Diajukan oleh:
YOLANDA PERMATA YANRA
NPM: 2301160380
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberi penulis kekuatan, berkat, dan kesempatan dalam menyelesaikan Karya Tulis
1. Bapak Mulyanto dan Ibu Mira Agustina selaku orang tua penulis yang
4. Bapak Fadlil Usman, Ak., M. Acc., C.A., selaku Ketua Jurusan Pajak
5. Bapak Rachmad Utomo, S.E., Ak., M.Si., C.A., selaku Ketua Program
7. Bapak Bangkit Cahyono, S.S.T., Ak., M.M., selaku Dosen Penilai II yang
Negara STAN atas ilmu yang telah diberikan selama penulis menempuh
Putri, Dian, dan Anisa yang saling memotivasi dalam kegiatan akademik
12. Rekan-rekan yang tergabung di kelas 1F, 2F, 3-13, 4-01, 5-08, dan 6-11;
13. Rekan-rekan satu bimbingan penulis yang turut memberikan masukan atas
16. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Karya
Tulis Tugas Akhir ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
vi
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat
vii
DAFTAR ISI
PERNYATAAN LULUS DARI TIM PENILAI KARYA TULIS TUGAS AKHIR . iii
DAFTAR ISI...............................................................................................................viii
DAFTAR TABEL........................................................................................................xii
BAB I ............................................................................................................................. 1
BAB II............................................................................................................................ 5
2. Visi. Misi, Tugas Pokok dan Fungsi KPP Pratama Tanjung Karang ...................... 6
3. Tindak Lanjut atas Usulan Penghapusan Piutang Pajak oleh Kepala KPP Tanjung
A. Landasan Teori....................................................................................................... 17
B. Pembahasan............................................................................................................ 29
Pajak di KPP Pratama Tanjung Karang Tahun Daluwarsa Pajak 2008-2017 Sesuai
BAB IV ........................................................................................................................ 44
A. Simpulan ................................................................................................................ 44
ix
B. Saran ...................................................................................................................... 47
LAMPIRAN ................................................................................................................. 51
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Pajak di KPP
Pajak
1997
2007
2017
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
Pajak menurut pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang
Umum dan Tata Cara Perpajakan ialah kontribusi wajib kepada negara yang terutang
oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
Pajak memiliki dua fungsi, yakni fungsi anggaran (budgetair) dan dan fungsi
mengatur (regulerend) (Mardiasmo, 2016: 4). Fungsi anggaran berarti pajak berfungsi
sebagai salah satu sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-
untuk mengatur dan melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan
ekonomi. Sistem pemungutan pajak yang berlaku di Indonesia yakni self assessment
besarnya pajak yang terutang. Sehingga peran fiskus hanya mengawasi Wajib Pajak.
1
2
ayat (1) UU KUP yang menyatakan bahwa setiap Wajib Pajak wajib membayar pajak
dengan tidak menggantungkan pada adanya surat ketetapan pajak. Terdapat dua ajaran
yang mengatur timbulnya utang pajak, yaitu ajaran formil dan ajaran materiil.
surat ketetapan pajak oleh fiskus yang sejalan dengan sistem pemungutan pajak
official assessment. Ajaran materiil mengatur bahwa utang pajak timbul karena
dan perbuatan. Ajaran materiil sejalan dengan sistem pemungutan pajak self
disebabkan karena adanya beberapa kondisi yang menyebabkan piutang tidak dapat
ditagih lagi, baik bagi WP Orang Pribadi maupun WP Badan. Penghapusan piutang
usulan piutang pajak yang telah diusulkan untuk dilakukan penghapusan dari Tahun
3
Dalam karya tulis ini, penulis membatasi pembahasannya dan hanya berfokus
pada :
berlaku?
3. Kendala-kendala apa saja yang dihadapi oleh KPP Pratama Tanjung Karang
C. Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai dengan Karya Tulis Tugas Akhir ini adalah:
berlaku;
informasi mengenai masalah yang dibahas baik diambil dari buku, peraturan
mengolahnya sehingga dapat memperoleh landasan teoritis mengenai objek yang akan
mengamati dan berpartisipasi secara langsung dalam penelitian skala sosial kecil dan
mengamati budaya setempat, yaitu pengumpulan data dari KPP Pratama Tanjung
narasumber untuk memperoleh sejauh mana prosedur pengusulan piutang pajak yang
akan dihapuskan dari Tahun Daluwarsa Pajak 2008-2017 di KPP Pratama Tanjung
Karang.
BAB II
Direktorat Jenderal Pajak yang bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor
Wilayah DJP Bengkulu dan Lampung. Sejarah terbentuknya KPP Pratama Tanjung
Karang diawali dengan adanya KPP Provinsi Lampung yang berdiri pada tahun 1963
dengan status Dinas Luar Tingkat 1 Teluk Betung. Sedangkan Kantor Inspeksi
Betung merupakan kantor yang ada di bawah Kantor Inspeksi Keuangan Palembang.
Tahun 1964 Kantor Dinas Luar Tingkat 1 Teluk Betung ditingkatkan statusnya
Jenderal Pajak di tahun 1969 menyebabkan Kantor Inspeksi Keuangan Teluk Betung
5
6
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 276/1989 pada tanggal 1 April
tepatnya pada tanggal 9 September 2008, KPP Bandar Lampung diubah menjadi KPP
Pratama Tanjung Karang. KPP Tanjung Karang kemudian dipecah menjadi 4 Kantor
Pelayanan Pajak, antara lain: KPP Pratama Tanjung Karang, KPP Pratama Kedaton,
KPP Pratama Tanjung Karang berlokasi di Jalan Dr. Susilo 19, Bandar
Lampung 35214, telepon (0721) 261977 dan faximile (0721) 253004 dengan kode
wilayah 322. Sejak terbentuk tahun 2008, KPP Pratama Tanjung Karang memberikan
2. Visi. Misi, Tugas Pokok dan Fungsi KPP Pratama Tanjung Karang.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tanjung Karang mempunyai Visi dan Misi
Jenderal Pajak, KPP Pratama mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut :
Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Tidak
b) Fungsi: Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58, KPP
a. pelayanan pajak;
b. penyuluhan pajak;
h. pendataan, pemetaan Wajib Pajak dan objek pajak, penilaian dan pengenaan;
l. pemeriksaan pajak;
pajak;
Pajak yang diadministrasikan oleh KPP Pratama Tanjung Karang dapat dilihat pada
bagian lampiran.
9
Gambar II.1
Struktur Organisasi KPP Pratama Tanjung Karang
Sumber: Subbag Umum dan Kepatuhan Internal KPP Pratama Tanjung Karang
Dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir, lebih dari 40% piutang pajak
belum dilakukan upaya penagihan. Dari 35.299 kasus tunggakan piutang pajak,
sebanyak 15.049 belum dilakukan tindakan penagihan. Berarti hanya sekitar 57,36%
pemblokiran sebanyak enam kasus, penyanderaan sebanyak tiga kasus dan pelelangan
Sebanyak 491 kasus yang telah dilakukan penyitaan oleh KPP Pratama
Tanjung Karang, tercatat hanya ada enam Penanggung Pajak yang membayar
keseluruhan piutang pajaknya, sehingga masih terdapat sisa piutang pajak yang harus
dilunasi. Atas tindakan penyitaan yang dilakukan oleh KPP Pratama Tanjung Karang,
Pratama Tanjung Karang, hanya satu kasus yang berhasil mengurangi piutang pajak.
