Oleh Kelompok 2 :
JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS WARMADEWA
DENPASAR
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah dengan tema “Pancasila dan Ideologi
Bangsa”. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan wawasan
mengenai mata kuliah Akuntansi Keuangan 2.
Dengan tulisan ini kami harapkan kita semua mampu untuk memahami materi
dari Liabilitas Jangka Pendek, Provisi dan Kontinjensi. Kami sadar materi kuliah ini
terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan adanya kritik dan
saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak, agar bisa menjadi lebih baik lagi.
Kami berharap semoga tulisan ini dapat memberi informasi yang berguna bagi
pembacanya, supaya kelak menjadi pribadi yang beridentitas nasional dan berbudaya
Indonesia, karena kita adalah penerus Bangsa Indonesia.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan Penulisan 1
1.3 Rumusan Masalah 1
BAB II PEMBAHASAN 2
2.1 Liabilitas 2
2.1.1 Peranan Liabilitas 2
2.1.2 Definisi Liabilitas 2
2.1.3 Jenis dan Klasifikasi Liabilitas 3
2.2 Utang Berbunga Dalam Jangka Pendek 4
2.2.1 Utang Bank 4
2.2.2 Wesel Bayar 5
2.2.3 Liabilitas Jangka Panjang Akan Jatuh Tempo Pada Periode Berikutnya 6
2.3 Liabilitas Jangka Pendek Terkait Dengan Kegiatan Operasi Entitas 6
2.3.1 Utang Usaha 6
2.3.2 Beban yang Masih Harus Dibayar 7
2.3.3 Pendapatan Diterima Dimuka 7
2.3.4 Utang Terkait Imbalan Kerja 8
2.3.5 Utang Pajak Pihak Ketiga 8
2.3.6 Utang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Barang Mewah 10
2.3.7 Utang Pajak Penghasilan 11
2.4 Provisi dan Kontijensi 11
2.4.1 Definisi Provisi dan Kontijensi 11
2.4.2 Pengakuan dan Pengukuran 12
2.4.3 Garansi 14
2.4.4 Kewajiban Pengelolaan Lingkungan 14
2.4.5 Litigasi Hukum 15
2.4.6 Liabilitas Kontijensi 15
BAB III PENUTUP 16
3.1 Kesimpulan 16
DAFTAR PUSTAKA 17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 LIABILITAS
2.1.1 Peranan Liabilitas
Liabilitas merupakan bentuk dukungan finansial yang biasa di gunakan pada
suatu perusahaan dalam kegiatan produksi. Oleh sebab itu, keberadaan Liabilitas tidak
terpisah dari aset yang dimiliki para pengusaha karena hal tersebut erat kaitannya
dengan kelangsungan operasional perusahaan.
Secara umum, liabilitas merupakan kewajiban yang dihitung setara nilai uang yang
harus dibayar perusahaan kepada pihak lain, seperti perorangan, perusahaan lain,
bank, koperasi ataupun lembaga keuangan lainnya. Artinya secara sederhana dalam
catatan akuntansi liabilitas adalah utang. Adanya liabilitas biasanya di sebabkan dari
peristiwa masa lalu, misalnya memulai unit kerja lain, untuk mendapatkan aset jangka
panjang ataupun meningkatkan operasional bisnis pada perusahaan tersebut.
2.1.2 Definisi Liabilitas
Terdapat beberapa definisi menurut para ahli, yaitu sebagai berikut:
➢ Chariri dan Ghozali (2005:157), “utang adalah pengorbanan manfaat ekonomi
yang mungkin terjadi di masa yang mendatang yang mungkin timbul dari
kewajiban sekarang dari suatu entitas untuk menyerahkan aktiva atau
memberikan ke entitas lain di masa mendatang sebagai akibat transaksi di
masa lalu”.
➢ Munawir (2010:18), “utang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan
kepada pihak lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan
sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari kreditor”.
➢ Hartono (2018:16), “Utang adalah semua kewajiban perusahaan yang harus di
lunasi yang timbul sebagai akibat pembelian barang secara kredit ataupun
menerima pinjaman”.
