Skripsi Arifki Zainefi (A01112015)
Skripsi Arifki Zainefi (A01112015)
SKRIPSI
Oleh :
ARIFKI ZAINEFI
A01112015
2016
PELAKSANAAN PENGELOLAAN BENDA SITAAN
NEGARA DAN BARANG HASIL RAMPASAN
NEGARA DIRUMAH PENYIMPANAAN
BENDA SITAAN NEGARA
(RUPBASAN) PONTIANAK
SKRIPSI
Oleh :
ARIFKI ZAINEFI
A01112015
PONTIANAK
2016
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................ i
ABSTRAK .......................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. ..................................................................................................... Lat
B. ...................................................................................................... Ru
C. ...................................................................................................... Tuj
D. ..................................................................................................... Ker
1. ...................................................................................................
2. ...................................................................................................
E. ...................................................................................................... Hip
otesis........................................................................................................ 16
F. ...................................................................................................... Me
vi
BAB II PELAKSANAAN PENGELOLAAN BENDA SITAAN NEGARA
A. ....................................................................................................... Pen
B. ....................................................................................................... Das
C. ....................................................................................................... Das
D. ....................................................................................................... Ke
A. ....................................................................................................... An
B. ....................................................................................................... Has
il Wawancara ............................................................................................ 56
C. ....................................................................................................... Pe
BAB IV PENUTUP
A. ....................................................................................................... Kes
impulan ..................................................................................................... 62
vii
B. ....................................................................................................... Sar
an .............................................................................................................. 64
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa
Tanjugpura Pontianak.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa hal ini tidak akan
berhasil tanpa bimbingan, motivasi dan bantuan dari berbagai pihak baik secara
langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis
2. Dr. Sy. Hasyim Azizurrahman, SH, M.Hum, Dekan Fakultas Hukum Untan
3. Dr. Hj. Sri Ismawati, SH, M.Hum, Ketua Bagian Hukum Pidana serta selaku
i
6. Hj. Herlina, SH, MH, Dosen Pembimbing II yang telah membimbing dan
7. Prof. H. Slamet Rahardjo, S.H Dosen Penguji I yang telah memberikan saran
8. Dr. H. Aswandi, S.H.,M.Hum Dosen Penguji II yang telah memberi saran dan
ini.
10. Terima kasih kepada kedua Orang Tua, Keluarga dan Muhrimmia, Amd atas
segala dorongan, spirit, motivasi dan doa yang senantiasa mengalir selama
12. Terimakasih kepada Kepala dan Staf RUPBASAN kelas I Pontianak, dan
skripsi ini.
13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
ii
Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.
Dan akhirnya penulis berharap semoga skripsi yang sederhana ini dapat
Penulis
ARIFKI ZAINEFI
NIM. A01112015
iii
ABSTRAKS
Benda sitaan yang berasal dari perbuatan kejahatan yang disengaja dan
benda sitaan yang diperlukan sebagai barang bukti dalam proses peradilan
termasuk barang yang dinyatakan dirampas berdasarkan putusan hakim dan benda
keselamatan dan keamanan benda yang disita untuk menjadi barang bukti pada
sitaan barang rampasan negara. Penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif
yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang diperoleh dari peraturan
iv
Fungsi RUPBASAN sebagai tempat penyimpanan benda sitaan memiliki
peranan yang sangat penting dalam proses penyelesaian perkara pidana. Dengan
v
BAB I
PENDAHULUAN
masyarakat harus berdasarkan pada hukum yang berlaku, baik hukum yang
tertulis maupun yang tidak tertulis. Sehingga permasalahan yang timbul harus
antar pribadi yang meliputi ketertiban ekstern antar pribadi dan ketenangan intern
antar pribadi. Konsepsi perdamaian berarti tidak ada gangguan ketertiban dan juga
