Anda di halaman 1dari 96

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN AIR MINUM ATAS

LAYANAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) MUAL


NA TIO DITINJAU DARI UU NO.8 TAHUN 1999 TENTANG
PERLINDUNGAN KONSUMEN DI KOTA TARUTUNG
KABUPATEN TAPANULI UTARA

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk


Mencapai Gelar Sarjana Hukum

OLEH
KHARISMA SITANGGANG
170200485

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN


PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA BW

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Kharisma Sitanggang

Nim : 170200485

Adalah mahasiswa pada Departemen Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara, dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis dengan judul :

“PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN AIR MINUM ATAS

LAYANAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) MUAL NA TIO

DITINJAU DARI UU NO.8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN

KONSUMEN DI KOTA TARUTUNG KABUPATEN TAPANULI UTARA”

Merupakan hasil penelitian saya sendiri, dan saya bersedia menanggung segala akibat

yang ditimbulkan jika skripsi ini sebagian atau seluruhnya adalah hasil karya orang

lain.

Medan, 8 Februari 2021

Kharisma Sitanggang

170200485
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas

segala berkat dan karunianya yang berlimpah penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini.Penulisan skripsi ini merupakan suatu kewajiban bagi setiap mahasiswa Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara untuk menyusun dan menyelesaikan suatu skripsi

yang berjudul “PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN AIR MINUM

ATAS LAYANAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) MUAL

NA TIO DITINJAU DARI UU NO.8 TAHUN 1999 TENTANG

PERLINDUNGAN KONSUMEN DI KOTA TARUTUNG KABUPATEN

TAPANULI UTARA”.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan dan

arahan dari berbagai pihak.Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih sebesar-

besarnya kepada Tuhan Yang Maha Esa karena masih diberikan kesempatan untuk

bisa menyelesaikan skripsi ini untuk mendapatkan gelar Sarjana Hukum Maka pada

kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Muryanto Amin, S.Sos., M.Si, selaku Rektor Universitas Sumatra Utara.

2. Dr.Mahmul Siregar, S.H.,M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara.

3. Dr.Agusmidah, S.H.,M.Hum, selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Puspa Melati Hasibuan, S.H.,M.Hum, selaku Wakil Dekan II Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara.

i
5. Dr.Mohammad Ekaputra,S.H.,M.Hum, selaku Wakil Dekan III Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara.

6. Prof.Dr.Rosnidar Sembiring, S.H.,M.Hum, selaku Ketua Departemen Hukum

Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

7. Prof.Dr.Tan Kamello,SH.MS, selaku Dosen Pembimbing I, yang telah

meluangkan waktu, tenaga, serta pikiran untuk memberikan masukan,

bimbingan, arahan, saran, serta ilmu yang sangat bermanfaat dalam proses

penelitian skripsi ini.

8. Ibu Dr.Maria, SH.,M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II, yang telah

meluangkan waktu, tenaga, serta pikiran untuk memberikan masukan,

bimbingan, arahan, saran, serta ilmu yang sangat bermanfaat dalam proses

penelitian skripsi ini.

9. Bapak Syamsul Rizal, S.H.,M.Hum, selaku Sekretaris Departemen Hukum

Perdata Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

10. Ibu Rafiqoh Lubis,S.H.,M.Hum, selaku Dosen Penasehat Akademik Peneliti

yang telah membimbing peneliti selama peneliti menimba ilmu perkuliahan di

Fakultas Hukum Universita Sumatera Utara.

11. Seluruh staff pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah

mengajar dan membimbing peneliti selama menempuh pendidikan di Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara.

12. Seluruh pegawai Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah

memberikan pelayanan administrasi yang baik selama proses akademik

peneliti di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

ii
13. Terima kasih kepada Saudara/I peneliti, Endang Historina, Sondang,

Armando, dan Surya Vella, yang telah memberikan semangat dan motivasi

selama penulis mengerjakan skripsi.

14. Terima kasih untuk Sahabat peneliti, Ayu Novita Ningsih Tobing, Holyvia

Purba, ,Cristi Marta Gusnita Manihuruk dan Romando Formasio Situmorang,

yang turut mendoakan serta memberikan nasehat dan semangat.

15. Terima kasih kepada teman-teman klinis PTUN, Perdata, dan Pidana atas

kekompakan dan kerjasamanya.

16. Terimakasih kepada teman-teman, Kartini Aprilia Simamora, Devi Amelia

Purba, Sari Hotna Simbolon, Randyta, Renaldi, Thoby, Syafruddin, ,Perdi,

Zega dan Nadya yang turut menjadikan hari-hari penulis semangat dalam

perkuliahan.

17. Terima kasih kepada keluarga UKMBT USU yang turut menjadikan hari-hari

penulis berwarna dan terus semangat dalam menulis skripsi ini.

18. Terima kasih kepada keluarga Fidelis FH USU yang turut menjadikan hari-

hari penulis berwarna dan terus semangat dalam menulis skripsi ini.

19. Terima kasih kepada keluarga GMNI FH USU yang turut menjadikan hari-

hari penulis berwarna dan terus semangat dalam menulis skripsi ini.

20. Terima kasih kepada semua pihak yang belum disebutkan dan telah

membantu dalam penyelsaian penelitian skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua yang tidak

henti-hentinya memberikan dukungan, doa, motivasi dan banyak hal sehingga

penulis dapat menyelesaikan pendidikan sampai jenjang ini.Penulis menyadari

iii
bahwa penelitian skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan banyak

kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun demi perbaikan di masa yang akan datan dan semoga bermanfaat

bagi semua pihak.

Medan, 2021

Penulis

iv
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... v

ABSTRAK ......................................................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 4
C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 6
E. Keaslian Penulisan ............................................................................... 7
F. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 9
G. Metode Penelitian ................................................................................. 14
H. Sistematika Penulisan ........................................................................... 19

BAB II SOLUSI TERHADAP KENDALA KONSUMEN AIR MINUM


ATAS LAYANAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM
(PDAM) MUAL NA TIO DI KOTA TARUTUNG KABUPATEN
TAPANULI UTARA
A. Tinjauan Umum Tentang Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
1. Sejarah PDAM Mual Na Tio .......................................................... 21
2. Perusahaan Daerah .......................................................................... 23
3. Visi dan Misi PDAM Mual Na Tio ................................................. 24
4. Struktur PDAM Mual Na Tio ........................................................ 25
5. Tugas Pokok dan Fungsi Perusahaan ............................................. 29
B. Pelayanan Perusahaan Daerah Air Minum (Pdam) Mual Na Tio Di
Kota Tarutung
1. Standar Kualitas dan Kinerja Pelayanan ......................................... 30
2. Aspek-Aspek Kepuasan Pelanggan ................................................ 32
3. Solusi untuk meningkatkan Kualitas Pelayanan ............................ 33
C. Kelancaran Air Minum Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
Mual Na Tio Di Kota Tarutung
1. Sumber Air Minum PDAM Mual Na Tio ...................................... 36
2. Sistem Distribusi Air Minum PDAM Mual Na Tio ....................... 36
3. Faktor Ketidaklancaran Air Minum ............................................... 37
4. Solusi Dalam Meningkatkan Kelancaran Air Minum .................... 37
D. Kualitas Air Minum Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
Mual Na Tio Di Kota Tarutung
1. Pengertian Air Minum .................................................................... 39
2. Syarat-Syarat Kualitas Air Minum ................................................. 39

v
3. Solusi Untuk Meningkatkan Kualitas Air Minum ......................... 40

BAB III TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM


(PDAM) MUAL NA TIO DI KOTA TARUTUNG KABUPATEN
TAPANULI UTARA
A. Pelayanan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dan Kaitannya
dengan Perlindungan Konsumen .......................................................... 43
B. Tanggung Jawab Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
1. Pengertian Tanggung Jawab .......................................................... 47
2. Kewajiban PDAM .......................................................................... 48
3. Tanggung Jawab PDAM Mual Na Tio .......................................... 50
C. Hak dan Kewajiban Konsumen Air Minum Terhadap Layanan
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di Kota Tarutung ............... 57

BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN AIR MINUM ATAS


LAYANAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM)
DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999
TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN
A. Tinjauan Umum Perlindungan Konsumen
1. Sejarah Perlindungan Konsumen Menurut Undang-Undang No
8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen ........................... 61
2. Asas Perlindungan Konsumen ....................................................... 64
3. Tujuan Perlindungan Konsumen .................................................... 65
B. Perlindungan Hukum Konsumen Air Minum ....................................... 67
C. Upaya Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Untuk Memenuhi
Kebutuhan Konsumen ........................................................................... 69
D. Penyelesaian Sengketa ........................................................................ 74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan ........................................................................................... 79
B. Saran ...................................................................................................... 82

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 83

LAMPIRAN

vi
ABSTRAK
Kharisma Sitanggang*
Tan Kamello**
Maria***

Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengkaji dan membahas :


(1).Layanan Perusahaan Air Minum Daerah Mual Na Tio di Kota Tarutung
Kabupaten Tapanuli Utara masih memiliki beberapa kendala seperti Pelayanan yang
tidak sesuai dengan harapan konsumen, ketidaklancaran air dan kualitas air minum
yang harus sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
907/MENKES/SK/VII/2002.(2).Perusahaan Daerah Air Minum dalam melaksanakan
kegiatan jasanya sebagai subjek hukum diwakili oleh organ-organnya, kemudian
segala sesuatu hal yang berhubungan dengan kegiatannya tersebut akan menjadi
perbuatan yang harus dipertanggungjawabkan oleh organ-organ PDAM selaku
pelaksana kegiatan jasa PDAM khususnya terhadap kerugian yang diderita konsumen
dalam pemakaian jasanya.Setiap perbuatan yang dilakukan Perusahaan Air Minum
(PDAM) Mual Na Tio di Kota Tarutung Tapanuli Utara diatur dalam Pasal 19
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen.(3).Perlindungan hukum terhadap konsumen air minum atas layanan
PDAM Mual Na Tio dijelaskan dalm UU No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen. Maka dari itu, adapun tujuan hukum perlindungan konsumen ialah untuk
meningkatkan martabat dan kesadaran konsumen dan memberikan dorongan bagi
pelaku usaha (produsen) untuk lebih bertanggungjawab atas segala kegiatan usaha
yang dilakukan agar terciptanya keseimbangan antara pelaku usaha dan konsumen.
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian yuridis normatif.Peneliti
menggunakan alat pengumpulan data berupa Studi Kepustakan atau Studi Dokumen
(Documentary Study) dengan melakukan wawancara di Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM) Mual Na Tio di Kota Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara.
Penelitian yang dilakukan menjawab permasalahan konsumen air minum
terkait solusi kendala atas pelayanan, kelancaran air, dan kualitas air dari PDAM
Mual Na Tio di Kota Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara.Dengan adanya
perlindungan konsumen, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dalam
melaksanakan kegiatan jasanya akan menjadi perbuatan yang harus
dipertanggungjawabkan khususnya terhadap kerugian yang diderita konsumen dalam
pemakaian jasanya.Dengan adanya perlindungan konsumen akan menjadi pedoman
masyarakat selaku konsumen untuk melindungi apa yang menjadi hak-haknya.Hal
tersebut diperlukan untuk menghindari kesewenang-wenangan pelaku usaha dan
menegaskan apa yang menjadi hak konsumen.

Kata Kunci : Konsumen, Air, Tanggung Jawab.


*Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
**Dosen Pembimbing I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
*** Dosen Pembimbing II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perusahan Daerah Air Minum (PDAM) Mual Na Tio di Kota Tarutung

Kabupaten Tapanuli Utara merupakan salah satu Perusahaan Daerah Air Minum

sebagai penyedia air bersih bagi masyarakat yang menjadi konsumen atau pelanggan.

Pada hakikatnya, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) adalah badan usaha milik

pemerintah daerah, yang melaksanakan fungsi pelayanan menghasilkan kebutuhan air

minum/air bersih bagi masyarakat, diharapkan dapat memberikan pelayanan akan air

bersih yang merata kepada seluruh lapisan masyarakat, membantu perkembangan

bagi dunia usaha dan menetapkan struktur tarif yang disesuaikan dengan tingkat

kemampuan masyarakat.Artinya Perusahaan Dearah Air Minum memiliki dua fungsi,

yaitu fungsi pelayanan kepada masyarakat dan fungsi menambah penerimaan daerah.

Dalam hal ini keberadaan Perusahaan Daerah Air Minum sebagai Badan Usaha

Milik Daerah (BUMD) dapat membantu memenuhi kebutuhan masyarakat,

menunjang bagi perkembangan kelangsungan dunia usaha dan perkembangan

ekonomi di daerah, percepatan pembangunan di daerah, karena air bersih yang

dihasilkan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) merupakan barang yang essensial

yang menyangkut hajat hidup orang banyak.Jumlah pelanggan air minum di Kota

Tarutung sebanyak 5251 pelanggan (67,36%).Oleh karena itu penyediaan air bersih

sangat diperlukan untuk keperluan air minum.

1
2

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Mual Na Tio di Kota Tarutung

Kabupaten Tapanuli Utara selama ini diperhadapkan berbagai masalah.Masyarakat di

Kota Tarutung selaku konsumen air minum seringkali merasa kecewa atas layanan

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Keluhan yang kerap kali dialamai oleh

masyarakat Tarutung ialah permasalahan layanan Perusahaaan Daerah Air Minum

(PDAM) Mual Na Tio yang belum terselesaikan.Standar kualitas dan kinerja

pelayanan belum sesuai dengan Keputusan Ketua Badan Pendukung Pengembangan

Sistem Penyediaan Air Minum Nomor 002/KPTS/K-6/IV/2010 Tentang Penilaian

Kinerja Pelayanan Penyelanggaraan Pengembangan Sistem Air Minum pada

Perusahaan Daerah Air Minum.Pelayanan dinilai kurang oleh konsumen karena

kurang tanggapnya atau lamanya pihak PDAM dalam menanggapi keluhan

masyarakat.Keluhan atas pelayanan PDAM disampaikan para pelanggan baik dalam

bentuk telepon langsung, melalui SMS, ada juga yang datang ketempat atau kantor

PDAM.Oleh karena itu, pihak PDAM perlu meningkatkan dan memperbaiki kinerja

atau kualitas pelayanan untuk memenuhi permintaan akan kebutuhan air minum

masyarakat Tarutung.

Selain itu kendala yang dialami oleh masyarakat Tarutung ialah kelancaran air

minum yang didistribusikan ke rumah masyarakat.Air yang disalurkan terkadang mati

hampir setengah hari sehingga mengganggu aktivitas masyarakat.Ketidaklancaran air

tersebut dipengaruhi oleh kerusakan jaringan pipa distribusi dan banyaknya jaringan

pipa yang sudah tua atau keropos.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

907/MENKES/SK/VII/2002 Tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air


3

minum disebutkan bahwa :”Air minum adalah air melalui proses pengolahan yang

memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum sedangkan air bersih adalah

air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat

kesehatan dan dapat diminum apabila dimasak”.Kesan umum yang ada pada PDAM

Mual Na Tio ini sudah memberikan mutu air dengan syarat-syarat kesehatan yang

ada.Terbukti masyarakat yang berdomisili di Kota Tarutung dilanda krisis air bersih

untuk kebutuhan sehari-hari, Khususnya pasokan air minum. Pelanggan air minum

meminta pihak Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Mual Na Tio agar proaktif

menyikapi masalah pasokan air bersih dengan memanfaatkan potensi alam yang

ada.Seharusnya Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Mual Na Tio dapat

memanfaatkannya untuk memenuhi kebutuhan air minum masyarakat Tarutung.

Sebab penduduk di ibukota Taput ini sudah sangat padat.Setiap bulan ada puluhan

rumah baru yang berdiri.

Berdasarkan keluhan yang dialami konsumen air minum atas layanan Perusahaan

Daerah Air Minum (PDAM) diharapkan kepentingan konsumen agar lebih

diperhatikan lagi dan konsumen tidak merasa dirugikan. Dengan ini harus ada

pertanggungjawaban dari pihak Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Mual Na

Tio dalam menangani hal-hal yang merugikan pelanggan/konsumen terutama dalam

hal kualitas pelayanan, kelancaran air yang didistribusikan ke rumah masyarakat, dan

yang paling penting ialah kualitas air minum yang harus ditingkatkan.Setiap

perbuatan yang dilakukan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Mual Na Tio

merupakan perbuatan yang harus dipertanggungjawabkan sesuai dengan yang

disebutkan dalam Pasal 19 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang


4

Perlindungan Konsumen.Adapun bentuk pertanggungawaban perdata yang diberikan

oleh pihak Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Mual Na Tio kepada konsumen

pelanggan air minum yang menderita kerugian, tetap berpedoman pada ketentuan-

ketentuan perundang-undangan yang berlaku.Pertanggungjawaban Perusahaan

Daerah Air Minum (PDAM) Mual Na Tio dapat berupa kompensasi, ganti rugi

dan/atau penggantian atas air minum yang diterima.

Undang-Undang Perlindungan Konsumen merupakan pedoman masyarakat di

Kota Tarutung selaku pengguna jasa air minum Perusahaan Daerah Air Minum

(PDAM) untuk melindungi apa yang menjadi hak-haknya.Adapun bentuk

perlindungan konsumen ialah dengan adanya ketersediaan aturan seperti yang

disebutkan dalam UUPK yaitu penyelesaian sengketa dapat diselesaikan melalui

pengadilan maupun diluar pengadilan dan adanya badan pengawasan dari

pemerintah.Hal tersebut diperlukan untuk menghindari kesewenang-wenangan pelaku

usaha dan menegaskan apa yang menjadi hak konsumen.Jika terjadi kesewenang-

wenangan dari pelaku usaha akan mengakibatkan ketidakpastian hukum.Kepastian

hukum untuk memberikan perlindungan kepada konsumen itu antara lain adalah

dengan meningkatkan harkat dan martabat konsumen serta membuka akses informasi

tentang barang/atau jasa baginya, dan menumbuhkembangkan sikap pelaku usaha

yang jujur dan bertanggung jawab.1Seperti yang dikemukakan oleh Zoemrotin

K.Susila bahwa dengan kepastian hukum yang jelas dan tegas, pelaku usaha akan

semakin berhati-hati dalam memproduksi barang dan/atau jasa, sehingga secara tidak

1
Adrian Sutedi, Tanggung Jawab Produk dalam Hukum Perlindungan Konsumen, (Bogor:
Ghalia Indonesia,2008),h 8.
5

langsung memberikan perlindungan prefentif terhadap konsumen.2Dengan latar

belakang inilah, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

“Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Air Minum Atas Layanan Perusahaan

Daerah Air Minum (PDAM) Mual Na Tio Ditinjau Dari UU No.8 Tahun 1999

Tentang Perlindungan Konsumen Di Kota Tarutung Kabupaten Tapanuli

Utara”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, yang menjadi permasalahan dalam

pembahasan selanjutnya adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana solusi terhadap kendala konsumen air minum atas layanan

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Mual Na Tio di Kota Tarutung

Kabupaten Tapanuli Utara ?