Di masa saat ini, perusahaan biasanya mengorbankan sumber daya yang memiliki
manfaat dimasa depan dalam usaha penyelesaian liabilitas untuk memenuhi tuntutan
pihak lain. Berikut merupakan beberapa cara yang digunakan dalam penyelesaian
liabilitas:
a. Pembayaran kas
b. Pemberian jasa
2
c. Penyerahan aset lain
d. Konversi liabilitas menjadi ekuitas
e. Penggantian liabilitas dengan liabilitas yang lain
3
c. Utang beban merupakan kewajiban membayar karena perusahaan sudah
menerima manfaatnya, misalnya utang bunga, utang sewa, dan utang gaji.
d. Pendapatan diterima dimuka merupakan pendapatan yang belum menjadi
hak, namun sudah diterima pembayarannya, misalnya sewa diterima di
muka.
2. Liabilitas jangka panjang (long term debt) merupakan kewajiban yang harus
dilunasi dalam jangka waktu lebih dari satu tahun atau satu siklus normal
perusahaan. Liabilitas jangka panjang dapat berupa:
a. Utang hipotek (mortgage payable) merupakan pinjaman jangka panjang
yang dijamin dengan aktiva tetap.
b. Utang obligasi (bonds payable) merupakan pinjaman jangka panjang akibat
perusahaan menjual ataupun mengeluarkan surat-surat obligasi. Obligasi
adalah surat bukti yang menyatakan pemegang obligasi memberi pinjaman
sejumlah uang kepada perusahaan yang mengeluarkan obligasi. Dan
pemegang obligasi akan mendapatkan bunga tetap secara berkala.
c. Kredit investasi merupakan pinjaman jangka panjang yang didapatkan dari
bank, koperasi ataupun lembaga keuangan. Ini biasa digunakan dalam hal
perluasan operasi perusahaan.
4
biaya bunga bank. Maka dari itu setiap bulannya diusahakan untuk membayar hutang
supaya tidak menumpuk dan menjadi beban perusahaan.
5
wesel sedangkan jumlah kas tidak cukup untuk bertahan hingga jangka waktu
pelunasan dan suku bunga juga tidak menentu.
2.2.3 Liabilitas Jangka Panjang Akan Jatuh Tempo Pada Periode Berikutnya
Liabilitas jangka panjang akan jatuh tempo pada periode berikutnya ;
A. Liabilitas jangka panjang akan dilunasi periode berikutnya diklasifikasikan
menjdai liabilitas jangka pendek kecuali :
1. Dilunasi dengan akumulasi dana yang tidak diklasifikasikan sebagai aset
lancer.
2. Dibiayai kembali atau dilunasi dengan penerbit liabilitas jangka panjang yang
baru.
3. Dikonversi menjadi saham
Liabilitas jangka panjang walaupun jatuh tempo tetap diklasifikasikan sebagai
liabilitas jangka pendek.
B. Entitas harus menunjukkan kemampuan untuk melengkapi proses pembiayaan
ulang :
1. Hutang tersebut dibiayai ulang sebelum laporan keuangan diluncurkan.
2. Entitas menandatangani perjanjian pembiayaan ulang.
Kewajiban imbalan kerja jangka pendek disajikan di dalam pos kewajiban segera
sebesar jumlah terhutang serta tidak didiskontokan.
8
point, utang diakui pada saat barang telah diterima oleh perusahaan jasa
pengangkutan (dalam perjalanan) namun sampai dengan tanggal pelaporan belum
dibayar. Di dalam transaksi pembelian jasa, utang diakui disaat jasa ataupun
bagian jasa diserahkan diserahkan sesuai dengan perjanjian akan tetapi pada
tanggal pelaporan belum dibayar. Sedangkan di dalam hal kontrak pembangunan
fasilitas atau peralatan, utang tersebut diakui disaat sebagian ataupun seluruh
fasilitas atau peralatan tersebut sudah diselesaikan, dituangkan di dalam berita
acara kemajuan pekerja namun sampai dengan tanggal pelaporan belum dibayar.