Indonesia diadakan kodifikasi dan penerapan yang lengkap dalam arti meliputi
seluruh proses pidana dari awal penyidikan sampai pada kasasi di Mahkamah
1
2
“penyitaan adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mengambil alih dan atau
Sedangkan benda yang dapat disita menurut Pasal 39 ayat (1) KUHAP
antara lain :
barang bukti dan berfungsi dalam proses pemeriksaan suatu perkara pidana,
1
Redaksi Grahamedia Press, 2012, KUHP & KUHAP, Grahamedia Press, Surabaya hal.183
3
Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penyitaan dan yang sering terjadi
di kota Pontianak yaitu benda atau tagihan tersangka atau terdakwa yang seluruh
atau sebagian diperoleh dari tindak pidana atau sebagian hasil tindak pidana
(KUHAP) terdapat dalam Pasal 44 ayat (1) yang berbunyi : “ Benda Sitaan
barang sitaan dari berbagai instansi. Pendirian Rupbasan didasari oleh pasal 44
ayat (1) KUHAP dan juga PP No. 27 Tahun 1983 tentang pelaksaan KUHAP serta
Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor 16 Tahun 2014 tentang Tata Cara
Pengelolaan Benda Sitaan Negara dan Barang Rampasan Negara pada Rumah
yang dikekola Departemen Hukum dan HAM dan merupakan salah satu lembaga
yang ikut andil dalam sistem peradilan pidana terutama pada proses penyelesaian
perkara pidana. Pada tingkat penyidikan, tanggung jawab yuridis ada pada
umum (jaksa). Sementara itu tanggung jawab fisik atas benda sitaan ada pada
suatu kerjasama yang baik dari berbagai instansi yang berkaitan seperti
dan terlindungi serta apabila dalam proses pengadilan putusan agar dikembalikan
maka dapat dikembalikan secara utuh tanpa cacat ataupun rusak, akan tetapi
tempat penyimpanan segala macam jenis benda sitaan dan siapapun tidak
terjadi penyalahgunaan wewenang dan jabatan yang masih sering terjadi hingga
saat ini. Ada beberapa nasib benda sitaan yang rusak sebagian maupun seluruhnya
tersebut, penulis melihat banyak benda sitaan seperti kendaraan bermotor yaitu
mobil dan motor yang diletakkan begitu saja ditempat terbuka dan dibiarkan
terkena hujan dan panas. Hal tersebut tentunya menjadi salah satu faktor penyebab
sebaik-baiknya dan tanggung jawab atasnya ada pada pejabat yang berwenang
sesuai dengan tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan dan benda tersebut
benda sitaan yang disimpan di Rupbasan harus dijaga dan dipelihara kondisinya
dengan sebaik mungkin agar ketika proses pengembalian barang sitaan tetap utuh
seperti semula.
(RUPBASAN) belum berfungsi dengan baik, hal ini berkaitan dengan kurangnya
Rupbasan serta untuk mengetahui kendala yang timbul dalam pelaksanaan dan
upaya penyelesaiannya.
6
B. Rumusan Masalah
menjadi permasalahan yang akan diulas oleh penulis dalam penulisan ini yaitu,
Mengapa pelaksanaan pengelolaan benda sitaan negara dan barang hasil rampasan
secara maksimal ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
disimpan di RUPBASAN
D. Kerangka Pemikiran
1. Tinjauan Pustaka
ketahui terlebih dahulu apa arti dari “Penegakan Hukum” itu sendiri. "Secara
konsepsional, inti dan arti penegakan hukum terletak pada kegiatan menyerasikan
mengejawantah dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir,
hidup.”2
pandangan tertentu mengenai apa yang baik dan apa yang buruk. Pandangan-
misalnya, ada pasangan nilai ketertiban dengan nilai ketentraman, pasangan nilai
hukum yang mungkin berisikan suruhan, larangan atau kebolehan. Dalam kaidah
tertentu. Kaidah-kaidah tersebut menjadi pedoman atau patokan bagi perilaku atau
sikap tindakan yang dianggap pantas, atau yang seharusnya. Perilaku atau sikap
kedamaian.
2
Soerjono Soekanto, 1983, Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, PT
RajaGrafindo Persada, Jakarta Hal.5
8
adalah demikian, sehingga pengertian law enforcement begitu populer. Selain itu
hukum guna untuk mencapai kadar kesadaran hukum yang tinggi dalam
ketertiban hukum, kepastian hukum dan terbentuknya sikap dan perilaku yang taat
pada hukum.
Teori yang digunakan dalam melengkapi tulisan ini adalah teori efektifitas
yang dapat diartikan sebagai keberhasilan dalam pencapaian target atau tujuan
yang telah ditetapkan. Efektifitas memiliki beragam jenis, salah satunya adalah
Selanjutnya definisi dari Benda Sitaan Negara yaitu benda bergerak atau
tidak bergerak, berwujud atau tidak berwujud yang diambil alih dan disimpan
9
berikut :
Ayat (1)
Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a karena
kewajibannya mempunyai wewenang:
Huruf d. melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan
penyitaan.5
Penyitaan tidak hanya dapat dilakukan oleh penyidik kepolisian saja
wewenang untuk melakukan penyidikan yang mana karena tugasnya dapat pula
lain :
1. Penyidik Kepolisisan
2. Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PNS); penyidik BPOM, penyidik Bea dan
3. Kejaksaan
4. Pengadilan
3
Noor Kolim, 2004, Pengelolaan Benda Sitaan Negara, Departemen Hukum dan HAM RI, Jakarta
hal.30
4
Redaksi Grahamedia Press, op.cit hal 172
5
Ibid.
