Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

LIABILITAS JANGKA PENDEK, PROVISI DAN KONTINJENSI

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah: Akuntansi Keuangan 2

Dosen Pengampu: Ni Luh Putu Mita Miati, S.E.,M.Si

Oleh Kelompok 2 :

1. Ni Kadek Dela Lestari (202033122024)

2. Ni Ketut Ari Subakti (202033122011)

3. Kadek Diah Purnama Sari (202033122037)

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI & BISNIS

UNIVERSITAS WARMADEWA

DENPASAR

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah dengan tema “Pancasila dan Ideologi
Bangsa”. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan wawasan
mengenai mata kuliah Akuntansi Keuangan 2.
Dengan tulisan ini kami harapkan kita semua mampu untuk memahami materi
dari Liabilitas Jangka Pendek, Provisi dan Kontinjensi. Kami sadar materi kuliah ini
terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan adanya kritik dan
saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak, agar bisa menjadi lebih baik lagi.
Kami berharap semoga tulisan ini dapat memberi informasi yang berguna bagi
pembacanya, supaya kelak menjadi pribadi yang beridentitas nasional dan berbudaya
Indonesia, karena kita adalah penerus Bangsa Indonesia.

Denpasar, 15 Maret 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan Penulisan 1
1.3 Rumusan Masalah 1
BAB II PEMBAHASAN 2
2.1 Liabilitas 2
2.1.1 Peranan Liabilitas 2
2.1.2 Definisi Liabilitas 2
2.1.3 Jenis dan Klasifikasi Liabilitas 3
2.2 Utang Berbunga Dalam Jangka Pendek 4
2.2.1 Utang Bank 4
2.2.2 Wesel Bayar 5
2.2.3 Liabilitas Jangka Panjang Akan Jatuh Tempo Pada Periode Berikutnya 6
2.3 Liabilitas Jangka Pendek Terkait Dengan Kegiatan Operasi Entitas 6
2.3.1 Utang Usaha 6
2.3.2 Beban yang Masih Harus Dibayar 7
2.3.3 Pendapatan Diterima Dimuka 7
2.3.4 Utang Terkait Imbalan Kerja 8
2.3.5 Utang Pajak Pihak Ketiga 8
2.3.6 Utang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Barang Mewah 10
2.3.7 Utang Pajak Penghasilan 11
2.4 Provisi dan Kontijensi 11
2.4.1 Definisi Provisi dan Kontijensi 11
2.4.2 Pengakuan dan Pengukuran 12
2.4.3 Garansi 14
2.4.4 Kewajiban Pengelolaan Lingkungan 14
2.4.5 Litigasi Hukum 15
2.4.6 Liabilitas Kontijensi 15
BAB III PENUTUP 16
3.1 Kesimpulan 16
DAFTAR PUSTAKA 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Salah satu yang perlu dipahami dan dipelajari dalam dunia akuntansi adalah
mengetahui PSAK No 57 secara lebih rinci yang memberikan dasar memilih dan
menerapkan kebijakan akuntansi ketika tidak ada panduan yang eksplisit. Dimana
PSAK ini tidak wajib diterapkan untuk unsur – unsur yang tidak material.
PSAK ini bertujuan untuk mengatur pengakuan dan pengukuran provisi,
liabilitas kontinjensi dan aset kontinjensi serta untuk memastikan informasi memadai
telah diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. Dengan demikian, pengguna
dapat memahami sifat, waktu dan jumlah yang terkait dengan informasi tersebut.
PSAK ini diterapkan oleh semua entitas dalam akuntansi untuk provisi, liabilitas
kontinjensi, dan aset kontinjensi, kecuali yang ditimbulkan dari kontrak eksekutori
dan hal – hal yang dicakup dalam PSAK lain. Oleh karena itu, kami menyajikannya
dalam bentuk sebuah makalah tentang Provisi, Liabilitas Kontinjensi, dan Aset
Kontinjensi pada PSAK No 57.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Adapula sebagian permasalahan yang hendak dibahas dalam makalah ini anatara lain :
1. Apa yang dimaksud dengan liabilitas ?
2. Apa itu utang berbunga dalam jangka pendek ?
3. Apa itu liabilitas jangka pendek terkait dengan kegiatan operasi entitas ?
4. Apa yang dimaksud dengan provisi dan kontinjensi ?