2. Pengukuran
Utang kepada pihak ketiga ini dinilai sebesar kewajiban entitas pemerintah atas
suatu barang maupun jasa yang belum dibayar sesuai dengan kesepakatan atau
sebesar dana yang belum diserahkan kepada pihak yang berhak. Di dalam
kesepakatan itu disebutkan syarat pembayaran (term of payment) dengan diskon
tertentu untuk pembayaran dalam jangka tertentu, maka nilai utang kepada pihak
ketiga itu ditentukan sebesar jumlah utang tanpa ataupun dengan
memperhitungkan diskon yang tergantung pada kebijakan pembayaran yang sudah
ditetapkan.
3. Penyajian dan Pengungkapan
Utang kepada pihak ketiga adalah utang jangka pendek yang harus segera dibayar
setelah barang atau jasa tersebut diterima. Maka dari itu utang ini disajikan di
neraca dengan klasifikasi/pos kewajiban jangka pendek. Rincian utang ini
diungkapkan di Catatan atas Laporan Keuangan.
Berikut ilustrasi jurnal untuk mencatat utang kepada pihak ketiga :
Contoh:
Pada tanggal 11 November 2021 Toko Budi memperoleh tagihan dari PLN untuk
pembayaran langganan daya dan jasa listrik bulan September 2021 dan Oktober 2021
yang masih belum diselesaikan, yang masing-masingnya sebesar Rp8.000.000,00 dan
Rp11.400.000,00. Sampai dengan tanggal pelaporan, tagihan tersebut belum
9
diselesaikan. Dengan demikian pada tanggal 30 November 2021 Toko Budi Harus
mengakui tagihan yang belum diselesaikan itu sebagai utang langganan daya dan jasa
sebesar Rp19.400.000,00. Utang tersebut disajikan sebagai utang jangka pendek.
2.3.6 Utang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Barang Mewah
Pajak pertambahan nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan pada saat
transasksi jual beli barang ataupun jasa dalam negeri oleh wajib pajak orang pribadi,
wajib pajak badan dan juga pemerintah. PPN ini memiliki sifat objektif, tidak
komulatif dan juga merupakan jenis pajak tidak langsung. Tidak langsung ini
diartikan bahwa pajak itu disetorkan oleh pihak lain, dalam hal ini pedagang bukan
menanggung pajak. Artinya konsumen akhirlah yang menjadi penanggung pajak tidak
menyetorkan langsung ke kas negara. Sedangkan Pajak penjualan atas barang mewah
(PPnBM) merupakan pajak yang dikenakan pada barang yang tergolong mewah yang
dilakukan oleh produsen untuk menghasilkan ataupun mengimpor barang tersebut
dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya.
Berdasarkan Undang-Undang nomor 42 tahun 2009 tentang Pajak Penambahan Nilai
Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, objek yang dikenai PPN
yaitu:
1. Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan Jasa Kena Pajak (JKP) di dalam
daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha.
2. Impor BKP
3. Pemanfaat BKP berwujud atau tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di
dalam daerah pabean.
4. Ekspor BPK berwujud atau tidak berwujud dan ekspor JKP oleh Pengusaha
Kena Pajak (PKP).
10
5. Kegiatan membangun sendiri bangunan dengan luas lebih dari 200 m 2 yang
dilakukan diluar lingkungan pengusaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau
badan yang hasilnya digunakan sendiri atau pihak lain.
6. Penyerahan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelik an,
sepanjang pajak masukan yang dibayar pada saat perolehan aktiva tersebut
boleh dikreditkan.
11
Kontinjensi didefinisikan sebagai kewajiban kini yang timbul akibat peris tiwa
masa lalu, tetapi tidak diakui karena tidak terdapat kemungkinan besar entitas
mengeluarkan sumber daya untuk dapat menyelesaikan kewajibannya, atau jumlah
kewajiban tersebut tak dapat diukur secara andal.
Kontinjensi menurut PSAK 57 (revisi 2009) :
1. Liabilitas potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu dan keberadaanya
menjadi pasti dengan terjadi atau tidak terjadinya satu peristiwa atau lebih dimasa
datang yang tidak sepenuhnya berada dalam kendali entitas.
2. Liabilitas kini yang timbul akibat peristiwa masa lalu, tetapi tidak diakui karena :
a. Tidak terdapat kemungkinan besar entitas mengeluarkan sumber daya untuk
menyelesaikan liabilitasnya.
b. Jumlah liabilitas tersebut tidak dapat diukur secara andal.
12
menimbulkan kemungkinan arus masuk manfaat ekonomi untuk entitas. Misalnya,
klaim yang sedang diusahakan entitas melalui proses hukum yang hasilnya belum
pasti. Aset kontinjensi tidak diakui dalam laporan keuangan karena dapat
menimbulkan pengakuan penghasilan yang mungkin tidak pernah terealisasikan.
Akan tetapi, jika realisasi penghasilan sudah dapat dipastikan, maka aset tersebut
bukan merupakan asset kontinjensi, melainkan diakui sebagai aset. Aset
kontinjensi diungkapkan jika terdapat kemungkinan besar arus masuk manfaat
ekonomi akan diperoleh entitas.
4. Pengukuran
a. Estimasi Terbaik
Jumlah yang diakui sebagai provisi adalah hasil estimasi terbaik pengeluaran
yang diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban kini pada akhir periode
pelaporan. Estimasi hasil dan dampak keuangan ditentukan berdasarkan
pertimbangan manajemen entitas, ditunjang dengan pengalaman dari transaksi
serupa, serta dalam beberapa kasus dilengkapi dengan laporan ahli independen.
Di antara bukti yang dipertimbangkan termasuk bukti tambahan yang diperoleh
dari peristiwa setelah periode pelaporan. Provisi diukur sebelum
memperhitungkan pajak karena dampak pajak dari provisi dan perubahannya
diatur dalam PSAK 46: Akuntansi Pajak Penghasilan.
b. Risiko dan Ketidakpastian
Dalam menentukan estimasi terbaik suatu provisi, entitas mempertimbangkan
berbagai risiko dan ketidakpastian yang selalu mempengaruhi berbagai
peristiwa dan keadaan.
c. Nilai Kini
Jika dampak nilai waktu dari uang cukup material, maka jumlah provisi
adalah nilai kini dari perkiraan pengeluaran yang diperlukan untuk
menyelesaikan kewajiban. Karena nilai waktu dari uang, provisi yang
melibatkan pengeluaran uang yang timbul seketika setelah periode pelaporan
lebih memberatkan jika dibandingkan dengan provisi yang melibatkan
pengeluaran uang dalam jumlah sama yang timbul kemudian. Dengan demikian,
jika dampaknya bersifat material, provisi didiskontokan. Tingkat diskonto
adalah tingkat diskonto sebelum pajak yang mencerminkan penilaian pasar atas
nilai waktu dari uang dan risiko yang terkait dengan liabilitas yang
13
bersangkutan. Tingkat diskonto tidak boleh mencerminkan risiko yang sudah
diperhitungkan dalam estimasi arus kas masa depan.
d. Peristiwa Masa Depan
Peristiwa masa depan yang dapat mempengaruhi jumlah yang diperlukan untuk
menyelesaikan kewajiban tercermin dalam jumlah provisi jika ada bukti
obyektif bahwa peristiwa itu akan terjadi.
e. Rencana Pelepasan Aset
Keuntungan sehubungan dengan rencana pelepasan aset tidak boleh
dipertimbangkan dalam menghitung suatu provisi. Keuntungan sehubungan
dengan rencana pelepasan aset tidak diperhitungkan dalam menghitung provisi
walaupun rencana pelepasan aset tersebut terkait erat dengan peristiwa yang
menyebabkan timbulnya provisi. Sebaliknya, entitas mengakui keuntungan
pelepasan aset tersebut pada saat yang ditentukan oleh PSAK yang terkait
dengan aset tersebut.
