PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS WARMADEWA
2023
1. Peranan Corporate Governance Dalam Akuntansi Forensik
AKUNTANSI FORENSIK
Cakupan akuntansi forensik pada dasarnya adalah fraud dalam arti seluasnya.
Association of Certified Fraud Examiners mengelompokkan fraud dalam tiga kelompok besar,
yakni corruption (korupsi), asset misappropriation (penyerahan asset), dan fraudulent
financial statement (laporan keuangan) yang sengaja dibuat menyesatkan.
Kalau seorang auditor dapat disebut sebagai akuntan yang berspesialisasi dalam
auditing maka akuntan forensic menjadi spesialis yang lebih khusus lagi (superspecialist)
dalam bidang fraud. Yang menjadi fraud auditor atau fraud examiner.
Fraud menghancurkan pemerintahan maupun bisnis. Fraud berupa korupsi lebih luas
daya penghacurnya. Pendidikan pun ikut dirusaknya. Ketika korupsi berkecamuk sedemikian
hebatnya, pebisnis dan mahasiswa akuntansi foresnik sekalipun, bertanya apa salahnya
korupsi? Mengapa benturan kepentingan (conflict of interst) dipersoalkan?
Pada pertemuan Asia Pacific mengenai fraud tahun 2004, Deloitt Touche Tohmatsu
melakukan polling terhadap 125 delegasi. Polling tersebut menunjukkan bahwa kebanyakan
peserta (82%) menyatakan bahwa mereka mengalami peningkatan dalam corporate fraud
(fraud diperusahaan) dibandingkan dengan tahun sebelumnya; 36% diantara menyatakan
kepentingan fraud yang teramat besar.
Khusus fraud dalam bisnis di Australia untuk tahun 2003, menurut perkiraan
Australian Institute of Criminology berjumlah $5,8 miliar pertahun. Partner forensik dari
Deloitt, Richard Batten, mengatakan “with corporate fraud on the rise, businesses without
fraud prefention strategies are at serious risk of revenue leakage and reputation damage”
(“dengan meningkatnya fraud diperusahaan, bisnis yang tidak mempunyai strategi
perlindungan menanggung resiko kebocoran pendapatan dan kehancuran dalam reputasi.”).
Akuntan forensik mengamati dan memahami gejala fraud secara makro, pada tingkat
perekonomian negara. Ada banyak kajian global yang dapat dimanfaatkan.
Kajian-kajian lembaga internasional bermanfaat dalam memberikan pemahaman.
Namun, kajian ini mempunyai keterbatasan operational. Oleh karena itu, pemahaman tentang
korupsi di Indonesia dari kajian-kajian lembaga internasional, dilengkapi dengan kajian yang
lebih focus. Diantaranya, kajian mengenai integritas yang dibuat KPK.
CORPORATE GOVERNANCE
Bagian ini tidak akan membahas makna dan cakupan dari corporate govermance.
Istilah dalam bahasa Inggrisnya pun sangat diterima secara luas di dunia akademi maupun
bisnis di Indonesia. Tidak jarang corporate governance diberikan sebagai mata kuliah di
fakultas ekonomi.
Meskipun sorotan utama mengenai fraud pada umumnya, dan korupsi khususnya,
adalah pada kelemahan corporate govermance atau kelemahan di sektor korporasi, namun
prinsip umumnya adalah kelemahan di sektor governance, baik korporasi atau pemerintahan.
Di Indonesia hal ini sangat jelas terlihat dalam perkara-perkara korupsi dari para penyelenggara
negara. Juga jelas dari kajian KPK yang disebutkan di atas.
Apa dampak kelemahan governance pada umumnya, baik korporasi maupun
pemerintahan? Pembaca dapat menarik kesimpulan sendiri tentang DPR pasca penangkapan
dan vonis para anggotanya, juga apparat penegak hukum, seperti kepolisian, kejaksaan,
kehakiman bahkan mahkamah agung.
