Anda di halaman 1dari 18

Volume 2 Nomor 2, Februari 2019, Halaman 97-114

Open access at: https://ejournal.uksw.edu/alethea


Penerbit: Fakultas Hukum Universitas Kristen Satya Wacana

KONSEP TAKE IT OR LEAVE IT DALAM PERJANJIAN BAKU


SESUAI DENGAN ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK

Fahdelika Mahendar dan Christiana Tri Budhayati


Fakultas Hukum Universitas Kristen Satya Wacana
Korespondensi: fahledikamahendar97@gmail.com

Abstrak
Salah satu asas yang ada dalam hukum perjanjian adalah Asas Kebebasan Berkontrak.
Berdasarkan asas ini, para pihak diberikan kebebasan untuk menentukan isi, bentuk dan
dengan siapa akan mengadakan perjanjian. Realisasi asas ini nampak dalam Perjanjian
Baku (standaard contract), yakni perjanjian yang isi atau klausulanya sudah dibakukan oleh
salah satu pihak sehingga pihak lainnya tidak ikut menentukan substansi perjanjian. Dalam
Perjanjian Baku dikenal adanya konsep take it or leave it . Dikaitkan dengan asas kebebasan
berkontrak, dalam Perjanjian Baku masih dimungkinkan adaya kebebasan berkotrak karena
pihak yang tidak membuat perjanjian diberikan kebebasan untuk menerima perjanjian
dilambangkan dengan ”take” atau menolak perjanjian dilambangkan dengan “leave”. Dengan
demikian perjanjian baku yang mengenal take it or leave it telah sesuai dengan asas
kebebasan berkontrak dalam aspek formil karena tidak terdapat adanya paksaan untuk
mengikatkan diri dalam perjanjian.
Kata-kata Kunci: Asas Kebebasan Berkontrak; Take It Or Leave It; Kebebasan dalam
Aspek Formil.

Abstract

One of the basic principles of the legal contract is the freedom of contract. According to this
principle, freedom is given to determine the content, form, and to whom the contract is made.
The realization of this principle appears in the standard contract, known as an agreement in
which the content has been standardized. So the parties could choose to take it or leave
it. Furthermore, there might be freedom of contract in standardize contracts because those
who disagree are given the freedom to accept the agreement (“take”) or reject the agreement
(“leave”). Eventually, the standard contract of “take it” or “leave it” is already suitable with
the principle of freedom contract in the formal aspect because there is no pressure to commit
in the contract.

Key Words: Principle of Freedom of Contract; Take It Or Leave It; Freedom in the
Formal Aspects.
98 JURNAL ILMU HUKUM ALETHEA [Vol. 2, No. 2, 2019]

PENDAHULUAN dengan siapa ia mengadakan kontrak,


bebas tentang apa yang diperjanjikan
Tulisan ini hendak menjelaskan dan bebas untuk menetapkan syarat–
bahwa konsep take it or leave it dalam syarat kontrak.2 Asas kebebasan
perjanjian baku, telah sesuai dengan berkontak memberikan peluang
asas kebebasan berkontrak yakni bahwa orang dapat melakukan suatu
dengan terpenuhinya kebebasan hubungan dengan adanya kesepakat-
dalam aspek formil yakni kebebasan an pribadi. Pasal 1338 KUH Perdata
para pihak untuk membuat atau tidak menyatakan bahwa: semua perjanjian
membuat perjanjian. yang dibuat secara sah berlaku
Dalam era globalisasi ekonomi, sebagai UU bagi mereka yang
pembuatan perjanjian baku oleh para membuatnya. Apa yang dituangkan
pelaku bisnis bukan hal yang Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata itu
mustahil, mengingat dengan perkem- seolah–olah membuat suatu pernya-
bangan ekonomi dalam era globalisasi taan (proklamasi) bahwa subyek
ini, tidak ada batas waktu dan hukum diperbolehkan membuat
tempatnya para pihak dapt membuat perjanjian apa saja dan itu akan
kontrak. Hal ini tentu berdampak pada mengikat para pihak sebagaimana
tingginya frekuensi kontrak yang mengikatnya UU.3
dibuat para pelaku bisnis. Sehubu- Kebebasan berkontrak terjadi
ngan dengan itu, untuk kepentingan dalam tatanan formil maupun dalam
efisiensi baik tenaga maupun waktu tatanan materiil. Tatanan formil
dan biaya, penyediaan formulir berkaitan dengan subyek hukum yaitu
kontrak merupakan pilihan yang tepat kebebasan untuk membuat atau tidak
yang bisa diambil oleh para pelaku membuat perjanjian, bebas untuk
bisnis. Kontrak yang dibuat seperti itu memilih dengan pihak siapa ia ingin
dikenal dengan perjanjian baku atau membuat perjanjian dan para pihak
kontrak baku atau dikenal juga dapat secara bebas untuk menentu-
dengan sebutan standart contrac. kan bentuk perjanjian. Dalam tatanan
Perjanjian baku demikian dimung- materiil, terdapatnya kebebasan
kinkan dengan adanya asas kebebas- berkaitan dengan isi perjanjian.
an berkontrak yang merupakan salah Dengan dasar kebebasan tersebut,
satu asas dalam hukum kontrak. memungkinkan terjadi adanya perjan-
Asas kebebasan berkontrak jian–perjanjian baru yang belum
merupakan asas yang menduduki diatur dalam KUH Perdata akibat dari
posisi sentral di dalam hukum berkembangnya pola kehidupan
kontrak, meskipun asas ini tidak masyarakat yang tumbuh pesat. Salah
dituangkan menjadi aturan hukum satu perjanjian tersebut adalah
namun mempunyai pengaruh yang perjanjian baku atau standart contract.
sangat kuat dalam hubungan Perjanjian baku yang lahir karena
kontraktual para pihak.1 Asas ini perkembangan dunia bisnis muncul
terkandung suatu pandangan bahwa karena tuntutan adanya kepraktisan
orang bebas untuk melakukan atau dan kemudahan. Walaupun demikian,
tidak melakukan kontrak, bebas

1 Firman Floranta Adonara, Aspek – Aspek Hukum Perikatan (CV. Mandar Maju 2014) 90.
2 Ibid., 4.
3 Ibid., 91.
KONSEP TAKE IT OR LEAVE IT DALAM PERJANJIAN BAKU 99