1.3 TUJUAN MASALAH


Bersumber pada rumusan permasalahan yang disusun diatas, hingga tujuan dalam
penyusunan makalah ini merupakan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apa itu liabilitas.
2. Untuk mengetahui apa itu utang berbunga dalam jangka pendek.
3. Untuk mengetahui apa itu liabilitas jangka pendek terkait dengan kegiatan operasi
entitas.
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan provisi dan kontinjensi.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 LIABILITAS
2.1.1 Peranan Liabilitas
Liabilitas merupakan bentuk dukungan finansial yang biasa di gunakan pada
suatu perusahaan dalam kegiatan produksi. Oleh sebab itu, keberadaan Liabilitas tidak
terpisah dari aset yang dimiliki para pengusaha karena hal tersebut erat kaitannya
dengan kelangsungan operasional perusahaan.
Secara umum, liabilitas merupakan kewajiban yang dihitung setara nilai uang yang
harus dibayar perusahaan kepada pihak lain, seperti perorangan, perusahaan lain,
bank, koperasi ataupun lembaga keuangan lainnya. Artinya secara sederhana dalam
catatan akuntansi liabilitas adalah utang. Adanya liabilitas biasanya di sebabkan dari
peristiwa masa lalu, misalnya memulai unit kerja lain, untuk mendapatkan aset jangka
panjang ataupun meningkatkan operasional bisnis pada perusahaan tersebut.
2.1.2 Definisi Liabilitas
Terdapat beberapa definisi menurut para ahli, yaitu sebagai berikut:
➢ Chariri dan Ghozali (2005:157), “utang adalah pengorbanan manfaat ekonomi
yang mungkin terjadi di masa yang mendatang yang mungkin timbul dari
kewajiban sekarang dari suatu entitas untuk menyerahkan aktiva atau
memberikan ke entitas lain di masa mendatang sebagai akibat transaksi di
masa lalu”.
➢ Munawir (2010:18), “utang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan
kepada pihak lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan
sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari kreditor”.
➢ Hartono (2018:16), “Utang adalah semua kewajiban perusahaan yang harus di
lunasi yang timbul sebagai akibat pembelian barang secara kredit ataupun
menerima pinjaman”.
Di masa saat ini, perusahaan biasanya mengorbankan sumber daya yang memiliki
manfaat dimasa depan dalam usaha penyelesaian liabilitas untuk memenuhi tuntutan
pihak lain. Berikut merupakan beberapa cara yang digunakan dalam penyelesaian
liabilitas:
a. Pembayaran kas
b. Pemberian jasa
2
c. Penyerahan aset lain
d. Konversi liabilitas menjadi ekuitas
e. Penggantian liabilitas dengan liabilitas yang lain

Liabilitas memiliki tiga karakteristik utama, yaitu:


a. Pengorbanan manfaat ekonomi
Yaitu mengorbankan manfaat ekonomi di masa mendatang sebagai bentuk
penyelesaian liabilitas berupa memenuhi dan melunasi kewajiban tersebut
kepada pihak lain. Maka bisa dikatakan bahwa suatu kewajiban bisa terjadi
apabila terjadi antar suatu usaha atau hanya dengan melibatkan kesatuan usaha
yang lain.
b. Keharusan sekarang
Sebagai suatu kewajiban, pengorbanan ekonomi dimasa mendatang harus
ditimbulkan akibat keharusan sekarang, yang dimana maksud dari keharusan
sekarang ialah tanggal pelaporan. Keharusan yang tercakup dalam pengertian
kewajiban itu dapat berupa keharusan konstruiktif, keharusan kontraktual,
keharusan demi keadilan dan juga keharusan bersyarat. Meskipun keharusan
tersebut menimbulkan kewajiban, namun tidak semua kewajiban diakui dalam
akuntansi.
c. Akibat transaksi masa lalu
Transaksi masa lalu yang di maksud ialah transaksi yang menimbulkan
keharusan sekarang telah terjadi. Hal ini berkaitan dengan peranan liabilitas
dalam hal untuk pengembangan operasional perusahaan.

2.1.3 Jenis dan Klasifikasi Liabilitas


Berdasarkan jangka waktu pelunasannya, liabilitas di klasifikasikan menjadi dua
kelompok, yaitu liabilitas lancar (jangka pendek) dan liabilitas jangka panjang.
1. Liabilitas lancar (current liabilities) merupakan kewajiban yang harus dilunasi
dalam jangka waktu kurang dari satu tahun atau satu siklus normal operasi
perusahaan. Liabilitas lancar dapat berupa:
a. Utang usaha (account payable), yakni kewajiban yang harus bayar akibat
pembelian barang atau jasa secara kredit.
b. Wesel bayar (notes payable) yaitu janji tertulis untuk membayar kepada
pihak lain dalam jumlah tertentu dan dengan tanggal yang telah ditetapkan.

3
c. Utang beban merupakan kewajiban membayar karena perusahaan sudah
menerima manfaatnya, misalnya utang bunga, utang sewa, dan utang gaji.
d. Pendapatan diterima dimuka merupakan pendapatan yang belum menjadi
hak, namun sudah diterima pembayarannya, misalnya sewa diterima di
muka.
2. Liabilitas jangka panjang (long term debt) merupakan kewajiban yang harus
dilunasi dalam jangka waktu lebih dari satu tahun atau satu siklus normal
perusahaan. Liabilitas jangka panjang dapat berupa:
a. Utang hipotek (mortgage payable) merupakan pinjaman jangka panjang
yang dijamin dengan aktiva tetap.
b. Utang obligasi (bonds payable) merupakan pinjaman jangka panjang akibat
perusahaan menjual ataupun mengeluarkan surat-surat obligasi. Obligasi
adalah surat bukti yang menyatakan pemegang obligasi memberi pinjaman
sejumlah uang kepada perusahaan yang mengeluarkan obligasi. Dan
pemegang obligasi akan mendapatkan bunga tetap secara berkala.
c. Kredit investasi merupakan pinjaman jangka panjang yang didapatkan dari
bank, koperasi ataupun lembaga keuangan. Ini biasa digunakan dalam hal
perluasan operasi perusahaan.

