Anda di halaman 1dari 44

MAKALAH

LIABILITAS JANGKA PANJANG

Ditulis Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Keuangan Menengah 2

Dosen Pengampu :

1. NISWAH BAROROH, S. E., M. Si.


2. Fitrarena Widhi Rizkyana, S.E., M.Ak.

Disusun oleh:

1. Suciati (7211421091)
2. Ikbal Adam M (7211421355)
3. Kharisma Nurul Faizah (7211421356)
4. Khairun Nisa M. Tanjung (7211421357)
5. Ahmad Najmudin Alfatih (7211421358)
6. Tsabita Haibati (7211421364)

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

FAKULTAS EKONOMI

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya yang telah
memberikan kemudahan, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Liabilitas Jangka Panjang” untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Akuntansi Keuangan
Menengah 2.

Penyusun menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna
baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penyusun telah berupaya dengan
segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga makalah dapat selesai dengan baik.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat berarti bagi penyusun. Besar harapan
penyusun semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta memberi
manfaat bagi pembaca.

Semarang , 1 September 2022

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2

DAFTAR ISI 3

BAB I 5

Pendahuluan 5
1.1 Latar Belakang 5
1.2 Rumusan Masalah 6
1.3 Tujuan 6

BAB II 7

Pembahasan 7
2.1 Utang Obligasi 7
2.1.1 Menerbitkan Obligasi 7
2.1.2 Jenis dan Peringkat Obligasi 8
2.1.3 Penilaian Utang Obligasi 11
2.1.4 Metode Bunga Efektif 13
2.2 Utang Jangka Panjang 16
Karakteristik Utang Wesel Jangka Panjang 16
2.2.1 Wesel Yang diterbitkan Pada Nilai Nominal 17
2.2.2 Wesel Yang Tidak Diterbitkan Pada Nilai Nominal 18
2.2.3 Situasi Khusus 21
2.1.4 Utang Hipotek 23
2.3 Isu-Isu Kasus 24
2.3.1 Pelunasan 24
2.3.2 Opsi Nilai Wajar 31
2.3.3 Pembiayaan Di Luar Neraca 33
2.3.4 Penyajian Dan Analisis 36
Penyajian Liabilitas Jangka Panjang 36

BAB III 41

Penutup 41
Kesimpulan 41
Utang Obligasi 41
Utang Hipotek 41
Saran 42

DAFTAR PUSTAKA 43

3
4
BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Utang jangka panjang digunakan untuk menunjukan utang - utang yang


pelunasannya akan dilakukan dalam waktu lebih dari satu tahun atau akan dilunasi dari
sumber-sumber yang bukan dari sumber aktiva lancar. utang jangka panjang juga sering
disebut sebagai debt-financing, artinya kegiatan pendanaan yang dilakukan dengan cara
meminjam atau berutang. Dan akan dilunasi dari sumber-sumber yang bukan dari kelompok
aktiva lancar, seperti peralatan, gedung, tanah, investasi saham atau investasi obligasi jangka
panjang, dan sebagainya.

Utang jangka panjang ini dibagi menjadi 2 jenis, yaitu utang hipotik dan obligasi.
Dari jenis-jenis tersebut memiliki pengertian, pemahaman dan cara mengerjakan yang
berbeda satu sama lain. Utang jangka panjang biasanya timbul karena adanya kebutuhan
dana untuk pembelian tambahan aktiva tetap, menaikan jumlah modal kerja permanen,
membeli perusahaan lain atau mungkin juga untuk melunasi utang-utang yang lain. Ada
banyak instrumen investasi yang tersedia di pasaran saat ini, namun pada umumnya terdiri
atas Obligasi, Saham, Derivatif, Reksadana dan Valuta Asing. Obligasi adalah surat utang
jangka panjang yang diterbitkan oleh suatu lembaga dengan nilai nominal (nilai nominal/par
value) dan waktu jatuh tempo tertentu. Penerbit obligasi bisa perusahaan swasta, BUMN,
atau pemerintah baik pemerintah pusat maupun daerah. Salah satu jenis obligasi yang
diperdagangkan di pasar modal kita saat ini adalah obligasi kupon (coupon bond) dengan
tingkat bunga tetap (fixed) selama masa berlaku obligasi.

Berinvestasi dalam obligasi mirip dengan berinvestasi di deposito pada bank. Bila
Anda membeli obligasi, Anda akan memperoleh bunga/kupon yang tetap secara berkala
biasanya setiap 3 bulan, 6 bulan, atau 1 tahun sekali sampai waktu jatuh tempo. Dalam
makalah ini akan dibahas mengenai mekanisme serta hal – hal yang berkaitan dengan
obligasi.

4
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, terdapat rumusan masalah yang dapat diuraikan antara lain
sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran umum mengenai liabilitas jangka panjang?


2. Bagaimana penyajian dan menganalisis liabilitas jangka panjang?
3. Apa saja jenis masalah dalam obligasi?
4. Apa saja penerapan metode amortisasi diskonto dan premi obligasi?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari makalah yang dapat diuraikan antara lain sebagai berikut:

1. Memenuhi penugasan kelompok mata kuliah Akuntansi Keuangan Menengah 2.


2. Dapat mengidentifikasi berbagai jenis masalah obligasi.
3. Memahami penerapan metode amortisasi diskonto dan premi obligasi.
4. Mengetahui prosedur formal yang terkait dengan penerbitan utang jangka
panjang.
5. Menambah wawasan dan pemahaman lebih dalam mengenai liabilitas jangka
panjang.
6. Memahami bagaimana penyajian dan analisis mengenai liabilitas jangka panjang.

6
BAB II

Pembahasan

2.1 Utang Obligasi

Liabilitas jangka panjang (disebut juga utang jangka panjang-long term debt)
terdiri dari arus keluar yang diharapkan dari sumber daya yang timbul dari kewajiban
sekarang yang tidak akan dibayarkan dalam waktu satu tahun atau siklus operasi perusahaan,
mana yang lebih lama. Utang obligasi, wesel bayar jangka panjang, utang hipotek, liabilitas
pensiun, dan liabilitas sewa adalah contoh dari liabilitas jangka panjang

Perusahaan apabila menyesuaikan dengan peraturan, basanya perlu persetujuan


dewan direksi dan pemegang saham sebelum obligasi atau wesel dapat diterbitkan. Hal yang
sama berlaku untuk jenis utang jangka panjang lainnya.

Umumnya, utang jangka panjang memiliki berbagai perjanjian dan batasan yang
melindungi kreditur dan peminjam. Indenture atau perjanjian biasanya mencakup jumlah
yang disetujui untuk diterbitkan, suku bunga, tanggal jatuh tempo, call provisions, properti
yang dijaminkan, persyaratan dana pelunasan obligasi, pembatasan modal kerja dan dividen,
dan batasan mengenai asumsi tambahan utang, pembatasan modal kerja dan dividen, dan
batasan mengenai asumsi tambahan utang. Perusahaan harus menjelaskan fitur ini di dalam
laporan keuangan atau catatan atas laporan keuangan jika diperlukan untuk memahami
tentang posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan dengan lebih lengkap.

2.1.1 Menerbitkan Obligasi

Harga wajar liabilitas (harga jual) dapat berbeda dari nilai nominalnya. Nilai
nominal adalah nilai yang dijanjikan akan dibayarkan oleh penerbit liabilitas pada saat
liabilitas tersebut jatuh tempo.Apabila harga jual lebih tinggi dari nilai nominal maka
liabilitas dijual dengan harga premium, sedangkan apabila harga jual lebih rendah dari

7
nilai nominal maka dijual dengan diskon. Perbedaan tersebut timbul apabila tingkat suku
bunga efektif berbeda dengan tingkat suku bunga kupon.
Tingkat suku bunga efektif < Tingkat bunga kupon *Liabilitas dijual pada harga
premium.
Tingkat suku bunga efektif = Tingkat bunga kupon *Liabilitas dijual pada nilai
nominal.
Tingkat suku bunga efektif > Tingkat bunga kupon *Liabilitas dijual pada harga diskon.

2.1.2 Jenis dan Peringkat Obligasi

A. Jenis-Jenis Obligasi
Ada banyak tolak ukur yang dapat digunakan untuk membedakan jenis
obligasi,diantaranya adalah obligasi berdasarkan sisi penerbit, sistem pembayaran
bunga,hak penukaran, segi jaminan, segi nilai nominal, dan obligasi berdasarkan segi
perhitungan imbal hasil. ,n
1. Jenis obligasi berdasarkan sisi penerbit
A. Corporate Bond, obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan tertentu,
perusahaan ini dapat berbentuk perusahaan swasta maupun perusahaan
Negara (BUMN).
B. Government Bond, obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah pusat.
C. Municipal Bond, obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah daerah yang akan
digunakan untuk membiayai proyek-proyek publik.
2. Jenis obligasi berdasarkan jaminannya
A. Secured Bond, obligasi yang dijaminkan dengan menggunakan kekayaan
tertentu yang dimiliki oleh penerbit, atau bisa juga dijaminkan dengan
menggunakan pihak ketiga. Obligasi ini terbagi menjadi tiga yaitu guaranteed
bond (obligasi yang dijaminkan oleh pihak ketiga), mortgage bond (obligasi
yang dijaminkan dengan hipotik atau aset tetap), dan collateral trust bond
(obligasi yang dijaminkan dengan menggunakan efek yang dimiliki oleh
penerbitnya).

8
B. Unsecured Bond, obligasi yang tidak dijaminkan dengan menggunakan
kekayaan tertentu yang dimiliki oleh penerbitnya.
3. Jenis obligasi berdasarkan hak penukaran
A. Convertible Bond, obligasi yang dapat ditukarkan dengan saham perusahaan
penerbit. Artinya pemegang obligasi ini memiliki hak jika sewaktu-waktu
ingin menukarkan obligasi yang dipegangnya dengan saham perusahaan.
B. Exchangeable Bond, obligasi yang memberikan hak kepada pemegang
obligasi untuk menukar saham perusahaan ke dalam sejumlah saham
perusahaan afiliasi milik penerbitnya.
C. Callable Bond, obligasi yang memberikan hak kepada emiten untuk membeli
kembali obligasi pada harga tertentu sepanjang umur obligasi tersebut.
D. Putable Bond, obligasi yang memberikan hak kepada investor yang
mengharuskan emiten untuk membeli kembali obligasi pada harga tertentu
sepanjang umur obligasi tersebut.
4. Jenis obligasi berdasarkan sistem pembayaran bunga
A. Zero Coupon Bond, sistem pembayaran dari obligasi ini dilakukan dengan
cara dibayarkan sekaligus ketika jatuh tempo (pokok pinjaman dan bunganya)
bukan secara periodik.
B. Coupon Bond, obligasi dengan kupon yang dapat diuangkan secara periodik
sesuai dengan ketentuan penerbitnya.
C. Fixed Coupon Bond, obligasi dengan tingkat kupon bunga yang telah
ditetapkan sebelum masa penawaran di pasar perdana dan akan dibayarkan
secara periodik.
D. Floating Coupon Bond, obligasi dengan tingkat kupon bunga yang ditentukan
sebelum jangka waktu tersebut, berdasarkan suatu acuan (benchmark)
tertentu.
5. Jenis obligasi berdasarkan nilai nominal
A. Konvensional Bond, obligasi dengan satuan nilai nominal yang besar,
umumnya Rp. 1 Miliar per lot.

9
B. Retail Bond, kebalikan dari konvensional bond, yaitu obligasi dengan satuan
nilai nominal yang kecil.
6. Jenis obligasi berdasarkan perhitungan imbal hasil
A. Konvensional Bond, obligasi yang cara kerjanya menggunakan sistem bunga.
B. Syariah Bond, obligasi yang cara kerja dan perhitungannya menggunakan
sistem islam/syariat islam yaitu sistem bagi hasil ( Mudharabah & Ijarah ).

B) Peringkat Obligasi
Risiko dalam berinvestasi di obligasi adalah risiko perusahaan penerbit
obligasi tidak mampu memenuhi janji yang telah ditentukan, yaitu risiko perusahaan
tidak mampu membayar kupon maupun tidak mampu mengembalikan pokok
obligasi. Agar investor memiliki gambaran tingkat risiko ketidakmampuan
perusahaan dalam membayar, maka di dalam dunia surat utang atau obligasi dikenal
suatu tingkat yang menggambarkan kemampuan bayar perusahaan penerbit obligasi.
Tingkat kemampuan membayar kewajiban tersebut dikenal dengan istilah Peringkat
Obligasi.
Peringkat obligasi dikeluarkan oleh lembaga independen yang secara khusus
bertugas memberikan peringkat atas semua obligasi yang diterbitkan perusahaan.
Semua obligasi yang diterbitkan wajib diberi peringkat sedemikian agar dengan
adanya peringkat tersebut maka investor dapat mengukur atau memperkirakan
seberapa besar resiko yang akan dihadapi dengan membeli obligasi tertentu.

Peringkat investasi
A. Aaa : obligasi berperingkat Aaa merupakan obligasi berkualitas "terbaik" dengan
risiko yang "amat kecil".
B. Aa1, Aa2, Aa3 : obligasi berperingkat Aa adalah obligasi berkwalitas"baik"
dengan risiko yang "kecil".
C. A1, A2, A3 : obligasi berperingkat A adalah obligasi peringkat menengah atas
dengan risiko yang "kecil".

10
D. Baa1, Baa2, Baa3 : obligasi berperingkat Baa merupakan obligasi dengan risiko
moderat dan oleh karenanya memiliki karakteristik spekulatif.

Peringkat spekulatif
A. Ba1, Ba2, Ba3 : obligasi berperingkat Ba merupakan obligasi dengan elemen
spekulatif dan dapat berisiko.
B. B1, B2, B3 : obligasi berperingkat B adalah obligasi yang dianggap spekulatif
dan dapat beresiko tinggi
C. Caa1, Caa2, Caa3: obligasi berperingkat Caa merupakan obligasi yang "tidak
kokoh" dan memiliki risiko yang amat tinggi.
D. Ca : obligasi berperingkat Ca adalah obligasi dengan tingkat spekulatif yang
tinggi dan kemungkinan atau amat mungkin sekali terjadi gagal bayar namun
masih ada harapan atas pengembalian bunga dan pokok hutang.
E. C : obligasi berperingkat C adalah obligasi dengan peringkat terendah dan
biasanya gagal bayar dengan kecil kemungkinannya atas pengembalian pokok
hutang maupun bunganya.

2.1.3 Penilaian Utang Obligasi

Dalam penilaian hutang obligasi terdapat berbagai hal yang perlu


diperhatikan :
1. Penerbitan obligasi ke publik Emiten harus: menetapkan penjamin emisi,
mendapatkan persetujuan regulasi atas penerbitan obligasi, menjalani proses
audit, dan menerbitkan prospektus serta memiliki sertifikat obligasi tercetak.
2. Harga jual atas penerbitan obligasi ditetapkan oleh: mekanisme permintaan dan
penawaran, resiko relatif, kondisi pasar, keadaan ekonomi.
3. Nilai obligasi pada present value dari arus kas masa depan yang diharapkan,
yang terdiri atas bunga dan nilai nominal.

