Anda di halaman 1dari 109

MAKNA SIMBOL BUDAYA DALAM RITUAL IRAW TENGKAYU

DI KOTA TARAKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA


( KAJIAN SEMIOTIK )

SKRIPSI

Oleh:
NURUL FAIZAH
NPM : 10.601020.035

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
TARAKAN
2015
MAKNA SIMBOL BUDAYA DALAM RITUAL IRAW TENGKAYU
DI KOTA TARAKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA
( KAJIAN SEMIOTIK )

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Borneo Tarakan


Untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan
Program Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh:
NURUL FAIZAH
NPM : 10.601020.035

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
TARAKAN
2015

i
ii
ABSTRAK

NURUL FAIZAH, 2015. Makna simbol budaya dalam ritual Iraw Tengkayu di
kota Tarakan provinsi Kalimantan Utara (kajian semiotik). Skripsi jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Borneo Tarakan. Pembimbing utama: Eva Apriani,
M.Pd. Pembimbing kedua: Ranti Jumiarni, M.Pd.

Kata kunci: Simbol Budaya, Ritual Iraw Tengkayu, Semiotik

Skripsi ini berjudul makna simbol budaya dalam ritual Iraw Tengkayu di
kota Tarakan provinsi Kalimantan Utara (kajian semiotik). Skripsi ini bertujuan
untuk mengetahui makna yang terdapat dalam ritual Iraw Tengkayu di kota
Tarakan. Ritual Iraw Tengkayu ini menarik untuk diteliti karena memiliki
banyak simbol yang mempunyai makna tersembunyi. Selain memiliki banyak
simbol-simbol yang menarik untuk diteliti, ritual Iraw Tengkayu sendiri belum
pernah diteliti sebelumnya sebagai bahan untuk penyusunan skripsi.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif kualitatif. Data dalam penelitian ini adalah berupa wawancara. Sumber
data dalam penelitian ini diperoleh dari informan yang berkompeten
dibidangnya. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik rekam, teknik
simak, dan teknik catat. Data dianalisis dengan menggunakan analisis semiotik
Peirce, dengan menerapkan teori segitiga makna (sign, object, dan interpretant).
Berdasarkan hasil analisis pada ritual Iraw Tengkayu di kota Tarakan
menggunakan kajian semiotik dengan menerapkan teori segitiga makna (sign,
object, dan interpretant) diperoleh sebuah kesimpulan bahwa pada bagian Padaw
Tuju Dulung tidak semua bagian memiliki makna. Sedangkan pada pakan pada
ritual Iraw Tengkayu, doa yang diucapkan pawang Padaw Tuju Dulung, dan
mantra yang diucapkan pawang Padaw Tuju Dulung memiliki makna.

iii
KATA PENGANTAR

Penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa ,

karena atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “ Makna Simbol Budaya Dalam Ritual Iraw Tengkayu di Kota Tarakan

Provinsi Kalimantan Utara (Kajian Semiotik)”.

Penulis sepenuhnya menyadari bahwa tanpa bantuan dan dukungan dari

berbagai pihak tidak mungkin skripsi ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu

yang ditetapkan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan

terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Bambang Widigdo, selaku Rektor Universitas Borneo Tarakan yang

telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh perkuliahan

di Universitas Borneo Tarakan.

2. Sungkono, S.Pd., M.A., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan yang telah memberikan motivasi dan ilmu kepada penulis selama

penulis menempuh perkuliahan.

3. Asih Riyanti, M.Pd., selaku Pjs. Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia yang telah memberikan motivasi dan ilmu kepada penulis selama

penulis menempuh perkuliahan.

4. Eva Apriani, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah

memberikan motivasi dan saran kepada penulis selama proses bimbingan.

5. Ranti Jumarni, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang telah

memberikan motivasi dan saran kepada penulis selama proses bimbingan.

iv
6. Dwi Cahyono Aji, S.S., M.A., yang pernah menjadi pembimbing pertama

penulis sampai dengan seminar proposal.

7. Datu Norbeck dan keluarga yang telah meluangkan waktunya untuk

memberikan informasi tentang ritual Iraw Tengkayu di kota Tarakan kepada

penulis.

8. Nikmah dan keluarga yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan

informasi tentang ritual Iraw Tengkayu di kota Tarakan kepada penulis.

9. Badan Kesatuan Bangsa dan Politik kota Tarakan yang telah memberikan

rekomendasi penelitian ke DISBUDPARPORA.

10. DISBUDPARPORA kota Tarakan bagian dinas pariwisata yang telah

memberikan dokumentasi pelaksanaan ritual Iraw Tengkayu di kota Tarakan

kepada penulis.

11. Seluruh dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan khususnya Jurusan

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan ilmu kepada

penulis selama menempuh perkuliahan di Universitas Borneo Tarakan.

Semoga seluruh bantuan yang telah diberikan kepada penulis secara

langsung maupun tidak langsung mendapat berkah yang melimpah dari Allah

SWT. Oleh itu, penulis berharap semoga skripsi ini dapat diterima dan

bermanfaat.

Tarakan, 20 Mei 2015

Penulis

v
HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Ayahanda Nur Hasan dan Ibunda Murtini, orang tua tercinta yang selalu

mendoakan dan memberikan motivasi kepada penulis selama perkuliahan

dan panyusunan skripsi ini.

2. Suami Dwipo Santri Palguna, S.E. dan anak Novatra Kanzie Anjanarsa,

Suami dan anak tercinta yang selalu memberikan semangat, motivasi dan

membantu penulis selama perkuliahan dan penyusunan skripsi ini.

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………................ i

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................ ii

ABSTRAK ............................................................................................ iii

KATA PENGANTAR ……………………………………………….. iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ……………………………………... vi

DAFTAR ISI …………………………………………………………. vii

DAFTAR TABEL ……………………………………………………. x

DAFTAR GAMBAR ………………………………………………… xii

LAMPIRAN .................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................... 1

B. Batasan Masalah .................................................................. 3

C. Rumusan Masalah ................................................................ 4

D. Tujuan Penelitian ................................................................. 4

E. Manfaat Penelitian ............................................................... 4

F. Sistematika Penulisan ………………………………........... 5

BAB II LANDASAN TEORI

A. Makna Simbol Budaya ......................................................... 6

B. Iraw Tengkayu ..................................................................... 7

C. Kota Tarakan ........................................................................ 9

vii
D. Kajian Semiotik ................................................................... 11

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ……………………………………............ 15

B. Tempat dan Waktu Penelitian ……………………….......... 15

C. Data dan Sumber Data ……………………………............. 17

D. Teknik Pengumpulan Data ………………………............... 18

E. Teknik Analisis Data ………………………………........... 19

F. Teknik Penyajian Analisis Data ……………………........... 21

BAB IV PEMBAHASAN

A. Penyajian Data ...................................................................... 22

B. Analisis Data ........................................................................ 26

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................... 59

B. Saran ..................................................................................... 61

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………….. 62

viii
DAFTAR TABEL

3.1 Jadwal penelitian ……………………………………………… 17

3.2 Contoh analisis data ................................................................... 20

4.1 Haluan Padaw Tuju Dulung ....................................................... 26

4.2 Sambulayang .............................................................................. 27

4.3 Tiang Penyangga Atap Padaw Tuju Dulung ............................. 28

4.4 Pari-Pari .................................................................................... 29

4.5 Meligay ...................................................................................... 30

4.6 Pakan ......................................................................................... 31

4.7 Tabu-Tabur ................................................................................ 32

4.8 Panji Kapi ................................................................................... 33

4.9 Ayam .......................................................................................... 34

4.10 Ketan .......................................................................................... 35

4.11 Telur ........................................................................................... 36

4.12 Pisang Hijau ............................................................................... 38

4.13 Ungkol ........................................................................................ 39

4.14 Kirai ........................................................................................... 40

4.15 Air Minum ................................................................................. 41

4.16 Boneka Raja dan Permaisuri ...................................................... 41

4.17 Raja Besila ................................................................................. 42

4.18 Tempat Tidur, Bantal, dan Guling ............................................. 43

4.19 Ta’awudz .................................................................................... 44

ix
4.20 Basmalah .................................................................................... 45

4.21 Doa Tolak Bala .......................................................................... 46

4.22 Doa Selamat ............................................................................... 47

4.23 Diawak ....................................................................................... 48

4.24 Mantra Saat Padaw Tuju Dulung akan Menuju Tempat prosesi 50
Ritual Iraw Tengkayu ................................................................

4.25 Mantra Ketika berhenti di Beberapa Tempat yang di Anggap 51


Kramat ........................................................................................

4.26 Mantra Saat Tiba di Tempat Prosesi Ritual Iraw Tengkayu di 53


Pantai Amal Lama ......................................................................

4.27 Mantra Saat Mengisi Sesaji ....................................................... 54

4.29 Mantra Ketika Padaw Tuju Dulung Akan di Lepas ke Laut ..... 55

x
DAFTAR GAMBAR

2.1 Model semiotika makna Peirce ……………………………….. 13

3.1 Peta Kota Tarakan ..................................................................... 16

xi
DAFTAR LAMPIRAN

1. Gambar Padaw Tuju Dulung ..................................................... 65

2. Gambar pakan dalam ritual Iraw Tengkayu ............................... 67

3, Catatan Lapangan Hasil Wawancara ......................................... 69

4. Foto pada saat Wawancara dengan Bapak Datu Norbeck dan 90


Ibu Nikmah ................................................................................

5. Scan Foto kopi KTP Bapak Datu Norbeck dan Ibu Nikmah ..... 91

6. Surat Permohonan Izin Penelitian .............................................. 92

7. Rekomendasi Penelitian ............................................................. 93

8. Riwayat Hidup ........................................................................... 95

xii
1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya dengan berbagai suku,

bahasa, adat istiadat, dan agama. Salah satu kekayaan bangsa Indonesia adalah

adat istiadatnya. Adat istiadat merupakan tata kelakuan yang kekal dan turun-

temurun dari generasi satu ke generasi lain sebagai warisan sehingga kuat

integrasinya dengan pola perilaku masyarakat (Sugono, 2012: 8). Setiap daerah

memiliki adat istiadat yang menjadi sebuah ciri daerah tersebut. Demikian pula

dengan kota Tarakan yang mempunyai adat istiadat yang khas, adat istiadatnya

memiliki simbol-simbol sebagai sarana atau media untuk berkomunikasi dan

berinteraksi di dalam kehidupan masyarakat. Salah satu bentuk adat istiadat di

kota Tarakan adalah Iraw Tengkayu.

Iraw Tengkayu merupakan salah satu ritual masyarakat suku Tidung di Kota

Tarakan, ritual ini sendiri merupakan acara menghanyutkan Padaw Tuju Dulung

(perahu tujuh haluan). Di dalamnya terdapat ritual yang disebut pakan yang

berarti menghaturkan sesaji berupa makanan dan lain-lain. Pakan merupakan

upacara menghaturkan sesaji yang dihanyutkan ke laut yang merupakan ungkapan

rasa syukur dan ucapan terima kasih kepada Yang Maha Kuasa atas rezeki yang

diperoleh dari hasil laut, dengan harapan selanjutnya memperoleh hasil yang lebih

baik dari sebelumnya.


2

Dari hasil wawancara penulis diketahui, bahwa Iraw Tengkayu merupakan

bagian dari upacara adat lama suku Tidung, yang pada saat itu masih memiliki

kepercayaan animisme dengan memberikan persembahan sesajen ke laut yang

merupakan wujud syukur dan terima kasih leluhur kepada makhluk supernatural

yang berada di laut dan disertai dengan ritual dan tata cara adat. Leluhur suku

Tidung menganggap makhluk supernatural sebagai Tuhan mereka yang

memberikan perlindungan, anugerah berkah, maupun tempat mereka pasrah dan

berserah diri.

Perkembangan tradisi Iraw Tengkayu memperlihatkan pemertahanan budaya

yang tetap berkembang dalam masyarakat dan cukup berpotensi sebagai atraksi

daya tarik wisata. Ritual Iraw Tengkayu telah mendapat respon pemerintah dan

ditetapkan pelaksanaannya setiap dua tahun sekali dan pelaksanaannya pada tahun

ganjil, sekaligus memperingati hari jadi kota Tarakan. Pelaksanaan ritual Iraw

Tengkayu yang sekarang tidak sama persis dengan pelaksanaan ritual Iraw

Tengkayu terdahulu. Ritual Iraw Tengkayu yang sekarang adalah sebuah atraksi

budaya meneruskan tradisi leluhur terdahulu yang dikemas menjadi semarak dan

bervariasi, karena diselingi oleh berbagai atraksi pendukung lainnya. Tetapi tidak

meninggalkan unsur-unsur budaya. Ritual Iraw Tengkayu terdahulu

pelaksanaannya diselenggarakan secara tradisi, biasa ada yang dilakukan

perorangan, kelompok, atau dilaksanakan oleh seluruh penduduk suatu kampung.

Secara nasional Iraw Tengkayu telah menjadi Calender Of Event pada

Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Tiga aspek yang mempengaruhi Iraw

Tengkayu dikemas dan diselenggarakan. Aspek pertama, Direktorat Jenderal


3

Pariwisata telah menetapkan propinsi Kalimantan Timur sebagai daerah tujuan

pariwisata ke 15 di Indonesia. Kedua, Kalimantan Timur telah mendapat

kesempatan terpilih sebagai tuan rumah konfrensi Pasific Area Travel Association

(PATA) ke VII yang diselenggarakan di Balikpapan tanggal 15-17 Januari 1995.

Konfrensi ini telah dihadiri 38 negara, yang akan menambah popularitas

Kalimantan Timur sebagai akselerasi pembangunan sektor pariwisata di

Kalimantan Timur. Ketiga, penyelenggaan Iraw Tengkayu merupakan semacam

simbolis apresiasi masyarakat kota Tarakan yang mendambakan peningkatan

status kota administratif (kotif) Tarakan menjadi daerah otonomi. Dalam rangka

meningkatkan status tersebut, masyarakat kota Tarakan telah mempersiapkan

produk wisata sebagai ciri khas kota Tarakan (Akbarsyah, 2002: 4).

Di dalam sebuah budaya pasti memiliki simbol-simbol yang beraneka ragam.

Simbol-simbol yang beraneka ragam pada budaya membuat penulis tertarik untuk

meneliti salah satu budaya, yaitu Iraw Tengkayu yang memiliki simbol-simbol

yang menarik untuk diteliti. Selain memiliki banyak simbol-simbol pada ritual

Iraw Tengkayu yang membuat penulis tertarik untuk meneliti, ritual Iraw

Tengkayu sendiri belum pernah diteliti sebelumnya sebagai bahan untuk

penyusunan skripsi.

B. Batasan Masalah

Masalah ini cukup luas, maka penulis akan membatasi pada makna

simbol budaya dalam ritual Iraw Tengkayu di kota Tarakan dengan


4

menggunakan model analisis semiotik Peirce yaitu teori semiotik segitiga makna

(triangle meaning).

C. Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana makna simbol budaya

dalam ritual Iraw Tengkayu di kota Tarakan?