2.2 UTANG BERBUNGA DALAM JANGKA PENDEK


2.2.1 Utang Bank
Hutang Bank adalah hutang yang timbul terjadi karena pinjaman yang diberikan
bank kepada perusahaan yang diperoleh berdasarkan permohonan peerusahaan yang
bersangkutan.
Hutang Bank dibagi menjadi 2 bagian,yaitu;
1. Hutang bank yang diklasifikasikan sebagai kewajiban/ Laibilitas Jangka
Pendek.
2. Hutang Bank yang diklasifikasikan sebagai kewajiban/ Lalibilitas Jangka
Panjang
Akibat adanya hutang bank adalah timbulnya bunga bank yang harus dibayar oleh
perusahaan selama periode hutang bank tersebut. Bunga bank biasanya dibayarkan
bersamaan dengan pembayaran pokok hutang bank, yaitu setiap bulan selama periode
hutang bank berlangsung. Pembayaran bunga bank diakui oleh perusahaan sebagai

4
biaya bunga bank. Maka dari itu setiap bulannya diusahakan untuk membayar hutang
supaya tidak menumpuk dan menjadi beban perusahaan.

2.2.2 Wesel Bayar


Hutang wesel adalah pinjaman jangka pendek oleh seseorang atau perusahaan dengan
cara menerbitkan sebuah bukti tertulis yang disebut wesel bayar. Nantinya dokumen
tersebut menjadi bukti utang dan pernyataan sanggup bayar kepada pemberi dana.
Instrumen jenis ini juga tidak menggunakan syarat maupun jaminan tertentu. Biasanya
pelunasan di hutag wesel ini kurang lebih dari satu tahun seperti pada hutang
umumnya. Namun instrumen ini memiliki nilai perjanjian yang lebih kuat, mengikat
kedua pihak, serta dapat dijual kepada pihak lain.
• Karakteristik Wesel Bayar
1. Diterbitkan oleh Debitur
Apabila biasanya mekanisme pinjaman uang selalu menggunakan perjanjian
yang diprakarsai oleh pemberi dana, pada instrumen ini, pihak yang aktif
menyatakan bahwa ia telah meminjam uang dan bersedia mengembalikannya
adalah si debitur. Hal tersebut ditandai dengan penerbitan utang wesel atau
disebut juga wesel bayar. Dokumen tersebut nantinya akan menjadi alat bukti
bagi kreditur untuk menagih utang kepada debitur. Selain itu, pihak pemberi
pinjaman juga akan menerbitkan wesel tagih sebagai dokumen tertulis
mengenai utang yang belum dibayar oleh peminjam dana.
2. Bertambah pada Sisi Kredit
Dalam jurnal akuntansi, pencatatan utang wesel adalah pada sisi kredit.
Namun hal ini hanya berlaku jika utang tersebut belum dilunasi. Apabila nanti
peminjam telah melakukan pelunasan, maka pencatatannya akan berpindah ke
sisi debit.
• Kelebihan dan Kekurangan
1. Kelebihan
Kelebihannya adalah terkait akan jangka waktunya. Dengan pelunasan secara
cepat maka ini keuntungan bagi kreditur karena memungkinkan
pengembaliaan dana dan profit secara cepat.
2. Kekurangan
Pendeknya masa jatuh tempo juga dapat memberikan kerugian bagi kreditur.
Hal ini terjadi apabila terlalu banyak pinjaman dilakukan dalam bentuk utang

5
wesel sedangkan jumlah kas tidak cukup untuk bertahan hingga jangka waktu
pelunasan dan suku bunga juga tidak menentu.
2.2.3 Liabilitas Jangka Panjang Akan Jatuh Tempo Pada Periode Berikutnya
Liabilitas jangka panjang akan jatuh tempo pada periode berikutnya ;
A. Liabilitas jangka panjang akan dilunasi periode berikutnya diklasifikasikan
menjdai liabilitas jangka pendek kecuali :
1. Dilunasi dengan akumulasi dana yang tidak diklasifikasikan sebagai aset
lancer.
2. Dibiayai kembali atau dilunasi dengan penerbit liabilitas jangka panjang yang
baru.
3. Dikonversi menjadi saham
Liabilitas jangka panjang walaupun jatuh tempo tetap diklasifikasikan sebagai
liabilitas jangka pendek.
B. Entitas harus menunjukkan kemampuan untuk melengkapi proses pembiayaan
ulang :
1. Hutang tersebut dibiayai ulang sebelum laporan keuangan diluncurkan.
2. Entitas menandatangani perjanjian pembiayaan ulang.

2.3 LIABILITAS JANGKA PENDEK TERKAIT DENGAN KEGIATAN


OPERASI ENTITAS
2.3.1 Utang Usaha
Utang Usaha (account payable) adalah kewajiban yang harus dibayar yang
timbul akibat transaksi pembelian barang ataupun jasa secara kredit yang digunakan
untuk memenuhi kebutuhan operasional perusahan dan harus dibayarkan dalam
jangka waktu singkat. Utang usaha dicatat sebagai kewajiban lancar pada neraca
perusahaan. Dikatakan sebagai kewajiban lancar karena harus segera dibayar dan
biasanya diberikan jatuh tempo dalam 30 hari. Maka dari itu, utang usaha menjadi
tanggung jawab divisi bisnis untuk melakukan pembayaran utang perusahaan kepada
kreditur.
Perusahaan debitur mencatat utang usaha sebagai kewajiban lancar. Di dalam
pembukuan entri ganda mengsyaratkan debit dan kredit yang saling mengimbangi
semua entri yang dicatat pada buku besar. Khusus pencatatan utang, perusahaan
mengkredit utang ketika faktur telah diterima. Sedangkan di bagian debit diisi dengan
akun pengeluaran untuk barang ataupun jasa yang di beli secara kredit. Namun debit
6
juga bisa berupa akun aset jika barang yang dibeli dapat dikapitalisasi. Saat tagihan
dibayar, perusahaan akan mendebit utang untuk mengurangi saldo kewajiban. Dan
untuk kredit penggantian kerugian dilakukan ke rekening kas yang juga menurunkan
saldo kas.
Terdapat serangkaian proses yang dapat dilakukan agar utang usaha dapat tertangani
dengan baik.
a. Penerimaan tagihan
Apabila pembelian barang atau jasa dilakukan secara kredit akan disertai
dengan faktur yang didalamnya dicantumkan nilai transaksi serta syarat
pembayarannya. Saat perusahaan menerima faktur dari pemasok, perusahaan
harus memastikan kebenaran tagihan tersebut untuk membantu mengecek
jumlah barang yang diterima.
b. Lakukan pencatatan setelah tagihan diterima
Saat jumlah barang yang dipesan telah sudah sesuai dengan tagihan yang
diterima, lalu lakukan pencatatan. Akun buku besar perlu di perbaharui sesuai
dengan tagihan yang diterima. Pada proses ini, beberapa perusahaan
memerlukan persetujuan manajerial yang dilampirkan pada nilai tagihan.
c. Pembayaran tepat waktu
Seluruh pembayaran utang usaha harus di proses sebelum atau pada tanggal
jatuh tempo sesuai kesepakatan kedua belah pihak. Sebelum pembayaran
dilakukan, perlu disiapkan dokumen seperti cek, rekening bank pemas ok,
voucher pembayaran, tagihan asli yang sudah terverifikasi.
2.3.2 Beban yang Masih Harus Dibayar
Merupakan kewajiban yang sudah dilaksanakan kepada perusahaan, namum
perusahaan belum memberi bayarannya. Sebagai contoh yaitu utang gaji karyawan.
Karyawan sudah melaksanakan pekerjaannya kepada perusahaan namun perusahaan
belum membayar gaji karyawan tersebut.
2.3.3 Pendapatan Diterima Dimuka
Pendapatan diterima di muka atau prepaid income merupakan suatu pendapatan
yang didapatkan dari usaha jasa ataupun dari hasil penjualan barang yang telah di
terima oleh perusahaan, namun pendapatan tersebut belum sepenuhnya menjadi hak
perusahaan dalam periode tersebut. Dikatakan belum sepenuhnya menjadi hak
perusahaan, karena perusahaan tersebut merupakan pend apatan untuk beberapa
periode akuntansi ataupun lebih.
7
2.3.4 Utang Terkait Imbalan Kerja
Imbalan kerja merupakan keseluruhan bentuk imbalan yang diberikan bank atas
jasa yang telah diberikan oleh pekerja. Sedangkan kewajiban imbalan kerja yaitu
kewajiban yang disebabkan dari imbalan kerja. Kewajiban imbalan jangka pendek
merupakan kewajiban imbalan kerja yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun
setelah akhir periode karyawan bekerja. Namun ini tidak termasuk pesangon
pemutusan hubungan kerja. Imbalan kerja jangka pendek dapat berupa :
a. Gaji, upah serta iuran jaminan sosial
b. Cuti berimbalan
c. Bagi laba dan juga bonus terhutang
d. Imbalan non-moneter untuk karyawan yang dapat berupa imbalan kesehatan,
rumah, mobil ataupun barang lainnya.

Kewajiban imbalan kerja jangka pendek disajikan di dalam pos kewajiban segera
sebesar jumlah terhutang serta tidak didiskontokan.

2.3.5 Utang Pajak Pihak Ketiga


Merupakan kewajiban pemerintah yang dimana hal tersebut timbul dari akibat
kontrak pengadaan barang maupun jasaataupun adanya pihak ketiga yang berasal dari
SPM-LS yang hingga tanggal pelaporan belum dibayarkan. Diakhir periode
pelaporan, dimungkinkan adanya pengakuan kewajiban atas transaski yang belum
dilakukan pembayarannya. Hal tersebut memicu adanya utang kepada pihak ketiga
yang pembayarannya akan dilakukan di periode selanjutnya. Namun ini berlaku
dalam kondisi tertentu dan harus tetap mengacu pada peraturan penganggaran dan
pelaksana anggaran.
1. Pengakuan
Utang kepada pihak ketiga diakui pada saat terdapat klaim yang sah dari pihak
ketiga, dan biasanya dinyatakan dengan bentuk surat penagihan (invoice) kepada
pemerintah yang berkaitan dengan penerimaan barang atau jasa yang belum
diselesaikan pembayarannya oleh pemerintah. Utang pada pihak ketiga ini diaku i
apabila di akhir tahun masih terdapat dana dari SPM-LS kepada bendahara
pengeluaran yang belum diserahkan kepada pihak yang berhak.
Pada saat transaksi pembelian barang dilakukan secara FOB destination point,
utang diakui pada saat barang yang di beli telah diterima namun belum dibayar.
Sementara pada saat transaksi pembelian barang dilakukan secara FOB Shipping

8
point, utang diakui pada saat barang telah diterima oleh perusahaan jasa
pengangkutan (dalam perjalanan) namun sampai dengan tanggal pelaporan belum
dibayar. Di dalam transaksi pembelian jasa, utang diakui disaat jasa ataupun
bagian jasa diserahkan diserahkan sesuai dengan perjanjian akan tetapi pada
tanggal pelaporan belum dibayar. Sedangkan di dalam hal kontrak pembangunan
fasilitas atau peralatan, utang tersebut diakui disaat sebagian ataupun seluruh
fasilitas atau peralatan tersebut sudah diselesaikan, dituangkan di dalam berita
acara kemajuan pekerja namun sampai dengan tanggal pelaporan belum dibayar.
2. Pengukuran
Utang kepada pihak ketiga ini dinilai sebesar kewajiban entitas pemerintah atas
suatu barang maupun jasa yang belum dibayar sesuai dengan kesepakatan atau
sebesar dana yang belum diserahkan kepada pihak yang berhak. Di dalam
kesepakatan itu disebutkan syarat pembayaran (term of payment) dengan diskon
tertentu untuk pembayaran dalam jangka tertentu, maka nilai utang kepada pihak
ketiga itu ditentukan sebesar jumlah utang tanpa ataupun dengan
memperhitungkan diskon yang tergantung pada kebijakan pembayaran yang sudah
ditetapkan.
3. Penyajian dan Pengungkapan
Utang kepada pihak ketiga adalah utang jangka pendek yang harus segera dibayar
setelah barang atau jasa tersebut diterima. Maka dari itu utang ini disajikan di
neraca dengan klasifikasi/pos kewajiban jangka pendek. Rincian utang ini
diungkapkan di Catatan atas Laporan Keuangan.
Berikut ilustrasi jurnal untuk mencatat utang kepada pihak ketiga :
Contoh:

Kode Akun Uraian Debet Kredit


Xxx Persediaan/aset tetap/beban… Xxx

Xxx Utang kepada pihak ketiga Xxx

Pada tanggal 11 November 2021 Toko Budi memperoleh tagihan dari PLN untuk
pembayaran langganan daya dan jasa listrik bulan September 2021 dan Oktober 2021
yang masih belum diselesaikan, yang masing-masingnya sebesar Rp8.000.000,00 dan
Rp11.400.000,00. Sampai dengan tanggal pelaporan, tagihan tersebut belum

9
diselesaikan. Dengan demikian pada tanggal 30 November 2021 Toko Budi Harus
mengakui tagihan yang belum diselesaikan itu sebagai utang langganan daya dan jasa
sebesar Rp19.400.000,00. Utang tersebut disajikan sebagai utang jangka pendek.

Jurnal untuk mencatat utang tersebut sebagai berikut:

Kode Akun Uraian Debet Kredit


Xxx Beban jasa 19.400.000,00

xxx Utang kepada pihak ketiga – 19.000.000,00


langganan daya dan jasa

2.3.6 Utang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Barang Mewah
Pajak pertambahan nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan pada saat
transasksi jual beli barang ataupun jasa dalam negeri oleh wajib pajak orang pribadi,
wajib pajak badan dan juga pemerintah. PPN ini memiliki sifat objektif, tidak
komulatif dan juga merupakan jenis pajak tidak langsung. Tidak langsung ini
diartikan bahwa pajak itu disetorkan oleh pihak lain, dalam hal ini pedagang bukan
menanggung pajak. Artinya konsumen akhirlah yang menjadi penanggung pajak tidak
menyetorkan langsung ke kas negara. Sedangkan Pajak penjualan atas barang mewah
(PPnBM) merupakan pajak yang dikenakan pada barang yang tergolong mewah yang
dilakukan oleh produsen untuk menghasilkan ataupun mengimpor barang tersebut
dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya.
Berdasarkan Undang-Undang nomor 42 tahun 2009 tentang Pajak Penambahan Nilai
Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, objek yang dikenai PPN
yaitu:
1. Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan Jasa Kena Pajak (JKP) di dalam
daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha.
2. Impor BKP
3. Pemanfaat BKP berwujud atau tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di
dalam daerah pabean.
4. Ekspor BPK berwujud atau tidak berwujud dan ekspor JKP oleh Pengusaha
Kena Pajak (PKP).

10
5. Kegiatan membangun sendiri bangunan dengan luas lebih dari 200 m 2 yang
dilakukan diluar lingkungan pengusaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau
badan yang hasilnya digunakan sendiri atau pihak lain.
6. Penyerahan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelik an,
sepanjang pajak masukan yang dibayar pada saat perolehan aktiva tersebut
boleh dikreditkan.

Jenis barang yang tidak terkena PPN yaitu:

1. Barang hasil pertambangan atau pengeboran bumi.


2. Barang kebutuhan pokok, seperti beras, jagung, daging,sayur,susu dan yang
lainnya.
3. Makanan dan minuman yang disajikan di restorat atau rumah makan.
4. Uang, emas batangan dan surat berharga.
5. Jasa pelayanan medis, pelayanan sosial, jasa keuangan, asuransi, pendidikan,
dan yang lainnya.
2.3.7 Utang Pajak Penghasilan
Utang pajak penghasilan (income taxes payable) merupakan pajak penghasilan
berdasarkan penghasilan kena pajak yang belum dibayarkan perusahaan pada
pemerintah. Karena termasuk kewajiban yang harus dibayar perusahaan dalam jangka
waktu 12 bulan ke depan, perusahaannya melaporkannya di bagian kewajiban lancar
di neraca.

2.4 PROVISI DAN KONTIJENSI


2.4.1 Definisi
Berdasarkan PSAK 57 provisi didefinisikan sebagai liabilitas yang waktu dan
jumlahnya belum pasti. Provisi dibebankan ke dalam beban dan kewajiban dan hanya
dicatat ketika memenuhi tiga kondisi yaitu:
1. Entitas memiliki kewajiban kini yang bersifat hukum ataupun konstruktif
sebagai akibat peristiwa masa lalu.
2. Kemungkinan besar penyelesaian kewajiban tersebut arus keluar sumber daya
yang di dalamnya mengandung manfaat ekonomi.
3. Jumlah kerugiannya dapat diestimasi secara layak. Estimasi yang layak ini dapat
dilihat nasehat pengacara, pengalaman dan yang lainnya.

11
Kontinjensi didefinisikan sebagai kewajiban kini yang timbul akibat peris tiwa
masa lalu, tetapi tidak diakui karena tidak terdapat kemungkinan besar entitas
mengeluarkan sumber daya untuk dapat menyelesaikan kewajibannya, atau jumlah
kewajiban tersebut tak dapat diukur secara andal.
Kontinjensi menurut PSAK 57 (revisi 2009) :
1. Liabilitas potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu dan keberadaanya
menjadi pasti dengan terjadi atau tidak terjadinya satu peristiwa atau lebih dimasa
datang yang tidak sepenuhnya berada dalam kendali entitas.
2. Liabilitas kini yang timbul akibat peristiwa masa lalu, tetapi tidak diakui karena :
a. Tidak terdapat kemungkinan besar entitas mengeluarkan sumber daya untuk
menyelesaikan liabilitasnya.
b. Jumlah liabilitas tersebut tidak dapat diukur secara andal.

2.4.2 Pengakuan dan Pengukuran


1. Provisi diakui jika:
a. Entitas memiliki kewajiban kini (baik bersifat hukum maupun bersifat
konstruktif) sebagai akibat peristiwa masa lalu;
b. Kemungkinan besar penyelesaian kewajiban tersebut mengakibatkan arus keluar
sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi; dan
c. Estimasi yang andal mengenai jumlah kewajiban tersebut dapat dibuat.
Jika kondisi di atas tidak terpenuhi, maka provisi tidak diakui.
Kewajiban Kini
Dalam peristiwa yang jarang terjadi, tidak dapat ditentukan secara jelas
apakah terdapat kewajiban kini. Dalam hal ini, peristiwa masa lalu dianggap
menimbulkan kewajiban kini jika, setelah mempertimbangkan semua bukti
tersedia, terdapat kemungkinan lebih besar daripada tidak terjadi bahwa kewajiban
kini muncul pada akhir periode pelaporan.
2. Liabilitas Kontinjensi
Entitas tidak diperkenankan mengakui liabilitas kontinjensi. Liabilitas kontinjensi
diungkapkan, kecuali arus keluar sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi
kemungkinannya kecil.
3. Aset Kontinjensi
Entitas tidak diperkenankan mengakui aset kontinjensi. Aset kontinjensi
biasanya timbul dari peristiwa tidak terencana atau tidak diharapkan yang