2. Bagaimana tanggung jawab Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Mual Na

Tio di Kota Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara ?

3. Bagaimana perlindungan hukum bagi konsumen air minum atas layanan

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Mual Na Tio ditinjau dari UU No.8

Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen di Kota Tarutung Kabupaten

Tapanuli Utara ?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan permasalahan yang telah ditetapkan, maka penelitian ini bertujuan

sebagai berikut :

2
Zoemrotin K.Susila, Penyambung Lidah Konsumen, (Jakarta:Puspa Swara,1999), h 10.
6

a. Untuk mengetahui solusi terhadap kendala yang dialami oleh konsumen air

minum atas layanan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Mual Na Tio di

Kota Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara.

b. Untuk menjelaskan tanggung jawab Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)

dalam melaksanakan jasanya sebagai subjek hukum terhadap kerugian yang

diderita konsumen dalam pemakaian jasanya.Adapun bentuk

pertanggungawaban perdata yang diberikan oleh pihak Perusahaan Daerah Air

Minum (PDAM) Mual Na Tio kepada konsumen pelanggan air minum yang

menderita kerugian, tetap berpedoman pada ketentuan-ketentuan perundang-

undangan yang berlaku.Pertanggungjawaban Perusahaan Daerah Air Minum

(PDAM) Mual Na Tio dapat berupa kompensasi, ganti rugi dan/atau

penggantian atas air minum yang diterima.

c. Untuk mengetahui perlindungan hukum bagi konsumen air minum terhadap

layanan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Mual Na Tio di Kota

Tarutung ditinjau dari UU No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin dicapai dari pembahasan skripsi ini adalah :

a. Dari Segi Teoretis

Diharapkan dapat menambah perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang

hukum, terkhususnya hukum yang menyangkut perlindungan hukum bagi

konsumen air minum atas layanan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
7

Mual Na Tio di Kota Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara dan hasil dari

penelitian ini dapat bermanfaat bagi konsumen terutama konsumen air minum

atas layanan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di kota Tarutung

Kabupaten Tapanuli Utara agar lebih cermat dan kritis dalam penggunaan jasa

air minum.

b. Dari Segi Praktis

Pembahasan terhadap permasalahan dalam skripsi ini dapat memberikan

gambaran kepada masyarakat selaku konsumen membela hak-haknya yang

berkaitan dengan perlindungan hukum bagi konsumen air minum atas layanan

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Mual Na Tio di Kota Tarutung

Kabupaten Tapanuli Utara, sehingga penelitian ini diharapkan dapat

memberikan pemahaman lebih kepada konsumen air minum atas layanan

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) agar terhindar dari penyimpangan

dan diharapkan dapat membantu dan memberi masukan serta tambahan

pengetahuan bagi para pihak yang terkait dengan masalah yang diteliti.

E. Keaslian Penulisan

Dalam rangka meningkatkan ilmu pengetahuan yang diperoleh maka

dituangkan dalam sebuah skripsi yang berjudul “Perlindungan Hukum Bagi

Konsumen Air Minum atas Layanan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)

Mual Na Tio Ditinjau dari UU No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen di Kota Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara”.


8

Sampai sejauh ini belum ditemukan adanya judul yang sama seperti judul

tersebut diatas pada arsip Perpustakaan Universitas cabang Fakultas Hukum.

Namun terdapat penelitian yang membahas mengenai Perlindungan Hukum

Bagi Konsumen Air Minum atas Layanan PDAM, diantaranya :

T Yudi Astuti, FH USU (2009), dengan judul penelitian Analisis Hukum

Terhadap Perjanjian Penyambungan Air Pada PDAM Tirtanadi Medan.Adapun

permasalahan dalam penelitian adalah :

1. Bagaimana proses hukum perjanjian air pada PDAM Tirtanadi Medan ?

2. Bagaimana Akibat Hukum Wanprestasi Dalam Perjanjian Penyambungan

Air pada PDAM Tirtanadi Medan ?

3. Bagaimana penyelesaian sengketa dalam perjanjian penyambungan air

pada PDAM Tirtanadi Medan ?

Kartini Elisabet Purba, FH USU (2007), dengan judul penelitian Perlindungan

Hukum Terhadap Konsumen dalam Mengkonsumsi Air Minum Depot Isi Ulang di

Kota Medan Ditinjau dari Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen dan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002

Tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum. Adapun permasalahan

dalam penelitian adalah :

1. Bagaimanakah pengaturan air minum depot isi ulang dalam hukum

perlindungan konsumen di Indonesia serta apakah permasalahan yang

dialami oleh konsumen dalam rangka mengkonsumsi air minum depot isi

ulang?
9

2. Bagaimanakah bentuk perlindungan hukum terhadap konsumen air

minum isi ulang serta pembinaan dan pengawasan dan instansi terkait

terhadap pengelolaan depot air minum isi ulang?

3. Bagaimanakah mekanisme penyelesaian sengketa konsumen yang dapat

ditempuh untuk menyelesaikan berbagai pelanggaran air minum depot isi

ulang di Kota Medan?

Rocky Ardiansyah, FH USU (2008) dengan judul penelitian Hak dan

Kewajiban Para Pihak Dalam Perjanjian Berlangganan Air Bersih Antara PDAM

Tirtabina Labuhan Batu Rantau Parapat dengan Konsumen Menurut Undang-Undang

No. 8 Tahun 1999. Adapun permasalahan dalam penelitian adalah :

1. Bagaimana proses pelaksanaan hak dan kewajiban para pihak dalam

perjanjian berlangganan air bersih antara konsumen dengan perusahaan

daerah air minum berkaitan dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun

1999 Tentang Perlindungan Konsumen ?

2. Kendala apa yang dihadapi konsumen dan PDAM Tirtabina Labuhanbatu

dalam melaksanakan hak dan kewajiban berkaitan dengan Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

F. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Konsumen

Menurut A.Z Nasution pengertian konsumen adalah “setiap orang yang

mendapatkan barang atau jasa yang digunakan untuk tujuan tertentu.” 3

3
Ibid, h 14
10

Konsumen umumnya diartikan sebagai pemakai terakhir dari produk yang

diserahkan kepada mereka oleh pengusaha, yaitu setiap orang yang

mendapatkan barang untuk dipakai dan tidak untuk diperdagangkan atau

diperjualbelikan lagi.4

Istilah lain yang agak dekat dengan konsumen adalah “pembeli”.

Pengertian konsumen jelas lebih luas daripada pembeli.Luasnya pengertian

konsumen dilukiskan secara sederhana oleh mantan Presiden Amerika Serikat,

John F.Kennedy yang mengatakan “Consumer by definition include us all”5

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) merumuskan batasan

konsumen yaitu :”pemakai barang atau jasa yang tersedia dalam masyarakat

bagi kepentingan diri sendiri, keluarga atau orang lain dan tidak untuk

diperdagangkan kembali”.6 Sementara ahli hukum pada umumnya sepakat

bahwa arti konsumen adalah :” pemakai akhir dari benda dan jasa yang

diserahkan kepada mereka oleh pengusaha (order nemer).7

2. Perlindungan Konsumen

Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8

Tahun 1999, Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin

adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen.8

4
Janus Sidalabok, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, (Medan: Citra Aditya Bakti,
2014), h 14.
5
Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, (Jakarta: PT.Grasindo, 2003), h 2.
6
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Perlindungan Konsumen Indonesia, (Jakarta:
1992), h 1
7
Mariam Darus Barulzaman I, Pembentukan Hukum Nasional dan Permasalahnnya, (
Bandung : 1981), h 47.
8
Zulham, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar,(Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2002),h 21.
11

Pengertian perlindungan konsumen dikemukakan oleh berbagai sarjana

hukum salah satunya Az.Nasution mendefenisikan perlindungan konsumen

adalah bagian dari hukum yang memuat asas-asas atau kaidah- kaidah yang

bersifat mengatur hubungan dan juga mengandung sifat yang melindungi

kepentingan konsumen.9

Pada dasarnya konsumen adalah seluruh penduduk Indonesia yang

membutuhkan adanya suatu perlindungan hukum bagi konsumen dan

merupakan kepentingan dari seluruh masyarakat Indonesia.Kepentingan

konsumen sangat luas sehingga pengaturan perlindungan hukum terhadap

kepentingan konsumen.

Karena posisi konsumen yang lemah, ia harus dilindungi oleh hukum.

Salah satu sifat sekaligus tujuan hukum itu adalah memberikan perlindungan

(pengayoman) kepada masyarakat.Jadi, sebenarnya hukum konsumen dan

hukum perlindungan konsumen adalah dua bidang hukum yang sulit

dipisahkan dan ditarik batasnya.10

3. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) merupakan salah satu unit usaha

milik daerah yang bergerak dalam distribusi air bersih bagi masyarakat umum

yang diawasi dan diminitor oleh aparat-aparat eksekutif maupun legislatif.

9
Az.Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, (Jakarta: Diadit Media,
2002), h 22.
10
Abdul Halim Barkatulah, Hukum Perlindungan Konsumen Kajian Teoritis dan
Perkembangan Pemikiran, ( Bandung : Nusa Media, 2008) , h 17.
12

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) ada di setiap provinsi, kabupaten,

dan kota madya di seluruh Indonesia.

Dalam kehidupan sehari-hari air merupakan salah satu komponen yang

paling dekat dengan manusia yang menjadi kebutuhan dasar bagi kualitas dan

keberlanjutan kehidupan manusia.Selain merupakan sumber daya alam, air

juga merupakan komponen ekosistem yang sangat penting bagi kehidupan

manusia dan makhluk hidup lainnya, yang dikuasai oleh Negara dan

dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) adalah Perusahaan yang

berbentuk Badan Hukum yang dapat mengurus kepentingannya sendiri, ke

luar dan ke dalam terlepas dari Organisasi Pemerintah Daerah, seperti PU

Kabupaten/ Kota madya dan lain sebagainya.11

Dalam menuju masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan

UUD 1945, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) memiliki tugas

membantu Bupati dalam melaksanakan urusan Rumah Tangga Daerah guna

menyelenggarakan penyediaan air minum dan pengelolaan limbah untuk

kesejahteraan masyarakat yang mencakup aspek sosial, kesehatan dan

pelayanan umum.

Adapun yang menjadi tujuan dari Perusahaan Daerah Air Minum ini

adalah melaksanakan pembangunan daerah serta pembangunan ekonomi

nasional umumnya dalam rangka meningkatkan kesehjateraan dan memenuhi

kebutuhan masyarakat serta ketenagakerjaan.


11
Anthony Henriquez, BRE, Air Bersih, (Solo: Tiga Serangkai, 1985), h 61.
13

4. Perjanjian

Perjanjian atau pesetujuan merupakan terjemahan dari overeenkomst,

Pasal 1313 KUHPerdata menyatakan suatu persetujuan adalah suatu

perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap

satu orang lain atau lebih.Perjanjian atau persetujuan (overeenkomst) yang

dimaksud dalam Pasal 1313 KUHPerdata hanya terjadi atas izin atau

kehendak (toestemming) dari semua mereka yang terkait dengan persetujuan

itu, yaitu mereka yang mengadakan persetujuan atau perjanjian yang

bersangkutan.12

Menurut Setiawan perjanjian adalah suatu perbuatan hukum dimana satu

orang atau lebih mengikatkan dirinya atau saling mengikatkan dirinya

terhadap satu orang atau lebih.13Dari pengertian singkat diatas dijumpai

didalamnya beberapa unsur yang memberi wujud pengertian perjanjian, antara

lain hubungan hukum yang menyangkut hukum kekayaan antara dua orang

atau lebih, yang memberi hak pada satu pihak dan kewajiban pada pihak lain

tentang suatu prestasi.14

12
Komar Andasasmita, Notaris II Contoh Akta Otentik Dan Penjelasannya, (Bandung: Ikatan
Notaris Indonesia Daerah Jawa Barat, 1990), h 430.
13
Apit Nurwidijanto, Pelaksanaan Perjanjian Pemborongan Bangunan Pada Puri Kencana
Mulya Persada di Semarang, (Tesis Ilmu Hukum: Universitas Diponogoro, 2007), h 41
14
M. Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian, (Bandung: Alumni, 1986), h 7.
14

G. Metode Penelitian

1. Spesifikasi Penelitian

a. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian skripsi ini adalah yuridis

normatif yang didukung dengan wawancara. Pendekatan yuridis normatif adalah

pendekatan yang dilakukan berdasarkan bahan hukum utama dengan cara

menelaah teori-teori, konsep-konsep, asas-asas hukum serta peraturan perundang-

undangan yang berhubungan dengan penelitian ini.Pendekatan ini dikenal pula

dengan pendekatan kepustakaan, yakni dengan mempelajari buku-buku, peraturan

perundang-undangan dan dokumen lain yang berhubungan dengan penelitian ini.

b. Sifat Penelitian

Sifat penelitian yang dilakukan adalah bersifat preskriptif, yaitu suatu

penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan saran-saran mengenai apa yang

harus dilakukan untuk menatasi masalah-masalah tertentu.15

c. Pendekatan Penelitian

Penelitian dengan jenis yuridis normatif pada hakikatnya menunjukkan pada

suatu ketentuan, pendekatan penelitian dilakukan agar peneliti mendapatkan

informasi dari berbagai aspek untuk menemukan isu-isu yang akan dicari

jawabannya.

Adapun pendekatan dalam penelitian ini yaitu pendekatan perundang-

undangan (status approach) atau pendekatan yuridis yaitu penelitian terhadap

15
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum Universita Indonesia, Jakarta 1986, h 15.
15

produk-produk hukum.16Pendekatan perundang-undangan ini dilakukan untuk

menelaah semua undang-undang dan regulasi yang berkaitan dengan penelitian

yang akan diteliti.Pendekatan perundang-undangan ini akan membuka

kesempatan bagi peneliti untuk mempelajari adakah konsistensi dan kesesuaian

antara satu undang-undang dengan undang-undang lain.17

2. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), Hutatoruan

VI, Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara.

3. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam suatu penelitian merupakan hal yang sangat penting

dalam penulisan skripsi, karena melalui pengumpulan data ini akan diperoleh data

yang selanjutnya bisa dipergunakan untuk analisa sesuai yang diharapkan berkaitan

dengan hal tersebut, maka dalam penelitian ini menggunakan pengumpulan data

sebagai berikut:

a. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari responden, bukan

dari bahan kepustakaan.18 Dalam skripsi ini dilakukan wawancara terhadap pihak

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Mual Na Tio dan masyarakat selaku

konsumen di Kota Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara.Sistem wawancara yang

dipergunakan dalam penelitian ini adalah wawancara bebas terpimpin, artinya

16
Bahder Johan Nasution, Metode Penelitian Ilmu Hukum, (Bandung :Mandar Maju, 2008), h
92
17
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta : Kencana, 2010), h 93.
18
Anshari Siregar, Tampil, Metode Penelitian Hukum, (Medan: Pustaka Bangsa Press, 2005),
hal. 74
16

terlebih dahulu dipersiapkan daftar pertanyaan sebagai pedoman tetapi masih

dimungkinkan adanya variasi pertanyaan yang disesuaikan dengan situasi pada

saat wawancara dilakukan.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan kepustakaan, bukan dari

responden langsung.19 Data sekunder terdiri dari:

1) Bahan-bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang bersifat autoritatif yang

artinya mempunyai otoritas, bahan hukum primer ini terdiri dari perundang-

undangan, dalam pembuatan perundang-undangan dalam penelitian ini bahan

hukum primer yang digunakan antara lain: Undang-Undang Dasar tahun 1945,

Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen,

Peraturan Bupati Tapanuli Utara Nomor 09 Tahun 2017 Tentang Susunan

Organisasi dan Tata Kerja PDAM Mual Na Tio Kabupaten Tapanuli Utara,

Keputusan Ketua Badan Pendukung Pengembangan Sitem Penyediaan Air

Minum Nomor 002/KPTS/K-6/IV/2010 Tentang Penilaian Kerja Pelayanan

Penyelenggara Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, Peraturan

Menteri Kesehatan Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang syarat-syarat

dan pengawasan Kualitas air Minum, Keputusan Ketua Badan Pendukung

Pengembangan sistem Penyediaan Air Minum Nomor 002/KPTS/K-

6/IV/2010 Tentang penilaian Kinerja Pelayanan Penyelenggara

Pengembangan Sistem Penyedia Air Minum Pada Perusahaan Daerah Air

19
Ibid, hal.74
17

Minum,dan Undang-Undang Nomor 30 tahun 1999 Tentang Arbitrase dan

Alternatif Penyelesaian Sengketa.

2) Bahan-bahan hukum yang digunakan dalam penulisan skripsi ini meliputi:

a) Buku-buku yang membahas tentang perlindungan konsumen.

b) Buku-buku yang membahas tentang Perusahaan Daerah Air Minum

(PDAM) Mual Na Tio.

3) Bahan Hukum tersier yang terdiri dari internet.

4. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

a. Metode Penelitian Library Research

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data tersebut adalah dengan

menggunakan studi dokumen (document study) atau studi kepustakaan

(library research), yaitu dengan mempelajari peraturan perundang-undangan,

buku, situs internet, media massa, dan kamus yang berkaitan dengan judul

skripsi yang dipergunakan sebagai dasar dalam penelitian dan menganalisa

masalah-masalah yang dihadapi.20

b. Metode Penelitian Lapangan (Field Research)

Metode penelitian lapangan yang digunakan adalah dengan melakukan

wawancara.Penelitian ini melakukan wawancara dengan Perusahaan Daerah

Air Minum (PDAM) Mual Na Tio dan masyarakat Tarutung selaku pengguna

jasa Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Mual Na Tio secara langsung

guna mendapatkan informasi yang dibutuhkan.