perjanian baku tetap memprioritaskan dianggap secara hukum menyetujui isi


adanya kepastian hukum dalam perjanjian yang telah dituangkan
pelaksanaannya. Dengan sifatnya dalam formulir baku yang disodorkan
yang baku tersebut, memungkinkan kepadanya.4 Sedangkan leave it
adanya ketidakseimbangan posisi diartikan bahwa ia dianggap telah
antara pihak yang satu dengan pihak menolak untuk mengikatkan dirinya
yang lain dalam melakukan perjan- pada perjanjian tersebut.
jian. Sebagian besar, perjanjian baku Sebagai contoh adanya peristiwa
dibuat oleh pihak yang memiliki take it or leave it dalam perjanjian
“posisi yang lebih tinggi” dalam hal ini kerja waktu tertentu (PKWT). PKWT
adalah pelaku usaha untuk lebih pada umumnya menganut sistem
mengamankan kegiatan bisnisnya. perjanjian baku yang sebagian besar
Ketidakseimbangan posisi seperti isi klausula dalam perjanjian tersebut
yang telah dijelaskan di atas dibuat oleh pihak pengusaha. Setelah
menyebabkan perjanjian baku berat dinyatakan diterima sebagai pekerja
sebelah. Piihak yang lain dalam hal ini pada perusahaan tersebut, selanjut-
yang berada dalam posisi yang nya calon pekerja diberikan formulir
cenderung lemah tidak dimungkinkan untuk diisi dan ditandatangani (yang
untuk melakukan negosiasi dan hanya biasanya hanya di isi data informatif
berada dalam posisi take it or leave it. seperti identitas diri) dengan
Konsep take it or leave it dalam menyatakan bahwa pekerja tersebut
transaksi yang melakukan sistem dengan segala konsekuensinya menye-
standarisasi atau pembakuan menge- tujui semua yang tertera dalam isi
nai isi klausul yang ada dalam klausul perjanjian. Pekerja yang
perjanjian baku memiliki kedudukan menyetujui untuk mengikatkan
yang sangat penting untuk diterapkan. dirinya pada perjanjian itu (dalam hal
Dengan berlakunya konsep tersebut ini melakukan take it). Sebaliknya jika
dalam perjanjian baku, para pihak pekerja tersebut tidak menyetujui isi
khususnya yang berada dalam posisi klausul dalam perjanjian tersebut, ia
yang lemah dapat diberikan pilihan dapat menolak untuk menanda-
untuk menentukan akan mengikatkan tanganinya (dalam hal ini leave it).
dirinya pada perjanjian tersebut atau Dari pemaparan di atas maka
tidak. Isi klausul–klausul dalam penulis mempertanyakan, apakah
perjanjian cenderung memberatkan konsep take it or leave it dalam
atau mungkin merugikan salah satu perjanjian baku telah sesuai dengan
pihak. Konsep take it or leave it prinsip–prinsip dalam asas kebebasan
merupakan salah satu solusi yang berkontrak. Jenis penelitian yang
disodorkan oleh pihak yang kuat digunakan dalam penelitian ini adalah
kepada pihak yang lemah dalam penelitian hukum normatif. Penelitian
perjanjian baku. prinsip ini bersifat hukum normatif adalah menemukan
alternatif. Jika pihak lain memilih kebenaran koherensi yaitu adakah
alternatif take it, maka sebagai aturan hukum dan adakah norma
konsekuensinya adalah bahwa ia yang berupa perintah atau larangan

4 Christiana Tri Budhayati, Dinamika Perkembangan Hukum Kontrak di Indonesia (Universitas


Kristen Satya Wacana 2013) 58.
100 JURNAL ILMU HUKUM ALETHEA [Vol. 2, No. 2, 2019]

itu sesuai dengan prinsip hukum, Asas Konsensualisme (The Principle


serta adakah tindakan (act) seseorang Of Consensualism)
sesuai dengan norma hukum (bukan
hanya sesuai dengan aturan hukum) Asas konsensualitas berasal dari
atau prinsip hukum.5 kata latin “Consensus” yang artinya
sepakat. Asas konsensualisme
PEMBAHASAN menekankan bahwa suatu janji lahir
pada detik terjadinya konsensus
Keberadaan asas–asas dalam (kesepakatan atau persetujuan antara
hukum perjanjian sangat penting kedua belah pihak) mengenai hal-hal
kaitannya untuk dijadikan sebagai pokok dari apa yang menjadi objek
salah satu landasan dan pedoman perjanjian.7 Dengan demikian, jika
bagi para pihak dalam melakukan telah terjadi kata “sepakat” antara
hubungan hukum yang didasarkan kedua belah pihak, maka dianggap
pada perjanjian. Dengan berpedoman telah lahir perjanjian tersebut
pada asas–asas perjanjian yang walaupun para pihak belum
berlaku, perbuatan hukum yang sepenuhnya melaksanakan perjanjian
melahirkan hubungan hukum karena pada saat itu. Sehingga konsekuensi
adanya perjanjian yang dilakukan oleh hukumnya bahwa dengan tercapainya
para pihak telah sesuai dengan kaidah kesepakatan telah melahirkan hak
atau aturan hukum karena sejatinya, dan kewajiban bagi para pihak untuk
aturan hukum diterapkan berdasar- memenuhi prestasi yang telah
kan adanya asas–asas hukum. diperjanjikan sebelumnya. Asas
Hukum perjanjian mengenal konsensualisme dapat disimpulkan
empat asas yang saling kait mengkait dalam Pasal 1320 KUH Perdata yang
satu dengan yang lainnya. Keempat menyatakan bahwa suatu perjanjian
asas perjanjian tersebut adalah yaitu adalah apabila:
asas konsensualisme (the principle of 1. Sepakat mereka yang mengikat-
consensualism), asas kekuatan mengi- kan dirinya;
katnya kontrak (the legal binding of 2. kecakapan untuk membuat suatu
contract), asas kebebasan berkontrak perikatan;
(the principle of freedom of contract) dan 3. suatu hal tertentu;
asas itikad baik (principle of good 4. suatu sebab yang halal.
faith)6. Disamping keempat asas
Asas konsensualitas terkandung
tersebut, dalam hukum perjanjian
dalam Pasal 1320 ayat (1) KUH Perdata
dikenal asas-asas lainnya yang
yang mengharuskan adanya kata
mempunyai fungsi yang sama sebagai
sepakat diantara kedua belah pihak
pedoman untuk mendukung para
yang membuat perjanjian. Pemaha-
pihak dalam melaksanakan hubungan
man asas konsensualisme yang
kontraktualnya.
menekankan pada “sepakat” para
pihak ini, berangkat dari pemikiran
bahwa yang berhadapan dalam

5 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum (ed. revisi, cet. ke-9, Kencana Prenada Media Group
2014) 47.
6 Ridwan Khairandy, Hukum Kontrak Indonesia Dalam Perspektif Perbandingan (FH UII Press 2013)
85.
7 I Ketut Oka Setiawan, Hukum Perikatan (Sinar Grafika 2016) 46.
KONSEP TAKE IT OR LEAVE IT DALAM PERJANJIAN BAKU 101

