TEKNOLOGI LABORAOTIUM MEDIS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA 2020 REVIEW ARTIKEL JURNAL Judul Hubungan antara Persepsi Dukungan Sosial dengan tingkat Kecemasan pada Penderita leukimia Jurnal Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental Volume dan halaman Vol. 03 No. 02, 80-84 Tahun terbit 2014 Penulis Yatni Amylia, Endang Surjaningrum Reviewer Fitri Polimengo Tanggal 29 Oktober 2020
Pendahuluan Leukemia merupakan salah satu jenis penyakit kanker yaitu
kanker darah yang tergolong dalam penyakit kronis. Leukemia salah satu jenis kanker yang banyak diderita oleh anak-anak dengan prevalensi 2,8 dari 100.000. Pada tahun 2000, terdapat sekitar 256.000 anak dan dewasa di seluruh dunia menderita penyakit sejenis leukemia, dan 209.000 orang diantaranya meninggal karena penyakit tersebut, hampir 90% dari semua penderita yang terdiagnosa adalah dewasa. Pada tahun 2006 jumlah penderita leukemia rawat inap di Rumah Sakit di Indonesia sebanyak 2.513 orang. Individu yang menderita penyakit kronis seperti leukemia, secara langsung maupun tidak langsung juga mengalami gangguan pada kondisi psikologisnya, disebut dengan psikofisiologis yang berarti bahwa psike atau pikiran memiliki efek terhadap tubuh begitupula sebaliknya (Davison, 2006). Kecemasan merupakan salah satu respon emosional yang sering muncul saat individu didiagnosis menderita penyakit kronis (Lubis, 2009). Kecemasan akan meningkat tidak hanya disebabkan oleh penyakit itu sendiri, tetapi juga disebabkan oleh pemeriksaan dan penanganannya. Penanganan pada penyakit leukemia dapat dilakukan dengan cara kemoterapi, radiasi, transplantasi sumsum tulang, tranfusi sel darah merah atau mengkonsumsi obat-obatan. Dampak dari penanganan penyakit kanker, yaitu kerusakan pada beberapa bagian tubuh akibat dari proses radiasi atau obat-obatan yang digunakan untuk membunuh sel kanker dapat menyebabkan penderita menjadi merasa tertekan atau stres (Burish, 1987). Dukungan sosial diperlukan dalam menurunkan stres yang dapat memicu kecemasan yang dialami pasien. Pasien yang menerima dukungan sosial yang tinggi menunjukkan prognosa dan penyesuaian yang lebih baik (Bootzin, dkk, 1983). Pasien yang didiagnosis menderita leukemia akan mengalami gangguan psikologis seperti kecemasan. Tingkat kecemasan yang dirasakan setiap pasien berbeda- beda. Hal ini tergantung cara pasien dalam merespon kecemasan. Dukungan sosial berfungsi sebagai pertalian sosial yang menggambarkan kualitas dari hubungan interpersonal yang akan melindungi individu dari konsekuensi stres. Dukungan sosial berperan dalam meningkatkan kesehatan, kesejahteraan, peningkatan produktivitas dan pengaruh positif lainnya. Namun, efektifitas peran dukungan sosial tersebut tergantung persepsi pasien terhadap dukungan sosial yang diterima. Persepsi tersebut akan mempengaruhi interpretasi pasien terhadap dukungan sosial dan akan berdampak pada kondisi fisik maupun psikologis pasien. Jika pasien mempersepsi dukungan sosial secara positif maka dukungan sosial tersebut akan dirasakan sebagai hal yang bermanfaat bagi diri pasien. Sebaliknya, jika pasien mempersepsi dukungan sosial sebagai hal yang biasa saja tanpa ada respon positif, maka dukungan sosial menjadi tidak bermanfaat bagi pasien. Tujuan penelitian Tujuan penelitian ini yakni untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara persepsi dukungan sosial dengan tingkat kecemasan yang dialami pasien leukemia. Metode penelitian Penelitian ini menggunakan tipe penelitian penjelasan (explanatory research) yang menguji hubungan antara variabel bebas (persepsi dukungan sosial) dan variabel terikat (tingkat kecemasan). Metode penelitian yang digunakan adalah survey yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data. Subyek penelitian ini adalah penderita leukemia dengan tipe AML, CLL, dan CML yang sedang menjalani perawatan medis di Unit Rawat Jalan Poli Onkologi Satu Atap RSU Dr. Soetomo Surabaya dan berusia dewasa ≥ 20 tahun. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dengan memilih sekelompok subyek yang dijadikan sampel berdasarkan ciriciri atau sifat-sifat tertentu. Alat pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari dua skala konstruk psikologis, yaitu skala persepsi dukungan sosial dan skala kecemasan. Skala persepsi dukungan sosial disusun berdasarkan teori Sarafino, 1990 (dalam Smet, 1994) yang terdiri dari empat dimensi, yaitu dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dan dukungan informatif. Skala persepsi dukungan sosial terdiri dari 27 aitem setelah melalui uji validitas aitem. Skala kecemasan pada penelitian ini disusun berdasarkan teori Stuart & Sundeen (1998) yang terdiri dari dua dimensi antara lain respon fisiologi dan respon psikologis. Jumlah aitem pada skala kecemasan sebanyak 24 aitem setelah melalui uji validitas aitem. Karakteristik demografis juga disajikan dalan kuesioner penelitian, diantaranya: jenis kelamin, usia, lama diagnosa, pekerjaan, pendidikan terakhir, dan tipe leukemia (AML, CLL, dan CML). Hasil penelitian Hasil uji korelasi menggunakan teknik Spearman’s Rho dengan sampel N = 56 diketahui nilai p = 0,010 atau p < 0,05 yang berarti bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi dukungan sosial dengan tingkat kecemasan yang dialami penderita leukemia. Selain itu, diketahui juga koefisien korelasi bernilai negatif ρ = -0,342, yang menunjukkan terdapat hubungan yang negatif antara kedua variabel tersebut, yaitu semakin tinggi persepsi dukungan sosial penderita leukemia, maka tingkat kecemasannya akan semakin rendah Pembahasan Hasil analisis uji korelasional menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi dukungan sosial dengan tingkat kecemasan pada penderita leukemia di RSU Dr.Soetomo Surabaya. Penderita leukemia ketika pertama kali didiagnosa, timbul rasa kecewa, shock, dan rasa tidak percaya. Perasaan tersebut merupakan salah satu bentuk penolakan (denial) yang dirasakan penderita leukemia. Kondisi inilah yang menyebabkan penderita merasa tertekan atau stres dan muncul rasa cemas. Kecemasan pada penderita leukemia dengan tipe AML (acute myeloblastic leukemia) memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi jika dibandingkan tingkat kecemasan CML (chronic myelocytic leukemia) dan CLL (chronic lymphocytic leukemia). Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh gejala dan pengobatan yang berbeda pada penderita leukemia akut dan leukemia kronis. Pada penderita leukemia akut pengobatan yang dilakukan adalah dengan kemoterapi melalui intravena ataupun melakukan transplantasi stem cell yang tentunya disertai adanya rasa sakit atau nyeri saat pengobatan berlangsung. Sedangkan, pada penderita leukemia kronis cukup melakukan kemoterapi melalui oral kemoterapi, karena penderita leukemia kronis berada pada fase “watch and wait” yang artinya menunggu dan waspada (Mughal, 2006). Pada sampel penelitian ini, persepsi terhadap bentuk dukungan emosional paling dominan daripada bentuk dukungan yang lainnya. Dukungan emosional membuat penderita leukemia merasa nyaman, berharga dan disayangi. Dengan adanya dukungan tersebut, permasalahan yang dihadapi oleh individu tidak dianggap sebagai suatu stressor. Sehingga, kecemasan dapat diatasi. Dari penelitian ini diketahui bahwa tingkat kecemasan yang dialami penderita leukemia memiliki kekuatan hubungan yang sedang dengan persepsi dukungan sosial. Kekuatan hubungan yang sedang tersebut dikarenakan tidak hanya persepsi dukungan sosial yang mempengaruhi tingkat kecemasan penderita leukemia tetapi ada faktor lain yang memiliki kaitan erat dengan kecemasan penderita leukemia, seperti penyakit leukemia itu sendiri dan proses pengobatan yang dijalani penderita leukemia, serta efek dari pengobatan tersebut. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data pada penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi dukungan sosial dengan tingkat kecemasan pada penderita leukemia di RSU Dr. Soetomo Surabaya. Kekuatan hubungan antara kedua variabel tersebut tergolong sedang. Hal ini membuktikan bahwa persepsi yang positif terhadap dukungan sosial yang diterima penderita leukemia cukup efektif dalam mengurangi kecemasan yang dialaminya. Berdasarkan korelasi antar variabel dapat disarankan pada penderita leukemia untuk mencari dukungan sosial yang tepat agar dukungan tersebut dapat diterima dan dipersepsi secara positif. Bagi pihak Rumah Sakit dengan menyediakan peran non-konvensional (terapis kanker, konselor atau psikolog, dan survivor) bagi penderita leukemia dapat membantu dalam mengurangi dampak psikologis yang dialami pasien. Selain itu, bentuk perhatian yang diberikan dokter, perawat ataupun petugas kesehatan lainnya diyakini mampu mengurangi atau menurunkan kecemasan pasien. Untuk melengkapi kekurangan pada penelitian ini, disarankan untuk peneliti selanjutnya yang memiliki kesamaan topik, sebaiknya menggali lebih mendalam mengenai penyebab atau faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan yang dirasakan penderita leukemia tipe AML Daftar pustaka Bootzin, R.R., Loftus, E.F., & Zajonc, R.B. (1983). Psychology today an introduction 5th edition. New York: Random Hoose. Inc. Burish. T.G., Carey, M.P., Krozey, M.G. & Greco, F.A. (1987). Conditioned side effects induced by cancer chemotherapy: Prevention through behavioral treatment. Journal of Consulting and Clinical Psychology, 55, 42-48. Davison, G. C., & Neale, J. M., (2006). Psikologi abnormal. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Lubis, N. L. (2009). Depresi: Tinjauan psikologis. Jakarta: Kencana. Mughal, T.I., Goldman, J.M., & Mughal, S.T. (2006). Understanding leukemias, lymphomas and myelo mas. London and New York: Taylor & Francis.