D. Tujuan Penelitian

Mengacu pada rumusan masalah, penulis ingin menggunakan penelitian

ini untuk mendeskripsikan makna simbol budaya dalam ritual Iraw Tengkayu di

kota Tarakan.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat. Adapun manfaat

dari hasil penelitian ini sebagai berikut:

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini, diharapkan dapat memberikan gambaran secara umum

mengenai kajian semiotik yang dapat dilakukan melalui ekspresi

linguistik, serta dapat manfaat tentang penggunaan kajian semiotik dalam

mengungkapkan makna sebuah teks, terutama yang menggunakan

ekspresi linguistik.
5

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan memunculkan wawasan baru pada

masyarakat bahwa dibalik ritual Iraw Tengkayu terdapat simbol-simbol

yang menarik untuk diteliti. Menambah pengetahuan tentang sejarah di

balik ritual Iraw Tengkayu di kota Tarakan.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan penelitian ini terdiri dari lima bab dan pada

masing-masing bab dibagi lagi dalam sub-sub bab, yang disusun secara bertahap

dan berkesinambungan untuk mendukung isi dari bab-bab secara keseluruhan

dan masing-masing bab saling berhubungan. Adapun sistematika penelitian ini

sebagai berikut: Bab I Pendahuluan, pada bab ini menguraikan latar belakang

permasalahan, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II Landasan Teori, pada bab ini

menguraikan teori-teori yang menunjang, dalam penelitian ini. Adapun teori-

teori yang akan dibahas adalah makna simbol budaya, ritual Iraw Tengkayu, kota

Tarakan, dan kajian semiotik. Bab III Metode Penelitian, pada bab ini

menguraikan jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, data dan sumber data,

teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik penyajian analisis data.

Bab IV Pembahasan, pada bab ini menguraikan penyajian data dan analisis data.

Bab V Penutup, pada bab ini penulis memberikan kesimpulan dan saran.
6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Makna Simbol Budaya

Makna mengandung arti atau maksud, suatu pengertian yang diberikan

kepada sesuatu bentuk kebahasaan (Sugono, 2012: 864). Simbol berasal dari

bahasa Yunani symbolos yang berarti tanda atau ciri yang memberitahukan

sesuatu hal kepada orang lain. Simbol berarti lambang, yaitu tanda yang

menyatakan suatu hal atau mengandung maksud tertentu (Sugono, 2012: 1308).

Setiap bentuk upacara adat yang bersifat religi selalu disertai dengan simbol-

simbol. Setiap daerah memiliki simbol-simbol tertentu dalam budayanya.

Tindakan simbolis inilah salah satunya yang sampai saat ini masih di yakini dan

dilestarikan.

Simbol merupakan bentuk lahiriah yang mengandung maksud, sedangkan

makna adalah arti yang terkandung di dalam lambang tertentu. Dengan demikian

simbol dan makna merupakan dua unsur yang berbeda tetapi saling berkaitan

bahkan saling melengkapi. Kesatuan simbol dan makna akan menghasilkan suatu

bentuk yang mengandung maksud. Secara harfiah, budaya dari asal kata budi

(akal) dan daya (ikhtiar) (Widyosiswoyo, 2006: 4). Berkat akal yang dimiliki

manusia timbul ide untuk menciptakan sesuatu yang akan dapat dipergunakan

untuk mempermudah tercapainya suatu keinginan atau tujuan. Menurut Tylor

(Liliweri, 2014: 4) budaya sebagai kumpulan yang kompleks dari pengetahuan,


7

kepercayaan, seni, hukum, moral, adat istiadat dan setiap kemampuan lain atau

kebiasaan yang diperoleh oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Budaya

tumbuh dan berakar dalam masyarakat, setiap ada masyarakat di situ ada

kebudayaan yang tumbuh dan menjadi pedoman bagi masyarakat. Penggunaan

simbol dalam budaya merupakan alat perantara yang berasal dari nenek moyang

untuk melukiskan segala macam bentuk pesan pengetahuan kepada masyarakat

sebagai generasi penerus.

B. Iraw Tengkayu

Iraw Tengkayu berasal dari bahasa Tidung yang merupakan gabungan dari

kata Iraw yang berarti perayaan atau pesta dan Tengkayu yang berarti wilayah air

asin atau daerah pesisir pantai, karena upacara ini berhubungan dengan laut maka

disebutlah ritual ini dengan Iraw Tengkayu. Iraw Tengkayu merupakan titisan

upacara adat lama suku Tidung yang diangkat kembali untuk ditampilkan sebagai

atraksi budaya. Setelah lama ritual Iraw Tengkayu telah ditinggalkan oleh

masyarakat suku Tidung, apalagi pada fase modern ini sudah tidak cocok lagi

untuk diyakini, karena tidak sejalan dengan ajaran agama islam yang dianut dan

diyakini oleh masyarakat suku Tidung. Ritual Iraw Tengkayu terakhir

dilaksanakan kira-kira pada tahun 1916. Pada tahun itu raja Tarakan yang terakhir

tertangkap dan di asingkan oleh Belanda, yaitu Datu Adil sekitar abad ke 20.

Setelah sekian lama tidak dilaksanakan, akhirnya pada tahun 1995

diadakan ritual Iraw Tengkayu yang merupakan konsep dari Bapak Datu

Noerbeck dan dana masih di kumpul dari swadaya, khususnya dari masyarakat
8

suku Tidung yang simpatik pada ritual Iraw Tengkayu. Tahun 1996 ritual Iraw

tengkayu dilaksanakan kembali dan sudah pemerintah yang membentuk panitia,

akan tetapi dana untuk ritual Iraw Tengkayu tahun 1996 para panitia masih

mencari sendiri. Setelah tahun 1996 ritual Iraw Tengkayu diadakan kembali tahun

2001. Tahun 1997 bertepatan dengan peresmian kota Tarakan dari kota

administratif (kotif) menjadi kotamadya. Tahun 1998 sampai 2000 bertepatan

dengan bulan ramadhan. Tahun 2001 ritual Iraw Tengkayu dilaksanakan kembali

dan pelaksanaannya ditetapkan setiap dua tahun sekali pada tahun ganjil.

Banyaknya event kepariwisataan internasional, maupun event nasional

menjadi motivasi para tokoh masyarakat kota Tarakan untuk menampilkan ritual

Iraw Tengkayu. Apalagi sejalan dengan kebijakan pihak Dinas Pariwisata Daerah

Provinsi Kalimantan Timur, yang memang berkeinginan meluaskan program

event pariwisata, dalam rangka menambah event dalam kalender acara wisata di

Kalimantan Timur. Sehubungan dengan usulan para pencetus ritual Iraw

Tengkayu yang mendapat persetujuan dari Bupati R.A. Bessing selaku kepala

daerah Tingkat II Bulungan. Ketika itu kota Tarakan masih berstatus kota

administratif (kotif) yang masih dibawah sub-ordinasi Bupati Bulungan

(Akbarsyah, 2002: 10).

Penyelenggraan ritual Iraw Tengkayu pada 28 September 1996,

merupakan titisan ritual Iraw Tengkayu dahulu kala, yaitu digali kembali dan

dikemas sedemikian rupa. Ritual Iraw Tengkayu tahun 1996 dan yang di zaman

dahulu tentulah tidak akan sama persis. Upacara Iraw Tengkayu tahun 1996 lebih
9

dinamis dan disertai beberapa aksi tambahan. Dengan demikian kemasannya

menjadi lebih semarak dan bervariasi, karena diselingi oleh berbagai atraksi

pendukung lainnya.

C. Kota Tarakan

Tarakan merupakan sebuah pulau dengan luas 657,33 km2 terdiri atas

daratan 250,8 km2 dan lautan 406,53 km2. Kota Tarakan secara geografis terletak

antara 117°34’ BB dan 117°38’ BT serta diantara 3°19 LU dan 3°20 LS (BPS

kota Tarakan, 2012: 3) Menurut cerita rakyat setempat, Tarakan berasal dari

bahasa Tidung tarak (bertemu) dan ngakan (makan). Mulanya kota Tarakan

adalah tempat para nelayan untuk istirahat makan dan bertemu untuk melakukan

barter hasil tangkapan dengan nelayan lain. Pada tahun 1896, sebuah perusahaan

minyak Belanda, BPM (Bataavishe Petroleum Maatchapij) menemukan adanya

sumber minyak. Pengeboran pertama dilakukan pada tahun 1899. Dengan

semakin berkembangnya industri minyak di kota Tarakan, maka kota Tarakan

menjadi pusat perhatian bagi seluruh kalangan. Banyak penduduk baru yang

berdatangan, baik yang datang sendiri maupun yang didatangkan oleh Belanda.

Dengan datangnya penduduk baru, maka kota Tarakan menjadi daerah yang

sangat ramai. Meningkatnya jumlah penduduk, berakibat meningkatnya tingkat

perekonomian masyarakat.

Kota Tarakan saat itu masih dipimpin oleh seorang Raja yang bernama

Datu Adil yang berasal dari suku Tidung yang disingkirkan dan di buang oleh

Pemerintah Belanda ke Banjarmasin kemudian di pindahkan ke Manado karena

tidak mau diajak bekerja sama. Sejak dibuangnya Datu Adil oleh Belanda, maka
10

dikenalkanlah pulau Tarakan menjadi bagian dari wilayah Kesultanan Van

Boeloengan En Tidoeng (Akbarsyah, 2002: 14).

Pada masa pasca kemerdekaan, Pemerintah Republik Indonesia merubah

status kawedanan Tarakan menjadi kecamatan Tarakan sesuai dengan Kepres RI

Nomor 22 Tahun 1963. Letak dan posisi yang strategis telah mampu menjadikan

Kecamatan Tarakan sebagai sentra dinamika pemerintahan di wilayah

Kalimantan Timur bagian utara. Sehingga pemerintah merasa perlu untuk

meningkatkan statusnya menjadi kota administratif (kotif) sesuai dengan

peraturan pemerintah Nomor 47 Tahun 1981. Dalam perjalanannya melalui

proses yang panjang status kota administratif Tarakan berubah menjadi

Kotamadya daerah tingkat II Tarakan yang diresmikan oleh Menteri dalam

negeri Bapak Yogi S Memet pada tanggal 15 Desember 1997 dan sekaligus

menjadi tanggal hari jadi kota Tarakan. (http://www.kemendagri.go.id/

pages/profildaerah/kabupaten/id/64/name/kalimantan-timur/detail/6473/kota-

tarakan/2014/09). Kota Tarakan sekarang telah menjadi bagian dari provinsi

Kalimantan Utara yang resmi menjadi provinsi ke 34 pada tanggal 25 Oktober

2012.

Kota Tarakan mempunyai semboyan Tarakan kota BAIS (Bais, Aman,

Indah, Sehat dan Sejahtera). Kota Tarakan juga mempunyai cita-cita menjadi

“The Little Singapore” yakni menjadikan kota Tarakan sebagai pusat jasa dan

perdagangan dan memiliki tiga prioritas pembangunan kota, yakni

pengembangan sumber daya manusia, penegakan supremasi hukum, dan

pengembangan ekonomi dalam arti luas.


11

D. Kajian Semiotik

Istilah semiotik berasal dari bahasa Yunani semeion, yang berarti tanda

atau dari kata semeiotikos, yang berarti teori tanda. Menurut Paul Colbey

(Rusmana, 2014: 19) kata dasar semiotik dapat pula diambil dari kata seme

(Yunani) yang berarti “penafsir tanda”. Akan tetapi, meskipun semiotik sudah

dikenal sejak masa Yunani, sebagai salah satu cabang keilmuan, semiotik baru

berkembang sekitar tahun 1900-an. Istilah semiotik pun baru digunakan pada

abad ke-18 oleh Lambert, seorang filsuf Jerman.

Menurut Pierce (Rusmana, 2014: 5) penalaran manusia senantiasa

dilakukan lewat tanda. Artinya, manusia hanya dapat bernalar lewat tanda.

Dalam pemikirannya, logika sama dengan semiotika dan semiotika dapat

diterapkan pada segala macam tanda.

Menurut Sugono (2013: 155) semiotik adalah ilmu yang mengkaji tanda

dalam kehidupan manusia. Manusia memiliki kemampuan untuk memberikan

makna pada berbagai gejala sosial budaya dan alamiah. Dengan demikian,

semiotika adalah ilmu yang dapat digunakan untuk mengkaji tanda dalam

kehidupan manusia.

Sementara itu, menurut Wiryaatmadja (Rusmana, 2014: 23)

mendefinisikan semiotik sebagai ilmu yang mengkaji kehidupan tanda dalam

makna yang luas dalam masyarakat, baik menggunakan bahasa maupun

nonbahasa.

Dengan menggunakan teori semiotik, dapat memaknai suatu kejadian

atau peristiwa melalui tanda-tanda yang ada seperti simbol atau bahasa. Tanda
12

dan bahasa menjelaskan suatu peristiwa yang terjadi. Seperti diketahui dalam

berkomunikasi, sering digunakan tanda untuk memperkuat pesan komunikasi.

Oleh karena itu, semiotik digunakan untuk menganalisis isi komunikasi karena

dalam berkomunikasi banyak mengandung berbagai tanda yang memiliki pesan

atau makna tertentu yang perlu dimaknai untuk mengetahui maksud dari isi

pesan tersebut.

Dari pengertian-pengertian di atas, penulis menyimpulkan semiotik

adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda dan simbol yang berisi informasi,

yakni sebagai suatu sistem tanda untuk merujuk kepada sesuatu hal. Dalam

penelitian ini, penulis hanya menggunakan pemikiran peirce karena penulis ingin

mengungkapkan makna yang tersembunyi di dalam ritual Iraw Tengkayu di kota

Tarakan

Peirce (Rusmana, 2014: 20) yang memiliki nama asli Charles Sanders

Peirce adalah seorang pakar bidang linguistik dan logika. Peirce berasal dari

daratan Amerika, Peirce sangat terkenal dengan teori tandanya, dan sering

dipandang sebagai pendiri semiotika Amerika. Peirce mengusulkan kata semiotik

sebagai sinonim kata logika. Menurutnya, logika harus mempelajari bagaimana

orang bernalar. Penalaran itu, menurut hipotesis teori Peirce yang mendasar,

dilakukan melalui tanda-tanda. Berkat penemuannya dibidang semiotik Charles

Sanders Peirce (1839-1914) dinobatkan sebagai “Bapak Semiotik Modern”.

Semiotik berangkat dari tiga elemen utama yang disebut teori segitiga makna

atau triangle meaning, elemen ini terbagi atas:


13

1. Tanda (sign)

Adalah suatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap oleh panca indera

manusia dan merupakan sesuatu yang merujuk hal lain di luar tanda itu

sendiri.

2. Acuan Tanda (object)

Adalah konteks sosial yang menjadi referensi dari tanda atau sesuatu yang

dirujuk tanda.

3. Pengguna Tanda (interpretant)

Adalah konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan

menurunkannya ke suatu makna tertentu atau makna yang ada dalam benak

seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda.

SIGN

INTERPRETANT OBJECT

Gambar 2. 2 Model semiotika makna Peirce

Tanda terbagi atas simbol (symbol), ikon (icon), dan indeks (index)

1. Simbol (symbol) : suatu tanda dimana hubungan antara tanda dan acuannya

merupakan hubungan yang sudah terbentuk secara konvensional. Lambang

ini adalah tanda yang dibentuk karena adanya konsensus dari para pengguna

tanda. Warna putih bagi masyarakat Indonesia adalah lambang suci,

mungkin di Australia bukan.


14

2. Ikon (icon) : suatu tanda dimana hubungan antara tanda dan acuannya

berupa hubungan kemiripan. Jadi, ikon adalah bentuk tanda yang dalam

berbagai bentuk menyerupai objek dari tanda tersebut. Foto dan patung

Barrack Obama marupakan ikon dari Barrack Obama.

3. Indeks (index) : suatu tanda dimana hubungan antara tanda dan acuannya

timbul karena ada kedekatan eksistensi. Jadi, indeks adalah suatu tanda yang

mempunyai hubungan langsung dengan objeknya. Sebuah tiang penunjuk

jalan merupakan indeks dari arah atau nama jalan.