perjanjian tersebut adalah orang yang daya ikat UU, para pihak tidak dapat
menjunjung tinggi komitmen dan secara sepihak merubah perjanjian.
tanggung jawab dalam lalu lintas Perubahan terhadap isi perjanjian
hukum, orang yang beritikad baik , dapat dilakukan sepanjang disepakati
yang berlandaskan pada “satu kata kedua belah pihak. Demikian juga,
satunya perbuatan”. Apabila kata salah satu pihak tidak adapat secara
“sepakat” yang diberikan oleh para semena-mena melakukan pembatalan
pihak tidak berada dalam kerangka perjanjian, kecuali jika ada alasan
yang sebenarnya, dalam artian yang diperbolehkan oleh UU.
terdapat cacat kehendak (wilsgebreke), Dalam asas Pacta Sunt Servanda,
maka hal ini dapat mengancam para pihak diharuskan untuk
eksistensi perjanjian tersebut.8 memenuhi janjinya. Dengan adanya
Asas konsensualisme mempunyai janji tersebut, maka timbul kemauan
hubungan yang erat dengan asas bagi para pihak untuk saling
kebebasan berkontrak dan asas berprestasi, ada kemauan untuk
mengikatnya perjanjian yang terdapat saling mengikatkan diri. Kewajiban
didalam Pasal 1338 ayat (1) kontraktual tersebut menjadi sumber
KUHPerdata. Hal tersebut sesuai bagi para pihak untuk secara bebas
dengan pendapat Subekti yang menentukan kehendak tersebut
menyatakan bahwa asas konsen- dengan segala akibat hukumnya.11
sualisme terdapat dalam Pasal 1320
Asas Itikad Baik (Principle Of Good
Jo. Pasal 1338 KUH Perdata.
Faith)
Pelanggaran terhadap ketentuan
tersebut akan mengakibatkan Asas itikad baik merupakan salah
perjanjian itu menjadi tidak sah dan satu asas dalam hukum perjanjian.
juga tidak mengikat sebagai UU.9 Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata
menyatakan bahwa “suatu perjanjian
Asas Kekuatan Mengikatnya
harus dilaksanakan dengan itikad
Perjanjian (Pacta Sunt Servanda)
baik”. Pengaturan Pasal 1338 ayat (3)
Asas kekuatan mengikatnya KUH Perdata, yang menetapkan
perjanjian mengharuskan para pihak bahwa perjanjian harus dilaksanakan
untuk memenuhi apa yang telah dengan itikad baik, maksudnya adalah
mereka perjanjikan. Asas Pacta Sunt bahwa perjanjian itu dilaksanakan
Servanda secara konkrit dapat menurut kepatutan dan keadilan. Isi
dicermati dalam Pasal 1338 ayat (1) Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata
KUH Perdata yang memuat ketentuan ditegaskan kembali juga pada Pasal
imperatif yaitu bahwa “semua 1339 KUH Perdata yang menyatakan
perjanjian yang dibuat secara sah bahwa “perjanjian tidak hanya
berlaku sebagai undang–undang bagi mengikat apa yang dengan tegas
mereka yang membuatnya”.10 Bahwa ditentukan di dalamnya, melainkan
perjanjian yang telah disepakati para juga segala sesuatu yang menurut
pihak mempunyai daya ikat seperti

8 Firman Floranta Adonara, Aspek – Aspek Hukum Perikatan (CV. Mandar Maju 2014) 96-97.
9 Ibid, 99.
10 Muhammad Syaifuddin, Hukum Kontrak Memahami Kontrak dalam Perspektif Filsafat, Teori,
Dogmatika dan Praktik Hukum (Seri Pengayaan Hukum Perikatan) (Mandar Maju 2012) 91.
11 Ridwan Khairandy, Op.Cit., 91.
102 JURNAL ILMU HUKUM ALETHEA [Vol. 2, No. 2, 2019]

sifatnya perjanjian diharuskan oleh maka setiap tindakan, perbuatan yang


kepatutan, kebiasaan atau UU”.12 dilakukan oleh orang perorangan
Substansi itikad baik ke dalam sebagai subyek hukum yang mandiri
Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata tidak akan mengikatkan diri pribadi
harus diinterpretasikan secara grama- tersebut, dan dalam lapangan
tikal, bahwa itikad baik hanya muncul perikatan, mengikat seluruh harta
sebatas pada tahap pelaksanaan kekayaan yang dimiliki olehnya secara
kontrak. Itikad baik juga harus pribadi.14 Asas personalitas juga dapat
dimaknai dalam keseluruhan proses ditemukan dalam Pasal 1340 ayat (1)
tahap pelaksanaan kontraktual yang KUH Perdata yang menyebutkan
artinya bahwa itikad baik harus bahwa “Perjanjian hanya berlaku
melandasi hubungan para pihak pada antara pihak–pihak yang membuat-
tahap pra kontraktual, kontraktual nya”. Dengan demikian bahwa asas–
dan pelaksanaan kontraktual. Dengan asas personalitas bermakna bahwa
demikian fungsi itikad baik dalam perjanjian hanya berlaku bagi pihak–
Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata pihak yang membuatnya.15
mempunyai sifat dinamis melingkupi
seluruh proses kontrak tersebut.13 Asas Kebebasan Berkontrak

Asas Personalitas Kebebasan berkontrak pada


dasarnya merupakan perwujudan dari
Asas personalitas dapat kehendak bebas, pancaran hak asasi
disimpulkan dari Pasal 1315 KUH manusia yang perkembangannya
Perdata yang berbunyi “pada umunya dilandasi semangat liberalisme yang
seseorang tidak dapat mengadakan mengagungkan kebebasan individu.16
perikatan atau perjanjian selain untuk Keberadaan asas kebebasan
dirinya sendiri”. Dari rumusan berkontrak tersebut tidak dapat
tersebut dapat diketahui bahwa pada dilepaskan dari pengaruh berbagai
dasarnya suatu perjanjian dibuat oleh aliran filsafat politik dan ekonomi
seseorang dalam kapasitasnya sebagai liberal yang berkembang pada abad
individu, subyek hukum pribadi, sembilan belas. Dalam bidang
hanya akan berlaku dan mengikat ekonomi berkembang aliran Laissez
untuk dirinya sendiri. Secara spesifik Faire yang dipelopori oleh Adam Smith
ketentuan Pasal 1315 KUH Perdata ini yang menekankan prinsip non-
menunjukkan pada kewenangan intervensi oleh pemerintah terhadap
bertindak sebagai individu pribadi kegiatan ekonomi dan bekerjanya
sebagai subyek hukum pribadi yang pasar. Filsafat Utilitarian Jeremy
mandiri, yang memiliki kewenangan Bentham yang menekankan adanya
bertindak untuk dan atas nama ideologi Freechoice, juga memiliki
dirinya sendiri. Dengan kapasitas pengaruh yang besar bagi
kewenangan tersebut, sebagai seorang
yang cakap bertindak dalam hukum,

12 Firman Floranta Adonara, Op.Cit., 105-107.


13 Ibid., 109.
14 Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Perikatan yang Lahir dari Perjanjian (Rajawali Pers 2008)
15.
15 Ridwan Khairandy, Op.Cit., 93.
16 Ibid., 90.
KONSEP TAKE IT OR LEAVE IT DALAM PERJANJIAN BAKU 103

pertumbuhan asas kebebasan ditafsirkan bahwa setiap orang dapat


berkontrak tersebut. 17 membuat perjanjian dengan isi
Asas kebebasan berkontrak apapun. Ada kebebasan dari setiap
merupakan salah satu asas yang subyek hukum untuk membuat
mendasari adanya kebebasan bagi perjanjian dengan siapapun yang
para pihak dalam mengadakan dikehendakinya, dengan isi dan dalam
perjanjian. Hal ini muncul karena bentuk apapun yang dikehendaki.
konsekuensi dari sistem pengaturan Dengan adanya asas kebebasan
hukum perjanjian yang terdapat berkontrak ini, maka dimungkinkan
didalam Buku III KUH Perdata yang subyek hukum membuat perjanjian
memiliki karakter atau sifat sebagai yang baru yang belum dikenal dalam
hukum pelengkap (optional law). UU (dikenal dengan istilah perjanjian
Dengan karakter yang demikian, orang tidak bernama yakni perjanjian yang
boleh menggunakan atau tidak jenis dan pengaturannya belum
menggunakan ketentuan yang dituangkan dalam KUH Perdata).
terdapat didalam Buku III KUH Dengan demikian dapat disimpulkan
Perdata tersebut. Sehingga di dalam bahwa sebenarnya pembentuk UU
perjanjian, para pihak dapat mengatur mengakui kemungkinan akan adanya
sendiri yang menyimpang dari perjanjian lain dari yang telah diatur
ketentuan dalam Buku III KUH dalam KUH Perdata, dan ini
Perdata.18 membuktikan berlakunya asas
Pengaturan mengenai asas kebebasan berkontrak.20
kebebasan berkontrak terdapat dalam Berlakunya asas kebebasan
Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata yang berkontrak tidak hanya ditemukan
berbunyi: “semua perjanjian yang dalam rumusan Pasal 1338 KUH
dibuat secara sah berlaku sebagai UU Perdata yang dijadikan pasal utama
bagi mereka yang membuatnya”. adanya keberadaan asas kebebasan
Dalam Pasal 1338 ayat (1) KUH berkontrak akan tetapi juga dapat
Perdata ini memuat ketentuan– ditemukan dalam beberapa pasal
ketentuan normatif sebagai berikut:19 buku III KUH Perdata.
a. Semua perjanjian yang dibuat Pasal 1329 KUH Perdata
secara sah berlaku sebagai UU menyatakan bahwa setiap orang
bagi mereka yang membuatnya. berwenang untuk membuat suatu
b. Perjanijan itu tidak dapat ditarik perikatan kecuali jika orang tersebut
kembali selain dengan kata dinyatakan tidak cakap secara
sepakat kedua belah pihak, atau hukum. Syarat dinyatakan tidak
karena alasan–alasan yang oleh cakap untuk melakukan perjanjian
UU dinyatakan cukup untuk itu. terdapat dalam Pasal 1330 KUH
c. Perjanjian harus dilaksanakan Perdata, yaitu:
dengan itikad baik. a. Anak yang belum dewasa.
Dengan didasarkan dalam pasal b. Anak yang ditaruh dibawah
tersebut, kata “semua” dapat pengampunan.

17 Ridwan Khairandy, Op.Cit., 100.


18 Ibid.
19 Muhammad Syaifuddin, Op.Cit., 82.
20 Christiana Tri Budhayati, ‘Asas Kebebasan Berkontrak Dalam Hukum Perjanjian Indonesia’ (2009)
10 (3) Jurnal Widya Sari 236-237.
104 JURNAL ILMU HUKUM ALETHEA [Vol. 2, No. 2, 2019]

c. Perempuan yang telah kawin KUH Perdata yang menjelaskan


dalam hal–hal yang ditentukan bahwa:
UU, dan pada umumnya semua Jika dinyatakan suatu sebab, tetapi
UU dilarang untuk membuat memang ada sebab yang tidak
persetujuan tertentu. 21 terlarang atau jika ada sebab lain
yang tidak terlarang selain yang
Dengan mengacu pada Pasal 1329 dinyatakan itu, persetujuan itu
tersebut, nampak ada suatu adalah sah.
kebebasan dari subyek hukum untuk Selanjutnya dalam Pasal 1337
membuat perjanjian dengan subyek KUH Perdata dijelaskan bahwa suatu
hukum yang lain sepanjang tidak sebab adalah terlarang, jika sebab itu
termasuk mereka yang tersebut dalam dilarang oleh UU atau bila sebab itu
Pasal 1330 KUH Perdata bertentangan dengan kesusilaan atau
Demikian juga asas kebebasan ketertiban umum. Pengaturan
berkontrak ditemukan dalam Pasal tersebut mengartikan bahwa KUH
1332 sampai dengan Pasal 1334 KUH Perdata memberikan kebebasan
Perdata berkaitan dengan obyek kepada individu berkaitan dengan
perjanjian. Pasal 1332 KUH Perdata causa perjanjian, kecuali suatu sebab
menjelaskan bahwa pokok perjanjian tersebut dilarang oleh UU maupun
hanya barang yang dapat diperda- kesusilaan dan ketertiban umum.
gangkan atau yang bernilai ekonomis Dalam Pasal 1320 ayat (1) KUH
saja. Selanjutnya Pasal 1333 KUH Perdata, menyatakan bahwa perjan-
Perdata menjelaskan bahwa pokok jian dianggap sah apabila terdapat
berupa barang yang sekurang– adanya kesepakatan atau consensus
kurangnya ditentukan jenisnya. antara para pihak yang mengikatkaan
Jumlah mengenai barang tersebut dirinya. Adanya kebebasan dalam
tidak perlu pasti, namun jumlah itu melakukan kehendak dengan ditandai
dikemudian hari dapat ditentukan dan dengan sepakat antara para pihak
dapat dihitung. Dari penjelasan dalam yang membuat suatu perjanjian
pasal tersebut, memberikan kebebas- merupakan inti dari kebebasan
an kepada setiap orang yang akan berkontrak. Namun, dalam ketentuan
membuat perjanjian perihal obyek Pasal 1321 KUH Perdata mengatur
perjanjian dalam menentukan barang– bahwa suatu perjanjian yang
barang yang akan dijadikan sebagai didasarkan pada kekhilafan, atau
obyek perjanjian namun dengan diperoleh dengan paksaan atau
memperhatikan ketentuan bahwa penipuan maka perjanjian tersebut
hanya barang yang dapat diperda- tidak mempunyai kekuatan. Keten-
gangkan yang dapat dijadikan sebagai tuan ini ditegaskan lebih lanjut dalam
obyek perjanjian. Pasal 1235 KUH Perdata Jo Pasal 1328
Berkaitan dengan kausa KUH Perdata menyatakan bahwa
perjanjian, KUH Perdata memberikan perbuatan paksaan dan penipuan
kebebasan kepada individu untuk merupakan suatu alasan untuk dapat
membuat suatu kausa perjanjian membatalkan suatu perjanjian. Dari
sebagaimana diatur dalam Pasal 1336 pasal-pasal tersebut dapat disimpul-
kan bahwa sebenarnya KUH Perdata

21 Dengan adanya UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, seorang isteri cakap melakukan
perbuatan hukum.
KONSEP TAKE IT OR LEAVE IT DALAM PERJANJIAN BAKU 105