Rp15.252.889,00, sedangkan untuk tindakan pemblokiran yang lain, tidak ada jumlah
yang berkurang dari jumlah pajak yang masih harus dibayar. Jenis pajak yang
dan terdapat dua kasus yang sampai pada tahapan pelelangan, tetapi atas lelang
Pelayanan Pajak yang mengacu pada Pasal 24 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
68/PMK.03/2012 tanggal 2 Mei 2012 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Pajak
dan Penetapan Besarnya Penghapusan serta berkaitan dengan Surat Edaran Direktur
Jenderal Pajak Nomor SE-13/PJ/2013 tanggal 26 Maret 2013 tentang Tata Cara
Pengusulan dan Tindak Lanjut Penghapusan Piutang Pajak. Kepala Kantor Pelayanan
piutang pajak yang tidak dapat ditagih lagi dalam rangka pengusulan penghapusan
piutang pajak. Dalam hal penelitian yang dilakukan adalah penelitian setempat, maka
melakukan penelitian terhadap piutang pajak yang tidak dapat ditagih lagi dalam
yang tidak dapat ditagih lagi dalam rangka pengusulan penghapusan piutang pajak.
Setempat kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak. Setelah Kepala Kantor Pelayanan
12
dan/atau Konsep Laporan Hasil Penelitian Setempat, Kepala Kantor Pelayanan Pajak
Piutang Pajak. Kemudian Kepala Seksi Penagihan menugaskan Jurusita Pajak untuk
Setelah Konsep Usulan Penghapusan Piutang Pajak dibuat oleh Jurusita Pajak,
Penghapusan Piutang Pajak kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak. Setelah Konsep
Konsep Usulan Penghapusan Piutang Pajak kepada Kepala Kantor Wilayah DJP.
ditatausahakan dan dikirimkan oleh Pelaksana Seksi Penagihan kepada Kepala Kantor
tersebut disertai dengan melampirkan Laporan Hasil Penelitian Setempat dan Laporan
3. Tindak Lanjut atas Usulan Penghapusan Piutang Pajak oleh Kepala KPP
Kantor Pelayanan Pajak. Usulan pertama disampaikan mulai tanggal 1 Januari sampai
13
dengan 31 Maret. Sedangkan usulan kedua disampaikan mulai tanggal 1 Juli sampai
dari Kanwil DJP ke KPP, revisi disampaikan oleh KPP paling lambat 15 (lima belas)
hari kalender sejak usulan penghapusan diterima kembali oleh KPP. Sampai Karya
Tulis Tugas Akhir ini dibuat Kanwil DJP Bengkulu dan Lampung belum memberikan
penghapusan.
Tanjung Karang, untuk tahun daluwarsa pajak 2008-2017 terdapat 35.341 dari 57.967
total piutang pajak yang diusulkan untuk dilakukan penghapusan dengan nominal
dalam Pasal 22 UU KUP. Sejak tahun pajak 1987, piutang pajak yang diusulkan
untuk dilakukan penghapusan cukup variatif, yaitu Piutang PPh Pasal 4 ayat (2)
sebanyak 21 kasus, Piutang PPh Pasal 21 sebanyak 13.438 kasus, Piutang PPh Pasal
22 sebanyak 6 kasus, Piutang PPh Pasal 23 sebanyak 20 kasus, Piutang PPh Pasal 25
Badan sebanyak 13.370 kasus, Piutang PPh Pasal 25 OP sebanyak 25.441 kasus, PPN
daluwarsa tahun 2008-2017 disajikan dalam Tabel II.1 (dalam satuan rupiah).
14
Tabel II.1
Nominal Usulan Penghapusan Piutang Pajak Tahun Daluwarsa 2008-2017
Tahun
No Jumlah (Rp)
Daluwarsa
1 2008 1,198,092,520
2 2009 9,814,846,187
3 2010 17,571,289,164
4 2011 1,242,526,004
5 2012 675,476,087
6 2013 254,963,416
7 2014 3,455,291,877
8 2015 28,137,744,450
9 2016 786,046,303
10 2017 859,962,514
Sumber: Seksi Penagihan KPP Pratama Tanjung Karang
tersebut, 28.240 kasus belum dilakukan upaya penagihan, 24.323 kasus telah
dilakukan tindakan penagihan dengan Surat Teguran, 4.860 kasus telah dilakukan
tindakan penagihan dengan Surat Paksa, 531 kasus telah dilakukan SPMP/Penyitaan,
Tanjung Karang tersebut, tindakan penyanderaan tidak sesuai dengan peraturan yang
berlaku menurut Peraturan Pemerintah Nomor 137 Tahun 2000 tentang Tempat dan
Tata Cara Penyanderaan, Rehabilitasi Nama Baik Penanggung Pajak, dan Pemberian
Ganti Rugi dalam Rangka Penagihan Pajak dengan Surat Paksa. Jumlah kasus usulan
penghapusan piutang pajak berdasarkan tahun daluwarsa dan jenis pajak disajikan
Tabel II.2
Jumlah Usulan Penghapusan Piutang Pajak Berdasarkan Tahun Daluwarsa
Bunga Jumlah
Tahun PPh PPh PPh PPh 25 PPh 25 PPh
PPN Penagihan Per
Daluwarsa 21 22 23 Badan OP 4(2)
PPh Tahun
2008 280 2 1 1.847 2.239 - 382 - 4.751
2009 577 - 5 2.249 4.506 2 433 1 7.773
2010 2.161 - 6 2.842 2.012 3 319 1 7.344
2011 1.606 4 - 1.299 2.100 - 139 - 5.148
2012 2.005 - - 491 2.169 - 106 13 4.784
2013 197 - 1 234 463 5 87 - 987
2014 470 - - 623 403 2 626 1 2.125
2015 124 - - 553 174 3 398 - 1.252
2016 59 - 1 173 69 2 171 - 475
2017 50 - 1 209 308 - 131 3 702
Jumlah
Per Jenis 7.529 6 15 10.520 14.443 17 2.792 19 35.341
Pajak
Sumber: Seksi Penagihan KPP Pratama Tanjung Karang
Tidak ada kebijakan khusus terkait pengusulan penghapusan piutang pajak tersebut.
Kecuali terdapat kebijakan maupun peraturan khusus yang ditujukan pada KPP dari
Kanwil maupun kantor pusat DJP. Setiap tahun, KPP Pratama Tanjung Karang rutin
melakukan pengusulan terhadap piutang pajak yang daluwarsa dan tidak dapat
ditagih. Tetapi Kanwil DJP Bengkulu dan Lampung tidak memberikan putusan
DJP. Sebab tidak ada tanggapan yang diberikan oleh Kanwil DJP Bengkulu dan
Lampung kepada KPP Pratama Tanjung Karang atas usulan penghapusan piutang
16
pajak tersebut. Kanwil DJP akan melakukan penelitian atas usulan piutang pajak yang
disampaikan oleh KPP. Kemudian dilanjutkan dengan pembuatan konsep dan berita
acara. Apabila usulan penghapusan piutang tersebut disetujui, usulan tersebut akan
dikirim ke Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan DJP. Jika tidak ada tanggapan oleh
Kanwil DJP untuk memperbaiki atau melakukan revisi atas usulan tersebut, maka atas
Kantor Pusat DJP untuk ditindaklanjuti. Namun demikian, pihak KPP tidak
mengetahui secara pasti apa saja penyebab piutang yang dilakukan usulan
penghapusan tersebut tidak dihapus sampai saat ini. Oleh karena itu, sampai saat ini
A. Landasan Teori
Pajak ialah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan undang-undang (yang
dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra prestasi) yang
langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran
umum.
Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada Kas Negara untuk
membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving
yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment.
Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada
penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa
adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup
pengeluaran-pengeluaran umum.
17
18
diubah dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan, yang dimaksud dengan Pajak adalah kontribusi wajib kepada
Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
Pajak, menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan Piutang Pajak adalah piutang yang
yang belum dilunasi sampai dengan akhir periode laporan. Sedangkan yang dimaksud
dengan Piutang Pajak menurut Buletin Teknis Nomor 16 tentang Akuntansi I Berbasis
Akrual adalah piutang yang timbul atas pendapatan pajak sebagaimana diatur dalam
undang-undang perpajakan yang belum dilunasi sampai dengan akhir periode laporan
keuangan. Piutang pajak timbul setelah ada surat ketetapan pajak atau Surat Tagihan
19
Pajak dan terhadap piutang pajak tersebut perlu dilakukan upaya penagihan piutang
pajak.
Tata usaha piutang pajak berarti suatu tata usaha yang mencatat piutang pajak
dimulai dari mulai timbulnya hal-hal yang menyebabkan berkurangnya atau lunasnya
piutang pajak, daluwarsa penagihan pajak sampai dengan penghapusan piutang pajak
penilaian yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK
RI), ada beberapa faktor yang menyebabkan piutang pajak tidak efektif, yakni karena
adanya kelemahan dalam aspek strategi, sistem administrasi dan sumber daya, serta
tentang Pedoman Akuntansi Piutang Pajak, penghapusan piutang pajak ialah proses
dan keputusan akuntansi yang berlaku agar nilai piutang pajak dapat dipertahankan
sesuai dengan net realizable value-nya. Tujuan dilakukan penghapusan piutang pajak
tersebut adalah menampilkan aset yang lebih realitas dan ekuitas yang lebih tepat.
Atas piutang pajak yang telah daluwarsa, Negara kehilangan hak tagihnya. Sehingga
dengan tidak mengurangkan jumlah piutang pajak yang telah daluwarsa berarti neraca
tidak menyajikan saldo piutang pajak yang sebenarnya dapat ditagih dan masih
dokumen penghapusan pajak yang formal, transparan, akuntabel dan harus berdampak
dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan mengatur bahwa tata cara penghapusan piutang pajak dan penetapan
Peraturan Menteri Keuangan yang dimaksud dan berlaku hingga saat ini ialah
Dalam PMK tersebut diatur bahwa piutang pajak yang dapat dihapuskan
adalah piutang pajak yang tercantum dalam Surat Tagihan Pajak (STP), Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Ketetapan Pajak (SKP), Surat Ketetapan Pajak Tambahan (SKPT), dan Surat
bertambah.
Piutang pajak yang dapat dihapuskan berlaku bagi Wajib Pajak Orang Pribadi
maupun Wajib Pajak Badan apabila salah satu dari keadaan di bawah ini terpenuhi.
21
Piutang pajak yang dapat dihapuskan untuk Wajib Pajak Orang Pribadi adalah
a. Wajib Pajak dan/atau Penanggung Pajak meninggal dunia dan tidak mempunyai
d. dokumen sebagai dasar penagihan pajak tidak ditemukan dan telah dilakukan
e. hak Negara untuk melakukan penagihan pajak tidak dapat dilaksanakan karena
Piutang pajak yang dapat dihapuskan untuk Wajib Pajak Badan adalah piutang
a. Wajib Pajak bubar, likuidasi, atau pailit dan Penanggung Pajak tidak dapat
ditemukan;
c. dokumen sebagai dasar penagihan pajak tidak ditemukan dan telah dilakukan
d. hak Negara untuk melakukan penagihan pajak tidak dapat dilaksanakan karena
Untuk memastikan keadaaan Wajib Pajak atau piutang pajak yang tidak dapat
ditagih lagi, Kantor Pelayanan Pajak wajib melakukan penelitian setempat atau
penelitian administrasi. Penelitian tersebut dilakukan oleh Jurusita Pajak dan hasil
penelitian yang telah dilakukan tersebut dituangkan dalam laporan hasil penelitian.
Khusus terhadap piutang pajak yang dihapuskan dengan alasan sebab lain,
Pajak, Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyusun daftar usulan penghapusan piutang
pajak. Daftar usulan penghapusan piutang pajak tersebut disampaikan kepada Kepala
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak. Selanjutnya, Kepala Kantor Wilayah DJP
penelitian kepada Direktur Jenderal Pajak. Tahapan terakhir Direktur Jenderal Pajak
besarnya penghapusan piutang pajak serta hapus tagih dan hapus buku atas piutang
23
pajak tersebut sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah yang berlaku. Atas usulan
penghapusan piutang pajak yang disampaikan oleh Direktorat Jenderal Pajak tersebut,
Menteri Keuangan.
mengenai penghapusan piutang pajak diatur lebih lanjut oleh Direktur Jenderal Pajak,
yakni dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-13/PJ/2013 tentang Tata
Cara Pengusulan dan Tindak Lanjut Penghapusan Piutang Pajak. Ketentuan ini
piutang pajak. Dalam SE-13/PJ/2013 diatur bahwa usulan penghapusan piutang pajak
terhadap piutang pajak yang hak penagihannya akan daluwarsa dan belum dilakukan
tindakan penagihan pajak serta melakukan penelitian atas piutang pajak yang tidak
dapat ditagih lagi, baik penelitian administrasi maupun penelitian setempat guna
penghapusan piutang pajak yang tidak dapat ditagih lagi karena hak untuk melakukan
penagihan pajak sudah daluwarsa dan dokumen sebagai dasar penagihan pajak tidak
ditemukan dan telah dilakukan penelusuran secara optimal sesuai dengan ketentuan
piutang pajak yang tidak dapat ditagih lagi karena Wajib Pajak Orang Pribadi
dan/atau Penanggung Pajak meninggal dunia dan tidak mempunyai harta warisan atau
kekayaan, Wajib Pajak Orang Pribadi dan/atau Penanggung Pajak tidak dapat
ditemukan, serta Wajib Pajak Badan bubar, likuidasi, atau pailit dan Penanggung
Pajak tidak dapat ditemukan. Penelitian tersebut dilakukan dalam rangka penghapusan
piutang pajak yang tidak dapat ditagih lagi karena kondisi tertentu sehubungan
disesuaikan dengan kondisi dan latar belakang penghapusan piutang pajak tersebut.
dari Kepala Kantor Pelayanan Pajak kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat
disampaikan kepada Direktur Jenderal Pajak, usulan penghapusan piutang pajak dari
Kepala Kantor Pelayanan Pajak terlebih dahulu telah diteliti kebenarannya oleh
Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak. Seluruh proses yang berkaitan
dengan proses penghapusan piutang pajak dan tindak lanjut penerbitan Keputusan
diadministrasikan secara tertib dan cermat untuk tujuan pelaporan keuangan dan
Kewenangan yang bersifat khusus ini meliputi keputusan/ kebijakan teknis yang
berkaitan dengan pengelolaan APBN, antara lain keputusan sidang kabinet di bidang
tentang Perbendaharaan Negara dalam pasal 34 ayat (2), yakni mengenai piutang
Negara/ Daerah yang tidak dapat diselesaikan seluruhnya tepat waktu. Selanjutnya
dalam pasal 37 diatur bahwa piutang Negara/ Daerah dapat dihapus dari pembukuan.