10
Penyitaan benda milik orang lain yang dalam hal ini adalah milik
didukung dengan alat bukti sah dengan ketentuan minimal dua alat bukti sah yang
menghilangkan alat bukti tersebut baik oleh tersangka sendiri ataupun orang lain
yang masih ada hubungan langsung dengan tersangka (keluarga) atau orang yang
berhubungan atau terlibat dengan suatu kasus tindak pidana yang dilakukan oleh
tersangka atau terdakwa, untuk mengantisipasi agar hal ini tidak terjadi maka
dilakukan tindakan pengamanan terhadap barang atau benda bukti tersebut yaitu
Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam melindungi alat bukti
tersebut oleh penyidik yaitu dengan menyita alat bukti tersebut. Setelah
baiknya.
Sitaan Negara “.
kondisi atau keadaan benda sitaan tetap utuh dan sama seperti pada saat benda itu
disita. Untuk itu pengelolaan benda sitaan diserahkan dalam Rumah Penyimpanan
sitaan dari penyidik ke RUPBASAN harus disertai dengan surat keterangan yang
diserahkan penyidik, dan kemudian benda tersebut disimpan dalam tempat yang
6
Ibid., h. 121.
12
diartikan sebagai “menaruh ditempat yang aman agar tidak dapat rusak atau
agar tidak rusak atau hilang.7 Terhadap benda sitaan ini tidak hanya dilakukan
penyimpanan saja namun juga dilakukan pemeliharaan. Untuk menjaga agar tidak
sebagai “usaha-usaha yang dilakukan untuk menjaga dan merawat dengan sebaik-
baiknya”.8
yuridis ialah pejabat yang berwenang menurut tingkat pemeriksaan, namun secara
fisik tetap merupakan tanggung jawab Kepala RUPBASAN dan tidak boleh
berlaku lagi kebiasaan apa yang disebut dengan “penyitaan pakai” yaitu penyitaan
terhadap suatu benda dimana benda tersebut digunakan atau dipakai diluar
terjadi, tentunya dapat merugikan pihak yang sedang dalam perkara, terutama
pihak yang menjadi korban dari suatu kejahatan, seperti pepatah mengatakan
7
Noor Kolim, op.cit., hal. 37.
8
Ibid.
13
Pasal 30
1) RUPBASAN dikelola oleh Departemen Kehakiman
2) Tanggungjawab secara yuridis atas benda sitaan tersebut ada pada pejabat
sesuai dengan tingkat pemeriksaan
3) Tanggungjawab secara fisik atas benda sitaan tersebut ada pada kepala
RUPBASAN.9
Selain dari ketentuan KUHAP, penyitaan juga diataur dalam perundang-
undangan lain. Hal ini dibenarkan oleh Pasal 284 KUHAP. Menurut Andi
9
PP No.27/1983, Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
14
barang-barang yang dapat disita, yaitu segala barang yang dapat dipakai untuk
manusia yang dalam hal ini adalah perampasan hak milik terhadap barang yang
2. Kerangka Konsep
untuk pembuktian, benda sitaan sebagai barang bukti, harus disimpan dan dijaga
tindak pidana yang terjadi maka benda sitaan sebagai barang bukti harus disimpan
dengan sebaik-baiknya.
10
Andi Hamzah, 2002, Hukum Acara Pidana Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta hal 152.
11
Gerson W. Bewengan, 1977, Penyidikan Perkara Pidana dan Teknik Interogasi, Jakarta hal. 35.
15
terhadap benda sitaan itu seperti penyimpanan, pemeliharaan, dan mutasi dari
masih belum sesuai dengan ketentuan yang berlaku, masih banyak benda sitaan
Hal ini dapat terjadi karena kurangnya rasa tanggung jawab oleh petugas
penyimpanan dan pemeliharaan dan pemakaian benda sitaan oleh oknum petugas
diluar konteks proses perkara, hal tersebut tentu merugikan pemilik barang karena
tidak jarang benda yang disita mengalami kerusakan atau tidak sama seperti
semula.
Untuk mengatasi hal tersebut perlu adanya suatu langkah atau tindakan.
E. Hipotesis
belum maksimal karena kurangnya sarana dan prasarana serta kurangnya jumlah
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penulis gunakan dalam penulisan hukum ini adalah
masalah.
2. Sifat Penelitian
Jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini yaitu antara lain :
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya. Data
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari
Sesuai dengan jenis data yang digunakan dalam penelitian ini maka
penulis teliti.
(interview).
a. Populasi
Populasi adalah seluruh objek atau seluruh individu atau gejala atau
seluruh kejadian atau seluruh unit yang akan diteliti. Dari definisi tersebut,
19
b. Sampel
dapat mengambil dan menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini. Random
menyelesaikan masalah.
Adapun jumlah sampel yang diambil penulis dalam penelitian ini adalah
sebanyak :
12
Ronny Hanitijo Soemitro, 1985, Metode Penelitian Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta hal.47
BAB II
RAMPASAN NEGARA
Benda Sitaan Negara adalah benda yang disita oleh penyidik, penuntut
umum, atau pejabat tertentu yang karena jabatannya mempunyai wewenang untuk
menyita benda dana tau barang dalam perkara pidana untuk keperluan barang
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dirampas untuk negara.
MELAKUKAN PENYITAAN
(TKP), diserahkan sendiri oleh saksi pelapor atau tersangka pelaku tindak pidana,
diambil dari pihak ketiga dan dapat pula berupa barang temuan.
dalam tindak pidana ini adalah menahannya sementara waktu guna kepentingan
20
21
secara paksa. Jadi dapat dikatakan bahwa penyitaan merupakan suatu upaya
peradilan “.
Penyitaan yang dilakukan oleh penyidik adalah sah karena untuk kepentingan
acara pidana. Penyitaan ini dilakukan dengan cara-cara yang di tentukan oleh
undang-undang.
“ Pasal 40
benda dan alat yang ternyata ataupun yang patut diduga telah
dipergunakan untuk melakukan tindak pidana atau benda lain yang dapat
Pasal 41
diperuntukan bagi tersangka atau berasal daripadanya dan untuk itu kepada
tersangka dan atau kepada pejabat kantor pos dan telekomunikasi, jawatan
13
Redaksi Penerbit Asa Mandiri, KUHAP dan Penjelasan, Asa Mandiri, Jakarta, 2006, hal.22
23
terdakwa yang diperoleh atau merupakan hasil dari suatu tindak pidana dan benda
yang digunakan tersangka atau terdakwa yaitu sebagai alat untuk melakukan
tindak pidana. Selain itu penyidik juga dapat menyita benda yang diduga olehnya
mempunyai hubungan dengan suatu tindak pidana baik secara langsung maupun
tidak langsung. Benda sitaan adalah benda sebagai barang bukti dari suatu tindak
1) Penyitaan dilakukan oleh penyidik dengan surat izin dari ketua Pengadilan
Negeri setempat. Dalam keadaan sangat perlu dan mendesak penyidik dapat
melakukan penyitaan antara lain sebagai berikut:
a) Penyitaan hanya atas benda bergerak
b) Wajib segera lapor kepada Ketua Pengadilan Negeri setempat guna
memperoleh persetujuannya. Disamping itu harus menunjukan terlebih
dahulu tanda pengenalnya kepada orang darimana benda itu disita.
Dalam hal penyitaan dilakukan oleh penyidik juga harus menunjukan
surat tertulis dari penyidik. Dalam hubungan itu penyidik juga
berwenang memerintahkan kepada orang yang menguasai benda yang
dapat disita untuk menyerahkan benda itu kepadanya, dan untuk itu
harus diberikan tanda penerimaanya.
2) Selanjutnya penyidik memperlihatkan benda yang disita kepada orang dari
siapa benda tersebut akan disita atau kepada keluarganya dan dapat diminta
keterangan tentang benda yang akan disita itu dengan disaksikan oleh
Kepala Desa atau Ketua Lingkungan dengan dua orang saksi.
3) Penyidik atas tindakannya itu membuat berita acara, selanjutnya berita acara
tersebut dibacakan terlebih dahulu kepada orang dari mana benda tersebut
disita/keluarganya. Setelah itu diberi tanggal dan ditandatangani oleh
penyidik, orang tersita/keluarganya dana tau Kepala Desa/Kepala
Lingkungan dengan dua orang saksi. Jika pihak tersita atau keluarganya
tidak mau menandatangani, penyidik mencatatnya dalam berita acara dengan
menerangkan alasan-alasannya. Turunan berita acara disampaikan kepada
orang darimana benda itu disita atau keluarganya atau Kepala Desa.
4) Benda-benda tersebut kemudian dibungkus, tetapi sebelumnya dicatat berat
atau jumlahnya menurut jenis, ciri dan sifatnya, tempat hari dan tanggal
penyitaan, identitas pihak tersita, diberi cap serta ditandatangani penyita.
Jadi dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan penyitaan adalah
tindakan penyidik untuk mengambil dan menyimpan dibawah penguasaannya
benda milik tersangka atau terdakwa yang diduga baik secara langsung maupun
24
tidak langsung ada hubungannya dengan suatu tindak pidana sebagai barang bukti
untuk diperiksa dalam rangka membuktikan dan menentukan posisi atau
kedudukan tersangka atau terdakwa dalam suatu perkara pidana.14
Dasar hukum penyitaan adalah Pasal 7 ayat (1) huruf d yang berbunyi
1. Penyidik
a. Penyidik Kepolisian
bahwa “ penyidik terdiri atas Pejabat Kepolisian Republik Indonesia dan Pejabat
Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-
dibagi menjadi dua yaitu Penyidik Kepolisian dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil
(PPNS).
pidana umum yaitu yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
yang taat hukum adalah Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS). Perlu kita
perhatikan bahwa untuk menciptakan masyarakat yang taat hukum bukanlah suatu
14
Noor Kolim,2004,Pengelolaan Benda Sitaan Negara, Departemen Hukum dan HAM RI, hal.35
15
Ibid., hal 10.
16
Ibid., hal 172
25
perkara yang mudah, karena masih sering kita jumpai adanya pelanggaran-
pemerintah. Salah satu caranya adalah harus dimulai dari aparatur yang berdisiplin
tinggi, jujur dan taat pada hukum yang ada, serta yang tidak kalah pentingnya
bahwa Penyidik Pegawai Negeri Sipil adalah pejabat pegawai negeri sipil tertentu
anggotanya terdiri dari pegawai dari suatu instansi pemerintahan dan bukan
Daerah baik dilakukan oleh masyarakat maupun oleh aparatur pemerintah untuk
pidana,
17
C.S.T Kansil, Kitab Undang-undang Kepolisian Negara, PT. Pradnya Paramita, cetakan kedua,
Jakarta, 2005
26
layak untuk beredar atau dilarang untuk dikonsumsi oleh masyarakat seperti
maka terhadap bahan makanan yang diduga dilarang tersebut dapat dilakukan
18
Keputusan Menteri Kehakiman Nomor M.05.PW.07.03 tahun 1984
27
2. Kejaksaan
Jaksa sebagai bagian dari sistem peradilan pidana memiliki posisi yang
strategis dalam proses peradilan, posisi penting yang dimiliki oleh institusi
yang diemban oleh institusi kejaksaan melingkupi sejak awal proses hingga proses
benda yang berkaitan dengan suatu tindak pidana yang terjadi, dan inilah yang
bersinggungan dengan tugas dan kewenangan instansi lainnya yaitu Polisi dan
Hakim.
Hal ini dapat dilihat dengan adanya penyerahan perkara dari penyidik
kepolisian kepada jaksa penuntut umum. Suatu perkara akan dimutasi atau
diserahkan ke jaksa sebagai penuntut umum apabila kasus tersebut telah selesai
disidik pada tahap penyidikan oleh penyidik baik penyidik Kepolisian maupun
penyidik Pegawai Negeri Sipil. Mutasi suatu kasus dilengkapi dengan berita acara
tanggungjawab atas tersangka dan barang bukti kepada penuntut umum. Dengan
umum dan status benda sitaan sebagai barang bukti menjadi benda sitaan Jaksa
Penuntut Umum.