12
menimbulkan kemungkinan arus masuk manfaat ekonomi untuk entitas. Misalnya,
klaim yang sedang diusahakan entitas melalui proses hukum yang hasilnya belum
pasti. Aset kontinjensi tidak diakui dalam laporan keuangan karena dapat
menimbulkan pengakuan penghasilan yang mungkin tidak pernah terealisasikan.
Akan tetapi, jika realisasi penghasilan sudah dapat dipastikan, maka aset tersebut
bukan merupakan asset kontinjensi, melainkan diakui sebagai aset. Aset
kontinjensi diungkapkan jika terdapat kemungkinan besar arus masuk manfaat
ekonomi akan diperoleh entitas.
4. Pengukuran
a. Estimasi Terbaik
Jumlah yang diakui sebagai provisi adalah hasil estimasi terbaik pengeluaran
yang diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban kini pada akhir periode
pelaporan. Estimasi hasil dan dampak keuangan ditentukan berdasarkan
pertimbangan manajemen entitas, ditunjang dengan pengalaman dari transaksi
serupa, serta dalam beberapa kasus dilengkapi dengan laporan ahli independen.
Di antara bukti yang dipertimbangkan termasuk bukti tambahan yang diperoleh
dari peristiwa setelah periode pelaporan. Provisi diukur sebelum
memperhitungkan pajak karena dampak pajak dari provisi dan perubahannya
diatur dalam PSAK 46: Akuntansi Pajak Penghasilan.
b. Risiko dan Ketidakpastian
Dalam menentukan estimasi terbaik suatu provisi, entitas mempertimbangkan
berbagai risiko dan ketidakpastian yang selalu mempengaruhi berbagai
peristiwa dan keadaan.
c. Nilai Kini
Jika dampak nilai waktu dari uang cukup material, maka jumlah provisi
adalah nilai kini dari perkiraan pengeluaran yang diperlukan untuk
menyelesaikan kewajiban. Karena nilai waktu dari uang, provisi yang
melibatkan pengeluaran uang yang timbul seketika setelah periode pelaporan
lebih memberatkan jika dibandingkan dengan provisi yang melibatkan
pengeluaran uang dalam jumlah sama yang timbul kemudian. Dengan demikian,
jika dampaknya bersifat material, provisi didiskontokan. Tingkat diskonto
adalah tingkat diskonto sebelum pajak yang mencerminkan penilaian pasar atas
nilai waktu dari uang dan risiko yang terkait dengan liabilitas yang

13
bersangkutan. Tingkat diskonto tidak boleh mencerminkan risiko yang sudah
diperhitungkan dalam estimasi arus kas masa depan.
d. Peristiwa Masa Depan
Peristiwa masa depan yang dapat mempengaruhi jumlah yang diperlukan untuk
menyelesaikan kewajiban tercermin dalam jumlah provisi jika ada bukti
obyektif bahwa peristiwa itu akan terjadi.
e. Rencana Pelepasan Aset
Keuntungan sehubungan dengan rencana pelepasan aset tidak boleh
dipertimbangkan dalam menghitung suatu provisi. Keuntungan sehubungan
dengan rencana pelepasan aset tidak diperhitungkan dalam menghitung provisi
walaupun rencana pelepasan aset tersebut terkait erat dengan peristiwa yang
menyebabkan timbulnya provisi. Sebaliknya, entitas mengakui keuntungan
pelepasan aset tersebut pada saat yang ditentukan oleh PSAK yang terkait
dengan aset tersebut.
2.4.3 Garansi
Janji yang dibuat oleh penjual kepada pembeli untuk menggantikan kekurangan
kualitas, kuantitas danjuga kinerja suatu produk. Jika kemungkinan pelanggan
melakukan klaim garansi dan perusahaan dapat mengestimasi biaya terkait secara
masuk akal, perusahaan harus mencatatnya ke dalam beban. Dua metode da sar
akuntansi untuk beban garansi, yakni:
✓ Metode berbasis kas
Beban garansi di bebankan pada saat terjadi karena tak adanya kemungkinan
terjadinya liabilitas atau tidak dapat mengestimasi jumlah liabilitas yang masuk
akal.
✓ Metode berbasis akrual
Metode ini menggunakan beban garansi ke beban operasi pada tahun penjualan.
Metode ini ialah metode yang diterima secara umum serta disebut sebagai
pendekatan beban garansi.

2.4.4 Kewajiban Pengelolaan Lingkungan


Liabilitas lingkungan harus diakui oleh perusahaan saat kewajiban hukum yang
ada terkait penghentian aset jangka panjang dan juga saat mengestimasi jumlah
liabilitas secara masuk akal. Contoh kewajiban hukum yang mewajibkan pengakuan
atas liabilitas lingkungan ialah:

14
✓ Melakukan dekomisioning fasilitas nuklis
✓ Biaya penutupan serta penampungan tempat pembuangan akhir

Untuk mencatat liabilitas lingkungan perusahaan harus mencatat biaya yang terkait
dengan lingkungan dalam jumlah tercatat aset berumur panjang dan mencatat
liabilitas tersebut dengan jumlah yang sama.

2.4.5. Litigasi Hukum


Dengan tuntutan yang tidak terduga serta klaim dan juga penilaian tak tertulis,
perusahaan tersebut wajib menentukan tingkat probabilitas bahwa gugatan diajukan
ataupun klaim/penilaian dapat ditegaskan. Dan juga probabilitas hasil yang tak
menguntungkan. Jika kerugian itu dapat di estimasi dan penyebab diberlakukannya
tindakan pada atau sebelum tanggal pelaporan, maka perusahaan harus mengakui
liabilitas tersebut.

2.4.6 Liabilitas Kontinjensi


1. Kewajiban potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu dan keberadaannya
menjadi pasti dengan terjadi atau tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa di masa
depan yang tidak sepenuhnya berada dalam kendali entitas; atau
2. Kewajiban kini yang timbul sebagai akibat peristiwa masa lalu, tetapi tidak diakui
karena: Tidak terdapat kemungkinan entitas mengeluarkan sumber daya yang
mengandung manfaat ekonomik (selanjutnya disebut sebagai “sumber daya”)
untuk menyelesaikan kewajibannya; atau
3. Jumlah kewajiban tersebut tidak dapat diukur secara andal.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Entitas memberikan manfaat untuk mendanai kegiatan perusahaan.Entitas


menggunakan prinsip matching dalam memutuskan penggunaan liabilitas. Liabilitas
menurut kerangka dasar pengukuran dan pengungkapan laporan keuangan (KDP2LK)
adalah utang entitas masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu,penyelesaiannya
diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya entitas yang mengandung
manfaat ekonomi. PSAK 1 (Revisi 2009) mengharuskan entitas menyajikan liabilitas
jangka pendek terpisah dari liabilitas jangka panjang.Pemisahan jangka pendek dan
jangka panjang menggunakan jangka waktu 12 bulan atau satu siklus operasi
perusahaan. Jenis Liabilitas : 1. Utang Berbunga Dalam Jangka Pendek : a. Utang
bank b. Wesel bayar c. Liabilitas jangka panjang yang akan jatuh tempo pada periode
berikutnya 2. Liabilitas jangka pendek terkait kegiatan operasi : a. Utang usaha b.
Beban yang masih harus di bayar c. Pendapatan diterima di muk a d. Utang terkait
imbalan kerja e. Utang pajak pihak ketiga f. Utang PPN dan PPNBM g. Utang pajak
penghasilan

16
DAFTAR PUSTAKA

RDN. (2021). Pengertian Liabilitas dan Jenis-Jenisnya dalam Bisnis. Rusdiono Consulting.
https://www.rusdionoconsulting.com/liabilitas-dan-jenisnya/, diakses pada 14 Maret
2022 pukul 10.27.
Mekari. (2021). Liability: Pengertian, Jenis dan Cara Menganalisa dalam Bisnis. Jurnal
Entrepreneur.https://www.jurnal.id/id/blog/pengertian-dan-jenis-liability-adalah/,
diakses pada 14 Maret 2022 pukul 10.29.
Destiana, Nisa. (2022). Memahami Pengertian, Jenis, serta Rumus Liabilitas. Majo.
https://majoo.id/solusi/detail/klasifikasi-liabilitas, diakses pada 14 Maret 2022 pukul
10.29.
Ivana. (2021). Ayat Jurnal Penyesuaian: Definisi dan Akun-akun di Dalamnya. Konsultanku.
https://konsultanku.co.id/blog/ayat-jurnal-penyesuaian--definisi-dan-akun-di-
dalamnya, diakses pada 14 Maret 2022 pukul 10.34.
MY. (2020). Akuntansi Beban Yang Masih Harus Dibayar/Accrual Expenses. Accounting
Binus. https://accounting.binus.ac.id/2020/07/06/akuntansi-beban-yang-masih-harus-
dibayar-accrual-expenses/, diakses pada 14 Maret 2022 pukul 10.36.
Bayu. (2021). Mengenal Secara Singkat: Pengertian, Objek dan Tarif Pajak Pertambahan
Nilai. Konsultanku.https://konsultanku.co.id/blog/mengenal-secara-singkatpengertian-
objek-dan-tarif-pajak-pertambahan-nilai-ppn, diakses pada 14 Maret 2022 pukul
11.01.
Ibnu. (2021). Utang Pajak: Pengertian, Penyebab, dan Cara Menghapusnya . Accurate.
https://accurate.id/ekonomi-keuangan/utang-pajak/, diakses pada 14 Maret 2022 pukul
11. 09.
Vianida, Aisyah Aulia. (2016). Provisi dan Kontinjensi. Jago Akuntansi.
https://jagoakuntansi.com/2016/05/12/provisi-dan-kontinjensi/, diakses pada 14 Maret
2022 pukul 11.16.
Admin. (2020). PSAK 57 Provisi, Liabilitas Kontinjensi, dan Aset Kontinjensi. Accounting
Standar Resume. https://accountingunsoed.org/accounting-standar-resume-psak-57-
bagian-1/, diakses pada 14 Maret 2022 pukul 11.46.
SS. (2017). PSAK 57 (Penyesuaian 2014): Provisi, Liabilitas Kontinjensi, dan Aset
Kontinjensi. Accounting Binus. https://accounting.binus.ac.id/2017/08/15/psak-57-
penyesuaian-2014-provisi-liabilitas-kontinjensi-dan-aset-kontinjensi/, diakses pada 14
Maret 2022 pukul 11.52.

17

Anda mungkin juga menyukai