Perundang-undangan Perpajakan.
Dalam hal hak untuk melakukan penagihan pajak telah daluwarsa, Jurusita
pajak untuk memastikan bahwa hak untuk melakukan penagihan pajak atas piutang
dokumen sebagai dasar penagihan pajak tidak ditemukan dan telah dilakukan
selanjutnya hasil penelurusan Jurusita Pajak tersebut dituangkan dalam Laporan Hasil
145/PMK.03/2012 tentang Tata Cara Penerbitan Surat Ketetapan Pajak dan Surat
Tagihan Pajak dan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-22/PJ/2015
tentang Tata Cara Penerbitan Kembali Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan dan/atau Surat Tagihan Pajak, guna
Wajib Pajak Orang Pribadi dan/atau Penanggung Pajak meninggal dunia dan tidak
mempunyai harta warisan atau kekayaan maka Jurusita Pajak melakukan penelitian
Hasil Penelitian Setempat. Selain membuat Laporan Hasil Penelitian, Jurusita Pajak
juga sekurang-kurangnya melampirkan akta atau surat kematian dari pejabat yang
berwenang, surat pernyataan ahli waris, wali atau pengampunya dalam hal ahli waris
belum dewasa yang menyatakan bahwa Wajib Pajak tidak meninggalkan harta
27
warisan atau kekayaan, serta salinan Surat Paksa yang telah disampaikan kepada ahli
waris, wali, atau pengampunya dalam hal ahli waris belum dewasa.
Orang Pribadi dan/atau Penanggung Pajak Orang Pribadi tidak dapat ditemukan,
maka Jurusita Pajak melakukan penelitian setempat yang dituangkan dalam Laporan
Hasil Penelitian Setempat serta memerhatikan apakah penyampaian Surat Paksa telah
tersebut dan telah memperoleh Surat Keterangan dari Lurah atau Kepala Desa, dan
pengelola gedung atau apartemen yang menyatakan bahwa Wajib Pajak tidak dapat
ditemukan, telah melakukan konfirmasi ke imigrasi untuk warga Negara asing dan
telah diperoleh jawaban konfirmasi dari imigrasi untuk warga Negara asing (exit
permit only/EPO). Serta telah dilakukan penelurusan secara maksimal atas keberadaan
internal DJP, seperti melalui pelaporan SPT, data pembayaran (MPN), dan data KPP
lain (data feeding) melalui aplikasi approweb. Selain itu, Wajib Pajak tersebut
Penghapusan piutang pajak bagi Wajib Pajak Badan yang bubar, likuidasi,
atau pailit dan Penanggung Pajak Badan tidak dapat ditemukan, maka Jurusita Pajak
memperhatikan daftar pembagian harta pailit yang telah disetujui oleh Hakim
28
Pengawas dalam hal Wajib Pajak Badan Pailit, penyampaian Surat Paksa telah
tersebut dan telah diperoleh Surat Keterangan dari Lurah atau Kepala Desa, dan
pengelola gedung atau apartemen yang menyatakan bahwa Wajib Pajak tidak
ditemukan, telah dilakukan konfirmasi ke imigrasi untuk warga Negara asing dan
telah diperoleh jawaban konfirmasi dari imigrasi untuk warga Negara asing (exit
permit only/EPO). Selain itu, telah dilakukan penelusuran secara maksimal atas
DJP, seperti data pelaporan SPT, data pembayaran (MPN), dan data KPP lain (data
feeding) melalui aplikasi approweb dan lain-lain. Selain menggunakan data internal
DJP, penelusuran terkait keberadaan Wajib Pajak juga dapat dilakukan dengan
menggunakan data eksternal DJP, melalui media elektronik seperti internet maupun
jejaring sosial dan melakukan konfirmasi kepada instansi yang berwenang terkait
badan hukum, seperti Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM),
dilakukan oleh Jurusita Pajak, maka Jurusita Pajak membuat usulan penghapusan
Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan menggunakan Daftar
29
Usulan Piutang Pajak yang Dihapuskan sebanyak dua rangkap dan Petikan
b) usulan penghapusan piutang pajak untuk Pajak Bumi dan Bangunan yang
Menteri Keuangan berupa Daftar Piutang Pajak Bumi dan Bangunan yang
B. Pembahasan
demikian, sampai dengan karya tulis ini dibuat, KPP Pratama Tanjung Karang belum
dihapuskan ialah piutang mulai tahun pajak 1987 sampai dengan tahun 2011 yang
Setiap tahun KPP Pratama Tanjung Karang selalu mengusulkan piutang pajak yang
telah diusulkan di tahun-tahun sebelumnya yang disebabkan tidak ada putusan atas
30
usulan di tahun-tahun yang lalu. Sehingga atas piutang pajak yang telah daluwarsa,
dilakukan penghapusan, sampai dengan karya tulis ini dibuat tidak mendapat
tanggapan disetujui atau ditolak untuk dihapuskan. Apabila piutang yang diusulkan
tersebut dikembalikan lagi kepada KPP Pratama, maka KPP Pratama harus
memperbaiki atau melakukan revisi atas usulan tersebut. Karena Kanwil DJP
kepada KPP Pratama Tanjung Karang, maka tidak ada revisi atas usulan piutang yang
diusulkan untuk dilakukan penghapusan. Atas usulan piutang yang akan dihapuskan
selanjutnya diusulkan oleh Direktur Jenderal Pajak kepada Menteri Keuangan untuk
dilakukan penghapusan.
Indonesia, Sri Mulyani Indrawati, dan Menteri PPN/ Kepala Bappenas, Bambang
Brodjonegoro.
Sebanyak Rp32,75 triliun dari Rp54 triliun piutang pajak yang dicatat oleh
merupakan akumulasi piutang pajak yang tidak tertagih sejak 1995-2005. Atas jumlah
31
tersebut telah dilakukan hapus buku, tetapi tetap dapat ditagih pelunasannya oleh DJP.