Dalam penilaian suku bunga terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan:

11
1. Suku nominal/kupon/tercatat adalah suku bunga yang tertulis di dalam
kontrak/perjanjian obligasi, di mana emiten menetapkan suku nominal dan
dinyatakan sebagai persentase nilai nominal obligasi (nilai pari).
2. Suku bunga pasar atau effective yield adalah suku bunga yang memberikan
tingkat pengembalian sepadan dengan risiko, di mana merupakan nilai
sesungguhnya yang diterima pemegang obligasi.
3. Jumlah bunga yang dibayarkan kepada pemegang obligasi setiap periode

4. Jumlah bunga yang dicatat sebagai beban oleh emiten

5. Jika suku bunga pasar lebih rendah dari persentase nilai kupon obligasi maka
obligasi dijual dengan premium, jika suku bunga pasar sama dengan persentase
nilai kupon obligasi maka obligasi dijual pada nilai nominal, Jika suku bunga
pasar lebih tinggi dari persentase nilai kupon obligasi maka obligasi dijual
dengan diskon.

Obligasi yang diterbitkan pada Nilai Pari


Jika suku bunga yang ditentukan masyarakat investasi (pembeli) sama dengan
suku bunga yang dinyatakan, maka obligasi terjual pada nilai pari. Artinya nilai pari
sama dengan nilai sekarang obligasi yang dihitung pembeli.
Contoh : PT AAA menerbitkan obligasi senilai Rp 5 juta tertanggal 1 Januari
2012, jatuh tempo dalam waktu 4 tahun dengan kupon 8 persen yang dibayarkan
setiap tanggal 1 Januari. Pada saat diterbitkan, suku bunga untuk obligasi tersebut
adalah 8%

12
Berikut adalah jurnal akuntansi jika suku bunga pasar 8% :

2.1.4 Metode Bunga Efektif


Selisih antara nilai nominal dengan nilai sekarang obligasi menentukan
harga aktual yang dibayarkan pembeli untuk obligasi tersebut. Selisih ini adalah
diskonto atau premi
● Jika obligasi dijual kurang dari nilai nominal, obligasi tersebut dijual pada
diskonto (discount)
● Jika obligasi dijual lebih besar dari nilai nominal, obligasi tersebut dijual pada
premi (premium)

Perusahaan mencatat penyesuaian ini pada biaya sebagai beban bunga


obligasi selama umur obligasi melalui proses yang disebut dengan amortisasi

13
Metode bunga efektif menghasilkan beban bunga periodik yang sama
dengan persentase konstan dari nilai tercatat obligasi

Obligasi yang diterbitkan pada Premi


Contoh: PT AAA menerbitkan obligasi senilai Rp 5 juta tertanggal 1
Januari 2012, jatuh tempo dalam waktu 4 tahun dengan kupon 8 persen yang
dibayarkan setiap tanggal 1 Januari. Pada saat diterbitkan, suku bunga untuk
obligasi tersebut adalah 6%

Daftar amortisasi selama 4 tahun :

Berikut adalah jurnal akuntansi jika suku bunga pasar 6% :

Obligasi yang diterbitkan pada Diskonto

14
Contoh : PT AAA menerbitkan obligasi senilai Rp 5 juta tertanggal 1
Januari 2012, jatuh tempo dalam waktu 4 tahun dengan kupon 8 persen yang
dibayarkan setiap tanggal 1 Januari, dengan bunga dibayarkan setiap tanggal 1
Juli dan 1 Januari (Semiannually). Pada saat diterbitkan, suku bunga untuk
obligasi tersebut adalah 10%

Daftar amortisasi selama 4 tahun :

15
Berikut adalah jurnal akuntansi jika suku bunga pasar 10% :

2.2 Utang Jangka Panjang

Long term notes payable atau utang wesel jangka panjang adalah jenis utang
wesel yang memiliki jatuh tempo pembayaran lebih dari satu tahun sesuai dengan
kesepakatan yang dicapai antara pemberi dan penerima pinjaman.

Utang wesel jangka panjang biasanya dipilih sebagai alternatif pendanaan untuk
proyek jangka panjang, seperti pembangunan gedung baru, akuisisi aset tetap, dan
sebagainya. Namun utang wesel jangka panjang juga dapat digunakan apabila tingkat
suku bunga diperkirakan mengalami kenaikan di masa yang akan datang.

Jenis-jenis utang wesel jangka panjang adalah utang wesel berbunga (interest
bearing note) dan utang wesel tidak berbunga (zero interest bearing note).

Karakteristik Utang Wesel Jangka Panjang

Sementara itu, beberapa karakteristik utang wesel jangka panjang (long term notes
payable) adalah sebagai berikut:

16
1. Jatuh tempo pembayaran lebih dari satu tahun, yang mana bisa dua tahun, tiga
tahun, atau bahkan lebih, sepanjang waktu tertentu yang disepakati antara pemberi
dan penerima pinjaman
2. Pembayaran bunga pada utang wesel jangka panjang tergantung pada jenisnya .
Dalam hal ini, utang wesel berbunga mengharuskan penerima pinjaman untuk
membayar kembali pokok pinjaman beserta bunganya, sedangkan utang wesel tidak
berbunga tidak mengharuskan penerima pinjaman membayar bunga
3. Biasanya digunakan untuk mendanai proyek yang berlangsung dalam jangka
panjang
4. Utang wesel jangka panjang harus disertai dengan adanya jaminan berupa properti
atau aset tetap lain, misalnya mesin produksi, dan lainnya.
5. Sesuai namanya, utang wesel jangka panjang nantinya akan dilaporkan dalam
kewajiban jangka panjang pada laporan posisi keuangan.

2.2.1 Wesel Yang diterbitkan Pada Nilai Nominal

Nilai nominal adalah Nilai yang tertera dalam surat berharga.Nilai Nominal
adalah nilai uang yang tertera pada mata uang atau instrumen keuangan lainnya.
Misalnya, pada uang yang tertulis Rp500 dan Rp1.000, keduanya memiliki nilai
nominal yang masing-masing adalah Rp500 dan Rp1.000.

Asumsikan bahwa PT X menerbitkan wesel bayar kepada PT Y senilai


Rp.15.000.000 , pada nilai nominal , dengan jangka waktu tiga tahun . Tingkat yang
dinyatakan (stated rate) dan tingkat efektifnya (effective rate ) atas wesel bayar
tersebut adalah 6 persen.

Pt. X mencatat penerbitan wesel :

Kas Rp.15.000.000

Wesel bayar Rp.15.000.000

17
Pt. X akan mengakui bunga yang terjadi setiap tahunnya :

Beban bunga (6%x Rp.15.000.000) Rp.900.000

Kas Rp.900.000

2.2.2 Wesel Yang Tidak Diterbitkan Pada Nilai Nominal

A. Wesel tanpa bunga


Jika yang diterima adalah wesel berbunga nol atau wesel tanpa bunga,
maka nilai sekarangnya adalah kas yang dibayarkan kepada penerbit wesel.
Karena baik jumlah masa depan maupun nilai sekarang wesel telah
diketahui,maka suku bunga dapat dihitung. Suku bunga implisit adalah suku
bunga yang akan menyamakan kas yang dibayarkan dengan jumlah piutang di
masa depan. Selisih antara jumlah masa depan (nilai nominal)dengan nilai
sekarang (kas yang diterima) dicatat sebagai diskonto dan diamortisasikan ke
pendapatan bunga sepanjang umur wesel.