Mengenai tugas dan kewenangan jaksa, dalam BAB III Pasal 30 Undang-
a. Melakukan penuntutan,
undang,
19
Undang-undang No. 16 tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia, Sinar Grafika,
Jakarta, 2004
29
3. Hakim Pengadilan
Setelah berkas acara yang diserahkan penyidik beserta barang bukti dari
suatu perkara dipelajari oleh penuntut umum, kemudian penuntut umum membuat
dakwaan atas suatau tindak pidana yang dilakukan tersangka dan kemudian status
BENDA SITAAN
a. Dasar Hukum
adalah:
KUHAP;
b. Wewenang Penyimpanan
tempat penyimpanan benda yang disita oleh Negara untuk keperluan proses
didirikan pada setiap ibukota kabupaten atau kota, dan apabila perlu dapat
untuk negara, atau dimusnahkan, dijual lelang atau diamankan, maka selain yang
dijual lelang atau diamankan, benda sitaan disimpan menurut cara yang telah
ditentukan.
20
PP No 27 tahun 1983 tentang Pelaksanaan KUHAP, pasal 26 ayat (1) ayat (2) dan (3)
31
c. Prosedur Penyimpanan
berikut:
1. Penerimaan
yang menyerahkan.
negara.
33
3. Pendaftaran
penyimpanan.
4. Penyimpanan
a. Benda sitaan dan barang rampasan negara yang baru diterima disimpan
1) Tingkat Penyidikan
2) Tingkat Penuntutan
1) Kertas
2) Logam
3) Non Logam
7) Berbentuk Gas
13) Tanah
berkeseriusan.
5. Pemeliharaan
mutu, macam dan jumlah benda sitaan dan barang rampasan negara.
c. Tugas Pemeliharaan :
dan keasliannya
dan Barang.
6. Pemutasian
1) Mutasi Administratif
2) Mutasi Fisik
pemeriksaan, yaitu :
yang menyita
peradilan.
7. Pengeluaran/Penghapusan
yuridis
b. Tugas Pengeluaran :
kegiatan:
a) Kerusakan
b) Penyusutan
c) Kebakaran
d) Bencana Alam
e) Pencurian
f) Barang Temuan
g) Barang Bukti tidak diambil
8. Penyelamatan dan Pengamanan
Rupbasan
keamanan Rupbasan
keamanan lainnya
yang berlaku.
keamanan
Rupbasan
yang meliputi :
2) Pegawai
4) Aspek-aspek Ketatalaksanaan
Basan Baran :
lain
pengamanan :
a) Senjata api
41
c) Pakaian dinas
d) Kendaraaan dinas
e) Perumahan dinas
9. Pelaporan
a. Laporan Tertulis
Pemasyarakatan.
b. Pengeluaran Akhir
Dalam hal terjadi peristiwa yang luar biasa, segera dilaporkan kepada
melalui telepon, atau dengan cara lain dan kemudian seger disusul dengan
terdapat pengecualian sesuai dengan Pasal 27 ayat (2) PP No. 27/1983 yang
menyatakan bahwa “Dalam hal benda sitaan tidak mungkin dapat disimpan dalam
Rupbasan”.21
khususnya Pasal 1 ayat (5) yang menyatakan bahwa “Jika benda sitaan tidak
atau kegiatan usahanya bersesuaian dengan sifat dan tempat penyimpanan benda
ditunjuk oleh kepala Rupbasan untuk mengelola dan merawat dengan baik benda
sitaan negara yang dititipkan kepada instansi tersebut. Kemudian tanggung jawab
21
PP No 27 tahun 1983 pasal 27 ayat (2)
22
http://www.pom.go.id/new/index.php/view/berita/3777/RUPBASAN-Sebagai-
Alternatif-Tempat-Penyimpanan-Barang-Non-Sitaan.html
43
pengelolaan atas benda sitaan tersebut ada pada instansi yang ditunjuk oleh
Kepala Rupbasan dan instansi tersebut wajib membuat laporan secara berkala
tentang kondisi benda sitan yang dititipkan kepada instansi tersebut dan apabila
terjadi kerusakan pada benda sitaan tersebut instansi yang ditunjuk tersebut harus
segera membuat laporan tentang kerusakan benda sitaan dan diserahkan kepada
Kepala Rupbasan.
Rupbasan pada Instansi lain diperoleh dari dana pengelolaan Rupbasan dan pihak
PENGOLAHAN DATA
A. Analisis Data
Tujuan dari pada analisis data adalah utuk membuktikan hipotesa yang
dikemukakan penulis pada Bab I, data yang dianalisis adalah data yang diperoleh
Adapun data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan tersebut adalah
Raya, Pontianak. Saat ini Rupbasan Kelas I Pontianak belum memiliki lahan
Jumlah petugas atau pegawai Rupbasan terdiri dari 32 orang pegawai termasuk
Kepala Rupbasan.