Pada penelitian ini, penulis menggunakan model analisis semiotik Peirce,

yaitu teori semiotika segitiga makna (triangle meaning) dengan tujuan

mengkaji makna simbol budaya dalam ritual Iraw Tengkayu di kota Tarakan.

Melalui tanda (sign) yang terdapat dalam ritual Iraw Tengkayu, kemudian tanda

tersebut akan dikaji kembali dengan mempelajari dan mengaitkan tanda

tersebut dengan objek (object) yang berhubungan dengan tanda dalam masalah

yang ada dalam penelitian ini, sehingga nanti akan didapatkan hasil analisis

berupa makna sebenarnya yang diinterpretasikan dalam tanda tersebut

(interpretant).
15

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif. Deskriptif

adalah sifat penelitian yang bertujuan membuat deskripsi secara sistematis,

faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau objek

tertentu. Menurut Moleong (2014: 6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang

bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek

penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll, secara holistik,

dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu

konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode

penelitian. Peneliti ini memberikan gambaran atau penjelasan permasalahan

yang diajukan yaitu tentang makna simbol budaya dalam ritual Iraw Tengkayu

di kota Tarakan.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kota Tarakan Provinsi Kalimantan Utara

tepatnya di rumah Bapak Datu Norbeck jalan Cenderawasih RT. 12 gang

Paguntaka kelurahan Karang Anyar kecamatan Tarakan Barat dan Ibu Nikmah

gang Aki Kudang RT. 5 belakang kantor BAZ kelurahan Selumit kecamatan

Tarakan Tengah.
16

Gambar 2. 1 Peta Kota Tarakan


17

Dan perkiraan waktu pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3. 1 Jadwal Penelitian

Waktu penyelesaian penulisan skripsi


No Kegiatan
Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun
1. Pengusulan Usulan Penelitian
a. Penulisan Bab I – Bab III
2. Seminar Proposal Penelitian
dan Pengumpulan Data
4. Interpretasi Data
5. Penulisan Bab IV
6. Penulisan Bab V
7. Seminar Hasil dan Pendadaran

Proses Pengerjaan

C. Data dan Sumber Data

Data penelitian ini adalah berupa wawancara, sedangkan sumber data

penelitian ini adalah bersumber dari informan yang berkompeten. Pembagian

wawancara menurut Patton (dalam Moleong, 2014: 187) terbagi menjadi tiga

jenis, yaitu:

1. Wawancara pembicaraan informal adalah wawancara ini pertanyaan yang

diajukan sangat bergantung pada pewawancara itu sendiri, jadi bergantung

pada spontanitas dalam mengajukan pertanyaan kepada terwawancara.

2. Pendekatan menggunakan petunjuk umum wawancara adalah wawancara

ini mengharuskan pewawancara membuat kerangka dan garis besar pokok-

pokok yang dirumuskan tidak perlu ditanyakan secara beruntun.


18

3. Wawancara baku terbuka adalah wawancara yang menggunakan

seperangkat pertanyaan baku.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis wawancara

pembicaraan informal.

Penentuan seorang informan berdasarkan beberapa kriteria sebagai berikut:

1. Berumur di atas 40 tahun

2. Berasal dari suku Tidung asli

3. Memahami betul ritual Iraw Tengkayu di kota Tarakan

4. Terlibat langsung dalam ritual Iraw Tengkayu di kota Tarakan

5. Tokoh adat Tidung

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk keperluan analisis data, maka penulis membutuhkan sejumlah data

pendukung. Dalam penelitian ini penulis menggunakan data berupa wawancara

melalui wawancara langsung kepada informan yang berkompeten, sehingga

dapat diketahui makna simbol budaya dalam ritual Iraw Tengkayu di kota

Tarakan. Setelah itu penulis dengan menginterpretasi data menjadi makna sesuai

teori semiotik. Metode yang digunakan oleh penulis untuk mengumpulkan data

sebagai berikut:
19

1. Teknik rekam, penulis berhadapan langsung dengan informan yang

berkompeten dan melakukan percakapan atau komunikasi serta menyimak

mengenai makna dalam ritual Iraw Tengkayu di kota Tarakan.

2. Teknik simak, penulis mendengar kembali hasil rekaman yang diperoleh

dari wawancara langsung dengan informan yang berkompeten.

3. Teknik catat, penulis mencatat data yang ingin diambil berupa makna yang

terdapat dalam ritual Iraw Tengkayu di kota Tarakan.

Dalam penelitian ini terdapat dua informan. Informan pertama

menjelaskan tentang Padaw Tuju Dulung dan informan kedua menjelaskan

tentang ritual yang terdapat dalam ritual Iraw Tengkayu.

E. Teknik Analisis Data

Data penelitian ini berupa wawancara, kemudian dari hasil wawancara

penulis mendengar ulang hasil wawancara dan mencatat hal-hal yang diperlukan,

kemudian penulis akan memaknai tanda-tanda yang terdapat dalam ritual Iraw

Tengkayu menggunakan analisis semiotik Peirce, dengan menerapkan teori

segitiga makna (sign, object, dan interpretant).


20

Tabel 3.2 Contoh analisis data

Informan Data Simbol Makna Interpretasi


1. Benda Padaw Tuju Perahu tujuh Padaw Tuju Dulung
Dulung haluan berarti perahu dengan
haluan berjumlah
tujuh, yang berarti
jumlah hari dalam
satu minggu.
2. Tuturan Diawak Meminta izin Dalam ritual Iraw
Tengkayu, sebelum
mamakai pakaian
adat dianjurkan untuk
meminta izin terlebih
dahulu kepada
makhluk
supernatural.

Padaw Tuju Dulung berarti perahu dengan haluan berjumlah tujuh, yang

menurut suku Tidung jumlah hari dalam satu minggu. Berjumlah tujuh karena

melambangkan jumlah hari dalam satu minggu, yang mana suku Tidung

khususnya nelayan melakukan aktifitas menangkap ikan

Dalam ritual Iraw Tengkayu ada istilah diawak, yang menurut pawang

Padaw Tuju Dulung adalah sebelum memakai pakaian adat dianjurkan untuk

meminta izin terlebih dahulu kepada makhluk supernatural. Tujuannya agar

dalam pelaksanaan ritual Iraw Tengkayu tidak ada halangan dan rintangan.

Karena terkadang ada orang-orang yang terlibat dalam pelaksanaan ritual Iraw

Tengkayu dirasuki oleh makhluk supernatural. Penari dalam riual Iraw Tengkayu
21

yang sering dirasuki oleh makhluk supernatural karena mereka biasanya tidak

meminta izin terlebih dahulu untuk menggunakan baju tari. Menurut pawang

Padaw Tuju Dulung makhluk supernatural merasuki tubuh seorang penari karena

makhluk supernatural merasa bahwa baju yang dipakai oleh penari adalah baju

miliknya, karena warna-warna baju yang dipakai oleh penari sama dengan baju

milik makhluk supernatural.

F. Teknik Penyajian Hasil Analisis Data

Hasil analisis data dari makna simbol dalam ritual Iraw Tengkayu di kota

Tarakan kemudian diuraikan dengan metode deskriptif, yaitu mendeskripsikan

makna simbol budaya dalam ritual Iraw Tengkayu berupa kata-kata dalam

paragraf.
22

BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam bab pembahasan ini, akan membahas data-data hasil temuan dari

objek penelitian yaitu ritual Iraw Tengkayu di kota Tarakan dan akan di analisis

dengan menggunakan metode analisis semiotika segitiga makna Charles Sanders

Peirce.

Pembahasan dalam penelitian ini, peneliti akan memaknai tanda-tanda

yang terdapat di dalam ritual Iraw Tengkayu di kota Tarakan menggunakan

analisis semiotika dari Charles Sanders Peirce, dengan menerapkan teori segitiga

makna (Sign, Object, Interpretant).

A. Penyajian Data

1. Bagian-Bagian pada Padaw Tuju Dulung dalam Ritual Iraw Tengkayu


di Kota Tarakan (PTD)

a. Panji tekalak

b. Haluan Padaw Tuju Dulung (simbolik)

c. Panji dulung

d. Panji gantung

e. Sambulayang (simbolik)

f. Tiang penyangga atap Padaw Tuju Dulung (simbolik)

g. Pari-pari (simbolik)

h. Meligay (simbolik)
23

i. Pakan (simbolik)

j. Panji gantung buritan

k. Panji ulin

l. Tabu-tabur (simbolik)

m. Panji kapi (simbolik)

2. Macam-Macam Pakan (sesaji) dalam Ritual Iraw Tengkayu di Kota


Tarakan (PRIT)

a. Ayam (simbolik)

b. Ketan (simbolik)

c. Telur (simbolik)

d. Pisang hijau (simbolik)

e. Ungkol (simbolik)

f. Kirai (simbolik)

g. Air minum (simbolik)

h. Boneka raja dan putri (simbolik)

i. Raja besila (simbolik)

j. Tempat tidur, bantal dan guling (simbolik)

3. Doa yang Diucapkan Pawang Padaw Tuju Dulung dalam Ritual Iraw
Tengkayu di Kota Tarakan (DPPTD)

a. A’uudzubillahi minasy syaithaa nir rajiim (rahman, 2006: 325)

(simbolik)
24

b. Bismillahir rahmaanir rahim (rahman, 2006: 326) (simbolik)

c. Allaahumad fa’ ‘annal ghalaa’a wal balla a wal wabaa a wal

fahsyaa a wal munkara was suyuufal mukhtalifata wasy syadaa ida

walmihan maa dhahara minhaa wamaa bathana min baladinaa

khash shah wamin buldaanil muslimiina ‘aamatan innaka ‘alaa kulli

syai in qadir. (Sabran, 156) (simbolik)

d. Allaahuma innaa nas aluka salaamatan fiddi ni, wa afiatan fil jasadi

waziaadatan fil’ ilmi wabarokatan fir –rizqi, wataubatan qablal

maut, warahmatan indal mauut. Allaahumma hawwin ‘alainaa

fisakaraatil mauti wan –najaata minnannaar, wal’afwa indal hisaab.

Rabbanaa laa tuzigh qulubanaa ba’da idz hadaitanaa wahablanaa

min ladunka rahmatan innaka antal wahhaab. Rabbanaa aatinaa

fiddun-ya hasanatan wafil akhirati hasanatan wa- qinaa adzaaban

naar. (Sabran, 176) (simbolik)

4. Mantra Pawang Padaw Tuju Dulung dalam Ritual Iraw Tengkayu di


Kota Tarakan (MPPTD)

a. Hai yadu yaki malok damo permisi, damo guang ngimbas debaju

miyu, damo malok maaf, sama sampoi sino ulun ngacau de anak

ingkupumu gitu. Jenagamu nio sio bais-bais, karna sio makai untuk

sementara kio, nitakmu nio sio kekuatan. (simbolik)

b. Hai kiadu nitak mu kelancaran dan keselamotan dalom dalan

menuju keramaian Iraw tengkayu. (simbolik)


25

c. Hai yadu yaki gitu nio batamu jenagamu nio pagun gitu maya

kebaikan, sama sampoi sino musibah, sama sampoi sino bahaya,

mudahan rezeki damo nitak maya penduduk pagun gitu, jenaga mu

nio sama sampoi pagun gitu nelalob musibah. (simbolik)

d. Kiaduk itu niakanmu, malok maaf damo kasino kesalahan tad anak

ingkupumu damo malok ampun. Kasino keganjilan atau kesalahan

kalo gitu damo malok maaf malok ampun de anak ingkupumu.

(simbolik)

e. Hai yadu yaki gitu nio anak ingkupu mu gitu nio persembahan damo

maya de miyu, tanda bukti damo. Permisi damo yadu yaki gitu damo

ngitak niakan miyu. Tolong nitak muyu kebaikan maya damo

jenagamu ngengai kota tarakan gitu. Gitu noi yang nitak damo samo

ko ngacau damo anak ingkupumu. Senolamot muyu nio penetawoy mu

nio damo tad bahaya, nelindungmu damo maya kebaikan,

penegampang mu nio rezeki maya kebaikan, gitu nio yang nitak damo

mayaa de miyu untuk persembahan damo. Niakan untuk lutu muyu

berangkat, kasino kekurangan damo malok maaf malok ampun kasino

kesalahan damo. (simbolik)


26

B. Analisis Data

1. Bagian-Bagian pada Padaw Tuju Dulung dalam Ritual Iraw Tengkayu


di Kota Tarakan (PTD)

Tabel 4.1 Haluan Padaw Tuju Dulung

No. Data Simbol Makna Interpretasi


a. Benda Haluan Haluan pada Haluan pada Padaw Tuju
(PTD. 2) Padaw Tuju perahu tujuh Dulung bercabang tiga.
Dulung haluan Haluan tengah bersusun tiga,
haluan kanan dan kiri masing-
masing bersusun dua, jadi
terdapat tujuh haluan.
Menurut suku Tidung haluan
Padaw Tuju Dulung
berjumlah tujuh karena
jumlah hari dalam satu
minggu berjumlah tujuh.
Dalam satu minggu ini
merupakan siklus yang harus
dilalui oleh para nelayan suku
Tidung dalam usaha mereka
meraih rezeki di laut.

Menurut suku Tidung haluan Padaw Tuju Dulung berjumlah tujuh karena
jumlah hari dalam satu minggu berjumlah tujuh. Satu minggu ini merupakan
siklus yang harus dilalui oleh para nelayan suku Tidung dalam usaha mereka
meraih rezeki di laut. Warna haluan terbawah berwarna merah, yang tengah hijau
dan haluan tertinggi berwarna kuning. Artinya hanya ada satu penguasa alam
semesta Allah SWT.
CL/W/M.01/DN/24.10.2014

Padaw Tuju Dulung memiliki haluan bercabang tiga. Haluan tengah

bersusun tiga, haluan kanan dan kiri masing-masing bersusun dua, jadi terdapat

tujuh haluan pada Padaw Tuju Dulung. Menurut suku Tidung haluan Padaw

Tuju Dulung berjumlah tujuh karena jumlah hari dalam satu minggu berjumlah
27

tujuh. Satu minggu ini merupakan siklus yang harus dilalui oleh para nelayan

suku Tidung dalam usaha mereka meraih rezeki di laut. Susunan warna haluan

pada Padaw Tuju Dulung, haluan bagian bawah berwarna merah, haluan tengah

berwarna hijau dan hanya ada satu haluan yang paling atas berwarna kuning.

Bermaksud hanya ada satu penguasa tertinggi alam semesta yaitu Allah SWT.

Warna kuning, hijau dan merah merupakan pengaruh dari budaya

melayu. Warna kuning mempunyai arti mulia, hormat dan yang ditinggikan.

Warna hijau mempunyai arti kepercayaan dan warna merah mempunyai arti

berani dan tegas. Warna kuning, hijau dan merah menurut suku Tidung bisa

diartikan sebagai ucapan selamat datang. Biasanya suku Tidung dalam acara-

acara adat seperti perkawinan hiasan yang digunakan berwarna kuning, hijau dan

merah yang merupakan lambang dari ucapan selamat datang.

Tabel 4.2 Sambulayang

No. Data Simbol Makna Interpretasi


b. Benda Sambulayang Penghias Sambulayang adalah kain
(PTD. 5) haluan berwarna kuning dan merah
Padaw Tuju yang tergantung dari atap
Dulung sampai haluan Padaw Tuju
Dulung.

Sambulayang ini melambangkan kehormatan. Konon menurut leluhur


suku Tidung sambulayang hanya ada pada kendaraan dewa yang digunakan untuk
melayang.
CL/W/M.02/DN/24.10.2014

Sambulayang adalah kain berwarna kuning dengan lis berwarna merah

yang tergantung dari tiang penyangga atap Padaw Tuju Dulung sampai tiang panji
28

haluan. Sambulayang terdiri dari dua rentang yang mengapit panji gantung.

Sambulayang adalah salah satu kelengkapan aksesoris Padaw Tuju Dulung untuk

memperindah Padaw Tuju Dulung. Sambulayang ini melambangkan kehormatan,

karena yang menggunakan sambulayang hanya orang-orang terhormat seperti

dewa. Konon menurut leluhur suku Tidung sambulayang hanya ada pada

kendaraan dewa yang digunakan untuk melayang.

Tabel 4.3 Tiang Penyangga Atap Padaw Tuju Dulung

No. Data Simbol Makna Interpretasi


c. Benda Tiang Sebagai Tiang penyangga atap Padaw
(PTD. 6) penyangga penyangga Tuju Dulung berjumlah lima,
atap Padaw atap Padaw karena menurut suku Tidung
Tuju Dulung Tuju dulung melambangkan solat lima
waktu

Tiang pada Padaw Tuju Dulung berjumlah lima karena menurut leluhur
suku Tidung melambangkan solat lima waktu. Leluhur suku Tidung mengenal
agama islam sejak pemerintahan raja Tidung yang pertama menganut agama
islam yaitu raja Bengawan (1236-1280). Kain yang melilit pada tiang penyangga
itu namanya ular malili. Berarti kain yang menghias tiang penyangga agar
nampak lebih menarik, dan warna-warnanya pun tetap menggunakan warna
kuning, hijau, dan merah.
CL/W/M.03/DN/24.10.2014

Tiang penyangga atap Padaw Tuju Dulung berjumlah lima, karena

menurut suku Tidung melambangkan solat lima waktu. Solat lima waktu

merupakan tiang agama islam yang telah dianut oleh suku Tidung sejak

pemerintahan raja Bengawan (1236-1280) abad ke 13. Raja Bengawan adalah raja

suku Tidung yang pertama menganut agama islam. Kegunaan dari tiang

penyangga adalah tempat untuk mengikatkan atap Padaw Tuju Dulung. Tiang
29

penyangga atap Padaw Tuju Dulung di hiasi dengan kain berwarna kuning, hijau,

dan merah yang disebut ular malili.

Ular malili berarti ular yang melilit pada tiang penyangga atap Padaw

Tuju Dulung. Jika sesuatu benda sudah terlilit oleh seekor ular, maka benda

terebut tidak bisa bergerak lagi. Jadi, ular malili digunakan agar tiang penyangga

atap Padaw Tuju Dulung tetap berdiri tegak. Pada ke lima ujung tiang penyangga

atap Padaw Tuju Dulung terdapat panji yang bernama panji tekalak. Terdapat satu

buah tiang yang tertinggi melambangkan bahwa hanya ada satu penguasa tertinggi

alam semesta, yaitu Allah SWT.

Tabel 4.4 Pari-Pari

No. Data Simbol Makna Interpretasi


d. Benda Pari-pari Atap Padaw Pari-pari merupakan atap
(PTD. 7) Tuju Dulung Padaw Tuju Dulung yang
mempunyai bentuk seperti
ikan pari dengan bentuk
badan persegi empat, kepala
setengah lingkaran, dan ekor
berbentuk segitiga
memanjang

Sebenarnya atap Padaw Tuju Dulung itu bernama pari-pari. Pari-pari ini
di ambil dari filosofi ikan pari yang jika terkena pancing nelayan ikan pari tidak
akan naik dan tetap mempertahankan diri di dasar laut. Karena ikan pari teguh
pada pendiriannya.
CL/W/M.04/DN/24.10.2014

Pari-pari merupakan atap Padaw Tuju Dulung yang mempunyai bentuk

seperti ikan pari. Pari-pari mempunyai bentuk kepala setengah lingkaran, badan

segiempat, dan ekor segitiga. Pari-pari berwarna kuning. Padaw Tuju Dulung
30

menggunakan atap seperti ikan pari karena menurut suku Tidung diambil dari

filosofi ikan pari yang jika mengendap di dasar laut dan tertelan pancing nelayan

ikan pari tidak bisa di tarik naik, tetap kuat dan kokoh mempertahankan diri di

dasar laut walaupun ada bagian tubuhnya yang terluka ikan pari tetap

mempertahankan diri di dasar laut. Filosofi inilah yang digunakan sebagai atap

Padaw Tuju Dulung yang menaungi isi Padaw Tuju Dulung.

Tabel 4.5 Meligay

No. Data Simbol Makna Interpretasi


e. Benda Meligay Rumah- Meligay merupakan sebuah
(PTD. 8) rumahan rumah-rumahan yang
tempat dirancang sedemikian rupa
menaruh menurut tata cara adat dan
pakan merupakan tempat untuk
meletakkan pakan

Rumah-rumahan di atas Padaw Tuju Dulung itu namanya meligay.


Meligay merupakan sebuah rumah-rumahan yang dirancang sedemikian rupa
menurut tata cara adat dan merupakan tempat untuk meletakkan pakan. Meligay
melambangkan tempat yang dihormati atau bangunan yang istimewa.
CL/W/M.05/DN/24.10.2014

Meligay merupakan sebuah rumah-rumahan yang dirancang sedemikian

rupa menurut tata cara adat dan merupakan tempat untuk meletakkan pakan.

Meligay memiliki atap bersusun tiga dan terdapat hiasan seperti ekor ikan hiu di

setiap pinggir ujung atapnya. Seperti ekor hiu karena ekor hiu adalah kemudi atau

penentu arah. Dibandingkan ekor ikan lain ekor ikan hiu lebih besar dan hiu

merupakan ikan tercepat. Terdapat empat pintu pada meligay yaitu pada setiap

sisinya.
31

Meligay berwarna kuning yang melambangkan tempat yang dihormati

atau bangunan yang istimewa. Menurut suku Tidung memberi sesembahan

penghormatan dalam bentuk pakan harus di taruh di tempat yang melambangkan

kehormatan atau bangunan yang istimewa. Biasanya meligay diidentikkan dengan

keluarga raja-raja.

Tabel 4.6 Pakan

No. Data Simbol Makna Interpretasi


f. Benda Pakan Persembahan Pakan terdiri dari ayam, ketan,
(PTD. 9) untuk telur, rokok, air minum, raja
makhluk besila, pisang hijau, ungkol,
boneka raja dan permaisuri
supernatural
dan replika tempat tidur .

Seperangkat sesajen dalam bahasa Tidung disebut pakan. Pakan terdiri


dari ayam, ketan, telur, rokok, air minum, raja besila, pisang hijau, ungkol,
boneka raja dan permaisuri dan replika tempat tidur. Pakan merupakan
sesembahan untuk makhluk supernatural agar tidak menganggu manusia.
CL/W/M.06/DN/24.10.2014

Seperangkat sesajen dalam bahasa Tidung disebut pakan. Pakan terdiri

dari ayam, ketan, telur, rokok, air minum, raja besila, pisang hijau, ungkol, boneka

raja dan permaisuri dan replika tempat tidur. Pakan merupakan sesembahan untuk

makhluk supernatural agar tidak menganggu manusia. Dalam ritual Iraw

Tengkayu di kota Tarakan pakan di buat dua.

Satu pakan diletakkan di darat biasanya di bagian samping panggung,

pakan yang sudah di susun di dalam meligay diletakkan di atas kayu yang berdiri

tinggi. Pakan yang diletakkan di darat dimaksud untuk makhluk supernatural


32

yang berada di darat. Satu pakan lagi yang sudah disusun di dalam meligay di

letakkan di tengah-tengah Padaw Tuju Dulung. Pakan yang terletak di Padaw

Tuju Dulung dimaksud untuk makhluk supernatural yang berada laut. Menurut

pawang Padaw Tuju Dulung tidak bisa hanya membuat pakan hanya untuk

makhluk supernatural yang berada di laut saja, walaupun ritual Iraw Tengkayu

merupakan acara pesta pesisir pantai. Makhluk supernatural yang berada di darat

pun harus di beri juga karena makhluk supernatural yang berada di darat berbeda

dengan yang di laut.

Menurut leluhur suku Tidung kota Tarakan ini mempunyai lapisan tanah

berbentuk kerucut, tidak seutuhnya terlapisi. Jadi, ada makhluk supernatural yang

menopang kota Tarakan ini agar tidak mudah terkena musibah. Jadi, sebagai

ucapan terima kasih penduduk kota Tarakan membuat pakan untuk makhluk

supernatural.

Tabel 4.7 Tabu-Tabur

No. Data Simbol Makna Interpretasi


g. Benda Tabu-tabur Hiasan Hiasan berbentuk bintang di
(PTD. 12) berbentuk dinding Padaw Tuju Dulung
bintang yang bersudut delapan karena yang
menempel menghadiri ritual Iraw
pada dinding Tengkayu berasal dari
Padaw Tuju delapan penjuru mata angin
Dulung atau dari mana-mana.

Hiasan berbentuk bintang bersudut delapan ini melambangkan delapan


penjuru mata angin. Berarti orang-orang yang datang menghadiri ritual Iraw
Tengkayu ini berasal dari mana-mana.
CL/W/M.07/DN/24.10.2014
33

Tabu-tabur yang terdapat di bagian dinding meligay dan dinding samping

Padaw Tuju Dulung berwarna kuning dan bersudut delapan. Menurut suku

Tidung bintang dengan sudut berjumlah delapan karena orang-orang yang datang

berasal dari delapan penjuru mata angin, yang berarti dari orang yang datang

menghadiri ritual Iraw Tengkayu berasal dari mana-mana. Menandakan bahwa

pelaksanaan ritual Iraw Tengkayu memang ditunggu-tunggu oleh masyarakat kota

Tarakan.

Tabel 4.8 Panji Kapi

No. Data Simbol Makna Interpretasi


h. Benda Panji kapi Penghias Panji kapi merupakan
(PTD. 13) bagian bendera yang berada di
pinggir bagian pinggir Padaw Tuju
Padaw Tuju Dulung
Dulung

Bendera itu namanya panji kapi. Kapi adalah bagian samping sebuah perahu.
Panji kapi berarti panji yang melambangkan pelindung seisi Padaw Tuju Dulung
dari ombak atau mara bahaya.
CL/W/M.08/DN/24.10.2014

Kapi dalam bahasa Tidung berarti bagian samping kapal. Panji kapi

merupakan bendera yang berada di bagian samping Padaw Tuju Dulung. Panji

kapi berjumlah sembilan, mengikuti jumlah papok (tajuk). Papok pada Padaw

Tuju Dulung berjumlah sepuluh. Panji kapi diletakkan diantara papok-papok.

Dalam menghitung papok ada hitung-hitungannya, dalam menghitung papok ada

istilah raja, cina dan buta. Raja berarti satu, cina berarti dua dan buta berarti tiga.
34

Membuat papok tidak boleh berhenti pada hitungan buta yang berarti tiga,

enam, sembilan dan kelipatannya. Jika papok berhenti pada hitungan buta

biasanya rezeki kapal kurang bagus. Jika papok berhenti pada hitungan raja yang

berarti satu, empat, tujuh dan kelipatannya kapal akan sering tidak digunakan,

akan tetapi jika sekali digunakan penghasilan yang diperoleh akan banyak. Jika

papok berhenti pada hitungan cina yang berarti dua, lima, delapan dan

kelipatannya kapal yang digunakan akan baik jika digunakan untuk berusaha.

Papok pada Padaw Tuju Dulung berjumlah sepuluh, yang berarti hitungan

papoknya raja. Jumlah panji yang banyak pada Padaw tuju Dulung

melambangkan suatu kehormatan atau kebesaran.

2. Macam-Macam Pakan (sesaji) dalam Ritual Iraw Tengkayu di Kota


Tarakan (PRIT)

Tabel 4.9 Ayam


No. Data Simbol Makna Interpretasi
a. Benda Ayam Sebagai Ayam dalam ritual Iraw
(PRIT. 1) pengganti Tengkayu diibaratkan sebagai
tubuh pengganti tubuh manusia

Isi dalam sesaji ada ayam. Ayam yang di panggang harus jantan dan yang
masih hidup betina. Ayam digunakan dalam sesaji melambangkan sebagai
penganti badan anak cucu. Jangan sampai ada anak cucu kota Tarakan ini di ambil
oleh makhluk supernatural.
CL/W/M.09/N/26.03.2015

Ayam yang digunakan dalam ritual Iraw Tengkayu ada yang hidup dan

ada yang sudah di panggang. Ayam yang di panggang harus jantan, ayam

panggang merupakan lambang dari suatu permintaan. Karena ritual Iraw


35

Tengkayu ini merupakan sebuah ritual yang bertujuan memohon agar seluruh

penduduk kota Tarakan di beri keselamatan. Ayam dalam ritual Iraw Tengkayu

diibaratkan sebagai pengganti tubuh manusia, agar makhluk supernatural tidak

menggambil korban tubuh manusia. Penggunaan ayam dalam sesaji memang

sudah biasa digunakan, Karena ayam mudah di cari dan harganya terjangkau.

Dalam membuat sesaji biasanya diikuti dengan kemampuan materi dari pembuat

sesaji.

Tabel 4.10 Ketan


No. Data Simbol Makna Interpretasi
b. Benda Ketan Makanan Ketan dalam ritual Iraw
(PRIT. 2) untuk Tengkayu menggunakan lima
makhluk warna yaitu, kuning, hijau,
supernatural merah, putih dan hitam.
Warna-warna ini merupakan
warna-warna dari baju
makhluk supernatural

Warna ketan dalam sesaji itu ada kuning, hijau, merah, putih, dan hitam.
Warna-warna itu sama dengan warna baju yang digunakan oleh makhluk
supernatural. Warna-warna itu juga merupakan perlambang, warna hijau dan
kuning ditujukan untuk para dewa. Ketan berwarna hijau dalam sesaji letaknya di
tengah-tengah. Warna merah ditujukan untuk yang jahat dan pemarah, warna
putih ditujukan untuk yang mempunyai hati bersih dan baik hati, dan warna hitam
ditujukan untuk iblis. Ketannya juga ada yang sudah dimasak dan masih mentah.
CL/W/M.10/N/26.03.2015

Ketan dalam ritual Iraw Tengkayu menggunakan lima warna yaitu,

kuning, hijau, merah, putih dan hitam. Ketan yang digunakan ada yang mentah

dan ada yang sudah di masak. Menurut leluhur suku Tidung warna kuning, hijau,

merah, putih dan hitam merupakan warna-warna pakaian makhluk supernatural.


36

Warna-warna ini juga merupakan perlambang. Warna kuning dan hijau ditujukan

untuk para dewa dan ratu, warna merah ditujukan untuk yang jahat dan pemarah,

warna putih ditujukan untuk yang mempunyai hati bersih dan baik hati, dan warna

hitam ditujukan untuk iblis.

Ketan ditujukan untuk makhluk supernatural sebagai makanan mereka.

Ada yang mentah karena lambang dari sebuah tolak bala atau untuk membuang

sial dan ada yang sudah di masak untuk makanan makhluk supernatural.

Tabel 4.11 Telur

No. Data Simbol Makna Interpretasi


c. Benda Telur Sebagai Telur dalam sesaji juga
(PRIT. 3) makanan merupakan makanan jika
makhluk mempunyai keturunan
supernatural

Telur itu digunakan untuk makanan makhluk supernatural. Biasanya


untuk kembaran manusia dari bangsa supernatural. Jika seseorang mempunyai
keturunan atau kembaran dari bangsa supernatural, orang tersebut harus memberi
makan setiap setahun sekali. Jika seseorang tersebut lupa atau memang tidak
mau memberi makan, seseorang tersebut bisa terkena penyakit. Jika di bawa
kemana-mana tidak akan sembuh. Biasanya keluarga yang sedang sakit akan
memanggil seorang dukun untuk melakukan ritual besitan.
Ritual itu sudah dilakukan oleh leluhur suku Tidung. Ritual besitan
dilakukan oleh seorang dukun, dalam ritual ini dukun akan mengalami kesurupan
sambil menari-nari dengan diiringi oleh nyanyian dan tabuhan rebana. Tujuan
ritual besitan menurut kepercayaan suku Tidung dahulu kala adalah memohon
kepada makhluk supernatural agar mengusir roh jahat atau setan yang merasuki
tubuh yang sedang sakit. Dengan ritual besitan diharapkan yang sedang sakit
menjadi sembuh setelah di beri jampi-jampi, dan disertai dengan ramuan obat-
obatan tradisional. Dalam keadaan kesurupan itu ada saja permintaan yang
terucap dari mulut dukun. Permintaan itu merupakan permintaan makhluk
supernatural. Ritual besitan ini bisa berlangsung sampai tujuh hari.
CL/W/M.11/N/26.03.2015
37

Telur dalam sesaji merupakan makanan bagi makhluk supernatural. Telur

juga biasanya digunakan untuk bermain khususnya makhluk supernatural yang

masih kecil. Telur dalam sesaji juga merupakan makanan jika mempunyai

keturunan. Keturunan adalah jika seseorang mempunyai kembaran atau sahabat

dari bangsa supernatural. Telur ini dalam sesaji digunakan sebagai makanan dari

manusia untuk kembarannya atau sahabatnya agar tidak menganggu. Jika

seseorang mempunyai keturunan orang tersebut harus selalu memberi makan

dalam setahun sekali.

Terkadang ada saja orang yang mempunyai keturunan tidak mau memberi

makan. Orang tersebut bisa terkena penyakit yang jika berobat kemana-mana

tidak akan sembuh. Keluarga yang sedang terkena penyakit memanggil seorang

dukun, dan dukun tersebut akan melakukan ritual yang disebut besitan. Ritual

besitan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dukun yakni, semacam suatu

aksi seperti kerasukan sambil menari-nari diiringi pula oleh nyanyian serta

tabuhan rebana. Konon iringan irama itu cukup merdu bercampur syahdu, gerakan

tariannya pun begitu indah, aneh, dan menakjubkan. Tujuan ritual besitan

menurut kepercayaan suku Tidung dahulu kala adalah memohon kepada makhluk

supernatural agar mengusir roh jahat atau setan yang merasuki tubuh yang sedang

sakit. Dengan ritual besitan diharapkan si sakit jadi sembuh setelah di beri jampi-

jampi dan disertai dengan ramuan obat-obatan tradisional.

Dalam keadaan kesurupan itu adakalanya bermacam-macam pembicaraan

dukun, yang sering kali meminta permintaan-permintaan. Biasanya permintaan itu

berupa syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh keluarga yang sedang sakit.
38

Biasanya dukun meminta agar menunaikan kewajiban melepas semacam sesajen

ke laut. Ketika dukun sedang berbicara dalam keadaan kesurupan itu, menurut

kepercayaan suku Tidung dahulu kala adalah ucapan dari makhluk supernatural,

jika tidak ditunaikan akan tabu atau kualat. Namun adakalanya dukun tidak

meminta pakan, tetapi cukup dengan permintaan lainnya yang bersifat lebih

ringan untuk dilaksanakan. Jadi, sangat tergantung pada ucapan dukun yang lagi

dalam keadaan kesurupan tersebut, tentang apa saja yang harus dilaksanakan oleh

pihak keluarga yang sedang sakit. Ritual besitan ini bisa berlangsung dalam tujuh

hari tujuh malam.

Tabel 4.12 Pisang Hijau

No. Data Simbol Makna Interpretasi


d. Benda Pisang hijau Sebagai Pisang hijau dalam sesaji
(PRIT. 4) makanan sebagai makanan penutup
makhluk makhluk supernatural dan
supernatural pisang yang digunakan harus
berjumlah ganjil.

Pisang yang digunakan dalam sesaji itu pisang hijau. Jumlahnya harus
ganjil. Pisang hijau itu merupakan makanan dari makhluk supernatural. Berjumlah
ganjil karena lambang dari rezeki yang bertambah, jumlah genap lambang rezeki
yang pas-pasan.
CL/W/M.12/N/26.03.2015

Pisang hijau adalah sebagai makanan penutup atau cemilan bagi makhluk

supernatural. Pisang yang digunakan adalah pisang hijau dengan jumlah buah

yang ganjil. Berjumlah ganjil karena jumlah ganjil lambang dari bertambahnya

rezeki, sedangkan jumlah genap lambang dari rezeki yang pas-pasan. Dalam
39

membeli bahan untuk perlengkapan sesaji tidak boleh di tawar, karena kita

memberi dengan ikhlas tanpa ada tawar-menawar.

Penggunaan pisang hijau dalam sesaji sudah menjadi tradisi turun-

menurun, karena tanaman pisang merupakan lambang dari kesuburan atau

kemakmuran. Tanaman pisang hanya bisa tumbuh pada tanah yang lembab dan

subur. Setiap tanaman yang ditanam disekitar tanaman pisang pasti akan tumbuh,

karena tanaman pisang hanya dapat tumbuh pada tanah yang lembab dan subur.

Tabel 4.13 Ungkol

No. Data Simbol Makna Interpretasi


e. Benda Ungkol Alat Ungkol digunakan sebagai
(PRIT. 5) pembersih gigi pembersih gigi

Sirih itu disebut ungkol, yaitu daun sirih yang dalamnya di isi kapur sirih,
gambir dan pinang lalu di tutup. Ungkol itu ditujukan untuk makhluk supernatural
yang berjenis perempuan.
CL/W/M.13/N/26.03.2015

Ungkol terbuat dari daun sirih yang dalamnya di isi dengan kapur sirih,

pinang dan gambir. Guna ungkol untuk membersihkan gigi sehabis makan.

Ungkol dalam sesaji ritual Iraw Tengkayu biasanya digunakan untuk makhluk

supernatural yang sudah tua. Biasanya ungkol dibuat seratus buah.

Ungkol biasa disebut dengan nginang. Nginang adalah sebutan dari tradisi

makan sirih. Pada zaman dahulu nginang wajib hukumnya, terutama bagi kaum

perempuan. Nginang merupakan salah satu kebudayaan atau kebiasaan yang

diturunkan secara turun temurun dari nenek moyang yang berkembang hingga
40

sekarang. Nginang dipercaya dapat membuat gigi dan gusi lebih sehat dan kuat,

serta dapat menghilangkan bau mulut.

Nginang juga merupakan ucapan selamat datang atau sebagai penjamu

tamu. Zaman dahulu biasanya bila ada tamu yang berkunjung ke rumah, sebelum

tuan rumah menyiapkan minuman atau makanan. Tuan rumah akan menyugukan

nginang terlebih dahulu, sebagai suguhan perjamuan tamu.

Tabel 4.14 Kirai

No. Data Simbol Makna Interpretasi


f. Benda Kirai Rokok Kirai dalam sesaji sebagai
(PRIT. 6) permainan bibir makhluk
supernatural.

Rokok itu disebut kirai. Biasa kirai di buat seratus batang, kirai terbuat
dari tembakau lempeng. Kirai ini ditujukan untuk makhluk supernatural yang
berjenis laki-laki.
CL/W/M.14/N/26.03.2015

Kirai merupakan bahasa Tidung yang berarti rokok. Kirai dalam sesaji

terbuat dari daun kirai yang di isi tembakau lempeng. Kirai dalam sesaji ritual

Iraw Tengkayu sebagai permainan bibir makhluk supernatural di waktu senggang.

Biasanya kirai dalam ritual Iraw Tengkayu di buat seratus batang.

Tembakau oleh masyarakat Indonesia dipakai dalam berbagai ritual atau

upacara adat. Dalam ritual-ritual tersebut, tembakau sudah dipakai sejak ratusan

tahun lalu. Tembakau bersama pinang dan sirih menjadi pelengkap setiap upacara

adat. Keragaman penggunaan tembakau menunjukkan bahwa tembakau telah

menjadi bagian dari kebudayaan Indonesia.


41

Tabel 4.15 Air Minum

No. Data Simbol Makna Interpretasi


g. Benda Air minum Untuk Air minum dalam sesaji untuk
(PRIT. 7) minum minum makhluk supernatural
makhluk
supernatural

Air minum dalam sesaji di sediakan lima gelas, air minum ini sebagai
minuman untuk makhluk supernatural.
CL/W/M.15/N/26.03.2015

Air minum dalam sesaji ritual Iraw Tengkayu untuk minum makhluk

supernatural. Air minum dalam sesaji biasanya di sediakan lima gelas air mineral.

Diletakkan di setiap sudut meligay. Air juga mempunyai fungsi yang banyak, air

juga dapat digunakan makhluk supernatural sebagai air untuk memasak atau

keperluan lain yang menggunakan air, karena air merupakan kebutuhan yang

sangat penting bagi kehidupan.

Tabel 4.16 Boneka Raja dan Permaisuri

No. Data Simbol Makna Interpretasi


h. Benda Boneka raja Simbol dari Boneka raja dan permaisuri
(PRIT. 8) dan seorang raja dalam sesaji diibaratkan
permaisuri dan seorang raja dengan
permaisurinya yang hendak
permaisuri
berlayar ke suatu pulau.

Boneka raja dan permaisuri itu diibaratkan sebagai raja dan permaisuri
yang hendak berlayar ke pulau seberang. Dalam sesaji juga terdapat pengawal raja
berjumlah tujuh dan dayang permaisuri yang berjumlah tujuh pula.
CL/W/M.16/N/26.03.2015

Boneka raja dan permaisuri dalam sesaji ritual Iraw Tengkayu di kota

Tarakan diibaratkan seorang raja dengan permaisurinya yang hendak berlayar ke


42

suatu pulau. Boneka raja dan permaisuri terbuat dari gabus dan kertas warna-

warni yang di buat sedemikian rupa, lengkap dengan pakaian adat Tidung

berwarna kuning. Lengkap dengan bekal mereka selama dalam perjalanan.

Terdapat pula boneka pengawal berjumlah tujuh dan dayang berjumlah tujuh pula.

Pengawal diibaratkan sebagai penjaga raja lengkap dengan senjata. Sedangkan

dayang diibaratkan sebagai pelayan permaisuri yang membawa keperluan

permaisuri selama dalam perjalanan.

Tabel 4.17 Raja Besila

No. Data Simbol Makna Interpretasi


i. Benda Raja besila Tempat Raja besila merupakan
(PRIT. 9) duduk raja tempat duduk raja dan
permaisuri dalam meligay.

Raja besila itu sebagai tempat duduk raja dan permaisuri selama dalam
perjalanan. Raja besila itu terbuat dari kain yang dilipat-lipat lalu di bungkus
dengan kain biasanya kainnya berwarna kuning.
CL/W/M.17/N/26.03.2015

Raja besila merupakan tempat duduk raja dan permaisuri dalam meligay.

Dalam sesaji dibuat raja besila agar raja dan permaisuri bisa tetap merasa nyaman

walaupun sedang berada di dalam sebuah perahu dalam perjalanan yang jauh.

Raja besila di buat dari kain yang dilipat-lipat lalu di hias agar nampak menarik.

Warna kain yang dipakai untuk raja besila adalah kuning. Karena menurut suku

Tidung warna kuning adalah lambang dari kemuliaan.


43

Raja besila biasanya juga digunakan dalam acara-acara suku Tidung,

seperti perkawinan, sunatan atau khataman Al-Qur’an. Raja besila sudah menjadi

budaya dalam setiap acara yang diselanggarakan oleh suku Tidung.

Tabel 4.18 Tempat Tidur, Bantal dan Guling

No. Data Simbol Makna Interpretasi


j. Benda Tempat Sebagai Replika tempat tidur, bantal
(PRIT. 10) tidur, bantal tempat dan guling sebagai tempat
dan guling istirahat raja istirahat raja dan permaisuri.
dan
permaisuri

Tempat tidur, bantal, dan guling itu sebagai tempat untuk beristirahat bagi
raja dan permisuri.
CL/W/M.18/N/26.03.2015

Replika tempat tidur, bantal dan guling sebagai tempat istirahat raja dan

permaisuri. Replika tempat tidur, bantal dan guling terbuat dari gabus dan kain

warna-warni. Dalam sesaji di buat pula tempat tidur, bantal dan guling agar raja

dan permaisuri bisa tetap merasa nyaman walaupun sedang berada di dalam

sebuah perahu dalam perjalanan yang jauh.


44

3. Doa yang Diucapkan Pawang Padaw Tuju Dulung dalam Ritual Iraw
Tengkayu di Kota Tarakan (DPPTD)

Tabel 4.19 Ta’awudz

No. Data Simbol Makna Interpretasi


a. Doa A’uudzubill Aku Bacaan yang harus di baca
(DPPTD. 1) aahi minasy berlindung sebelum memulai membaca
syaithaa nir diri kepada ayat-ayat Al-Qur’an.
rajiim. Allah dari
setan yang
terkutuk.

Ta’awudz adalah bacaan memohon perlindungan kepada Allah SWT dari

gangguan syaitan (http://www.jadipintar.com/2014). Lafal ta’awudz yang

berbunyi A’uudzubillaahi minasy syaithaa nir rajiim yang artinya aku

berlindung diri kepada Allah SWT dari godaan setan yang terkutuk. Membaca

ta’awudz dianjurkan karena memohon perlindungan kepada Allah SWT dari

godaan setan yang terkutuk agar setan tidak menganggu dan menyesatkan.

Membaca ta’awudz hukumnya sunnah sebelum membaca ayat-ayat Al-

Qur’an. Penggunaan lafal ta’awudz dalam ritual Iraw Tengkayu yang diucapkan

oleh pawang Padaw Tuju Dulung bermaksud agar dalam pelaksanaan ritual

Iraw Tengkayu tidak mendapat hambatan atau gangguan dari makhluk

supernatural.
45

Tabel 4.20 Basmalah

No. Data Simbol Makna Interpretasi


b. Doa Bismillahir Dengan Setiap akan melakukan
(DPPTD. 2) rahmaanir nama aktifitas di anjurkan untuk
rahim Allah yang membaca basmalah terlebih
maha dahulu agar mendapat faedah
pemurah dari yang apa di kerjakan.
lagi maha
penyayang

Bismillahir rahmaanir rahim mempunyai arti dengan nama Allah yang

maha pemurah lagi maha penyayang. Setiap akan memulai suatu aktifitas atau

pekerjaan, hendaklah dimulai dengan membaca basmalah, maka Allah SWT

menghindarkan dari gangguan-gangguan dan akan mendapat faedah dari

aktifitas atau pekerjaan tersebut. Sebagai mana Rasulullah pernah bersabda

“Setiap amal perbuatan yang baik, namun tidak dimulai dengan membaca

Bismillahir rahmaanir rahim, maka pekerjaan itu akan terputus dari rahmat

Allah” (Hanafiyah, 2009: 24). Surat-surat di dalam Al-Quran pun diawali

dengan bacaan basmalah, maka apa yang akan kita baca, pelajari, dan amalkan

senantiasa barada di bawah perlindungan dan naungan Allah SWT. Pembacaan

basmalah oleh pawang Padaw Tuju Dulung bermaksud agar dalam pelaksanaan

ritual Iraw Tengkayu mendapat kelancaran dan tidak ada hambatan.


46

Tabel 4.21 Doa Tolak Bala

No. Data Simbol Makna Interpretasi


c. Doa Allaahumad fa’ Ya Allah ya Memohon kepada
DPPTD. 3) ‘annal Tuhan kami, Allah SWT agar di
ghalaa’a wal hindarkanlah beri perlindungan
balla a wal kami dari dari berbagai
wabaa a wal malapetaka, bala bencana.
fahsyaa a wal dan bencana,
munkara was kekejian dan
suyuufal peperangan,
mukhtalifata yang tampak dan
wasy syadaa yang
ida walmihan tersembunyi
maa dhahara dalam negara
minhaa wamaa kami khususnya,
bathana min dan dalam
baladinaa negara kaum
khash shah muslimin
wamin umumnya,
buldaanil sesungguhnya
muslimiina engkau ya Allah
‘aamatan maha berkuasa
innaka ‘alaa atas segala
kulli syai in sesuatu.
qadir

Doa tolak bala di baca sebagai permohonan kepada Allah SWT agar di

hindari dari segala malapetaka, bala dan bencana. Doa tolak bala di baca

sebelum Padaw Tuju Dulung di arak keliling kota Tarakan dan pada saat Padaw

Tuju Dulung akan di lepas. Membaca tolak bala bermaksud agar dalam

pelaksaan ritual Iraw Tengkayu tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
47

Tabel 4.22 Doa Selamat

No. Data Simbol Makna Interpretasi


d. Doa Allaahumma Ya Allah, kami Doa selamat
(DPPTD. 4) innaa nas aluka mohon memohon kepada
salaamatan fiddi kepadaMu Allah SWT agar
ni, wa afiatan fil keselamatan senantiasa diberi
jasadi agama, keselamatan dalam
waziaadatan fil’ kesehatan menjalankan
ilmi wabarokatan jasmani, sesuatu aktifitas.
fir –rizqi, bertambah ilmu
wataubatan dan berkah
qablal maut, rezeki. Dapat
warahmatan indal bertobat sebelum
mauut. mati, mendapat
Allaahumma rahmat ketika
hawwin ‘alainaa mati dan
fisakaraatil mauti memperoleh
wan –najaata keampunan
minnannaar, setelah mati. Ya
wal’afwa indal Allah ,
hisaab. Rabbanaa mudahkanlah
laa tuzigh kami pada
qulubanaa ba’da gelombang
idz hadaitanaa sakaratul maut,
wahablanaa min dan lepaskanlah
ladunka rahmatan dari api neraka
innaka antal dan mendapat
wahhaab. kemaafan ketika
Rabbanaa aatinaa dihisab ya Allah
fiddun-ya , janganlah
hasanatan wafil digoncangkan
akhirati hati kami setelah
hasanatan wa- mendapat
qinaa adzaaban petunjuk, berilah
naar. kami rahmat,
engkau maha
pemberi. Ya
Allah, berilah
kami kebajikan
48

didunia dan
kebajikan di
akhirat,
periharalah kami
dari azab api
neraka.

Doa selamat dipanjatkan setelah selesai semua rangkaian ritual Iraw

Tengkayu. Pembacaan doa selamat bermaksud mengucapkan rasa syukur

kepada Allah SWT karena prosesi ritual Iraw Tengkayu telah berjalan lancar

sesuai dengan yang diharapkan. Pembacaan doa selamat dilakukan pada saat

Padaw Tuju Dulung telah di lepas dan setelah sampai di rumah ketua pawang

Padaw Tuju Dulung menggadakan selamatan mengucap rasa syukur kepada

Allah SWT karena pelaksanaan ritul Iraw Tengkayu berjalan lancar.

4. Mantra Pawang Padaw Tuju Dulung dalam Ritual Iraw Tengkayu di


Kota Tarakan (MPPTD)

Tabel 4.23 Diawak

No. Data Simbol Makna Interpretasi


a. Tuturan Hai yadu yaki Hai nenek kakek Dalam ritual Iraw
(MPPTD. 1) damo permisi, saya permisi, Tengkayu, sebelum
damo guang saya pinjam dan memakai pakaian
ngimbas debaju pakai baju kamu, adat dianjurkan
miyu, damo kami minta untuk meminta izin
malok maaf. maaf. Jangan terlebih dahulu
Sama sampoi sampai ada kepada makhluk
sino ulun ngacau orang yang supernatural.
de anak ganggu anak
ingkupumu gitu. cucumu ini.
Jenagamu nio Kamu jagalah
sio bais-bais, dia dengan
49

karna sio makai kebaikan, karena


untuk sementara dia memakai
kio, nitakmu nio untuk sementara
sio kekuatan. saja, berilah dia
kekuatan.

Dalam ritual Iraw Tengkayu, sebelum memakai pakaian adat dianjurkan

untuk meminta izin terlebih dahulu kepada makhluk supernatural. Sebelum

melaksanakan ritual Iraw Tengkayu biasa dilaksanakan ritual yang disebut

diawak. Ritual ini dilakukan oleh seorang pawang Padaw Tuju Dulung atau

sesepuh suku Tidung yang paham dengan ritual ini, dengan tujuan agar yang

memakai pakaian adat tidak mengalami gangguan dari makhluk supernatural.

Pawang Padaw Tuju Dulung atau sesepuh suku Tidung yang melaksanakan ritual

diawak akan mulai dengan mengumpulkan baju-baju yang akan digunakan dalam

ritual Iraw Tengkayu dalam suatu tempat. Hai yadu yaki damo permisi, damo

guang ngimbas debaju miyu, damo malok maaf (hai nenek kakek saya permisi,

saya pinjam dan pakai baju kamu, kami minta maaf). Pertama, pawang Padaw

Tuju Dulung atau sesepuh suku Tidung akan permisi pada makhluk supernatural

karena para peserta ritual Iraw tengkayu akan memakai pakaian adat yang

menurut informan warna-warnanya sama dengan warna baju makhluk

supernatural yaitu kuning, hijau, merah, putih dan hitam.

Sama sampoi sino ulun ngacau de anak ingkupumu gitu (jangan sampai

ada orang yang ganggu anak cucumu ini). Orang yang melaksanakan ritual

diawak mengatakan jangan sampai ada orang yang menganggu anak cucumu ini,

maksud dari tuturan ini adalah agar tidak ada makhluk supernatural yang
50

menganggu peserta ritual Iraw Tengkayu. Jenagamu nio sio bais-bais, karna sio

makai untuk sementara kio, nitakmu nio sio kekuatan (kamu jagalah dia dengan

kebaikan, karena dia memakai untuk sementara saja, berilah dia kekuatan).

Makhluk supernatural diminta agar menjaga para peserta ritual Iraw Tengkayu

dari gangguan makhluk supernatural yang jahat dengan kebaikan. Para peserta

ritual Iraw Tengkayu memakai pakaian adat hanya sementara saja selama proses

ritual Iraw Tengkayu berlangsung, setelah itu para peserta akan melepas pakaian

adat mereka. Berilah mereka kekuatan dalam melaksanakan tugas mereka dalam

ritual Iraw Tengkayu.

Dalam ritual Iraw Tengkayu di kota Tarakan biasanya ada saja para penari

yang kerasukan, karena menurut makhluk supernatural baju yang dipakai penari

adalah baju miliknya. Kadang pula ada yang kerasukan karena hal lain misal

makhluk supernatural akan mengucapkan terima kasih atas sesaji yang diberikan

kepadanya dengan cara merasuki tubuh seseorang.

Tabel 4.24 Mantra Saat Padaw Tuju Dulung akan Menuju Tempat
Prosesi Ritual Iraw Tengkayu

No. Data Simbol Makna Interpretasi


b. Tuturan Hai yadu yaki Hai nenek kakek Pawang Padaw
(MPPTD. 2) nitak mu nio berilah Tuju Dulung
kelancaran dan kelancaran dan memohon pada
keselamotan keselamatan makhluk
dalom dalan dalam perjalanan supernatural agar di
menuju menuju tempat berikan kelancaran
keramaian Iraw dilaksanakannya dan keselamatan
Tengkayu. ritual Iraw dalam perjalanan
Tengkayu. menuju tempat
dilaksanakan ritual
51

Iraw Tengkayu.

Hai yadu yaki nitak mu nio kelancaran dan keselamotan dalom dalan

menuju keramaian Iraw Tengkayu (hai nenek kakek berilah kelancaran dan

keselamatan dalam perjalanan menuju tempat dilaksanakannya ritual Iraw

Tengkayu). Pawang Padaw Tuju Dulung memohon pada makhluk supernatural

agar dalam perjalanan Padaw Tuju Dulung menuju tempat prosesi ritual Iraw

Tengkayu di beri kelancaran dan keselamatan. Tidak ada halangan dan rintangan

selama dalam perjalanan menuju tempat prosesi ritual Iraw Tengkayu. Tempat

prosesi ritual Iraw Tengkayu dilaksanakan di pantai amal lama, karena ritual Iraw

Tengkayu berhubungan dengan laut jadi tempat yang strategis untuk ritual Iraw

Tengkayu adalah pantai amal lama.

Tabel 4.25 Mantra Ketika Berhenti di Beberapa Tempat yang di


Anggap Kramat

No. Data Simbol Makna Interpretasi


c. Tuturan Hai yadu yaki Hai nenek kakek Biasa sehari
(MPPTD. 3) gitu nio batamu inilah punyamu sebelum Padaw
jenagamu nio jagalah kampung Tuju Dulung di
pagun gitu maya ini dengan lepas, Padaw Tuju
kebaikan, sama kebaikan, jangan Dulung akan di arak
sampoi sino sampai ada keliling kota
musibah, sama musibah, jangan Tarakan dengan
sampoi sino sampai ada iring-iringan peserta
bahaya, bahaya, dari berbagai
mudahan rezeki. mudahkanlah kalangan.
Damo nitak rezeki. Kamu
maya penduduk kasih sama
pagun gitu, penduduk
jenaga mu nio kampong ini,
52

sama sampoi kamu jagalah


pagun gitu jangan sampai
nelalob musibah. kampong ini di
tenggelami
dengan musibah.

Biasa sehari sebelum Padaw Tuju Dulung di lepas, Padaw Tuju Dulung

akan diarak keliling kota Tarakan dengan iring-iringan peserta dari berbagai

kalangan. Dalam perjalanan para pawang Padaw Tuju Dulung berhenti di

beberapa tempat yang dianggap kramat atau sering terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan, di tempat itu pawang melakukan prosesi ritual adat dengan menaruh

sesaji berupa sebutir telur, beras kuning, rokok dan ungkol. Pawang Padaw Tuju

Dulung juga membaca mantra agar tempat yang di beri sesaji tidak terjadi lagi

hal-hal yang tidak diinginkan.

Hai yadu yaki gitu nio batamu jenagamu nio pagun gitu maya kebaikan,

sama sampoi sino musibah, sama sampoi sino bahaya (Hai nenek kakek inilah

punyamu jagalah kampung ini dengan kebaikan, jangan sampai ada musibah,

jangan sampai ada bahaya). Pawang Padaw Tuju Dulung memohon pada

makhluk supernatural yang menghuni tempat yang dianggap kramat agar tempat

yang dihuninya di jaga dengan sebaik-baiknya. Jangan sampai ada musibah yang

melanda tempat tersebut. Jangan sampai ada bahaya yang datang di tempat

tersebut.

Mudahan rezeki, damo nitak maya penduduk pagun gitu, jenaga mu nio

sama sampoi pagun gitu nelalob musibah (mudahkanlah rezeki, kamu kasih

sama penduduk kampung ini, kamu jagalah jangan sampai kampung ini di
53

tenggelami dengan musibah). Pawang Padaw Tuju Dulung meminta agar

penduduk kampung tersebut di mudahkan rezekinya dan jangan sampai kampung

tersebut di timpa musibah. Tempat yang biasa di beri sesaji dalam perjalanan

menuju tempat prosesi ritual Iraw Tengkayu, yaitu lampu merah simpang tiga,

jalan dekat taman oval lingkas ujung, jembatan telaga kramat, dan gerbang

kampus Universitas Borneo Tarakan.

Tabel 4.26 Mantra Saat Tiba di Tempat Prosesi Ritual Iraw Tengkayu
di Pantai Amal Lama

No. Data Simbol Makna Interpretasi


d. Tuturan Hai yadu yaki Hai nenek kakek Sesampai di pantai
(MPPTD. 4) terimo kasih terima kasih amal lama pawang
karna pango karena sudah Padaw Tuju Dulung
ngitak memberikan juga membaca
kelancaran dan kelancaran dan mantra
selamot dalam keselamatan mengucapkan
perjalanan tad dalam perjalanan terima kasih kepada
baloi sampoi dari rumah makhluk
baya intugos sampai tempat supernatural.
keramaian Iraw ritual Iraw
Tengkayu. Tengkayu.

Sesampai di pantai amal lama pawang Padaw Tuju Dulung juga membaca

mantra. Hai yadu yaki terimo kasih karna pango ngitak kelancaran dan selamot

dalam perjalanan tad baloi sampoi baya intugos keramaian Iraw Tengkayu (Hai

nenek kakek terima kasih karena sudah memberikan kelancaran dan keselamatan

dalam perjalanan dari rumah sampai tempat ritual Iraw Tengkayu) pawang Padaw

Tuju Dulung mengucapkan terima kasih karena selama dalam perjalanan dari
54

rumah sampai tempat prosesi ritual Iraw Tengkayu di pantai amal lama di beri

kelancaran dan keselamatan.

Tabel 4.27 Mantra Saat Mengisi Sesaji

No. Data Simbol Makna Interpretasi


e. Tuturan Hai yadu yaki Hai nenek kakek Sebelum mengisi
(MPPTD. 5) gitu nio ini adalah sesaji pawang
niakanmua, makananmu, saya meminta izin.
malok maaf minta maaf kalau
damo kasino ada kesalahan
kesalahan anak anak dan cucumu
ingkupumu saya minta
damo malok ampun, atas
ampun, kasino keganjilan atau
keganjilan atau kesalahan saya
kesalahan damo minta maaf minta
malok maaf ampun.
malok ampun.

Saat mengisi sesaji pawang Padaw Tuju Dulung mengucapkan mantra

agar dalam mengisi tidak ada hambatan. Hai yadu yaki gitu nio niakanmua,

malok maaf damo kasino kesalahan anak ingkupumu damo malok ampun, kasino

keganjilan atau kesalahan damo malok maaf malok ampun (hai nenek kakek ini

adalah makananmu, saya minta maaf kalau ada kesalahan anak dan cucumu saya

minta ampun, atas keganjilan atau kesalahan saya minta maaf minta ampun)

pawang Padaw Tuju Dulung meminta maaf jika isi sesaji terdapat kekurangan.

Mengisi sesaji di meligay dilakukan pada malam hari oleh ketua pawang

Padaw Tuju Dulung. Menurut informan saat mengisi sesaji makhluk

supernatural sudah berdatangan melihat pawang mengisi sesaji.


55

Tabel 4.28 Mantra Ketika Padaw Tuju Dulung Akan di Lepas ke Laut

No. Data Simbol Makna Interpretasi


f. Tuturan Hai yadu yaki Hai nenek kakek Sebelum Padaw
(MPPTD. 6) gitu nio anak ini anak cucu mu Tuju Dulung di
ingkupu mu gitu kami lepas pawang
nio persembahkan ini membaca mantra
persembahan untuk kamu, memberi tahu
damo maya de sebagai tanda makhluk
miyu, tanda bukti kami. supernatural
bukti damo. Permisi kami bahwa sesaji ini
Permisi damo nenek kakek ini adalah untuk
yadu yaki gitu kami kasih kalian semua dari
damo ngitak makanan kamu. penduduk kota
niakan miyu. Tolonglah kasih Tarakan.
Tolong nitak kami kebaikan
muyu kebaikan menjaga seluruh
maya damo kota Tarakan ini.
jenagamu Inilah yang kami
ngengai kota kasih jangan
tarakan gitu. kamu ganggu
Gitu noi yang kami ini anak
nitak damo samo cucu mu. Beri
ko ngacau damo keselamatanlah
anak ingkupumu. kami, jauhilah
Senolamot muyu kami dari bahaya,
nio penetawoy lindungilah kami
mu nio damo tad dengan kebaikan,
bahaya, mudahkanlah
nelindungmu kami rezeki
damo maya dengan kebaikan,
kebaikan, inilah yang kami
penegampang beri sama kamu
mu nio rezeki sebagai
maya kebaikan, persembahan
gitu nio yang kami. Inilah
nitak damo makanan untuk
mayaa de miyu bekal kamu
untuk berangkat, kalau
persembahan ada kekurangan
56

damo. Niakan kami minta maaf


untuk lutu muyu minta ampun,
berangkat, kalau ada
kasino kesalahan kami.
kekurangan
damo malok
maaf malok
ampun kasino
kesalahan damo.

Sebelum Padaw Tuju Dulung di lepas para pawang Padaw Tuju Dulung

melakukan prosesi adat. Pawang ulun de laki (sebutan untuk pawang laki-laki)

membakar kemenyan untuk memanggil makhluk supernatural lalu ketua pawang

Padaw Tuju Dulung membaca doa tolak bala setelah itu seluruh pawang

mengelilingi Padaw Tuju Dulung sebanyak tiga kali sambil membawa menyan

dan melempar air tepung tawar dengan menggunakan bunga dan daun yang

berbau wangi yang meliputi, bunga mawar, bunga melati, bunga kenanga, bunga

susuk kantil, bunga pengantin, bunga kertas, kembang pecah-pecah, daun

srimbangun, daun pandan, daun dilam dan daun selasih. Bunga dan daun yang

berbau wangi ini adalah kesukaaan dari makhluk supernatural. Dalam

mengelilingi Padaw Tuju Dulung ketua pawang membaca mantra Hai yadu yaki

gitu nio anak ingkupu mu gitu nio persembahan damo maya de miyu, tanda bukti

damo (Hai nenek kakek ini anak cucu mu kami persembahkan ini untuk kamu,

sebagai tanda bukti kami) hai nenek dan kakek ini adalah persembahan untuk

kalian semua dari penduduk kota Tarakan ini sebagai tanda bukti.

Permisi damo yadu yaki gitu damo ngitak niakan miyu (permisi kami

nenek kakek ini kami kasih makanan kamu) kami semua mohon permisi nenek
57

kakek ini kami persembahkan makanan untuk kalian. Tolong nitak muyu kebaikan

maya damo jenagamu ngengai kota tarakan gitu (tolonglah kasih kami kebaikan

menjaga seluruh kota Tarakan ini) kamu tolonglah seluruh penduduk kota

Tarakan ini dengan kebaikan. Gitu noi yang nitak damo samo ko ngacau damo

anak ingkupumu (inilah yang kami kasih jangan kamu ganggu kami ini anak cucu

mu) inilah semua yang kami berikan sama kalian janganlah kalian menganggu

penduduk kota Tarakan ini. Senolamot muyu nio penetawoy mu nio damo tad

bahaya, nelindungmu damo maya kebaikan, penegampang mu nio rezeki maya

kebaikan, gitu nio yang nitak damo mayaa de miyu untuk persembahan damo

(beri keselamatanlah kami, jauhilah kami dari bahaya, lindungilah kami dengan

kebaikan, mudahkanlah kami rezeki dengan kebaikan, inilah yang kami beri sama

kamu sebagai persembahan kami) berikanlah seluruh penduduk kota Tarakan ini

keselamatan, jauhkan dari bahaya, lindungilah dengan kebaikan. Berilah

kemudahan dalam mencari rezeki.

Niakan untuk lutu muyu berangkat, kasino kekurangan damo malok maaf

malok ampun kasino kesalahan damo (inilah makanan untuk bekal kamu

berangkat, kalau ada kekurangan kami minta maaf minta ampun, kalau ada

kesalahan kami) ini semua persembahan untuk bekal kamu dalam perjalanan

pulang, jika ada kekurangan seluruh penduduk kota Tarakan meminta maaf dan

ampun. Menurut ketua pawang Padaw Tuju Dulung makhluk supernatural yang

datang dalam ritual Iraw Tengkayu kota Tarakan berasal dari berbagai daerah.

Makhluk supernatural hadir untuk bersama-sama menikmati persembahan yang

telah di berikan oleh penduduk kota Tarakan. Walaupun jumlah persembahan


58

tidak begitu banyak tapi bagi makhluk supernatural itu sudah cukup untuk

makanan mereka.

Setelah melakukan prosesi adat dan Padaw Tuju Dulung dikelilingi

sebanyak tiga kali, Padaw Tuju Dulung siap di lepas. Barisan paling depan dari

arak-arakan menuju laut secara adat adalah barisan bagi para pemimpin, pemuka,

dan tokoh adat. Barisan kedua adalah pembawa panji, terdapat dua barisan

pembawa panji masing-masing barisan berjumlah sepuluh. Lalu diikuti Padaw

Tuju dulung yang dipikul oleh tujuh orang dibagian kanan dan kiri lunas Padaw

Tuju Dulung, di belakang Padaw Tuju Dulung terdapat dua orang pembawa panji,

lalu para pemain hadrah sebanyak tiga puluh orang, di ikuti lagi oleh dua

pembawa panji, dan di ikuti oleh para pengunjung. Arak-arakan terus berjalan

menuju laut, sampai batas badan manusia Padaw Tuju Dulung berhenti lalu di

putar sebanyak tiga kali lalu di lepas. Padaw Tuju Dulung akan berlayar menuju

laut kaljum, di tengah laut kaljum terdapat pusaran air dan ditengah pusaran air

terdapat kayu yang berdiri tegak yang bernama kayu jangi. Konon kayu jangi

adalah pusat bumi, dan kesanalah Padaw Tuju Dulung akan berlayar.
59

BAB V
PENUTUP

Berdasarkan pembahasan dalam tiap bab, maka dalam bab penutup ini

penulis akan memberikan kesimpulan dan saran yang terkait dengan pembahasan

yang telah diuraikan dalam bab-bab sebelumnya.

A. Kesimpulan

Setelah penulis meneliti ritual Iraw Tengkayu di kota Tarakan, kemudian

memaknai tanda-tanda yang terdapat dalam ritual Iraw Tengkayu dengan

menggunakan teori segitiga makna Charles Sander Pierce.

1. Bagian-Bagian pada Padaw Tuju Dulung dalam Ritual Iraw Tengkayu di


Kota Tarakan

Padaw Tuju Dulung (perahu tujuh haluan) pada ritual Iraw Tengkayu

kota Tarakan memiliki banyak bagian. Padaw Tuju Dulung memiliki banyak

bagian, akan tetapi tidak semua bagian pada Padaw Tuju Dulung memiliki

makna. Padaw Tuju Dulug sudah dirancang oleh leluhur suku Tidung dan

makna yang terdapat pada bagian Padaw Tuju Dulung memang di buat oleh

leluhur suku Tidung. Bagian pada Padaw Tuju Dulung yang tidak memiliki

makna hanya digunakan agar Padaw Tuju Dulung menjadi menarik.


60

2. Macam-Macam Pakan (sesaji) dalam Ritual Iraw Tengkayu di Kota Tarakan

Pakan dalam ritual Iraw Tengkayu memiliki banyak macam. Setiap

sesaji memiliki makna tertentu, yang telah di buat oleh leluhur suku Tidung.

Pakan tidak bisa diubah, karena sudah menjadi adat istiadat. Pakan ini di buat

sebagai sesembahan kepada makhluk supernatural khususnya yang berada di

laut.

3. Doa yang Diucapkan Pawang Padaw Tuju Dulung dalam Ritual Iraw
Tengkayu di Kota Tarakan

Dalam ritual Iraw Tengkayu pawang Padaw Tuju Dulung

menggunakan doa-doa Islam. Penggunaan doa-doa Islam karena suku Tidung

mayoritas beragama Islam sejak pemerintahan raja Bengawan, raja suku

Tidung yang pertama beragama Islam.

4. Mantra Pawang Padaw Tuju Dulung dalam Ritual Iraw Tengkayu di Kota
Tarakan

Pawang Padaw Tuju Dulung menggunakan mantra-mantra berbahasa

Tidung. Mantra–mantra diucapkan sebagai suatu permohonan, ucapan

permisi, dan permintaan maaf. Menggunakan bahasa Tidung karena memang

sudah menjadi tradisi di setiap daerah bila berkomunikasi dengan makhluk

supernatural dari daerah tertentu menggunakan bahasa daerah asal makhluk

supernatural.
61

B. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan di atas, maka penulis mengemukakan

saran-saran sebagai berikut :

1. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat menjadi referensi bagi para

pembaca yang ingin mengetahui ritual Iraw Tengkayu di kota Tarakan.

2. Penulis juga berharap agar hasil dari penelitian ini dapat menjadi masukkan

bagi pembaca yang ingin meneliti hal serupa.


62

DAFTAR PUSTAKA

Akbarsyah. 2002. Iraw Tengkayu Pantai Amal Refleksi Asset Pariwisata Kota
Tarakan. Tarakan.

BPS kota Tarakan. 2012. Kota Tarakan Dalam Angka. Tarakan: BPS kota
Tarakan

Hanafiyah, Muhammad. 2009. Berdoalah dengan Surat dan Ayat yang Paling
Mudah. Jakarta: PT. Buku Kita.

Hoed, Benny. 2014. Semiotika dan Dinamika Sosial Budaya. Depok: Komunitas
Bambu.

Liliweri, Alo. 2014. Pengantar Ilmu Studi. Bandung: Nusa Media.

Moleong, Lexy. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia.

Rahman, Fatkhur. 2006. Himpunan Doa dan Dzikir. Surabaya: Pustaka Media.

Rusmana, Dadan. 2014. Filsafat Semiotik. Bandung: Pustaka Setia.

Sabran, H. Ja’far. Risalah Doa. Surabaya: P.P Alawy.

Sugono, Dendi at all. 2012. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia

Widyosiswoyo, Supartono. 2006. Sejarah Kebudayaan Indonesia. Jakarta:


Universitas Trisakti.

Kota Tarakan. Diunduh http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Tarakan. Diakses pada


hari senin, 29 September 2014 jam 12 lewat 3 menit WITA

Mengenal budaya unik Iraw Tengkayu Tarakan Kalimantan Timur. Diunduh


http://.kaskus.co.id/thread/5087efdee974b4e14a000004/mengenal-budaya-
unik-iraw-tengkayu-tarakan-kalimantan-timur. Diakses pada hari Sabtu,
11 Oktober 2014 jam 10 lewat 23 menit WITA.

Profil dan peta kota Tarakan. Diunduh


http://www.kemendagri.go.id/pages/profil-
daerah/kabupaten/id/64/name/kalimantan-timur/detail/6473/kota-tarakan
Diakses pada hari senin, 29 September 2014 jam 11 lewat 4 menit WITA.
63

Ta’awudz adalah bacaan memohon perlindungan kepada Allah SWT dari


gangguan syaitan Diunduh (http://www.jadipintar.com/2014) hari kamis 2
April 2015 jam 15 lewat 21 menit WITA.
LAMPIRAN
65

Iraw Tengkayu merupakan salah satu ritual masyarakat suku Tidung di

Kota Tarakan, ritual ini sendiri merupakan ritual menghanyutkan Padaw Tuju

Dulung. Berikut adalah bagian-bagian dari Padaw Tuju Dulung :

tarakantourism.co.id
Gambar Padaw Tuju Dulung

1. Bagian-Bagian pada Padaw Tuju Dulung dalam Ritual Iraw Tengkayu di


Kota Tarakan (PTD)

a. Panji tekalak

b. Haluan Padaw Tuju Dulung (simbolik)

c. Panji dulung
66

d. Panji gantung

e. Sambulayang (simbolik)

f. Tiang penyangga atap Padaw Tuju Dulung (simbolik)

g. Pari-pari (simbolik)

h. Meligay (simbolik)

i. Pakan (simbolik)

j. Panji gantung buritan

k. Panji ulin

l. Tabu-tabur (simbolik)

m. Panji kapi (simbolik)


67

2. Macam-Macam Pakan (sesaji) dalam Ritual Iraw Tengkayu di Kota


Tarakan (PRIT)

10

8
2

5
6 3
Gambar Sesaji dalam Ritual Iraw Tengkayu

a. Ayam (simbolik)

b. Ketan (simbolik)

c. Telur (simbolik)

d. Pisang hijau (simbolik)

e. Ungkol (simbolik)

f. Kirai (simbolik)

g. Air minum (simbolik)


68

h. Boneka raja dan putri (simbolik)

i. Raja besila (simbolik)

j. Tempat tidur, bantal dan guling (simbolik)


69

Catatan Lapangan Hasil Wawancara

Masalah : 1 (Haluan Padaw Tuju Dulung)

Kode : CL/W/M.01/DN/24.10.2014

Tempat : Rumah Bapak Datu Norbeck

Hari dan Tanggal : Jum’at, 24 Oktober 2014

Nama Informan : Datu Norbeck

Metode : Wawancara

Wawancara dilakukan pada pukul 16.58 wita. Sebelumnya, peneliti

meminta izin kepada Bapak Datu Norbeck untuk bersedia diwawancarai. Beliau

adalah seorang budayawan asli kota Tarakan dan beliau adalah pemimpin

sanggar paguntaka. Beliau juga pembuat Padaw Tuju Dulung dalam ritual Iraw

Tengkayu kota Tarakan. Hasil wawancara sebagai berikut:

P : Assalamualaikum.

DN : Walaikumsalam.

P : Permisi Pak, saya Nurul Faizah mahasiswa Universitas Borneo. Saya

sedang menyusun skripsi yang berjudul Makna Simbol Budaya dalam

Ritual Iraw Tengkayu di Kota Tarakan Provinsi Kalimantan Utara

menggunakan kajian semiotik.

DN : Iya.
70

P : Menurut informasi yang saya dapat, saya bisa memperoleh informasi

tentang ritual Iraw Tengkayu di kota Tarakan khususnya tentang Padaw

Tuju Dulung dari Bapak.

DN : Iya-iya bisa.

P : Begini Pak, saya ingin mengajukan pertanyaan tentang ritual Iraw

Tengkayu. Pertama Pak, mengapa haluan pada Padaw Tuju Dulung di

buat bercabang tiga dan bersusun-susun?

DN : Begini, haluan Padaw Tuju Dulung di buat bercabang tiga, haluan yang

tengah bersusun tiga dan haluan kanan dan kiri masing-masing bersusun

dua. Pada Padaw Tuju Dulung terdapat tujuh buah haluan. Menurut suku

Tidung haluan Padaw Tuju Dulung berjumlah tujuh karena jumlah hari

dalam satu minggu berjumlah tujuh. Dalam satu minggu ini merupakan

siklus yang harus dilalui oleh para nelayan suku Tidung dalam usaha

mereka meraih rezeki di laut. Warna haluan terbawah berwarna merah,

yang tengah hijau dan haluan tertinggi berwarna kuning. Artinya hanya

ada satu penguasa alam semesta Allah SWT.


71

Catatan Lapangan Hasil Wawancara

Masalah : 2 (Sambulayang)

Kode : CL/W/M.02/DN/24.10.2014

Tempat : Rumah Bapak Datu Norbeck

Hari dan Tanggal : Jum’at, 24 Oktober 2014

Nama Informan : Datu Norbeck

Metode : Wawancara

P : Apa nama dan arti dari kain berwarna kuning yang tergantung di haluan

Padaw Tuju Dulung?

DN : Kain yang tergantung itu bernama sambulayang. Terdapat dua

sambulayang yang menghiasi haluan Padaw Tuju Dulung. Sambulayang

ini konon hanya ada pada kendaraan dewa yang digunakan untuk terbang.

Sambulayang ini melambangkan kehormatan.


72

Catatan Lapangan Hasil Wawancara

Masalah : 3 (Tiang Penyangga Atap Padaw Tuju Dulung)

Kode : CL/W/M.03/DN/24.10.2014

Tempat : Rumah Bapak Datu Norbeck

Hari dan Tanggal : Jum’at, 24 Oktober 2014

Nama Informan : Datu Norbeck

Metode : Wawancara

P : Mengapa tiang yang menyangga atap pada Padaw Tuju Dulung

berjumlah lima?

DN : Tiang pada Padaw Tuju Dulung berjumlah lima karena menurut

menurut leluhur suku Tidung melambangkan solat lima waktu. Leluhur

suku Tidung mengenal agama islam sejak pemerintahan raja Tidung yang

pertama menganut agama islam yaitu raja Bengawan (1236-1280).

P : Mengapa pada tiangnya di beri kain berwarna kuning, hijau, dan merah?

DN : Kain yang melilit pada tiang penyangga itu namanya ular malili. Berarti

kain yang menghias tiang penyangga agar nampak lebih menarik, dan

warna-warnanya pun tetap menggunakan warna kuning, hijau, dan

merah.
73

Catatan Lapangan Hasil Wawancara

Masalah : 4 (Pari-Pari)

Kode : CL/W/M.04/DN/24.10.2014

Tempat : Rumah Bapak Datu Norbeck

Hari dan Tanggal : Jum’at, 24 Oktober 2014

Nama Informan : Datu Norbeck

Metode : Wawancara

P : Mengapa atap Padaw Tuju Dulung berwarna kuning Pak?

DN : Sebenarnya atap Padaw Tuju Dulung itu bernama pari-pari. Pari-pari ini

di ambil dari filosofi ikan pari yang jika terkena pancing nelayan ikan pari

tidak akan naik dan tetap mempertahankan diri di dasar laut. Ikan pari

teguh pada pendiriannya.


74

Catatan Lapangan Hasil Wawancara

Masalah : 5 (Meligay)

Kode : CL/W/M.05/DN/24.10.2014

Tempat : Rumah Bapak Datu Norbeck

Hari dan Tanggal : Jum’at, 24 Oktober 2014

Nama Informan : Datu Norbeck

Metode : Wawancara

P : Rumah-rumahan di atas Padaw Tuju Dulung berguna untuk apa Pak?

DN : Rumah-rumahan di atas Padaw Tuju Dulung itu namanya meligay.

Meligay merupakan sebuah rumah-rumahan yang dirancang sedemikian

rupa menurut tata cara adat dan merupakan tempat untuk meletakkan

pakan. Meligay melambangkan tempat yang dihormati atau bangunan

yang istimewa.
75

Catatan Lapangan Hasil Wawancara

Masalah : 6 (Pakan)

Kode : CL/W/M.06/DN/24.10.2014

Tempat : Rumah Bapak Datu Norbeck

Hari dan Tanggal : Jum’at, 24 Oktober 2014

Nama Informan : Datu Norbeck

Metode : Wawancara

P : Apa saja isi sesaji dalam ritual Iraw Tengkayu ini Pak?

DN : Seperangkat sesajen dalam bahasa Tidung disebut pakan. Pakan terdiri

dari ayam, ketan, telur, rokok, air minum, raja besila, pisang hijau,

ungkol, boneka raja dan permaisuri dan replika tempat tidur. Pakan

merupakan sesembahan untuk makhluk supernatural agar tidak

menganggu manusia.
76

Catatan Lapangan Hasil Wawancara

Masalah : 7 (Tabu-Tabur)

Kode : CL/W/M.07/DN/24.10.2014

Tempat : Rumah Bapak Datu Norbeck

Hari dan Tanggal : Jum’at, 24 Oktober 2014

Nama Informan : Datu Norbeck

Metode : Wawancara

P : Mengapa pada dinding Padaw Tuju Dulung terdapat hiasan berbentuk

bintang?

DN : Hiasan berbentuk bintang bersudut delapan ini melambangkan delapan

penjuru mata angin. Berarti orang-orang yang datang menghadiri ritual

Iraw Tengkayu ini berasal dari mana-mana.


77

Catatan Lapangan Hasil Wawancara

Masalah : 8 (Panji Kapi)

Kode : CL/W/M.08/DN/24.10.2014

Tempat : Rumah Bapak Datu Norbeck

Hari dan Tanggal : Jum’at, 24 Oktober 2014

Nama Informan : Datu Norbeck

Metode : Wawancara

P : Bendera yang berada di pinggir kapal?

DN : Bendera itu namanya panji kapi. Kapi adalah bagian samping dari

sebuah perahu. Panji kapi berarti panji yang melambangkan pelindung

seisi Padaw Tuju Dulung dari ombak atau mara bahaya.


78

Catatan Lapangan Hasil Wawancara

Masalah : 9 (Ayam)

Kode : CL/W/M.09/N/26.03.2015

Tempat : Rumah Ibu Nikmah

Hari dan Tanggal : Kamis, 26 Maret 2015

Nama Informan : Nikmah

Metode : Wawancara

Wawancara dilakukan pada pukul 13.00 wita. Sebelumnya, peneliti

meminta izin kepada Ibu Nikmah untuk bersedia diwawancarai. Beliau adalah

ketua dari ke lima pawang Padaw Tuju Dulung. Hasil wawancara sebagai

berikut:

P : Assalamualaikum.

N : Walaikumsalam.

P : Permisi Bu, saya Nurul Faizah mahasiswa Universitas Borneo. Saya

sedang menyusun skripsi yang berjudul Makna Simbol Budaya dalam

Ritual Iraw Tengkayu di Kota Tarakan provinsi Kalimantan Utara

menggunakan kajian semiotik.

N : Iya.

P : Menurut informasi yang saya dapat, saya bisa memperoleh informasi

tentang ritual Iraw Tengkayu di kota Tarakan khususnya tentang mantra-


79

mantra yang di ucapkan dalam ritual Iraw Tengkayu kota Tarakan dari

ibu.

DN : Iya-iya bisa.

P : Begini Bu, saya ingin mengajukan pertanyaan tentang ritual Iraw

Tengkayu. Pertama Bu, mengenai isi sesajinya.

N : Isi dalam sesaji ada ayam. Ayam yang di panggang harus jantan dan

yang masih hidup betina. Ayam digunakan dalam sesaji melambangkan

sebagai penganti badan anak cucu. Jangan sampai ada anak cucu kota

Tarakan ini di ambil oleh makhluk supernatural.


80

Catatan Lapangan Hasil Wawancara

Masalah : 10 (Ketan)

Kode : CL/W/M.10/N/26.03.2015

Tempat : Rumah Ibu Nikmah

Hari dan Tanggal : Kamis, 26 Maret 2015

Nama Informan : Nikmah

Metode : Wawancara

P : Mengapa ketan dalam sesaji berwarna-warni?

N : Warna ketan dalam sesaji itu ada kuning, hijau, merah, putih, dan hitam.

Warna-warna itu sama dengan warna baju yang digunakan oleh makhluk

supernatural. Warna-warna itu juga merupakan perlambang, warna hijau

dan kuning ditujukan untuk para dewa. Ketan berwarna hijau dalam

sesaji letaknya di tengah-tengah. Warna merah ditujukan untuk yang

jahat dan pemarah, warna putih ditujukan untuk yang mempunyai hati

bersih dan baik hati, dan warna hitam ditujukan untuk iblis. Ketannya

juga ada yang sudah dimasak dan masih mentah.


81

Catatan Lapangan Hasil Wawancara

Masalah : 11 (Telur)

Kode : CL/W/M.11/N/26.03.2015

Tempat : Rumah Ibu Nikmah

Hari dan Tanggal : Kamis, 26 Maret 2015

Nama Informan : Nikmah

Metode : Wawancara

P : Mengapa dalam sesaji menggunakan telur?

N : Telur itu digunakan untuk makanan makhluk supernatural. Biasanya

untuk kembaran manusia dari bangsa supernatural. Jika seseorang

mempunyai keturunan atau kembaran dari bangsa supernatural, orang

tersebut harus memberi makan setiap setahun sekali. Jika seseorang

tersebut lupa atau memang tidak mau memberi makan, seseorang tersebut

bisa terkena penyakit. Jika di bawa kemana-mana tidak akan sembuh.

Biasanya keluarga yang sedang sakit akan memanggil seorang dukun

untuk melakukan ritual besitan.

P : Apa itu ritual besitan Bu?

N : Ritual itu sudah dilakukan oleh leluhur suku Tidung. Ritual besitan

dilakukan oleh seorang dukun, dalam ritual ini dukun akan mengalami

kesurupan sambil menari-nari dengan diiringi oleh nyanyian dan tabuhan

rebana. Tujuan ritual besitan menurut kepercayaan suku Tidung dahulu


82

kala adalah memohon kepada makhluk supernatural agar mengusir roh

jahat atau setan yang merasuki tubuh yang sedang sakit. Dengan ritual

besitan diharapkan yang sedang sakit menjadi sembuh setelah di beri

jampi-jampi dan disertai dengan ramuan obat-obatan tradisional. Dalam

keadaan kesurupan itu ada saja permintaan yang terucap dari mulut dukun.

Permintaan itu merupakan permintaan dari makhluk supernatural. Ritual

besitan ini bisa berlangsung sampai tujuh hari.


83

Catatan Lapangan Hasil Wawancara

Masalah : 12 (Pisang Hijau)

Kode : CL/W/M.12/N/26.03.2015

Tempat : Rumah Ibu Nikmah

Hari dan Tanggal : Kamis, 26 Maret 2015

Nama Informan : Nikmah

Metode : Wawancara

P : Mengapa dalam sesaji menggunakan pisang?

N : Pisang yang digunakan dalam sesaji itu pisang hijau. Jumlahnya harus

ganjil. Pisang hijau itu merupakan makanan dari makhluk supernatural.

Berjumlah ganjil karena lambang dari rezeki yang bertambah, jumlah

genap lambang rezeki yang pas-pasan.


84

Catatan Lapangan Hasil Wawancara

Masalah : 13 (Ungkol)

Kode : CL/W/M.13/N/26.03.2015

Tempat : Rumah Ibu Nikmah

Hari dan Tanggal : Kamis, 26 Maret 2015

Nama Informan : Nikmah

Metode : Wawancara

P : Mengapa dalam sesaji menggunakan sirih?

N : Sirih itu disebut ungkol, yaitu daun sirih yang dalamnya di isi gambir

dan pinang lalu di tutup. Ungkol itu ditujukan untuk makhluk

supernatural yang berjenis perempuan.


85

Catatan Lapangan Hasil Wawancara

Masalah : 14 (Kirai)

Kode : CL/W/M.14/N/26.03.2015

Tempat : Rumah Ibu Nikmah

Hari dan Tanggal : Kamis, 26 Maret 2015

Nama Informan : Nikmah

Metode : Wawancara

P : Mengapa dalam sesaji menggunakan rokok?

N : Rokok itu disebut kirai. Biasa kirai di buat seratus batang, kirai terbuat

dari tembakau lempeng. Kirai ini ditujukan untuk makhluk supernatural

yang berjenis laki-laki.


86

Catatan Lapangan Hasil Wawancara

Masalah : 15 (Air Minum)

Kode : CL/W/M.15/N/26.03.2015

Tempat : Rumah Ibu Nikmah

Hari dan Tanggal : Kamis, 26 Maret 2015

Nama Informan : Nikmah

Metode : Wawancara

P : Mengapa dalam sesaji menggunakan air minum?

N : Air minum dalam sesaji di sediakan lima gelas, air minum ini sebagai

minuman untuk makhluk supernatural.


87

Catatan Lapangan Hasil Wawancara

Masalah : 16 (Boneka Raja dan Permaisuri)

Kode : CL/W/M.16/N/26.03.2015

Tempat : Rumah Ibu Nikmah

Hari dan Tanggal : Kamis, 26 Maret 2015

Nama Informan : Nikmah

Metode : Wawancara

P : Mengapa dalam sesaji di buat boneka raja dan permaisuri?

N : Boneka raja dan permaisuri itu diibaratkan sebagai raja dan permaisuri

yang hendak berlayar ke pulau seberang. Dalam sesaji juga terdapat

pengawal raja berjumlah tujuh dan dayang permaisuri yang berjumlah

tujuh pula.
88

Catatan Lapangan Hasil Wawancara

Masalah : 17 (Raja Besila)

Kode : CL/W/M.17/N/26.03.2015

Tempat : Rumah Ibu Nikmah

Hari dan Tanggal : Kamis, 26 Maret 2015

Nama Informan : Nikmah

Metode : Wawancara

P : Mengapa dalam sesaji menggunakan tempat duduk?

N : Raja besila itu sebagai tempat duduk raja dan permaisuri selama dalam

perjalanan.

P : Raja besila terbuat dari apa ya bu?

N : Raja besila itu terbuat dari kain yang dilipat-lipat lalu di bungkus

dengan kain biasanya kainnya berwarna kuning.


89

Catatan Lapangan Hasil Wawancara

Masalah : 18 (Tempat Tidur, Bantal, dan Guling)

Kode : CL/W/M.18/N/26.03.2015

Tempat : Rumah Ibu Nikmah

Hari dan Tanggal : Kamis, 26 Maret 2015

Nama Informan : Nikmah

Metode : Wawancara

P : Mengapa dalam sesaji terdapat tempat tidur, bantal, dan guling?

N : Tempat tidur, bantal, dan guling itu sebagai tempat untuk beristirahat

bagi raja dan permaisuri.


90

Foto pada saat wawancara dengan Bapak Datu Norbeck

Foto pada saat wawancara dengan Ibu Nikmah


91

Data Informan I

Nama : Datu Norbeck

Tempat/Tanggal Lahir : Tarakan/14 Mei 1958

Alamat : Jl. Cenderawasih Gang Paguntaka RT. 12 Kelurahan

Karang Anyar Pantai Kecamatan Tarakan Barat

Agama : Islam

Pekerjaan : Seniman

Data Informan II

Nama : Nikmah

Tempat/Tanggal Lahir : Tarakan/31 Desembar 1966

Alamat : Belakang kantor BAZ Gang Aki Kudang RT.5

Kelurahan Selumit Kecamatan Tarakan Barat

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga


RIWAYAT HIDUP

Penulis, Nurul Faizah lahir pada tanggal 20 Maret

1993 di kota Tarakan. Merupakan anak ketiga dari empat

bersaudara, dari pasangan Bapak Nur Hasan dan Ibu

Murtini.

Memulai pendidikan pada tahun 1997 di Taman Kanak-Kanak Islam

Handayani Tarakan. Melanjutkan tahun 1998 di Sekolah Dasar Negeri 002

Tarakan, memperoleh ijazah tahun 2004. Kemudian melanjutkan sekolah

Menengah Pertama Negeri 5 Tarakan, lulus pada tahun 2007, meneruskan

pendidikan ke Sekolah Menengah Atas Hang Tuah Tarakan, selesai pada tahun

2010.

Pendidikan tinggi dimulai pada tahun 2010 di Universitas Borneo

Tarakan pada Fakultas Keguruan dan ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia. Pada tahun 2014 melaksanakan Kuliah Kerja Nyata

(KKN) di kelurahan Lingkas Ujung kecamatan Tarakan Timur kota Tarakan.

Melanjutkan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di Sekolah Menengah

Pertama Negeri 7 Tarakan.

Anda mungkin juga menyukai