Anda di halaman 1dari 3

NAMA : ZULFYAR ILHAM RAMADHAN

NIM : 11010116120128

KELAS : PENGANTAR ILMU HUKUM C

TANGGAPAN MENGENAI PERATURAN GUBERNUR DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 33


TAHUN 2020 TENTANG PELAKSANAAN PEMBATASAN SOSIAL BERSKALA BESAR DALAM PENANGANAN
CORONA VIRUS DISEASE 2019 (COVID-19) DI PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA.

Seperti kita ketahui Presiden Joko Widodo secara resmi mengumkan adanya dua kasus virus corona di
Indonesia pada Senin, 2 Maret 2020. Dalam pengumuman itu, disebutkan bahwa ada dua WNI yang
terpapar virus tersebut setelah sempat kontak dengan WN Jepang yang pada saat itu dinyatakan positif.
Dengan adanya bertita tersebut masyarakat diminta tetap waspada dan menjaga kebersihan.

Tapi yang terjadi terus naiknya angka orang yang terpapar virus ini karena pada dasarnya virus ini dapat
berkembang sangat cepat melalui kontak dengan orang yang sebelum sudah terpapar oleh virus ini.
Karena kekuatan menularnya yang sangat mudah kasus terpapar virus ini terus bertambah, berdasarkan
data yang ada Jakarta menempati urutan paling atas dalam kasus ini, karena beberapa factor yang
pertama mobilitas penduduk yang sangat tinggi, yang kedua potensi terjadinya kontak dati kasus positif
yang didapatkan juga akan cukup besar.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tidak tinggal diam dengan semakin meningkatnya kasus ini dengan
memberikan sosialisasi mengenai pembatasan mobilitas diluar rumah dan melakukan Tindakan
pencegahan dengan selalu mencuci tangan dan menjaga kebersihan atau pada saat itu disebut sebagai
Social Distancing. Social Distancing adalah Tindakan untuk sebisa mungkin berdiam diri di rumah,
menjauh dari keramaian dan tidak berpergian apabila memang tidak diperlukan. Social Distancing pada
harfiahnya berarti menjaga jarak dari kehidupan sosial, agar memperlambat penyebaran virus corona
yang terjadi melalui kontaminasi droplet atau percikan air liur pada jarak dekat. Diharapkan dengan
adanya social distancing, risiko untuk tertular virus corona atau secara resmi disebut sebagai Covid-19
dari orang lain akan berkurang.

Namun hal tersebut dinilai tidak terlalu efektif untuk menekan mobilitas masyarat untuk tidak
melakukan aktivitas diluar rumah, karena sejak diterbitkannya imbauan social distancing tidak membuat
jumblah kasus COVID-19 di wilayah Jakarta menurun.
Dengan melihat kebijakan imbauan social distancing yang kurang efektif, perlu dipikirkan lagi untuk
beralih menggunakan metode yang lebih ketat dan efektif. Pemerintah dapat menambahkan kebijakan
yang diperlukan guna menunjang efektivitas kebijakan Pembatasan Sosisal Berskala Besar (PSBB).

Setelah disetujui Kemenkes kebijakan untuk melaksanakan PSBB akhirnya diresmikan oleh Penprov DKI
Jakarta dengan mengeluarkan Peraturan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 33 Tahun
2020 Tentang Pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Penanganan Corona Virus Disease
2019 (Covid-19) Di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Sebelum diresmikannya peraturan PSBB
Pemprov DKI Jakarta telah meliburkan sekolah, menutup tempat wisata dan mengeluarkan keputusan
bagi seluruh perusahaan untuk menerapkan kebijakan bekerja dari rumah bagi para karyawan.

Pada PP No. 33 Tahun 2020 tentang PSBB ini saya akan melakukan telaah berdasarkan tatanan hukum
untuk mewujudkan masyarakat taat hukum, nilai dasar hukum dan berdasarkan sumber-sumber hukum.

