Anda di halaman 1dari 13

PERBANDINGAN FAKTOR EDAFIK (PH, SUHU, KELEMBABAN) DAN MATERI

ORGANIK TANAH PADA LAHAN PERTANIAN PRA-TANAM, SAAT TANAM,


DAN PASCA-TANAM DI BALAI PENELITIAN TANAMAN SAYURAN (BALITSA)
KAB. BANDUNG BARAT

LAPORAN PRAKTIKUM
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ekologi Umum dengan dosen
pengampu:
Dr. Yusuf Hilmi Adisendjaja, M.Sc.
Dr. Amprasto, M.Si.
Dr. Rini Solihat, M.Si.
Hj. Tina Safaria, S.Si., M.Si.

oleh:
Kelompok 1
Biologi C – 2015
Amalia Heryani 1503680
Citra Putri Hendrayani 1501385
Danoe Kusumah 1505950
Risyda Nur Aisyah 1504999
Shandy Wibowo 1504487

PROGRAM STUDI BIOLOGI


DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2018
A. Judul
Perbandingan Faktor Edafik (pH, Suhu, Kelembaban) dan Materi Organik Tanah
pada Lahan Pertanian Pra-Tanam, Saat Tanam, dan Pasca-Tanam di Balai
Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) Kab. Bandung Barat.

B. Latar Belakang
Faktor edafik merupakan suatu faktor pengukuran yang sering dilakukan untuk
mengetahui profil tanah di suatu wilayah. Pengukuran faktor edafik ini
berhubungan dengan parameter berupa suhu, kelembaban, pH, dan kandungan
materi organik. Parameter-parameter tersebut dapat mendeskripsikan keadaan
tanah di suatu wilayah pada waktu tertentu. Tanah dengan kandungan bahan
organik tinggi dapat membentuk sturktur komunitas yang sangat kompleks
sehingga keragaman biota tanah akan tinggi. Semakin tinggi keragaman biota
dalam tanah akan menyebabkan keseimbangan ekosistem baik di atas tanah
maupun di dalam tanah. Menurut Hidayat (2001), faktor edafik ini termasuk sifat
fisik, kimia, dan biologis tanah atau substrat yang memengaruhi asosiasi biota.
Sifat fisik dan kimia tanah yang cukup penting adalah tekstur, struktur, kesuburan,
nutrien, mineral, pH, tempat akar, air, aerasi, dan temperatur. Faktor edafik juga
diartikan sebagai suatu konsep yang menganggap bahwa tanah sebagai tempat
hidup bagi tumbuhan atau organisme di dalamnya.
Banyak unsur hara dan mikroorganisme yang terkandung di dalam tanah. Oleh
karena itu, tanah dapat dianggap sebagai bahan lapisan permukaan kerak bumi
yang tak terkonsolidasi, yang terdapat di bawah setiap vegetasi di dalam udara dan
serasah yang yang belum membusuk, dan meluas ke bawah sampai sampai batas
yang yang masih berpengaruh terhadap tumbuhan yang hidup di atas
permukaannya. Untuk melihat tanah itu sehat atau tidak dapat dilihat dari ciri
indikatornya yang meliputi faktor fisika, kimia, dan biologi. Kesuburan tanah
sangat berpengaruh terhadap kandungan yang ada di dalamnya dan juga
pertumbuhan tanaman.
Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA) yang berlokasi di Lembang,
Kab. Bandung Barat memiliki banyak petak lahan pertanian yang ditanami oleh
berbagai jenis sayuran. Berbagai sayuran yang ditanam di lahan pertanian
BALITSA sebagian besar merupakan tanaman bibit unggul atau tanaman hasil
perkawinan (hibrid). Dalam kurun waktu yang sama, puluhan hektar lahan
pertanian di BALITSA tersebut berada dalam kondisi yang berbeda-beda. Terdapat
lahan yang sudah digunakan (pasca-tanam), lahan yang sedang ditanam (saat
tanam), dan lahan yang belum ditanam (pra-tanam). Keseluruhan lahan tersebut
dikelola dengan cara yang sudah terstandarisasi, menggunakan metoda yang sama,
dan interval waktu perlakuan yang sama pula, sehingga kami berasumsi bahwa
ratusan petak lahan pertanian ini memiliki jenis tanah yang sama atau homogen
walaupun keadaannya berbeda-beda (pra-tanam, saat tanam, dan pasca-tanam).
Pada penelitian ini, kami ingin melihat apakah terdapat perbandingan faktor edafik
(pH, suhu, kelembaban) dan kandungan materi organik tanah pada keadaan lahan
pertanian pra-tanam, saat tanam, dan pasca-tanam di Balai Penelitian Tanaman
Sayuran (BALITSA) Kab. Bandung Barat.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diajukan, rumusan masalah dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana perbandingan faktor edafik (pH, suhu, kelembaban) pada lahan
pertanian pra-tanam, saat tanam, dan pasca-tanam di Balai Penelitian
Tanaman Sayuran (BALITSA)?
2. Bagaimana perbandingan materi organik tanah (MOT) pada lahan pertanian
pra-tanam, saat tanam, dan pasca-tanam di Balai Penelitian Tanaman
Sayuran (BALITSA)?

D. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diajukan, tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui perbandingan faktor edafik (pH, suhu, kelembaban) pada
lahan pertanian pra-tanam, saat tanam, dan pasca-tanam di Balai Penelitian
Tanaman Sayuran (BALITSA)
2. Untuk mengetahui perbandingan materi organik tanah (MOT) pada lahan
pertanian pra-tanam, saat tanam, dan pasca-tanam di Balai Penelitian
Tanaman Sayuran (BALITSA)
E. Landasan Teori
Biosfer merupakan suatu kesatuan dari ekosistem yang berada di bumi dan
terdiri atas beberapa komponen yakni atmosfer, hidrosfer, dan pedosfer (Adisendjaja
dkk, 2001). Setiap komponen tersebut saling memengaruhi satu sama lain dan
memiliki hubungan atau korelasi yang signifikan. Walaupun luas total komponen
yang paling kecil dibandingkan luas komponen lainnya, komponen pedosfer atau
tanah merupakan komponen yang banyak berinteraksi dengan aktivitas makhluk
hidup terutama manusia. Hal ini disebabkan, pedosfer atau keseluruhan tanah
(daratan) di muka bumi ini merupakan tempat berpijak dan tempat hidup (habitat)
bagi berbagai jenis organisme yang hidup di planet bumi.
Tanah merupakan bagian dari pedosfer yang keberadaannya di bumi amat
sangat dibutuhkan untuk berbagai keperluan manusia dan makhluk hidup lainnya.
Tanah merupakan hasil akhir dari kegiatan organisme dan iklim, organisme yang
paling utama adalah tumbuhan (Adisendjaja dkk, 2001). Tak dapat dipungkiri,
walaupun organsime yang paling utama membentuk tanah adalah tumbuhan, tetapi
peran mikroorganisme sebagai agen pengurai pun memiliki fingsi yang sangat vital.
Berikut ini merupakan beberapa komponen penting dalam tanah yang bisa dijadikan
sebagai parameter pengukuran dalam penelitian yang berhubungan dengan tanah
atau penelitian edafik. Parameter tersebut adalah sebagai berikut:
1. Warna Tanah
Tanah memiliki warna yang berbeda-beda. Di setiap tempatnya Menurut para
ahli, tanah dibagi menjadi tiga, yaitu tanah berwarna merah, tanah kuning
keabuan, tanah hitam, dan tanah putih. Warna tanah merupakan karakteristik
yang paling penting sebab warna tanah dapat menjadi kualitas tanah di suatu
tempat (Adisendjaja dkk, 2001).
2. Suhu Tanah
Banyak sekali proses dalam aktivitas biologis ataupun yang aktivitas non-
biologis dipengaruhi oleh suhu tanah. Beberapa di antaranya yakni proses
perkecambahan dan pembentukan akar (Adisendjaja dkk, 2001).
3. Profil Tanah
Tanah permukaan yang biasanya dipakai beraktivitas oleh manusia ternyata
memiliki susunan lapisan jika dipotong secara vertikal. Lapisan tanah secara
vertikal ini disebut sebagai horizon yang memiliki aturan tertentu. Susunan
vertikal dan horizon-horizonnya disebut dengan profil tanah. Suatu horizon
tanah diartikan sebagai suatu lapisan tanah yang sejajar permukaan yang
memiliki ciri morfologi, fisika, dan kimiawi yang berbeda sebagai hasil
pembentukan tanah (Adisendjaja dkk, 2001). Ciri ini dapat memudahkan dalam
membedakan suatu horizon. Horizon tanah dibagi menjadi beberapa lapisan.
Lapisan atas ke bawah berurut adalah A (AO, A1, A) B, dan C.