20
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 2005), h 21.
18

c. Informan Penelitian

Informan yang akan diwawancarai di dalam penelitian ini adalah :

1. Konsumen

Konsumen yang akan diwawancarai secara mendalam dalam penelitian ini

ialah :

1. Dosma Br.Simanjuntak (Kasubbag Umum dan Kepegawaian Dinas

Perhubungan)

2. Hotman Batubara (Wiraswasta)

3. Kristina Br.Manalu (Ibu Rumah Tangga)

4. Endang Br.Sitanggang (Guru)

2. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Mual Na Tio

Pihak-pihak yang memiliki otoritas resmi di Perusahaan Daerah Air

Minum (PDAM) Mual Na Tio akan diwawancarai secara mendalam oleh

peneliti, yaitu Mona Br.Napitupulu Kepala Seksi Administrasi dan umum

di Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Mual Na Tio di Kota Tarutung

Kabupaten Tapanuli Utara.

5. Analisa Data

Analisa data dalam penelitian ini menggunakan data kualitatif yaitu

dengan memahami manusia dari sudut pandang orang yang bersangkutan itu

sendiri, berguna untuk memahami dan mengerti gejala yang diteliti.21Jadi,

dalam analisa data kualitatif dilakukan dengan cara mengorganisasikan data,

21
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,
(Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2007), h 32.
19

dan memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mencari dan

menemukan apa yang penting dan apa saja yang dipelajari serta menemukan

apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

H. Sistematika Penulisan

Secara keseluruhan penelitian ini terbagi dalam 5 bab yang masing-masing

dari sub bab yang dikembangkan jika memerlukan pembahasan yang lebih terperinci

adalah :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang alasan untuk memilih judul tersebut dan

dikemukakan juga tujuan dan manfaat apa yang menjadi permasalahan

dan metode penelitian dan pengumpulan data diikuti dengan

sistematika penulisan.

BAB II SOLUSI TERHADAP KENDALA KONSUMEN AIR MINUM

ATAS LAYANAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM

(PDAM) MUAL NA TIO DI KOTA TARUTUNG KABUPATEN

TAPANULI UTARA

Bab ini membahas tentang solusi atas kendala yang dialami konsumen

air minum atas layanan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Mual

Na Tio di Kota Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara.

BAB III TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM

(PDAM) MUAL NA TIO DI KOTA TARUTUNG KABUPATEN

TAPANULI UTARA
20

Pada bab ini dikemukakan mengenai tanggung jawab Perusahaan

Daerah Air Minum (PDAM) terhadap konsumen air minum .

BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN AIR MINUM ATAS

LAYANAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM)

DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999

TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

Pada bab ini dikemukakan bentuk perlindungan hukum konsumen air

minum terhadap layanan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)

ditinjau dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan penutup yang berisi simpulan dan saran dimana

peneliti membuat suatu kesimpulan atas pembahasan yang telah dibuat

dalam skripsi ini dan beberapa saran dari peneliti yang bersangkutan

dengan skripsi ini.


BAB II
SOLUSI TERHADAP KENDALA KONSUMEN AIR MINUM ATAS
LAYANAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) MUAL NA TIO
DI KOTA TARUTUNG KABUPATEN TAPANULI UTARA

A. Tinjauan Umum Tentang Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)

1. Sejarah PDAM Mual Na Tio

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Mual Na Tio merupakan

Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Kabupaten Tapanuli Utara yang

bergerak dalam bidang penyediaan air minum.

Sarana penyediaan air bersih di Kabupaten Tapanuli Utara dibangun

oleh kolonial Belanda pada Tahun 1928 untuk Kota Tarutung.Setelah

kemerdekaan Tahun 1945 pemerintah Indonesia mengambil alih

pengelolaannya yang ditangani Dinas Air Minum dibawah pengawasan Dinas

Pekerjaan Umum.Pertama sekali dengan Peraturan Daerah Kabupaten Dati II

Tapanuli Utara Nomor 10 Tahun 1974 diberikan sebutan nama Perusahaan

Dearah Air Minum Tingkat II Tapanuli Utara.22

Tahun 1991 berganti nama lagi menjadi Perusahaan Daerah Air

Minum Mual Na Tio sesuia Perda Kabupaten Dati II Tapanuli Utara Nomor 8

Tahun 1991, sebagaimana telah diubah dengan Perda TK II Tapanuli Utara

Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten

Tapanuli Utara Daerah tingkat II Tapanuli Utara Nomor 08 Tahun 1991

22
https://pdammualnatio.com/sejarah-2/, diakses pada tanggal 16 November 2020 Jam 18.17
Wib.

21
22

Tentang Pendirian Perusahaan Daerah Air Minum Mual Na Tio Kabupaten

Daerah Tingkat II Tapanuli Utara.23Mual Na tio adalah bahasa batak toba,

dimana mual diartikan mata air, sumber dan Na Tio diartikan jernih atau

bersih.Maka apabila digabungkan Mual Na Tio adalah mata air yang bersih.

Struktur Organisasi Perusahaan Daerah Air Minum Mual Na Tio

Kabupaten Dati II Tapanuli Utara yang dilaksanakan berdasarkan SK Bupati

KDH Tk.II Tapanuli Utara Nomor 135 Tahun 1993 yang telah diperbaruhi

dengan SK Bupati KDH Tk.II Tapanuli Utara Nomor 341 Tahun 1995 tanggal

5 September 1995 serta Keputusan Bupati Nomor 01 Tahun 2002 lengkap

dengan Tugas Pokok, Fungsi serta Uraian tugas masing-masing seluruh unsur

organisasi.

Selanjutnya Struktur Organisasi Perusahaan Daerah Air Minum Mual

Na Tio Kabupaten Tapanuli Utara telah diubah terakhir kali dengan peraturan

Bupati Tapanuli Utara Nomor 09 Tahun 2017 Tentang Susunan Organisasi

dan Tata Kerja Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Mual Na Tio

Kabupaten Tapanuli Utara yang merupakan Perubahan dan Penyempurnaan

Keputusan direktur PDAM Mual Na Tio Kabupaten Tapanuli Utara Nomor 15

Tahun 2014 Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja PDAM Mual Na Tio

Kabupaten Tapanuli Utara.

Peraturan Bupati Tapanuli Utara Nomor 9 Tahun 2017 Tentang

Susunan Organisasi dan Tata Kerja PDAM Mual Na Tio Kabupaten Tapanuli

Utara.Peraturan Bupati ini menjadi dasar penambahan beberapa stuktur di

23
Ibid
23

PDAM Mual Na Tio Kabupaten Tapanuli Utara antara lain penambahan Staf

Ahli, Satuan Pengawas Intern (SPI), Peningkatan Seksi Pelayanan Langganan

menjadi Bagian Pelayanan Langganan, Peningkatan Urusan Pengolahan

Data/Rekening menjadi Seksi Pengolahan Data/Rekening.

2. Perusahaan Daerah

UU No.5 tahun 1962 Tentang Perusahaan Daerah menyebutkan bahwa

sifat perusahaan daerah diantaranya adalah memberi jasa, penyelenggaraan

kemanfaatan umum dan memupuk pendapatan.Perusahaan Daerah adalah

semua perusahaan yang didirikan berdasarkan UU No.5 Tahun 1962 yang

seluruh atau sebagian modalnya merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan,

kecuali jika ditentukan lain dengan atau berdasarkan Undang-Undang.

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang merupakan lembaga

pemerintahan berbentuk perusahaan daerah memiliki sifat yang dijelaskan

dalam Pasal 5 UU No.5 Tahun 1962, sebagai berikut :

1) Perusahaan Daerah adalah satu kesatuan produksi yang bersifat :

a. Memberi jasa.

b. Menyelenggarakan kemanfaatan umum

c. Memupuk pendapatan.

2) Tujuan Perusahaan Daerah adalah untuk turut serta melaksanakan

pembangunan daerah khususnya pembangunan ekonomi nasional pada

umumnya untuk memenuhi kebutuhan rakyat dengan mengutamakan

industrialisasi dan ketentraman serta ketenangan kerja dalam

perusahaan, menuju masyarakat adil dan makmur.


24

Perusahaan Daerah tersebut dipimpin oleh suatu Direksi yang jumlah

anggota dan susunannya ditetapkan dalam peraturan pendiriannya.Direksi

berada dibawah pengawasan Kepala Daerah/pemegang saham/saham prioritet

atau badan yang ditunjukkannya.Dari sifat-sifat perusahaan daerah seperti

yang disebutkan diatas, sifat utama dari perusahaan daerah bukan berorientasi

pada profit.Tetapi sifat utamanya adalah pemberian jasa dan penyelenggaraan

kemanfaatan umum.

3. Visi dan Misi PDAM Mual Na Tio

Visi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Mual Na Tio adalah

masyarakat Kabupaten Tapanuli Utara mendapat air minum yang layak,

sedangkan Misi adalah senantiasa mampu melayani kebutuhan air minum

kepada masyarakat secara lebih baik.

Untuk menyukseskan Visi dan Misi seperti diutarakan diatas

diperlukan 3 (tiga) langkah-langkah strategis yang akan ditempuh oleh

perusahaan yaitu :24

1) Perencanaan dan pelaksanaan pembangunan sarana yang didasari

suatu studi kelayakan yang matang.

2) Pemanfaatan sarana yang ada secara optimal.

3) Pemberdayaan sumber daya manusia secara professional.

24
Hasil wawancara dengan Ibu Mona Napitupulu, Kepala Seksi Administrasi dan Umum
Perusahaan daerah Air Minum (PDAM) Mual Na Tio Kota Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara,
Jln.Pattimura No.7, Pada Tanggal 17 Desember 2020.
25

4. Struktur PDAM Mual Na Tio

Struktur Organisasi yang digunakan saat ini adalah struktur organisasi

yang ditetapkan dengan Peraturan Bupati Tapanuli Utara Nomor 09 Tahun

2017 Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja PDAM Mual Na Tio

Kabupaten Tapanuli Utara seperti yang ditunjukkan dalam gambar berikut :25
DEWAN PENGAWAS

DIREKTUR

(LAMTAGON MANALU)

KEPALA BAGIAN ADM KEPALA BAGIAN


& KEUANGAN TEKNIK
(Jonsabel Nababan SE) (Hotlen Siregar)

Ka.Seksi Kas/Penagihan Ka.Seksi Produksi


(Evelina Panjaitan) (Rijal Situmeang,SE)

Ka.Seksi
Ka.Seksi Pembukuan/Rek
Transmisi/Distribusi
(Marice Sinaga)
(Fernando Lbn.Tobing)

Ka.Seksi Perencanaan &


Ka.Seksi Adm & Umum
Pengawasan
(Mona Napitupulu)
(April Panggabean)

Ka.Seksi Pel.Langganan Ka.Seksi Pemeliharaan


(Jepri Simorangkir, SE) (Juster Panggabean)

UNIT PELAYANAN

25
Hasil wawancara dengan Ibu Mona Napitupulu, Kepala Seksi Administrasi dan Umum
Perusahaan daerah Air Minum (PDAM) Mual Na Tio Kota Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara,
Jln.Pattimura No.7, Pada Tanggal 17 Desember 2020.
26

Adapun yang menjadi tugas Dewan Pengawas ialah melaksanakan

pengawasan,pengendalian dan pembinaan terhadap pengurusan dan

pengelolaan PDAM, memberikan pertimbangan dan saran kepada Kepala

Daerah diminta atau tidak diminta guna perbaikan dan pengembangan PDAM,

memeriksa dan menyampaikan Rencana Strategis Bisnis (Business

Plan/corporate plan) dan rencana bisnis dan anggaran tahunan PDAM yang

dibuat kepada kepala daerah untuk mendapatkan pengesahan.

Tugas Direktur adalah menyusun perencanaan, melakukan koordinasi

dan pengawasan seluruh kegiatan operasional PDAM Mual Na Tio, membina

pegawai, mengurus dan mengelola kekayaan PDAM, menyelenggarakan

administrasi umum dan keuangan, menyusun rencana bisnis 5 (lima) tahunan

(Business Plan/Corporate Plan).

Tugas Kepala Bagian Administrasi dan Keuangan ialah

Mengendalikan kegiatan-kegiatan di bidang administrasi umum dan

keuangan, merencanakan program pendapatan dan pengeluaran keuangan,

merencanakan dan mengendalikan sumber-sumber pendapatan serta

pembelanjaan dan kekayaan perusahaan, dan melaksanakan tugas-tugas lain

yang diberikan oleh direktur.

Tugas Kepala Bagian Teknik ialah mengkoordinasikan dan

mengendalikan kegiatan dibidang perencanaan teknik, produksi dan distribusi,

mengkoordinasikan dan mengendalikan instalasi produksi sumber air dan

sumber mata air tanah, dan mengkordinasikan kegiatan-kegiatan pengujian


27

peralatan teknik dan bahan kimia, melaksanakan tugas-tugas lain yang

diberikan oleh direktur.

Tugas Ka.Seksi Kas/Penagihan ialah membukukan semua penerimaan

dan pengeluaran berdasarkan bukti penerimaan yang diterima dari bendahara

penerima dan penyetor, menerima rekening air dari bagian rekening

berdasarkan berita acara yang telah disetujui oleh kedua pihak, ikut

membukukan, membuat dan melaksanakan jurnal pembayaran dan

penerimaan kas air dan rekening non air, membuat laporan bulanan sesuai

dengan bagiannya masing-masing secara berkala.

Tugas Ka.Seksi Produksi ialah menyelenggarakan pengendalian atas

kualitas dan kuantitas air, termasuk penyusunan rencana kebutuhan material

produksi, mengatur dan menyelenggarakan fungsi-fungsi mekanik, mesin,

ketenangan, kualitas serta laboratorium, membuat laporan bulanan sesuai

dengan bagiannya masing-masing secara berkala, dan melaksanakan tugas-

tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bagian Teknik.

Tugas Ka.Seksi Pembukuan/Rek ialah mengkoordinasikan dan

mengendalikan kegiatan dibidang keuangan dan pembukuannya,

merencanakan dan mengendalikan sumber-sumber pendapatan, pembelanjaan

dan kekayaan perusahaan, mengendalikan uang pendapatan hasil penagihan

rekening air dan non air, membuat laporan bulanan sesuai dengan bagiannya

masing-masing secara berkala.

Tugas Ka.Seksi Transmisi/Distribusi ialah mengawasi pemasangan

dan pemeliharaan pipa distribusi dalam rangka pembagian secara merata dan
28

terus menerus melayani perbaikan akibat gangguan, mengatur dan

menyelenggarakan fungsi pipa/jaringan, pipa pompa tekan dan pelayanan

gangguan, mengkoordinasikan pemasangan sambungan baru untuk pelanggan,

mengkoordinasikan pemasangan sambungan baru untuk pelanggan, meneliti

sambungan-sambungan yang tidak resmi, mengatur dan mengkoordinasikan

pengujian meter air yang baru, dan membuat laporan bulanan sesuai dengan

masing-masing secara berkala.

Tugas Ka.Seksi Adm & Umum ialah mengendalikan kegiatan-

kegiatan di bidang umum dan keuangan, merencanakan program pendapatan

dan pengeluaran keuangan, merencanakan dan mengendalikan sumber-sumber

pendapatan serta pembelanjaan dan kekayaan perusahaan, dan melaksanakan

tugas-tugas lain yang diberikan oleh direktur.

Tugas Ka.Seksi Perencanaan & Pengawasan ialah merencanakan

pengadaan teknik bangunan air minum serta mengendalikan kualitas dan

kuantitas air minum termasuk menjamin rencana kebutuhan, merencanakan

pengadaan penyediaan sarana air minum untuk program-program

penyambungan dan pengawasan serta untuk pendistribusiannya, menyiapkan

bahan pemantauan dan melaksanakan evaluasi serta pelaporan tentang

penggunaan air yang akan diproduksi, mengkoordinir dan mengawasi

pembuatan gambar-gambar perencanaan.

Tugas Ka.Seksi Langganan ialah merencanakan dan mengendalikan

kegiatan-kegiatan di bidang hubungan langganan, melakukan program

penyambungan, penyaluran meter air dan memeriksa data penggunaan


29

berdasarkan meter air, menyelenggarakan pemasaran, pelayanan langganan

dan mengurus penagihan rekening langganan, menyelenggarakan fungsi

pengawasan meter air, pengendalian meter air dan administrasi meter air,

membuat laporan bulanan sesuai dengan bagiannya masing-masing secara

berkala, dan melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh kepala bagian

administrasi dan keuangan.

Tugas Ka.Seksi Pemeliharaan ialah melaksanakan pengoperasian dan

memeriksa jaringan pipa transmisi, distribusi agar berjalan dengan baik

sehingga pendistribusian agar berjalan dengan baik sehingga pendistribusian

air berjalan lancar sampai pada pelanggan, mengerjakan dan memelihara

jaringan-jaringan pipa transmisi, distribusi dan pipa-pipa lainnya, mencari dan

meneliti tempat-tempat kebocoran serta penyebabnya dan membuat laporan

untuk perbaikannya, memeriksa jalur-jalur transmisi , distribusi dan

sambungan dinas secara periodik, mengontrol jalannya distribusi air masuk

dan keluar dari reservoir, tekanannya cukup baik dan merata ke seluruh

wilayah, membuat laporan bulanan sesuai dengan bagiannya masing-masing

secara berkala.

5. Tugas Pokok dan Fungsi Perusahaan

Sesuai dengan pasal 4 (empat) Perda Nomor 8 Tahun 1991, tugas

pokok PDAM Mual Na Tio Kabupaten Tapanuli Utara adalah

menyelenggarakan pengelolaan air minum untuk meningkatkan kesehjateraan

masyarakat yang mencakup aspek sosial, kesehatan dan pelayanan air minum.
30

Adapun yang menjadi fungsi perusahaan PDAM Mual Na Tio

tercantum dalam pasal 5 (lima) Perda Nomor 8 Tahun 1991 dalam

melaksanakan tugas pokoknya , perusahaan melakukan fungsi-fungsi dalam

pelayanan umum atau jasa, menyelenggarakan kemanfaatan umum, memupuk

pendapatan, pelaksanaan, dan pengawasan.