Walaupun telah dihapusbukukan, DJP tetap akan melakukan penelitian atas piutang
tersebut dan bukan berarti atas piutang tersebut akan dihapus tagih. Kemudian pada
tahun 2018, Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani Indrawati mengeluarkan Rp47,03
triliun piutang pajak dari neraca tahun anggaran 2017 atas rekomendasi Badan
Pemeriksa Keuangan. Hal ini dilakukan agar perkara piutang tak tertagih tersebut
Piutang yang dilakukan hapus buku tetapi tidak dilakukan hapus tagih berarti
tidak menghilangkan adanya piutang tersebut. Penagihan masih tetap dapat dilakukan
kepada Penanggung Pajak. Adanya hapus buku hanya dilakukan untuk merapikan
hapus buku piutang pajak yang disampaikan oleh Menteri Keuangan RI, KPP Pratama
Tanjung Karang belum mendapatkan informasi dan rincian terkait piutang pajak yang
dilakukan hapus buku. Sehingga tidak bisa melakukan hapus buku atas piutang pajak
merupakan piutang pajak atas PPh Pasal 21, PPh Pasal 22, PPh Pasal 23, PPh Pasal 4
ayat (2), PPh Pasal 25 Orang Pribadi, PPh Pasal 25 Badan, PPN, serta bunga tagihan.
daluwarsa sejak tahun 1997 sampai dengan tahun 2017 sehingga diusulkan untuk
penagihan lagi.
Piutang tersebut daluwarsa karena Wajib Pajak atau Penanggung Pajak sudah
tidak ditemukan lagi atau badan yang sudah bubar. Pengusulan penghapusan piutang
pajak yang dilakukan oleh KPP Pratama Tanjung Karang merupakan piutang-piutang
yang telah daluwarsa tetapi belum dihapuskan oleh Menteri Keuangan. Sehingga tiap
tahun, piutang yang dihapuskan adalah piutang yang sama dengan tahun-tahun
sebelumnya yang mendapat tambahan piutang daluwarsa di tahun pajak saat ini.
Pengusulan piutang pajak yang diusulkan KPP Pratama Tanjung Karang tidak
pernah dikembalikan oleh Kanwil DJP Bengkulu dan Lampung untuk dilakukan
perbaikan atau revisi. Di sisi lain, KPP Pratama Tanjung Karang juga tidak pernah
mendapat konfirmasi atas piutang yang dihapuskan. Baik penghapusan secara hapus
buku maupun hapus tagih sehingga Seksi Penagihan KPP Pratama Tanjung Karang
tidak pernah menghapus piutang yang sudah daluwarsa dan tidak dapat melakukan
penagihan karena terdapat dokumen yang hilang dan tidak ditemukan. Pihak
Direktorat Jenderal Pajak pun masih melakukan penelitian terhadap Rp32,7 triliun
Selain itu, terdapat beberapa data yang tidak akurat dalam sistem
penatausahaan piutang pajak KPP, yakni tahun daluwarsa yang dimulai dari tahun
1905, sedangkan saat terbit dasar penagihan dimulai tahun 1990-an. Walaupun
33
daluwarsa tersebut dapat dihitung secara manual, yakni lima tahun sejak tindak
penagihan terakhir, tetapi data yang tidak akurat tersebut terlalu banyak sehingga akan
memakan waktu yang lama untuk mengelompokkannya. Oleh karena itu, apabila
terdapat perbedaan data kumulatif dan data yang dikelompokkan berdasarkan kriteria
tertentu dalam Karya Tulis Tugas Akhir ini semata-mata karena data yang tidak
data kumulatif yang tidak memerlukan klasifikasi khusus, data tersebut tetap
dimasukkan untuk menghitung jumlah keseluruhan piutang pajak tak tertagih yang
mengecek tanggal skp, kemudian mem-filter piutang yang telah daluwarsa. Kemudian
atas piutang yang telah daluwarsa tersebut dicek jumlahnya. Jika piutang tersebut
piutang yang telah daluwarsa tersebut lebih dari Rp150.000,00 harus dilakukan
penilaian setempat oleh Jurusita Pajak. Pengusulan penghapusan piutang pajak tidak
Pengusulan piutang yang dilakukan oleh KPP Pratama Tanjung Karang telah
sesuai dengan aturan dan prosedur yang berlaku di Direktorat Jenderal Pajak. Piutang
yang dilakukan pengusulan merupakan piutang yang tidak dapat dilakukan tindakan
penagihan lagi. Namun, sebanyak 42,64% tunggakan piutang pajak yang dimiliki oleh
Wajib Pajak atau Penanggung Pajak belum dilakukan tindak penagihan. Apabila telah
34
dilakukan tindakan penagihan, maka daluwarsa atas piutang pajak tersebut akan
Banyaknya piutang pajak yang tidak dapat ditagih lagi tersebut merupakan
“warisan” dari tahun-tahun sebelumnya sehingga merupakan hal yang sulit untuk
melacak piutang pajak tersebut apabila data maupun berkas Wajib Pajak maupun
Penanggung Pajak tersebut hilang atau tidak ditemukan lagi karena waktu untuk
menyimpan berkas tersebut sudah terlalu lama. Sebelum adanya reformasi di bidang
perpajakan, data-data yang disimpan merupakan data berbentuk berkas yang sangat
banyak sehingga menyulitkan dalam melakukan pencarian. Selain itu, data tersebut
juga dapat hilang maupun rusak ketika disimpan. Apabila data tersebut tidak
ditemukan, maka tidak ada yang bisa dilakukan untuk menagih piutang pajak tersebut.
Hal inilah yang menyebabkan banyaknya piutang pajak yang belum dilakukan
penagihan. Upaya penagihan yang dilakukan tersebut belum mampu membuat Wajib
Pajak maupun Penanggung Pajak melunasi utang pajaknya. Jika sudah dilakukan
upaya penagihan, seharusnya kecil kemungkinan terdapat alasan bahwa Wajib Pajak
atau Penanggung Pajak tidak dapat ditemukan, karena adanya tindakan penagihan
tersebut menandakan bahwa Wajib Pajak atau Penanggung Pajak masih dapat
ditemukan.
