Anda di halaman 1dari 7

KAJIAN SISTEM HUKUM DI INDONESIA

(HUKUM DAGANG)

Nama : Ni Kadek Dela Lestari


NPM : 202033122024
Kelas : F2 Akuntasi
Semester : 2 (Genap)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS WARMADEWA
TAHUN AJARAN 2020/2021
I. PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Sistem Hukum Indonesia merupakan perpaduan beberapa system hukum.


Sistem Hukum Indonesia merupakan perpaduan dari hukum agama, hukum adat, dan
hukum negara eropa terutama Belanda sebagai Bangsa yang pernah menjajah
Indonesia. Belanda berada di Indonesia sekitar 3,5 abad lamanya. Maka tidak heran
jika banyak peradaban mereka yang diwariskan termasuk Sistem Hukum.
Munculnya corak sosial ekonomi dalam konsep Kedaulatan berkaitan dengan
munculnya hukum yang mengatur transaksi di dalamnya. Dalam kaitan dengan
cabang-cabang hukum yang beragam maka negara membuat hukum yang mengatur
urusan tersebut. KUHD adalah produk yang dijadikan pedoman dasar untuk
memutuskan suatu hukum yang berkembang di masyarakat.
Hukum dagang adalah hukum perikatan yang timbul khusus dari lapangan
perusahaan. Hukum perdata diatur dalam KUH Perdata dan Hukum Dagang diatur
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD). Kesimpulan ini sekaligus
menunjukkan bagaimana hubungan antara hukum dagang dan hukum perdata.
Hukum perdata merupakan hukum umum (lex generalis) dan hukum dagang
merupakan hukum khusus (lex specialis). Dengan diketahuinya sifat dari kedua
kelompok hukum tersebut, maka dapat disimpulkan keterhubungannya sebagai lex
specialis derogat lex generalis, artinya hukum yang bersifat khusus
mengesampingkan hukum yang bersifat umum.

II. PEMBAHASAN

II.1 PENGERTIAN HUKUM DAGANG


Hukum dagang adalah aturan-aturan hukum yang mengatur hubungan orang
yang satu dan lainnya dalam bidang perniagaan. Hukum dagang adalah hukum
perdata khusus, KUH Perdata merupakan lex generalis (hukum umum),
Perdagangan atau Perniagaan pada umumnya adalah pekeerjaan membeli barang
dari suatu tempat dan suatu waktu dan menjual barang tersebut di tempat dan waktu
lainnya untuk memperoleh keuntungan. Hukum dagang adalah hukum yang
mengatur soal-soal perdagangan, yang timbul karena tingkah laku manusia dalam
perdagangan.

Menurut salah satu ahli yaitu R. Soekardono Memberikan pengertian bahwa 


Hukum Dagang adalah bagian dari hukum perdata pada umumnya, yakni yang
mengatur masalah perjanjian dan perikatan-perikatan yang diatur dalam Buku III
Burgerlijke Wetboek (BW). Dengan kata lain, Hukum Dagang adalah himpunan
peraturan-peraturan yang mengatur seseorang dengan orang lain dalam kegiatan
perusahaan yang terutama terdapat dalam kodifikasi Kitab Undang-Undang Hukum
Dagang dan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Hukum dagang dapat pula
dirumuskan sebagai serangkaian kaidah yang mengatur tentang dunia usaha atau
bisnis dan dalam lalu lintas perdagangan (R. Soekardono, 1963: 17).

II.2 SUMBER HUKUM DAGANG DI INDONESIA


a. Hukum Tertulis yang Sudah Dikodifikasi :
 KUHD (Kitab Undang-Undang Hukum Dagang atau Wetboek van
Koophandel Indonesia (W.v.K))
 KUHS (Kitab Undang-Undang Hukum Sipil atau Burgerlijk Wetboek
Indonesia (B.W))
b. Hukum Tertulis yang Belum Dikodifikasikan :
 Perundang-undangan khusus yang mengatur tental hal-hal yang
berhubungan dengan perdagangan, misal UU Hak Cipta.

KUHD di Indonesia kira-kira satu abad yang lalu di bawa dari Belanda ke
Tanah Air dan berlaku di Indonesia pada 1 Mei 1848. Yang kitabnya terbagi atas
dua, masing-masing kitab dibagi dibagi menjadi beberapa bab tentang Hukum
Dagang itu sendiri.

Pada bagian KUHS itu mengatur tentang Hukum Dagang. Hal-hal yang diatur
dalam KUHS adalah mengenai perikatan umumnya seperti :

1. Persetujuan Jual-Beli (Contract of Sale)


2. Persetujuan Sewa-menyewa (Contract of Hire)
3. Persetujuan Pinjaman Uang (Contract of Loun)
Hukum Dagang selain diatur KUHD dan KUHS juga terdapat berbagai
peraturan-peraturan khusus (Yang Belum Dikodifikasikan) seperti :
1. Peraturan tentang Koperasi
2. Peraturan Pailisemen
3. Undang-undang Oktroi
4. Peraturan Maskapai Anding Indonesia
5. Peraturang tentang Perusahaan Negara

II.3 ASAS – ASAS DALAM HUKUM DAGANG


a. Asas Kebebasan Berkontrak
Ialah setiap orang bebas membuat perjanjian yang memiliki batasan-batasan
antara lain :
- Tidak melanggar ketertiban umum
- Tidak melanggar kesusilaan
- Tidak melanggar undang-undang
b. Asas Konsensuil
Ialah suatu perjanjian dianggap lahir dan mengikat sejak timbulnya kata
sepakat antara kedua belah pihak.
c. Asas Pacta Sund Servanda
Ialah setiap perjanjian itu mengikat yang telah dijelaskan dalam Pasal 1338
(2) B.W yaitu “Suatu perjanjian tidak dapat ditarik kembali kecuali dengan
sepakat kedua belah pihak, atau karena alas an oleh UU dinyatakan cukup.”
d. Asas Itikad Baik
Ialah dalam Pasal 1338 dijelaskan bahwa semua perjanjian Hrus
dilaksanakan dengan itikad baik, dan sejak kontrak belum dibuat sampai dengan
kontrak selesai dilaksanakan, serta undang-undang tidak memberikan Batasan
itikad baik.

II.4 HUBUNGAN HUKUM PERDATA DENGAN HUKUM DAGANG

Didalam menjalankan kegiatan suatu perusahaan yang dipimpin oleh seorang


pengusaha tidak mungkin melakukan usahanya seorang diri, apalagi jika perusahaan
tersebut dalam skala besar. Oleh karena itu diperlukan bantuan orang/pihak lain
untuk membantu melakukan kegiatan-kegiatan usaha tersebut. Pembantu-pembantu
dalam perusahaan dapat dibagi menjadi 2 fungsi :
1. Membantu didalam perusahaan.
2. Membantu diluar perusahaan

Hubungan hukum yang terjadi diantara pembantu dan pengusahanya, yang


termasuk dalam perantara dalam perusahaan dapat bersifat :
 Hubungan perburuhan, sesuai pasal 1601 a KUH Perdata.
 Hubungan pemberian kuasa, sesuai pasal 1792 KUH Perdata.
 Hubungan hukum pelayanan berkala, sesuai pasal 1601 KUH Perdata

II.5 JENIS – JENIS DAGANG


1. Persekutaan Perdata (Maatschap)
Suatu perjanjian dengan mana dua orang atau lebih mengikatkan diri untuk
memasukkan sesuatu kedalam persekutuan dengan maksud untuk membagi
keuntungan atau kemanfaatan yang diperoleh karenanya (Pasal 1618-1652
KUHPdt).
2. Perseroan Firma
Perkumpulan dagang yang menjalankan perusahaan dengan memakai nama
Bersama. Dalam perseroan firma tiap persero (Firma) berhak melakukan
pengurusan dan bertindak keluar atas nama perseroan (Pasal 16-36 KUHD)
3. Perseroan Komanditer
Suatu bentuk perusahaan dimana ada sebagian persero yang duduk dalam
pimpinan selaku pengurus (Komplementer) dan ada sebagian persero yang tidak
turut campur dalam kepengurusan (Komanditer). (Pasal 19-21 KUHD)
4. Perseroan Terbatas
Perusahaan yang modalnya terbagi atas suatu jumlah surat saham atau sero yang
lazimnya disediakan untuk orang yang hendak turut. Arti kata Terbatas,
ditujukan pada tanggung jawab atau resiko para pesero atau pemegang saham
yang hanya terbatas pada harga surat sero yang mereka ambil. Perseroan
Terbatas diatur dalam UU No. 40 Tahun 2007.
5. Koperasi
Badan usaha yang beranggotakan orang atau badan hukum koperasi dengan
melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi, sekaligus sebagai
Gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan. Landasan Yuridis
Pasal 33 (1) UUD 1945 “Perekonomian disusun sebagai usaha Bersama atas
asas kekeluargaan”.
6. Badan Usaha Milik Neagara (BUMN)
Merupakan salah satu pelaku kegiatan ekonomi dalam perekonomian nasional
berdasarkan demokrasi ekonomi. (UU No. 19 Tahun 2003)
7. Berbentuk Persero
BUMN yang bentuknya perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham
yang seluruhnya atau paling sedikit 51% sahamnya dimiliki oleh Negara
Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan. (Pasal 1 butir
2 UU BUMN)
8. Berbentuk Perum
Adalah BUMN yang seluruhnya dimiliki oleh negara dan tidak terbagi atas
saham yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan
jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan
prinsip pengelolaan perusahaan. (Pasal 1 butir 4 UU BUMN)

III. PENUTUP

III.1 KESIMPULAN
Hukum dagang timbul karena adanya kaum pedagang. Hukum dagang ialah
hukum yang mengatur tingkah laku manusia yang turut melakukan perdagangan
untuk memperoleh keuntungan. Hukum dagang juga bisa dikatakan hukum perdata
khusus bagi kaum pedagang. Dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam hukum dagang
terdapat peraturan-peraturan yang mengatur jalannya suatu aktivitas dagang yang
tertulis dalam KUHD dan pelaku-pelaku dalam usaha dagang masing- masing
memiliki hak dan kewajiban yang dimana harus dilaksanakan demi kelancaran
dalam berdagang. Peraturan dalam berdagang diterapkan guna untuk mencegah
pelanggaran-pelanggaran yang terkadang terjadi dalam persaingan produsen dalam
meningkatkan kualitas barang dan merebut pasar.

III.2 SARAN
Perkembangan perdagangan di Indonesia tidak cukup hanya bergantung
kepada sumber hukum yang berupa hasil kodifikasi dari kebiasaan para pedagang
saja, tetapi mulai diperlukan peran Pemerintah sebagai regulator untuk mengatur
para pelaku ekonomi untuk menyesuaikan dengan perkembangan dewasa ini. Oleh
karena itu tidak hanya KUHD saja yang mengatur para pelaku ekonomi, tetapi
peraturan Perundang-undangan dan Peraturan Pemerintah juga diperlukan untuk
membatasi para pelaku ekonomi melakukan penyimpangan dan sebagai bentuk
konkret dari intervensi Pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai