Anda di halaman 1dari 3

HAL 70

Untuk mempertahankan kemampuan bersaing dalam tahap I, Negara yang bersangkutan

harus mengembangkan dengan baik lembaga-lembaga publik maupun swastanya (pilar I).,

insfrastruktur yang berkembang dengan baik (pilar 2), kerangka makro ekonomi yang stabil

(pilar 3), dan tenaga kerja yang sehat dan mampu membaca (pilar 4).

Ketika tingkat upah meningkat dengan berkembangnya perekonomian, Negara-negara

dalam tahap I beralih memasuki tahap 2. Dalam tahap 2 mereka harus mulai meningkatkan

efisiensi dalam proses produksi dan mutu produk yang mereka hasilkan. Pada tahap 2,

kemampuan bersaing didorong oleh pendidikan dan pelatihan (pilar 5), pasar-pasar yang efisiensi

dari produk yang dihasilkan (pilar 6), berfungsinya dengan baik pasar tenaga kerja (pilar 7),

kecanggihan pasar modal dan pasar uang (pilar 8), pasar valuta asing yang besar di dalam negeri

(pilar 10) dan kemampuan untuk meraih manfaat dari teknologi yang ada (pilar 9).

Akhirnya, Negara-negara akan memasuki tahap 3. Dalam tahap 3 mereka mampu

mempertahankan tingkat upah dan standar hidup yang tinggi kalau mereka mampu bersaing

dalam produk baru atau produk yang unik. Pada tahap 3 perusahaan harus bersaing melalui

inovasi (pilar 12) dan melalui penciptaan barang baru, barang yang berbeda, atau proses produksi

yang paling canggih (pilar 11).

Ini berarti, meskipun semua Negara mengandalkan kedua belas pilar persaingan (12

pilars of comvetitiveness), namu penekanannya akan berbeda bergantung pada tahap di mana

mereka berada.
HAL 72

APAKAH KAJIAN MENGENAI KORUPSI BERMANFAAT?

Beberapa kajian global tentang korupsi oleh lembaga-lembaga internasional, telah

dibahas sebelumnya. Kajian itu adalah CPI, GCB, BPI, PERC, dan GCI. Korupsi seperti

komoditas ekonomi, ada permintaan dan penwaran . CPI, GCB, PERC dan GCI merupakan

kajian dari sisi permintaan. Sedangkan BPI merupakan kajian dari sisi penawaran.

Oleh karena itu, kita di Indonesia sering tersengat oleh CPI, GCB dan PERC yang

seakan-akan memojokkan kita atau kalau kajian tersebut menempatkan Negara tetangga pada

peringkat yang lebih baik dari Indonesia, kita mencibir. Pimpinan lembaga Negara yang di

persepsikan terkorup, mengecam indeks tersebut, mereka menjadi defensive.

Mereka bertanya dan mengecam CPI dan GCB ketika indeks ini dipublikasikan :

1. Apakah buktinya (ada Korupsi)?

2. Indeks itu hanya mendiskreditkan institusi (dengan menyebut institusi yang

terkorup)

3. Isapan jempol LSM yang mencari sensasi.

HAL 75

SURVEI INTEGRITAS OLEH KPK

Setiap tahu KPK melakukan survei integritas. Survei terakhir dilakukan tahun 2008. Survey ini

merupakan wewenang KPK dalam pelaksanaan tugas koordinasi dan supervisi (Undang-Undang

No. 30 tahun 2002). KPK berwenang melakukan pengawasan, penelitian, atau penelaahan

terhadap instansi yang melaksanakan pelayanan publik. Berbeda dengan indeks tentang korupsi
yang dibahas sebelumnya, indeks intergritas yang diterbitkan KPK tidaklah semata-mata

didasarkan atas persepsi.

Anda mungkin juga menyukai