memberikan suatu kebebasan kepada konsep take it or leave it merupakan


setiap individu untuk membuat atau suatu konsep dasar dalam perjanjian
tidak membuat perjanjian dengan yakni berkaitan dengan menyetujui
didasarkan akan adanya kesepa- atau menolak perjanjian karena
katan/consensus para pihak dengan perjanjian merupakan perwujudan
tidak didasarkan pada paksaan, dari kehendak para pihak untuk
kekhilafan dan penipuan. Sepakat mengikatkan diri secara sukarela guna
yang diberikan atas dasar paksaan memenuhi suatu prestasi yang
merupakan contradictio in terminis. melahirkan hak dan kewajiban.
Sebagai akibat dari berkembang
Konsep Take It or Leave It dalam pesatnya dunia bisnis, menuntut
Perjanjian Baku adanya efisiensi pembuatan
Istilah meyetujui suatu perjanjian perjanjian. Sistem perjanjian yang
merupakan bentuk dari adanya baku atau sistem yang telah
consensus atau kesepakatan para distadarisasikan dalam pembuatan
pihak berkaitan dalam membuat perjanjian baku merupakan satu
perjanjian. Dalam Pasal 1320 KUH pilihan yang tepat. Denganadanya
Perdata menjelaskan bahwa suatu standarisasi perjanjian, maka tidak
perjanjian dapat dikatakan sah terjadi adanya keseimbangan
apabila telah memenuhi syarat-syarat berkaitan dengan proses pembuatan
berikut: perjanjian atau kontrak antara pihak
satu dengan pihak lainnya khususnya
1. Kesepakatan mereka yang
berkaitan dengan substansi atau isi
mengikatkan dirinya;
perjanjian, maka dikenal konsep take
2. kecakapan untuk membuat suatu
it or leave it.
perikatan;
Konsep take it or leave it dalam
3. suatu pokok persoalan tertentu;
perjanjian baku merupakan salah satu
4. suatu sebab yang terlarang.
opsi yang diberikan oleh pihak yang
Dengan didasarkan pada pasal lebih dominan kedudukannya kepada
tersebut, bahwa adanya kesepakan pihak yang kedudukan lebih rendah
para pihak dalam melakukan dikarenakan perbedaan dominasi
perjanjian merupakan salah satu kedudukan. Dengan berlakunya
syarat yang harus ada berkaitan konsep tersebut dalam Perjanjian
dengan syarat sahnya perjanjian. baku, para pihak khususnya yang
Didasarkan pada penjelasan berada dalam posisi yang lemah
tersebut, suatu perjanjian harus diberikan pilihan untuk menentukan
terdapat kata “setuju” dari para pihak akan mengikatkan dirinya pada
dalam melakukan hubungan perjanjian tersebut atau tidak.
kontraktual dan hal ini tercermin pada Konsep take it or leave it
konsep take it or leave it. Pengertian merupakan salah satu solusi yang
mengenai istilah take it or leave it jika disodorkan oleh pihak yang kuat
diartikan dalam bahasa Indonesia kepada pihak yang lemah dalam
adalah “ambil atau tinggalkan”. perjanjian baku. Prinsip ini bersifat
Maksud dari arti ambil atau tinggalkan alternatif. Jika pihak lain memilih
ini adalah menyetujui atau menolak alternatif take it, maka sebagai
perjanjian. Dengan didasarkan pada konsekuensinya adalah bahwa ia
uraian yang telah dijelaskan bahwa dianggap secara hukum menyetujui isi
106 JURNAL ILMU HUKUM ALETHEA [Vol. 2, No. 2, 2019]

perjanjian yang telah dituangkan seperti: perbedaan ilmu pengetahuan


dalam formulir baku yang disodorkan yang dimiliki para pihak, perbedaan
kepadanya.22 Sedangkan leave it kedudukan atau jabatan para pihak,
diartikan bahwa ia dianggap telah perbedaan berkaitan dengan kepenti-
menolak untuk mengikatkan dirinya ngan para pihak.
pada perjanjian tersebut. Take it or
leave it dalam artiannya hanya ada Hubungan antara Asas Kebebasan
dua pilihan yaitu sepakat membuat Berkontrak dengan Konsep Take It
perjanjian atau tidak sepakat or Leave It
membuat perjanjian. 23
Perjanjian baku seringkali dikait-
Konsep take it or leave it terjadi kan dengan asas kebebasan berkon-
dalam proses prakontraktual sebelum trak. Dengan alasan bahwa perjanjian
melakukan hubungan kontraktual baku yang sebagian besar lahir karena
yang selanjutnya akan berakibat perkembangan dunia bisnis yang
hukum berkaitan dengan pemenuhan menuntut untuk lebih cepat dan
prestasi para pihak yang berisi hak efisien telah meniadakan adanya
dan kewajiban masing–masing pihak. kebebebasan berkontrak dalam hal
Prakontraktual merupakan tahap khususnya berkaitan dengan pembu-
penawaran dan penerimaan.24 Dalam atan isi atau klausula perjanjian.
tahap ini pihak yang berada dalam Pandangan ini mendasarkan pada
posisi lemah menyatakan untuk pemikiran karena perjanjian baku
bersepakat mengadakan hubungan memiliki ciri yang bersifat baku atau
kontraktual (dalam praktik biasanya telah terlebih dahulu dibuat
ditunjukan dengan penandatanganan berkenaan dengan isi atau klasula
formulir perjanjian baku sebagai bukti perjanjiannya oleh salah satu pihak
pihak tersebut mengikatkan dirinya yang biasanya lebih dominan
dalam perjanjian tersebut). Pihak yang dibandingkan dengan pihak yang lain.
dalam posisi yang dominan membe- Dalam perjanjian baku pihak yang lain
rikan formulir untuk dilihat terlebih tersebut biasanya hanya dapat
dahulu berkaitan dengan substansi mengisikan data informatif saja.
atau isi perjanjian. Jika setuju maka Sehingga, dalam perjanjian baku sulit
take it, jika menolak maka leave it. sekali terjadi adanya kesepakatan
Berangkat dari perndapat terse- yang sejatinya dimana para pihak
but, dapat disimpulkan bahwa lahir- berkesempatan melakukan negosiasi
nya konsep take it or leave it dalam berkaitan dengan isi atau klausula
pelaksanaan perjanjian baku disebab- perjanjian. Dewi Hendarawati25
kan adanya posisi yang tidak seim- berpendapat bahwa perjanjian pembi-
bang antara satu pihak dan pihak ayaan konsumen dengan jaminan
lainnya dalam hal pembuatan fidusia biasanya menggunakan sistem
perjanjian. Ketidakseimbangan terse- baku dalam pembuatan perjanjiannya
but disebabkan oleh berbagai faktor tidak memenuhi asas kebebasan

22 Christiana Tri Budhayati, Op.Cit., 58.


23 Muhammad Syaifuddin, Op.Cit., 216.
24 Salim H.S. Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak (Sinar Grafika 2014) 4.
25 Dewi Hendrawati, ‘Penerapan Asas Kebebasan Berkontrak dalam Pembuatan Perjanjian Baku
(Studi Normatif Pada Perjanjian Pembiayaan Konsumen)’ (2011), Jurnal Hukum Masalah-Masalah
Hukum 417.
KONSEP TAKE IT OR LEAVE IT DALAM PERJANJIAN BAKU 107

berkontrak dalam hal menentukan isi, 2) kebebasan untuk memilih dengan


syarat, bentuk dan pelaksanaan pihak siapa ia ingin membuat
perjanjian . perjanjian;
Dengan didasarkan pada uraian 3) kebebasan untuk memilih causa
tersebut, dalam perjanjian baku perjanjian yang akan dibuatnya;
dikenal adanya konsep take it or leave 4) kebebasan untuk menentukan
it. Konsep ini memiliki prinisp bahwa objek suatu perjanjian;
pihak yang dianggap “lemah” dalam 5) Kebebasan untuk menentukan
hal menentukan isi atau klausula bentuk suatu perjanjian, dan;
perjanjian maka pihak tersebut 6) Kebebasan untuk menerima atau
diberikan pilihan untuk menetukan menyimpangi ketentuan UU yang
akan mengikatkan dirinya pada bersifat opsional.
perjanjian tersebut atau tidak. Jika Dengan didasarkan pada ruang
take it maka pihak tersebut dianggap lingkup tersebut, terdapat dua macam
menyetujui isi perjanjian dengan kebebasan yang dapat simpulkan
konsekuensi untuk melaksanakan yaitu kebebasan dalam aspek materiil
klausula yang tertera dalam perjanjian dan kebebasan dalam aspek formil.
tersebut. Sedangkan leave it dianggap Kebebasan dalam aspek materiil
menolak untuk mengikatkan dirinya berkaitan dengan isi atau substansi
dalam perjanjian tersebut yang perjanjian. Sedangkan kebebasan
biasanya ditandai dengan tidak dalam aspek formil berkaitan dengan
menandatangani perjanjian. cara membentuk suatu perjanjian.
Berdasarkan uraian tersebut Berkaitan dengan kebebebasan dalam
diatas, penulis berpendapat bahwa aspek formil merujuk pada kebebasan
terdapatnya hubungan antara asas untuk membuat atau tidak membuat
kebebasan berkontrak yang perjanjian, kebebasan untuk memilih
merupakan asas perjanjian dengan dengan pihak siapa ia ingin membuat
konsep take it or leave it yang perjanjian serta kebebasan untuk
merupakan bagian dari pelaksanaan menentukan bentuk suatu perjanjian.
perjanjian baku. Sedangkan kebebasan dalam aspek
materiil merujuk pada kebebasan
Konsep Take It or Leave It untuk memilih causa perjanjian yang
Merupakan Kebebasan dalam Aspek akan dibuatnya, kebebasan untuk
Formil menentukan objek suatu perjanjian
Dalam asas kebebasan berkontrak dan kebebasan untuk menerima atau
yang memiliki ciri bahwa setiap orang menyimpangi ketentuan UU yang
dapat dengan bebas mengadakan bersifat opsional.
perjanjian sesuai dengan apa yang Dalam perjanjian baku, biasanya
dikehendaki sendiri. menurut Sutan bentuk dan substansi perjanjian telah
Remy Sjahdeini ruang lingkup asas dibakukan atau distandarisasikan
kebebasan berkontrak meliputi hal- oleh pihak yang memiliki kedudukan
hal sebagai berikut: yang lebih “dominan”, sehingga tidak
ada kebebasan bagi pihak lainnya
1) Kebebasan untuk membuat atau
untuk menentukan substansi atau isi
tidak membuat perjanjian;
dari perjanjian. Dengan kata lain,
bahwa dalam perjanjian baku tidak
terdapatnya kebebasan dalam aspek
108 JURNAL ILMU HUKUM ALETHEA [Vol. 2, No. 2, 2019]

materiil. Namun demikian, dalam mengetahui dan menyetujui isi


perjanjian baku masih terdapat kontrak yang dibuat tersebut, agar
kontrak yang dibuat tersebut dapat
kebebasan dalam aspek formil yakni digunakan sebagai alat bukti
berkaitan dengan kebebasan para dipengadilan,.....
pihak mengenai cara membuat Dengan demikian dengan
perjanjian yang dijelaskan lebih lanjut penandatanganan perjanjian maka
sebagai berikut: pihak tersebut telah menyatakan
1. Berkenaan dengan adanya untuk bersepakat mengikatkan
kebebasan untuk membuat atau dirinya dalam perjanjian untuk
tidak membuat perjanjian memenuhi prestasi yang telah
dicantumkan pada isi atau substansi
Dalam perjanjian baku yang
perjanjian. Dengan kata lain bahwa
substansi perjanjia sudah dibakukan
penandatangan perjanjian merupakan
oleh salah satu pihak, maka pihak
wujud adanya kesepakatan para
yang tidak menentukan substansi
pihak.
perjanjian diberikan pilihan secara
bebas untuk sepakat mengikatkan diri 2. Berkenaan dengan kebebasan
dalam perjanjian baku tersebut untuk memilih dengan pihak siapa
dengan menyatakan “setuju“ atau ia ingin membuat perjanjian
“menolak” perjanjian yang telah Dalam perjanjian baku hanya satu
disodorkan untuk ditandatangani pihak saja yang menentukan
sebagai wujud persetujuan untuk substansi perjanjian dan pihak lain
mengikatkan diri dalam perjanjian. tidak mempunyai kesempatan untuk
Adanya kebebasan dalam menentukan menentukan susbstansi perjanjian.
kehendak dengan ditandai adanya Sehingga, pihak lain tersebut
sepakat (consensus) para pihak yang diberikan pilihan bebas untuk
membuat suatu perjanjian merupakan menentukan dengan siapa dia akan
inti dari kebebasan berkontrak. melakukan perjanjian.
Penandatanganan perjanjian yang Sebagai contoh, dalam perjanjian
dilakukan para pihak menyatakan terapeutik terdapat 2 (dua) pihak yang
bahwa terdapatnya persetujuan untuk mengadakan perjanjian yaitu tenaga
mengikatkan diri dalam perjanjian kesehatan/dokter/rumah sakit
tersebut, hal ini sesuai dengan apa dengan pasien. Sebagai salah satu
yang dinyatakan oleh Erwin Kusnul pihak dalam perjanjian terapeutik,
Kotimah dan Lukman Santoso pasien dapat dengan bebas untuk
bahwa:26 memilih dan menentukan dengan
Fungsi tanda tangan dan materai tenaga kesehatan/dokter/ rumah
dalam kontrak waralaba adalah sakit yang mana ia inginkan untuk
sebagai pemberi kepastian hukum
didepan pengadilan. Tanda tangan
membuat perjanjian. Hal ini
merupakan bentuk konsensus atau didasarkan bahwa transaksi
kesepakatan sekaligus kesengajaan terapeutik bertumpu pada 2 (dua)
antara kedua belah pihak dan dengan macam hak asasi yakni salah satunya
pembubuhan tanda tangan tersebut,
maka para pihak dianggap adalah hak untuk menentukan

26 Erwin Kusnul Kotimah dan Lukman Santoso, ‘Urgensi Tanda Tangan dan Materai dalam
Memberikan Kepastian Hukum terhadap Kontrak Waralaba’ (Franchise) (2017) 1 (1) HOLREV
Fakultas Hukum Universitas Halu Oleo 61.
KONSEP TAKE IT OR LEAVE IT DALAM PERJANJIAN BAKU 109