Apa dampak kelemahan governance di korporasi? Secara teoritis (dengan efficient
market hypothesis) dapat dijelaskan bahwa perusahaan yang lemah governance-nya, akan
dihukum oleh pasar modal berupa lebih rendahnya harga saham mereka. Dengan perkataan
lain, saham mereka seharusnya mempunyai nilai yang lebih tinggi kalau mereka mempunyai
good corporate governance (tata kelola perusahaan yang baik).
Konsultan manajemen McKinsey melakukan kajian global mengenai hal dalam tahun
2002. Hal yang dilihat adalah substansi dalam penerapan corporate governance dan bukan
bentuk luarnya. Syarat mengenai adanya Dewan Komisaris dan Direksi, mungkin saja seolah-
olah terpenuhi. Namun, para komisaris dan direktur adalah anggota keluarga. Atau, ada
komisaris “independen” tetapi pemegang saham mayoritas sangat dominan dalam pengambilan
keputusan. Substansi good corporate governance tidak ada, karena oversight (pengawasan)
tidak berjalan.
Dalam pembahasan berikut istilah dewan yang digunakan untuk penerjemahan Board
of Directors. Di negara-negara yang menganut two-board system seperti Indonesia, ada dewan
komisaris dan ada direksi. Di negara lain yang menganut one-board system, hanya ada satu
dewan yang anggotanya disebut directors dan independent directors.
Dalam kajian McKensey, salah satu pertanyaan yang diajukan kepada institutional
investors adalah ketika anda mengavaluasi perusahaan dimana anda akan melakukan investasi,
apa yang lebih penting, kinerja keuangan atau praktik-praktik dewan yang sehat (board best
practies).
2. Sumber-Sumber Data yang Dapat Digunakan Oleh Akuntan Forensic untuk Memetakan
Kasus-Kasus Korupsi Melalui Corruption Perception Index, Global Corruption
Barometer, Bribe Payers Index dan Global Competitiveness Index
Indeks persepsi korupsi sangat dikenal di Indonesia, dengan atau tanpa pemahaman
yang benar. CPI adalah indeks menganai persepsi korupsi di suatu negara. Indeks ini
diumumkan setiap tahunnya oleh TI.
TI (transparency international) adalah organisasi masyarakat madani global (global
civil society) yang melopori pemberatasa korupsi. TI mempertemukan bangsa-bangsa dalam
suatu koalisi untuk mengakhiri dampak buruk yang dahsyat dari korupsi terhadap manusia
diseluruh dunia. Misi TI adalah menciptakan perubahan menuju dunia yang bebas korupsi.
TI menentang pandangan bahwa korupsi merupakan keharusan yang tidak bisa
dihindari dan menawarkan harapan bagi korban-korban korupsi. Sejak pendirinya dalam tahun
1993, TI memegang peran utama dalam memperbaiki kehidupan jutaan manusia diseluruh
dunia dengan membangun momentum bagi Gerakan pemberantasan korupsi. TI meningkatkan
kesadaran dan menekan rasa apatis dan toleransi terhadap korupsi, serta merancang dan
melancarkan Tindakan-tindakan praktis memberantas korupsi.
TI mempunyai jajaran yang meliputi lebih dari 90 cabang (National Chapter), termasuk
Indonesia, dan cabang dalam pendirian (Chapters-in-formation). Jaringan ini memerangi
korupsi dalam lingkup national dengan menggabungkan pemain yng relevan dari lingkungan
pemerintahan, masyarakat madani, serta dunia bisnis dan media untuk mendorong transparansi
dalam pemilihan umum, administrasi pemerintahan, pengadaan barang, dan bisnis. Jaringan
international TI menggunakan kampanye yang melobi pemerintahan agar melaksanakan
revormasi di bidang pemberantasan korupsi.