Contoh :
Asumsikan bahwa Pt. X menerbitkan wesel bayar kepada PT. Y senilai
Rp.15.000.000, tanpa bunga, dengan jangka waktu tiga tahun . Suku bunga
pasar atas wesel bayar tersebut adalah 10%.
a. Menghitung nilai sekarang dari pokok
1
NSP = 𝑁𝑁 x
(1+0.10)³
1
=15.000.000 x
(1+0.10)³
=15.000.000 x 0,7513
= Rp.11.269.500

b. Menghitung nilai sekarang dari pembayaran bunga.


1
1− 𝑛
(1+𝑖)
NSB = B x 𝑖

18
1
1− 𝑛
(1+𝑖)
= (NN X b ) x 𝑖
1
1− 3
(1+0.10𝑖)
= (15.000.000 x 0) x
0.10
= 0 x 2,487
=0

c. Nilai sekarang (harga jual) wesel bayar.


NSO = NSP + NSB = Rp 11.269.500 + 0
= Rp 11.269.500

Tanggal Kas dibayarkan Beban bunga Premi Jumlah tercatat


(Jumlah Amortisasi wesel
(0%*15.000.000) tercatat
wesel*10%)

Rp 11,269,500

Akhir tahun 1 Rp - Rp 1,126,950 Rp 1,126,950 Rp 12,396,450

Akhir tahun 2 Rp - Rp 1,239,645 Rp 1,239,645 Rp 13,636,095

Akhir tahun 3 Rp - Rp 1,363,610 Rp 1,363,610 Rp 14,999,705

Rp - Rp 3,730,500 Rp 3,730,500 Rp 15,000,000

PT.X mencatat penerbitan wesel :


Kas 11.269.500
Wesel Bayar 11.269.500
PT. X akan mengakui bunga yang terjadi setiap tahunnya
Beban bunga (10% x 11.269.500) 1.126.950
Kas 1.126.950

B. Wesel berbunga
Jika nilai sekarang melebihi nilai nominal, maka wesel tersebut
dipertukarkan pada premi. Premi atas wesel tagih dicatat sebagai debit dan

19
diamortisasikan menggunakan metode bunga efektif sepanjang umur wesel
sebagai pengurang tahunan dalam jumlah pendapatan bunga yang diakui.

Asumsikan bahwa PT.X menerbitkan wesel bayar kepada PT.Y senilai


RP.15.000.000 dengan bunga 6 %, dengan jangka waktu tiga tahun. Suku
bunga pasar atas wesel bayar tersebut adalah 10%.

a. Menghitung nilai sekarang dari pokok


1
NSP = 𝑁𝑁 x
(1+0.10)³
1
=15.000.000 x
(1+0.10)³
=15.000.000 x 0,7513
= Rp 11.269.500

b. Menghitung nilai sekarang dari pembayaran bunga


1
1− 𝑛
(1+𝑖)
NSB =Bx 𝑖
1
1− 𝑛
(1+𝑖)
= (NN X b ) x 𝑖
1
1− 3
(1+0.10𝑖)
= (15.000.000 x 0.06) x
0.10
= 900.000 x 2,487
=Rp 2.238.300
c. Nilai sekarang (harga jual ) wesel bayar ;
NSO = NSP + NSB = Rp 11.269.500 +Rp 2.238.300
= Rp 13.507.800

Tanggal Kas dibayarkan Beban bunga Amortisasi Jumlah tercatat


(Jumlah wesel
(6%*15.000.000) tercatat
wesel*10%)

Rp 13,507,800

Akhir tahun 1 Rp 900,000 Rp 1,350,780 Rp 450,780 Rp 13,958,580

20
Akhir tahun 2 Rp 900,000 Rp 1,395,858 Rp 495,858 Rp 14,454,438

Akhir tahun 3 Rp 900,000 Rp 1,445,444 Rp 545,444 Rp 14,999,882

Rp 2,700,000 Rp 4,192,200 Rp 1,492,200 Rp 15,000,000

PT.X mencatat penerbitan wesel:


Kas Rp 13,507,800
Wesel Bayar Rp 13,507,800
PT.X akan mengakui bunga yang terjadi setiap tahunnya:
Beban Bunga Rp 1,350,780
Wesel Bayar Rp 450,780
Kas Rp 900,000

2.2.3 Situasi Khusus

A. Wesel Yang Diterbitkan Untuk Properti, Barang, atau Jasa


Saat menukarkan instrumen utang dengan properti, barang, atau jasa
dalam transaksi yang wajar, suku bunga yang dinyatakan dianggap wajar
kecuali :
1. Tidak ada suku bunga yang dinyatakan
2. Suku bunga Dinyatakan tidak masuk akal
3. Nilai nominal yang tertera dalam instrumen utang berbeda secara
material dari harga jual tunai saat ini untuk barang yang sama atau
sejenis, atau dari nilai wajar instrumen utang saat ini.
Perusahaan mengukur nilai instrumen utang dengan nilai wajar properti,
barang, atau jasa atau dari jumlah yang cukup mendekati nilai wajar wesel
tersebut.
Jika tidak ada suku bunga yang dinyatakan, jumlah bunga adalah selisih
antara jumlah nominal wesel dan nilai wajar properti.Misalnya, asumsikan
bahwa Scenic Development Company menjual tanah yang memiliki harga jual
tunai sebesar €200.000 ke Health Spa, Inc. Sebagai gantinya, Health Spa

21
memberikan wesel berjangka waktu lima tahun senilai €293.866 tanpa bunga.
Harga jual secara tunai sebesar €200.000 mencerminkan nilai sekarang dari
wesel senilai 6293.866 yang didiskontokan pada tingkat 8 persen selama lima
tahan Haruskah kedua belah pihak mencatat transaksi pada tanggal penjualan
sebesar nilai nominal wesel, yaitu €293.866? Tidak. Jika mereka
melakukannya, akun Tanah Health Spa dan akun penjualan Scenic akan terlalu
tinggi sebesar €93.866 (bunga untuk lita tahun pada suku bunga efektif 8
persen). Demikian pula, pendapatan bunga pada Scenic dan beban bunga pada
Health Spa akan dinyatakan terlalu rendah sebesar €93.866 selama periode
lima tahun.
Oleh karena selisih antara harga jual tunai sebesar €200.000 dan nilai
nominal wesel sebesar €293.866 tersebut merupakan bunga pada suku bunga
efektif sebesar 8 persen, transaksi dicatat pada tanggal pertukaran sebagai
berikut.
Jurnal untuk Transaksi Wesel NonKas

Selama lima tahun umur wesel tersebut, Health Spa melakukan amortisasi
setiap tahunnya atas sebagian dari diskonto sebesar €93.866 sebagai beban
bunga. Scenic Development mencatat pendapatan bunga sebesar €93.866
selama periode lima tahun dengan juga melakukan amortisasi diskonto. Metode
bunga efektif disyaratkan dalam perhitungan, kecuali jika hasil yang diperoleh
dari penggunaan metode lain tidak berbeda secara material dari nilai yang
dihasilkan dari metode bunga efektif.

B. Pilihan Suku Bunga


Dalam transaksi wesel, suku bunga efektif atau pasar dapat ditentukan
oleh faktor faktor lain yang terlibat dalam pertukaran, seperti nilai wajar dari
barang atau jasa yang diberikan atau diterima. Namun, jika perusahaan tidak

22
dapat menentukan nilai wajar properti, barang, jasa, atau hak lainnya, dan jika
wesel tidak memiliki pasar yang efektif, maka masalah penentuan nilai
sekarang dari wesel akan menjadi lebih sulit. Untuk memperkirakan nilai
sekarang wesel dalam keadaan seperti itu, perusahaan harus memperkirakan
suku bunga yang berlaku yang mungkin berbeda dari suku bunga yang
dinyatakan pada wesel. Proses pendekatan suku bunga ini disebut imputation,
dan suku bunga yang dihasilkan disebut suku bunga yang diperhitungkan
(imputed interest rate).