44
45
Tabel 1
Data Pegawai Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara (Rupbasan)
Pontianak Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2015
No Pendidikan Jumlah
UPT
(Unit Pelaksana Teknis ) SD SLTP SLTA D3 S1 S2
Jumlah - - 24 - 8 - 32
Tabel 2
Data Pegawai Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara (Rupbasan)
Pontianak Berdasarkan Jabatan Tahun 2015
Jabatan
No UPT Jumlah
Penjabat Petugas
(Unit Pelaksana Teknis ) Administrasi
Struktural Jaga
Jumlah 15 9 8 32
Tabel 3
Data Pegawai Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara (Rupbasan)
Pontianak Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2015
Jumlah 23 9 32
Sebagai langkah awal dalam analisis data ini, perlu diketahui Pelaksanaan
Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara atau yang paling sering kita
dengar dengan istilah RUPBASAN merupakan suatu tempat dimana benda sitaan
tempat barang yang dirampas oleh negara berdasarkan keputusan hakim yang
Pada dasarnya barang bukti atau benda sitaan suatu perkara, tanggung
dan tanggung jawab fisiknya ada pada Kepala Rupbasan, dengan pengertian
lainnya bahwa benda sitaan atau barang bukti mengikuti tanggung jawab berkas
1. Penerimaan
yang menyerahkan.
negara.
3. Pendaftaran
penyimpanan.
49
4. Penyimpanan
g. Benda sitaan dan barang rampasan negara yang baru diterima disimpan
6) Tingkat Penyidikan
7) Tingkat Penuntutan
berkeseriusan.
Terhadap benda sitaan dan barang rampasan negara yang dipinjam oleh
Kemudian benda sitaan disimpan sesuai dengan letak tempat gudang. Secara
2) Gudang dilengkapi dengan teralis besi dan benda sitaan disimpan dalam
1) Disimpan dalam gudang terbuka dalam arti tidak berdinding rapat atau
tembok, tetapi cukup ditutup atasnya dengan atap genteng atau seng.
lainnya.
Selanjutnya dari hasil penelitian dan data yang diperoleh mengenai jenis
TABEL 4
JENIS DAN JUMLAH BARANG SITAAN YANG DISIMPAN DI
RUPBASAN PONTIANAK DARI TAHUN 2012 SAMPAI
DENGAN TAHUN 2014
NO JENIS JUMLAH KONDISI KONDISI
AWAL AKHIR
1. BASAN UMUM 1152 Basan Baik Rusak
BERBAHAYA
maksimal hal tersebut dibuktikan dengan adanya kerusakan yang terjadi pada
benda sitaan yang pada awalnya ketika benda sitaan tersebut masuk ke Rupbasan
kondisi benda sitaan tersebut baik namun setelah dikelola di Rupbasan terjadi
uraikan diatas dapat diuraikan lagi apa saja barang sitaan yang terdapat pada
setiap jenis atau kategori yang disebutkan pada tabel 1, jenis barang sitaan
TABEL 5
JENIS BARANG SITAAN UMUM
No Jenis Basan Jumlah Kondisi Kondisi
Umum Awal Akhir
1. Kayu Belian 790 batang Baik Baik
yang berada di gudang benda sitaan umum. Dari benda sitaan umum tersebut ada
beberapa benda yang pada awal masuk benda tersebut berkondisi baik namun
53
setelah disimpan didalam gudang terjadi kerusakan pada beberapa benda seperti
tidak mencukupi untuk meletakan benda sitaan tersebut dan benda tersebut
diletakkan ditempat terbuka dibiarkan terkena hujan dan panas yang pada
TABEL 6
berharga yang berkondisi baik dari awal masuknya barang sampai berjalannya
pengelolaan. Hal tersebut bisa terjadi karena kondisi gudang yang masih
TABEL 7
kerusakan yaitu 1000 liter solar yang berada dalam tangka besi, kerusakan yang
TABEL 8
pada keseluruhannya. Keruskan tersebut terjadi karena kondisi gudang yang tidak
mencukupi untuk menyimpan benda sitaan dan bentuk gudang yang tidak
55
memiliki dinding sehingga benda sitaan terpapar matahari dan terkena hujan dan
Dari tabel 2,3,4,5 diatas menjelaskan tentang apa saja jenis dan berapa
Pontianak dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2014 dan benda sitaan apa saja
Benda Sitaan Negara, perlu kiranya diketahui kondisi dari Rupbasan itu sendiri,
penyimpanan dan pengelolaan segala macam benda sitaan. Untuk itu dapat dilihat
TABEL 9
N=3
No Alternatif Frekuensi %
1 Memadai 0 0
Belum Memadai
2 3 100
Jumlah 3 100
Pontianak belum memadai untuk menyimpan dan mengelola benda sitaan, dapat
benda sitaan, terutama pada gudang benda sitaan umum dan terbuka masih belum
memenuhi standar untuk menyimpan benda sitaan dikarenakan luas tanah dan
bangunan tidak sesuai dengan standarisasi yang ada dalam Surat Keputusan
menyebutkan idealnya luas tanah dan bangunan Rupbasan kurang lebih 1 hektar
sedangkan luas tanah dan bangunan rupbasan saat ini kurang lebih hanya 300
meter persegi.