Tatanan dalam pembentukan hukum dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu tatanan kebiasaan, tatanan kesusilaan
dan tatanan hukum. Tatanan Kebiasaan adalah suatu bentuk perbuatan yang dilakukan secara terus
menerus dan berulang ulangdengan bentuk yang sama yang akhirnya dianggap kebiasaan oleh
masyarakat sekitar dans ecara sadar dengan tujuan yang jelas dan dianggap baik dan benar. Tatanan
Kesusilaan adalah peraturan sosial yang berasal dari hati nurani yang menghasilkan perilaku atau akhlak
atau tingkah laku, sehingga seseorang dapat membedakan sesuatu yang dianggap baik dan sesuatu yang
dianggap buruk. Tatanan kesusilaan termasuk dalam tatanan yang tidak tertulis, tetapi dilakukan karena
berdasarkan hati nurani. Sedangkan Tatanan Hukum adalah aturan sosial yang dibentuk oleh lembaga-
lembaga tertentu, seperti pemerintah,sehingga sifatnya memaksa, tegas melarang atau sesuai dengan
pembuat peraturan.Pelanggaran tatanan hukum akan mendapatkan sanksi denda atau hukuman fisik.

Bila dilihat sebelum di resmikannya PP No. 30 TAhun 2020 ini pemerintah telah mengeluarkan kebijakan
yang merujuk ke tatanan kesusilaan seperti diberlakukannya kebijakan Social Distancing dimana secara
tidak tertulis pemerintah menghimbau masyarakat agar sadar akan bahaya virus COVID-19 dan menjaga
jarak dengan orang lain agar angka penyebaran tidak semakin naik. Namun pada prakteknya tidak
terlalu efektif karena masih kurangnya kesadaran masyarakat akan hal tersebut, sehingga harus
diberlakukannya tatanan hukum yaitu aturan yang bersifat memaksa dan tegas dengan terdapat sanksi
yang ada di dalamnya seperti dalam PP No. 30 Tahun 2020 ini tercantum pengenaan sanksi dalam pasal
27, agar masyarakat lebih tertib hukum.
Jika berdasarkan sumber hukumnya peraturan ini berdasar pada sumber hukum yang berupa hukum
yaitu peraturan ini merujuk kepada Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 Tentang Wabah Penyakit
Menular, dan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/239/2020
tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar di Wilayah DKI Jakarta.

Dalam pembentukan hukum sangat penting diperhatikan nilai dasar hukum yaitu meliputi keadilan,
kemanfaatan dan kepastian hukum. Nilai keadilan itu terkait dengan pendistribusian yang merata
antara hak dan kewajiban. Hal tersebut trlah diatur dalam PP No. 30 Tahun 2020 di pasal 19 sampai
dengan pasal 22 yang mengatur tentang hak dan kewajiban selama PSBB berlangsung. Nilai dasar kedua,
tentang kemanfaatan hukum, bahwa dibentuknya suatu peraturan harus memberikan kemanfaatan
atau kebahagiaan sebesar-besarnya bagi warga masyarakat. Dengan dikeluarkannya peraturan ini
manfaatnya adalah untuk menekan angka menyebaran virus COVID-19 dan masyarakat diharapkan
dapat terlindung dari virus COVID-19 ini. Yang ketiga, adayanya kepastian hukum yaitu dengan
dikeluarkannya peraturan ini pemerintah mengaharapkan peraturan yag dibuat dapat secara pasti dan
jelas dapat mengatur masyarakat untuk tertib hukum dan agar tidak menimbulkan keragu-raguan (multi
tafsir) di dalam masyarakat.

Menurut saya peraturan ini sudah baik diterapkan untuk mengurangi menyebaran virus corona yang
semakin hari terus bertambah jumblah penyebarannya, sehingga harus diambil langkah yang tegas
untuk mengatur warga masyarakat agar dapat menekan angka penyebaran secara signifikan. Dengan
memberikan sanksi di dalamnya untuk mempertegas dan memperjelas peraturan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai