Anda di halaman 1dari 65

LAPORAN PRAKTIKUM

KESUBURAN TANAH DAN PEMUPUKAN


(PDT 2316)

Oleh:
Naurania Nadifa Adityawarman
A0B018017

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2019
LAPORAN PRAKTIKUM

KESUBURAN TANAH DAN PEMUPUKAN


(PDT 2316)

Oleh:
Naurania Nadifa Adityawarman
A0B018017

Diterima dan disetujui


Tanggal:........................

Koordinator Asisten, Asisten,

Nada Zein Bella Febiana Kusumawati


NIM A0B017048
NIM A1D016028
PRAKATA

Dengan mengucapkan syukur atas kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan

rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan

praktikum Kesuburan Tanah dan Pemupukan.

Saya menyadari begitu banyak sumbang dari semua pihak yang telah membantu

dalam penyusunan laporan praktikum ini. Dalam kesempatan ini saya ingin

menyampaikan rasa terimakasih kepada:

1. Tuhan YME

2. Orang tua

3. Dosen pengampu mata kuliah terkait

4. Asisten praktikum mata kuliah terkait

5. Teman-teman satu program studi

Yang telah memberikan arahan, dukungan, dan bantuan hingga pada akhirnya saya

dapat menyelesaikan laporan praktikum ini. Saya juga menyadari bahwa laporan saya

masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu saya mengaharapkan kritik dan saran

yang bersifat membangun agar saya dapat memperbaiki laporan praktikum ini. Akhir kata

semoga laporan praktikum Kesuburan Tanah dan Pemupukan ini dapat bermanfaat

kepada semua pihak yang membutuhkan.

Purwokerto, 1 Oktober 2019

Naurania Nadifa
LAPORAN PRAKTIKUM

KESUBURAN TANAH DAN PEMUPUKAN


ACARA 1
PENGENALAN PUPUK ANORGANIK

Oleh:
Naurania Nadifa Adityawarman
A0B018017

Asisten:
Bella Febiana Kusumawati
NIM A0B017048

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam proses pertumbuhan, perkembangan dan proses reproduksi tumbuhan

membutuhkan membutuhkan nutrisi berupa mineral dan air. Nutrisi yang dibutuhkan oleh

tumbuhan diserap melalui akar, batang dan daun. Nutrisi tersebut memiliki berbagai

fungsi yang saling mendukung satu sama lainnya dan menjadi salah satu komponen

penting untuk meningkatkan produktivitas pertanian.

Penyediaan nutrisi bagi tumbuhan dapat dilakukan dengan penambahan pupuk.

Secara umum, dikenal dua jenis pupuk yang biasa digunakan, yaitu pupuk anorganik dan

pupuk organik. Pada praktikum acara 1 ini jenis pupuk yang akan dibahas adalah pupuk

anorganik.

Pelaksanaan praktikum acara 1 ini akan mengenal berbagai macam pupuk

anorganik dan sifat-sifatnya yang meliputi warna, bentuk, pH, higroskopisitas, dan

kelarutan masing-masing pupuk. Asisten praktikum telah menyediakan 10 macam pupuk

anorganik untuk diamati sifat-sifatnya oleh praktikan. Praktikum ini sangat penting untuk

dilakukan untuk menunjang ilmu praktikan tentang kesuburan tanah serta pemupukan

selaku mahasiswa fakultas pertanian. Praktikum ini dilakukan bertujuan agar mahasiswa

dapat mengenal berbagai macam pupuk anorganik dan dapat membedakannya beserta

sifat-sifatnya.
B. Tujuan

Tujuan dilakukannya praktikum acara 1 yang berjudul pengenalan pupuk


anorganik adalah :

1. Mahasiswa mampu mengenal berbagai macam pupuk anorganik dan


mampu membedakannya.
2. Mahasiswa dapat mengetahui sifat-sifat pupuk anorganik meliputi warna,
bentuk, pH, higroskopis, dan kelarutan masing-masing pupuk.

C. Manfaat

Manfaat yang didapat dari dilakukannya praktikum ini adalah:

1. Mahasiswa dapat mengenal berbagai macam pupuk anorganik dan


mampu membedakannya.
2. Mahasiswa dapat mengetahui sifat-sifat pupuk anorganik meliputi warna,
bentuk, pH, higroskopis, dan kelarutan masing-masing pupuk.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pupuk dan Pemupukan

Pupuk dan Pemupukan Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk

menyediakan unsur-unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman (Hadisuwito, 2008).

Tindakan mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah dengan penambahan dan

pengembalian zat-zat hara secara buatan diperlukan agar produksi tanaman tetap normal

atau meningkat. Tujuan penambahan zat-zat hara tersebut memungkinkan tercapainya

keseimbangan antara unsur-unsur hara yang hilang baik yang terangkut oleh panen, erosi,

dan pencucian lainnya. Tindakan pengembalian/penambahan zat-zat hara ke dalam tanah

ini disebut pemupukan. Jenis pupuk yang digunakan harus sesuai kebutuhan, sehingga

diperlukan metode diagnosis yang benar agar unsur hara yang ditambahkan hanya yang

dibutuhkan oleh tanaman dan yang kurang didalam tanah (Leiwakabessy dan Sutandi,

2004). Konsentrasi, waktu, dan cara pemberian harus tepat agar tidak merugikan dan

tidak merusak lingkungan akibat kelebihan konsentrasi serta waktu dan cara aplikasinya.

Pupuk digolongkan menjadi dua yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk dapat

berbeda pengertiannya sesuai dengan cakupan luasannya. Menurut jumlah unsur haranya

pupuk dibedakan menjadi pupuk tunggal dan majemuk. Pupuk tunggal adalah pupuk

yang digunakan untuk menyuplai satu jenis hara, sekalipun di dalamnya terdapat

beberapa hara lainnya sebagai ikatan, sedangkan pupuk majemuk merupakan kombinasi

campuran secara fisik atau formulasi pupuk (dua atau lebih pupuk tunggal) untuk

memasok dua atau lebih unsur hara sekaligus (Pusat Penelitian dan Pengembangan

Pertanian, 2002). Menurut cara aplikasinya pupuk buatan dibedakan menjadi dua yaitu

pupuk daun dan pupuk akar. Pupuk daun diberikan lewat penyemprotan pada daun

tanaman, sedangkan pupuk akar diserap lewat akar dengan cara penebaran di tanah

(Novizan, 2001).
B. Pupuk Organik dan Pupuk Anorganik

Pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari bahan-bahan organik

yang diurai (dirombak) oleh mikroba, yang hasil akhirnya dapat menyediakan

unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan

tanaman. Bahan-bahan yang termasuk dalam pupuk organik, antara lain pupuk

kandang, kascing, sekam padi, kompos, limbah kota dan lain sebagainya. Pupuk

organik juga sangat penting artinya sebagai penyangga sifat fisik, kimia, dan

biologi tanah, sehingga dapat meningkatkan efisiensi pupuk dan produktivitas

lahan (Nyoman et al., 2013), serta sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi

pertanian baik kualitas maupun kuatintas, dan mengurangi pencemaran

lingkungan (Simanungkalit, 2006). Manfaat utama pupuk organik adalah dapat

memperbaiki kesuburan kimia, fisik, biologis tanah, selain sebagai sumber hara

bagi tanaman.

Menurut Marsono dan Paulus, (2001) beberapa kelebihan pupuk organik

antara lain: (1) Mengubah struktur tanah menjadi lebih baik sehingga

pertumbuhan tanaman juga semakin baik. Saat pupuk dimasukkan ke dalam tanah,

bahan organik pada pupuk akan dirombak oleh mikroorganisme pengurai menjadi

senyawa organik sederhana yang mengisi ruang pori tanah sehingga tanah

menjadi gembur. Pupuk organik juga dapat bertindak sebagai perekat sehingga

tanah menjadi gembur. Pupuk organik juga dapat bertindak sebagai perekat

sehingga struktur menjadi lebih mantap. (2) Meningkatkan daya serap dan daya

pegang tanah terhadap air sehingga tersedia bagi tanaman. Hal ini karena bahan

organik mampu menyerap air dua kali lebih besar dari bobotnya. Dengan

demikian pupuk organik sangat berperan dalam mengatasi kekeringan air pada
musim kering. (3) Memperbaiki kehidupan organisme tanah. Bahan organik

dalam pupuk ini merupakan bahan makanan utama bagi organisme dalam tanah,

seperti cacing, semut, dan mikroorganisme tanah. Semakin baik kehidupan dalam

tanah ini semakin baik pula pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman dan

tanah itu sendiri.

Pupuk anorganik atau disebut juga sebagai pupuk mineral adalah pupuk

yang mengandung satu atau lebih senyawa anorganik (Leiwakabessy dan Sutandi,

2004). Fungsi utama pupuk anorganik adalah sebagai penambah unsur hara atau

nutrisi tanaman. Dalam aplikasinya, sering dijumpai beberapa kelebihan dan

kelemahan pupuk anorganik. Beberapa manfaat dan keunggulan pupuk anorganik

antara lain: mampu menyediakan hara dalam waktu relatif lebih cepat,

menghasilkan nutrisi tersedia yang siap diserap tanaman, kandungan jumlah

nutrisi lebih banyak, tidak berbau menyengat, praktis dan mudah diaplikasikan.

Sedangkan kelemahan dari pupuk anorganik adalah harga relatif mahal dan

mudah larut dan mudah hilang, menimbulkan polusi pada tanah apabila diberikan

dalam dosis yang tinggi. Unsur yang paling dominan dijumpai dalam pupuk

anorganik adalah unsur N, P, dan K.

Penggunaan pupuk anorganik yang tak terkendali menjadi salah satu penyebab

penurunan kualitas kesuburan fisik dan kimia tanah. Keadaan ini semakin

diperparah oleh kegiatan pertanian secara terus menerus, sedang pengembalian ke

tanah pertanian hanya berupa pupuk kimia. Hal ini mengakibatkan

terdegradasinya daya dukung dan kualitas tanah pertanian sehingga produktivitas

lahan semakin menurun. Pupuk anorganik mempunyai kelemahan, yaitu selain

hanya mempunyai unsur makro, pupuk anorganik ini sangat sedikit atau pun

hampir tidak mengandung unsur hara mikro. Kandungan hara dalam pupuk
anorganik terdiri atas unsur hara makro utama yaitu nitrogen, fosfor, kalium; hara

makro sekunder yaitu: sulfur, calsium, magnesium; dan hara mikro yaitu:

tembaga, seng, mangan, molibden, boron, dan kobal (Lingga dan Marsono, 2000).

C. Klasifikasi Pupuk

Pupuk dapat dibedakan berdasarkan bahan asal, senyawa, fasa, cara penggunaan,

reaksi fisiologi, jumlah dan macam hara yang dikandungnya.

A. Berdasarkan asalnya

1. Pupuk alam

Pupuk alam ialah pupuk yang terdapat di alam atau dibuat dengan bahan alam

tanpa proses yang berarti. Misalnya: pupuk kompos, pupuk kandang, guano, pupuk hijau

dan pupuk batuan P.

2. Pupuk buatan

Pupuk buatan ialah pupuk yang dibuat oleh pabrik. Misalnya: TSP, urea, rustika

dan nitrophoska. Pupuk ini dibuat oleh pabrik dengan mengubah sumber daya alam

melalui proses fisika dan atau kimia.

B. Berdasarkan senyawanya

1. Pupuk organik

Pupuk organik ialah pupuk yang berupa senyawa organik. Kebanyakan pupuk

alam tergolong pupuk organik: pupuk kandang, kompos, guano. Pupuk alam yang tidak

termasuk pupuk organik misalnya rock phosphat, umumnya berasal dari batuan sejenis

apatit [Ca 3 (PO 4 ) 2 ].


2. Pupuk anorganik atau mineral

Pupuk anorganik atau mineral merupakan pupuk dari senyawa anorganik. Hampir

semua pupuk buatan tergolong pupuk anorganik.

C. Berdasarkan fasa-nya

1. Pupuk padat

Pupuk padat umumnya mempunyai kelarutan yang beragam mulai yang mudah

larut air sampai yang sukar larut.

2. Pupuk cair

Pupuk ini berupa cairan, cara penggunaannya dilarutkan dulu dengan air.

Umumnya pupuk ini disemprotkan ke daun karena mengandung banyak hara, baik makro

maupun mikro, harganya relatif mahal. Pupuk amoniak cair merupakan pupuk cair yang

kadar N-nya sangat tinggi sekitar 83%, penggunaannya dapat lewat tanah (diinjeksikan).

D. Berdasarkan cara penggunaannya

1. Pupuk daun

upuk daun ialah pupuk yang cara pemupukan dilarutkan dalam air dan

disemprotkan pada permukaan daun.

2. Pupuk akar atau pupuk tanah

Pupuk ini ialah pupuk yang diberikan ke dalam tanah di sekitar akar agar diserap

oleh akar tanaman.

E. Berdasarkan reaksi fisiologisnya


1. Pupuk yang mempunyai reaksi fisiologis masam

artinya bila pupuk tersebut diberikan ke dalam tanah ada kecenderungan tanah

menjadi lebih masam (ph menjadi lebih rendah). Misalnya: ZA dan Urea.

2. Pupuk yang mempunyai reaksi fisiologis basis

ialah pupuk yang bila diberikan ke dalam tanah menyebabkan ph tanah

cenderung naik misalnya: pupuk chili salpeter, calnitro, kalsium sianida.

F. Berdasarkan jumlah hara

1. Pupuk yang hanya mengandung satu hara tanaman saja.

Misalnya: urea hanya mengandung hara N, TSP hanya dipentingkan P saja

(sebetulnya juga mengandung Ca).

2. Pupuk majemuk ialah pupuk yang mengandung dua atau lebih dua hara

tanaman.

Contoh: NPK, amophoska, nitrophoska dan rustika.

G. Berdasarkan macam hara tanaman dibedakan

1. Pupuk makro

Pupuk makro ialah pupuk yang mengandung hanya hara makro saja: NPK,

nitrophoska, gandasil.

2. Pupuk mikro

Pupuk mikro ialah pupuk yang hanya mengandung hara mikro saja misalnya:

mikrovet, mikroplek, metalik.


3. Campuran makro dan mikro misalnya pupuk gandasil, bayfolan, rustika. Sering

juga ke dalam pupuk campur makro dan mikro ditambahkan juga zat pengatur tumbuh

(hormon tumbuh) (Widya, 2006).

D. Manfaat Pupuk Bagi Tanaman

Pemberian pupuk organik dapat memperbaiki struktur tanah, menaikkan bahan

serap tanah terhadap air, menaikkan kondisi kehidupan mikroba tanah dan sebagai

sumber makanan bagi tanaman. Pemberian pupuk anorganik dapat merangsang

pertumbuhan tanaman secara keseluruhan dan bantuan penting dalam pembentukan hijau

daun (Dewanto et al., 2013)

Manfaat pupuk dapat dibagi dalam dua macam, yaitu yang berkaitan dengan sifat

fisika dan kimia tanah.

1.Manfaat berkaitan dengan sifat fisika tanah

Manfaat utama dari pupuk yang berkaitan dengan sifat fisika tanah, yaitu

memperbaiki struktur tanah dari padat menjadi gembur.Pemberian pupuk organik,

terutama dapat memperbaiki struktur tanah dengan menyediakan ruang pada tanah untuk

udara dan air. Ruangan dalam yang berisi udara akan mendukung pertumbuhan bakteri

aerob yang berada diakar. Sementara air yang tersimpan di dalam ruangan tanah menjadi

persediaan yang menjadi sangat berharga bagi tanaman. Tanah dengan struktur yang

lemah juga memudahkan dalam pengolahan sehingga akan mengurangi biaya

pengolahan. Struktur tanah yang amat lepas, seperti tanah berpasir, juga dapat diperbaiki

dengan penambahan pupuk, terutama pupuk organik. Bahan organik akan mengikat

butiran-butiran tanah sehingga lebih padat dan tidak cepat hancur. Kondisi tanah yang

demikian akan menunjang pertumbuhan tanaman. Manfaat lain pemberian pupuk adalah
mengurangi erosi pada permukaan tanah. Dalam hal ini pupuk berfungsi sebagai penutup

tanah dan memperkuat struktur tanah dibagian permukaan. Dengan demikian, tanah tidak

mudah tergerus oleh aliran air, tetapi masih cukup gembur untuk dapat ditembus

perakaran dan masih mudah diolah.

2.Manfaat yang berkaitan dengan sifat kimia tanah

Ada beberapa manfaat pupuk yang berkaitan dengan sifat kimia tanah.Manfaat

pupuk yang paling banyak dirasakan penggunaanya adalah menyediakan unsur hara yang

diperlukan bagi tanaman. Pada awalnya unsur hara makro (N,P dan K) yang diutamakan

dalam penambahan pupuk, tetapi kemudian disadari bahwa unsur mikro ternyata juga

mulai berkurang dan dimulailah penambahan unsur mikro dalam bentuk pupuk. Selain

menyediakan unsur hara, pemupukan juga membantu mencegah kehilangan unsur hara

yang cepat hilang, seperti N,P dan K yang mudah hilang oleh penguapan atau oleh air

perkolasi. Bahan organik dalam pupuk dapat mengikat unsur-unsur hara yang mudah

hilang dan menyediakannya bagi tanaman.Efesiensi pemupukan menjadi lebih tinggi dan

pada tanah yang miskin hara kehilangan unsur akibat pengolahan dapat ditekan.

Pemberian pupuk juga membantu penyerapan unsur hara.Pupuk kimia yang ditambahkan

perlu dipecah terlebih dahulu sebelum dapat digunakan tanaman.Pemecahaan unsur kimia

pupuk dapat dibantu dengan mengusahakan pH yang optimum dan pemberian pupuk,

terutama pupuk organik.Unsur hara makro dapat menjadi tidak tersedia bila tanah

memiliki pH yang rendah dan penggunaan kapur dapat memperbaiki keadaan tersebut.

Manfaat lain dari pupuk, yaitu memperbaiki keasaman tanah. Tanah yang asam dapat

ditingkatkan pH-nya menjadi pH optimum dengan pemberian kapur dan pupuk

organik.Sebaliknya, tanah yang bersifat basa dapat diturunkan pH-ny dengan pupuk

sulfat dan pupuk organik.Keasaam telah merupakan faktor yang sangat penting dalam

kebersihan pemupukan dan pertumbuhan tanaman. Kondisi biologis tanah dapat


ditingkatkan dengan pemberiaan pupuk.Pemupukan juga dapat menambah

mikroorganisme tanah, seperti penggunaan pupuk hijau, dan mengusahakan kondisi yang

optimum bagi biologis tanah.Semakin baik kondisi biologis tanah maka semakin baik

juga kondisi tanaman yang tumbuh diatasnya. (Marsono,2005)


III. METODE PRAKTIKUM

A. Tempat dan Waktu

Praktikum acara 1 yang berjudul pengenalan pupuk anorganik ini dilakukan di

laboratorium Konservasi dan Fisika Tanah Fakultas Pertanian Universitas Jenderal

Soedirman. Praktikum ini dilakukan pada hari Senin, 23 September 2019 pukul 09.30

WIB.

B. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada praktikum ini terdiri atas berbagai macam pupuk

anorganik yaitu pupuk Urea bersubsidi, Urea Non-bersubsidi, ZA, SP-36, KCl, Mutiara,

NPK, NPK cair, PHONSKA, Gandasil- D , Gandasil-B, dan supergro cair.

Alat yang digunakan terdiri atas tabung reaksi, gelas piala, cawan petridish, kertas

buram, aquadest, sendok, kertas label, pH-paper universal, stopwatch dan timbangan

analitik.

C. Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum acara 1 adalah sebagai berikut:

1.Kelarutan pupuk

a.Masing-masing pupuk diambil setengah sampai satu sendok.

b.Pupuk yang telah diambil lalu dilarutkan ke dalam gelas piala (beaker glass) yang

berisi 50 mL air

c.Pupuk didiamkan 30 menit tanpa diaduk atau dikocok.


d.Pupuk diamati dan di catat kecepatan kelarutnya (lambat, agak cepat, cepat, atau

sangat cepat).

2.pH

a.Contoh pupuk padat diambil

b.Pupuk dimasukkan kedalam tabung reaksi setinggi 1 cm

c.Pupuk ditambahkan aquadest sehingga tingginya menjadi 2-3 cm.

d.Tabung reaksi ditutup dengan plastik dan dikocok hingga semua pupuk larut.

e.Pupuk didiamkan selama 1 jam dan pH larutan diukur (bagian yang bening),

dengan pH paper Universal.