Suku bunga yang berlaku untuk instrumen yang diterbitkan oleh emiten
dengan peringkat kredit serupa mempengaruhi pilihan suku bunga.
Faktor-faktor lain seperti pembatasan, agunan, jadwal pembayaran, dan suku
bunga utama juga ikut berperan dalam penentuan suku bunga. Perusahaan
menentukan suku bunga yang diperhitungkan saat menerbitkan wesel; dan
perubahan selanjutnya dalam suku bunga yang berlaku akan diabaikan.

2.1.4 Utang Hipotek

Wesel bayar Hipotek adalah surat promes yang dijamin dengan dokumen
dengan dokumen yang disebut hipotek yang menjanjikan hak atas properti
sebagai jaminan atas pinjaman tersebut.
Peminjam biasanya menerima uang tunai sebesar jumlah nominal dari wesel
hipotek. Dalam hal ini, jumlah nominal wesel adalah liabilitas yang sebenarnya,
dan tidak ada diskonto atau premi yang terlibat. Namun, ketika pemberi pinjaman
menilai "poin", jumlah total yang diterima peminjam mungkin lebih kecil daripada
jumlah nominal wesel. Poin tersebut menaikkan suku bunga efektif di atas tingkat
yang ditetapkan dalam wesel. Satu poin adalah 1 persen dari nilai nominal wesel.
Pada laporan posisi keuangan, Harrick harus melaporkan wesel hipotek
yang harus dibayar sebagai liabilitas dengan menggunakan nama akun seperti

23
"Wesel Bayar Hipotek" atau "Wesel Bayar-Dijamin," dengan pengungkapan
singkat atas properti yang dijaminkan dalam wesel pada laporan keuangan.
Hipotek dapat dibayarkan seluruhnya pada saat jatuh tempo atau dengan
angsuran selama masa pinjaman. Jika dibayarkan pada saat jatuh tempo, Harrick
mengklasifikasikan utang hipoteknya sebagai liabilitas jangka panjang dalam
laporan posisi keuangan sampai saat waran tanggal jatuh tempo mendekati sebagai
liabilitas Jangka pendek. Jika dibayarkan secara angsuran, Harrick menunjukkan
angsuran yang jatuh temponya terakhir sebagai liabilitas jangka pendek, dan
sisanya sebagai liabilitas jangka panjang.
Pemberi pinjaman telah mengganti sebagian hipotek tradisional dengan
bunga tetap (fixed-rate) dengan pengaturan hipotek alternatif. Kebanyakan
kreditor menawarkan hipotek dengan bunga variabel (juga disebut suku bunga
mengambang atau suku bunga yang dapat disesuaikan) yang menggunakan suku
bunga yang terkait dengan perubahan suku bunga pasar yang berfluktuasi.
Umumnya, pemberi pinjaman berbunga variabel menyesuaikan suku bunga
pinjaman dalam interval satu atau tiga tahun sekali, dengan menyesuaikan suku
bunga terhadap suku bunga utama atau suku bangs London Interbank Offered
Rate (LIBOR).

2.3 Isu-Isu Kasus

2.3.1 Pelunasan

Pelunasan dengan kas sebelum jatuh tempo

Dalam beberapa kasus, perusahaan melunasi utang sebelum tanggal jatuh


tempo. Jumlah yang dibayarkan untuk pelunasan atau penebusan sebelum jatuh
tempo, termasuk premi call dan biaya perolehan kembali, disebut sebagai harga
perolehan kembali. Pada tanggal yang ditentukan, jumlah tercatat obligasi adalah
jumlah yang harus dibayarkan pada saat jatuh tempo, disesuaikan dengan premi

24
atau diskonto yang belum diamortisasi. Kelebihan jumlah tercatat neto di atas harga
perolehan kembali adalah keuntungan dari pelunasan. Kelebihan harga perolehan
kembali di atas nilai tercatat neto obligasi adalah kerugian dari pelunasan. Pada
saat perolehan kembali, premi atau diskonto yang belum diamortisasi harus
diamortisasi sampai dengan tanggal perolehan kembali.

Ilustrasi:

Asumsikan bahwa obligasi Evermaster yang diterbitkan pada diskon pada tanggal 1
Januari 2011. Obligasi ini jatuh tempo dalam lima tahun. Obligasi tersebut memiliki
nilai nominal sebesar $100.000, tingkat kupon 8 persen dibayarkan setengah
tahunan, dan dijual dengan yield sebesar 10 persen. Daftar amortisasi untuk obligasi
Evermaster disajikan pada ilustrasi 14-21.

Ilustrasi 14-21

Daftar Amortisasi Premi Obligasi, Pelunasan Obligasi

25
Dua tahun setelah tanggal penerbitan pada tanggal 1 Januari 2013,
Evermaster menarik seluruh penerbitan pada harga 101 dan membatalkannya.
Seperti yang ditunjukkan dalam daftar amortisasi, nilai tercatat obligasi pada
tanggal 1 Januari 2013 adalah $94.925. Ilustrasi 14-22 menunjukkan bagaimana
Evermaster menghitung kerugian akibat penebusan (pelunasan).

Ilustrasi 14-22

Perhitungan Rugi atas Pelunasan Obligasi

Evermaster mencatat perolehan kembali dan pembatalan obligasi sebagai berikut.

Perhatikan bahwa bagi penerbit, sering kali menguntungkan untuk


memperoleh kembali seluruh penerbitan obligasi dan menggantinya dengan
penerbitan obligasi baru pada suku bunga yang lebih rendah. Penggantian
penerbitan yang ada dengan yang baru disebut refunding. Penebusan awal atau
penebusan lainnya dari obligasi yang masih beredar adalah merupakan situasi
non-refunding, perusahaan tetap tetap harus mengakui selisih (keuntungan atau
kerugian) antara harga perolehan kembali dengan jumlah tercatat obligasi yang
ditebus dalam laba rugi pada periode penebusan.

Pelunasan dengan mengalihkan aset atau efek

26
Selain menggunakan kas, penyelesaian kewajiban utang dengan pengalihan aset
nonkas (real estat, piutang, atau aset lainnya) atau penerbitan saham debitur. Dalam
situasi ini, kreditor harus memperhitungkan aset nonkas atau kepentingan
ekuitas yang diterima pada nilai wajarnya.

Debitur harus menentukan kelebihan jumlah tercatat utang atas nilai wajar
aset atau ekuitas yang dialihkan (keuntungan). Debitur mengakui keuntungan yang
sama dengan jumlah kelebihannya tersebut. Selain itu, debitur mengakui
keuntungan atau kerugian dari pelepasan aset sepanjang nilai wajar aset tersebut
berbeda dari jumlah tercatatnya (nilai buku).

Pengalihan aset

Asumsikan bahwa Hamburg Bank meminjamkan uang sebesar €20.000.000 kepada


Bonn Mortgage Company. Bonn kemudian menginvestasikan uang ini pada
bangunan apartemen perumahan. Namun, karena tingkat hunian yang rendah, Born
tidak dapat memenuhi kewajiban pinjaman. Hamburg Bank setuju untuk menerima
real estat Bonn Mortgage dengan nilai wajar sebesar €16.000.000. Real estat
memiliki nilai tercatat sebesar €21.000.000 pada pembukuan Bonn Mortgage. Bonn
(debitur) mencatat transaksi ini sebagai berikut.

Bonn Mortgage mengalami kerugian atas pelepasan real estat sebesar 5.000.000
(selisih antara nilai buku €21.000.000 dan nilai wajar €16.000.000). Selain itu,
perusahaan mengalami keuntungan atas penyelesaian utang sebesar 4.000.000
(selisih antara jumlah tercatat wesel bayar €20.000.000 dan nilai wajar estat
€16.000.000).

