
Satuan Rata-rata
tetes Ferro Kandungan
Pengulangan Volume kandungan
Titik ke- Ammonium MOT
ke- (ml) MOT
Sulfat
1 171 tetes 5,52 ml 0,67 % 1,06%
1 2 161 tetes 5,19 ml 1,25 %
3 161 tetes 5,19 ml 1,25 %
2 1 143 tetes 4,61 ml 2,26 % 2,40%
2 138 tetes 4,45 ml 2,53 %
3 140 tetes 4,52 ml 2,41 %
3 1 141 tetes 4,55 ml 2,36 % 2,27 %
2 149 tetes 4,81 ml 1,91 %
3 138 tetes 4,45 ml 2,53 %

Tabel 5. Hasil Pengamatan Faktor Edafik di Kebun Pinus Lembang


Titik Sampling Total
Faktor
No. Titik 1 Titik 2 Titik 3 Rata-
Edafik
1 2 3 1 2 3 1 2 3 Rata
1. pH 7,10 7,10 7,10 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00
7,30
Rata-rata 7,10 7,00 7,00
MOT
2. 0,67 1,25 1,25 2,26 2,53 2,41 2,36 1,91 2,53
(%) 1,91
Rata-rata 1,06 2,40 2,27
Suhu
3. 22,00 23,00 22,00 22,00 24,00 25,00 22,00 24,00 24,00
(⁰C) 23,16
Rata-rata 22,30 23,60 23,60
Tabel 6. Hasil Pengamatan Aerasi Tanah di Kebun Pinus Lembang
Titik ke- Hasil Dokumentasi Keterangan

Pada tanah titik ke-1, sampel tanah


yang ditetesi KCNS menghasilkan
1. warna merah, hal ini menunjukkan
aerasi tanah yang baik dengan
suplai oksigen yang tinggi
Gambar K.1. Aerasi tanah titik ke-1
(Dok. Kelompok 1A, 2019)

Pada tanah titik ke-2, sampel tanah


yang ditetesi KCNS menghasilkan
2. warna merah, hal ini menunjukkan
aerasi tanah yang baik dengan
suplai oksigen yang tinggi
Gambar K.2. Aerasi tanah titik ke-2
(Dok. Kelompok 1A, 2019)

Pada tanah titik ke-3, sampel tanah


yang ditetesi KCNS menghasilkan
3. warna merah, hal ini menunjukkan
aerasi tanah yang baik dengan
suplai oksigen yang tinggi
Gambar K.3. Aerasi tanah titik ke-3
(Dok. Kelompok 1A, 2019)
Tabel 7. Hasil Pengamatan Tekstur Tanah di Kebun Pinus Lembang
Titik Nilai standar
Hasil Dokumentasi Keterangan
ke- Munsell

Pada tanah titik ke-1,


terlihat tanah memiliki
butiran-butiran kecil,
1 3 cukup halus, dan
berwarna cenderung
merah.

Gambar K.4. Tekstur tanah titik ke-1


(Dok. Kelompok 1A, 2019)

Pada tanah titik ke-2 ,


warna tanah cenderung
lebih gelap dari warna
tanah pada titik
2 2,5
lainnya, yakni
cenderung berwarna
coklat kehitaman.
Gambar K.5. Tekstur tanah titik ke-2
(Dok. Kelompok 1A, 2019)

Pada tanah titik ke-3,


warna tanah berbeda
dengan warna tanah
3 2,5 sebelumnya, yakni
berwarna coklat
cenderung kekuningan

Gambar K.6. Tekstur tanah titik ke-3


(Dok Kelompok 1A, 2019)
2. Grafik Hasil Pengamatan Profil Faktor Edafik di Kebun Pinus Lembang
24
23,6 23,6
23,5

23

22,5 22,3

22

21,5
Titik 1 Titik 2 Titik 3
Suhu (ºC)

Gambar K.7. Suhu di titik 1, 2, dan 3

7,12 7,1
7,1
7,08
7,06
7,04
7,02 7 7
7
6,98
6,96
6,94
Titik 1 Titik 2 Titik 3
pH

Gambar K.8. pH di titik 1, 2, dan 3


3
2,5 2,4
2,27
2
1,5
1,06
1
0,5
0
Titik 1 Titik 2 Titik 3

Kandungan MOT (%)


Gambar K.9. Kandungan MOT di titik 1, 2, dan 3

7,12 3,1
7,1
7,1 3
7,08 2,9

Warna Tanah
7,06 2,8
pH Tanah

7,04 2,7
7,02 2,6
7 7
7 2,5
6,98 2,4
6,96 2,3
3 2,5 2,5
6,94 2,2
Titik 1 Titik 2 Titik 3
pH Tanah Warna Tanah