B. Pelayanan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Mual Na Tio di Kota


Tarutung

1. Standar Kualitas dan Kinerja Pelayanan

Kinerja Perusahaan Daerah Air Minum dinilai berdasarkan audit

pedoman penilaian menurut Keputusan Menteri Dalam Negri Nomor 47

Tahun 1999 tanggal 31 Mei 1999.Kewenangan pemerintah daerah selaku

pemegang otoritas dalam penyelenggaraan BUMD, pada umumnya dilakukan

melalui “intervensi kebijakan” dalam kontes yang positif, baik intervensi

secara langsung Kepala Daerah dalam bentuk penentuan kebijakan maupun

melalui dewan pengawas.Kesemuanya dilakukan dalam rangka mendorong

pengelolaan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) menuju era penerapan

prinsip tata kelola perusahaan yang baik, dengan berorientasi kepada

peningkatan kinerja pelayanan sehingga berpotensi juga dalam meningkatkan

kepuasan pelanggan.

Menurut Ivancevich, Lorenzi, Skinner dan Crosby Pelayanan adalah

produk-produk yang tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang melibatkan

usaha-usaha manusia dan menggunakan peralatan.Ini adalah defenisi paling

sederhana.Sedangkan defenisi yang lebih rinci diberikan oleh Gronroos


31

sebagaimana dikutip sebagai berikut : Pelayanan adalah suatu aktivitas atau

serangkaian aktivitas yang bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang

terjadi sebagai akibat adanya interaksi antara konsumen dengan karyawan

atau hal-hal lain yang disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang

dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan konsumen/pelanggan.26

Kualitas pelayanan menjadi hal utama untuk menentukan keberhasilan

organisasi dalam mencapai tujuan karena organisasi dituntut untuk mengikuti

pola konsumsi dan gaya hidup konsumen.

Baik buruknya kualitas pelayanan yang diberikan oleh organisasi dapat

dilihat dari kepuasan konsumen, jika kualitas pelayanan yang dihasilkan tidak

sesuai dengan keinginan dan tuntutan konsumen maka akan mengakibatkan

menurunnya kepercayaan konsumen terhadap konsumen. Sebagai institusi

yang memberikan layanan publik dan juga sekaligus bertujuan untuk

mendapatkan keuntungan, maka Perusahaan Daerah Air Minum dituntut

untuk dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi pelanggannya, dengan

memberikan hak-hak pelanggan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang

Perlindungan Konsumen.

2. Aspek-Aspek Kepuasan Pelanggan

Kotler (2002) mengemukakan pendapat mengenai aspek-aspek

kepuasan pelanggan, meliputi :

26
Richard F.Gerson, Mengukur Kepuasan Pelanggan, panduan menciptakan Pelayanan yang
Bermutu, (Yokyakarta : Pustaka Pelajar , 2002), h 2.
32

a. Expectation (Harapan)

Hal yang mempengaruhi kepuasan konsumen diawali pada tahap sebelum

pembelian, yaitu ketika konsumen menyusun harapan tentang apa yang akan

diterima dari produk.Umumnya harapan pelanggan merupakan perkiraan atau

keyakinan pelanggan tentang apa yang akan diterimanya bila ia membeli atau

mengkonsumsi suatu produk (Tjiptono, 2005).Contohnya harapan pelangan

mengenai kualitas air dari segi rasa dan kejernihan dari penyedia jasa air

bersih sesuai dengan kenyataan yang ada.

b. Performance (Kinerja)

Selama kegiatan konsumsi, konsumen merasakan kinerja dan manfaat dari

produk secara aktual dilihat dari dimensi kepentingan konsumen.Contohnya

yaitu pelanggan melakukan pembayaran administrasi di loket pembayaran,

layanan selama proses pembayaran yang diberikan oleh petugas administrasi

sangat baik dan sopan.

c. Comparison (Perbandingan)

Setelah mengkonsumsi, baik harapan sebelum pembelian dan persepsi kinerja

aktual dibandingkan oleh konsumen.Contohnya harapan pelanggan mengenai

kualitas air dari penyedia jasa air bersih sebelum memakai dan setelah

memakai produk jasa penyedia air bersih tidak sesuai dengan harapan

pelanggan.

d. Confarmation atau Disconfirmation (Penegasan)

Penegasan dari harapan konsumen, apakah harapan pra-pembelian dengan

persepsi pembelian sama atau tidak.Contohnya harapan dan persepsi


33

pelanggan mengenai pelayanan dan kualitas produk air dari penyedia jasa air

bersih tidak sesuai dengan kenyataan yang ada, seperti kurang tanggapnya

petugas pelayanan jasa air bersih dalam memperbaiki meteran air tidak sesuai

dengan jumlah pemakaian.

e. Discrepancy (Ketidaksesuaian)

Jika tingkat kinerja tidak sama, pengakuan ketidaksamaan menentukan

perbedaan satu sama lain.Dikonfirmasi yang negatif menentukan kinerja yang

aktual ada dibawah tingkat harapan maka semakin besar ketidakpuasan

konsumen.Contohnya pelayanan yang diberikan oleh petugas penyedia jasa

air bersih kurang memuaskan tidak sesuai dengan janji yang diberikan oleh

perusahaan penyedia jasa air bersih, hal ini dapat dilihat dari kurangnya

ketanggapan petugas penyedia jasa air bersih dalam menanggapi keluhan-

keluhan pelanggan.

3. Solusi untuk Meningkatkan Kualitas Pelayanan

Menurut penelitian yang dilakukan menunjukkan beberapa keluhan

terhadap kinerja karyawan PDAM Mual Na Tio.Berkaitan dengan hal itu, ada

tiga kategori tanggapan atau complain mengenai ketidakpuasan pelayanan

PDAM Mual Na Tio, yaitu :

a. Voice Response, kategori voise response pelanggan menyampaikan

keluhan secara langsung atau meminta ganti rugi kepada perusahaan yang

bersangkutan, maupun kepada distributornya.Banyak masyarakat

Tarutung merasa dirugikan atas layanan PDAM, sehingga meminta rugi

secara langsung ke PDAM Mual Na Tio.


34

b. Private Response, pada kategori ini, pelanggan melakukan tindakan antara

lain memperingatkan atau memberitahu keluarga, teman, atau rekan

kerjanya mengenai pengalamannya dengan produk atau perusahaan yang

bersangkutan.Umumnya tindakan ini memiliki dampak yang sangat besar

bagi citra positif perusahaan.

c. Third party Response, pelanggan dengan tipe third party response

melakukan tindakan diantaranya usaha meminta ganti rugi secara hukum,

mengadu lewat media massa (menulis surat pembaca misalnya),

mendatangi lembaga konsumen secara langsung, dan lain sebagainya.

Solusi yang dapat dilakukan PDAM Mual Na Tio di Kota Tarutung

Kabupaten Tapanuli Utara ialah dengan menegaskan pemberlakuan

Keputusan Ketua Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air

Minum Nomor 002/KPTS/K-6/IV/2010 Tentang penilaian Kinerja Pelayanan

Penyelenggara Pengembangan Sistem Penyedia Air Minum Pada Perusahaan

Daerah Air Minum.Surat keputusan ini menjadi dasar penerapan penentuan

standar kualitas dan kinerja pelayanan penyelenggara pengembangan Sistem

Penyediaan Air Minum oleh BPP SPAM.Dalam surat keputusan tersebut

berisi 5 (lima) keputusan sebagai berikut :

a. Penilaian kinerja pelayanan penyelenggara pengembangan Sistem

Penyediaan Air Minum Perusahaan Daerah Air Minum dilakukan dengan

menggunakan pendekatan “balance scorecard” dengan pengukuran

terhadap aspek keuangan, pelayanan, operasi dan sumber daya manusia.


35

b. Untuk setiap aspek terdiri atas beberapa indikator untuk lebih memberikan

kecermatan dalam melakukan evaluasi dan penilaian kinerja pelayanan

penyelenggara pengembangan sistem penyediaan air minum.

c. Hasil penilaian kinerja pelayanan pengembangan Sistem Penyediaan Air

Minum pada PDAM dikategorikan dalam 3 (tiga) kriteria, yaitu sehat,

kurang sehat, dan sakit.

d. Penilaian kinerja pelayanan penyelenggaraan pengembangan Sistem

Penyediaan Air Minum pada PDAM diberlakukan pula terhadap

penyelenggara pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum dengan

pemerintah, pemerintah daerah atau PDAM.

e. Setiap aspek maupun indikator memiliki bobot dan nilai masing-masing

yang dituangkan dalam tabel indikator penilaian kinerja pelayanan

penyelenggara Sistem Penyediaan Air Minum PDAM.

Selain itu harus adanya perbaikan hubungan pelanggan.Perbaikan

hubungan dengan pelanggan dapat dilakukan dengan cara melakukan survey

kepuasan pelanggan di seluruh wilayah pelayanan PDAM Mual Na Tio di

Kota Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara, keterbukaan informasi kepada

masyarakat tentang fungsi dan peranan PDAM dan masyarakat dalam

menjaga kelangsungan dan kualitas sumber air bersih di Kabupaten Tapanuli

Utara.Selaku perusahaan jasa, maka penting bagi PDAM untuk berorientasi

kepada pelanggan karena mereka adalah konstituen utama yang akan menjadi

pengguna jasa yang disediakan oleh PDAM.


36

Untuk memenuhi kebutuhan konsumen, maka sasaran strategis adalah

memaksimalisasi fungsi organisasi dan manejemen sumber daya manusia

sehingga mampu melaksanakan program strategis yang telah direncanakan

secara efisisen dan efektif serta menyesuaikan terhadap perkembangan

teknologi dan informasi.Meningkatkan kualitas pelayanan PDAM Mual Na

Tio dapat dilakukan dengan perbaikan organisasi dan manajemen.Hal

tersebut dapat dilakukan dengan cara penyempurnaan struktur organisasi agar

sesuai dengan perkembangan SDM dan teknologi PDAM Mual Na Tio.

C. Kelancaran Air Minum Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Mual Na Tio
di Kota Tarutung

1. Sumber Air Minum PDAM Mual Na Tio

Sumber Air Minum PDAM Mual Na Tio Kabupaten Tapanuli Utara

bersumber dari mata air dan air permukaan (anak sungai) yang terletak

dipegunungan wilayah Kabupaten Tapanuli Utara, dan sangat mungkin pada

musim kemarau debit air akan mengalami penurunan.

Adapun sumber air baku PDAM Mual Na Tio Kabupaten Tapanuli

Utara di Kecamatan Tarutung ialah mata air Sitakka dan air permukaan (anak

sungai) Simarmar Sipoholon.

2. Sistem Distribusi Air Minum PDAM Mual Na Tio

Adapun sistem pendistribusian air oleh PDAM Mual Na Tio dilakukan

dengan 2 cara, yaitu :

1) Jaringan pipa adalah sistem pendistribusian air melalui jaringan pipa

dengan cara gravitasi ke daerah pelayanan.


37

2) Keran Umum merupakan sarana air bersih untuk daerah pemukiman

tertentu, dimana penduduknya belum mampu pelanggan air minum

melalui sambungan rumah dan menggunakan tarif sosial.

3. Faktor Ketidaklancaran Air Minum

Faktor ketidaklancaran air minum di Kota Tarutung Kabupaten

Tapanuli Utara ialah dikarenakan adanya beberapa masalah.Diantaranya ialah

terjadinya penurunan debit air setiap tahunnya mengakibatkan air sering

macet.Penyebab lain dari kemacetan air adalah ketidakteraturan

perpipaan.Letak geografis Kabupaten Tapanuli Utara yang berbukit-bukit

menjadi salah satu hal yang mempengaruhi tingginya kehilangan air, dimana

apabila terjadi longsor maka pipa distribusi akan rusak atau bocor.Penyebab

lainnya ialah banyaknya jaringan pipa yang sudah tua atau keropos, kemudian

masih banyaknya sambungan illegal oleh masyarakat maupun pegawai

sendiri.

4. Solusi Dalam Meningkatkan Kelancaran Air Minum

Berdasarkan hasil wawancara , selama menggunakan fasilitas PDAM

Mual Na Tio kelancaran air sangat buruk.Ketika air tidak lancar konpensasi

untuk pembayaran tidak ada.Sementara pembayaran air setiap bulannya tetap

berlanjut.Selain itu pihak PDAM melakukan denda atau pemutusan.Oleh

karena itu tarif pembayaran air minum yang dikenakan pihak PDAM tetap
38

sama walaupun air yang didistribusikan ke rumah masyarakat lancar dan tidak

lancar.27

Maka solusi akan ketidaklancaran air di Kota Tarutung ialah PDAM

mencari sumber air baku baru.PDAM Mual Na Tio juga perlu memperhatikan

tingkat kehilangan air untuk meminimalisasikan tingkat kehilangan

pendapatan dan kapasitas air yang bisa mempengaruhi kemampuan untuk

memenuhi kebutuhan pelanggan.Penurunan kehilangan air yang menyebabkan

ketidaklancaran air membutuhkan beberapa tindakan seperti survey deteksi

kebocoran, perbaikan atau penggantian peralatan distribusi dan penyusunan

zona/blok jaringan distribusi yaitu membuat meter induk di instalasi sumber

meterisasi pelanggan dan mengganti meter air pelanggan secara teratur, serta

penegakan peraturan yang berlaku.Hal utama yang perlu dilakukan dalam

mengatasi permasalahan diatas untuk menjaga kelancaran air yang akan

didistribusikan ke rumah masyarakat ialah peningkatan pelayanan di PDAM

dengan pembangunan sarana dan prasarana yaitu pembangunan sumber air

baku, pembangunan reservoir, pembangunan jaringan pipa transmisi dan

optimalilsasi atau pembangunan jaringan pipa distribusi.28

27
Hasil wawancara dengan Bapak Hotman Batubara, Pengguna Air Minum PDAM Mual Na
Tio di Jl.Raja Saut Lumban Tobing Hutatoruan VII Kota Tarutung, Pada Tanggal 14 Desember 2020.
28
Hasil wawancara dengan Ibu Mona Napitupulu, Kepala Seksi Administrasi dan Umum
Perusahaan daerah Air Minum (PDAM) Mual Na Tio Kota Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara,
Jln.Pattimura No.7, Pada Tanggal 17 Desember 2020.
39

D. Kualitas Air Minum Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Mual Na Tio
di Kota Tarutung

1. Pengertian Air Minum

Menurut peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

907/MENKES/SK/VII/2002 Tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas

air minum disebutkan bahwa : “Air minum adalah air melalui proses

pegolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung

diminum.Sedangkan air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan

sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum

apabila telah dimasak”.29Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi

syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.Hal inilah yang secara prinsip

membedakan kualitas yang harus dimiliki antara air bersih dan air

minum.Kualitas air minum setingkat lebih tinggi daripada kualitas air bersih

ditinjau dari beberapa komponen pendukungnya.Sebagai konsumen,

masyarakat juga harus mengerti benar bagaimana air yang dikonsumsinya,

apakah air tersebut telah memenuhi syarat dan kualitas.

2. Syarat-Syarat Kualitas Air Minum

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010

Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum dalam Pasal 2 dari peraturan ini

menyebutkan bahwa “Setiap penyelenggara air minum menjamin air minum

yang diproduksinya aman bagi kesehatan”.Berdasarkan pasal ini maka PDAM

sebagai salah satu penyelenggara air minum diharuskan mampu menyediakan

29
Amin Rahmansyah Nasution , Penyesuaian Traif PDAM Tirtanadi untuk Peningkatan
Kualitas Layanan, Majalah Buletin Tirtanadi, No.4 Tahun 2005, Oktober, h 34.
40

air minum yang aman bagi pelanggannya.Kriteria air minum yang aman bagi

kesehatan dijelaskan dalam pasal 3 ayat (1) peraturan ini, yaitu :

1. Air minum aman bagi kesehatan apabila memnuhi persyaratan fisika

mikrobiologis, kimiawi dan radioaktif yang dimuat dalam parameter wajib

parameter tambahan.

2. Parameter wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan

persyaratan kualitas air minum yang wajib diikuti dan ditaati oleh seluruh

penyelenggaran air minum.

Berdasarkan pendapat diatas, maka air itu termasuk sebagai kategori

air yang tidak bersih jika didalamnaya menurut unsur-unsur berikut :

1. Masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan atau

komponen lainnya kedalam air.

2. Berubahnya tatanan air.

3. Unsur-unsur poin (1) dan (2) dilakukan oleh kegiatan atau oleh proses

alam.

4. Menimbulkan penurunan kualitas air sampai pada tingkat tertentu yang

menyebabkan air menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai

dengan peruntukannya.

3. Solusi Untuk Meningkatkan Kualitas Air Minum

Pengguna jasa Perusahaan daerah Air Minum (PDAM) Mual Na Tio

kerap merasa dirugikan dikarenakan kualitas air minum yang didistribusikan

pihak PDAM ke rumah masyarakat buruk.Saat musim penghujan biasanya

sumber air yang dikelola PDAM Mual Na Tio terkena luapan air sehingga
41

menjadi banjir dan keruh.Ini akan mengakibatkan terganggunya supply air

bersih, seperti berubahnya warna air yang didistribusikan ke pelanggan, hal

semacam ini membuat masyarakat kurang puas terhadap pelayanan yang

diberikan oleh PDAM, karena kualitas air kurang baik.Sedangkan ketika

musim kemarau, debit air di setiap sumber air baku akan turun, hal ini juga

dapat menimbulkan terganggu pendistribusian air, hal yang bisa dilakukan

oleh pihak PDAM ialah dengan mengirim tangki-tangki air ke rumah

penduduk yang membutuhkan secara bergilir.

Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil wawancara yang menyatakan

jika hujan datang kondisi air keruh dan tidak layak untuk

dikonsumsi.Sehingga untuk layak konsumsi air tersebut harus disaring

terlebih dahulu.30

Hal yang sama juga disampaikan oleh konsumen air minum PDAM

Mual Na Tio.Kondisi air pada saat kemarau jernih, akan tetapi jika musim

hujan kondisi airnya keruh.31

Ada juga konsumen yang mengeluhkan bahwa air yang disalurkan

oleh PDAM ke rumah masyarakat sangat tidak layak konsumsi karna

berlumpur dan bahkan mengeluarkan cacing.Hal ini tentu mengakibatkan

kekecewaan selaku konsumen air minum PDAM Mual Na Tio.32

30
Hasil wawancara dengan Ibu Kristina Manalu, Pengguna Air Minum PDAM Mual Na Tio
di JL.Aek Ristop Kota Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara, Pada Tanggal 26 November 2020.
31
Hasil wawancara dengan Ibu Dosma Simanjuntak Pengguna Air Minum PDAM Mual Na
Tio di Jl Dr TD pardede komplek maju bersama Kota Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara, Pada
Tanggal 25 November 2020
32
Hasil wawancara dengan Ibu Endang Historina, Pengguna Air Minum PDAM Mual Na Tio
di Lapo Gambiri Kota Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara, Pada Tanggal 26 November 2020.
42

Kualitas air yang dihasilkan sumber Simarmar Sipoholon dan Aek

Goti kadang-kadang tidak sesuai dengan kualitas air yang direncanakan oleh

pihak PDAM Mual Na Tio.Hal ini disebabkan kualitas air sering membawa

lumpur, sehingga kualitas air yang dihasilkan pun menurun.Berdasarkan

Keputusan Mentri Kesehatan No.907/MENKES/SK/VII/2002 tentang syarat-

syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum pengawasan mutu air pada air

minum menjadi tugas dan tanggung jawab Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

Sejalan dengan adanya peningkatan kualitas air minum isi maka Pengawasan

Dinas Kesehatan seharusnya lebih ditingkatkan untuk mengawasi, membina,

dan mengawasi kualitas, agar masyarakat terlindung dari potensi pengaruh

buruk akibat konsumsi air minum.

Strategi yang direncanakan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)

Mual Na Tio untuk menanggulangi masalah tersebut adalah meningkatkan

pembersih sumber dan membangun reservoar.Pembangunan reservoar ini

diharapkan mempunyai multi fungsi, selain untuk meningkatkan kualitas air

melalui penyaringan, juga dimaksudkan untuk “bank air”.


BAB III
TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM)
MUAL NA TIO DI KOTA TARUTUNG KABUPATEN
TAPANULI UTARA

A. Pelayanan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dan Kaitannya Dengan


Perlindungan Konsumen
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Mual Na Tio sebagai salah satu

Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) adalah perusahaan yang bergerak di bidang

jasa pelayanan air minum kepada masyarakat atau konsumen.Sebagai pelaku usaha

maka perusahaan air minum harus melakukan kewajiban-kewajibannya sesuai

dengan kesepakatan yang terjadi dengan pihak konsumen khususnya pelanggan air

minum. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) merupakan perusahaan yang

bertugas menyalurkan air kepada pelanggannya, melakukan perbaikan, dan

memastikan didistribusikan layak untuk dikonsumsi.Jika pelaku usaha tidak

melaksanakan sebagaimana disepakati bersama, maka pelaku usaha telah

melakukan suatu pelanggaran.

Pelayanan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) sangat berkaitan dengan

perlindungan konsumen.Hal tersebut dapat dibuktikan dengan sistem pengawasan

terhadap mutu dan kesehatan serta ketepatan pemanfaatan bahan untuk sasaran

produk. Hubungan antara pihak PDAM dan konsumen yang berkelanjutan

merupakan rangkaian perbuatan hukum. Pada saat ini umumnya suatu perikatan

antara pihak PDAM dan konsumen dengan pembayaran atau pelunasan berjangka

akan tagihan pembayaran penggunaan jasa PDAM Mual Na Tio tidak jarang

43
44

memunculkan masalah.Informasi yang benar dan bertanggungjawab akan

membantu konsumen mendapatkan pilihan yang tepat.

Alasan pokok terjadinya hubungan hukum perjanjian antara pihak PDAM dan

konsumen ialah karena adanya kebutuhan akan barang dan atau jasa tertentu,

tentunya diharapkan bahwa konsumen dapat menikmati penggunaan pemanfaatan

dan pemakaian yang layak dari barang atau jasa tersebut.Untuk dapat menikmati

penggunaan, pemanfaatan dan pemakaian yang layak dari barang atau jasa

tersebut, maka akan dikemukakan apa yang menjadi hak dan kewajiban

konsumen tersebut.Dengan adanya hak dan kewajiban konsumen akan

mempertegas adanya hubungan pelayanan PDAM dengan perlindungan hukum.

Tiap hubungan hukum tentu menimbulkan hak dan kewajiban, selain itu

masing-masing anggota masyarakat tentu mempunyai hubungan kepentingan

yang berbeda-beda dan saling berhadapan atau berlawanan, untuk mengurangi

ketegangan dan konflik maka tampil hukum yang mengatur dan melindungi

kepentingan tersebut yang dinamakan perlindungan hukum. Perlindungan hukum

adalah suatu perlindungan yang diberikan terhadap subyek hukum dalam bentuk

perangkat hukum baik yang bersifat preventif maupun yang bersifat represif, baik

yang tertulis maupun tidak tertulis.33

Hubungan hukum antara konsumen dengan pelaku usaha mengandung unsur

perjanjian baku atau kontrak baku yang didasarkan pada pilihan apalah setuju dan

33
Anonim, Perlindungan Hukum, http://statushukum.com/perlindungan-hukum.html,diakses
pada tanggal 16 November 2020 Jam 18.16 Wib.
45

membeli barang tertentu atau tidak.34Hubungan hukum (rechtbetrekkingen)

adalah hubungan dua subjek hukum atau lebih mengenai hak dan kewajiban di

satu pihak berhadapan dengan hak dan kewajiban pihak yang lain.35

Hubungan hukum dapat terjadi antara sesama subjek hukum dan antara subjek

hukum dengan benda.Hubungan antara subjek hukum dapat terjadi antara orang,

orang dengan badan hukum, dan antara sesama badan hukum.Hubungan hukum

antara subjek hukum dengan benda berupa hak apa yang dikuasai oleh subjek

hukum itu atas benda tersebut, baik benda berwujud, benda bergerak, atau benda

tidak bergerak.36Hubungan hukum memiliki syarat-syarat yaitu adanya dasar

hukum dan adanya peristiwa hukum.37Untuk itu perlu diatur perlindungan

konsumen berdasarkan undang-undang antara lain yang menyangkut mutu

barang, cara prosedur produksi, syarat kesehatan, syarat pengemasan, syarat

lingkungan, dan sebagainya.38

Hubungan hukum antara konsumen dengan pelaku usaha selain diatur dengan

perjanjian antara kedua belah pihak, juga secara otomatis terikat dengan ketentuan

undang-undang, dalam hal ini Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen (UUPK).Dalam suatu hubungan hukum, khususnya

berupa perjanjian, apabila salah satu pihak melanggar perjanjian yang disepakati

34
Mariam Darus Badrulzaman, Perlindungan Terhadap Konsumen dilihat dariPerjanjian
Baku (Standar), (Binacipta, 1980), h 59.
35
Soeroso R, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2006), h 269.
36
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta :Prenada Media Grup,2012), h
254
37
Ibid
38
Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen (Jakarta :Sinar Grafika, 2008),
h 9.
46

bersama, maka pihak lawan dapat menggugat pihak yang wanprestasi (cidera

janji) tersebut.

Dalam menjaga kepercayaan masyarakat PDAM tetap berkomitmen akan

terus meningkatkan pelayanan 3 (tiga) TAS yaitu:

a) Kuantitas.
b) Kualitas.
c) Kontinuitas air dengan mengutamakan pelayanan prima untuk itu diharapkan
peran serta masyarakat dalam mewujudkan visi dan misi perusahaan agar
sesuai dengan apa yang kita harapkan.
Sebagai konsekuensi hukumnya dari pelanggaran yang diberikan oleh

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlidungan Konsumen dan sifat

perdata dari hubungan hukum antara pelaku usaha dan konsumen, maka demi

hukum setiap pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku usaha yang merugikan

konsumen memberikan hak kepada konsumen yang dirugikan tersebut untuk

meminta pertanggungjawaban dari pelaku usaha yang merugikannya, serta untuk

menuntut ganti rugi atas kerugian yang diderita oleh konsumen.39

Menurut Ernest Barker, agar hak-hak konsumen itu sempurna harus

memenuhi 3 (tiga) syarat, yakni hak itu dibutuhkan untuk perkembangan

manusia, hak itu diakui oleh masyarakat dan hak itu dinyatakan demikian dan

karena itu dilindungi dan dijamin oleh lembaga negara.40

Dalam memberikan pelayanan jasa air bersih kepada konsumen, jika tidak

sesuai dengan standar yang telah ditentukan atau dengan perkataan lain

konsumen mengalami kerugian, maka pihak PDAM Mual Na Tio akan

39
Yusuf Shopie, Perlindungan Konsumen dan Instrumen-instrumen Hukumnya, (Bandung :
PT.Citra Aditya Bhakti,2000), h 19.
40
Adrian Sutendi, Tanggung Jawab Produk dalam Hukum Perlindungan Konsumen,(Bogor:
Ghalia Indonesia, 2008), h 50.
47

memperbaiki sistem pelayanannya kepada konsumen, seperti perbaikan instalasi

pipa air bersih, peningkatan mutu dan kualitas air bersih yang didistribusikan

kepada konsumen.

B. Tanggung Jawab Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)

1. Pengertian Tanggung Jawab

Tanggung jawab sebagaimana didefenisikan dalam KBBI adalah suatu

keadaan wajib menanggung segala sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh

dituntut, dipersalahkan, dan sebagainya).41 Pertanggungjawaban yang

diberikan pelaku usaha terhadap produk-produk yang dihasilkan harus sesuai

dengan prinsip pertanggungjawaban produk yang dikenal dalam dunia hukum

“Product Liability”.

Menurut Hans Kelsen dalam teorinya tentang tanggung jawab hukum

menyatakan bahwa seseorang bertanggung jawab secara hukum atas suatu

perbuatan tertentu atau bahwa dia memikul tanggung jawab hukum, subjek

berarti bahwa dia bertanggung jawab atas suatu sanksi dalam hal perbuatan

yang bertentangan.42Dengan demikian, product liability menekankan kepada

tanggung jawab perusahaan atau penjual yang menjual produknya yang

membahayakan atau mengakibatkan penderitaan pembeli.

Kemudian Agnes M.Toar mendefenisikan product liability sebagai

tanggung jawab dari produsen untuk produk yang dibawanya ke dalam

41
Kementrian Pendidikan dan Kebudayan “KBBI” daring”,https://kbbi.kemendikbud.go.id/ent
ri/tanggung/jawab, Diakses Pada Tanggal 14 Desember 2020 Pukul 16.24.
42
Hans Kalsen, Teori Umum tentang Hukum dan Negara, (Bandung :PT. Raja Grafindo
Persada, 2006), h 81.
48

peredaran, yang menimbulkan atau menyebabkan kerugian karena cacat yang

melekat pada produk tersebut.43

2. Kewajiban PDAM

Berdasarkan Pasal 7 Undang-Undang Perlindungan Konsumen diatur

mengenai kewajiban pelaku usaha seperti yang dibahas dalam BAB II

sebelumnya.Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) selaku pelaku usaha

menerapkan beberapa prinsip dari kewajiban pelaku usaha yang tercantum

dalam Pasal 7 yang diantaranya:44

a. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya. Bahwa itikad baik


lebih ditekankan pada pelaku usaha, karena meliputi semua tahapan
dalam melakukan kegiatan usahanya, sehingga dapat diartikan bahwa
kewajiban pelaku usaha untuk beritikad baik
b. Memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi
dan jaminan barang dan jasa serta memberi penjelasan penggunaan,
perbaikan dan pemeliharaan. Mengenai kewajiban pelaku usaha yakni
memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi
dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan
penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan, disebabkan karena
informasi disamping merupakan hak konsumen, juga karena ketiadaan
informasi yang tidak memadai dari pelaku usaha merupakan salah satu
jenis cacat produk (cacat informasi), yang akan sangat merugikan
konsumen.
c. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta
tidak diskriminatif. Berdasarkan asas itikad baik dapat dikaitkan pula
dengan perlakuan dan pelayanan pelaku usaha kepada konsumen
secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif. Seorang pelaku usaha
dalam melakukan kegiatannya tidak jarang dalam kegiatan usahanya
hanya melihat kepentingan dari segi keuntungan bagi diri pelaku usaha
itu sendiri.Guna mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya,
pelaku usaha sering melanggar kepentingan pihak konsumen, selaku
pihak yang sering dirugikan. Pentingnya penerapan prinsip pelayanan
yang benar dan jujur ini tidak lain dikarenakan untuk melindungi
kepentingan konsumen yang sering dilanggar oleh pihak pelaku usaha.

43
Agnes M.Toar, Tanggung Jawab Produk dan Sejarah Perkembangannya di Beberapa
Negara, makalah Penataran Hukum Perikatan, Ujung Pandang, 17-29 Juli 1989, h 1.
44
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, Bab II, Pasal 7.
49

d. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau


diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau
jasa yang berlaku. Sesuai kedudukannya sebagai pelanggan air minum
yang telah mengadakan perjanjian dengan penyelenggara jasa air
minum yakni pihak Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Mual Na
Tio, salah satu hak konsumen adalah hak atas keamanan dan
keselamatan dalam mengkonsumsi air bersih yang diterima. Dalam
undang-undang perlindungan konsumen, hak konsumen atas
keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi air ini diakomodir
dalam Pasal 4 huruf (a) yang berbunyi “hak atas kenyamanan,
keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau
jasa.”
e. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian
akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa
yang diperdagangkan. Dalam hal kerugian akibat penggunaan,
pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang
diperdagangkan pelaku usaha wajib memberikan suatu kompensasi,
ganti rugi dan/atau penggantian sebagai bentuk pertanggung jawaban
pelaku usaha.

3. Tanggung Jawab PDAM Mual Na Tio

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dalam melaksanakan

kegiatan jasanya sebagai subjek hukum diwakili oleh organ-organnya,

kemudian segala sesuatu hal yang berhubungan dengan kegiatannya tersebut

akan menjadi perbuatan yang harus dipertanggungjawabkan oleh organ-organ

PDAM selaku pelaksana kegiatan jasa PDAM khususnya terhadap kerugian

yang diderita konsumen dalam pemakaian jasanya.

Setiap perbuatan yang dilakukan Perusahaan Daerah Air Minum

(PDAM) Mual Na Tio di Kota Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara,

berdasarkan Pasal 19 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 yaitu :45

a) Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas


kerusakan, pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat

45
Pasal 19 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen..
50

mengkonsumsi barang dan atau jasa yang dihasilkan atau


dipertanggung jawabkan.
b) Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa
pengembalian uang penggantian barang dan/atau jasa sejenis atau
setara nilainya, atau perawatan kesehatan dan/atau pemberian santunan
yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
c) Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 (tujuh)
hari setelah tanggal tranksaksi.
d) Pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 (satu) dan
ayat 2 (dua) tidak menghapuskan kemungkinan adanya tuntutan
pidana berdasarkan pembuktian lebih lanjut mengenai adanya unsur
kesalahan.
e) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat 2 (dua) tidak
berlaku apabila pelaku usaha dapat membuktikan bahwa kesalahan
tersebut merupakan kesalahan konsumennya.

Suatu bentuk pertanggungjawaban perdata sebagaimana yang diatur

dalam Undang-undang Perlindungan Konsumen (UUPK) diantaranya adalah

pemberian ganti rugi (kompensasi) atas adanya kerusakan, pencemaran,

dan/atau kerugian konsumen sebagai akibat mengkonsumsi barang dan/atau

jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan. Bentuk ganti rugi yang diberikan

oleh pelaku usaha sebagai bentuk pertanggungjawaban perdata adalah dapat

berupa:

a. Pengembalian uang atau penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis

atau setara nilainya atau perawatan, dan/atau

b. Pemberian santunan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Dalam hal tanggung jawab pelaku usaha sebenarnya telah diatur dalam

peraturan perundang-undangan.Peraturan perundang-undangan yang secara

signifikan mengatur tentang tanggung jawab pelaku usaha ialah Undang-


51

Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen selanjutnya

yang disebut dengan istilah UUPK.46 Tanggung jawab merupakan kewajiban

bagi pelaku usaha untuk menanggung segala sesuatu akibat yang telah

merugikan konsumennya atas perbuatan yang telah dilakukannya baik secara

sengaja maupun tidak sengaja.47

Tujuan penyelenggaraan, pengembangan, dan pengaturan

perlindungan konsumen yang direncanakan ialah untuk meningkatkan

martabat dan kesadaran konsumen dan secara tidak langsung mendorong

pelaku usaha di dalam menyelenggarakan kegiatan usahanya degan penuh

rasa tanggung jawab.Ia memberikan istilah “product” sebagai barang, baik

bergerak maupun tidak bergerak.Tanggung jawab disini dapat diartikan

sebagai tanggung jawab akibat dari adanya hubungan kontraktual (perjanjian)

atau tanggung jawab menurut undang-undang (dengan prinsip perbuatan

melawan hukum).