3.Higroskopisitas

a.Contoh pupuk padat diambildan diletakkan di atas sehelai kertas buram yang

dialasi dengan cawan petridis.

b.Pupuk diletakkan ditempat terbuka (temperatur kamar) selama 3 hari.

c.Pupuk diamati dan perubahan yang terjadi dicatat setiap harinya.

d.Higroskopisitas pupuk ditentukan dengan tingkat kebasahannya dilihat dikertas

buram (higroskopis, agak higroskopis, dan tidak higroskopis)


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

No Nama Pupuk Warna Komposisi pH Kelarutan Higroskopis Foto

1 Urea Pink Sangat Tidak


bersubsidi lambat Higroskopis

2 ZA Putih 5 Sangat Tidak


lambat Higroskopis

3 SP-36 Abu 6 Sangat Tidak


abu lambat Higroskopis

4 KCl Merah 6 Sangat Tidak


lambat Higroskopis

5 Mutiara Biru 6 Sangat Tidak


lambat Higroskopis

6 Gandasil-D Hijau Sangat Higroskopis


lambat

(hari ke-1)

7 Gandasil-B Merah Sangat Agak


muda lambat Higroskopis

8 NPK Putih 4 Sangat Agak


lambat Higroskopis

9 Phonska Putih 6 Lambat Agak


Higroskopis

10 NPK Cair Biru - - -


Tua
11 Supergro Hijau - - -

12 Urea non Putih Sangat Tidak


subsidi lambat Higroskopis

B. Pembahasan

Pupuk dan Pemupukan Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk

menyediakan unsur-unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman (Hadisuwito, 2008).

Tindakan mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah dengan penambahan dan

pengembalian zat-zat hara secara buatan diperlukan agar produksi tanaman tetap normal

atau meningkat. Tujuan penambahan zat-zat hara tersebut memungkinkan tercapainya

keseimbangan antara unsur-unsur hara yang hilang baik yang terangkut oleh panen, erosi,

dan pencucian lainnya. Tindakan pengembalian/penambahan zat-zat hara ke dalam tanah

ini disebut pemupukan. Jenis pupuk yang digunakan harus sesuai kebutuhan, sehingga

diperlukan metode diagnosis yang benar agar unsur hara yang ditambahkan hanya yang

dibutuhkan oleh tanaman dan yang kurang didalam tanah (Leiwakabessy dan Sutandi,

2004). Konsentrasi, waktu, dan cara pemberian harus tepat agar tidak merugikan dan

tidak merusak lingkungan akibat kelebihan konsentrasi serta waktu dan cara aplikasinya.

Pupuk digolongkan menjadi dua yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk dapat

berbeda pengertiannya sesuai dengan cakupan luasannya. Menurut jumlah unsur haranya

pupuk dibedakan menjadi pupuk tunggal dan majemuk. Pupuk tunggal adalah pupuk

yang digunakan untuk menyuplai satu jenis hara, sekalipun di dalamnya terdapat

beberapa hara lainnya sebagai ikatan, sedangkan pupuk majemuk merupakan kombinasi

campuran secara fisik atau formulasi pupuk (dua atau lebih pupuk tunggal) untuk

memasok dua atau lebih unsur hara sekaligus (Pusat Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, 2002). Menurut cara aplikasinya pupuk buatan dibedakan menjadi dua yaitu

pupuk daun dan pupuk akar. Pupuk daun diberikan lewat penyemprotan pada daun

tanaman, sedangkan pupuk akar diserap lewat akar dengan cara penebaran di tanah

(Novizan, 2001).

Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan

organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses, dapat

berbentuk padat atau cair yang digunakan menyuplai bahan organik.untuk memperbaiki

sifat fisik, kimia, biologi tanah (Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, 2006).

Unsur Hara Dalam Tanaman Menurut Siregar (1981), unsur hara yang mempunyai

peranan penting terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman padi yaitu N, P, dan K.

Kandungan N pada pupuk urea (CO(NH 2 ) 2 ) sebanyak 46 %. Urea dapat langsung

dimanfaatkan tanaman, tetapi umumnya di dalam tanah akan diubah menjadi ammonium

dan nitrat melalui proses amonifikasi dan nitrifikasi oleh bakteri tanah (Leiwakabessy dan

Sutandi, 2004). Suyamto (2010) menambahkan, tanaman padi menyerap amonium 5-20

kali lebih cepat dibandingkan dengan nitrat. Peranan unsur N dalam tanaman yang

terpenting adalah sebagai penyusun atau sebagai bahan dasar protein dan pembentukan

khlorofil karena itu N mempunyai fungsi membuat bagian-bagian tanaman menjadi lebih

hijau, banyak mengandung butirbutir hijau dan yang terpenting dalam proses fotosintesis,

mempercepat pertumbuhan tanaman yang dalam hal ini menambah tinggi tanaman dan

jumlah anakan, menambah ukuran daun dan besar gabah serta memperbaiki kualitas

tanaman dan gabah, menambah kadar protein beras, meningkatkan jumlah gabah dan

persentase jumlah gabah isi, menyediakan bahan makanan bagi mikrobia (jasad-jasad

renik yang bekerja menghancurkan bahan-bahan organik di dalam tanah) (Dobermann

and Fairhust, 2000).


Kekurangan nitrogen akan menimbulkan gejala pertumbuhan lambat/kerdil, daun

hijau kekuningan, daun sempit, pendek dan tegak, daun-daun tua cepat menguning dan

mati. Khlorosis di daun tua dan semakin parah akan terjadi juga pada daun muda. Unsur

N pada tanaman padi diperlukan dalam jumlah banyak pada awal dan pertengahan fase

anakan untuk memaksimalkan jumlah malai (Suyamto, 2010).

Selain N, tanaman juga membutuhkan unsur P dan K dalam jumlah banyak. Menurut

Dobermann and Fairhust (2000) peranan utama unsur fosfor dalam tanaman untuk

pembentukan karbohidrat dan efisiensi mekanisme aktivitas khloroplas serta dalam

aktivitas metabolisme. Fosfor berguna untuk merangsang pertumbuhan akar,

pertumbuhan tanaman, mempercepat pemasakan sehingga mempercepat masa panen,

memperbesar pembentukan anakan dan gabah, dan mendukung pembentukan bunga dan

biji. Kekurangan unsur P pada tanaman padi sawah dapat mengurangi jumlah anakan,

batang yang tipis, kurus, dan terhambat. Jumlah malai dan gabah per malai juga

berkurang, daun muda tampak sehat tetapi lebih tua kemudian berubah menjadi cokelat

dan mati. Pematangan terhambat, persentase gabah hampa yang tinggi, dan bobot 1000

butir rendah dengan kualitas biji yang buruk serta tidak ada tanggapan untuk aplikasi

mineral N (Dobermann and Fairhust, 2000). Unsur P diserap maksimal pada fase

berbunga (Suyamto, 2010). Tidak seperti N dan P, unsur K tidak berpengaruh terhadap

jumlah anakan. Kalium meningkatkan jumlah gabah per malai, persentase gabah isi, dan

bobot 1000 butir serta meningkatkan toleransi tanaman padi terhadap kondisi iklim yang

merugikan dan serangan hama dan penyakit (Dobermann and Fairhust, 2000). Unsur K

berfungsi membantu aktivitas enzim dalam membuka dan menutup stomata dan

kekurangan K dapat menghambat translokasi karbohidrat dan metabolisme nitrogen.

Selain unsur makro, tanaman padi sawah juga memerlukan unsur mikro. Peranan unsur

Ca dalam tanaman sebagai penguat dinding sel, mendorong perkembangan akar,


memperbaiki vigor tanaman dan kekuatan daun, berperan dalam perpanjangan sel,

sintesis protein dan pembelahan sel (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004). Magnesium

merupakan bagian dari khlorofil yang berfungsi dalam proses fotosintesis, terlibat dalam

pembentukan gula, mengatur serapan unsur hara yang lain, sebagai carrier fosfat dalam

tanaman, translokasi karbohidrat, dan aktivator dari beberapa enzim transforforilase,

dehidrogenase, dan karboksilase (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004). Sulfur merupakan

bagian dari asam amino termasuk metionin, sistin, dan sistein. Belerang sangat penting

dalam sintesis minyak pada tumbuhan (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004). Tanaman

mengambil besi dalam bentuk Fe 2+, Fe 3+, dan NaFeEDTA. Peranan Fe dalam tanaman

yaitu mempertahankan khlorofil dalam daun, merupakan bagian penting dari hemaglobin,

sebagai protein ferredoxin dalam metabolisme seperti fiksasi N 2, fotosintesis, dan

transfer elektron dalam khloroplas tanaman. Mangan berperan dalam proses reduksi dan

oksidasi, meningkatkan penyerapan cahaya, sintesis protein, dan berperan sebagai katalis

dalam reaksi tanaman. Tembaga berfungsi untuk mencegah perubahan dalam khlorofil

dan berperan penting dalam mengoksidasi enzim. Mekanisme Pupuk Akar dan Daun

Akar merupakan organ non fotosintetik pada tanaman. Proses penyerapan hara dari

permukaan akar ke dalam tanaman merupakan mekanisme yang kompleks menurut

Leiwakabessy dan Sutandi (2004).

Masuknya ion ke dalam akar terjadi melalui 3 macam mekanisme yaitu pertukaran

ion, difusi, dan melalui kegiatan carrier atau senyawa senyawa metabolik pengikat ion.

Mekanisme pertukaran ion merupakan mekanisme yang pasif. Suyamto (2010)

menyatakan bahwa serapan hara melalui mekanisme ini terjadi akibat kontak antara

permukaan akar dan koloid tanah. Difusi merupakan mekanisme transpor aktif dan

merupakan transpor masuknya ion ke dalam outer space/free space (ruang luar dari akar)

yaitu pada dinding epidermis dan sel korteks dari akar dan dalam film air yang melapisi
rongga interseluler terjadinya proses difusi dikarenakan akibat perbedaan konsentrasi

antara permukaan air dan larutan tanah. Mekanisme yang ketiga yaitu kegiatan carrier

merupakan transport aktif yang terjadi dalam inner space. Transport ini sifatnya selektif

dalam absorbs ion dengan demikian melalui mekanisme ini, tanaman sebenarnya

memiliki kemampuan untuk memilih unsur yang dibutuhkan dan yang berbahaya dapat

disaring untuk tidak masuk ke dalam tanaman. Mekanisme pengambilan unsur hara

melalui daun terjadi karena adanya difusi dan osmosis melalui lubang stomata, sehinggga

mekanismenya berhubungan dengan membuka dan menutupnya stomata. Membukanya

stomata merupakan proses mekanis yang diatur oleh tekanan turgor melalui sel-sel

penutup sedangkan tekanan turgor sendiri berbanding langsung dengan kandungan

karbon dioksida dari ruang di bawah stomata. Meningkatnya tekanan turgor akan

membuka lubang stomata, dan pada saat itu unsur hara akan berdifusi ke dalam stomata

bersamaan dengan air (Setyamidjaja, 1986). Bentuk stomata tanaman padi sawah seperti

halter, dinding sel penutup bagian tengahnya tebal, bagian tersebut merupakan penopang

pada halter. Masing-masing ujung dinding selnya tipis, sedangkan dinding atas dan

dinding bawahnya tebal (Sutrian, 1992).