Gambar K.10. Hubungan pH Tanah dengan Warna Tanah


7,12 3
7,1
7,1 2,4
2,27 2,5
7,08
pH Tanah 7,06 2

MOT (%)
7,04
1,5
7,02 1,06 7 7
7 1
6,98
0,5
6,96
6,94 0
Titik 1 Titik 2 Titik 3
pH Tanah MOT

Gambar K.11. Hubungan pH Tanah dengan MOT

3. Analisis Data Hasil Pengamatan


a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data yang
di dapat berdistribusi normal atau tidak. Cara penyajiannya adalah
dengan uji One-Sample Komlogorov-Smirnov Test. Adapun hasil
pengujiannya adalah sebagai berikut:
Tabel 8. Uji Normalitas Hasil Pengamatan Tekstur Tanah di Kebun Pinus
Langensari, Lembang
Tabel 9. Uji Normalitas Hasil Pengamatan MOT di Kebun Pinus
Langensari, Lembang

L. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di Kebun Pinus Lembang
diperoleh data yang variatif. Untuk pengamatan warna tanah, titik 1 memiliki nilai
warna 3 dengan warna cokelat cenderung merah, titik 2 memiliki nilai warna 2,5
dengan warna cokelat cenderung kehitaman, titik 3 memiliki nilai warna 2,5 dengan
warna cokelat cenderung kekuningan. Hal tersebut dapat diindikasikan bahwa tanah
tersebut memiliki kandungan bahan organik yang sedang.
Hasil pengamatan Tekstur Tanah yang diambil dari tiga titik, membuktikan
bahwa persentase diameter partikel 1 mm mendominasi dibandingkan diameter
partikel lainnya, yang membuktikan partikel pasir tersebut termasuk pasir kasar.
Dari hasil pengamatan aerasi tanah dari ketiga titik dapat diketahui bahwa
semuanya menunjukkan aerasi tanah yang baik dengan suplai oksigen yang baik.
Hal ini ditunjukkan dengan sampel tanah yang ditetesi KCNS memiliki warna
merah.
Rata-rata pH tanah dari ketiga titik yaitu 7,03 menunjukkan bahwa tanah
tersebut bersifat netral. Pada pH kisaran 7 semua unsur hara makro dapat tersedia
secara maksimum dan unsur hara mikro tersedia tidak maksimum. Unsur hara
mikro dibutuhkan dalam jumlah yang relatif sedikit sehingga pada pH kisaran 7,0
akan menghindari toksisitas. Sehinga optimal bagi pertumbuhan tumbuhan.
Rata-rata suhu tanah dari ketiga titik yaitu 23,16˚C. Suhu optimal untuk
pertumbuhan bakteri mesofilik adalah 25⁰C-40⁰C. Sedangkan untuk jamur adalah
25⁰-30⁰C. Sehingga tanah tersebut kurang mendukung pertumbuhan dekomposer.
Akibatnya laju penguraian bahan organik rendah. Rata-rata nilai materi organik
tanah dari ketiga titik adalah 1,91%. Tanah yang ideal memiliki MOT sebesar 5%.
Hal ini menunjukkan bahwa tanah tersebut kurang subur. MOT rendah karena
permukaan tanah selalu dibersihkan dan tumbuhannya homogen.
Hubungan antara pH tanah dengan warna tanah tidak berhubungan secara
langsung. Walaupun pada grafik terlihat bahwa pH tanah dan warna tanah
berbanding lurus. Dari grafik, hubungan antara pH dengan MOT tanah cenderung
berbanding terbalik. pH berpengaruh terhadap mudah tidaknya unsur-unsur hara
dalam tanah diserap oleh tanaman.

M. Kesimpulan
Profil edafik di Kebun Pinus Lembang, yaitu:
1. Tanahnya memiliki warna cokelat, tekstur tanahny adalah pasir kasar,
memiliki aerasi yang baik, memiliki pH netral yaitu 7,03.
2. Suhu tanahnya 23,16⁰C.
3. Nilai MOT sebesar 1,91%. Sehingga tanahnya kurang subur.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, T. S. (1997). Tanah Gambut: Genesis, Klasifikasi,