tidak menyebabkan adanya pelunasan Piutang Pajak yang dimiliki oleh Wajib Pajak
35
atau Penanggung Pajak, hal tersebut dapat terjadi akibat kurangnya koordinasi antara
pihak bank dan KPP. Seharusnya, Wajib Pajak atau Penanggung Pajak yang
dilakukan pemblokiran tidak akan membiarkan dananya diblokir oleh KPP apabila
jumlah uang yang disimpan sangat bernilai. Apabila sampai dengan dilakukan
pemblokiran tetap tidak dapat melunasi piutang pajaknya, berarti masih menjadi suatu
pertanyaan apakah Wajib Pajak atau Penanggung Pajak sengaja membiarkan dananya
diblokir sampai dengan piutang pajaknya daluwarsa, atau rekening yang diblokir
bukan merupakan rekening utama Wajib Pajak atau Penanggung Pajak sehingga
Selanjutnya atas upaya penagihan berupa penyitaan yang dilakukan oleh KPP
Pratama Tanjung Karang masih terdapat beberapa kasus piutang yang tidak dapat
dilunasi setelah melalui proses penyitaan. Upaya penagihan hanya berhenti sampai di
tahap penyitaan sehingga belum ada pelelangan yang dilakukan. Penyitaan tersebut
menjadi perhatian karena barang yang disita tidak dapat melunasi piutang pajak Wajib
Pajak atau Penanggung Pajak. Atas penyitaan harta Wajib Pajak atau Penanggung
Pajak yang tidak dilakukan pelelangan akan berdampak pada peningkatan biaya
pemeliharaan atas barang yang disita. Apabila barang tersebut dibiarkan tanpa
dilakukan pemeliharaan, akan menyebabkan penurunan nilai atas barang yang disita
dan tidak sesuai dengan adanya suatu upaya penagihan berupa penyitaan karena
tujuan tindakan penyitaan adalah pelunasan piutang pajak dan biaya penagihan pajak
Selain penyitaan, upaya penagihan yang sudah sampai ke tahapan lelang tidak
dapat melunasi piutang Wajib Pajak atau Penanggung Pajak. Tidak ada data yang
diperoleh apakah atas barang yang disita tidak terjual dalam lelang. Dari data yang
ada, tidak terdapat piutang yang dilunasi setelah adanya proses lelang tersebut. Hal ini
pun seluruh piutang pajak maupun biaya penagihan pajak yang dimiliki oleh Wajib
Dari data yang diberikan oleh KPP Pratama Tanjung Karang, terdapat hal
yang tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku, yakni adanya tindakan
penyanderaan yang dilakukan kepada Wajib Pajak atas jenis pajak PPh Pasal 21
masing-masing untuk tahun pajak 2002, 2003, dan 2004. Upaya penyanderaan yang
karena penyanderaan dilakukan kepada Wajib Pajak atau Penanggung Pajak dengan
ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 137 Tahun 2000 tentang Tempat dan Tata Cara
Penyanderaan, Rehabilitasi Nama Baik Penanggung Pajak, dan Pemberian Ganti Rugi
dalam Rangka Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, penyanderaan hanya dapat
Kedua syarat di atas bukanlah syarat alternatif, sehingga dua kondisi tersebut
dilihat dari segi biaya penagihan yang dilakukan, maka biaya yang dikeluarkan oleh
37
KPP untuk melakukan tindakan penyanderaan tersebut tentu akan lebih besar daripada
potensi pencairan piutang yang diterima. Sehingga timbul pertanyaan apakah piutang
pajak adalah tahun 2012. Piutang pajak yang timbul setelah tahun pajak 2012 belum
mengingat potensi yang ditimbulkan dari adanya piutang tersebut dapat meningkatkan
Negara Pasal 34 ayat (2) mengatur bahwa piutang Negara/Daerah yang tidak dapat
yang berlaku. Hal ini sejalan dengan Pasal 24 UU KUP yang mengatur mengenai
penyelesaian piutang pajak apabila telah daluwarsa. Kemudian dalam Pasal 35 diatur
Keuangan apabila jumlah bagian piutang Negara yang tidak disepakati tidak lebih dari
Presiden. Sedangkan jumlah bagian piutang Negara yang tidak disepakati lebih dari
dihapuskan secara mutlak atau bersyarat dari pembukuan, kecuali mengenai piutang
Rakyat.
tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Tata Cara Penghapusan Piutang Negara/ Daerah menyebutkan bahwa Piutang Negara
39
adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada Pemerintah Pusat dan/atau hak
Pemerintah Pusat yang dapat dinilai dengan uang sebagai akibat perjanjian atau akibat
yang sah. Dalam pasal 2 ayat (1) mengatur bahwa Piutang Negara/Daerah dapat
kecuali mengenai Piutang Negara/ Daerah yang cara penyelesaiannya diatur tersendiri
disebutkan bahwa piutang Negara yang cara penyelesaiannya diatur tersendiri dalam
Piutang Pajak tidak termasuk dalam pengertian Piutang yang dimaksud dalam UU
Jenderal Pajak. Kemudian atas usulan penghapusan Piutang Pajak tersebut besarannya
Adanya suatu aturan yang berlaku untuk penghapusan piutang pajak tentu
terdapat kendala atau hambatan yang menyertai aturan maupun pelaksanaan dari
aturan tersebut. Hal ini juga yang terjadi di KPP Pratama Tanjung Karang sehubungan
proses pengusulan penghapusan piutang pajak. Selain karena Wajib Pajak atau
Penanggung Pajak yang sudah tidak dapat ditemukan, hal lain yang menyebabkan
berkaitan dengan piutang Wajib Pajak atau Penanggung Pajak. Hilangnya berkas
tersebut menyebabkan fiskus tidak dapat melakukan tindakan penagihan secara aktif.
Adanya berkas-berkas yang hilang tersebut merupakan hal yang tidak dapat
dihindari mengingat piutang pajak yang telah daluwarsa tersebut dimulai sejak tahun
pajak 1987. Sulitnya mengadministrasikan data dan rekam jejak Wajib Pajak atau
Penanggung Pajak juga disebabkan karena dipecahnya KPP Pratama Tanjung Karang
menjadi KPP Pratama Tanjung Karang, KPP Pratama Kedaton, KPP Pratama Teluk
Betung, dan KPP Pratama Natar. Pengadministrasian data lama yang masih manual
dan menggunakan berkas fisik menyebabkan data-data Wajib Pajak atau Penanggung
Pajak terpisah-pisah.
Pratama Tanjung Karang, KPP Pratama Kedaton atau KPP Pratama Tanjung Karang
karena dipecahnya KPP Pratama Tanjung Karang menjadi empat KPP. Namun, yang
paling terlihat jelas adalah Wajib Pajak yang menjadi Wajib Pajak terdaftar di KPP
Pratama Tanjung Karang dan KPP Pratama Kedaton. Karena banyak Wajib Pajak
Tanjung Karang yang merupakan Wajib Pajak yang diadministrasikan oleh KPP
Kedaton begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu, Wajib Pajak atau Penanggung Pajak
41
maupun fiskus harus memahami data Wajib Pajak berdasarkan NPWP dan data lain,
seperti alamat tempat tinggal yang dimiliki oleh Wajib Pajak atau Penanggung Pajak
untuk melihat KPP tempat administrasi. Kode KPP yang digunakan untuk KPP
Pratama Tanjung Karang adalah 322 dan untuk KPP Pratama Kedaton adalah 323,
tetapi ada kalanya Wajib Pajak atau Penanggung Pajak yang memiliki kode KPP yang
tertera di NPWP dengan kode 323 merupakan Wajib Pajak yang diadministrasikan
oleh KPP Pratama Tanjung Karang. Sehingga perlu dilakukan pengecekan melalui
Selain itu, sampai saat ini baik KPP Pratama Tanjung Karang maupun KPP
Pratama Kedaton masih terus melakukan penyusunan berkas Wajib Pajak yang
dipindahkan baik dari KPP Pratama Tanjung Karang ke KPP Pratama Kedaton
dengan baik di ruang arsip KPP Pratama Tanjung Karang. Walaupun sudah disusun
dengan baik, masih terdapat data atau berkas lama yang tidak ditemukan terkait
dengan piutang pajak. Atas berkas yang tidak dapat ditemukan itu, sudah tidak dapat
tidak ada kendala yang berarti. Jumlah sumber daya manusia yang dimiliki oleh KPP
Karang tidak terlalu mengalami banyak kendala. Kendala yang paling sering dihadapi
dan sulit dihindari adalah saat Wajib Pajak dan Penanggung Pajak tidak ditemukan.