Pemberian pupuk organik dapat memperbaiki struktur tanah, menaikkan bahan

serap tanah terhadap air, menaikkan kondisi kehidupan mikroba tanah dan sebagai

sumber makanan bagi tanaman. Pemberian pupuk anorganik dapat merangsang

pertumbuhan tanaman secara keseluruhan dan bantuan penting dalam pembentukan hijau

daun (Dewanto et al., 2013)

Manfaat pupuk dapat dibagi dalam dua macam, yaitu yang berkaitan dengan sifat

fisika dan kimia tanah.

1.Manfaat berkaitan dengan sifat fisika tanah


Manfaat utama dari pupuk yang berkaitan dengan sifat fisika tanah, yaitu

memperbaiki struktur tanah dari padat menjadi gembur.Pemberian pupuk organik,

terutama dapat memperbaiki struktur tanah dengan menyediakan ruang pada tanah untuk

udara dan air. Ruangan dalam yang berisi udara akan mendukung pertumbuhan bakteri

aerob yang berada diakar. Sementara air yang tersimpan di dalam ruangan tanah menjadi

persediaan yang menjadi sangat berharga bagi tanaman. Tanah dengan struktur yang

lemah juga memudahkan dalam pengolahan sehingga akan mengurangi biaya

pengolahan. Struktur tanah yang amat lepas, seperti tanah berpasir, juga dapat diperbaiki

dengan penambahan pupuk, terutama pupuk organik. Bahan organik akan mengikat

butiran-butiran tanah sehingga lebih padat dan tidak cepat hancur. Kondisi tanah yang

demikian akan menunjang pertumbuhan tanaman. Manfaat lain pemberian pupuk adalah

mengurangi erosi pada permukaan tanah. Dalam hal ini pupuk berfungsi sebagai penutup

tanah dan memperkuat struktur tanah dibagian permukaan. Dengan demikian, tanah tidak

mudah tergerus oleh aliran air, tetapi masih cukup gembur untuk dapat ditembus

perakaran dan masih mudah diolah.

2.Manfaat yang berkaitan dengan sifat kimia tanah

Ada beberapa manfaat pupuk yang berkaitan dengan sifat kimia tanah.Manfaat

pupuk yang paling banyak dirasakan penggunaanya adalah menyediakan unsur hara yang

diperlukan bagi tanaman. Pada awalnya unsur hara makro (N,P dan K) yang diutamakan

dalam penambahan pupuk, tetapi kemudian disadari bahwa unsur mikro ternyata juga

mulai berkurang dan dimulailah penambahan unsur mikro dalam bentuk pupuk. Selain

menyediakan unsur hara, pemupukan juga membantu mencegah kehilangan unsur hara

yang cepat hilang, seperti N,P dan K yang mudah hilang oleh penguapan atau oleh air

perkolasi. Bahan organik dalam pupuk dapat mengikat unsur-unsur hara yang mudah

hilang dan menyediakannya bagi tanaman.Efesiensi pemupukan menjadi lebih tinggi dan
pada tanah yang miskin hara kehilangan unsur akibat pengolahan dapat ditekan.

Pemberian pupuk juga membantu penyerapan unsur hara.Pupuk kimia yang ditambahkan

perlu dipecah terlebih dahulu sebelum dapat digunakan tanaman.Pemecahaan unsur kimia

pupuk dapat dibantu dengan mengusahakan pH yang optimum dan pemberian pupuk,

terutama pupuk organik.Unsur hara makro dapat menjadi tidak tersedia bila tanah

memiliki pH yang rendah dan penggunaan kapur dapat memperbaiki keadaan tersebut.

Manfaat lain dari pupuk, yaitu memperbaiki keasaman tanah. Tanah yang asam dapat

ditingkatkan pH-nya menjadi pH optimum dengan pemberian kapur dan pupuk

organik.Sebaliknya, tanah yang bersifat basa dapat diturunkan pH-ny dengan pupuk

sulfat dan pupuk organik.Keasaam telah merupakan faktor yang sangat penting dalam

kebersihan pemupukan dan pertumbuhan tanaman. Kondisi biologis tanah dapat

ditingkatkan dengan pemberiaan pupuk.Pemupukan juga dapat menambah

mikroorganisme tanah, seperti penggunaan pupuk hijau, dan mengusahakan kondisi yang

optimum bagi biologis tanah.Semakin baik kondisi biologis tanah maka semakin baik

juga kondisi tanaman yang tumbuh diatasnya. (Marsono,2005)

Pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari bahan-bahan organik

yang diurai (dirombak) oleh mikroba, yang hasil akhirnya dapat menyediakan

unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan

tanaman. Bahan-bahan yang termasuk dalam pupuk organik, antara lain pupuk

kandang, kascing, sekam padi, kompos, limbah kota dan lain sebagainya. Pupuk

organik juga sangat penting artinya sebagai penyangga sifat fisik, kimia, dan

biologi tanah, sehingga dapat meningkatkan efisiensi pupuk dan produktivitas

lahan (Nyoman et al., 2013), serta sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi

pertanian baik kualitas maupun kuatintas, dan mengurangi pencemaran

lingkungan (Simanungkalit, 2006). Manfaat utama pupuk organik adalah dapat


memperbaiki kesuburan kimia, fisik, biologis tanah, selain sebagai sumber hara

bagi tanaman.

Menurut Marsono dan Paulus, (2001) beberapa kelebihan pupuk organik

antara lain: (1) Mengubah struktur tanah menjadi lebih baik sehingga

pertumbuhan tanaman juga semakin baik. Saat pupuk dimasukkan ke dalam tanah,

bahan organik pada pupuk akan dirombak oleh mikroorganisme pengurai menjadi

senyawa organik sederhana yang mengisi ruang pori tanah sehingga tanah

menjadi gembur. Pupuk organik juga dapat bertindak sebagai perekat sehingga

tanah menjadi gembur. Pupuk organik juga dapat bertindak sebagai perekat

sehingga struktur menjadi lebih mantap. (2) Meningkatkan daya serap dan daya

pegang tanah terhadap air sehingga tersedia bagi tanaman. Hal ini karena bahan

organik mampu menyerap air dua kali lebih besar dari bobotnya. Dengan

demikian pupuk organik sangat berperan dalam mengatasi kekeringan air pada

musim kering. (3) Memperbaiki kehidupan organisme tanah. Bahan organik

dalam pupuk ini merupakan bahan makanan utama bagi organisme dalam tanah,

seperti cacing, semut, dan mikroorganisme tanah. Semakin baik kehidupan dalam

tanah ini semakin baik pula pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman dan

tanah itu sendiri.

Pupuk anorganik atau disebut juga sebagai pupuk mineral adalah pupuk

yang mengandung satu atau lebih senyawa anorganik (Leiwakabessy dan Sutandi,

2004). Fungsi utama pupuk anorganik adalah sebagai penambah unsur hara atau

nutrisi tanaman. Dalam aplikasinya, sering dijumpai beberapa kelebihan dan

kelemahan pupuk anorganik. Beberapa manfaat dan keunggulan pupuk anorganik

antara lain: mampu menyediakan hara dalam waktu relatif lebih cepat,

menghasilkan nutrisi tersedia yang siap diserap tanaman, kandungan jumlah


nutrisi lebih banyak, tidak berbau menyengat, praktis dan mudah diaplikasikan.

Sedangkan kelemahan dari pupuk anorganik adalah harga relatif mahal dan

mudah larut dan mudah hilang, menimbulkan polusi pada tanah apabila diberikan

dalam dosis yang tinggi. Unsur yang paling dominan dijumpai dalam pupuk

anorganik adalah unsur N, P, dan K.

Penggunaan pupuk anorganik yang tak terkendali menjadi salah satu penyebab

penurunan kualitas kesuburan fisik dan kimia tanah. Keadaan ini semakin

diperparah oleh kegiatan pertanian secara terus menerus, sedang pengembalian ke

tanah pertanian hanya berupa pupuk kimia. Hal ini mengakibatkan

terdegradasinya daya dukung dan kualitas tanah pertanian sehingga produktivitas

lahan semakin menurun. Pupuk anorganik mempunyai kelemahan, yaitu selain

hanya mempunyai unsur makro, pupuk anorganik ini sangat sedikit atau pun

hampir tidak mengandung unsur hara mikro. Kandungan hara dalam pupuk

anorganik terdiri atas unsur hara makro utama yaitu nitrogen, fosfor, kalium; hara

makro sekunder yaitu: sulfur, calsium, magnesium; dan hara mikro yaitu:

tembaga, seng, mangan, molibden, boron, dan kobal (Lingga dan Marsono, 2000).
V. Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dari acara 1 ini yaitu, setiap pupuk memiliki warnanya

masing-masing. Pupuk yang memiliki pH tertinggi adalah pupuk gandasil-d dan pupuk

yang memiliki pH terkecil adalah NPK. Pupuk yang termasuk kelarutannya cepat adalah

pupuk phonska. Dan pupuk yang mudah terhigroskopis adalah pupuk gandasil-b dan

gandasil-d.

B. Saran

Saran saya unuk praktikum acara 1 ini adalah agar asisten praktikum lebih mengawasi

praktikan pada saat praktikum dilaksanakan agar situasi di dalam lab lebih kondusif.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Litbang Pertanian. 2002. Prospek Pertanian Organik di Indonesia.

http://www.litbang.deptan.go.id/berita/one/17/. Diakses 12 Oktober 2019.

Dewanto, F.G. dan J.J.M.R Londok. 2013. Pengaruh Pemupukan Anorganik Dan Organik

Terhadap Produksi Tanaman Jagung. Jurnal Zootek. 32 (5): 1-8.

Dobermann, A. and T. Fairhurst. 2000. Rice. Nutrient Disorders and Nutrient

Management. Potash & Phosphate Institute, Potash (PPI) & Phosphate Institute of

Canada (PPIC) and International Rice Research Institute

Hadisuwito, S. 2008. Membuat Pupuk Kompos Cair. PT Agromedia Pustaka. Jakarta.

Akses 12 Oktober 2019.

Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Leiwakabessy, F.M. dan A. Sutandi. 2004. Pupuk dan Pemupukan. Departemen

Lingga, P. dan Marsono. 2000. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta : Penebar Swadaya

Marsono, dan Paulus, S., 2001. Pupuk Akar Jenis dan Aplikasi. Penebar Swadaya.

Jakarta.

Marsono. 2005. Pupuk Akar. Penebar Swadaya. Jakarta. 96 hlm.

Novizan.2001. PetunjukPemupukan yangEfektif.Penerbit Agro Media Pustaka. Jakarta.

Nyoman. A.A.S., Ni Kadek. S.D., I Dewa M.A. 2013. Pengaruh pemberian biourin dan

dosis pupuk anorganik (N, P, K) terhadap beberapa sifat kimia tanah pegok dan hasil

tanaman bayam (Amaranthus sp.). E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika 2(3), 165-174.

Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian.