2.4.3 Garansi
Janji yang dibuat oleh penjual kepada pembeli untuk menggantikan kekurangan
kualitas, kuantitas danjuga kinerja suatu produk. Jika kemungkinan pelanggan
melakukan klaim garansi dan perusahaan dapat mengestimasi biaya terkait secara
masuk akal, perusahaan harus mencatatnya ke dalam beban. Dua metode da sar
akuntansi untuk beban garansi, yakni:
✓ Metode berbasis kas
Beban garansi di bebankan pada saat terjadi karena tak adanya kemungkinan
terjadinya liabilitas atau tidak dapat mengestimasi jumlah liabilitas yang masuk
akal.
✓ Metode berbasis akrual
Metode ini menggunakan beban garansi ke beban operasi pada tahun penjualan.
Metode ini ialah metode yang diterima secara umum serta disebut sebagai
pendekatan beban garansi.
14
✓ Melakukan dekomisioning fasilitas nuklis
✓ Biaya penutupan serta penampungan tempat pembuangan akhir
Untuk mencatat liabilitas lingkungan perusahaan harus mencatat biaya yang terkait
dengan lingkungan dalam jumlah tercatat aset berumur panjang dan mencatat
liabilitas tersebut dengan jumlah yang sama.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
16
DAFTAR PUSTAKA
RDN. (2021). Pengertian Liabilitas dan Jenis-Jenisnya dalam Bisnis. Rusdiono Consulting.
https://www.rusdionoconsulting.com/liabilitas-dan-jenisnya/, diakses pada 14 Maret
2022 pukul 10.27.
Mekari. (2021). Liability: Pengertian, Jenis dan Cara Menganalisa dalam Bisnis. Jurnal
Entrepreneur.https://www.jurnal.id/id/blog/pengertian-dan-jenis-liability-adalah/,
diakses pada 14 Maret 2022 pukul 10.29.
Destiana, Nisa. (2022). Memahami Pengertian, Jenis, serta Rumus Liabilitas. Majo.
https://majoo.id/solusi/detail/klasifikasi-liabilitas, diakses pada 14 Maret 2022 pukul
10.29.
Ivana. (2021). Ayat Jurnal Penyesuaian: Definisi dan Akun-akun di Dalamnya. Konsultanku.
https://konsultanku.co.id/blog/ayat-jurnal-penyesuaian--definisi-dan-akun-di-
dalamnya, diakses pada 14 Maret 2022 pukul 10.34.
MY. (2020). Akuntansi Beban Yang Masih Harus Dibayar/Accrual Expenses. Accounting
Binus. https://accounting.binus.ac.id/2020/07/06/akuntansi-beban-yang-masih-harus-
dibayar-accrual-expenses/, diakses pada 14 Maret 2022 pukul 10.36.
Bayu. (2021). Mengenal Secara Singkat: Pengertian, Objek dan Tarif Pajak Pertambahan
Nilai. Konsultanku.https://konsultanku.co.id/blog/mengenal-secara-singkatpengertian-
objek-dan-tarif-pajak-pertambahan-nilai-ppn, diakses pada 14 Maret 2022 pukul
11.01.
Ibnu. (2021). Utang Pajak: Pengertian, Penyebab, dan Cara Menghapusnya . Accurate.
https://accurate.id/ekonomi-keuangan/utang-pajak/, diakses pada 14 Maret 2022 pukul
11. 09.
Vianida, Aisyah Aulia. (2016). Provisi dan Kontinjensi. Jago Akuntansi.
https://jagoakuntansi.com/2016/05/12/provisi-dan-kontinjensi/, diakses pada 14 Maret
2022 pukul 11.16.
Admin. (2020). PSAK 57 Provisi, Liabilitas Kontinjensi, dan Aset Kontinjensi. Accounting
Standar Resume. https://accountingunsoed.org/accounting-standar-resume-psak-57-
bagian-1/, diakses pada 14 Maret 2022 pukul 11.46.
SS. (2017). PSAK 57 (Penyesuaian 2014): Provisi, Liabilitas Kontinjensi, dan Aset
Kontinjensi. Accounting Binus. https://accounting.binus.ac.id/2017/08/15/psak-57-
penyesuaian-2014-provisi-liabilitas-kontinjensi-dan-aset-kontinjensi/, diakses pada 14
Maret 2022 pukul 11.52.
17