GLOBAL CORRUPTION BAROMETER
Global Corruption Barometer (GCB) merupakan survei pendapat umum yang
dilakukan sejak tahun 2003. Pada saat penulisan buku ini hasil survei GCB yang tersedia adalah
GCB tahun 2009. Survei sebelumnya adalah untuk tahun 2007, tidak ada survei untuk tahun
2008. Survei dilakukan oleh Gallup Internasional atau atas nama Transparency Internasional
(TI). GCB berupaya memahami bagaimana dan dengan cara apa korupsi memengaruhi hidup
orang banyak, dan memberikan indikasi mengenai bentuk dan betapa luasnya korupsi, dari
sudut pandang anggota masyarakat di seluruh dunia.
GCB ingin mengetahui dari masyarakat pada umumnya (ordinary people), sektor yang
paling korupsi, bagian dari hidup sehari-hari yang paling dipengaruhi oleh korupsi, apakah
korupsi meningkat atau menurun dibandingkan masa lalu, dan apakah dimasa mendatang
korupsi akan naik atau turun? GCB mendalami lebih lanjut, dan menyajikan informasi
mengenai: berapa seringnya keluarga membayar uang suap? Bagaimana pembayaran suap
terjadi (apakah diminta atau diberikan begitu saja karena sudah menjadi kebiasaan)? Apakah
suap diberikan untuk mendapatkan akses public service (misalnya masuk sekolah negeri, buat
kartu penduduk, dan sebagainnya)? Dan berapa uang suap yang dibayarkan?.
Informasi semacam itu sangat penting untuk membantu pemberantasan korupsi dan
penyuapan. Misalnya, pertanyaan mengenai bagaimana pembayaran suap terjadi, akan
mmembentuk kita merancang kebijakan anti korupsi. Juga, dengan mananyakan sektor
masnyakarat yang paling korupsi, GCB akan menjadi katasilator bagi reformasi di sektor itu.
Pandangan orang tentang apakah korupsi meningkat atau menurun dibandingkan masa lalu,
merupakan ukuran kegagalan atau keberhasilan dari kebijakan dan prakarsa anti korupsi.
Di bawah ini secara beruturut disajikan Global Corruption Barometer 2007 dan 2009
(GCB-2007 dan GCB-2009). Ada perubahan dalam format penyajian GCB-2007 dan
GCB2009). GCB 2007 mewawancarai 63.199 orang di 60 negara dan kawasan (territories)
antara bulan Juni dan September 2007. GCB 2009 mewawancarai 73.132 orang di 69 negara
dan kawasan (territories) antara bulan Oktober 2008 dan Februari 2009, jumlah negara dalam
survei GCB sejak 2003 (survei pertama) berubah-ubah sebagai berikut:
Tahun Negara
2003 45
2004 64
2005 70
2006 63
2007 60
2009 69
Korupsi dalam GCB berarti uang sogokan atau pembayaran tidak resmi untuk
mendapatkan suatu pelayanan. Secara umum, bukan hanya Indonesia, temua utama survey
GCB 2007 adalah sebagai berikut:
1. Rakyat jelata (miskin), baik di negara berkembang maupun di negara industri yang sangat
maju, adalah korban utama korupsi. Mereka juga merupakan kelompok yang paling
pesimis bahwa korupsi di kemudian hari akan berkurang.
2. Sekitar 1 di antara 10 orang di seluruh dunia harus membayar uang suap atau sogok
(bribe). Di beberapa wilayah, seperti Asia Pasifik dan Eropa Tenggara, penyuapan
dilaporkan meningkat.
3. Penyuapan marak dalam urusan dengan kepolisian, sistem peradilan, dan pengurus
izinizin.
4. Masyarakat umum percaya bahwa lembaga-lembaga terkorup dalam masyarakat mereka
adalah partai-partai politik, parlemen/DPR, kepolisian dan system peradilan.
5. Separuh dari mereka yang diwawancarai memperkirakan korupsi di negara mereka akan
meningkat dalam tiga tahun mendatang. Ini merupakan peningkatan yang signifikan
dibandingkan empat tahun sebelumnya.
6. Separuh dari mereka yang diwawancarai berpendapat bahwa upaya pemerintah mereka
memerangi korupsi tidaklah efektif.
Modal manusia
Pilar 5. Kesehatan -
Ekosistem inovasi