Sehingga piutang pajak tidak dapat ditagih dan apabila penagihannya telah daluwarsa,
Kendala lain yang dihadapi oleh KPP Pratama Tanjung Karang ialah tidak ada
konfirmasi oleh Kanwil DJP Bengkulu dan Lampung terkait dengan usulan piutang
yang akan dilakukan penghapusan. Sehingga KPP Pratama Tanjung Karang tidak
mengetahui secara pasti sejauh apa tindakan yang telah dilakukan atas piutang pajak
pajak atas Wajib Pajak maupun Penanggung Pajak yang tidak patuh sebenarnya telah
bunga, denda atau kenaikan, maupun sanksi pidana. Apabila setelah diberikan sanksi
baik Wajib Pajak maupun Penanggung Pajak tidak melakukan pembayaran maupun
pengakuan utang pajak sampai dengan daluwarsa, piutang tersebut terpaksa harus
dihapuskan.
pengusulan piutang pajak ialah dengan melakukan pengecekan rutin terhadap piutang
yang dimiliki Wajib Pajak maupun Penanggung Pajak sehingga tidak menyebabkan
daluwarsa penagihan. Sedangkan dalam hal piutang tersebut telah diusulkan untuk
dihapuskan, KPP Pratama Tanjung Karang tidak memiliki upaya khusus maupun
43
upaya yang dilakukan secara rutin, karena memang tidak ada hambatan yang berarti
PENUTUP
A. Simpulan
1. Penagihan dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak karena Wajib Pajak tidak
Pajak. Kepala Kantor Pelayanan Pajak menugaskan Kepala Seksi Penagihan untuk
melakukan penelitian terhadap piutang pajak yang tidak dapat ditagih lagi dalam
3. Untuk memastikan keadaaan Wajib Pajak atau piutang pajak yang tidak dapat
ditagih lagi, Kantor Pelayanan Pajak wajib melakukan penelitian setempat atau
44
45
penelitian administrasi. Penelitian tersebut dilakukan oleh Jurusita Pajak dan hasil
penelitian.
4. Khusus terhadap piutang pajak yang dihapuskan dengan alasan sebab lain,
Pelaksana Seksi Penagihan kepada Kepala Kantor Wilayah DJP melalui Standard
Administrasi.
6. Sampai Karya Tulis Tugas Akhir ini dibuat Kanwil DJP Bengkulu dan Lampung
diusulkan untuk dilakukan penghapusan. Oleh karena itu, sampai saat ini belum
7. Piutang Pajak adalah piutang yang timbul atas pendapatan pajak sebagaimana
akhir periode laporan. Sehingga dengan tidak mengurangkan jumlah piutang pajak
yang telah daluwarsa berarti neraca tidak menyajikan saldo piutang pajak yang
adalah Piutang Pajak. Sehingga yang dimaksud dalam pengertian Piutang Pajak
10. Terkait dengan pernyataan hapus buku piutang pajak yang disampaikan oleh
informasi dan rincian terkait piutang pajak yang dilakukan hapus buku. Sehingga
tidak bisa melakukan hapus buku atas piutang pajak daluwarsa yang
11. Apabila terdapat perbedaan data kumulatif dan data yang dikelompokkan
berdasarkan kriteria tertentu dalam Karya Tulis Tugas Akhir ini semata-mata
karena data yang tidak akurat tersebut tidak dimasukkan dalam pengelompokkan
piutang pajak tak tertagih yang telah daluwarsa di KPP Pratama Tanjung Karang.
12. Tidak ada kendala yang berarti dalam upaya pengusulan penghapusan piutang
pajak. Kendala tersebut hanya disebabkan tidak adanya konfirmasi oleh Kanwil
47
DJP Bengkulu dan Lampung terkait dengan usulan piutang yang akan dilakukan
penghapusan.
13. Penghapusan piutang pajak harus dilakukan dengan prinsip kehati-hatian, tidak
B. Saran
2. Melakukan upaya penagihan secara aktif dan pengawasan yang ketat terhadap
piutang pajak untuk menghindari piutang pajak tak tertagih karena daluwarsa.
3. Atas piutang pajak yang telah dilaksanakan upaya penagihan harus segera
dilakukan upaya penagihan lanjutan agar tindakan penagihan yang telah dilakukan
dapat digunakan untuk melunasi piutang pajak dan biaya penagihan pajak.
4. Atas daftar piutang yang diusulkan kepada Kantor Wilayah DJP Lampung dan
Bengkulu, ada konfirmasi yang diberikan kepada KPP Pratama Tanjung Karang
5. DJP harus tegas menyikapi piutang tak tertagih yang telah daluwarsa tersebut agar
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas, Wirawan B., Richard Burton. 2013. Hukum Pajak: Teori, Analisis, dan
Perkembangannya. Jakarta: Salemba Empat.
Resmi, Siti. 2017. Perpajakan: Teori & Kasus. Jakarta: Salemba Empat.
Sekretariat Jenderal DPR RI. 2013. Piutang Pajak sebagai Potensi Pendapatan
Negara. Jakarta:Sekjen DPR RI.
Peraturan Pemerintah Nomor 137 Tahun 2000, tentang Tempat dan Tata Cara
Penyanderaan, Rehabilitasi Nama Baik Penanggung Pajak, dan Pemberian Ganti
Rugi dalam Rangka Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-13/PJ/2013, tentang Tata Cara
Pengusulan dan Tindak Lanjut Penghapusan Piutang Pajak Direktur Jenderal
Pajak.
50
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-22/PJ/2015, tentang Tata Cara
Penerbitan Kembali Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Tambahan, dan/atau Surat Taguhan Pajak.
3. Internet
Anonim. 2018. DJP Telah Hapusbukukan Piutang Pajak Rp 32,7 Karena Daluwarsa.
https://mucglobal.com/news/read/1012/djp-telah-hapusbukukan-piutang-pajak-rp-
327-karena-daluwarsa diakses 8 Mei 2019 11.18 WIB.
Quddus, Ghina Ghaliya. 2018. Kemungkinan yang Bisa Ditagih dari Piutang Pajak
Rp 32,75 Triliun Hanya Sedikit. https://nasional.kontan.co.id/news/kemungkinan-
yang-bisa-ditagih-dari-piutang-pajak-rp-3275-triliun-hanya-sedikit diakses 13 Mei
2019 16.40 WIB.
Uly, Yohana Artha. 2018. Komisi XI Soroti Piutang Pajak, Begini Penjelasan Sri
Mulyani. https://economy.okezone.com/read/2018/07/19/20/1924515/komisi-xi-
soroti-piutang-pajak-begini-penjelasan-sri-mulyani diakses 13 Mei 2019 16.44
WIB.
LAMPIRAN
Lampiran I
Transkrip Wawancara Melalui Whatsapp Messenger dengan Narasumber
Narasumber : Adinda Amalia
(Pelaksana Seksi Penagihan KPP Pratama Tanjung Karang)
Narasumber : “Waalaikumsalam. Iya tanya aja dek, nnti kalo bisa aku 10.02
jawab hehe.”
Penulis : “Oke kak. Aku mau nanya2 buat tugas akhir. 10.09
penghapusan piutang?
Penulis :” Kalo SOP-nya boleh ga kak kalo kita liat gitu?” 11.38
Narasumber : “Boleh kok (mengirim dokumen).” 11.44
Penulis : “Kak, waktu itu kan kata kakak belum ada tuh piutang 11.44
itu.”
ke Menkeu gitu.”
Narasumber : “Iya kanwil itu nanti garis besarnya meneliti juga, bikin 13.18
Narasumber : “Kalo sesuai SOP ya diperbaiki apa yang kurang, cuma 13.59
Penulis : “Kalo peraturan yang berlaku masih PMK 68/2012 sama 13.59
SE13/2013 kan kak? Atau udah ada perubahan?”
Penulis : “ Oke siap kak. Ooo jadi selama ini cuma dianggurin gitu 14.00
makanya ga dihapusin?”
prosesnya max 3-6 bulan udah jadi. Tapi kalo yang aku
Penulis : “Ini berarti kayak yang di SOP-nya bukan kak? Yang 14:12
Ooo iyaiya kak. Nah kan yang bisa dihapus itu kan dibagi 14.14
berkas gitu.”
Penulis : “Nah kan tadi gaada respon kak. Terus setelah itu apakah 15.06
diperbaiki?
kak?”
di sistem?”
Narasumber : “Alurnya cek dulu tanggal skp, filter yg daluwarsa, yang 18.14
yang megang.”
Penulis : “Kalo data yang dikasih ke aku itu bisa kak? Maaf ya kak 19.23
nanya-nanya mulu.”
Narasumber : “Itu yang aku kasih ke kamu udah diolah, udah data 20.19
Penulis : “Oalaa siap kak. Makasi banyak ya kak. Hari ini segitu 20.20
dulu deh, ntar kalo aku mau tanya lagi boleh gak kak?”
Narasumber : “Iya santai ajaa. Tapi aku agak slow respon ya hehe.” 20.23
Penulis : “kak din, aku mau nanya lagi. kemarin data yang aku minta 09.15
Penulis : “Kalo yang 2018 berarti blm ada yg diusul ya kak?” 14.49
Narasumber : “Iya 2018 itu ngusulin ketetapan yang daluwarsa s.d. 31 16.09
Penulis : “Oh makanya belum ada ya kak yang 2018. Tapi setelah 16.14
Narasumber : “Jadi kita itu tiap tahun mengusulkan sendiri sebenernya, 16.27
sekali.”
Penulis : “Yang 2018 kemarin itu yang mana kak? Yang tahun 16.37
sampe 55 ribuan.”
Aku bales dari yang ini. Yang balesan tadi gausah 16.40
siap kak.”
Penulis : “Kak aku mau nanya yang tanggal daluwarsa itu ada 10.50
Oiya kak sama maksud tanggal terbit itu tanggal apanya 10.58
kak?”
bisa ga?”
Narasumber : “Iya khusus yang belum dilakukan tapi, kalo yang 14.03
paksa.”
hapusbukukan-piutang-pajak-rp-327-karena-daluwarsa
kak dinda, mau nanya lagi kak. aku dapet berita ginian,
tentang itu.”
Penulis : “Ooo iya iya kak, berarti kalo belum dapet ga bisa 13.27
Penulis : “Bukan kak, maksud aku kalo yang selama ini ada di KPP- 11.46
nya gitu.”
Narasumber : “Yaa ga bisa diapa-apain kalo ga ada berkas mau gimana 13.36
berkasnya.”
15610 15911
15037
14493
12854
10720
6226
Beringin Jaya
Beringin Raya
Kedaung
Kemiling Permai
Kemiling Kemiling Raya 15.610 Wajib Pajak
Pinang Jaya
Sumber Agung
Sumberejo Kemiling
Sumberejo Sejahtera
Bilabong Jaya
Gunung Terang
Langkapura Gunungagung 6.226 Wajib Pajak
Langkapura
Langkapura Baru
Bumi Kedamaian
Kalibalau Kencana
Kedamaian
Kedamaian Tanjung Agung Raya 12.854 Wajib Pajak
Tanjung Baru
Tanjung Gading
Tanjung Raya
Enggal
Gunungsari
Pahoman
Enggal 15.037 Wajib Pajak
Pelita
Rawalaut
Tanjung Karang
Gedong Air
Kelapa Tiga Permai
Segala Mider
Tanjung Karang Sukadana Ham
15.911 Wajib Pajak
Barat Sukajawa
Sukajawa Baru
Susunan Baru
Tanjung Karang Barat
Kebon Jeruk
Kota Baru
Tanjung Karang Sawah Brebes
10.720 Wajib Pajak
Timur Sawah Lama
Tanjung Agung
Tanjung Karang Timur
Durian Payung
Gotong Royong
Kaliawi
Tanjung Karang Kaliawi Persada
14.493 Wajib Pajak
Pusat Kelapa Tiga
Palapa
Pasir Gintung
Tanjung Karang Pusat
Lampiran III
Bagan Alir Tata Cara Pengusulan Pengusulan Piutang Pajak di KPP
Lampiran IV
Bagan Alir Alur dan Jadwal Pelaksanaan Penagihan Pajak
Lampiran V
Nominal Usulan Penghapusan Piutang Pajak Berdasarkan Daluwarsa Penagihan (dalam satuan rupiah)
Bunga Jumlah Per
Tahun PPh 21 PPh 22 PPh 23 PPh 25 Badan PPh 25 OP PPh 4(2) PPN
Penagihan PPh Tahun
1750
1500
1250
1000
750
500
250
0 1987 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997
PPh 21 0 0 0 1 2 6 375 691
PPh 22 0 0 0 0 0 0 0 0
PPh 23 0 0 0 0 0 1 1 0
PPh 25 Badan 0 10 6 0 3 55 142 601
PPh 25 OP 0 0 0 1 0 721 486 2332
PPh 4(2) 0 0 0 0 0 0 0 1
PPN 1 0 0 0 1 6 507 404
Bunga Penagihan PPh 0 0 1 0 1 0 0 0
Lampiran VII
Usulan Penghapusan Piutang Pajak Tahun Pajak 1998-2007
2500
2000
1500
1000
500
0
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
PPh 21 1237 863 2091 2231 2060 1959 1816 2 8 49
PPh 22 2 0 0 4 0 0 0 0 0 0
PPh 23 0 0 2 3 6 3 2 0 0 0
PPh 25 Badan 1118 1776 1922 1906 1755 1000 1727 305 44 18
PPh 25 OP 2492 2035 3385 3037 3593 1958 3850 452 160 167
PPh 4(2) 1 0 1 1 0 10 4 0 0 0
PPN 553 1056 620 523 430 303 44 20 31 25
Bunga Penagihan PPh 0 0 0 1 1 1 4 3 19 3
Lampiran VIII
Usulan Penghapusan Piutang Pajak Tahun Pajak 2008-2017
400
300
200
100
0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
PPh 21 19 11 10 5 2 0 0 0 0 0
PPh 22 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
PPh 23 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0
PPh 25 Badan 696 144 127 12 3 0 0 0 0 0
PPh 25 OP 383 196 152 34 7 0 0 0 0 0
PPh 4(2) 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0
PPN 570 331 144 66 0 0 0 0 0 0
Bunga Penagihan PPh 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0