nasibnya sendiri (the right to self berkaitan dengan substansi perjanjian


determinations). baik dalam bentuk lisan dan bentuk
Dalam perjanjian kerja, terdapat 2 tertulis dengan diadendumkan sesuai
pihak yaitu pengusaha atau pemberi dengan keinginan para pihak.
kerja dan pekerja sebagai penerima Sebagaimana ditemukan dalam
kerja untuk melakukan hubungan PKWTT di PT. Bengkalis Kuda Laut,
kerja. Pekerja sebagai salah satu pihak dimana dalam perusahaan yang
dalam perjanjian kerja diberikan melakukan bussiness partner dengan
kebebasan untuk memilih dengan PT. Chevron Pacific dengan
pemberi kerja atau pengusaha mana menetapkan beberapa standar yang
yang ia inginkan untuk membuat harus dipenuhi oleh PT. Bengkalis
perjanjian. Sedangkan Kuda Laut sebagai kontraktor yang
Dalam perjanjian asuransi, bergerak dalam bidang jasa dan
terdapat 2 (dua) pihak yaitu perusa- transportasi. Salah satunya adalah
haan asuransi dan pemegang polis. pembuatan adendum atau perjanjian
Perjanjian asuransi merupakan tambahan diluar perjanjian kerja yang
perjanjian pertanggungan atau perlin- telah disepakati sebelumnya yang
dungan atas suatu objek dari substansi perjanjiannya berkaitan
ancaman bahaya yang menimbulkan dengan hak–hak PKWTT yaitu
kerugian27, maka sebagai pihak yang mengenai jumlah upah pokok dan
akan ditanggung berkenaan dengan tunjangan, besarnya upah lembur,
harta bendanya Pemegang polis jaminan pemeliharaan kesehatan,
diberikan kebebasan untuk menen- cuti, upaya hukum dengan jalur
tukan perusahaan asuransi yang akan penyelesaian perselisihan hubungan
dipilih sebagai pihak dalam perjanjian. industrial, upah makan dan
pemberian izin. Dengan berdasarkan
28
3. Berkenaan dengan kebebasan
contoh tersebut, bahwa terdapat
untuk menentukan bentuk
kemungkinan adanya kebebasan
perjanjian
menentukan bentuk perjanjian diluar
Ada 2 (dua) bentuk perjanjian, yang telah ditetapkan dalam
yaitu tertulis dan lisan. Dalam perjanjian baku (Standaard Contract)
perjanjian baku, yang memiliki ciri Berdasarkan uraian di atas
utama yaitu bahwa mengenai bentuk nampak bahwa terdapat kebebasan
telah distandarisasi atau dibakukan, dalam aspek formil dalam perjanjian
maka tidak terdapatnya kebebasan baku sekalipun mengenai kebebasan
untuk menentukan bentuk perjanjian. untuk menentukan bentuk perjanjian
Dalam kenyataanya terdapat tidak terpenuhi namun terdapat 2
kemungkinan kebebasan menentukan (dua) kebebasan formil lainnya yaitu
isi perjanjian jika adanya penambahan berkaitan dengan kebebasan untuk
selain yang tertuang dalam perjanjian membuat dan tidak membuat
baku. Sebagai contoh dalam PKWTT perjanjian, kebebasan untuk memilih
dimungkinkan adanya tambahan dengan pihak siapa ia ingin membuat

27 Lihat dalam Pasal 1 angka (1) UU No. 40 Tahun 2014 tentang Peransuransian mengenai
Perngertian dari Asuransi.
28 Rezkie Prawalita, ‘Hak Pekerja Pada Addendum Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT)
Berdasarkan Undang–Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Pada PT.
Bengkalis Kuda Laut’ (2016) 3 (2) JOM Fakultas Hukum 4.
110 JURNAL ILMU HUKUM ALETHEA [Vol. 2, No. 2, 2019]

perjanjian. Sehingga dapat dikatakan antara konsep take it or leave it dengan


bahwa telah terpenuhinya kebebasan asas kebebasan berkontrak dalam arti
dalam aspek formil. formil yakni bahwa take it or leave it
Dapat disimpulkan bahwa merupakan gambaran adanya asas
kebebasan dalam aspek formil adalah kebebasan berkontrak dalam
kebebasan yang diberikan kepada perjanjian baku, karena sejatinya
para pihak untuk membuat atau tidak konsep take it or leave it merupakan
membuat perjanjian, kebebasan kehendak para pihak untuk membuat
untuk memilih dengan pihak siapa ia atau tidak membuat perjanjian,
ingin membuat perjanjian, kedua dengan menyatakan setuju atau
aspek itu disebut sebagai kebebasan menolak mengikatkan diri dalam
berkaitan dengan subjek perjanjian perjanjian tersebut. Setuju atau take it
serta kebebasan para pihak dalam disini diartikan sebagai kata “sepakat”
menentukan bentuk perjanjian. dari kedua belah pihak untuk
Dengan berdasarkan kesimpulan yang melaksanakan prestasi yang telah
telah dijelaskan sebelumnya, jika dituangkan dalam isi atau substansi
dikaitkan dengan pengertian bahwa perjanjian tersebut.
perjanjian baku merupakan take it or Dengan didasarkan pada
leave it, maka konsep take it or leave it kebebasan dalam aspek formil
yang merupakan praktik pembuatan tersebut, konsep take it or leave it
perjanjian baku terdapat adanya sejatinya tidak terdapat adanya unsur
kebebasan berkontrak dikarenakan paksaan. Pengertian paksaan menurut
bahwa kebebasan formilnya telah Kamus Besar Bahasa Indonesia yang
terpenuhi karena dalam perjanjian dijelaskan sebagai berikut29:
baku kalau setuju “take it” kalau tidak 1) Paksa: mengerjakan sesuatu yang
setuju atau menolak dapat melakukan diharuskan walaupun tidak sesuai
“leave it” berkaitan dengan perbuatan kemauan;
mengikatkan dirinya dalam perjanjian 2) Memaksa: memperlakukan,
dan itu dikenal konsep take it or leave menyuruh, meminta dengan
it. paksa;
Konsep take it or leave it 3) Paksaan: hasil dari memaksa,
merupakan wujud dari kebebasan tekanan atau desakan.
berkontrak, walaupun salah satu Menurut Subekti bahwa paksaan
pihak tidak dapat mengubah yang dimaksudkan adalah paksaan
substansi atau klausula berkaitan rohani atau jiwa (psychis), jadi bukan
dengan aspek materiilnya, namun paksaan badan (fisik).30 Paksaan
terdapatnya kebebasan dalam aspek timbul apabila seseorang tergerak
formil. Dengan demikian secara untuk menutup perjanjian
yuridis dapat dikatakan bahwa (memberikan kesepakatan) di bawah
konsep take it or leave it yang dikenal ancaman yang bersifat melanggar
dalam praktik perjanjian baku hukum. Ancaman bersifat melanggar
merupakan kebebasan berkontrak, hukum ini meliputi dua hal, yaitu:
dalam aspek formil. Keterkaitan

29 Kamus Besar Bahasa Indonesia, <https://www.google.co.id/amp/s/kbbi.web.id/paksa.html>


diakses 22 November 2018.
30 Subekti, Hukum Perjanjian (Intermasa 1987) 23.
KONSEP TAKE IT OR LEAVE IT DALAM PERJANJIAN BAKU 111