Pemberian kepentingan ekuitas

27
Sekarang anggaplah bahwa Hamburg Bank setuju untuk menerima saham biasa dari
Bonn Mortgage sebanyak 320.000 lembar (nilai pari €10) yang memiliki nilai wajar
sebesar €16.000.000, dalam penyelesaian penuh atas kewajiban pinjaman bonn
sebesar €20.000.000. Bonn Mortgage (debitur) mencatat transaksi ini sebagai
berikut.

Bonn mencatat saham biasa yang diterbitkan dengan cara biasa. Bonn mencatat
selisih antara nilai pari dan nilai wajar saham sebagai premi saham.

Pelunasan dengan modifikasi persyaratan

Ketika kreditur yang menguntungkan atas persyaratan pinjaman, debitur


menikmati keuntungan ekonomi. Dengan demikian, akuntansi untuk modifikasi ini
serupa dengan yang dilakukan untuk pelunasan lainnya. Artinya, kewajiban semula
dihapuskan, dan utang baru dicatat pada nilai wajarnya, dan keuntungan diakui atas
selisih antara nilai wajar kewajiban baru dan nilai tercatat kewajiban lama tersebut.

Ilustrasi: Asumsikan pada tanggal 31 Desember 2010, Morgan National Bank


menandatangani perjanjian modifikasi utang dengan Resorts Development
Company, yang mengalami kesulitan keuangan. Bank merestrukturisasi piutang
pinjaman sebesar $10.500.000 yang diterbitkan pada nilai pari (bunga yang
dibayarkan sampai saat ini) dengan:

● Mengurangi kewajiban pokok dari $10.500.000 menjadi $9.000.000


● Memperpanjang tanggal jatuh tempo dari tanggal 31 Desember 2010
menjadi 31 Desember 2014, dan
● Mengurangi suku bunga dari suku bunga efektif historis sebesar 12 persen
menjadi 8 persen. Dengan kondisi kesulitan keuangan yang dialami Resorts
Development, tingkat pinjaman berbasis pasar adalah 15 persen.

IFRS mensyaratkan modifikasi untuk dicatat sebagai pelunasan wesel


lama dan penerbitan wesel baru, yang diukur pada nilai wajar. Ilustrasi 14-23

28
menunjukkan penghitungan nilai wajar dari wesel yang dimodifikasi, dengan
menggunakan tingkat diskonto pasar Resorts Development sebesar 15 persen.

Ilustrasi 14-23

Nilai Wajar Wesel yang Direstrukturisasi

Keuntungan atas modifikasi tersebut adalah $3.298.664, yang merupakan


selisih antara nilai tercatat sebelumnya ($10.500.000) dan nilai wajar wesel yang
direstrukturisasi, seperti yang dihitung pada ilustrasi 14-23 ($7.201.336). Dengan
informasi ini, Resort Development membuat jurnal untuk mencatat modifikasi
sebagai berikut.

Ilustrasi 14-24 menunjukkan daftar amortisasi untuk wesel baru, setelah modifikasi.

29
Ilustrasi 14-24

Daftar Bunga dan Amortisasi Setelah Modifikasi Uang

Resorts Development mengakui beban bunga atas wesel ini dengan menggunakan
suku bunga efektif sebesar 15 persen. Dengan demikian, pada tanggal 31 Desember
2011 (tanggal pembayraan bunagn pertama setelh restrukturiasi), Resorts
Development membuat jurnal berikut.

Resorts Development membuat jurnal yang sama (kecuali untuk jumlah yang
berbeda untuk kredit ke wesel bayar dan debit ke beban bunga) setiap tahun sampai
jatuh tempo. Pada saat jatuh tempo, Resorts Development membuat jurnal berikut.

Singkatnya, setelah modifikasi, resorts development telah menghapus wesel lama


pada suku bunga efektif 12 persen dan sekarang memiliki pinjaman baru dengan
suku bunga efektif yang jauh lebih tinggi sebesar 15 persen.

30
2.3.2 Opsi Nilai Wajar

Liabilitas jangka Panjang seperti obligasi, dan wesel bayar, umumnya


diukur pada biaya perolehan diamortisasi (nilai pokok terutang, disesuaikan dengan
pembayaran dan amortisasi premi atau diskonto). Namun, perusahaan memiliki opsi
untuk mencatat nilai wajar dalam akunnya untuk Sebagian besar aset dan liabilitas
keuangan, termasuk obligasi dan wesel bayar. IASB berpendapat bahwa
pengukuran nilai wajar untuk instrumen keuangan, termasuk liabilitas keuangan,
memberikan informasi yang lebih relevan dan dapat dimengerti daripada biaya
perolehan diamortisasi. IASB menganggap nilai wajar lebih relevan karena
mencerminkan nilai setara kas dari instrumen keuangan pada saat ini.

Pengukuran nilai wajar

Jika perusahaan memilih opsi nilai wajar (fair value option), maka
liabilitas jangka panjang, seperti obligasi dan wesel bayar dicatat sebagai nilai
wajarnya dengan keuntungan atau kerugian akibat pemilikan yang belum direalisasi
akan dilaporkan sebagai bagian dari laba neto. Keuntungan atau kerugian akibat
pemilikan yang belum direalisasi adalah perubahan neto pada nilai wajar liabilitas
dari satu periode ke periode lainnya, tidak termasuk beban bunga yang diakui tetapi
tidak dicatat. Akibatnya, perusahaan melaporkan liabilitas pada nilai wajar setiap
tanggal pelaporan. Selain itu, perusahaan melaporkan perubahan nilai sebagai
bagian dari laba neto.

Ilustrasi:

Edmonds Company menerbitkan obligasi senilai €500.000 dengan tingkat kupon


bunga 6 persen sebesar nilai nominal pada tanggal 1 Mei 2010. Edmonds memilih
opsi nilai wajar untuk pencatatan obligasi ini. Pada tanggal 31 Desember 2010, nilai
obligasi sekarang menjadi €480.000 karena suku bunga naik menjadi 8 persen. Nilai

31
efek utang jatuh karena obligasi membayar lebih kecil dari tingkat pasar untuk efek
serupa. Berdasarkan opsi nilai wajar, Edmonds membuat jurnal sebagai berikut.

Seperti yang ditunjukkan dalam ayat jurnal, nilai obligasi Edmonds menurun.
Penurunan ini menyebabkan penurunan pada liabilitas obligasi dan menghasilkan
keuntungan akibat kepemilikan yang belum direalisasikan, yang dilaporkan sebagai
bagian dari laba neto. Nilai utang Edmonds menurun karena suku bunga meningkat.
Perlu ditekankan bahwa Edmonds harus terus memiliki utang obligasi sebesar nilai
wajar pada semua periode berikutnya.

Kontroversi Nilai Wajar

Pada obligasi Edmonds, kita berasumsi bahwa penurunan nilai obligasi


tersebut diakibatkan oleh kenaikan suku bunga. Dalam situasi lain, penurunan dapat
terjadi karena kemungkinan gagal bayar obligasi menjadi lebih besar. Artinya, jika
kelayakan kredit Edmonds Company menurun, nilai uangnya juga menurun.
Jika kelayakan kreditnya menurun, investor obligasi menerima suku bunga yang
lebih rendah dibandingkan investor dengan investasi berisiko serupa. Jika edmonds
menggunakan opsi nilai wajar, perubahan nilai wajar dari utang obligasi yang
diakibatkan oleh penurunan kelayakan kredit dimasukkan sebagai bagian dari laba
rugi. Beberapa pihak mempertanyakan bagaimana Edmonds bisa mencatat
keuntungan pada saat kelayakan kreditnya memburuk. IASB mencatat bahwa
kerugian bagi pemilik utang merupakan keuntungan bagi pemegang saham.
Artinya, klaim pemegang saham atas aset perusahaan meningkat pada saat nilai
klaim memiliki utang menurun. Selain itu, posisi kredit yang memburuk dapat
mengindikasikan bahwa aset perusahaan juga menurun nilainya. Dengan demikian,
perusahaan mungkin melaporkan kerugian pada sisi aset, yang akan saling hapus
dengan keuntungan di sisi liabilitas.

32
2.3.3 Pembiayaan Di Luar Neraca
Apa yang dilakukan oleh Air Berlin (DEU), HSBC (GBR), China
Construction Bank Corp. (CHN), dan Enron (AS). Mereka semua dituduh
menggunakan pembiayaan di luar neraca untuk meminimalkan pelaporan utang
dalam laporan posisi keuangan. Pembiayaan di luar neraca
(off-balance-sheet-financing) adalah usaha untuk meminjam uang dengan cara
mencegah pencatatan kewajiban. Topik telah ini menjadi isu yang sangat penting.
Banyak yang menduga bahwa Enron, termasuk salah satu perusahaan terbesar yang
gagal dalam pencatatan, menyembunyikan sejumlah besar uang nya dari laporan
posisi keuangan. Akibatnya, setiap perusahaan yang menggunakan pembiayaan
off-balance-sheet ini mungkin menyebabkan investor melepas sahamnya. Sebagai
konsekuensinya, harga saham mereka akan mengalami penurunan. Namun
demikian, sejumlah besar pembiayaan diluar neraca terus terjadi.

Bentuk lain
Pembiayaan di luar neraca dapet mengambil berbagai bentuk :
1. Entitas anak yang tidak dikonsolidasi. Dalam IFRS, entitas induk tidak
harus mengonsolidasi entitas anak yang dimiliki kurang dari 50 persen.
Dalam kasus tersebut, entitas induk melaporkan aset dan liabilitas entitas
anak dalam laporan posisi keuangannya. Semua entitas induk melaporkan
dalam laporan posisi keuangannya hanya berupa investasi pada entitas anak.
Akibatnya, pengguna laporan keuangan mungkin tidak mengerti bahwa
entitas anak memiliki utang yang cukup besar, yang mana pada akhirnya
entitas induk yang akan bertanggung jawab jika entitas anaknya mengalami
kesulitan keuangan.
2. Entitas bertujuan khusus. Perusahaan menciptakan entitas bertujuan
khusus (special purpouse entity-SPE) untuk melakukan proyek khusus.
Untuk mengilustrasikan, asumsikan Clarke Company memutuskan untuk
membangun pabrik baru. Namun, manajemen tidak mau melaporkan pabrik

33
atau dana pinjaman yang digunakan untuk mendanai pembangunan tersebut
pada laporan posisi keuangannya. Oleh karena itu, perusahaan menciptakan
SPE, yang tujuannya adalah untuk membangun pabrik. Pengaturan ini disebut
pengaturan pembiayaan proyek. (SPE) akan membiayai dan membangun
pabrik tersebut. Sebagai gantinya, Clarke menjamin bahwa ia atau pihak luar
akan membeli semua produk yang dihasilkan oleh pabrik tersebut. (Beberapa
orang menyebut ini sebagai kontrak ambil atau bayar (take or pay
contract). Akibatnya, Clarke tidak melaporkan aset atau liabilitas pada
pembukuannya.
3. Sewa operasi. Cara lain agar perusahaan dapat menerbitkan utang dari
laporan posisi keuangan adalah dengan melakukan sewa guna usaha (leasing).
Daripada memiliki aset sendiri. Perusahaan cukup menyewa aset-aset
tersebut. Sekali lagi, dengan memenuhi kondisi tertentu, perusahaan harus
melaporkan bahwa beban sewa setiap periode dan memberikan
pengungkapan atas informasi transaksi. Perhatikan bahwa SPE sering
menggunakan mekanisme sewa guna usaha seperti ini untuk mendapatkan
perlakuan di luar neraca.

ALASAN
Alasan utama perusahaan terlibat dalam pembiayaan di luar neraca adalah
sebagian besar perusahaan percaya bahwa menghapus utang akan meningkatkan
kualitas laporan posisi keuangan dan menunjukan kredit untuk diperoleh dengan
lebih mudah dan dengan biaya yang lebih rendah.
Kedua, perjanjian pinjam seringkali membatasi jumlah utang yang dapat
dimiliki oleh perusahaan. Hasilnya, perusahaan menggunakan pembiayaan di luar
neraca karena jenis komitmen ini mungkin tidak dipertimbangkan dalam
menghitung batas utang.
Ketiga, beberapa berpendapat bahwa sisi aset dari laporan posisi keuangan
dinilai terlalu kecil (understated). Misalnya, perusahaan yang menyusutkan aset tas
dasar dipercepat (accelerated) sering kali memiliki jumlah tercatat untuk aset tetap

34
yang jauh lebih rendah dari nilai wajarnya. Oleh karena saling hapus atas nilai yang
lebih rendah ini, beberapa berpendapat bahwa sebagian utang tidak harus
dilaporkan. Dengan kata lain, jika melaporkan aset pada nilai wajar, tekanan
untuk melakukan pengaturan pembiayaan diluar neraca juga akan berkurang.
Gagasan umum yang menyatakan bahwa "jika tidak terlihat maka tidak
penting" mungkin tidak sepenuhnya benar dalam akuntansi. Banyak pengguna
laporan keuangan menunjukkan bahwa mereka mencoba untuk mempertimbangkan
pengaturan pembiayaan di luar neraca ini ke dalam perhitungan mereka saat menilai
hubungan utang terhadap ekuitas. Demikian pula, banyak perjanjian pinjaman juga
mencoba memperhitungkan pengaturan yang kompleks ini. Namun demikian,
masih banyak perusahaan yang percaya bahwa akan lebih bermanfaat jika
perusahaan menghilangkan kewajiban tertentu dari laporan posisi keuangan.
Sebagai tanggapan terhadap pengaturan pembiayaan di luar neraca, IASB
telah memperbaiki persyaratan pengungkapan (catatan atas laporan keuangan).
Respon ini konsisten dengan filosofi "pasar efisien" bahwa pertanyaan penting
bukanlah apakah penyajian di dalam atau di luar neraca, tetapi apakah item tersebut
diungkap atau tidak. Selain itu, fec sekarang meminta perusahaan yang melakukan
pembiayaan semacam itu untuk mengungkapkan semua kewajiban kontraktual
dalam format tabel dan liabilitas kontinjensi dan komitmen dalam format teks
maupun tabel.
SEC baru-baru ini mengeluarkan peraturan yang mewajibkan perusahaan
untuk mengungkapkan peraturan dan kewajiban kontraktual di luar neraca yang
saat ini memiliki (atau berpotensi memiliki) dampak masa depan yang material
terhadap kondisi keuangan perusahaan. Perusahaan sekarang harus menyertakan
pengungkapan tabel (mengikuti format yang ditentukan) di bagian diskusi dan
analisis manajemen dari laporan tahunan. Berikut ini disajikan pengungkapan tabel
atas kewajiban kontraktual Novartis Group (CHE). Novartis mendaftarkan
sekuritasnya di Amerika Serikat, dan akibatnya harus tunduk pada peraturan SEC

35
Kita percaya bahwa mencatat lebih banyak kewajiban pada laporan posisi
keuangan akan meningkatkan pelaporan keuangan. Mengingat masalah yang terjadi
pada perusahaan seperti enron, Tiger Air (AUS), Petra Perdana (MYS), dan
Washington Mutual (AS) dan upaya berkelanjutan oleh IASB dan regulator pasar,
kita berharap bahwa pembiayaan di luar neraca akan semakin kecil terjadi di masa
depan.