Undang-Undang Perlindungan Konsumen mengakomodasikan dua

prinsip penting, yakni tanggung jawab produk (product liability) dan

tanggung jawab professional (professional liability). Kedua permasalahan ini

sebenarnya termasuk dalam prinsip-prinsip tentang tanggung jawab, tetapi

dibahas secara terpisah karena perlu diberikan penguraian sendiri.48Tanggung

46
Prema Satya Arjuna, Ketut, Tanggung Jawab Pelaku Usaha Laundry Terkait Dengan
Klausula Eksonerasi Perjanjian Laundry Di Kecamatan Kediri, Jurnal Kertha Semaya 1, No.12
(2017): 7.
47
Pratiwiningrat Manik Ayu, Anak Agung, Tanggung Jawab Pelaku Usaha Terhadap
Konsumen Yang Mengalami Kerugian Akibat Produk Makanan Kadaluarsa, Jurnal Kertha Semaya 3,
No.3 (2015): 4-5.
48
Shidarta,Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, (Jakarta: PT.Grasindo, 2003), h 65.
52

jawab disini diartikan sebagai tanggung jawab akibat dari adanya hubungan

kontraktual (perjanjian) atau tanggung jawab menurut undang-undang

(dengan prinsip perbuatan melawan hukum).49 Prinsip tanggung jawab

merupakan hal yang sangat penting dalam hukum perlindungan

konsumen.Dalam kasus-kasus pelanggaran hak konsumen diperlukan kehati-

hatian dalam menganalisa siapa yang harus bertanggungjawab dan seberapa

jauh tanggungjawab dapat dibebankan kepada pihak-pihak yang terkait.50

Agnes M.Toar mendefenisikan product liability sebagai tanggung

jawab dari produsen untuk produk yang dibawanya ke dalam peredaran, yang

menimbulkan atau menyebabkan kerugian karena cacat yang melekat pada

produk tersebut. Adapun pertanggung jawaban (product liability) yang

dikenal dalam dunia hukum, secara umum dikenal adanya prinsip-prinsip

hukum sebagai berikut :51

a. Prinsip tanggung jawab berdasarkan unsur kesalahan (fault liability or

liability based on fault)

Prinsip tanggung jawab berdasarkan unsur kesalahan (fault liability or

liability based on fault) adalah prinsip yang cukup aman namun berlaku

dalam hukum pidana dan perdata.Dalam Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata (KUHPer), khususnya Pasal 1365, Pasal 1366, Pasal 1367, prinsip ini

dipegang secara teguh.Prinsip ini menyatakan seseorang baru dapat

dimintakan pertanggungjawabannya secara hukum jika ada unsur kesalahan

49
Adrian Suredi, Op.cit, h 64
50
Shidarta, Op.cit, h 59.
51
Shidarta, Op.Cit, h 58.
53

yang diakukannya.Yang dimaksud kesalahan adalah unsur yang bertentangan

dengan hukum.

b. Prinsip praduga untuk selalu bertanggung jawab (presumption of liability

principle)

Prinsip ini menyatakan, tergugat selalu dianggap bertanggung jawab

(presumption of liability principle), sampai tergugat dapat membuktikan

tergugat tidak bersalah.Jadi beban pembuktian ada pada tergugat.Tampak

beban pembuktian terbalik (omkering van bewijslast) diterima dalam prisnip

tersebut.Undang-Undang Perindungan Konsumen mengadopsi sistem

pembuktian terbalik ini, sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 19,22,23

(ketentuan Pasal 28 Undang-Undang Perlindungan Konsumen).Dasar

pemikiran dari Teori Pembalikan Beban Pembuktian adalah seseorang

dianggap tidak bersalah sampai yang bersangkutan dapat membuktikan

sebaliknya.Hal ini tentu bertentangan dengan asas hukum praduga tidak

bersalah (presumption of innoncence) yang lazim dikenal dengan

hukum.Namun, jika diterapkan dalam kasus konsumen akan tampak asas

demikian cukup relevan.Jika digunakan teori ini, maka yang berkewajiban

untuk membuktikan kesalahan itu ada di pihak pelaku usaha digugat tergugat

ini yang harus menhadirkan bukti-bkti dirinya tidak bersalah.

c. Prinsip paraduga untuk tidak selalu bertanggung jawab (presumption of

nonliabilit principle)

Prinsip ini adalah kebalikan dari prinsip kedua.Prinsip untuk tidak selalu

bertanggungjawab (presumption of nonliability principle) hanya dikenal


54

dalam lingkungan tranksaksi konsumen yang sangat terbatas dan pembatasan

demikian biasanya secara common dibenarkan.

d. Prinsip tanggung jawab mutlak (strict liability)

Prinsip tanggung jawab mutlak (strict liability) sering diidentikkan dengan

prinsip tanggung jawab absolut (absolut liability).Kendati demikian ada pula

para ahli yang membedakan kedua terminology di atas.Ada pendapat yang

mengatakan, strict liability adalah prinsip tanggung jawab yang menetapkan

kesalahan tidak sebagai faktor yang menentukan.Namun ada pengecualian-

pengecualian yang memungkinkan untuk dibebaskan dari tanggung jawab,

misalnya keadaan force majure.Sebaliknya, absolute liability adalah prinsip

tanggung jawab tanpa kesalahan dan tidak ada pengecualiannya.

e. Prinsip tanggung jawab dengan pembatasan

Prinsip tanggung jawab dengan pembuktian (liability of liability principle)

sangat disenangi oleh pelaku usaha untuk dicantumkan sebagai klausula

eksonerasi dalam perjanjian standar yang dibuatnya.Prinsip tanggung jawab

ini sangat merugikan konsumen, bila diterapkan secara sepihak oleh pelaku

usaha.Dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen (UUPK) yang baru,

seharusnya pelaku usaha tidak boleh secara sepihak menentukan klausula

yang merugikan konsumen, termasuk membatasi maksimal tanggung

jawabnya.Jika ada pembatasan mutlak harus ada peraturan perundang-

undangan yang jelas.Pertanggungjawaban professional (professional liability),

lebih berada pada pertanggungjawaban pelaku usaha atau produsen yang


55

melakukan profesi tertentu, pertanggungjawaban ini erat hubungannya dengan

etika tingkah laku atau kejujuran dala memproduksi dan memeperdagangkan

barang dan/atau jasa.

Secara umum terdapat 3 (tiga) macam tanggung jawab profesi, yaitu

:52

a) Tanggung jawab moral.

b) Tanggung jawab teknis.

c) Tanggung jawab hukum.

C. Hak dan Kewajiban Konsumen Air Minum Terhadap Layanan Perusahaan


Daerah Air Minum (PDAM) Mual Na Tio di Kota Tarutung

Di Indonesia hak-hak dasar tersebut tealh diadopsi dan dituangkan ke dalam

Undang-Undang Perlindungan Konsumen (UUPK) yaitu pada Bab III mengenai

hak dan kewajiban konsumen.Dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun

1999 Tentang Perlindungan Konsumen, bahwa konsumen memiliki hak :53

a. Hak atas kenyamanan, kemanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi


barang atau jasa.
b. Hak untuk memilih barang atau jasa serta mendapat akan barang atau jasa
tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan.
c. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang atau jasa.
d. Hak untuk didengar pandapat dari keluhannya atas barang yang
dipergunakannya.
e. Hak untuk mendapat advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian sengketa
perlindungan konsumen secara patut.
f. Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen.

52
Valerine J.L.Kriekhoff, Tanggung Jawab Profesi Hukum, (Jakarta: UI Press,2005), h 4.
53
Abdul Halim Barkatullah, Hukum Perlindungan Konsumen Kajian Teoritis dan
Perkembangan Pemikiran, (Bandung: Nusa Media, 2008), h 29.
56

g. Hak untuk mendapatkan konpensasi, ganti rugi atau penggantian apabila


barang atau jasa yang diterima tidk sesuai dengan perjanjian atau sebagaimana
mestinya.

Hak-hak dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen di atas merupakan

penjabaran dari Pasal-Pasal yang bercirikan negara kesehjateraan, yaitu Pasal 27

ayat (2) dan Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia.

Perjanjian Jual beli Air Minum menimbulkan hak dan kewajiban yang harus

diperhatikan dan dilaksanakan oleh kedua belah pihak baik PDAM sebagai

penyedia dan penyalur air minum maupun konsumen sebagai pelanggan, yang

mempunyai hak untuk mendapat penyaluran air minum yang baik sesuai dengan

perjanjian yang disepakati.Dalam suatu perjanjian maka akan ada hak dan

kewajiban karena adanya hubungan hukum.Setiap hubungan hukum mempunyai

dua aspek yaitu kekuasaan di satu pihak dan kewajiban di pihak lain.Kekuasaan

yang oleh hukum diberikan kepada orang lain (badan hukum) disebut sebagai

hak.

Hak adalah suatu peran yang bersifat fakultatif artinya boleh dilaksanakan

atau tidak dilaksanakan, berbeda dengan kewajiban adalah peran yang bersifat

imperative artinya harus dilaksanakan. Hubungan keduanya adalah saling

berhadapan dan berdampingan karena didalam hak terdapat kewajiban untuk tidak

melanggar hak orang lain dan tidak menyalahgunakan haknya.54

Berdasarkan hasil penelitian, untuk penyambungan air minum dimaksud

dalam surat perjanjian, maka pihak kedua wajib membayar biaya

penyambungan.Biaya penyambungan yang telah dibayar pihak kedua kepada


54
Happy Susanto. Hak-Hak Konsumen Jika Dirugikan, (Jakarta: Visimedia, 2008), h 22.
57

pihak pertama selanjutnya tidak dapat digangu gugat oleh pihak kedua, meskipun

pihak kedua mengakhiri perjanjian itu atau perjanjian berakhir dengan sebab

apapun.Kedua belah pihak menerima hak dan kewajiban masing-masing, antara

lain :

a. Pihak kedua berkewajiban melaksanakan pembayaran rekening air setiap

bulannya dan biaya keterlambatan pembayaran rekening air jika pembayaran

rekening air melewati batas waktu pembayaran.

b. Pihak pertama berhak melakukan pemutusan sementara tanpa pemberitahuan

lebih dahulu kepada pihak kedua.

c. Pihak pertama berkewajiban melakukan penyambungan kembali setelah pihak

kedua melunasi semua tunggakan, denda (biaya keterlambatan) dan biaya-

biaya yang ditentukan.

d. Pihak kedua berkewajiban untuk melaporkan kerusakan-kerusakan serta

gangguan-gangguan pada pipa dinas, pipa persil, meter air yang berada dalam

persilnya.

e. Pihak kedua dilarang untuk melakukan penyedotan air dengan pipa hidup

langsung dari pipa air minum, mengambil air minum, mengambil air sebelum

meter air atau merusak meter, mengadakan perubahan dan perluasan instalasi

yang telah dipasang tanpa izin tertulis dari PDAM Mual Na Tio di Kota

Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara.

Adapun yang menjadi kewajiban dari konsumen menurut Undang-Undang

Perlindungan Konsumen yang tertuang dalam Pasal 5 ialah sebagai berikut :


58

a. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau

pemanfaatan barang atau jasa demi keamanan dan keselamatan.

b. Beritikad baik dalam melakukan tranksaksi pembelian barang atau jasa.

c. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati.

d. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen

secarapatut.
BAB IV
PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN AIR MINUM ATAS LAYANAN
PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) DITINJAU DARI
UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG
PERLINDUNGAN KONSUMEN

A. Tinjauan Umum Perlindungan Konsumen

1. Sejarah Perlindungan Konsumen Menurut Undang-Undang No 8 Tahun 1999

Tentang Perlindungan Konsumen.

Dasar hukum perlindungan konsumen pada hakekatnya, terdapat dua

instrumen hukum penting yang menjadi landasan kebijakan perlindungan

konsumen Indonesia, yakni : Pertama, Undang-Undang Dasar Kesatuan

Republik Indonesia tahun 1945, sebagai sumber hukum di Indonesia,

mengamatkan bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan

masyarakat adil dan makmur.Tujuan pembangunan nasional diwujudkan

melalui sistem pembangunan ekonomi yang demokratis sehingga mampu

menumbuhkan dan mengembangkan dunia yang memproduksi barang dan

jasa yang layak konsumsi masyarakat.Kedua, Undang-Undang Perlindungan

Konsumen (UUPK).Lahirnya Undang-Undang ini memberikan harapan bagi

masyarakat Indonesia untuk memperoleh perlindungan atas kerugian yang

diderita atas tranksaksi barang dan jasa.UUPK menjamin adanya kepastian

hukum bagi konsumen.

Di Indonesia, masalah perlindungan konsumen baru mulai terdengar

pada tahun 1970.Hal ini ditandai dengan lahirnya Yayasan Lembaga

59
60

Konsumen Indonesia (YLKI) pada bulan Mei 1973.Secara historis,

pada awalnya yayasan ini berkaitan dengan rasa mawas diri terhadap produksi

untuk memperlancar barang-barang dalam negri.Gerakan ini dimulai dari

desakan masyarakat agar diadakannya pengawasan-pengawasan sehingga

masyarakat tidak dirugikan dalam kegiatan promosi ini.Atas dasar inilah

dimulai gerakan untuk merealisasikan cita-cita tersebut.

Setelah sekian lama suara-suara terdengar oleh pemerintah negara

Indonesia, akhirnya pasca reformasi mulailah dibentuk RUU yang mengacu

kepada perlindungan konsumen.Tidak lama RUU ini diajukan, Presiden

Indonesia sendiri langsung mengesahkan Undang-Undang yang termasuk

salah satu aturan Nasional di negara kita pada tanggal 20 April 1999 yang

dinamakan dengan “Undang-Undang Perlindungan Konsumen”.Aturan itupun

berlaku efektif satu tahun kemudian.

Dalam pengaturan Undang-Undang Perlindungan Konsumen tersebut

juga melibatkan empat pihak, yaitu konsumen yang baik, pelaku usaha yang

baik, konsumen yang nakal dan pelaku usaha yang nakal.Hal tersebut dapat

dipahami, karena konsumen dan pelaku usaha bukanlah lawan melainkan

pasangan yang saling membutuhkan.Masa depan dari pelaku usaha sangat

ditentukan oleh situasi dan kondisi konsumen.Jika konsumen dan

perekonomian dalam kondisi yang baik maka pelaku usaha juga memiliki

masa depan yang baik begitu pula sebaliknya.Apabila pelaku usaha berbuat

curang maka yang dirugikan tidak hanya pihak konsumen saja tetapi juga

pelaku usaha tersebut.Demikian juga jika ada konsumen yang nakal, hal itu
61

tidak hanya akan merugikan pelaku usaha saja tetapi juga merugikan

konsumen yang baik.

Proses lahirnya Undang-Undang Perlindungan Konsumen (UUPK)

yang terdiri dari 15 Bab dan 65 Pasal membutuhkan waktu 25 tahun.Sejarah

pembentukannya dimulai dari :

1. Seminar pusat studi hukum dagang, Fakultas Hukum Universitas

Indonesia tentang masalah perlindungan konsumen, pada tanggal 15-16

Desember 1975.

2. Badan Pembinaan Hukum Nasional, Departemen Kehakiman RI,

penelitian tentang Perlindungan Konsumen di Indonesia (proyek tahun

1979-1980).

3. DPHN Departemen Kehakiman, naskah akademis peraturan perundang-

undangan tentang perlindungan kosnumen (proyek tahun 1980-1981).

4. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) tentang Perlindungan

Konsumen Indonesia, suatu sumbangan pemikiran tentang rancangan

Undang-Undang tentang Perlindungan Konsumen, pada tahun 1981.

5. Departemen Perdagangan RI bekerja sama dengan Fakultas Hukum

Universitas Indonesia, RUU tentang Perlindungan Konsumen, pada tahun

1997.

6. Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, Rancangan Undang-

Undang usulan inisiatif DPR tentang Undang-Undang Perlindunagn

Konsumen, pada 1998.


62

Selain pembahasan-pembahasan diatas, masih terdapat lokakarya,

penyuluhan, seminar, di dalam dan di luar negri yang menelaah mengenai

perlindungan konsumen atau tentang produk konsumen tertentu dari berbagai

aspek, serta berbagai kegiatan perlindungan konsumen yang dilakukan oleh

masyarakat kalangan pelaku usaha dan pemerintah yang dijalankan oleh

YLKI.Pada akhirnya, dengan dukungan oleh perkembangan politik dan

ekonomi di Indonesia, semua kegiatan berujung pada disetujuinya Undang-

Undang Perlindungan Konsumen (UUPK) tersebut yang disahkan oleh DPR

RI dan Presiden RI.

2. Asas Perlindungan Konsumen

Menurut Pasal 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun

1999 Tentang Perlindungan Konsumen, perlindungan konsumen berasaskan

manfaat, keadilan, keamanan, dan keselamatan konsumen, serta kepastian

hukum.55

Adapun yang menjadi asas-asas Perlindungan Konsumen sebagaimana

Pasal 2 Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

:56

1) Asas manfaat, dimaksudkan untuk mengamatkan bahwa segala upaya


dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen harus memberikan
manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku
usaha secara keseluruhan.
2) Asas keadilan, dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat Indonesia
diwujudkan secara maksimal dan memberikan kesempatan kepada
konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh haknya dan
melaksanakan kewajibannya secara adil.

55
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999, Tentang Perlindungan Konsumen, Bab II, Pasal 2.
56
Ahmadi Miru, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Grafindo Persada, 2015), h 25.
63

3) Asas keseimbangan, dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan


antara kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam
arti materiil maupun spiritual.
4) Asas keamanan dan keselamatan konsumen, dimaksudkan untuk
memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada
konsumen dalam penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang
dan/atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan.
5) Asas kepastian hukum, dimaksudkan agar baik pelaku usaha maupun
konsumen menaati hukum dan memperoleh keadilan dalam
penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta negara menjamin
kepastian hukum.

3. Tujuan Perlindungan Konsumen

Menurut Satjipto Raharjo mendefinisikan perlindungan hukum adalah

memberikan pengayoman kepada hak asasi manusia yang dirugikan orang lain

dan perlindungan tersebut diberikan kepada masyarakat agar mereka dapat

menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum.57Mengingat bahwa

hukum merupakan salah satu sarana proses penegakan tatanan hidup dalam

masyarakat.58Maka hendaknya hukum memperhatikan kondisi yang

berkembang dalam masyarakat, serta urgensinya, mengingat bahwa hukum itu

bukan hanya bersangkutan dengan perundang-undangan yang tertulis saja,

melainkan juga meliputi hukum yang tidak tertulis dan hidup, ditaati dalam

masyarakat itu sendiri.59

Hukum perlindungan konsumen dewasa ini cukup mendapat perhatian,

karena menyangkut aturan-aturan guna mensehjaterahkan masyarakat, bukan

saja masyarakat sebagai selaku konsumen saja yang mendapatkan

57
Satjipto Rahardjo, Ilmu hukum, (Bandung:Citra Aditya Bakti,2000), h 53.
58
Bambang Poernomo, Hand Out Politik Hukum, Program Magister Hukum UAJY, 2001.
59
Endang Sri Wahyuni, Aspek Hukum Sertifikasi dan Keterkaitannya dengan Perlindungan
Konsumen, ( Bandung: PT Citra Aditya Bakti,2003), h 97.
64

perlindungan melainkan pelaku usaha juga memiliki hak dan kewajiban.Maka

dari itu, adapun tujuan hukum perlindungan konsumen ialah untuk

meningkatkan martabat dan kesadaran konsumen dan memberikan dorongan

bagi pelaku usaha (produsen) untuk lebih bertanggungjawab atas segala

kegiatan usaha yang dilakukan agar terciptanya keseimbangan antara pelaku

usaha dan konsumen.60

Adapun yang menjadi tujuan perlindungan konsumen terdapat dalam

Pasal 3 Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang perlindungan konsumen,

yaitu :61

1) Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen


untuk melindungi diri.
2) Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara
menghindarkannya dari akses negatif pemakaian barang dan/atau jasa.
3) Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan,
dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen.
4) Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur
kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk
mendapatkan informasi.
5) Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya
perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan
bertanggung jawab dalam berusaha.
6) Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin
kelangsungan usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan,
kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen.