Simanungkalit. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Bogor: Balai Besar
Siregar, H. 1981. Budidaya Tanaman Padi di Indonesia. Saatra Husada. Bogor.

Suyamto. 2009. Pemupukan Tanaman Padi. Dalam. Darajat, et al. (Eds). Padi Inovasi

Teknologi Produksi. Buku 2. Balai Besar Tanaman Padi. LIPI Press

Widya, N. Y. 2006. Klasifikasi Pupuk. http://www.nasih.staff.ugm.ac.id//. Di


LAMPIRAN

(Pupuk Gandasil B, Sifat Kelarutan nya, dan Sifat Higroskopisitas nya)

(Pupuk Gandasil D, Sifat Kelarutan nya, dan Sifat Higroskopisitas nya)

(Pengukuran Ph pupuk)
LAPORAN PRAKTIKUM

KESUBURAN TANAH DAN PEMUPUKAN


ACARA 2
PEMBUATAN PUPUK CAMPUR
(MIXED FERTILIZER)

Oleh:
Naurania Nadifa Adityawarman
A0B018017

Asisten:
Bella Febiana Kusumawati
NIM A0B017048

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pupuk merupakan material ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk
mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi
dengan baik. Material pupuk dapat berupa bahan organik atau pun non-organik (mineral).
Pupuk berbeda dari suplemen. Pupuk mengandung bahan baku yang diperlukan
pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sementara suplemen seperti hormon
tumbuhan membantu kelancaran proses metabolisme. Meskipun demikian, ke dalam
pupuk, khususnya pupuk buatan, dapat ditambahkan sejumlah material suplemen.
Setiap bahan yang diberikan kedalam tanah atau disemprotkan ke tanaman
untuk menambah unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Suatu bahan yang diberikan
sehingga dapat mengubah keadaan fisik, kimia dan biologi tanah agar sesuai dengan
tuntutan tanaman. Pemupukan merupakan setiap usaha pemberian pupuk yang bertujuan
menambah persediaan unsur2 hara yang dibutuhkan tanaman untuk meningkatkan
produksi dan mutu hasil tanaman.
Pupuk anorganik dalam prosesnya dapat dicampur dengan pupuk lain, hal ini
dilakukan agar memudahkan dalam proses pemakaian dilapangan. Pada proses
pencampuran pupuk ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu sifat pupuk (kadar
unsur hara, kelarutan, higroskopis dan pH pupuk). Pupuk anorganik yang satu dengan
yang lain ada yang dapat dicampur, ada yang dapat dicampur tetapi harus segera
dipergunakan dan tidak dapat dicampur.
B. Tujuan

Tujuan dilakukannya praktikum acara 2 yang berjudul Pembuatan Pupuk


Campur adalah:

1. Agar mahasiswa mampu mengetahui cara pembuatan pupuk campur.


2. Agar mahasiswa mampu membuat pupuk campur dari pupuk tunggal yang
ada.

C. Manfaat

Manfaat yang didapat dari dilakukannya praktikum ini adalah:

1. Mahasiswa mengetahui cara membuat pupuk campur.


2. Mahasiswa mampu membuat pupuk campur dari pupuk tunggal yang ada.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pupuk Campur (Mixed fertilizer)

Pupuk majemuk yaitu pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara yang

digunakan untuk menambah kesuburan tanah. Contoh pupuk majemuk yaitu NP, NK, dan

NPK. Pupuk majemuk yang paling banyak digunakan adalah pupuk Universitas Sumatera

Utara NPK yang mengandung senyawa ammonium nitrat (NH4NO3), amonium

dihidrogen fosfat (NH4H2PO4) dan kalium klorida (KCL). Kadar unsur hara N, P, dan K

dalam pupuk majemuk dinyatakan dengan komposisi angka tertentu. Misalnya pupuk

NPK 10-20-15 berarti dalam pupuk itu terdapat 10% nitrogen, 20% fosfor (sebagai

P2O5) dan 15 % kalium (sebagai K2O). Penggunaan pupuk majemuk harus disesuaikan

dengan kebutuhan dari jenis tanaman yang akan dipupuk karena setiap jenis tanaman

memerlukan perbandingan N, P dan K tertentu. Di, Indonesia beredar beberapa jenis

pupuk majemuk dengan komposisi N, P, dan K yang beragam (Imran, 2005). Marsono

dan Paulus Sigit (2001) menjelaskan bahwa pupuk NPK adalah pupuk majemuk lemgkap

atau complete fertilizer.

Tujuan pembuatan pupuk campur adalah untuk mendapatkan pupuk yang


mengandung lebih dari satu unsur hara. Hal ini merupakan penghematan waktu, tenaga
dan biaya. Dengan sekali pemberian pupuk, kita sudah dapat memasok 2 atau lebih hara
yang dibutuhkan oleh tanaman. Pembuatan pupuk campur dengan suatu grade tertentu,
biasanya jumlah pupuk yang dicampurkan tidak sesuai dengan pupuk campur yang
diinginkan. Untuk itu, perlu bahan tambahan yang disebut pengisi (filler). Bahan yang
dapat digunakan sebagai filler harus memenuhi syarat, yakni tidak higroskopis, tidak
bereaksi dengan pupuk, dan dapat membantu dalam pemakaian pupuk (Fandie dan
Nasih, 2002).
B. Pembenah Tanah

Pembenahan tanah atau yang sering disebut dengan remidiasi atau rekondisi tanah

yang mengalami degradasi (penurunan) kesuburan atau terkena cemaran sehingga

menjadi kurang produktif atau tidak subur. Degradasi tanah dan lahan produksi dapat

juga disebabkan oleh adanya erosi dan pengolahan lahan yang tidak tept sehingga terjadi

penurunan daya dukung sifat fisika, kimia dan biologi tanah. Jika kandungan humusnya

berkurang, lambat laun tanah akan menjadin keras, kompak dan bergumpal seperti tanah

lempung sehingga menjadi kurang produktif.

Bahan Pembenah Tanah (Soil Conditioner), yaitu bahan yang dapat memperbaiki

sifat fisik, kimia tanah dan/atau dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk.

Termasuk bahan pembenah tanah adalah dolomie, kapur pertanian/atau kapur, kapur

fosfatan, zeolit, gypsum. Sasaran penggunaaannnya ditujukkan pada lahan yang

memerlukan secara selektif. Kriteria bahan pembenah tanah adalah sebagai berikut: -

Tidak harus mengandung N, P, K. - Kandungan selain N, P, K lebih dari 10%. - Bukan

sebagai pupuk sumber unsur hara bagi tanaman. - Dapat berupa campuran mineral

primer. (Suwahyono, 2017).

Peningkatan produktivitas lahan kering masam dapat dilakukan melalui pemupukan

dan/atau pemberian bahan organik (Kristiono dan Subandi 2013). Penggunaan pupuk

organik dan anorganik memiliki dampak positif terhadap pertumbuhan, hasil, dan serapan

unsur hara pada tanaman kacang hijau. Hal tersebut disebabkan oleh penyediaan unsur

hara esensial melalui mineralisasi pupuk organik secara kontinyu, peningkatan kapasitas

tanah menyediakan unsur, dan perbaikan sifat fisik dan biologi tanah (Meena et al. 2015).
C. Klasifikasi Pupuk Campur

Berdasarkan perilaku campuran pupuk Nitrogen lurus, sederhana, fosfat, atau Potasik

pupuk; Pupuk kompleks memiliki lebih dari satu nutrisi dalam satu bahan dan pupuk

memiliki lebih dari satu nutrisi dalam bahan tunggal Campuran pupuk rumah campuran

atau bahan campuran pabrik. (2) Berdasarkan reaksi kimia dan sifatnya Pupuk asam,

netral, dan basa. (3) Berdasarkan nutrisi hadir, pupuk sederhana yang hanya mengandung

satu nutrisi (Operator tunggal) (4) Pupuk majemuk yang mengandung lebih dari satu

nutrisi (Operator multinutrien) (Young 1989)

Pupuk K yang banyak digunakan di Indonesia yaitu kalium klorida (KCl), namun

akhir-akhir ini berkembang dengan menggunakan kalium sulfat (K2SO4) Hasil penelitian

menunjukkan telah terbukti K2SO4 mampu memperbaiki karakteristik kualitas beberapa

produk sayuran. Adanya penambahan sulfur (S) pada tanaman menta mampu

meningkatkan produksi terna. minyak dan mentol. Unsur S juga berperan penting selama

proses sintesis metabolisme tanaman termasuk pembentukan metabolik sekunder.

(Suprapto,1992)

D. Aplikasi Pupuk Campur

Cara aplikasi pupuk berbagai perlakuan yang dilaksanakan menunjukkan bahwa

perlakuan proses percampuran dan cara aplikasi pupuk dijumpai adanya perbedaan yang

signifikan antar perlakuan. Pupuk urea yang tidak dicampur dengan pupuk TSP, KCL dan

langsung diaplikasikan dengan cara disebar selama 30 menit (perlakuan A) menunjukkan

kehilangan unsur N paling rendah dibandingkan perlakuan lainnya, sedangkan perlakuan

pupuk urea dicampur dengan pupuk TSP, KCL dan disimpan selama 15 jam kemudian di

aplikasikan selama 120 menit memperlihatkan kehilangan unsur N paling tinggi, yaitu

sebesar 21,5 %. Hal ini dikarenakan pupuk urea yang dilakukan perlakuan pencampuran

akan bersinggungan langsung dengan kelembaban udara. Hal ini sesuai dengan sifat
pupuk urea yang mudah menarik air (higroskopis) yangmenyebabkan kandungan N

mudah menguap/volatilisasi (Achmad S. R. dan Susetyo imam, 2014).


III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum acara 2 yang berjudul Pembuatan Pupuk Campur ini dilakukan di

laboratorium Konservasi dan Fisika Tanah Fakultas Pertanian Universitas Jenderal

Soedirman. Praktikum ini dilakukan pada hari Senin, 23 September 2019 pukul 09.30

WIB.

B. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan terdiri atas pupuk ZA (20%N), SP-36 (36% P2O5), KCl

(50% K2O) dan bahan pengisi (abu gosok).

Alat yang digunakan terdiri atas timbangan analitik, sendok dan plastik.

C. Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang diikuti pada praktikum acara 2 ini adalah sebagai berikut:
1. Kebutuhan masing-masing pupuk dihitung hingga ditemukan kebutuhan

filler

2. Bahan pengisi (abu dapur) sebanyak 6,66 gram ditambahkan

3. Dimasukan ke dalam plastik campuran antara pupuk dan bahan pengisi

4. Label ditempelkan dan dituliskan ke plastik, aduk hingga merata

5. Pupuk yang telah dicampur siap digunakan.

6. Masing masing kelompok membuat tugas pupuk campur dengan


ketentuan perbandingan pupuk campur NPK sesuai masing-masing
kelompok.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Dibuat 100 gram pupuk campur 6 – 10 – 7

6 𝑥 100
 ZA = = 30,0 gram
20

10 𝑥 100
 SP-36 = = 27,78 gram
36

7 𝑥 100
 KCl = = 14,0gram
50

Jumlah 30,0 + 27,78 + 14,0 = 71,78 gram

Kebutuhan filler = 100 – 71,78 = 28,22 gram

No. Nama pupuk Bobot

1. ZA 30,0 gram

2. SP-36 27,78 gram

3. KCl 14,0 gram

4. Bahan Pengisi 28,22 gram


B. Pembahasan

Pupuk majemuk yaitu pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara yang

digunakan untuk menambah kesuburan tanah. Contoh pupuk majemuk yaitu NP, NK, dan

NPK. Pupuk majemuk yang paling banyak digunakan adalah pupuk Universitas Sumatera

Utara NPK yang mengandung senyawa ammonium nitrat (NH4NO3), amonium

dihidrogen fosfat (NH4H2PO4) dan kalium klorida (KCL). Kadar unsur hara N, P, dan K

dalam pupuk majemuk dinyatakan dengan komposisi angka tertentu. Misalnya pupuk

NPK 10-20-15 berarti dalam pupuk itu terdapat 10% nitrogen, 20% fosfor (sebagai

P2O5) dan 15 % kalium (sebagai K2O). Penggunaan pupuk majemuk harus disesuaikan

dengan kebutuhan dari jenis tanaman yang akan dipupuk karena setiap jenis tanaman

memerlukan perbandingan N, P dan K tertentu. Di, Indonesia beredar beberapa jenis

pupuk majemuk dengan komposisi N, P, dan K yang beragam (Imran, 2005). Marsono

dan Paulus Sigit (2001) menjelaskan bahwa pupuk NPK adalah pupuk majemuk lemgkap

atau complete fertilizer.

Tujuan pembuatan pupuk campur adalah untuk mendapatkan pupuk yang

mengandung lebih dari satu unsur hara. Hal ini merupakan penghematan waktu, tenaga

dan biaya. Dengan sekali pemberian pupuk, kita sudah dapat memasok 2 atau lebih hara

yang dibutuhkan oleh tanaman. Pembuatan pupuk campur dengan suatu grade tertentu,

biasanya jumlah pupuk yang dicampurkan tidak sesuai dengan pupuk campur yang

diinginkan. Untuk itu, perlu bahan tambahan yang disebut pengisi (filler). Bahan yang

dapat digunakan sebagai filler harus memenuhi syarat, yakni tidak higroskopis, tidak

bereaksi dengan pupuk, dan dapat membantu dalam pemakaian pupuk (Fandie dan

Nasih, 2002).
Pembenahan tanah atau yang sering disebut dengan remidiasi atau rekondisi tanah

yang mengalami degradasi (penurunan) kesuburan atau terkena cemaran sehingga

menjadi kurang produktif atau tidak subur. Degradasi tanah dan lahan produksi dapat

juga disebabkan oleh adanya erosi dan pengolahan lahan yang tidak tept sehingga terjadi

penurunan daya dukung sifat fisika, kimia dan biologi tanah. Jika kandungan humusnya

berkurang, lambat laun tanah akan menjadin keras, kompak dan bergumpal seperti tanah

lempung sehingga menjadi kurang produktif.

Bahan Pembenah Tanah (Soil Conditioner), yaitu bahan yang dapat memperbaiki

sifat fisik, kimia tanah dan/atau dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk.

Termasuk bahan pembenah tanah adalah dolomie, kapur pertanian/atau kapur, kapur

fosfatan, zeolit, gypsum. Sasaran penggunaaannnya ditujukkan pada lahan yang

memerlukan secara selektif. Kriteria bahan pembenah tanah adalah sebagai berikut: -

Tidak harus mengandung N, P, K. - Kandungan selain N, P, K lebih dari 10%. - Bukan

sebagai pupuk sumber unsur hara bagi tanaman. - Dapat berupa campuran mineral

primer. (Suwahyono, 2017).

Peningkatan produktivitas lahan kering masam dapat dilakukan melalui pemupukan

dan/atau pemberian bahan organik (Kristiono dan Subandi 2013). Penggunaan pupuk

organik dan anorganik memiliki dampak positif terhadap pertumbuhan, hasil, dan serapan

unsur hara pada tanaman kacang hijau. Hal tersebut disebabkan oleh penyediaan unsur

hara esensial melalui mineralisasi pupuk organik secara kontinyu, peningkatan kapasitas

tanah menyediakan unsur, dan perbaikan sifat fisik dan biologi tanah (Meena et al. 2015).

Berdasarkan perilaku campuran pupuk Nitrogen lurus, sederhana, fosfat, atau Potasik

pupuk; Pupuk kompleks memiliki lebih dari satu nutrisi dalam satu bahan dan pupuk

memiliki lebih dari satu nutrisi dalam bahan tunggal Campuran pupuk rumah campuran

atau bahan campuran pabrik. (2) Berdasarkan reaksi kimia dan sifatnya Pupuk asam,
netral, dan basa. (3) Berdasarkan nutrisi hadir, pupuk sederhana yang hanya mengandung

satu nutrisi (Operator tunggal) (4) Pupuk majemuk yang mengandung lebih dari satu

nutrisi (Operator multinutrien) (Young 1989)

Pupuk K yang banyak digunakan di Indonesia yaitu kalium klorida (KCl), namun

akhir-akhir ini berkembang dengan menggunakan kalium sulfat (K2SO4) Hasil penelitian

menunjukkan telah terbukti K2SO4 mampu memperbaiki karakteristik kualitas beberapa

produk sayuran. Adanya penambahan sulfur (S) pada tanaman menta mampu

meningkatkan produksi terna. minyak dan mentol. Unsur S juga berperan penting selama

proses sintesis metabolisme tanaman termasuk pembentukan metabolik sekunder.

(Suprapto,1992)

Cara aplikasi pupuk berbagai perlakuan yang dilaksanakan menunjukkan bahwa

perlakuan proses percampuran dan cara aplikasi pupuk dijumpai adanya perbedaan yang

signifikan antar perlakuan. Pupuk urea yang tidak dicampur dengan pupuk TSP, KCL dan

langsung diaplikasikan dengan cara disebar selama 30 menit (perlakuan A) menunjukkan

kehilangan unsur N paling rendah dibandingkan perlakuan lainnya, sedangkan perlakuan

pupuk urea dicampur dengan pupuk TSP, KCL dan disimpan selama 15 jam kemudian di

aplikasikan selama 120 menit memperlihatkan kehilangan unsur N paling tinggi, yaitu

sebesar 21,5 %. Hal ini dikarenakan pupuk urea yang dilakukan perlakuan pencampuran

akan bersinggungan langsung dengan kelembaban udara. Hal ini sesuai dengan sifat

pupuk urea yang mudah menarik air (higroskopis) yangmenyebabkan kandungan N

mudah menguap/volatilisasi (Achmad S. R. dan Susetyo imam, 2014).


DAFTAR PUSTAKA

Achmad, S.R., & Susetyo, I. (2014). Pengaruh proses pencampuran dan cara

aplikasi pupuk terhadap kehilangan unsur N. Warta Perkaretan, 33(1), 29-

34.

Fandie, R., Nasih, P,W. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Penerbit Kanisius,

Yogyakarta

Imran, A., 2005. Budidaya Tanaman Semangka (Citrus vulhgaris schrad).

Informasi Penyuluhan Pertanian. Kabupaten Labuhan. Batu.

Kristiono, A. dan Subandi. 2013. Evaluasi efektivitas pupuk organik untuk

tanaman kedelai di lahan kering masam. Pros. Seminar Hasil Penelitian

Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2013. Balitkabi, Malang. hlm. 49–58.

Marsono dan Paulus Sigit.2001. Pupuk Akar, Jenis dan

Aplikasinya.Swadaya:Jakarta.

Meena, V.D., M.L. Dotaniya, V. Coumar, S. Rajendiran, S. Kundu, A.S.

Rao. 2015. A Case for silicon fertilization to improve crop yields in tropical

soils. Proc. Natl. Acad. Sci. 84:505-518.

Suprapto, H.S. 1992. Bertanam Kedelai. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.

p.51.

Suwahyono, Untung. 2007. Petunjuk Praktis Penggunaan Pupuk Organik

Secara Efektif Dan Efisien. Jakarta: Penebar Swadaya

Young A. 1989. Agroforestry for Soil Conservation. Science and practice of

Agroforestry No.4 ICRAF. Nairobi.


LAPORAN PRAKTIKUM

KESUBURAN TANAH DAN PEMUPUKAN


ACARA 3
ANALISIS KADAR BAHAN ORGANIK TANAH

Oleh:
Naurania Nadifa Adityawarman
A0B018017

Asisten:
Bella Febiana Kusumawati
NIM A0B017048

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanah yang ideal adalah tanah dengan komposisi 45% mineral, 5% bahan

organik, dan kandungan air serta udara yang seimbang. Komposisi tanah yang ideal

ini sangat diperlukan karena tanah adalah media tumbuh tanaman. Tingkat keidealan

tanah ini berbanding lurus dengan pertumbuhan tanaman.

Bahan organik tanah dapatr dianalisis dengan berbagai metode. Setiap tanah

memiliki kandungan bahan organik yang berbeda karena adanya pemanasan, mudah

teroksidasi dan kadar unsur c yang beragam. Bahan organik tanah ini penting adanya

karena berperan sebagai pengatur kelembaban, aerasi, struktur tanah, sumber hara

tanah, peningkat kapasitas tukar kation (KTK).

Berdasarkan beberapa poin diatas, maka bahan organik tanah perlu dianalisis

kadarnya. Analisis ini dapat menjadi tolok ukur tanah yang ideal bagi tanaman. maka

dari itu praktikum kali ini melakukan analisis bahan organik pada 5 jenis tanah;

andisol, inseptisol, vertisol, ultisol, dan entisol. Metode yang digunakan adalah

dengan bahan organik yang mudah teroksidasi.

B. Tujuan

Tujuan dilakukannya praktikum Analisis Bahan Organik adalah agar


Mahasiswa mampu melakukan analisis kadar bahan organik tanah berdasarkan
metode bahan organik teroksidasi.

C. Manfaat
Manfaat yang didapat setelah melakukan praktikum acara 3 adalah mahasiswa
mengetahui kadar bahan organik tanah yang dianalisis berdasarkan metode bahan
organik yang teroksidasi.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kesuburan Tanah

Kesuburan tanah adalah kualitas tanah dalam hal kemampuannya untuk

menyediakan unsur hara yang cocok dalam jumlah yang cukup serta dalam

keseimbangan yang tepat dalam lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan suatu

spesies tanaman (Xiaolin et al 2012).

Kesuburan kimia tanah yaitu kesuburan tanah yang ditentukan oleh jumlah jenis

dan ketersediaan senyawa atau unsur atau ion-ion dalam tanah.Parameter kesuburan

kimia tanah ditentukan dalam jumlah kation yang dapat berubah, KPK, kejenuhan basa,

karbon organik, ketersediaan N, P, dan K, pH, kejenuhan Al dan Fe.Sifat kimia tanah ini

sangat berpengaruh terhadap ketersediaan unsur hara di dalamtanah (Arihara 2000).

Produksi tanaman didasarkan pada penggunaan hara tanaman yang tersedia dalam

tanah.Tiap-tiap tanah sangat beragam dalam kemampuannya untuk ditanami sampai

beberapa lama tanpa ada penurunan produksi sebelum pemberian hara yang

diperlukan.Penambahan kebutuhan hara didasarkan pada kebutuhan hara oleh tanaman

dan kemampuan tanah menyediakan hara.Apabila tanah tidak cukup memadai

menyediakan hara bagi pertumbuhan tanaman secara normal, maka perlu ditambahkan

sejumlah hara kedalamtanah (Handayanto1998).

Manajemen hara yang baik untuk produksi tanaman adalah didasarkan pada

pengetahuan tentang hara yang dibutuhkan tanaman dan ketersediaan hara di dalam

tanah.Perawatan manajemen hara dapat didasarkan pada jumlah hara yang terambil dari

dalam tanah oleh tanaman saat panen.Agar produksi tanaman dapat berhasil dan

berkelanjutan dalam waktu yang lama, tanah harus mengandung sejumlah hara yang

sangat dibutuhkan oleh tanaman, terutama nitrogon, fosfor, dan kalium. (Ahmad et al
2014).

B. Bahan Organik Tanah

Bahan organik merupakan bahan-bahan yang dapat diperbaharui, didaur

ulang, dirombak oleh bakter-bakteri tanah menjadi unsur yang dapat digunakan oleh

tanaman tanpa mencemari tanah dan air. Bahan organik tanah merupakan penimbunan

dari sisa-sisa tanaman dan binatang yang sebagian telah mengalami pelapukan dan

pembentukan kembali. Bahan organik demikian berada dalam pelapukan aktif dan

menjadi mangsa serangan jasad mikro. Sebagai akibatnya bahan tersebut berubah terus

dan tidak mantap sehingga harus selalu diperbaharui melalui sisa-sisa tanaman atau

binatang (Nugroho, 2012). Bahan organik memiliki peran penting dalam menentukan

kemampuan tanah untuk mendukung tanaman, sehingga jika kadar bahan organik tanah

menurun, kemampuan tanah mendukung produktivitas tanaman juga menurun.

Menurunnya kadar bahan organik merupakan salah satu bentuk kerusakan tanah yang

umum terjadi. Kerusakan tanah merupakan masalah penting bagi negara berkembang

karena intensitasnya yang cenderung meningkat sehingga tercipta tanah-tanah yang

rusak yang jumlah maupun intensitasnya meningkat. Kerusakan tanah secara garis besar

dapat digolongkan menjadi tiga kelompok utama, yaitu kerusakan sifat kimia, fisika dan

biologi tanah. Kerusakan kimia tanah dapat terjadi karena proses pemasaman tanah,

akumulasi garam-garam (salinisasi), teremar logam berat, dan tercemar senyawa-

senyawa organik dan xenobiotik seperti pestisida atau tumpahan minyak bumi

(Djajakirana, 2001). Terjadinya pemasaman tanah dapat diakibatkan penggunaan pupuk

nitrogen buatan secara terus menerus dalam jumlah besar (Brady, 1990).

Menurut Tobing (2009) fungsi dari bahan organik adalah :

1) Sebagai granulator, yaitu memperbaiki struktur tanah


2) Sumber unsure hara N, P, S dan unsur hara mikro lainnya

3) Menambah kemampuan tanah untuk menghambat air

4) Menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur-unsur hara (Kapasitas

tukar kation tanah menjadi lebih tinggi).

C. Unsur Hara Makro dan Mikro Tanah


Unsur hara tanaman adalah unsur yang diserap oleh tumbuhan. Menurut

Hanafiah (2007: 252), unsur kimiawi yang dianggap esensial sebagai unsur hara

tanaman adalah jika memenuhi tiga kriteria sebagai berikut:

a. Unsur ini harus terlibat langsung dalam penyediaan nutrisi yang

dibutuhkan tanaman.

b. Unsur ini tersedia agar tanaman dapat melengkapi siklus hidupnya.

c. Jika tanaman mengalami defesiensi hanya dapat diperbaiki dengan unsur

tersebut.

Unsur hara makro esensial jika dibutuhkan dalam jumlah besar,

biasanya diatas 500 ppm dan yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit, biasanya

kurang dari 50 ppm disebut mikro esensial.

Yang tergolong ke dalam unsur hara makro antara lain Nitrogen, hidrogen,

oksigen, fosfor, kalium, belerang, kalsium dan magnesium. Sedangkan unsur hara mikro

antara lain boron, besi, mangan, tembaga, seng, molibdenum, dan khlorin.

D. Metode Penetapan C-organik


Karbon organik terkandung di dalam fraksi tanah organik, terdiri dari sel- sel

mikroorganisme, tanaman dan sisa-sisa hewan pada beberapa tahap dekomposisi,

humus dan yang tertinggi senyawa karbon terdapat di arang, grafit dan batubara. C-

organik di dalam tanah mungkin dapat diperkirakan dengan perbedaan diantara C-


total dan C-inorganik. C-organik dapat ditetapkan langsung pada prosedur C-total

setelah pemisahan C-inorganik atau pada tehnik aliran oksidasi titrasi dikromat.

Prosedur meliputi analisis C-total, biasanya meliputi semua bentuk C-organik di

dalam tanah, sedangkan prosedur oksidasi dikromat meliputi perubahan bagian

elemental C, dan dalam beberapa prosedur, melihat perubahan jumlah C-organik

yang terkandung di dalam humus (Nelson dan Sommer, 1982).

Metode yang biasa dipakai untuk penentuan C-Organik adalah metode

Walkley and Black. Metode ini dipakai karena dianggap sederhana, cepat, mudah

dikerjakan dan membutuhkan sedikit peralatan. Tetapi bagaimanapun metode aliran

K2Cr2O7 (metode Walkley and Black) memiliki beberapa kelemahan, yaitu adanya

gangguan unsur tanah lain seperti Cl-, Fe2+, dan MnO2 (Nelson dan Sommer, 1982).

Analisis kandungan C-organik tanah untuk melihat sifat tanah secara lebih rinci

tentunya membutuhkan biaya yang lebih besar dan resiko yang lebih tinggi,

mengingat mahal dan berbahayanya kalium dichromat (K2Cr2O7). Menurut Sholichah

(2006), kesulitan ini bisa diatasi dengan menggunakan data kehilangan bobot tanah

untuk pendugaan kandungan C-organik dalam tanah. Berdasarkan hasil penelitian

pengukuran kandungan C-organik tanah dengan menggunakan metode Walkley and

Black, CHNS Analyser dan DTA (Diferential Thermal Analysis) dan meregresikan

hasil pengukuran kandungan C-organik dari ketiga metode tersebut, maka diperoleh

hasil korelasi yang baik. Hal ini menunjukan bahwa kehilangan bobot tanah dapat

digunakan untuk menduga kandungan C-organik dalam tanah.


III. METODE PRAKTIKUM

A. Tempat dan Waktu

Praktikum acara 3 yang berjudul Analisis Kadar Bahan Organik Tanah ini dilakukan

di laboratorium Konservasi dan Fisika Tanah Fakultas Pertanian Universitas Jenderal

Soedirman. Praktikum ini dilakukan pada hari Senin, 7 Oktober 2019 pukul 09.30 WIB.

B. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan unuk praktikum ini adalah larutan kalium dikromat 1 N,
asam sulfat pekat, sukrosa, tissue dan aquades.
Alat yang digunakan adalah spektrofotometer sinar tampak, cuvet, timbangan
analitik, labu takar, labu erlenmeyer, botol semprot dan pipet ukur.
C. Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang akan diikuti untuk praktikum ini adalah antara lain:

1. Pembuatan kurva kalibrasi


a) Membuat larutan yang mengandung 100 mg C sebanyak 100 mL, dengan
cara menimbang 0,377 g sukrosa dimasukkan ke dalam labu takar
ditambah aquades sampai 100 mL. Tiap mL larutan ini mengandung 1 mg
C.
b) Menyiapkan 5 buah labu takar 100 mL yang bersih dan kering.
c) Masing-masing labu takar diisi dengan larutan yang mengandung C
sebanyak 0; 5; 10; 15; 20; dan 25 mg C dengan cara memipet 0; 5; 10; 15;
20 dan 25 mL larutan.
d) Ke dalam masing-masing labu takar yang telah berisi larutan C ditambah
10 mL larutan 1 N K2Cr2O7 lalu dikocok hingga merata.
e) Dengan hati-hati ditambah 10 mL asm sulfat pekat, lalu dikocok pelan-
pelan (labu jangan diangkat).
f) Dibiarkan selama 30 menit sampai dingin.
g) Diencerkan dengan aquadest hingga volume 100 mL.
h) Disaring, lalu bagian yang bening diukur absorbansinya dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 595 nm.
i) Dibuat persamaan regresi linier Y = bX, hubungan antara kadar C-organik
(sumbu X) dengan absorbansi larutan (sumbu Y).
2. Analisis Kadar C-organik Tanah
a) Sebanyak 0,50 gram tanah kering udara lolos ayakan 0,5 mm ditimbang
dalam labu erlenmeyer 500 mL.
b) Dengan menggunakan pipet ukur ditambah 10 mL larutan 1 N K2Cr2O7
sambil dikocok supaya homogen.
c) Dengan hati-hati ditambah 10 mL asam sulfat pekat, lalu dikocok dengan
gerakan pelan-pelan (labu jangan diangkat).
d) Dibiarkan selama 30 menit sampai dingin.
e) Diencerkan dengan aquadest hingga volume 100 mL.
f) Disaring, lalu bagian yang bening diukur absorbansinya dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 595 nm.
g) Data transmitansi dan absorbansi larutan standard untuk pembuatan
persamaan regresi.
Tabel 5. Contoh perhitungan absorbansi larutan standard
Kadar C (mg C) Transmitansi (%) Absorbansi (A = log 1/T)
(X) (Y)
5 80 0,097
10 63 0,201
15 50 0,301
20 41 0,387
25 34 0,469

h) Data kadar air tanah.