2.3.4 Penyajian Dan Analisis


Penyajian Liabilitas Jangka Panjang

Perusahaan yang memiliki liabilitas jangka panjang dalam jumlah besar dan
sejumlah penerbitan utang sering melaporkan hanya satu jumlah dalam laporan
posisi keuangan, dengan didukung komentar dan daftar dalam catatan atas laporan
keuangan. Utang jangka panjang yang jatuh tempo dalam satu tahun harus

36
dilaporkan sebagai liabilitas jangka pendek, kecuali jika perusahaan menggunakan
aset tidak lancar untuk menyelesaikannya. Jika perusahaan berencana untuk
membiayai kembali (refinance) utang, mengkonversinya menjadi saham, atau
melunasinya dari dana pelunasan obligasi, perusahaan harus terus melaporkan
utangnya sebagai liabilitas jangka panjang jika perusahaan refinancing selesai pada
akhir periode

Catatan pengungkapan umumnya menunjukkan sifat dari liabilitas, tanggal


jatuh tempo, suku bunga, ketentuan call, hak konversi, pembatasan yang
diperlakukan oleh kreditor, dan aset yang ditunjuk atau dijadikan jaminan.
Perusahaan harus menunjukkan aset yang dijadikan jaminan atas hutang pada
bagian aset dalam laporan posisi keuangan. Nilai wajar utang jangka panjang juga
harus diungkapkan. Terakhir, perusahaan harus mengungkapkan pembayaran di
masa depan yang terkait dengan persyaratan dana pelunasan obligasi dan jumlah
utang jangka panjang yang jatuh tempo selama 5 tahun selanjutnya. Pengungkapan
ini membantu pengguna laporan keuangan dalam mengevaluasi jumlah dan waktu
arus kas masa depan.

Analisis liabilitas jangka panjang

Kreditor dan pemegang saham jangka panjang berkepentingan dengan


solvabilitas jangka panjang perusahaan, terutama pada kemampuannya untuk
membayar bunga saat jatuh tempo dan membayar kembali nilai nominal uang pada
saat jatuh tempo. Uang terhadap total aset dan kelipatan bunga yang dihasilkan
adalah dua rasio yang memberikan informasi tentang kemampuan membayar utang
dan soal solvabilitas jangka panjang perusahaan.

Ilustrasi 14-25 Pengungkapan Utang Jangka Panjang

37
38
Rasio Utang terhadap Total Aset

Rasio utang terhadap total aset (debt to total assets ratio) mengukur persentase total
aset yang disediakan oleh kreditor untuk menghitungnya, dengan cara membagi total
utang (liabilitas jangka pendek dan jangka panjang) dengan total aset seperti yang
ditunjukan pada ilustrasi 14-26.

Ilustrasi 14-26 Perhitungan Rasio Utang terhadap Total Aset

Semakin tinggi persentase utang terhadap total aset, semakin besar risiko perusahaan
tidak dapat memenuhi kewajiban yang jatuh tempo.

Rasio Kelipatan Bunga

Rasio kelipatan bunga (time interest earned) menunjukkan kemampuan perusahaan


untuk memenuhi pembayaran bunga pada saat jatuh tempo. Seperti ditunjukkan pada
ilustrasi 14-27, rasio ini dihitung dengan membagi laba sebelum beban bunga dan pajak
penghasilan dengan beban bunga.

Ilustrasi 14-27 Perhitungan Rasio Kelipatan Bunga

Untuk mengilustrasikan rasio ini, dengan menggunakan data laporan tahunan Novartis
tahun 2008. Novartis memiliki total liabilitas sebesar $27.862 juta, total aset sebesar
$78.299 juta, bunga beban sebesar $290 juta, pajak penghasilan $1.336 juta, dan laba
neto sebesar $8.233 juta. Perhitungan rasio utang terhadap total aset dan rasio kelipatan
bunga Novartis seperti yang ditunjukkan pada ilustrasi 14-28

Ilustrasi 14-28 Perhitungan Rasio Utang Jangka Panjang Untuk Novaris

39
40
BAB III

Penutup

A. Kesimpulan

Utang jangka panjang adalah salah satu kewajiban keuangan perusahaan yang dapat
dilunaskan dalam jangka waktu lebih dari satu tahun. Bahkan, jatuh tempo pelunasan utang
berkisar 5-20 tahun, tergantung pada perjanjian kedua belah pihak.

Umumnya, utang tenor panjang digunakan sebagai alat untuk memperkuat posisi modal
suatu perusahaan. Selain itu, utang ini juga dapat meningkatkan total aset, baik bentuk peralatan,
properti, maupun investasi.

Oleh sebab itu, utang ini mencerminkan rasio ekuitas (total debt to equity ratio), yaitu
membandingkan jumlah utang dengan modal sebuah perusahaan. Selain modal, utang tenor
panjang juga dapat mengukur keseluruhan aktiva yang digunakan dari utang.

Utang Obligasi

Obligasi merupakan salah satu jenis utang dengan cara meminjamkan surat-surat
berharga obligasi. Adapun kesepakatan tersebut dapat dilakukan berdasarkan perjanjian dengan
nominal utang yang dicantumkan melalui surat obligasi.
Sebelum dibuat perjanjian, nominal dari surat obligasi tersebut harus diperlihatkan terlebih
dahulu. Apabila telah sesuai, maka uang pinjaman akan diberikan sesuaikan dengan nominal
yang tercantum dalam surat obligasi.

Utang Hipotek

Hipotek adalah salah satu contoh utang jangka panjang yang dimana menggunakan
jaminan berupa barang tak bergerak dan aset tetap. Misalnya, rumah, gedung, sertifikat tanah,
bangunan, perlengkapan kantor, mesin dan hak cipta.
Jaminan aset tersebut nantinya dapat disita oleh pihak pemberi pinjaman, jika peminjam gagal
melunasi utangnya sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Hasil dari pelelangan aset
tersebut akan digunakan untuk melunasi kekurangan utang.

41
Manfaat Utang Jangka Panjang

● Dapat Menggunakan Aset


Saat memiliki utang, perusahaan tetap dapat menggunakan aset untuk keperluan
operasional sebagai jaminan. Hal ini akan menjadi keuntungan bagi perusahaan yang
ingin mengambil utang tenor panjang, karena Anda tetap dapat mengembangkan kegiatan
usaha dengan memanfaatkan aset jaminan.
● Bunga yang Lebih Rendah
Umumnya, utang tenor panjang mempunyai suku bunga tetap. Jika suku bunga naik,
maka nilai aset yang menjadi jaminan akan mengikuti kenaikan dari suku bunga. Namun,
apabila suku bunga turun, maka bunga utang tetap berada pada nilai dalam kesepakatan
sebelumnya antara kedua belah pihak.
● Mengurangi Jumlah Pajak
Saat suatu perusahaan mengajukan pinjaman utang tenor panjang maka Ia harus
menanggung kewajiban bunga utang dalam setiap tahunnya. Hal ini akan membuat
keuntungan perusahaan berkurang, sehingga mengurangi jumlah beban pajak yang harus
dilunasi oleh perusahaan.

B. Saran

Demikian makalah ini dibuat dengan sebaik-baiknya. Adapun penyusun


menyadari jika dalam penyusunan makalah ini terdapat kesalahan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun amat terbuka bagi para
pembaca.

42
DAFTAR PUSTAKA

Kieso, Donald E., and Jerry J. Weygandt. Akuntansi keuangan menengah (Intermediate
Accounting) vol.1 edisi IFRS. IFRS ed., vol. 1, Jakarta, Salemba Empat, 2018.

43
44

Anda mungkin juga menyukai