a) ancaman itu sendiri sudah meru- untuk mengikatkan dirinya dalam


pakan perbuatan melanggar suatu perjanjian, maka akan
hukum (pembunuhan, pengani- berakibat pada cacat kehendak
ayaan). sehingga dapat dijadikan sebagai
b) ancaman itu bukan merupakan dasar pembatalan suatu perjanjian
perbuatan melanggar hukum, yaitu sebagaimana dalam Pasal 1323
tetapi ancaman itu dimaksud- KUH Perdata yang berbunyi:
kan untuk mencapai sesuatu Paksaan yang dilakukan terhadap
yang tidak dapat menjadi hak orang yang mengadakan suatu
pelakunya.31 perjanjian mengakibatkan batalnya
perjanjian yang bersangkutan, juga
Sesuai dengan apa yang diuraikan bila paksaan itu dilakukan oleh pihak
tersebut, bahwa konsep take it or leave ketiga, untuk kepentingan siapa
it tidak memenuhi adanya unsur dari perjanjian tersebut telah dibuat.
paksaan karena dalam konsep Selanjutnya dalam Pasal 1325 KUH
tersebut, para pihak (khususnya pihak Perdata menyatakan bahwa:
yang lemah) diberikan pilihan bebas Paksaan menjadikan suatu perjanjian
untuk menyatakan mengikatkan diri batal, bukan hanya dilakukan oleh
dalam perjanjian tersebut atau tidak. salah satu pihak yang membuat
Hal ini membuktikan bahwa dalam perjanjian, melainkan juga dilakukan
pelaksanaan konsep take it or leave it terhadap suami atau istri atau
tidak terjadi intervensi dari orang lain. keluarganya dalam garis ke atas
Arti tidak adanya intervensi dari pihak maupun garis ke bawah.
lain juga merupakan kebebasan yang Dengan demikian sekalipun pihak
tidak didasari oleh unsur paksaan. lainnya tidak dapat melakukan
Sehingga para pihak dapat dengan perubahan berkaitan dengan
bebas untuk menetukan pilihan substansi atau aspek materiilnya,
sesuai dengan kehendaknya tanpa namun tidak terdapatnya unsur
campur tangan dari kontrol eksternal. paksaan untuk pihak tersebut
Menurut Treitel yang dikutip oleh membuat perjanjian, sehingga
Sutan Remy Sjahdeini mengatakan: 32 disimpulkan bahwa konsep take it or
leave it tidak terdapatnya unsur
Bahwa semakin besar turut
campurnya hukum terhadap paksaan karena dalam konsep
hubungan para pihak, maka menjadi tersebut, para pihak diberikan
semakin kurang pula pentingnya kebebasan untuk mengikatkan dirinya
faktor kesepakatan. Dalam beberapa
dalam perjanjian tersebut atau tidak.
situasi, derajat dari turut campur
tersebut sedemikian besarnya Dapat disimpulkan bahwa konsep take
sehingga menjadi tidak patut untuk it or leave it dalam perjanjian baku
menggambarkan bahwa hubungan– memiliki hubungan dengan asas
hubungan diantara pihak tersebut
kebebasan berkontrak yaitu bahwa
adalah suatu perjanjian.
konsep take it or leave it merupakan
Dengan adanya unsur paksaan
penerapan dari kebebasan dalam
berkaitan dengan pengambilan kepu-
aspek formil dan tidak adanya unsur
tusan untuk menyatakan “sepakat”

31 Agus Yudha Hernoko dalam Ilham Akbar ‘Akibat Hukum Cacat Kehendak Terkait Hakikat Benda
Pada Perjanjian Jual Beli Batu Akik Bongkahan’ (Desember 2016) 16 (2) Syariah Jurnal Hukum
dan Pemikiran 101.
32 Sutan Remy Sjahdeini, Op.Cit., 68.
112 JURNAL ILMU HUKUM ALETHEA [Vol. 2, No. 2, 2019]

paksaan para pihak dalam perjanjian HS Salim, Hukum Kontrak Teori dan
baku (standard contract) dengan Teknik Penyusunan Kontrak (Sinar
mencegah terjadinya kemungkinan Grafika 2014).
pembatalan suatu perjanjian. Dengan Khairandy R, Hukum Kontrak
demikian terdapat kesimpulan bahwa Indonesia dalam Perspektif
lahirnya konsep take it or leave it Perbandingan (FH UII Press 2013).
dalam praktik pembuatan perjanjian
Marzuki MP, Penelitian Hukum (ed.
baku didasarkan pada asas kebebasan
revisi, cet. ke-9, Kencana Prenada
berkontrak yang merupakan salah
Media Group 2014).
satu asas dalam perjanjian.
Muljadi K dan Widjaja G, Perikatan
PENUTUP Yang Lahir dari Perjanjian
(Rajawali Pers 2008).
Berlakunya konsep take it or leave
Setiawan IKO, Hukum Perikatan (Sinar
it dalam perjanjian baku telah sesuai
Grafika 2016).
dengan asas kebebasan berkontrak
sebagai salah satu asas perjanjian Sjahdeini SR, Kebebasan Berkontrak
berkaitan dengan terpenuhinya (Dan Perlindungan Yang Seimbang
kebebasan dalam aspek formil yakni Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian
kebebasan para pihak untuk membuat Kredit Bank Di Indonesia) (Pustaka
atau tidak membuat perjanjian. Utama Grafiti 2009).
Dalam konsep take it or leave it Syaifuddin M, Hukum Kontrak
tidak terdapat adanya unsur paksaan Memahami Kontrak dalam
berkaitan dengan kebebasan para Perspektif Filsafat, Teori,
pihak mengenai mengikatkan diri Dogmatika dan Praktik Hukum
dalam perjanjian yaitu para pihak (Seri Pengayaan Hukum Perikatan)
diberikan pilihan bebas untuk menye- (Mandar Maju 2012).
tujui maupun menolak perjanjian
Artikel Jurnal
yang biasanya ditandai dengan
penandatanganan perjanjian tersebut. Akbar I ‘Akibat Hukum Cacat
Kehendak Terkait Hakikat Benda
DAFTAR BACAAN Pada Perjanjian Jual Beli Batu
Akik Bongkahan’ (2016) 16 (2)
Buku
Syariah Jurnal Hukum dan
Adonara FF, Aspek – Aspek Hukum Pemikiran.
Perikatan (CV. Mandar Maju Budhayati CT, ‘Asas Kebebasan
2014). Berkontrak Dalam Hukum
Budhayati CT, Dinamika Perjanjian Indonesia’ (2009) 10 (3)
Perkembangan Hukum Kontrak di Jurnal Widya Sari.
Indonesia, Jurnal yang dibukukan Hendrawati D, ‘Penerapan Asas
dalam buku yang berjudul Kebebasan Berkontrak dalam
“Dinamika Hukum Kontrak” Pembuatan Perjanjian Baku (Studi
dengan Editor Dyah Hapsari Normatif pada Perjanjian
Prananingrum (Universitas Kristen Pembiayaan Konsumen)’ (2011) 40
Satya Wacana 2013). (4) Jurnal Hukum Masalah-
Masalah Hukum.
KONSEP TAKE IT OR LEAVE IT DALAM PERJANJIAN BAKU 113

Kotimah EK dan Santoso L, ‘Urgensi


Tanda Tangan dan Materai dalam
Memberikan Kepastian Hukum
terhadap Kontrak Waralaba’
(Franchise) (2017) 1 (1) HOLREV
Fakultas Hukum Universitas Halu
Oleo.
Prawalita R, ‘Hak Pekerja Pada
Addendum Perjanjian Kerja Waktu
Tertentu (PKWT) Berdasarkan
Undang– Undang Nomor 13 Tahun
2003 Tentang Ketenagakerjaan
Pada PT. Bengkalis Kuda Laut’
(2016) 3 (2) JOM Fakultas Hukum.

Peraturan Perundang-Undangan

Kitab Undang–Undang Hukum


Perdata.
Undang–Undang Nomor 40 tahun
2014 tentang Peransuransian.

Kamus

Kamus Besar Bahasa Indonesia,


<https://www.google.co.id/amp/s
/kbbi.web.id/paksa.html> diakses
22 November 2018.
114 JURNAL ILMU HUKUM ALETHEA [Vol. 2, No. 2, 2019]

Anda mungkin juga menyukai