B. Perlindungan Hukum Konsumen Air Minum


Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen merumuskan bahwa perlindungan konsumen adalah segala upaya

60
Nurmahayani Dwi, Made. Bentuk Pengawasan Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya
Masyarakat Dalam Memberikan Perlindungan Terhadap Konsumen, Jurnal Kertha Semaya 4, No.3
(2016): 2-3.
61
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999, Tentang Perlindungan Konsumen, Bab III, Pasal 3.
65

untuk menjamin adanya kepastian hukum untuk memberikan perlindungan

kepada konsumen.Sesuai dengan Pasal 4 UUPK tersebut konsumen berhak

mendapatkan advokasi.Perlindungan dan upaya menyelesaian sengketa,

perlindungan konsumen secara patut, serta berhak untuk mendapatkan pembinaan

dan pendidikan konsumen.

Dalam Pasal 29 UUPK disebutkan bahwa pemerintah adalah pihak yang

paling berperan dan bertanggung jawab atas pembinaan penyelenggaraan

perlindungan konsumen, dalam Pasal 29 tersebut menyatakan Pemerintah

bertanggung jawab atas pembinaan penyelenggaraan perlindungan konsumen

yang menjamin diperolehnya hak konsumen dan pelaku usaha serta

dilaksanakannya kewajiban konsumen dan pelaku usaha .

Menteri-menteri yang terkait bertugas untuk menyelenggarakan pembinaan ini

adalah :

1. Menteri Perindustrian dan Perdagangan

2. Menteri Kesehatan

3. Menteri Lingkungan Hidup

Selain pembinaan, peranan pemerintah yang cukup penting adalah

pengawasan terhadap penyelenggaraan perlindungan konsumen. Dalam Pasal 30

UUPK disebutkan bahwa pemerintah, bersama masyarakat dan lembaga

perlindungan konsumen swadaya masyarakat adalah pihak-pihak yang diberi

tugas untuk melakukan pengawasan. Pengawasan oleh pemerintah dilakukan

terhadap penyelenggaraan perlindungan konsumen serta penerapan ketentuan

peraturan perundang-undangannya. Pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat


66

dan lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat, selain atas

penyelenggaraan perlindungan konsumen serta penerapan ketentuan peraturan

perundang-undangannya, juga dilakukan atas produk barang yang beredar di

pasar.

Bentuk pengawasan dilakukan dengan cara penelitian, pengujian dan/atau

survey. Aspek yang di awasi meliputi pemuatan informasi tentang resiko

penggunaan produk makanan, pemasangan dan kelengkapan info pada

label/kemasan, pengiklanan dan Iain-lain, sebagaimana yang diisyaratkan oleh

peraturan perundang-undangan dan praktek perdagangan. Hasil pengawasan yang

diselenggarakan masyarakat dan lembaga perlindungan konsumen swadaya

masyarakat dapat disebarluaskan kepada masyarakat dan dapat disampaikan

kepada Menteri dan menteri teknis.Dalam ketentuan Pasal 30 tersebut di atas juga

disebutkan, apabila dalam pengawasan ditemukan penyimpangan terhadap

peraturan perundang-undangan, pemerintah harus mengambil tindakan

administratif dan atau tindakan hukum, sebagaimana sanksi yang diancam oleh

UUPK .Pengaturan mengenai sanksi-sanksi yang dapat diberikan kepada pelaku

usaha dikarenakan pelaku usaha tersebut telah melanggra ketentuan yang telah

ditetapkan.Pengaturan mengenai sanksi-sanksi pelaku usaha yang melanggar

ketentuan yang berlaku diatur dalam Bab XIII Undang-Undang Nomor 8 Tahun

1999 Tentang Perlindungan Konsumen yang dimulai dari Pasal 60 sampai dengan

Pasal 63.
67

C. Upaya Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) untuk Memenuhi


Kebutuhan Konsumen

Sesuai amanat Pasal 29-30 Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen bahwa pemerintah memiliki tugas terkait pengawasan

maupun pembinaan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen khususnya

dibidang kebutuhan air minum.

Melalui penjelasan Peraturan Pemerintah No.58 Tahun 2001 tentang

Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen, dimana

pembinaan perlindungan konsumen diselenggarakan oleh Pemerintah dalam

upaya untuk menjamin diperolehnya hak konsumen dan pelaku usaha serta

dilaksanakannya kewajiban masing-masing, misalnya dengan peningkatan

kualitas penyidik, peningkatan kualitas peneliti atau penguji barang dan/atau jasa,

pengembangan pengujian teknologi barang dan/atau jasa dan standar mutu.

Berdasarkan hasil analisis, PDAM Mual Na Tio memiliki keunggulan, yaitu

di aspek teknis dimana ada peningkatan dalam efisiensi produksi dan jam operasi

layanan, aspek keuangan PDAM Mual Na Tio memiliki kas yang cukup dan

lancar dan tunggakan rendah, Jumlah dan kualifikasi Sumber Daya Manusia

(SDM) yang memadai.

Akan tetapi ada beberapa kelemahan PDAM Mual Na Tio yaitu Tingginya

kehilangan atau pencurian air, pemakaian air yang belum semua melalui meter

(tanpa meter), rendahnya tingkat pendapatan, rendahnya kemampuan untuk

memenuhi permintaan pelanggan, serta pendapatan masyarakat yang rendah.


68

Peluang PDAM Mual Na Tio dalam upaya memenuhi kebutuhan konsumen

dapat tercapai karena adanya potensi sumber air baku yang cukup tinggi, adanya

dukungan pemerintah daerah dan pemerintah pusat, pasar yang cukup luas, dan

masih banyak permintaan pelanggan yang belum terlayani.

Untuk mencapai peluang tersebut PDAM Mual Na Tio memilki kendala

karena adanya suatu ancaman untuk mencapainya.Hal tersebut ditunjukkan

dengan topografi relatif berbukit yang mempengaruhi sistem pendistribusian air,

banyaknya penebangan hutan disekitar lokasi sumber air, dan umur pipa, bak dan

reservoir yang sudah tua.

Selaku perusahaan jasa, maka penting bagi PDAM untuk berorientasi kepada

pelanggan karena mereka adalah konstituen utama yang akan menjadi pengguna

jasa yang disediakan oleh PDAM.Guna mencapai target pelayanan untuk

memenuhi kebutuhan konsumen.

Untuk itu PDAM Mual Na Tio telah menyusun rencana kerja jangka waktu

lima tahun yaitu tahun 2019-2023, sebagai upaya memenuhi permintaan akan

kebutuhan air bersih dan sehat oleh masyarakat serta menjaga kelangsungan

PDAM.Penyusunan rencana usaha atau business plan ini didasarkan dari hasil

workshop perencanaan strategis PDAM Mual Na Tio, survey wilayah Sumatera

Utara.Penting menjadi catatan bahwa pelaksanaan kegiatan dukungan dari semua

pihak terutama dukungan pendanaan untuk perluasan pelayanan dan peningkatan

kapasitas produksi.Dukungan terutama diharapkan diberikan oleh pemerintah

daerah, pemerintah pusat dan jika memungkinkan adalah melibatkan pihak swasta
69

Tujuan dari penyusunan perencanaan usaha PDAM Mual Na Tio Kabupaten

Tapanuli Utara adalah sebagai pedoman atas langkah-langkah dan kegiatan yang

harus dilakukan oleh PDAM Mual Na Tio Kabupaten Tapanuli Utara selama 5

(lima) tahun (2019-2023) untuk bisa memberikan pelayanan kepada 17.500

pelanggan.

Peningkatan kapasitas produksi merupakan hal utama untuk memenuhi

kebutuhan konsumen.Target PDAM Mual Na Tio selam 5 (lima) tahun ini adalah

mendorong pertumbuhan pelanggan hingga 24,70%, sehingga pada tahun 2023

jumlah pelanggan akan mencapai 17.500.Untuk mencapai target ini, PDAM Mual

Na Tio harus meningkatkan lapasitas produksi baik secara luantitas ,aupun

kulaitas yaitu meningkatkan K3 (Kountinuitas pelayanan hingga 24 jam).kondisi

saat ini, keberadaan reservoir dan jaringan perpipaan di rumah pelanggan sudah

melebihi kapasitas disamping kondisi jaringan perpipaan yang sudah tua dan

perlu peremajaan.Oleh karenanya PDAM Mual Na tio perlu melakukan

optimalisasi/uprating existing SPAM maupun pembangunan baru jaringan

perpipaan disamping melakukan upaya perluasan jaringan dan penurunan tingkat

kehilangan air.

Beberapa kegiatan yang dilakukan untuk peningkatan kapasitas produksi ini

adalah :62

a. Pembangunan Reservoir :
1) Pembelian lahan atau pembelian tanah diperuntukkan untuk
pembangunan reservoir.

62
Hasil wawancara dengan Ibu Mona Napitupulu, Kepala Seksi Administrasi dan Umum
Perusahaan daerah Air Minum (PDAM) Mual Na Tio Kota Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara,
Jln.Pattimura No.7, Pada Tanggal 17 Desember 2020.
70

2) Membuat rencana teknis yang terinci untuk pembangunan


reservoir/water treatment plant (WTP) dan fasilitas Perusahaan
Daerah Air Minum lainnya.
b. Pembangunan Optimalisasi Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM).
c. Pembangunan Bron Captering untuk optimalisasi dan penambahan kapasitas
produksi.
d. Penambahan sambungan baru dibeberapa daerah yang
membutuhkan.Pemasangan sambungan baru ini menjadi sangat potensial
dikarenakan potensi pelanggan baru cukup tinggi di kota Tarutung Kabupaten
Tapanuli Utara.

Data Tahun 2017, tingkat kehilangan air yang dialami PDAM Mual Na Tio

mencapai 51,95% yang mana hal ini snagat mempengaruhi tingkat pendapatan

PDAM dan kualitas pelayanan PDAM terhadap masyarakat di Kota Tarutung

Kabupeten Tapanuli Utara.Tingginya tingkat kehilangan air ini terutama

disebabkan jumlah pelanggan yang tidak tercatat dalam meter air bak rusak

maupun mogok cukup besar hingga tahun 2018 jumlahnya mencapai 4000

pelanggan.oleh karenanya penggantian meter air menjadi prioritas dalam program

5 (lima) tahun ini sebagi upaya penurunan tingkat kehilangan air.Upaya lain yang

dilakukan oleh pihak PDAM Mual Na Tio ialah dengan penurunan pemakaian

atau sambungan illegal dan penyempurnaan jaringan transmisi atau distribusi

yang sudah cukup tua dan banyak mengalami kebocoran.

Secara detail beberapa kegiatan yang dilakukan pihak PDAM Mual Na tio di

Kota Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara sebagai upaya penurunan kehilangan

air adalah :63

a. Peningkatan water meter untuk pelanggan yang tidak mempunyai water


meter .

63
Hasil wawancara dengan Ibu Mona Napitupulu, Kepala Seksi Administrasi dan Umum
Perusahaan daerah Air Minum (PDAM) Mual Na Tio Kota Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara,
Jln.Pattimura No.7, Pada Tanggal 17 Desember 2020.
71

b. Penggantian meter..
c. Perluasan unit atau kecamatan pelayanan melalui pembangunan jaringan
pipa transmisi atau distribusi di kota Tarutung.
d. Penggantian atau perbaikan pipa distribusi atau pipa dinas yang bocor.

D. Penyelesaian Sengketa

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) merupakan salah satu unit

perusahaan daerah yang bergerak dalam pendistribusian air berih dimana diawasi

atau dimonitori oleh aparat-aparat eksekutif maupun legislatif.Pemerintah daerah

dan DPRD akan menjadi fasiliator bagi pelaku usaha ekonomi seperti masyarakat,

perusahaan dan lembaga keuangan dalam menetukan kebijakan dan membuat

peraturan Perundang-undangan bagi kepentingan daerah.

Sengketa konsumen dapat bersumber dari dua hal yaitu pertama pelaku usaha

tidak melaksanakan kewajiban hukumnya sebagaimana diatur dalam Undang-

Undang.Artinya pelaku usaha mengabaikan ketentuan Undang-Undang tentang

kewajibannya sebagai pelaku usaha dan larangan-larangan yang dikenakan

padanya dalam menjalankan usahanya.Sengketa seperti ini disebut sengketa yang

berasal dari hukum.Kedua, pelaku usaha konsumen tidak menaati isi perjanjian,

yang berarti baik pelaku usaha maupun konsumen tidak menaati kewajibannya

sesuai dengan kontrak atau perjanjian yang dibuat diantara mereka.Sengketa

seperti ini dapat disebut sengketa yang bersumber dari kontrak.64Disadari bahwa

faktor pemicu sengketa konsumen antara lain dikarenakan kelemahan konsumen

dan ditambah lagi masih lemahnya koordinasi dengan instansi/lembaga maupun

swasta terkait lainnya dalam mensosialisasikan perlindungan konsumen.

64
Janus Sidabolok, Op.Cit, h143.
72

UUPK memberi dua cara ruang untuk penyelesaian sengketa konsumen

melalui pengadilan dan penyelesaian sengketa konsumen di luar

pengadilan.Undang-Undang Perlindungan Konsumen Pasal 45 ayat (1)

menyebutkan : “Setiap konsumen yang dirugikan dapat menggugat pelaku usaha

melalui lembaga yang bertugas menyelesaikan sengketa antara konsumen dan

pelaku usaha atau melalui pengadilan yang berada dilingkungan peradilan umum.

1. Penyelesaian Sengketa Melalui Pengadilan

Penyelesaian sengketa melalui pengadilan dilakukan di Pengadilan

Negeri dengan menggunakan hukum acara yang berlaku pada umumnya

membawa akibat bagi konsumen.Sesuai dengan ketentuan hukum acara

perdata, penggugat harus membuktikan tergugat telah menimbulkan suatu

kerugian kepada penggugat.

Menurut Pasal 48 UUPK, penyelesaian sengketa konsumen melalui

pengadilan mengacu pada ketentuan tentang peradilan umum.Ini berarti

hukum acara yang dipakai dalam tata cara persidangan dan pemeriksaan

perkara berdasarkan Herziene Inlands Regeling (HIR) yang berlaku untuk

wilayah Jawa dan Madura, atau Rechtsreglemen Buitengewesten (RBg)

yang berlaku bagi daerah luar Jawa dan Madura.Keduanya tidak

mempunyai perbedaan yang dasar (Prinsipiil).

Konsumen sebagai penggugat harus membuktikan kesalahan yang

telah dilakukan pelaku usaha jika timbul suatu kerugian.Berkaitan dengan

posisi konsumen sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, tentu konsep


73

seperti ini terasa memberatkan.Konsumen yang seharusnya lebih lemah

dari pelaku usaha ditambah lagi dengan kewajibannya harus membuktikan

kesalahan pelaku usaha.Konsumen juga harus menanggung beban

administrasi yang timbul ketika mengajukan gugatan ke pengadilan.

Selain itu didalam hukum perlindungan konsumen dikenal juga 3

proses beracara.Pertama small claim, merupakan jenis gugatan yang dapat

diajukan oleh konsumen sekalipun dilihat secara ekonomis nilai

gugatannya sangat kecil.Kedua class action, yaitu gugatan perwakilan

kelompok yang merupakan pranata hukum yang berasal dari sistem

common law.Terakhir adalah legal standing , ini merupakan gugatan yang

berbeda dengan class action.Legal standing dikenal dengan hak gugatan

LSM.65

2. Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan

Seseorang yang dirugikan karena mengkonsumsi atau memakai

produk yang tidak layak akan mendapat penggantian kerugian apabila

mengajukan permintaan atau tuntutan atas hal tersebut.Permintaan atau

penuntutan penggantian kerugian ini mutlak dilakukan oleh orang yang

berhak untuk mendapatkannya.Tidak akan ada penggantian kerugian

selain karena penggantian kerugian karena dimohonkan terlebih dahulu ke

pengadilan dengan syarat-syarat tertentu.

65
Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, (Jakarta: PT.Gramedia Widiasarana
Indonesia, 2006), h 64.
74

Undang-Undang Perlindungan Konsumen memberikan alternative lain

disamping menyelesaikan sengketa melalui lembaga pengadilan, yaitu

penyelesaian sengketa melalui pembicaraan antara pihak dan melalui

lembaga khusus yang dibentuk Undang-Undang.Lembaga yang dimaksud

adalah Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK).66

Pasal 49 ayat (1) UUPK mengamanatkan bahwa BPSK dibentuk di

Daerah Tingkat II untuk menyelesaikan sengketa konsumen di luar

pengadilan.Penyelesaian sengketa di luar pengadilan dapat dilakukan

secara arbitrase.Pada penyelesaian seperti ini, kerugian yang dituntut

sesuai dengan Pasal 19 ayat (1) UUPK mengenai ganti rugi yang terdiri

dari kerugian karena kerusakan, pencemaran dan kerugian lain akibat dari

mengkonsumsi barang/jasa atau setara nilainya, perawatan kesehatan dan

pemberian santunan yang sesuai.Pilihan bentuk penggantian pada

kerugian yang sungguh-sungguh diderita oleh konsumen dan disesuaikan

dengan hubungan hukum yang ada diantara mereka.

Dengan maraknya kegiatan bisnis, tidak mungkin dihindari terjadinya

sengketa (dispute/difference) antara para pihak yang terlibat, dimana

penyelesaiannya dilakukan melalui proses pengadilan (litigasi).Proses ini

membutuhkan waktu yang lama, namun alasan yang sering mengemukakan

dipilihnya penyelesaian alternatif, yaitu karena ingin memangkas birokrasi

perkara, biaya dan waktu, sehingga relatif lebih cepat dengan biaya relatif lebih

ringan, lebih dapat menjaga harmoni sosial (social harmony) dengan

66
Ibis, h 175.
75

mengembangkan budaya musyawarah dan budaya nonkonfrontatif.Melalui jalan

tersebut diharapkan tidak terjadi prinsip lose-win tetapi win-win, para pihak

merasa menang sehingga menghindarkan terjadinya hard feeling dan loosing

face.67

Kemudian berdasarkan isi Pasal 1 ayat (10) Undang-undang Nomor 30 tahun

1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, maka alternatif

penyelesaian sengketa dapat dilakukan dengan cara berikut :68

1. Konsultasi

Pada prinsipnya konsultasi merupakan suatu tindakan yang bersifat “personal”

antara suatu pihak tertentu yang disebut dengan “klien” dengan pihak lain

yang merupakan pihak “konsultan” yang memberikan pendapatnya kepada

klien tersebut untuk memenuhi keperluan dan kebutuhan kliennya.Pendapat

tersebut tidak mengikat, artinya klien bebas untuk menerima pendapatnya atau

tidak.