Karakteristik, Penggunaan, Kendala dan Penyebarannya di
Indonesia. Bogor: Bogor Agricultural University.
Anton. (2019). Faktor Tanah (Edafik) Persebaran Flora dan Fauna. [Online].
Diakses dari: https://geograph88.blogspot.com/2019/05/faktor-tanah-
edafik-persebaran-flora.html [2 November 2019]
Bagas, A. (2018). Faktor Edafik. [Online]. Diakses dari:
https://prezi.com/vxfyqcnbsnpn/faktor-edafik-adalah-faktor-faktor-yang-
bergantung-pada-kead/. [2 November 2019]
Balai Penelitian Tanah. (2004).
Hardjowigeno. (1985).
Hardjowigeno, S. (2002). Ilmu Tanah. Bogor: IPB.
Hillel. (1982).
LPT. (1979).
Lutfihani, A. dan Alfan P. (2015). Analisis Penurunan Kadar Besi (Fe) dengan
menggunakan Tray Aerator dan Diffuser Aerator. Jurnal Teknik 4 (1)
(2015) . ITS. Surabaya. [Online]. Diakses dari: http://ejurnal.its.ac.id [2
November 2019]
Prabowo, R. (2010). Kebijakan Pemerintah Dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan
Di Indonesia. Jurnal mediagro. Vol 6. No 2..Hal: 62 – 73.
Priandana, dkk., 2014
Qasim, R.S; Edward M.M.; Guang Z. (2000). Waterwork Engineering Planning
Design and Operation. USA: Prentice Hall.
Saidi, A.R. (2018). Bahan Organik Tanah: Klasifikasi, Fungsi dan Metode
Studi. Banjarmasin: Lambung Mangkurat University Press.
Soepardi. (1983).
Stevenson, F.J. and Cole M.A. (1999). Cycles of Soil: Carbon, Nitrogen,
Phosphorus, Sulfur, Micronutrients. 2nd edition. New York: John Willey
& Sons.
Taufan, A. (2011). Model Alat Pengolahan Fe dan Mn menggunakan Sistem
Venturi Aerator dengan Variabel Kecepatan Aliran dan Jumlah Pipa
Venturi. Jurnal Teknik Lingkungan (2011). ITS. Surabaya. [Online].
Diakses dari: http://digilib.its.ac.id [2 November 2019]
DAFTAR PUSTAKA GAMBAR

Gambar G.1 Munsell Soil Color Chart (MSCC)


Priandana, dkk. (2014). https://www.lelong.com.my/eijkelkamp-munsell-soil-
colour-chart-sureserv-212005452-2020-02-Sale-P.htm. 2 November 2019
Gambar G.2 Segitiga struktur Tanah
Ahmad, T. (2019). http://agrotekumpar.blogspot.com/2012/01/segitiga-tekstur-
tanah.html?m=1. 2 November 2019
Gambar I.1. Design Wilayah Penelitian Edafik di Kebun Pinus Langensari
Lembang
Gambar J. 1. Langkah Kerja Pengamatan Edafik
Gambar J.2. Langkah Kerja Mengukur Tekstur Tanah
Gambar J.3. Langkah Kerja Mengukur Warna Tanah
Gambar J.4. Langkah Kerja Mengukur pH Tanah
Gambar J.5. Langkah Kerja Mengukur Aerasi Tanah
Gambar J.6. Langkah Kerja Mengukur MOT
Gambar K.1. Aerasi tanah titik ke-1. (Dok.Kel 1A, 2019)
Gambar K.2. Aerasi tanah titik ke-2. (Dok.Kel 1A, 2019)
Gambar K.3. Aerasi tanah titik ke-3. (Dok.Kel 1A, 2019)
Gambar K.4. Tekstur tanah titik ke-1. (Dok. Kel 1A, 2019)
Gambar K.5. Tekstur tanah titik ke-2. (Dok.Kel 1A, 2019)
Gambar K.6. Tekstur tanah titik ke-3. (Dok.Kel 1A, 2019)
Gambar K.7. Diagram Suhu di titik 1, 2, dan 3
Gambar K.8. Diagram pH di titik 1, 2, dan 3
Gambar K.9. Diagram Kandungan MOT di titik 1, 2, dan 3
Gambar K.10. Diagram Hubungan pH Tanah dengan Warna Tanah
Gambar K.11. Diagram Hubungan pH Tanah dengan MOT
LAMPIRAN

Gambar 1. Dokumentasi Penelitian Gambar 2. Dokumentasi Penelitian


(Dok. Kelompok 1A, 2019) (Dok. Kelompok 1A, 2019)

Gambar 3. Dokumentasi Penelitian Gambar 4. Dokumentasi Penelitian


(Dok. Kelompok 1A, 2019) (Dok. Kelompok 1A, 2019)

Anda mungkin juga menyukai