Gambar E.3. Lapisan tanah secara vertikal


(Hidayat, 2001)
4. Struktur dan Tekstur Tanah
Dalam pembahasan mengenai tanah, terdapat perbedaan yang cukup signifikan
mengenai makna dari struktur dan tekstur tanah. Struktur tanah berkaitan sekali
dengan komposisi tanah yang dibentuk, yakni tanah organik, tanah berporos
besar, atau tanah yang berporos kecil. Sedangkan tekstur berhubungan dengan
proporsi penyusun tanah, yakni clay (lempung), silt (debu), dan sand (pasir).
Struktur tanah erat sekali kaitannya dengan berat tanah, sedangkan tekstur tanah
berhubungan dengan kasar atau halusnya tanah (Adisendjaja dkk, 2001).
5. pH Tanah
Suatu komponen kimiawi yang menjadi parameter penting dalam penelitian
mengenai tanah adalah pH. Peran pH pada tanah ini sangat vital, karena setiap
organisme baik itu mikroorganisme, hingga makroorganisme seperti manusia
harus memiliki rentang bagi suhu sehingga dapat hidup lebih sintas.
F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian
Penelitian ini dilakukan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Pendekatan
deskriptif digunakan untuk menggambarkan perbandingan faktor edafik (pH, suhu,
dan kelembaban) dan materi organik tanah pada lahan pertanian pra-tanam, saat
tanam, dan pasca-tanam di Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA).

2. Waktu dan Tempat Penelitian


Hari/Tanggal: Kamis, 8 Maret 2018
Waktu : 13:00 WIB – s.d. selesai
Tempat : Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA) Kab. Bandung Barat

3. Teknik Sampling
Teknik sampling yang digunakan yaitu stratified random sampling untuk
mengambil sample di tanah pertanian Balai Penelitian Tanaman Sayuran
(BALITSA). Dalam hal ini, kami memilih lahan pertanian pra-tanam, saat tanam,
dan pasca-tanam dengan luas yang hamper sama. Kami akan melakukan sebanyak
tiga kali pengulangan di lahan pertanian pra-tanam, saat tanam, dan pasca-tanam.
Luas lahan pra-tanam adalah 261,36 m². Luas lahan saat tanam adalah 203,28 m².
Luas lahan pasca-tanam adalah 251,68 m².

G. Alat dan Bahan

Tabel G.1. Alat yang digunakan


No. Nama Alat Keterangan
1. Soil Tester 1 buah
2. Soil Termometer 1 buah
3. Sieve 1 buah
4. Alat tulis dan Buku 1 set
5. Kamera 1 buah

Tabel G.2. Bahan yang digunakan


No. Nama Bahan Keterangan
1. Sampel Tanah Secukupnya
H. Langkah Kerja

Tema penelitian
Jurnal sebagai Survey lokasi
dan lokasi
dasar penelitian penelitian
penelitian
dicari dilakukan
ditentukan

Pengambilan data Outline Area sampling


dilakukan penelitian dibuat ditentukan

Hasil Laporan hasil


pengamatan penelitian
dicatat disusun

Diagram 1. Langkah Kerja Pengamatan Edafik

I. Hasil Pengamatan

1. Data Primer atau Hasil Uji Lapangan


Tabel 1. Hasil Pengamatan Faktor Edafik pada 3 Keadaan Tanah

Nilai Rata-Rata
No Keadaan Tanah Kelembaban MOT (Materi
Suhu (oC) pH
(%) Organik Tanah)
1. Pra tanam 21.2 8 5.4 5.8 %
2. Saat tanam 21 10 5.4 7.3 %
3. Pasca tanam 21.5 19.6 5.2 7.7 %
Diagram 1. Rata-Rata Perbandingan Suhu pada 3 Keadaan Tanah

21.6
21.5
21.4
21.3
Suhu (°C)
21.2
21.1
21
20.9
20.8
20.7
Pra-tanam Saat-tanam Pasca-tanam

Diagram 2. Rata-Rata Perbandingan Kelembaban pada 3 Keadaan Tanah

25

20
Kelembaban (%)

15

10

0
Pra-tanam Saat-tanam Pasca-tanam

Diagram 3. Rata-Rata Perbandingan pH pada 3 Keadaan Tanah

5.45

5.4

5.35

5.3
pH

5.25

5.2

5.15

5.1
Pra-tanam Saat-tanam Pasca-tanam
Diagram 4. Rata-Rata Perbandingan MOT pada 3 Keadaan Tanah

9
8
7
6
MOT (%)

5
4
3
2
1
0
Pra Tanam Saat Tanam Pasca Tanam

J. Pembahasan
Pada pengamatan edafik ini, kelompok kami melakukan pengamatan faktor
edafik (suhu, kelembaban, pH tanah) dan MOT (Materi Organik Tanah) pada 3
keadaan tanah yang berbeda yaitu tanah dalam keadaan pra-tanam, saat tanam dan
pasca-tanam. Berdasarkan tabel dan grafik yang telah dipaparkan sebelumnyan, nilai
dari keempat parameter ini cenderung stabil dari tiga keadaan tanah, yakni pra-
tanam, saat tanam dan pasca-tanam.
Parameter suhu pada keadaan pra-tanam, saat tanam dan pasca-tanam masing-
masing sebesar 21.2 ; 21 ; 21.5. Suhu pada 3 keadaan tanah yang berbeda ini relatif
sama, hal ini dikarenakan jarak dari tanaman yang ditanam pada ketiga tanah
tersebut cukup jauh sehingga lamanya penyinaran matahari pada ketiga tanah
tersebut relatif sama.
Parameter kelembaban pada pra-tanam adalah 8%, pada saat tanam adalah 10%
dan pasca-tanam adalah 10% dan pasca tanam adalah 19.6%. Perbedaan kelembaban
ini di duga karena pada fase saat tanam lahan tersebut lebih sering di siram
dibandingkan tanah pada fase pra-tanam sehingga kelembaban pada tanah saat
tanam lebih tinggi dibandingkan tanah pada fase pra-tanam. Sedangkan pada fase
pasca-tanam kelembabannya tinggi di duga air dari penyiraman pada fase saat tanam
terakumulasi ditambah dengan pada fase psaca-tanam sudah tidak ada tanaman yang
ditumbuh di lahan tersebut sehingga air yang ada di dalam tanam tidak diserap oleh
apapun.
Parameter pH pada tanah pra-tanam dan saat tanam adalah 5.4 dan tanah pada
pasca-tanam adalah 5.2. pH pada ketiga tanah tersebut relatif sama dikarenakan
lahan tersebut merupakan lahan yang dikelola sehingga pH dari tanah dijaga dengan
baik dan pupuk yang digunakan yaitu pupuk yang bersifat buffer sehingga tidak
mempengaruhi pH tanah tersebut.
Parameter MOT (Mater Organik Tanah) pada fase pra-tanam adalah 5.8 %, pada
saat tanam 7.3% dan pasca-tanam adalah 7.7%. MOT pada fase saat tanam lebih
tinggi dibandingkan fase pra-tanam dikarenakan pada fase saat tanam tanah lebih
sering diberika pupuk organik. Sedangkan MOT pada fase pasca-tanam lebih tinggi
dibandingkan 2 fase lainnya yaitu dikarenakan selain adanya pemberian pupuk
organik juga dikarenakan adanya akumulasi tumbuhan yang terurai.

K. Pengolahan Data
1. Uji Normalitas

Tabel 2. Hasil Uji Normalitas Kolmogorov- Smirnov Parameter Suhu


Tabel 3. Hasil Uji Normalitas Kolmogorov- Smirnov Parameter Kelembaban

Tabel 4. Hasil Uji Normalitas Kolmogorov- Smirnov Parameter pH

2. Uji Independent T-test

Tabel 5. Hasil Uji Independent T-test Parameter Suhu


Tabel 6. Hasil Uji Independent T-test Parameter Kelembaban

Tabel 7. Hasil Uji Independent T-test Parameter pH

Pembahasan
Berdasarkan uji yang dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak SPSS 16.0
didapatkan data hasil berupa tabel dengan keterangan populasi data yang dilakukan
sampling di semua parameter, baik itu suhu, kelembaban dan pH adalah data yang
terdistribusi secara normal. Hal ini berarti data yang sudah didapat bisa dilakukan ke uji
statistik selanjutnya dan tidak akan menimbulkan bias di dalam penelitian ini.
Setelah melewati proses uji normalitas, data yang sudah terindikasi terdistribusi
normal selanjutnya diuji dengan Uji Independent T-test. Berdasarkan uji Independent T-
test, semua data dari setiap parameter tidak menunjukan adanya suatu perbandingan yang
signifikan, hal ini ditunjukan dengan signifikansi dengan angka yang melebihi 0.05. jadi
disimpulkan bahwa tidak ada perbandingan yang signifikan dari ketiga parameter yang
diukur.

L. Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang didapatkan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada faktor edafik dari tanah pra-tanam,
saat tanam dan pasca tanam di BALISTA.
2. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada materi organik tanah (MOT) dari
tanah pra-tanam, saat tanam dan pasca tanam BALITSA.
DAFTAR PUSTAKA

Adisendjaja, Y.H. (2001). Petunjuk Praktikum Ekologi Hewan. Bandung: Departemen


Pendidikan Biologi, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Indonesia, Universitas Pendidikan Indonesia.

Hidayat, A. (2001). Metode Pengendalian Hama. Jakarta: Direktorat Pendidikan


Menengah Kejuruan.

Anda mungkin juga menyukai