2. Negoisasi

Negoisasi adalah proses konsensus yang digunakan para pihak untuk

memperoleh kesepakatan diantara mereka.Negoisasi menurut Roger Fisher

dan William Ury adalah komunikasi dua arah yang dirancang untuk mencapai

kesepakatan pada saat kedua belah pihak memiliki berbagai kepentingan yang

sama maupun berbeda.Negoisasi merupakan sarana bagi pihak-pihak yang

mengalami sengeketa untuk mendiskusikan penyelesaiannya tanpa melibatkan

67
Celina Tri Siwi Kristiyanti, Op.Cit, h 184.
68
Ibid
76

pihak ketiga penengah yang tidak berwenang mengambil keputusan (mediasi)

dan pihak ketiga pengambil keputusan (arbitrase dan litigasi).Negoisasi

biasanya dipergunakan dalam sengketa yang tidak teralu pelik, dimana para

pihak masih beritikad baik untuk duduk bersama dan memecahkan

masalah.Negoisasi dilakukan apabila komunikasi antar pihak yang

bersengketa masih terjalin baik, masih ada rasa saling percaya, dan ada

keinginan untuk cepat mendapatkan kesepakatan dan meneruskan hubungan

baik.

3. Mediasi

Dalam Pasal 6 ayat (3) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 dikatakan

bahwa atas kesepakatan tertulis para pihak sengketa atau beda pendapat

diselesaikan melalui bantuan seorang atau lebih penasihat ahli maupun

melalui seorang mediator.Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa mediasi

merupakan proses negoisasi pemecahan masalah dimana pihak luar yang tidak

memihak (impartial) bekerja sama dengan pihak yang bersengketa untuk

membantu memeperoleh kesepakatan perjanjian dengan memuaskan.Berbeda

dengan hakim atau arbiter, arbiter mempunyai wewenang untuk memutuskan

sengketa.Mediator hanya membantu para pihak untuk menyelesaikan

persoalan-persoalan yang dikuasakan kepadanya.Dalam sengketa dimana

salah satu pihak lebih kuat dan cenderung menunjukkan kekuasaannya, pihak

ketiga memegang peranan penting untuk menyetarakannya.

Penyelesaian sengketa melalui mediasi harus didahului dengan

kesepakatan para pihak untuk menyelesaikan sengketanya melalui


77

mediasi.Kesepakatan ini dapat dilakukan sebelum timbulnya sengketa, yaitu

dengan memasukkan sebagai klausul perjanjian (mediation clause

agreement), atau setelah timbul sengketa kemudian para pihak membuat

kesepakatan untuk menyerahkan penyelesaiannnya melalui mediasi

(mediation submission).Dari dua cara tersebut lebih menguntungkan jika cara

pertama yang ditempuh karena para pihak yang bersengketa sejak awal telah

menginginkan mediasi sehingga kemungkinan berhasilnya proses mediasi

lebih besar.69

4. Konsiliasi

Konsiliasi tidak jauh dengan perdamaian, sebagaimana diatur dalam Pasal

1851 KUHPerdata.Kosniliasi sebagai suatu alternatif penyelesaian sengketa di

luar pengadilan adalah suatu tindakan atau proses untuk mencapai perdamaian

di luar pengadilan.Untuk mencegah dilaksanakannya proses pengadilan

(litigasi), melainkan juga dala setiap tingkat peradilan yang sedang

berlangsung, baik di dalam maupun di luar pengadilan.Dalam konsiliasi pihak

ketiga mengupayakan pertemuan di antara pihak yang berselisih untuk

mengupayakan perdamaian.Pihak ketiga selaku konsiliator tidak harus duduk

bersama dalam perundingan dengan para pihak yang berselisih.

5. Penilaian Ahli

Yang dimaksud dengan penilaian ahli adalah pendapat hukum lembaga

arbitrase.Dalam Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999

69
Ahmadi Miru, Hukum Kontrak & Perancangan Kontrak, (Depok:Rajawali Press, 2018), h
118.
78

berbunyi :Lembaga arbitrase adalah badan yang dipilih oleh para pihak yang

bersengketa untuk memberikan putusan mengenai sengketa tertentu, lembaga

tersebut juga dapat memberikan pendapat yang mengikat mengenai suatu

hubungan hukum terntentu dalam hal belum timbul sengeketa.Dalam suatu

bentuk kelembagaan, arbitrase ternyata tidak hanya bertugas untuk

menyelesaikan perbedaan atau perselisihan pendapat maupun sengketa yang

terjadi diantara pihak dalam suatu perjanjian pokok, melainkan juga dapat

memberikan konsultasi dalam bentuk opini atau pendapat hukum atas

permintaan dari setiap yang melakukannya.

Bentuk sengketa yang terjadi di Perusahaan Daerah Air Minum Mual Na Tio

Kota Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara belum ada sengketa yang

penyelesaiannya sampai ke jalur pengadilan umum.Penyelesaian sengketa yang

kerap dilakukan yaitu di luar pengadilan.

Sengeketa yang pernah terjadi di Kota Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara

ialah sengketa yang disebabkan ketidaklancaran air.Saut Simanjuntak, seorang

pengusaha rumah makan Poseng Catering di Jalan TD Pardede, Panganan Lombu

Tarutung, mengamuk di kantor Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Mual Na

Tio.Pengusaha rumah makan Poseng Catering tersebut diketahui mengamuk

sewaktu ingin membeli air dari PDAM tersebut.Menurutnya, hampir 3 (tiga)

bulan terakhir suplai air ke daerahnya hampir mati total tanpa ada pemberitahuan

kepadanya, padahal tempat usahanya sangat membutuhkan suplai air.Saut

Simanjuntak bersama temannnya marga Tobing yang telah membawa sejumlah

ember air terlihat melampiaskan kekesalannya dengan memecahkan beberapa


79

ember di depan pintu masuk kantor tersebut.Bapak Saut Simanjuntak menjelaskan

rasa kekecewaannya bermula dikarenakan dirinya merasa kesal dengan pelayanan

dan jawaban yang diterimanya dari karyawan PDAM Mual Na Tio tidak

memuaskan bahkan beberapa karyawan saat itu pergi dan meninggalkan dirinya

seolah dirinya terkesan acuh tak acuh.Penyelesaian sengketa konsumen di PDAM

Mual Na Tio berdasarkan sengketa diatas dilakukan di luar pengadilan.Perdebatan

yang terjadi antara pengguna jasa PDAM dengan pemilik usaha PDAM

diselesaikan secara damai dengan cara negoisasi antara pihak PDAM Mual Na

Tio dan konsumen ditempat kejadian.Hal tersebut dibuktikan dengan adanya

perbaikan yang dilakukan secara langsung oleh pihak PDAM ke lokasi pipa air

yang rusak.Selain itu adanya pengiriman mobil tangki air ke rumah masyarakat

yang membutuhkan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Solusi yang dapat dilakukan PDAM Mual Na Tio di Kota Tarutung

Kabupaten Tapanuli Utara ialah dengan meningkatkan pemberlakuan

Keputusan Ketua Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air

Minum Nomor 002/KPTS/K-6/IV/2010 Tentang penilaian Kinerja Pelayanan

Penyelenggara Pengembangan Sistem Penyedia Air Minum Pada Perusahaan

Daerah Air Minum.Surat keputusan ini menjadi dasar penerapan penentuan

standar kualitas dan kinerja pelayanan penyelenggara pengembangan Sistem

Penyediaan Air Minum oleh BPP SPAM. Menurut peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 Tentang

syarat-syarat dan pengawasan kualitas air minum disebutkan bahwa : “Air

minum adalah air melalui proses pegolahan yang memenuhi syarat kesehatan

dan dapat langsung diminum.Sedangkan air bersih adalah air yang digunakan

untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan

dapat diminum apabila telah dimasak”.Oleh karena itu diperlukan adanya

Penerapan secara tegas Keputusan Mentri Kesehatan

No.907/MENKES/SK/VII/2002 tentang syarat-syarat dan Pengawasan

Kualitas Air Minum pengawasan mutu air pada air minum dimana menjadi

tugas dan tanggung jawab Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

2. Tanggung jawab Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Mual Na Tio diatur

dalam peraturan perundang-undangan yang secara signifikan mengatur

80
81

3. tentang tanggung jawab pelaku usaha.Pasal 19 Undang-Undang Nomor 8

Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen selanjutnya yang disebut

dengan istilah UUPK. Tanggung jawab disini dapat diartikan sebagai

tanggung jawab akibat dari adanya hubungan kontraktual (perjanjian) atau

tanggung jawab menurut undang-undang (dengan prinsip perbuatan melawan

hukum).Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dalam melaksanakan

kegiatan jasanya sebagai subjek hukum diwakili oleh organ-organnya,

kemudian segala sesuatu hal yang berhubungan dengan kegiatannya tersebut

akan menjadi perbuatan yang harus dipertanggungjawabkan oleh organ-organ

PDAM selaku pelaksana kegiatan jasa PDAM khususnya terhadap kerugian

yang diderita konsumen dalam pemakaian jasanya.

4. Perlindungan hukum bagi konsumen air minum terhadap layanan Perusahaan

Daerah Air Minum (PDAM) Mual Na Tio dilakukan berdasarkan Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Pasal 1 ayat

1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

merumuskan bahwa perlindungan konsumen adalah segala upaya untuk

menjamin adanya kepastian hukum untuk memberikan perlindungan kepada

konsumen.Adapun bentuk perlindungan konsumen yaitu UUPK memberi dua

cara ruang untuk penyelesaian sengketa konsumen melalui pengadilan dan

penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan.Undang-Undang

Perlindungan Konsumen Pasal 45 ayat (1) menyebutkan : “Setiap konsumen

yang dirugikan dapat menggugat pelaku usaha melalui lembaga yang bertugas

menyelesaikan sengketa antara konsumen dan pelaku usaha atau melalui


82

5. pengadilan yang berada dilingkungan peradilan umum.Dalam Pasal 30 UUPK

disebutkan bahwa pemerintah bersama masyarakat dan lembaga perlindungan

konsumen swadaya masyarakat adalah pihak-pihak yang diberi tugas untuk

melakukan pengawasan.Pengawasan oleh pemerintah dilakukan terhadap

penyelenggaraan perlindungan konsumen serta penerapan ketentuan peraturan

perundang-undangannya.Pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat dan

lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat, selain atas

penyelenggaraan perlindungan konsumen serta penerapan ketentuan peraturan

perundang-undangannya, juga dilakukan atas produk barang yang beredar di

pasar.Bentuk perlindungan terhadap konsumen juga dapat diberikan dengan

adanya sanksi-sanksi kepada pelaku usaha yang melanggar ketentuan yang

berlaku diatur dalam Bab XIII Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen yang dimulai dari Pasal 60 sampai dengan Pasal 63.

Sengeketa yang pernah terjadi di Kota Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara

ialah sengketa yang disebabkan ketidaklancaran air.Bentuk sengketa antara

pihak PDAM Mual Na Tio dengan konsumen dimulai dengan adanya keluhan

masyarakat atas ketidaklancaran air yang dialami bahkan sampai tiga

bulan.Penyelesaian sengketa konsumen tersebut diselesaikan di luar

pengadilan yaitu dilakukan secara musyawarah dan negoisasi, dimana pihak

PDAM melakukan perbaikan dan pendistribusian air secara langsung kerumah

masyarakat yang membutuhkan melalui pengiriman mobil tangki air.


83

B. Saran

1. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Mual Na Tio selaku penyedia jasa

air minum di Kota Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara seharusnya lebih

meningkatkan pengawasan dan penegasan aturan untuk peningkatan kualitas

pelayanan, memperbaiki sarana dan prasarana yang mempengaruhi kelancaran

air minum yang akan didistribusikan ke rumah masyarakat dan kualitas air

minum yang harus sesuai dengan standar kesehatan air minum.

2. Adanya keterbukaan informasi tentang apa yang menjadi tanggung jawab dari

PDAM Mual Na Tio dalam melaksanakan tugasnya dengan melakukan

penyuluhan atau seminar yang terkait dengan PDAM.

3. Perlindungan hukum terhadap konsumen harus lebih diperhatikan oleh

pemerintah, karena dibutuhkan peran besar pemerintah dalam hal

mewujudkan Undang-Undang Perlindungan Konsumen (UUPK).Sehingga

PDAM Mual Na Tio selaku pelaku usaha dan masyarakat Tarutung selaku

konsumen mengetahui apa yang menjadi hak dan kewajiban mereka.


DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU

Andasasmita, Komar, 1990, Notaris II Contoh Akta Otentik Dan Penjelasannya,


Ikatan Notaris Indonesia Daerah Jawa Barat, Bandung.
Asikin,Zainal dan Amiruddin, 2016, Pengantar Metode Penelitian Hukum,
Rajawali Pers, Jakarta.

Barkatulah, Abdul Halim, 2008, Hukum Perlindungan Konsumen Kajian Teoritis,


Nusa Media, Bandung.
Barulzaman, Mariam Darus, 1981, Pembentukan Hukum Nasional dan
Permasalahannya, Bandung.
_________________________, 1980, Perlindungan Terhadap Konsumen dilihat
dari Perjanjian Baku (Standar), Binacipta.
Celina Tri Siwi Kristiyanti, 2008, Hukum Perlindungan Konsumen, Sinar
Grafika, Jakarta.
Gerson, Richard F, 2002, Mengukur Kepuasan Pelanggan, Panduan Menciptakan
Pelayanan yang Bermutu, Pustaka Pelajar, Yokyakarta.
Harahap, M.Yahya, 1986, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung.
Henriques, Anthony, 1985, Air Bersih, Tiga Serangkai, Solo.
Ikhsan, Edy dan Mahmul Siregar, Bahan Ajar Metode Penelitian dan Penulisan
Hukum, Fakultas Hukum USU, Medan.
Kelsen, Hans, 2006, Teori Umum Tentang Hukum Dan Negara, PT.Raja
Grafindo, Bandung.
Marzuki, Peter Mahmud, 2010, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta.
____________________, 2012, Pengantar Ilmu Hukum, Prenada Media Group,
Jakarta.
Miru, Ahmadi, 2015, Hukum Perlindungan Konsumen, Grafindo Persada, Jakarta.
Nasution, Az, 2002, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, Diadit
Media, Jakarta.
Pasek Diantha, Made, 2019, Metodologi Penelitian Hukum Normatif dalam
Justifikasi Teori Hukum, PranadamediaGroup, Jakarta.
Rahardjo, Satjipto, 2000, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung.

84
85

Shidarta, 2003, Hukum Perlindungan Konsumen Di Indonesia, PT.Grasindo,


Jakarta.
_______, 2006, Perlindungan Konsumen Indonesia, PT.Gramedia Widiasarana,
Jakarta.
Sidalabok, Janus, Hukum Perlindungan Konsumen Di Indonesia, Citra Aditya
Bakti, Medan.
Soekanto, Soerjono, 1986, Penelitian Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta.
________________, 2005, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta.
Sophie, Yusuf, 2000, Perlindungan Konsumen Dan Instrumen-Instrumen
Hukumnya, PT.Citra Aditya Bhakti, Bandung.
Susanto, Happy, 2008, Hak-Hak Konsumen Jika Dirugikan , Visimedia, Jakarta.
Susila, Zoemrotin K, 1999, Penyambung Lidah Konsumen, Puspa Swara, Jakarta.
Sutedi, Adrian, 2008, Tanggung Jawab Produk dalam Hukum Perlindungan
Konsumen, Ghalia Indonesia, Bogor.
Valerine J.L.Kriekhoff, 2005, Tanggung Jawab Profesi Hukum, UI Press, Jakarta.
Wahyuni, Endang Sri, 2003, Aspek Hukum Sertifikasi dan Keterkaitannya dengan
Perlindungan Konsumen, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung.
Widjaja, Gunawan dan Ahmad Yani, 2003, Hukum Tentang Perlindungan
Konsumen, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Zulham, 2002, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, Kencana
Prenada Media Group, Jakarta.

B. PERUNDANG-UNDANGAN
Keputusan Ketua Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum Nomor 002/KPTS/K-6/IV/2010 Tentang Penilaian Kinerja
Pelayanan Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyedia Air
Minum Pada Perusahaan Daerah Air Minum.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Peraturan Bupati Tapanuli Utara Nomor 09 Tahun 2017 Tentang Susunan

Organisasi dan Tata Kerja PDAM Mual Na Tio Kabupaten Tapanuli

Utara.
86

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 Tentang syarat-

syarat dan pengawasan Kualitas Air Minum.

Undang-Undang Dasar 1945.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase Penyelesaian

Sengketa.

C. JURNAL
Pratiwiningrat Manik Ayu, Anak Agung, 2015, “Tanggung Jawab Pelaku Usaha
Terhadap Konsumen Yang Mengalami Kerugian Akibat Produk
Makanan Kadaluarsa”, Jurnal Kertha Semaya 3.

Prema Satya Arjuna, Ketut, 2017, “Tanggung Jawab Usaha Laundry Terkait
Dengan Klausula Eksonerasi Perjanjian Laundry di Kecamatan
Kediri”, Jurnal Kertha Semaya 1.

D. INTERNET
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, “KBBI Daring”, diakses dari
https://kbbi.kemendikbud.go.id/entri/tanggung/jawab pada tanggal 14
Desember 2020 pukul 16.14 WIB.
https://pdammualnatio.com/sejarah-2 pada tanggal 16 November 2020 Jam 18.17
Wib

E. WAWANCARA
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Mual Na Tio :

Mona Napitupulu, Kepala Seksi di Perusahaan Air Minum Mual Na Tio.

Konsumen :

1. Dosma Simanjuntak
2. Endang Histaurina
3. Hotman Batubara
4. Kristina Manalu

Anda mungkin juga menyukai