B. Hasil Wawancara
disetiap instansi hukum lain, hal tersebut dapat dikatakan bahwa setiap
instansi penegak hukum ingin menguasai atau ikut mengelola benda sitaan
sendiri. Dengan demikian apabila kita lihat melalui kacamata hukum sangat
sebuah instansi hukum yang berfungsi sebagai penyimpan benda sitaan yang
segera diminimalisir dari sistem yang ada maka akan mengakibatkan dampak
yang buruk bagi pandangan masyarakat serta akan mengurangi rasa percaya
bukti.
Miharja, SH.
tersebut disimpan pada tempat khusus yaitu pada gudang barang bukti dan
SH.,MH
Benda Sitaan Negara dan penyimpanan benda sitaan tidak harus diketahui
dari hasil wawancara yang telah penulis peroleh, ternyata ada beberapa masalah
yang di jumpai dalam praktek pengelolaan dan penyimpanan benda sitaan negara.
Permasalahan yang ada ditiap tingkat pemeriksaan ini pada pokoknya hampir
sama.
1. Kendala Intern :
meliputi :
C. Pembuktian Hipotesis
Seperti yang telah penulis uraikan tentang pengelolaan benda sitaan dan
barang rampasan negara diatas, maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa
terdapat di dalam pasal 44 ayat (1) KUHAP. Mengenai tingkat keterpaduan dalam
sistem peradilan pidana yang digunakan anatara instansi penegak hukum untuk
Pengadilan Negeri Pontianak dan Rupbasan Pontianak belum ada kerjasama yang
60
baik. Menurut data yang ada sampai saat ini antara pihak-pihak yang
Hal-hal tersebut dapat disebabkan oleh adanya beberapa faktor sebagai berikut :
meningkatkan kualitas serta keutuhan fungsi sesuai dengan peraturan yang ada.
Namun untuk saat ini dikarenakan kondisi fisik maupun faktor pendukung
eksternal dan internal masih belum mencukupi maka bisa dikatakan bahwa
peranan Rupbasan belum bisa optimal. Pihak Rupbasan sendiri telah melakukan
sebenarnya sangat dibutuhkan oleh sistem peradilan dilihat dari segi penyimpanan
barang bukti, namun dengan kurangnya inisiatif dari instansi hukum lainnya untuk
masih adanya salah pengertian atau salah pemahaman atas penyimpanan terhadap
Hal ini terkait dengan jumlah tindak pidana yang terjadi di masyarakat yang
Negara Pontianak masih belum maksimal karena kurangnya sarana dan prasarana
karena kondisi Rupbasan belum memenuhi standar yang sesuai dengan ketentuan
yang ada untuk melakukan penyimpanan dan pengelolaan benda sitaan negara dan
PENUTUP
A. Kesimpulan
lebar dengan mengacu pada perumusan masalah, maka penulis dapat menarik
a. Kendala Intern :
meliputi :
62
63
tersebut :
Pontianak masih jauh dari kata ideal, padahal yang dibutuhkan untuk
Rupbasan.
ini apabila ditinjau dari beban kerja yang ada tentu saja masih kurang
hukum.
64
B. Saran
berikut :
sendiri.
ditentukan.
DAFTAR PUSTAKA
Buku-buku
Andi Hamzah. 2002. Hukum Acara Pidana Indonesia. Sinar Grafika, Jakarta
Peraturan Perundang-Undangan
Website
http://www.pom.go.id/new/index.php/view/berita/3777/RUPBASAN-
Sebagai-Alternatif-Tempat-Penyimpanan-Non-Sitaan.html