Tabel 6. Kadar air
Kadar Air
tanah
Ultisol 7,640
Entisol 5,050
Inceptisol 22,480
Andisol 13,080
Vertisol 13,390
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 11 Perhitungan Absorbansi Larutan Standar

Kadar C (mg(X)) Transmitasi(%) Absorbansi (Y) X.Y X2

5 74% = 0,74 0,13 0,65 25

10 56%=0,56 0,25 2,5 100

15 44%=0,44 0,36 5,4 225

20 41%=0,41 0,39 7,8 400

25 49%=0,49 0,31 7,75 625

Total 24,1 1375

 b = Σxy = 24,1 = 0,02

Σx2 = 1375
Gambar Grafik Larutan Standar

0.45

0.4
0.39
0.36
0.35

0.31
0.3
ABSORBANSI

0.25 0.25

0.2

0.15
0.13
0.1

0.05

0
5 10 15 20 25
KADAR C

Tabel 12 Nilai Absorbansi Tanah

Kadar C Sampel (Mg(C)) Transmitasi (%) Absorbansi (Y) (log1/T)

Ultisol (5) 88% = 0,88 0,05

Entisol (10) 91% = 0,91 0,04

Inceptisol (15) 55% = 0,55 0,26

Vertisol (20) 62% = 0,62 0,21


Andisol (25) 84% = 0,84 0,07

1. Ultisol

 Y=bx

0,005 = 0,002 x

0,05
x = 0,02

x = 2,5 mgC

2,5 100
 Kadar C organik = 500 x 100+7,640 x 100% = 0,46%

100
 Kadar Bahan Organik = x 0,46% = 0,793%
58

2. Entisol

 Y=bx

0,004 = 0,002 x

0,04
x = 0,02

x = 2 mgC

2 100
 Kadar C organik = 500 x 100+5,050 x 100% = 0,38%

100
 Kadar Bahan Organik = x 0,38% = 0,65%
58

3. Inceptisol

 Y=bx

0,26 = 0,002 x
0,26
x = 0,02

x = 13 mgC

13 100
 Kadar C organik = 500 x 100+22,48 x 100% = 2,12%

100
 Kadar Bahan Organik = x 2,12% = 3,66%
58

4. Vertisol

 Y=bx

0,21 = 0,002 x

0,21
x = 0,02

x = 10,5 mgC

10,5 100
 Kadar C organik = x 100+13,08 x 100% = 1,857% = 1,86%
500

100
 Kadar Bahan Organik = x 1,86% = 3,21%
58

5. Andisol

 Y=bx

0,007 = 0,002 x

0,07
x = 0,02

x = 3,5 mgC
3,5 100
 Kadar C organik = 500 x 100+13,39 x 100% = 0,617% = 0,62%

100
 Kadar Bahan Organik = 58
x 0,62% = 1,068% = 1,07%

B. Pembahasan

Kesuburan kimia tanah yaitu kesuburan tanah yang ditentukan oleh jumlah

jenis dan ketersediaan senyawa atau unsur atau ion-ion dalam tanah.Parameter

kesuburan kimia tanah ditentukan dalam jumlah kation yang dapat berubah, KPK,

kejenuhan basa, karbon organik, ketersediaan N, P, dan K, pH, kejenuhan Al dan

Fe.Sifat kimia tanah ini sangat berpengaruh terhadap ketersediaan unsur hara di

dalamtanah (Arihara 2000).

Manajemen hara yang baik untuk produksi tanaman adalah didasarkan pada

pengetahuan tentang hara yang dibutuhkan tanaman dan ketersediaan hara di dalam

tanah.Perawatan manajemen hara dapat didasarkan pada jumlah hara yang terambil

dari dalam tanah oleh tanaman saat panen.Agar produksi tanaman dapat berhasil dan

berkelanjutan dalam waktu yang lama, tanah harus mengandung sejumlah hara yang

sangat dibutuhkan oleh tanaman, terutama nitrogon, fosfor, dan kalium. (Ahmad et

al 2014).

Kesuburan tanah adalah kualitas tanah dalam hal kemampuannya untuk

menyediakan unsur hara yang cocok dalam jumlah yang cukup serta dalam

keseimbangan yang tepat dalam lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan suatu
spesies tanaman (Xiaolin et al 2012).

Produksi tanaman didasarkan pada penggunaan hara tanaman yang tersedia

dalam tanah.Tiap-tiap tanah sangat beragam dalam kemampuannya untuk ditanami

sampai beberapa lama tanpa ada penurunan produksi sebelum pemberian hara yang

diperlukan.Penambahan kebutuhan hara didasarkan pada kebutuhan hara oleh

tanaman dan kemampuan tanah menyediakan hara.Apabila tanah tidak cukup

memadai menyediakan hara bagi pertumbuhan tanaman secara normal, maka perlu

ditambahkan sejumlah hara kedalamtanah (Handayanto1998).

Unsur hara tanaman adalah unsur yang diserap oleh tumbuhan.

Menurut Hanafiah (2007: 252), unsur kimiawi yang dianggap esensial

sebagai unsur hara tanaman adalah jika memenuhi tiga kriteria sebagai

berikut:

a. Unsur ini harus terlibat langsung dalam penyediaan nutrisi yang

dibutuhkan tanaman.

b. Unsur ini tersedia agar tanaman dapat melengkapi siklus hidupnya.

c. Jika tanaman mengalami defesiensi hanya dapat diperbaiki dengan

unsur tersebut.

Unsur hara makro esensial jika dibutuhkan dalam jumlah

besar, biasanya diatas 500 ppm dan yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit,

biasanya kurang dari 50 ppm disebut mikro esensial.


Yang tergolong ke dalam unsur hara makro antara lain Nitrogen, hidrogen, oksigen,

fosfor, kalium, belerang, kalsium dan magnesium. Sedangkan unsur hara mikro

antara lain boron, besi, mangan, tembaga, seng, molibdenum, dan khlorin

Bahan organik memiliki peran penting dalam menentukan kemampuan

tanah untuk mendukung tanaman, sehingga jika kadar bahan organik tanah

menurun, kemampuan tanah mendukung produktivitas tanaman juga menurun.

Menurunnya kadar bahan organik merupakan salah satu bentuk kerusakan tanah

yang umum terjadi. Kerusakan tanah merupakan masalah penting bagi negara

berkembang karena intensitasnya yang cenderung meningkat sehingga tercipta

tanah-tanah yang rusak yang jumlah maupun intensitasnya meningkat. Kerusakan

tanah secara garis besar dapat digolongkan menjadi tiga kelompok utama, yaitu

kerusakan sifat kimia, fisika dan biologi tanah. Kerusakan kimia tanah dapat terjadi

karena proses pemasaman tanah, akumulasi garam-garam (salinisasi), teremar logam

berat, dan tercemar senyawa-senyawa organik dan xenobiotik seperti pestisida atau

tumpahan minyak bumi (Djajakirana, 2001). Terjadinya pemasaman tanah dapat

diakibatkan penggunaan pupuk nitrogen buatan secara terus menerus dalam jumlah

besar (Brady, 1990).

Menurut Tobing (2009) fungsi dari bahan organik adalah :

1) Sebagai granulator, yaitu memperbaiki struktur tanah

2) Sumber unsure hara N, P, S dan unsur hara mikro lainnya


3) Menambah kemampuan tanah untuk menghambat air

4) Menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur-unsur hara

(Kapasitas tukar kation tanah menjadi lebih tinggi).

Unsur hara tanaman adalah unsur yang diserap oleh tumbuhan.

Menurut Hanafiah (2007: 252), unsur kimiawi yang dianggap esensial

sebagai unsur hara tanaman adalah jika memenuhi tiga kriteria sebagai

berikut:

a. Unsur ini harus terlibat langsung dalam penyediaan nutrisi yang

dibutuhkan tanaman.

b. Unsur ini tersedia agar tanaman dapat melengkapi siklus hidupnya.

c. Jika tanaman mengalami defesiensi hanya dapat diperbaiki dengan

unsur tersebut.

Unsur hara makro esensial jika dibutuhkan dalam jumlah

besar, biasanya diatas 500 ppm dan yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit,

biasanya kurang dari 50 ppm disebut mikro esensial.

Yang tergolong ke dalam unsur hara makro antara lain Nitrogen,

hidrogen, oksigen, fosfor, kalium, belerang, kalsium dan magnesium. Sedangkan

unsur hara mikro antara lain boron, besi, mangan, tembaga, seng, molibdenum, dan
khlorin.

Karbon organik terkandung di dalam fraksi tanah organik, terdiri dari sel- sel

mikroorganisme, tanaman dan sisa-sisa hewan pada beberapa tahap

dekomposisi, humus dan yang tertinggi senyawa karbon terdapat di arang, grafit

dan batubara. C-organik di dalam tanah mungkin dapat diperkirakan dengan

perbedaan diantara C-total dan C-inorganik. C-organik dapat ditetapkan langsung

pada prosedur C-total setelah pemisahan C-inorganik atau pada tehnik aliran

oksidasi titrasi dikromat. Prosedur meliputi analisis C-total, biasanya meliputi

semua bentuk C-organik di dalam tanah, sedangkan prosedur oksidasi dikromat

meliputi perubahan bagian elemental C, dan dalam beberapa prosedur, melihat

perubahan jumlah C-organik yang terkandung di dalam humus (Nelson dan

Sommer, 1982).

Metode yang biasa dipakai untuk penentuan C-Organik adalah metode

Walkley and Black. Metode ini dipakai karena dianggap sederhana, cepat, mudah

dikerjakan dan membutuhkan sedikit peralatan. Tetapi bagaimanapun metode

aliran K2Cr2O7 (metode Walkley and Black) memiliki beberapa kelemahan, yaitu

adanya gangguan unsur tanah lain seperti Cl-, Fe2+, dan MnO2 (Nelson dan

Sommer, 1982). Analisis kandungan C-organik tanah untuk melihat sifat tanah

secara lebih rinci tentunya membutuhkan biaya yang lebih besar dan resiko yang

lebih tinggi, mengingat mahal dan berbahayanya kalium dichromat (K2Cr2O7).

Menurut Sholichah (2006), kesulitan ini bisa diatasi dengan menggunakan data

kehilangan bobot tanah untuk pendugaan kandungan C-organik dalam tanah.


Berdasarkan hasil penelitian pengukuran kandungan C-organik tanah dengan

menggunakan metode Walkley and Black, CHNS Analyser dan DTA (Diferential

Thermal Analysis) dan meregresikan hasil pengukuran kandungan C-organik dari

ketiga metode tersebut, maka diperoleh hasil korelasi yang baik. Hal ini

menunjukan bahwa kehilangan bobot tanah dapat digunakan untuk menduga

kandungan C-organik dalam tanah.


V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai